ptk mat sd.doc

62
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk meraih prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Tampaknya menggali kemampuan siswa dengan cara menumbuhkembangkan kemampuan yang telah ada belum pernah dilakukan oleh guru SDN Kedunghalang 3, sehingga pendidikan itu terkesan memaksa dan menjemukan. Lebih-lebih siswa tumbuh pada lingkungan dan keluarga yang kurang memahami pentingnya pendidikan. Orang tua tidak mengerti, lingkungan tidak mendukung, di sekolah merasa dipaksa mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dan berakhir dengan pengambilan keputusan untuk berhenti sekolah. Seperti halnya siswa SDN Kedunghalang 3, Kecamatan Bogor Utara, Bogor. Anak-anak usia sekolah di Bogor 1

Upload: redzspiritz

Post on 01-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

contoh pembuatan ptk sd matematika

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan

yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk

meraih prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk

itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat

siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga

dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat

mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Tampaknya

menggali kemampuan siswa dengan cara menumbuhkembangkan kemampuan

yang telah ada belum pernah dilakukan oleh guru SDN Kedunghalang 3,

sehingga pendidikan itu terkesan memaksa dan menjemukan. Lebih-lebih

siswa tumbuh pada lingkungan dan keluarga yang kurang memahami

pentingnya pendidikan. Orang tua tidak mengerti, lingkungan tidak

mendukung, di sekolah merasa dipaksa mengerjakan hal-hal yang tidak bisa

dan berakhir dengan pengambilan keputusan untuk berhenti sekolah. Seperti

halnya siswa SDN Kedunghalang 3, Kecamatan Bogor Utara, Bogor. Anak-

anak usia sekolah di Bogor banyak yang putus sekolah. Mereka putus sekolah

mungkin disebabkan oleh faktor ekonomi, lingkungan, atau mungkin saja

akibat strategi pembelajaran di kelas kurang menarik dan tidak dapat membuat

siswa merasa gembira datang ke kelas. Sekolah Dasar (SD) memegang

peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Keberhasilan siswa di SD

sangat berpengaruh terhadap keberhasilannya di sekolah lanjutan. Menurut

informasi dari guru SDN Kedunghalang 3 Bogor diperoleh bahwa rata-rata

prestasi belajar matematika siswa kelas V selalu di bawah enam. Dalam proses

pembelajarannya, guru berupaya memberikan penjelasan materi secara

lengkap. Dalam hal ini siswa cendrung dituntut untuk mengikuti contoh yang

telah diberikan oleh guru.Tentunya pembelajaran seperti ini tidak relevan

dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dari kenyataan ini

1

jelaslah guru tersebut perlu dibantu dengan melibatkan yang bersangkutan

pada suatu penelitian tindakan kelas dengan maksud agar disamping guru

memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan pembelajaran yang

sesuai dengan tuntutan KBK, juga dapat mengembangkan kompetensi siswa

sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum. Dalam proses pembelajaran,

guru memulai dengan menjelaskan –memberi contoh latihan soal. Jadi siswa

secara langsung diberikan rumusrumus matematika tanpa diberi kesempatan

untuk menemukan sendiri. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang

berorientasi pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK), pembelajaran

hendaknya diawali dari dunia nyata dan rumus diharapkan ditemukan oleh

siswa sendiri. Sebagai contoh: sebelum menjelaskan sifat distributif yaitu a x

(b+c) = (axb)+(axc) siswa diberi pertanyaan sebagai berikut. Wayan disuruh

membeli beras sebanyak 9 kg. Harga beras per kg Rp.2900,-. Berapa rupiah

Wayan harus membayar?. Cara siswa menjawab kemungkinan bervariasi.

Beberapa kemungkinan cara siswa menjawab adalah: 9 x (3000-100) =

(9x3000) – (9x100), atau (10- 1)x2900 = (10x2900) – (1x2900) atau cara

lainnya. Jadi jenis jawaban beragam Pendekatan pembelajaran yang cocok

dengan KBK adalah pendekatan kontekstual atau Contextual teaching and

learning (CTL).

Pada pembelajaran CTL guru tidak mengharuskan siswa menghapal

fakta-fakta tetapi guru hendaknya mendorong siswa untuk mengkontruksi

pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui CTL siswa diharapkan belajar

melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’. Dalam pembelajaran, guru perlu

memahami konsepsi awal yang dimiliki siswa dan mengaitkan dengan konsep

yang akan dipelajari.

Konsepsi awal ini dapat direkam dari pekerjaan siswa dalam LKS dan

dari jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan guru yang disampaikan

pada awal pembelajaran. Dalam pembelajaran biasanya siswa malu atau takut

bertanya kepada gurunya dan lebih suka bertanya kepada teman-temanya.

Oleh karena itu implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran

kooperatif berbantuan LKS perlu diterapkan. Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah: (a) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN

2

Plalangan 03 dengan implementasi pendekatan kontekstual melalui

pembelajaran kooperatif berbantuan LKS., (b) mendeskripsikan tanggapan

siswa terhadap implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran

kooperatif berbantuan LKS.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti terdorong untuk

melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Implementasi

Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

Siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor”.

B. Rumusan Masalah

Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang

memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud

dapat berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

Adakah peningkatan prestasi siswa melalui implementasi pendekatan

konstektual pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor

Kecamatan Bogor Utara Kotamadya Bogor?

C. Tujuan Perbaikan

Tujuan utama penelitian ini adalah :

Menghasilkan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk

peningkatan prestasi matematika pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3

Bogor Kecamatan Bogor Utara Kotamadya Bogor

Mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi

pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor

Kecamatan Bogor Utara Kotamadya Bogor

Meningkatkan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan

membawa peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi pendekatan

konstektual pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor Kecamatan

Bogor Utara Kotamadya Bogor

3

D. Manfaat Perbaikan

Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat.

Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan

bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk mendorong

guru dalam menciptakan metode yang tepat untuk menentukan

keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.

Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dijadikan dasar yang akan

dikerjakan dalam pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah

dalam mengtelola situasi dan kondisi kelas.

Bagi siswa, dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat dan benar,

dapat memanfaatkan waktu dengan baik dan tepat, mampu menyelesaikan

soal yang tak terbatas dalam waktu yang relatif singkat.

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman (KBBI, 1996:14)

Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan

seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar

untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang

bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi

perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir,

sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)

Pasal 1 Undang –undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan

nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan

siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada

siatuasi tertentu.

B. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI

Standar kompetensi mata pelajaran Matematika untuk SD dan MI

berdasarkan kurikulum 2004, adalah sebagai berikut :

Kemampuan Matematika yang dipilih dalam standar kompetensi ini dirancang

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan memperhatikan

perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai

kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan

struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan

5

terpakainya dalam kehidupan sehari-hari secara rinci, standar kompetensi

tersebut, adalah sebagai berikut :

a. Bilangan

Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah.

Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.

Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan

masalah.

Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan

bulat dan pecahan serta menggunakannnya dalam pemecahan

masalah.

Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pemecahan, serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

b. Pengukuran dan Geometri

Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang

serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.

Melakukan pengukuran, menemukan unsur bangun datar dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang,

menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

Mengenal sistem koordinat pada bidang datar.

c. Pengolahan Data

Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data.

C. Pengertian Belajar Matematika

Menurut Nana Surjana, ( 1987 : 28 ) “Proses belajar berlangsung

dalam waktu tertentu dan merupakan proses yang panjang dari satu fase ke

fase berikutnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang, bukan menghafal atau mengingat”.

6

Herman Hudoyo, ( 1979 : 89 ). Begitu juga dengan belajar

matematika karena melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep

tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk

sebelumnya. Ros Effendi, ( 1980 : 148 ). Belajar matematika berarti

mempelajari fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses

dan penalaran. Mohammad Soleh, ( 1998 : 3 ). Belajar matematika adalah

belajar tentang bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang

terdapat dalam aljabar, aritmatika, dan geometri.

Jadi belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan

dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara

hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih

tinggi.

D. Pendekatan Kontektual

Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar

yang diartikan sebagai kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat

kemudian pulang untuk dihapal. Melihat kondisi yang demikian, peserta didik

akan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk menghindari dan

mengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan konsep

penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di

antaranya adalah pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning).

Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

kontekstual,guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan

cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di

mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam

masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan

dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari

(Dirjen Dikdasmen, 2001: 8).

Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan

kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di

lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang

7

benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka,

dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah

membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan

dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas

sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan

sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan

dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya

untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi

juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam

memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari

melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran

kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills)

(Dirjen Dikmenum, 2002: 6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven,

dalam Joyce-Well (2000: 172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual

melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan

menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka

mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang

penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi

masalah.

Pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalam

pemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini

didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-mata

menekankan pada pengetahuan yang bersifat hapalan saja. Siswa harus aktif

mencari, menemukan pengetahuan tersebut dengan keterampilan secara

mandiri. Peran guru dalam contextual learning berbeda dengan perannya

dalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional, guru merupakan satu-satunya

penguasa dan pemberi informasi, guru memberikan informasi pengetahuan

dan siswa yang baik menyerap pengetahuan tersebut tanpa banyak bertanya.

Di sisi lain, pada kelas kontekstual, setelah pembelajaran berlangsung guru

berperan sebagai fasilitator; guru sekedar memberikan informasi untuk

8

merangsang pemikiran. Para siswa didorong untuk bertanya dan

mengemukakan ide-idenya.

E. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan

belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku

yang relatif permanen dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu De

Cecco (dalam Witjaksono, 1985:6). Menurut Gagne (dalam Witjksono,

1985:6) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam disposisi atau

kapabilitas seseorang, dalam kurun waktu tertentu, dan bukan semata-mata

sebagai proses pertumbuhan. Pendapat senada juga diutarakan oleh Susanto

(1991:1) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana otak atau

pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat

dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya.

Melalui proses belajar anak dapat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan

hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa perubahan pikiran, sikap, dan

ketrampilan.

Selaras dengan pernyataan di atas Bloom (dalam Budiningsih,

2005:75) menekankan perhatiaannya pada apa yang mesti dikuasai oleh

individu. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga

kawasan yang terkenal dengan taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:

1. Domain kognitiif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:

a. Pengetahuan (mengingat, menghafal)

b. Pemahaman (mengintepretasikan)

c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)

d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)

e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep

utuh)

f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb)

2. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:

a. Peniruan (menirukan gerak)

b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)

9

c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

d. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

3. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:

a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

b. Merespon (aktif berpartisipasi)

c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)

d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang

dipercayainya)

e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola

hidupnya)

Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan

kurikulum 2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka

guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan

sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam

kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami

pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru serta

perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa

tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat

pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil belajar yang telah

dinilai oleh guru diberitahukan kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan

belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki.

Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai

kegiatan belajarnya dan refleksi guru terhadap kemampuan mengajarnya serta

mengevaluasi pencapaian target kurikulum.

Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives

(Winkel, 1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif (berkaitan dengan daya piker, pengetahuan, dan

penalaran) berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan

bernalar yang mencakup kemampuan siswa dalam mengingat sampai

memecahkan masalah, yang menuntut siswa untuk menggabungkan

konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Ranah kognitif ini

10

berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan,

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan

eveluasi. Pada siswa SMP diutamakan pada ranah pengetahuan,

pemahaman, dan penerapan.

Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang

telah dipejari, dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, kaidah, prinsip, teori, dan rumus. Pengetahuan

yang telah tersimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan dalam

bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti

dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami

sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi,

kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-

kata sendiri.

Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan pengetahuan

yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi

situasi baru dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat

diukur dari kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori, dan metode

untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan

motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota

tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.

Simpson (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah

psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan,

gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Sedangkan menurut Kibler, Barker, dan Miles (dalam Dimyati dan

Mudjiono, 1994:195-196) ranah psikomotor mempunyai taksonomi

berikut ini:

11

a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan

gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan,

dan ketepatan tubuh yang mencolok.

b. Ketepatan gerakan dikordinasikan, merupakan ketrampilan yang

berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan .

c. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan

mengadakan komunikasi tanpa kata

d. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang

berhubungan dengan komunikasi secara lisan Untuk kemampuan

berbicara, siswa harus mampu menunjukkan kemahirannya

memilih dan menggunakan kata atau kalimat sehingga informasi,

ide, atau yang dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah

oleh pendengarnya.

3. Ranah Afektif

Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan

senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa

yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar

menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek

itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam

belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.

Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif

terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap,

organisasi, dan pembentukan pola hidup.Untuk ranah kognitif, guru

menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil tes yang diberikan

kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2.

12

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

bertempat di SDN Kedunghalang 3 Kelas 5 tahun pelajaran 2009/2010

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April

sampai Mei 2009 semester genap.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN Kedunghalang

3 pada mata pelajaran matematika materi pecahan

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang

bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,

serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan

(dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk

memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,

sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di

kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

13

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu

ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana

masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki

sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu

proses pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran

demonstrasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati

aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

14

5. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes

formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan

adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode pembelajaran demonstrasi, observasi aktivitas

siswa dan guru, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga

untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas

siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

15

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas

belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas

belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap

lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan

belajar digunakan rumus sebagai berikut:

16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian

berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan

dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes

yang dilakukan meliputi:

1. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes

sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari

perhitungan 45 soal diperoleh 15 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil

dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid

1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26,

27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45

3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24,

31, 32, 33, 34, 35, 40,

2. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji

reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11

sebesar 0, 775. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk

jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian soal-

soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran

soal. Hasil analisis menunjukkan dari 45 soal yang diuji terdapat:

- 20 soal mudah

- 15 soal sedang

- 10 soal sukar

17

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan

soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria

jelek sebanyak 15 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal.

Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-

syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan

alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan pada tanggal 13 April 2009 di kelas V dengan jumlah

siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No. Urut NilaiKeterangan

No. Urut NilaiKeterangan

T TT T TT

1 60 √ 12 60 √

2 70 √ 13 80 √

3 70 √ 14 70 √

18

4 60 √ 15 80 √

5 80 √ 16 70 √

6 80 √ 17 90 √

7 70 √ 18 60 √

8 70 √ 19 60 √

9 60 √ 20 70 √

10 80 √ 21 70 √

11 50 √ 22 60 √

Jumlah 750 7 4 Jumlah 770 8 3

Jumlah Skor 1520

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200

Rata-Rata Skor Tercapai 69,09

Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak TuntasJumlah siswa yang tuntas : 15Jumlah siswa yang belum tuntas : 7Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

69,09

15

68,18

Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa

dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran

matematika diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah

69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari

22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada

siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa

yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa

yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan

pendekatan kontekstual.

19

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan

alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 20 April 2009 di kelas V dengan jumlah

siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut

Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No. Urut NilaiKeterangan

No. Urut NilaiKeterangan

T TT T TT

1 60 √ 12 90 √

2 80 √ 13 80 √

3 80 √ 14 80 √

4 90 √ 15 80 √

5 90 √ 16 80 √

6 60 √ 17 60 √

7 80 √ 18 80 √

8 70 √ 19 70 √

9 60 √ 20 60 √

10 80 √ 21 80 √

11 90 √ 22 80 √

20

Jumlah 840 8 3 Jumlah 840 9 2

Jumlah Skor 1680

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200

Rata-Rata Skor Tercapai 76,36

Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak TuntasJumlah siswa yang tuntas : 17Jumlah siswa yang belum tuntas : 5Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

76,36

17

77,27

Dari tabel 4.4 dan tabel 4.5 di atas diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai

77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini

menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara

klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.

Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru

menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan

tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk

belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang

dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran matematika.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan

alat-alat pengajaran yang mendukung

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

21

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 27 April 2009 di kelas V dengan jumlah

siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada

siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III

No. Urut NilaiKeterangan

No. Urut NilaiKeterangan

T TT T TT

1 90 √ 12 90 √

2 90 √ 13 90 √

3 90 √ 14 90 √

4 80 √ 15 60 √

5 90 √ 16 90 √

6 80 √ 17 80 √

7 90 √ 18 70 √

8 60 √ 19 70 √

9 90 √ 20 80 √

10 90 √ 21 90 √

11 60 √ 22 80 √

Jumlah 910 9 2 Jumlah 890 10 1

Jumlah Skor 1800

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200

Rata-Rata Skor Tercapai 81,82

Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak TuntasJumlah siswa yang tuntas : 19Jumlah siswa yang belum tuntas : 3

22

Klasikal : Tuntas

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

81,82

19

86,36

Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7 diatas diperoleh nilai rata-

rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas

sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar

86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini

mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan

hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan

kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual sehingga

siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga

siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga

penelitian ini hanya sampai pada siklus III.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan pendekatan kontekstual. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

23

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pendekatan kontekstual

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan

pendekatan kontekstual yang dilaksanakan dapat meningkatkan proses

belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran matematika memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan

guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-

masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar

siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi

belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata

siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran matematika materi pecahan yang paling dominan adalah

bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan

24

penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi

dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langah-langkah pembelajaran pendekatan kontekstual

dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya

aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan

LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat,

memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan

peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I

(68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).

2. Penerapan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil

wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan

bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan kontekstual

sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil

yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih

topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pendekatan ini dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya

26

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn

dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia

Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.

Universitas Negeri Surabaya.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa

Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

http://contextual.org diakses tanggal 15 April 2009

27

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS 1

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : V / 2

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Hari, Tanggal : Senin, 13 April 2009

Standar Kompetensi

5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Indikator

Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan

Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:

1. menghitung perbandingan dengan benar

2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan

Materi Ajar

Perbandingan dan Skala

Metode Pembelajaran

Ceramah

Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

Salam, Absensi

Apersepsi : Guru menunjuk dua orang siswa kemudian menanyakan

umur keduanya kemudian guru membuat perbandingannya

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

28

Kegiatan Inti

Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

Siswa dalam kelompok dibagikan sebuah permasalahan tentang

perbandingan

Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut

Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan

Kegiatan Akhir

Evaluasi

Guru dan siswa menarik kesimpulan

Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP

Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas

Buku Matematika Kelas V, Erlangga

Penilaian

Bentuk Penilaian

Tes Tulis

Instrumen Penilaian

Soal

1. Jika umur Ana 12 tahun dan umur Ani 6 tahun, perbandingan umur

mereka adalah……

2. Perbandingan umur Sita dan Dewi 2 : 3, jika jumlah umur keduanya 15

tahun, Umur Sita adalah…..

3. Ayah mempunyai kambing 36 buah, Kakek mempunyai kambing 108,

perbandingan umur mereka adalah…...

4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 4 : 6, jika jumlah umur

keduanya 20, umur Nini adalah…..

5. Marlena dan Anti mempunyai buku tulis dengan jumlah sebagai

berikut, Marlena 50 dan Anti 100, perbandingan jumlah buku Marlena

dan Anti adalah……………………….

29

Kunci Jawaban

1. 12 : 6 = 2 : 1

2. Umur Sita 6 tahun

3. 36 : 108 = 1 : 3

4. Umur Nini = 12 tahun

5. 50 : 100 = 1 : 2

Bogor , 13 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

MARLIANA TEANIM. 814081866

30

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS 2

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : V / 2

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Hari, Tanggal : Senin, 20 April 2009

Standar Kompetensi

5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Indikator

Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan

Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:

1. menghitung perbandingan dengan benar

2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan

Materi Ajar

Perbandingan dan Skala

Metode Pembelajaran

Ceramah

Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

Salam, Absensi

Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan

untuk mengukur kemampuan awal siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

31

Kegiatan Inti

Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

Siswa dalam kelompok mengambil undian soal/ permasalahan pada

kotak yang disediakan guru

Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut

Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika

penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok

lain

Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan

secara kelompok dan individu

Kegiatan Akhir

Evaluasi

Guru dan siswa menarik kesimpulan

Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP

Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas

Buku Matematika Kelas V, Erlangga

Penilaian

Bentuk Penilaian

Tes Tulis

Instrumen Penilaian

Soal

1. Jika umur Jane 12 tahun dan umur Ani 8 tahun, perbandingan umur

mereka adalah……

2. Perbandingan umur Dino dan Dion 2 : 4, jika jumlah umur

keduanya 24 tahun, Umur Dion adalah…..

3. Ayah mempunyai kerbau 30 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,

perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...

4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 5 : 6, jika jumlah umur

keduanya 44, umur Nini adalah…..

32

5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,

berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 16 ?

Kunci Jawaban

1. 12 : 8 = 6 : 4

2. Umur Dion 16 tahun

3. 30 : 120 = 1 : 4

4. Umur Nini = 20 tahun

5. Coklat Tina = 4

Bogor , 20 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

MARLIANA TEANIM. 814081866

33

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS 3

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/ Semester : V / 2

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Hari, Tanggal : Senin, 27 April 2009

Standar Kompetensi

5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Indikator

Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan

Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:

1. menghitung perbandingan dengan benar

2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan

Materi Ajar

Perbandingan dan Skala

Metode Pembelajaran

Ceramah

Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

Salam, Absensi

Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan

untuk mengukur kemampuan awal siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

34

Kegiatan Inti

Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

Siswa dalam kelompok mendiskusikan pemecahan soal perbandingan

dengan sesuai dengan pilihan sendiri

Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut

Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika

penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok

lain

Siswa dalam kelompok kembali mendiskusikan cara pemecahan soal,

sampai semua anggota kelompok memahami cara pemacahan

Guru menunjuk secara acak satu siswa di masing-masing kelompok

untuk memecahkan masalah perbandingan di papan tulis

Kegiatan Akhir

Evaluasi

Guru dan siswa menarik kesimpulan

Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP

Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas

Buku Matematika Kelas V, Erlangga

Penilaian

Bentuk Penilaian

Tes Tulis

Instrumen Penilaian

Soal

1. Jika umur Jane 15 tahun dan umur Ani 35 tahun, perbandingan

umur mereka adalah……

2. Perbandingan umur Dino dan Dion 3 : 4, jika jumlah umur

keduanya 49 tahun, Umur Dion adalah…..

3. Ayah mempunyai kerbau 60 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120,

perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...

35

4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 3 : 6, jika jumlah umur

keduanya 54, umur Nini adalah…..

5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3,

berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 200 ?

Kunci Jawaban

1. 15 : 35 = 3 : 7

2. Umur Dion 28 tahun

3. 60 : 120 = 1 : 2

4. Umur Nini = 36 tahun

5. Coklat Tina = 50

Bogor , 27 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

MARLIANA TEANIM. 814081866

36

Lampiran 4

DATA KEADAAN SISWA KELAS V SDN KEDUNGHALANG 3

TAHUN PELAJARAN 2009-2010

NO NAMA SISWA L/P ALAMATNAMA PEKERJAAN

ORTU ORTU

1 Ayum Adi Putra L BOGOR Hasan Basri

2 Ayumi Milasari P BOGOR Ali Imron

3 Ba`diyah P BOGOR Suhari

4 Bahrul L BOGOR Hartono

5 Faridatun Nafi`ah P BOGOR Jumain

6 Hoirul Basri L BOGOR Karimulla

7 Indrawati P BOGOR Anton

8 Irfaniati P BOGOR Moh. Iklas

9 John Refen L BOGOR Kasmini

10 Mega Silvi Putri P BOGOR Wawan K

11 Moh. Dikri L BOGOR Hendrik

12 Moh. Andika L BOGOR Moh. Arif

13 Mohammad Arfa L BOGOR Joko Putro

14 Mohammad Fausi L BOGOR Moh. Ihsan

15 Mohammad Hasim L BOGOR Sujamil

16 Mohammad Nuri L BOGOR Samsuri

17 Mohammad Yasin L BOGOR Sarno

18 Samsul Arifin L BOGOR Abdullah

19 Siti Fatimah P BOGOR Qomaruddin

20 Siti Sa`diyah P BOGOR Tatang

21 Suparman L BOGOR Moh. Fahrur

22 Uswatun Hasanah P BOGOR Sainudin

Lampiran 5

37

TABEL REKAPITULASI HASIL BELAJAR PER SIKLUS

NO NAMA SISWANILAI

SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 31 Ayum Adi Putra 60 60 90

2 Ayumi Milasari 70 80 90

3 Ba`diyah 70 80 90

4 Bahrul 60 90 80

5 Faridatun Nafi`ah 80 90 90

6 Hoirul Basri 80 60 80

7 Indrawati 70 80 90

8 Irfaniati 70 70 60

9 John Refen 60 60 90

10 Mega Silvi Putri 80 80 90

11 Moh. Dikri Hidayat K. 50 90 60

12 Mohammad Andika 60 90 90

13 Mohammad Arfa 80 80 90

14 Mohammad Fausi 70 80 90

15 Mohammad Hasim 80 80 60

16 Mohammad Nuri 70 80 90

17 Mohammad Yasin 90 60 80

18 Samsul Arifin 60 80 70

19 Siti Fatimah 60 70 70

20 Siti Sa`diyah 70 60 80

21 Suparman 70 80 90

22 Uswatun Hasanah 60 80 80

RATA-RATA 69,09 76,36 81,82

Lampiran 6

38

Format Kesedian sebagai Teman Sejawat dalamPenyelenggaraan PKP

Kepada

Kepala UPBJJ BOGOR

Di Bogor

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa :Nama : NIP : Tempat Mengajar : Alamat Sekolah : Telepon : -

Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam pelaksanaan PKP atas nama :

Nama : MARLIANA TEANIM : 814081866Program Studi : S1 PGSDTempat Mengajar : SDN Kedunghalang 3Alamat Sekolah : Jl. PesantrenTelepon : -

Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor ,9 April 2009

Mengetahui,Kepala Sekolah

DASUKI, S.Pd. NIP. 19580508 197907 2 002

Teman Sejawat,

SURYANINIP. 19540512 197702 2 002

Lampiran 7

39

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MARLIANA TEA

NIM :

UPBJJ-UT : BOGOR

Menyatakan bahwa:

Nama : SURYANI

Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3

Guru Kelas : 6

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan

pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan

Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Bogorr, 13 April 2009

Teman Sejawat

SURYANI.NIP. 19540512 197702 2 002

Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

MARLIANA TEA NIM. 814 081 866

Lampiran 8

40

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MARLIANA TEA

NIM : 814081866

UPBJJ-UT : BOGOR

Menyatakan bahwa:

Nama : SURYANI

Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3

Guru Kelas : 6

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan

pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan

Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, 20 April 2009

Teman Sejawat

SURYANI.NIP. 19540512 197702 2 002

Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

MARLIANA TEA NIM. 814 081 866

41

Lampiran 9

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MARLIANA TEA

NIM : 814081866

UPBJJ-UT : BOGOR

Menyatakan bahwa:

Nama : SURYANI

Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3

Guru Kelas : 6

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan

pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan

Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Bogorr, 27 April 2009

Teman Sejawat

SURYANI.NIP. 19540512 197702 2 002

Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

MARLIANA TEA NIM. 814 081 866

42