ptk bab i ii iii iv v

Upload: suratmixbng

Post on 09-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

3

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKegiatan belajar mengajar atau KBM merupakan kegiatan guru disekolah yang berguna untuk menyampaikan informasi, pengetahuan, pengalaman kepada peserta didik. Menurut Krisna (2009) pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen, yaitu siswa, guru, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode, media, dan evaluasi.Kegiatan belajar mengajar di SDN I Joho khususnya kelas IV belum sepenuhnya berhasil. Siswa seringkali kesulitan menyerap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), siswa jenuh dan bosan. Pembelajaran masih berlangsung satu arah, pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh guru. Respon siswa terhadap pembelajaran cenderung rendah. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa sama sekali tidak tampak hanya saat guru memberikan tugas mencatat dan mengerjakan soal. Sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan maupun yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, bahkan tidak jarang siswa mengantuk saat guru sedang menerangkan pelajaran.

1Berdasarkan pengamatan, pembelajaran yang selama ini dilakukan belum efektif, karena guru dalam menyajikan pembelajaran hanya dengan Transfer of Knowledge atau mentransfer ilmu saja tanpa mengembangkan cara bagaimana belajar, selain itu guru belum sepenuhnya menerapkan model-model pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif, sementara siswanya pasif ( aktivitas siswa rendah). Dengan aktivitas siswa yang rendah mempengaruhi prestasi belajar siswa.Dari pengamatan guru selama proses pembelajaran berlangsung selama ini, sebagian siswa kelas IV SDN 1 Joho memiliki nilai IPA dibawah KKM yang ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian terakhir yang menunjukan bahwa dari 32 siswa yang mendapat nilai diatas KKM sejumlah 6 siswa. Untuk lebih jelas nilai rata-rata siswa dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:Tabel 1.1.Nilai rata-rata ulangan harian IPA kelas IV SDN 1 JohoNoNilaiJumlah SiswaPersentase (%)Kriteria

1.35 441031 %Tidak tuntas

2.45 54722 %Tidak tuntas

3.55 64928 %Tidak tuntas

4.65 74413 %Tuntas

5.75 84 26 %Tuntas

Prestasi belajar tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu 65. Rendahnya prestasi belajar tersebut diduga akibat rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.Untuk mengatasi masalah diatas, salah satunya adalah menggunakan metode pembelajaran inkuiri, untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Sehingga dalam proses belajar mengajar tercipta suasana yang kondusif, interaktif dan efektif. Apabila suasana tersebut telah tercapai maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Tidak hanya prestasi belajarnya saja yang meningkat tetapi juga kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran akan meningkat.Peningkatan aktivitas siswa tidak hanya menggunakan metode pembelajaran saja tetapi juga dibutuhkan guru yang profesional. Guru yang profesional dapat menciptakan skenario pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Seorang guru yang profesioanl adalah menguasai kemampuan dan ketrampilan, antara lain: 1) Kemampuan menguasai bahan ajar, 2) Kemampuan dalam mengelola kelas, 3) Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar, dan 4) Kemampuan untuk melakukan penilaianUntuk mengetahui peningkatan aktivitas dan prestasi belajar, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya aktivitas dan dapat memberikan konstribusi pada guru sehingga meningkatkan prestasi belajar.. Berdasarkan uraian diatas maka, penulis mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA Materi Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan Melalui Penerapan Metode Inkuiri di Kelas IV SDN 1 Joho

B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:1. Apakah penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan kelas IV SDN 1 Joho?2. Apakah penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan kelas IV SDN 1 Joho?

C. Tujuan PenelitianPenelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 1 Joho dalam aktivitas dan prestasi belajar. Secara khusus perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini untuk:1. Meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN 1 Joho dalam pembelajaran IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan melalui penggunaan metode inkuiri.2. Mengetahui prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Joho dalam pembelajaran IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan melalui penggunaan metode inkuiri.

D. Manfaat PenelitianPenelitian yang baik harus melahirkan suatu manfaat, tidak menjadi persoalan apakah manfaat yang dihasilkan itu manfaat praktis dan berjangka pendek ataupun manfaat secara teoritis dan hanya bisa dilihat wujudnya jauh di masa depan. Demikian pula penelitian perbaikan pembelajaran ini, setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri, secara umum diharapkan dapat bermanfaat bagi:1. Siswa Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini bagi siswa yaitu:a. Meningkatkan aktivitas terhadap kegiatan pembelajaran IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan.b. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan.2. Guru Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini bagi guru yaitu:a. Memperbaiki kinerja guru dalam perbaikan pembelajaran.b. Guru dapat berkembang secara professional.c. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.3. Sekolah Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini bagi sekolah yaitu:a. Meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa.b. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.c. Memberikan konstribusi yang baik dalam peningkatan proses pembelajaran untuk semua mata pelajaran.4. Pendidikan Manfaat perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini bagi pendidikan yaitu:a. Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan diambil guna peningkatan mutu pendidikan.b. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori1. Aktivitas SiswaAktivitas dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Semakin tinggi aktivitas siswa akan semakin mudah untuk memahami materi yang dipelajari. Hamalik (2008) menyatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Saat melakukan kegiatan siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Dalam kegiatan belajar siswa hendaknya turut mengambil bagian sehingga siswa akan lebih aktif mengikuti pelajaran dan dapat memperoleh pengetahuan dengan demikian siswa dapat mengembangkan dan menerapkan keterampilan yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Dari pendapat di atas jelas disebutkan bahwa yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah kesempatan bagi siswa untuk berperan serta sehingga aktivitas siswa timbul, bukan aktivitas guru. Pada pembelajaran guru hendaknya memusatkan kegiatan pada siswa sehingga siswa akan menemukan dengan sendirinya pengetahuan.

6Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) prinsip aktivitas bagi siswa terwujud melalui perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi, membuat karya tulis, membuat kliping dan prilaku sejenis lainya. Siswa yang aktif tidak hanya mendengar dan menulis saja, tetapi juga ikut terlibat dalam semua aspek termasuk di dalamnya aktivitas mental dan emosional. Aktivitas siswa sangat besar nilainya bagi pengajaran para siswa (Hamalik, 2008) karena:1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral3) Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dan guru7) Pengajaran diselenggarakan secara realities dan kongkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindari verbalitas8) Pengajaran disekolah menjadi hidup sabagaimana aktivitas kehidupan di masyarakat.Berdasar uraian pendapat Hamalik di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk turut berperan serta dalam kegiatan belajar dan belajar untuk bekerjasama dengan teman lain. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2011) membagi aktivitas belajar kedalam 8 kelompok, yaitu:1) Visual Activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.2) Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, member saran. Berpendapat, diskusi, interupsi.3) Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, music, pidato.4) Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.5) Drawing Activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.6) Motor Activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak.7) Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.8) Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang.Berdasarkan jenis-jenis aktivitas belajar di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru berperan dalam membimbing dan mengarahkan siswa. Tujuan pempelajaran akan sulit tercapai tanpa adanya aktivitas siswa.Salah satu indikator adanya keinginan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran adalah adanya aktivitas siswa tanpa adanya paksaan. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: 1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain, 2) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, 3) Mampu menjawab pertanyaan, 4) Senang diberi tugas belajar, 5) Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru, 6) Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran, 7) Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa, 8) Mencoba sendiri konsep-konsep, dan 9) Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya.2. Prestasi BelajarPrestasi belajar sangat erat hubunganya dengan kegiatan belajar. Tanpa adanya kegiatan belajar tidak akan ada prestasi belajar. Sebaliknya jika ada kegiatan belajar pasti diikuti adanya prestasi belajar. Sebelum membahas prestasi belajar terlebih dahulu harus memahami apa itu belajar. Difinisi belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) merupakan suatu proses yang terjadi pada siswa dengan adanya kesadaran pada siswa dengan memperoleh sesuatu melalui lingkungan sekitar. Siswa menjadi bagian penting dalam proses belajar, dimana siswa akan mendapat sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, seperti gejala alam, hewan, tumbuhan dan benda-benda lain yang ada di lingkungan sekitar.Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009) mengemukakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dimana dengan belajar siswa mendapat keterampilan khusus dan dapat memberikan respon yang baik. Thorndike (Astri Budiningsih, 2004) berpendapat bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Dengan pemberian respon siswa dapat mendapat pengetahuan yang terarah dalam kegiatan belajar. Respon yang timbul dapat berupa respon langsung maupun tidak langsung, seperti pikiran, perasaan, ataupun tindakan. Ada 3 hal yang perlu mendapat perhatian dalam proses belajar yaitu input, proses dan output. Input perlu diperhatikan karena harus di sesuaikan dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan siswa. Proses perlu diperhatikan karena dengan pengelolaan proses yang baik dapat tercapai tujuan pembelajaran. Sedangkan output adalah hasil dari input dan proses. Output dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses belajar. Dalam setiap kegiatan pembelajaran akan diperoleh prestasi belajar yang digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar. Oleh karena itu prestasi belajar selalu dinilai. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk membandingkan prestasi sebelum dan sesudah melakukan kegiatan belajar. Dengan membandingkan prestasi sebelum dan sesudah kegiatan belajar akan diketahui perubahan yang dialami siswa. Menurut Abdulah (2008) prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil proses belajar mengajar yang terkait dengan penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Dengan demikian perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa baik perubahan intelektual maupun perubahan emosional akan terlihat. Perubahan-perubahan tersebut akan semakin tampak dengan adanya proses belajar yang memadai. Jika proses belajar yang menghubungkan siswa dengan materi ajar bersifat positif, maka akan menghasilkan prestasi belajar yang positif. Sejalan dengan pendapat di atas, Muhibbin Syah (2006) memaparkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan yang timbul akibat dari hasil belajar siswa yang didalamnya termasuk aspek pemikiran dan perasaan. Sedangkan menurut Ilyas (2008) belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan beberapa kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentuDari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai seorang sesudah melakukan proses pembelajaran pada masa tertentu baik berupa perubahan pada tingkah laku, keterampilan serta pengetahuan yang dapat diukur serta dinilai yang kemudian dituangkan dalam pernyataan nilai atau angka.3. Metode InkuiriDalam kegiatan belajar mengajar, keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Guru yang mampu memahami kondisi siswanya dan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat akan mudah mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan guru yang tidak peka terhadap kondisi siswnya dan tidak memperhatikan proses pembelajaran akan mengalami kegagalan dalam mengajar. Menurut Satori, dkk (2008), fungsi dan peran guru adalah sebagai motivator dan inovator dalam pembangunan pendidikan, perintis dan pelopor pendidikan, penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, dan pengabdian. Sebagai motivator guru harus mampu untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran agar prestasi belajar juga mengalami peningkatan. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas pembelajaran adalah dengan mengganti metode atau cara pembelajaran yang selama ini hanya dilakukan dengan metode ceramah dan kurang diminati siswa. Menurut Nana Sudjana (2005) metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Sementara itu menurut M. Sobri Sutikno (2009) menyatakan metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan pembelajaran yang dilakukan pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa.Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.Menurut Piaget dalam (E. Mulyasa, 2007) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Menurut Wina Sanjaya (2008) Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Wina Sanjaya (2008) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu: Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.Wina Sanjaya (2008) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:a. OrientasiPada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.b. Merumuskan masalahMerumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan hipotesisHipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.d. Mengumpulkan dataMengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.e. Menguji hipotesisMenguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.f. Merumuskan kesimpulanMerumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:a. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran IPA. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.b. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.Metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang stu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukanya dengan teman lainya.Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan, yaitu: 1) Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri siswa2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri dalam pembelajaran. 5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.7) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan pada siswa untuk belajar sendiri. 9) Siswa dapat menghindari diri dari cara-cara belajar gaya anak-anak.10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengatasi dan mengakomodasi informasi 11) Dapat melatih siswa mengomunikasikan gagasannya.Selain mempunyai kelebihan metode inkuiri juga memiliki kelemahan atau kekurangan adalah :1) Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar menggunakan metode ini.2) Bila digunakan dalam kelas dengan jumlah siswa yang besar dirasa kurang berhasil. 3) Siswa yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang dirancang guru biasanya sulit memacu diri, apalagi belajar mandiri sehingga mengecewakan guru dan siswa itu sendiri.4) Dipandang terlalu idealis dan mementingkan pengertian dan sikap.5) Dipandang membutuhkan biaya yang lebih besar apalagi kalau penemuannya kurang berhasil akan menjadi pemborosan6) Memakan waktu yang cukup lama.4. Mata Pelajaran IPAIPA merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, nyusunan dan pengujian gagasan (Sutarno,2009). Berdasarkan pendapat dari Sutarno tersebut maka secara langsung IPA merupakan hasil kegiatan manusia yang berkaitan dengan alam dan tersusun dengan sistematis sehingga dapat dihubungkan antara fenomena atau kejadian satu dengan kejadian yang lainnya. Menurut Trianto (2007), IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu : kemampuan mengetahui yang diamati, kemampuan memprediksi apa yang belum diamati dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut dari hasil eksperimen, dan dikembangkanya sikap ilmiah. Suwarna (2010) menjelaskan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA di SD/MI merupakan standar minimal secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (Suwarna. 2010).Sedangkan menurut De Vito et al. Ta dalam (Samatowa, 2010) menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan pendapat dari De Vito tersebut maka pembelajaran dengan mengaitkan lingkungan belajar siswa sangat diperlukan untuk membangun rasa ingin tahu siswa tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya dan menimbulkan kesadaran tentang perlunya belajar IPA menjadi sangat diperlukan.Ada beberapa alasan mengapa IPA diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Samatowa (2010) alasan mengapa IPA dimasukkan dalam kurikulum Sekolah Dasar adalah:: 1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa karena dengan adanya IPA maka kesejateraan suatu bangsa dapat terjadi. IPA menghantarkan suatu bangsa untuk berkembang dengan teknologi-teknologi yang tercipta. 2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. 3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. 4) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Menurut permendiknas No. 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA SD diselenggarakan dengan tujuan agar siswa:1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan.6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.B. Kerangka BerfikirBertitik tolak pada rendahnya aktivitas belajar siswa yang ditunjukan dengan rendahnya prestasi belajar siswa yang tidak sesuai harapan. Faktor rendahnya aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA disebabkan oleh: 1) pembelajaran kurang bermakna, 2) pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif, 3) proses pembelajaran monoton. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Suwarna (2010) menjelaskan pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah ( scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Suprijono (2009) menjelaskan bahwa kata kunci pembelajaran adalah penemuan. Belajar menemukan menunjukan pada proses dan hasil belajar. Belajar menemukan melibatkan peserta didik dalam keseluruhan proses metode keilmuan sebagai langkah-langkah sistimatik menemukan pengetahuan baru atau memverivikasi pengetahuan lama.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri memiliki dampak yang sangat positif untuk siswa yang rendah aktivitas dan perstasi belajarnya. Alur kerangka berfikir dapat digambarkan secara praktis mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.1. Alur Kerangka BerpikirKondisi AwalBelum menggunakan metode pembelajaran inkuiriAktivitas siswa rendahPrestasi belajar rendah

TindakanMenggunakan metode pembelajaran inkuiriSiklus IMetode pembelajaran inkuiri dengan kelompok besar

Kondisi AkhirSiklus IIMetode pembelajaran inkuiri dengan kelompok kecil

Aktivitas siswa tinggiPrestasi belajar tinggi

Dari uraian kaji teori dan alur kerangka berpikir di atas maka penerapan metode pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

C. Hipotesis TindakanBerdasarkan uraian kerangka teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah :1. Penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas.2. Penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar.

D. Indikator Kinerja dan Kriteria KeberhasilanIndikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan aktivitas adalah: 1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain, 2) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, 3) Mampu menjawab pertanyaan, 4) Senang diberi tugas belajar, 5) Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru, 6) Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran, 7) Pengetahuan dipelajari dialami, dan ditemukan oleh siswa, 8) Mencoba sendiri konsep-konsep, dan 9) Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya, dengan kriteria skor 13 kategori rendah, skor 47 kategori sedang, skor 810 kategori tinggi. Indikator yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah tes prestasi belajar dengan ditunjukkan ulangan harian rata-rata 70 dan Ketuntasan Belajar Minimal 65. Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilakukan 2 siklus, maka kriteria keberhasilan sebagai berikut :1. Aktivitas dinyatakan berhasil jika 70 % siswa aktivitas tinggi dalam pembelajaran inkuiri.2. Prestasi belajar dinyatakan berhasil, jika rata-rata prestasi belajar mencapai nilai 70 dan ketuntasan belajar mencapai 75%.

BAB IIIPELAKSANAAN TINDAKAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu1. Subjek Subyek perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Joho berjumlah 32 siswa, terdiri dari 16 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Joho Kelas IV Semester I Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Peneliti mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan SD Negeri 1 Joho tersebut tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas. 3. Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan selama 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dan tiap pertemuan terbagi menjadi dua tatap muka. Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: Siklus Ia. Hari / Tanggal: 1) Pertemuan 1: Hari Selasa dan Kamis, Tanggal 17 September dan 19 September 2013 2) Pertemuan 2: Hari Selasa dan Kamis, Tanggal 24 September dan 26 September 2013b. Kompetensi Dasar: 1) 22Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya.2) Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya.

Siklus IIa. Hari / Tanggal: 1) Pertemuan 1: Hari Selasa dan Kamis, Tanggal 1 Oktober dan 3 Oktober 20132) Pertemuan 2: Hari Selasa dan Kamis, Tanggal 8 Oktober dan 10 Oktober 2013b. Kompetensi Dasar: 1) Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya.2) Menjelaskan hubungan antara struktur bunga tumbuhan dengan fungsinya.Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan September dan Oktober 2013 dengan perincian jadwal kegiatan sebagai berikut:Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan PTKNo Kegiatan September Oktober

IIIIIIIVIIIIIIIV

1.Refleksi awal dan rumusan masalah

2.Pelaksanaan siklus I

3.Pelaksanaaan siklus II

4.Penyusunan laporan

4. Pihak yang MembantuProsedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus. Untuk memperoleh data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri I Joho, maka peneliti dibantu oleh pengamat yaitu:a. Identitas PengamatNama : MUSRIYAH, S.Pd. INIP: 19580715 198201 2 005Pekerjaan : Guru Kelas IVb. Informasi Tugas PengamatSebelum pelaksanaan perbaikan pembelajaran, tugas pengamat adalah:1) Menyusun lembar pengamatan bersama guru peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan..2) Menilai rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan format Lembar Penilaian Ketrampilan Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran, terlampir.Selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran, tugas pengamat adalah:1) Melakukan observasi tentang aktivitas siswa dengan menggunakan format Lembar Observasi Aktivitas, terlampir.2) Melakukan observasi tentang prestasi belajar dengan menggunakan format Lembar Observasi Prestasi Belajar, terlampir.3) Melakukan observasi tentang ketrampilan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan format Lembar Observasi Ketrampilan Melaksanakan Perbaikan Pembelajaran, terlampir.Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran, tugas pengamat adalah:1) Bersama-sama peneliti melakukan refleksi tentang perbaikan pembelajaran.2) Memberikan saran untuk perbaikan kekurangan-kekurangan yang di temukan pada pembelajaran siklus I.

B. Desain Prosedur Perbaikan PembelajaranPenelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Prosedur umum penelitian ini melalui tahap perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting), sebagaimana digagas oleh Kurt Lewin, sebagai berikut: Gambar 3.1. Desain Action Reseach Model Kurt LewinGambar di atas menggambarkan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Langkah kegiatan meliputi 2 siklus dengan tahapan tiap siklus perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).Siklus I1. Rencana TindakanPeneliti melakukan perencanaan perbaikan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPA, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menetapkan tempat dan waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran, dengan 2 kali tatap muka.b. Menetapkan materi pembelajaran, yaitu kompetensi dasar menjelaskan hubungan antara struktur akar dan batang tumbuhan dengan fungsinya.c. Menetapkan tujuan perbaikan yaitu: 1) Meningkatkan aktivitas siswa, dan 2) Meningkatkan prestasi belajar siswa.d. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran lengkap dengan lembar kerja, lembar tes formatif dan menyiapkan perangkat pembelajaran.e. Menyusun lembar observasi yang meliputi: 1) Lembar penilaian ketrampilan menyusun rencana perbaikan pembelajaran, 2) Lembar observasi aktivitas siswa , 3) Lembar observasi prestasi belajar, dan 4) Lembar observasi ketrampilan melaksanakan perbaikan pembelajaranf. Menyusun norma penilaian dan lembar observasig. Menentukan jadwal refleksi2. Pelaksanaan Tindakana. Prosedur TindakanUntuk mengatasi masalah rendahnya aktivitas belajar siswa, maka perlu dilakukan pemecahan masalah melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri. Setelah siklus I berlangsung, perbaikan yang diinginkan belum sesuai dengan indikator yang akan dicapai. Prosedur penelitian tindakan kelas siklus I digambarkan sebagai berikut:Sudi Pendahuluan 1. Dokumen Prestasi Belajar2. Obsevasi AktivitasPersiapan Penelitian1. Menetapkan solusi2. Menyusun RPP3. Menyusun Lembar Observasi4. Menyusun tes

Ide Awal

Tindakan Siklus I1. Pelaksanaan Perbaikan Penerapan Inkuiri2. Observasi3. Diskusi Refleksi

Replanning Siklus IIBelum Berhasil

Gambar 3.2. Prosedur Perbaikan Pembelajaran Siklus Ib. Langkah-Langkah Perbaikan PembelajaranPada siklus I dilakukan perbaikan pembelajaran dalam 2 kali pertemuan dengan 2 kali tatapmuka. Pertemuan 1 yaitu pada hari Selasadan Kamis, tanggal 17 September dan 19 September 2013. Pertemuan hari Selasa dan Kamis, tanggal 24 September dan 26 September 2013. Kompetensi dasar yang dibahas dalam siklus I adalah: 1) Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya, dan 2) Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya.Kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan menerapkan metode inkuiri. Adapun langkah-langkah perbaikan pembelajaran yang digunakan sebagai berikut:Pertemuan I1) Kegiatan awala) Guru melakukan apersepsi. Beberapa siswa ditanya tentang macam-macam tumbuhan yang biasa dijumpai dan dimanfaatkan sehari-hari.b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.2) Kegiatan intiEksplorasia) Guru membentuk 5 kelompok pembelajaran sesuai dengan strategi pembelajaran inkuiri.b) Guru menyajikan gambar berbagai jenis akar tubuhan.c) Siswa mengelompokkan berbagai jenis gambar akar tumbuhan sesuai dengan bentuknya. Elaborasid) Siswa mengambil bahan diskusi kelompok. e) Siswa berdiskusi menemukan ciri-ciri akar tunggang dan akar serabut.f) Siswa berdiskusi menemukan manfaat akar bagi tumbuhan itu sendiri dan manfaat bagi manusia.Konfirmasig) Perwakilan siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.h) Kelompok lain dipersilahkan menanggapi presentasi kelompok yang tampil.i) Guru mengadakan tanya jawab untuk meluruskan materi yang belum tuntas.j) Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari.3) Kegiatan akhira) Guru mengadakan evaluasi dan tindak lanjut.b) Guru menutup proses pembelajaranPertemuan II1) Kegiatan awala) Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas.b) Guru mengabsen siswa c) Guru melakukan apersepsi. Guru menanyakan materi pembelajaran yang dipelajari minggu lalu.d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.2) Kegiatan intiEksplorasia) Guru membentuk 5 kelompok pembelajaran sesuai dengan strategi pembelajaran inkuiri.b) Guru menyajikan gambar berbagai jenis batang tumbuhan.c) Siswa mengelompokkan gambar berbagai jenis batang tumbuhan sesuai dengan bentuknya. Elaborasid) Siswa berdiskusi menemukan jenis-jenis batang dan ciri-cirinya.e) Siswa berdiskusi menemukan manfaat batang bagi tumbuhan itu sendiri dan manfaat batang bagi manusia.Konfirmasif) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.g) Kelompok lain dipersilahkan menanggapi presentasi kelompok yang tampil.h) Guru mengadakan tanya jawab untuk meluruskan materi yang belum tuntas.i) Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari.3) Kegiatan akhira) Guru mengadakan evaluasi dan tindak lanjut.b) Guru menutup proses pembelajaran3. Pengamatan Langkah-langkah pengamatan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru pengamat dengan langkah-langkah sebagai berikut:a. Sebelum perbaikan pembelajaran dimulai guru pengamat melakukan penilaian Ketrampilan Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran dengan menggunakan format terlampir.b. Selama pembelajaran, pengamat duduk pada salah satu sudut kelas, mengamati aktivitas siswa dan prestasi belajar dengan menggunakan lembar observasi (terlampir) dan menilai Ketrampilan Melaksanakan Perbaikan Pembelajaran dengan menggunakan format penilaian (terlampir).c. Bersama guru peniliti melakukan refleksi perbaikan pembelajaran.4. Reflecting Data hasil pengamatan di atas selanjutnya dianalisis sebagai bahan melakukan refleksi.a. Kekuatan dan Kelemahan Perbaikan PembelajaranPada siklus I ada beberapa hal positif yang mendapat catatan dalam kegiatan pembelajaran menerapkan metode pembelajaran inkuiri yaitu 1) Belajar siswa menjadi lebih menarik, 2) Suasana kelas lebih kondusif, 3) Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan bertambah.Selain beberapa hal positif di atas, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk penerapan metode pembelajaran inkuiri yaitu 1) Ketika peragaan tinggal beberapa siswa yang masih ramai. 2) Tinggal beberapa siswa yang masih bingung dalam penerapan metode pembelajaran inkuiri.b. Kekuatan dan Kelemahan Diri dalam Merencanakan dan Melakukan Tindakan Perbaikan PembelajaranHasil pengamatan APKG I ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana perbaikan yaitu: 1) Menentukan alokasi waktu perbaikan, 2) Menentukan penataan ruang dan fasilitas belajar, dan 3) Menentukan cara-cara memotivasi siswa.Selain kelemahan tersebut ada beberapa hal yang positif yaitu: 1) Menggunakan bahan perbaikan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan masalah yang diperbaiki, 2) Membuat alat-alat penilaian dan sumber belajar, dan 3) Kebersihan dan kerapian. Hasil pengamatan APKG II ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran yaitu 1) Mengelola waktu pembelajaran secara efisien, 2) Keefektifan proses pembelajaran.Selain kelemahan tersebut ada beberapa hal yang positif yaitu: 1) Membimbing siswa membuktikan konsep IPA melalui pengalaman langsung terhadap obyek yang dipelajari, dan 2) Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran.Berdasarkan data yang terkumpul dan dari analisis data untuk mencoba menyimpulkan hasil pembelajaran siklus I. Hasil kesimpulan diperoleh sebagai berikut: adanya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa walaupun belum sepenuhnya sesuai harapan sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.Berdasarkan diskusi refleksi bersama teman sejawat akhirnya memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran dengan jumlah anggota kelompok diperkecil, sehingga pembelajaran menjadi terfokus. Keputusan replanning tersebut berdasarkan pendapat Huda (2011), merencanakan ukuran kelompok (jumlah anggota setiap kelompok) dibutuhkan untuk menghindari terjadinya ketidakseimbangan kerja antar kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi antar siswa serta meningkatkan rasa saling menghargai dalam perbedaan (jenis kelamin serta kemampuan pemahaman), selain itu semakin kecil kelompok, maka membuat semua anggota didalamnya aktif terlibat dan berpatisipasiSiklus II1. Rencana TindakanSiklus II ini merupakan hasil dari diskusi refleksi siklus I. hasil diskusi refleksi menyatakan bahwa untuk meningkatkan aktivitas siswa melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri dengan menekankan pada kegiatan diskusi kelompok kecil. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II sebagai berikut: a. Menetapkan materi pembelajaran, yaitu kompetensi dasar 1) Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya, 2) Menjelaskan hubungan antara struktur bunga tumbuhan dengan fungsinya.b. Menetapkan tujuan perbaikan yaitu: 1) Meningkatkan aktivitas siswa, dan 2) Meningkatkan prestasi belajar siswa.c. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran lengkap dengan lembar kerja, lembar tes formatif dan menyiapkan perangkat pembelajaran melalui revisi hasil refleksi.d. Menyusun lembar observasi yang meliputi: 1) Lembar penilaian ketrampilan menyusun rencana perbaikan pembelajaran, 2) Lembar observasi aktivitas siswa, 3) Lembar observasi prestasi belajar, dan 4) Lembar observasi ketrampilan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui revisi hasil refleksi.e. Menyusun norma penilaian tes formatif dan lembar observasi sesuai hasil refleksi.f. Menentukan jadwal refleksi.

2. Pelaksanaan Tindakana. Prosedur TindakanUntuk mengatasi masalah rendahnya aktivitas siswa, maka perlu dilakukan pemecahan masalah melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri. Prosedur penelitian tindakan kelas siklus II digambarkan sebagai berikut:Gambar 3.3. Prosedur Perbaikan Pembelajaran Siklus IISudi Pendahuluan 1. Dokumen Prestasi Belajar.2. Observasi Aktivitas.Persiapan Penelitian1. Menetapkan solusi2. Menyusun RPP3. Menyusun Lembar Observasi4. Menyusun tes

Siklus I

Tindakan Siklus II1. Pelaksanaan Perbaikan Penerapan Inkuiri2. Observasi3. Diskusi Refleksi

BERHASIL

b. Langkah-Langkah Perbaikan PembelajaranUntuk meningkatkan aktivitas siswa, maka dilakukan perbaikan pembelajaran pada hari Selasa, tanggal 1 Oktober 2013 dan Selasa, tanggal 8 Oktober 2013 dengan kompetensi dasar 1) Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya. 2) Menjelaskan hubungan antara struktur bunga tumbuhan dengan fungsinya.Pembelajaran menerapkan metode inkuiri yang dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:Pertemuan I1) Kegiatan awala) Guru melakukan apersepsi. Beberapa siswa ditanya tentang tanaman hias yang di lingkungan sekitar.b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.c) Guru memberikan motivasi kepada siswa2) Kegiatan intiEksplorasia) Guru membentuk 8 kelompok pembelajaran sesuai dengan strategi pembelajaran inkuiri.b) Guru menyajikan gambar berbagai jenis daun tumbuhan.c) Siswa mengelompokkan berbagai jenis gambar daun tumbuhan sesuai dengan bentuknya. Elaborasid) Siswa berdiskusi menemukan jenis-jenis daun berdasarkan bentuk tangkai daun.e) Siswa berdiskusi menemukan manfaat daun bagi tumbuhan itu sendiri dan manfaat bagi manusia.Konfirmasif) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.g) Kelompok lain dipersilahkan menanggapi presentasi kelompok yang tampil.h) Guru mengadakan tanya jawab untuk meluruskan materi yang belum tuntas.i) Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari.3) Kegiatan akhira) Guru mengadakan evaluasi dan tindak lanjut.b) Guru menutup proses pembelajaran

Pertemuan II1) Kegiatan awala) Guru melakukan apersepsi. Guru menanyakan materi pembelajaran yang dipelajari minggu lalu.b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapaic) Guru memberikan motivasi kepada siswa.d) Siswa mengelompokkan berbagai jenis gambar daun tumbuhan sesuai dengan bentuknya. 2) Kegiatan intiEksplorasia) Guru membentuk 8 kelompok pembelajaran sesuai dengan strategi pembelajaran inkuiri.b) Guru menyajikan gambar bunga sempurna.c) Siswa dapat Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinyaElaborasid) Siswa berdiskusi tentang bagian-bagian bunga.e) Siswa berdiskusi menemukan manfaat bunga bagi tumbuhan itu. sendiri dan manfaat bunga bagi manusia.Konfirmasif) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.g) Kelompok lain dipersilahkan menanggapi presentasi kelompok yang tampil.h) Guru mengadakan tanya jawab untuk meluruskan materi yang belum tuntas.i) Siswa membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari.3) Kegiatan akhira) Guru mengadakan evaluasi dan tindak lanjut.b) Guru menutup proses pembelajaran.

3. Pengamatan Pengamatan kegiatan perbaikan siklus II menggunakan teknik observasi. Observasi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru pengamat dengan langkah-langkah sebagai berikut:a. Sebelum perbaikan pembelajaran dimulai guru pengamat melakukan penilaian ketrampilan menyusun rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan format terlampir.b. Selama pembelajaran, pengamat duduk pada salah satu sudut kelas, mengamati aktivitas siswa dan prestasi belajar dengan menggunakan lembar observasi (terlampir) dan menilai ketrampilan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan format penilaian (terlampir).c. Bersama guru peniliti melakukan refleksi perbaikan pembelajaran.4. Reflecting Data hasil pengamatan di atas selanjutnya dianalisis sebagai bahan melakukan refleksi. Hasil refleksi yang didapat berupa kekuatan dan kelemahan proses dan perencanaan kegiatan perbaikan pembelajaran.a. Kekuatan dan Kelemahan Perbaikan PembelajaranHasil pengamatan pada siklus II menunjukkan ada kenaikan aktivitas siswa terhadap mata pelajaran IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan, dari 2 siswa menjadi 10 , ada kenaikan prestasi belajar dari 10 siswa menjadi 26 siswa. Ada beberapa hal positif yang mendapat catatan dalam kegiatan pembelajaran menerapkan metode pembelajaran inkuiri, yaitu: 1) Belajar siswa menjadi lebih menarik. 2) Suasana kelas lebih kondusif. 3) Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan bertambah.Selain beberapa hal positif diatas, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk penerapan metode pembelajaran inkuiri, yaitu: 1) Ketika peragaan tinggal beberapa siswa yang masih ramai. 2) Tinggal beberapa siswa yang masih bingung dalam penerapan metode pembelajaran inkuiri.b. Kekuatan dan Kelemahan Diri dalam Merencanakan dan Melakukan Tindakan Perbaikan PembelajaranHasil pengamatan APKG I sudah tidak ditemukan adanya kekurangan. Dalam APKG I ada beberapa hal positif yang dicatat, yaitu: menentukan cara-cara pengrganisasian siswa agar siswa dapat berpatisipasi dalam perbaikan pembelajaran.Hasil pengamatan APKG II ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana perbaikan yaitu: mengelola waktu pembelajaran secara efisien. Selain kelemahan tersebut ada beberapa hal yang positif yaitu: menangani pertanyaan dan respon siswa. Akhir pertemuan ke 2 pada siklus II, untuk mengetahui pancapaian indikator, maka antara guru kolaborator dan guru peneliti melakukan diskusi refleksi. Diskusi refleksi pada siklus II mengacu pada pertanyaan Apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan rencana yang telah disusun? Bagaimana tingkat pencapaian hasil belajar siswa? Perubahan apa yang terjadi baik guru maupun siswa?Diskusi refleksi dilakukan pada hari Kamis tanggal 10 Oktober 2013 di SD Negeri 1 Joho dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif diperoleh data sebagai berikut:1. 26 Siswa atau 81,25% kemampuan aktivitas siswa tinggi.2. 4 siswa belum mencapai ketuntasan sebagaimana dalam kriteria kelulusan yaitu 65 dan nilai rata-rata prestasi belajar 70.Berdasarkan ketercapaian indikator kinerja, menganalisi kekuatan dan kelemahan pada saat refleksi, maka penelitian tercapai pada siklus II.

C. Teknik Analisis Data1. DataSumber data perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah:a. Sumber data siswa yang meliputi data tentang aktivitas siswa, data tentang prestasi belajar serta data persepsi dan kesan siswa terhadap penerapan metode pembelajaran inkuiri.b. Sumber data guru meliputi data ketrampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan melaksanakan perbaikan pembelajaran.c. Sumber data kolaborator meliputi pengamatan penerapan metode pembelajaran inkuiri.Insturmen pengumpul data pada perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini terdiri dari:a. Lembar pengamatan untuk mengetahui data tentang aktivitas siswa dan data tentang prestasi belajar.b. Butir soal tes formatif untuk mengetahui data tentang prestasi belajar.

2. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data merupakan langkah yang cukup penting dalam prosedur penelitian, karena pada umumnya data yang dikumpulkan kecuali untuk penilaian eksploratif juga untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan kedalam variable. Kecermatan dalam memilih dan menyusun alat pengumpul data ini sangat berpengaruh terhadap obyektifitas dan kualitas penelitian.Teknik dan alat pengumpul data dalam penelitian ini meliputi data yang bersumber siswa, guru maupun kolaborator dengan teknik sebagai berikut:a. Teknik ObservasiTeknik observasi dilakukan untuk menilai jalannya pembelajaran sehingga hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyimpulkan hasil pembelajaran tersebut (Arikunto, 2010). Observasi atau pengamatan ini digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kejadian yang dapat diamati dalam situasi pembelajaran. Observasi yang dilaksanakan adalah observasi partisispatori yang berarti bahwa pengamat melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan pembelajaran.Teknik observasi ini digunakan untuk mengambil data siswa berupa pengamatan aktivitas siswa dan pengamatan prestasi belajar. Data guru tentang kemampuan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Lembar pengamatan berupa lembar observasi tertutup yang disusun dengan menggunakan pilihan jawaban, isisan singkat dan uraian. Aspek-aspek lembar pengamatan dan penskoran sebagai berikut:1. Lembar pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 9 aspek, yaitu 1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain, 2) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, 3) Mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, 4) Senang diberi tugas belajar, 5) Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru, 6) Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran, 7) Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa, 8) Mencoba sendiri konsep-konsep, 9) Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya.2. Lembar pengamatan melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran terdiri dari aspek 1) Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran, 2) Melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran, 3) Mengelola interaksi kelas, 4) Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar, 5) Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA, 6) Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, 7) Kesan umum pelaksanaan pembelajaran.b. Teknik TesPada penelitian ini digunakan pula pengukuran standar. Dalam pengukuran tes ini merupakan serangkaian item tes yang diujikan kepada sejumlah sampel dimana karakteristik sampel sesuai dengan tuntutan studi (M. Toha Anggoro, 2007).Teknik tes pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar mata pelajaran IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri. Instrument butir tes pilihan ganda sebanyak 10 soal, isian singkat 5 soal dan uraian 2 soal. Soal-soal tersebut merupakan penjabaran kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.c. Teknik WawancaraTeknik wawancara penelitian ini digunakan untuk mengambil data refleksi akhir siklus dengan instrumen lembar wawancara. Wawancara yang digunakan berupa pertanyaan terstruktur dan terfokus. Lembar wawancara terdiri dari 15 butir pertanyaan yang mengacu ketercapaian indikator. 3. Analisi DataSetelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah teknik analisis data. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus, atau mencari nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, daya serap dan ketuntasan belajar. Teknik analisis data sebagai berikut:a. Lembar Pengamatan Aktivitas SiswaLembar pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 9 aspek, 1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain, 2) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, 3) Mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, 4) Senang diberi tugas belajar, 5) Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru, 6) Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran, 7) Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa, 8) Mencoba sendiri konsep-konsep, 9) Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya. Jumlah aspek pengamatan 9 butir pernyataan, jika hasil pengamatan 13 kategori kemampuan aktivitas rendah, 46 kategori kemampuan aktivitas sedang, 79 kategori kemampuan aktivitas tinggi.

b. Prestasi Belajar IPAHasil tes prestasi belajar dilakukan analisis deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan nilai pra siklus maupun antar siklus dengan indikator kinerja. Analisis deskriptif meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, nilai modus, rentang data dan ketuntasan belajar. Prestasi belajar dengan teknik analisis kecenderungan nilai tengah (Central Tendensy) yaitu mencari nilai rata-rata (mean).

Nilai rat-rata =Jumlah nilai seluruh siswa

Jumlah siswa

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi hasil penelitian1. Siklus IPerbaikan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kuantitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes hasil prestasi belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar siswa. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh data sebagai berikut:a. Data AktivitasPengambilan data aktivitas dilakukan setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada akhir siklus I, intrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 9 aspek. Dari data diperoleh aktivitas skor 1-3 kategori rendah, aktivitas skor 4-6 kategori sedang dan aktivitas skor 7-9 kategori tinggi.hasil selengkapnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:Tabel 4.1Daftar Distribusi Frekuensi aktivitas pada siklus I.Skor DataTallyFrekuensi%S x F

9-000

8 39,3824

7 721,8849

6 82548

5 515,5325

4 39,3812

341 412,512

Lanjutan Tabel 4.1.Daftar Distribusi Frekuensi aktivitas pada siklus I.2 26,254

1-000

Jumlah32100174

Dari lembar pengamatan kemampuan aktivitas siswa pada perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA siklus I diperoleh data: skor tertinggi 8, skor terendah 2, modus skor 6. Masih ada 6 siswa (18,75%) yang mendapat skor rendah. Hasil selengkapnya disajikan dalam tabel sebagai berikut:Tabel 4.2.Rekapitulasi Kemampuan Aktivitas Siklus I.NoNama SiswaSkor Siklus IKemampuan AktivitasKet.

TinggiSedangRendah

1M. Adit Darmawan4

2Adit Saputra3

3Karunia Dinda S.7

4Tio Sapariman2

5Atafian Fauzi3

6Rio Subekti2

7Valentino Alza R.4

8Almira Shita R.8

9Berlian Dewita S.5

10Dimas Amanda S.7

11Erik Aditya P.6

12Evan Nur Cahyo3

13Feri Indriyanti8

14Hanif Nur M.6

15Ida Nur Isyah7

Lanjutan Tabel 4.2.Rekapitulasi Kemampuan Aktivitas Siklus I.16Keysandra Al V.6

17Lirna Mei Yasti6

18M. Jumaedi3

19M. I. Ramadhani5

20Mutia Nur Anisa6

21Nourma Amania L.4

22Nurlia Lali Lia5

23Ramadhani Dyas A.7

24Rifaldi Dwi S.7

25Sania Rahmawati D6

26Serlina Ristianti5

27Surya Adi K.6

28Tri Nurhayati5

29Verniawati7

30Yuliana Tri Pastiwi7

31Yusuf Nasrulloh6

32Zhafira Nurul H.8

Kemampuan Aktivitas Tinggi10

Kemampuan Aktivitas Sedang16

Kemampuan Aktivitas Rendah6

Dari tabel di atas diperoleh data kemampuan aktivitas siswa pada siklus I yaitu 10 siswa atau 31,25% ketegori tinggi, 16 siswa atau 50% kategori sedang dan 6 siswa atau 18,75% kategori rendah. Hasil analisis kemampuan aktivitas agar menjadi jelas disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:

44Grafik 4.1.Perbandingan Kemampuan Aktivitas Pra Siklus dan Siklus I

Grafik di atas menunjukkan kemampuan aktivitas pada pra siklus 22 siswa kategori rendah menjadi 6 siswa pada siklus I. Kemampuan aktivitas kategori sedang data pra siklus menunjukkan 8 siswa dan pada siklus I menjadi 16 siswa. Kemampuan aktivitas kategori tinggi data pra siklus menunjukkan 2 siswa dan pada siklus I menjadi 10 siswa.b. Data Prestasi belajarData tentang variabel prestasi belajar diambil setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada akhir siklus I. Teknik pengumpulan data berupa tes. Tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu.Setelah siswa belajar menggunakan model pembelajaran Inkuiri Intrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 soal pilihan ganda, 5 soal isian singkat dan 2 soal uraian. Bentuk soal pilihan ganda menggunakan empat alternatif jawaban dengan hanya satu jawaban yang benar. Alasan intrumen menggunakan tes bentuk pilihan ganda adalah dapat di skor dengan mudah, cepat serta obyektif, dan mencangkup materi yang luas. Alasan menggunakan isian singkat adalah persyaratan komprehensif dapat dipenuhi, dapat mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja. Sedangkan alasan menggunakan tes uraian adalah siswa dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri dan tidak dapat menerka-nerka jawaban soal. Dengan perpaduan tiga jenis tes tertulis tersebut di atas diharapkan prestasi belajar yang diperoleh siswa bisa diukur seakurat mungkin. Penyekoran hasil tes dengan cara tes pilihan ganda satu jawaban benar mendapat nilai 1. Tes isian singkat satu jawaban benar mendapat nilai 2 dan tes uraian satu jawaban benar mendapat nilai maksimal 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah iniTabel 4.3.Teknik Penyekoran Tes Tertulis Siklus I.NoJenis Soal TesJumlah Soal TesSkor Skor Perolehan

1Pilihan Ganda10110

2Isian Singkat5210

3Uraian236

Jumlah Skor Maksimal26

Nilai Tes =X 100

Jumlah Skor Perolehan

Jumlah Skor Maksimal

Hasil perolehan nilai tes dapat dilihat dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:Tabel 4.4.Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar pada Siklus I.Skor DataNilai TengahTallyFrekuensi%S x F

91-10095,5 39,38286,5

81-9085,5 515,63427,5

46 Lanjutan Tabel 4.4.Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar pada Siklus I.71-8075,5 26,25151

61-7065,5 1340,63851,5

51-6055,5 721,88388,5

41-5045,5 26,2591

31-4035,5

21-3025,5

11-2015,5

1-105,5

Jumlah321002196

Dari hasil tes prestasi belajar IPA siklus I diperoleh data sebagai berikut: perolehan skor tertinggi mencapai 92, perolehan skor terendah naik menjadi 46, perolehan skor rerata mencapai 68,09, sedangkan modus skor 65. Namun masih ada 11 siswa atau 34,38% yang mendapat skor di bawah Ketuntasan Belajar Minimal (KKM). Hasil selengkapnya disajikan dalam grafik berikut:Grafik 4.2.Perbandingan Prestasi Belajar IPA Pra Siklus dan Siklus I Grafik di atas menunjukkan prestasi belajar pada pra siklus 6 siswa atau 18,75% siswa tuntas dan 26 siswa atau 81,25% siswa tidak tuntas meningkat menjadi 21 siswa atau 65,63% siswa tuntas dan 11 siswa atau 34,38% siswa tidak tuntas pada siklus I. Selain hal tersebut, data nilai terendah mengalami kenaikan dari 34 pada pra siklus menjadi 46 pada siklus I. Secara lengkap disajikan daftar nilai siswa pada siklus I sebagai berikut:Tabel 4.5.Daftar Nilai Tes Prestasi Belajar IPA Siklus INoNama SiswaNilaiKeterangan

1M. Adit Darmawan54Tidak Tuntas

2Adit Saputra65Tuntas

3Karunia Dinda S.65Tuntas

4Tio Sapariman58Tidak Tuntas

5Atafian Fauzi54Tidak Tuntas

6Rio Subekti58Tidak Tuntas

7Valentino Alza R.65Tuntas

8Almira Shita R.88Tuntas

9Berlian Dewita Sari58Tidak Tuntas

10Dimas Amanda S.81Tuntas

11Erik Aditya P.65Tuntas

12Evan Nur Cahyo46Tidak Tuntas

13Feri Indriyanti92Tuntas

14Hanif Nur M.65Tuntas

15Ida Nur Isyah85Tuntas

16Keysandra Al V.65Tuntas

17Lirna Mei Yasti50Tidak Tuntas

18M. Jumaedi54Tidak Tuntas

19M. I. Ramadhani62Tidak Tuntas

20Mutia Nur Anisa69Tuntas

Lanjutan Tabel 4.5.Daftar Nilai Tes Prestasi Belajar IPA Siklus I21Nourma Amania L.69Tuntas

22Nurlia Lali Lia54Tidak Tuntas

23Ramadhani Dyas A.69Tuntas

24Rifaldi Dwi S.81Tuntas

25Sania Rahmawati D73Tuntas

26Serlina Ristianti65Tuntas

27Surya Adi K.85Tuntas

28Tri Nurhayati62Tidak Tuntas

29Verniawati65Tuntas

30Yuliana Tri Pastiwi92Tuntas

31Yusuf Nasrulloh73Tuntas

32Zhafira Nurul H.92Tuntas

Nilai Tertinggi92

Nilai Terendah46

Nilai Rata-rata68,1

Modus65

Ketuntasan Belajar65,63%

Rentang Skor46

Hasil analisis tes prestasi belajar IPA,diperoleh rerata idel (M) dan simpangan baku Ideal (SD) dan kriteria Sebagai berikut:M Ideal=0,5 (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)=0,5 (100 + 0)=50,0SD Ideal=0,167 (skor maksimum ideal + skor minimum ideal )=0,167 (100 + 0)=16,7Atas dasar rerata ideal (M) dan simpangan baku ideal (SD) diperoleh kriteria sebagai berikut:(M + 1,5 SD) ke atas= sangat tinggi (M + 0,5 SD) s.d (M + 1,5 SD)= tinggi(M 0,5 SD) s.d (M + 0,5 SD)= sedang(M 1,5 SD) s.d (M 0,5 SD)= rendah(M 1,5 SD) ke bawah= sangat rendahHasil analisis prestasi belajar IPA diperoleh kriteria:1. Prestasi belajar IPA dikatakan sangat tinggi jika nilai 75,05 ke atas.2. Prestasi belajar IPA dikatakan tinggi jika nilai 58,35 s.d 75,053. Prestasi belajar IPA dikatakan sedang jika nilai 41,65 s.d 58,354. Prestasi belajar IPA dikatakan rendah jika nilai 24,95 s.d 41,655. Prestasi belajar IPA dikatakan sangat rendah jika nilai 24,95 ke bawah.Berdasarkan hasil analisis dan pedoman konversi nilai diperoleh rerata 68,1 Pada interval 58,35 s.d 75,05 yang berarti termasuk kategori tinggi.2. Siklus IIPerbaikan pembelajaran untuk mengetahui seberapa besar peningkatan aktivitas siswa terhadap mata pelajaran IPA, mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA. Data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kuantitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes hasil prestasi belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar siswa. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh data sebagai berikut:a. Data AktivitasPengambilan data aktivitas dilakukan setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada akhir siklus II, intrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 9 aspek. Dari data diperoleh aktivitas skor 1-3 kategori rendah, aktivitas skor 4-6 kategori sedang dan aktivitas skor 7-9 kategori tinggi.hasil selengkapnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:Tabel 4.6.Daftar Distribusi Frekuensi aktivitas pada siklus II.Skor DataTallyFrekuensi%S x F

9 72163

8 92872

7 103170

6136

5 2610

4134

3 266

2

1

Jumlah32100231

Lembar pengamatan kemampuan aktivitas diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi 9, skor terendah 3, modus skor 7. Masih ada 2 siswa yang mendapat skor rendah. Hasil selengkapnya disajikan dalam tabel sebagai berikut:Tabel 4.7.Rekapitulasi Kemampuan Aktivitas Siklus II.NoNama SiswaSkor Siklus IIKemampuan AktivitasKet.

TinggiSedangRendah

1M. Adit Darmawan7

2Adit Saputra6

3Karunia Dinda S.8

4Tio Sapariman3

Lanjutan Tabel 4.7.Rekapitulasi Kemampuan Aktivitas Siklus II5Atafian Fauzi5

6Rio Subekti3

7Valentino Alza R.7

8Almira Shita R.9

9Berlian Dewita Sari7

10Dimas Amanda S.9

11Erik Aditya P.8

12Evan Nur Cahyo4

13Feri Indriyanti9

14Hanif Nur M.8

15Ida Nur Isyah8

16Keysandra Al V.9

17Lirna Mei Yasti8

18M. Jumaedi5

19M. I. Ramadhani7

20Mutia Nur Anisa8

21Nourma Amania L.7

22Nurlia Lali Lia7

23Ramadhani Dyas A.9

24Rifaldi Dwi S.8

25Sania Rahmawati D7

26Serlina Ristianti8

27Surya Adi K.7

28Tri Nurhayati7

29Verniawati8

30Yuliana Tri Pastiwi9

31Yusuf Nasrulloh7

32Zhafira Nurul H.9

52Lanjutan Tabel 4.7.Rekapitulasi Kemampuan Aktivitas Siklus IIKemampuan Aktivitas Tinggi26

Kemampuan Aktivitas Sedang4

Kemampuan Aktivitas Rendah2

Dari tabel di atas diperoleh data pada siklus II: Kemampuan Aktivitas 26 siswa atau 81,25% ketegori tinggi, 4 siswa atau 12,5% kategori sedang dan 2 siswa atau 6,25% dalam kategori rendah. Hasil analisis kemampuan aktivitas agar menjadi jelas disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:Grafik 4.3.Perbandingan Kemampuan Aktivitas Siklus I dan Siklus II.

Grafik di atas menunjukkan kemampuan aktivitas pada siklus I 6 siswa atau 18,75% kategori rendah menjadi 2 siswa atau 6,25% di siklus II. Kemampuan aktivitas kategori sedang data siklus I menunjukkan 16 siswa atau 50% dan pada siklus II menjadi 4 siswa atau 12,5%. Kemampuan aktivitas kategori tinggi data siklus I menunjukkan 10 siswa atau 31,25% dan pada siklus II menjadi 26 siswa atau 81,25%.b. Data Prestasi belajarData tentang variabel prestasi belajar diambil setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada akhir siklus II. teknik pengumpulan data berupa tes. Tes adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu.Setelah siswa belajar menggunakan model pembelajaran Inkuiri Intrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 soal pilihan ganda, 5 soal isian singkat dan 2 soal uraian. Bentuk soal pilihan ganda menggunakan empat alternatif jawaban dengan hanya satu jawaban yang benar. Alasan intrumen menggunakan tes bentuk pilihan ganda adalah dapat di skor dengan mudah, cepat serta obyektif, dan mencangkup materi yang luas. Alasan menggunakan isian singkat adalah persyaratan komprehensif dapat dipenuhi, dapat mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja. Sedangkan alasan menggunakan tes uraian adalah siswa dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri dan tidak dapat menerka-nerka jawaban soal. Penyekoran hasil tes dengan cara tes pilihan ganda satu jawaban benar mendapat nilai 1. Tes isian singkat satu jawaban benar mendapat nilai 2 dan tes uraian satu jawaban benar mendapat nilai maksimal 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah iniTabel 4.8.Teknik Penyekoran Tes Tertulis Siklus II.NoJenis Soal TesJumlah Soal TesSkor Skor Maksimal

1Pilihan Ganda10110

2Isian Singkat5210

3Uraian236

Jumlah Skor Maksimal26

Nilai Tes =X 100

Jumlah Skor Perolehan

Jumlah Skor Maksimal

Dengan model penyekoran sesuai table diatas, diperoleh data prestasi belajar siswa yang beragam. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam tabel didtribusi frekuensi sebagai berikut:Tabel 4.9.Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar pada Siklus II.Skor DataNilai TengahTallyFrekuensi%S x F

91-10095,5 412,5282

81-9085,5 825684

71-8075,5 1031,25755

61-7065,5 928,13589,5

51-6055,513,1355,5

41-5045,5

31-4035,5

21-3025,5

Jumlah321002466

Hasil tes prestasi belajar IPA siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi 96, skor terendah 58, skor rerata 77,1, modus skor 73. Masih ada 4 siswa atau 12,5% yang mendapat skor dibawah KKM atau belum tuntas. Dari data tersebut menunjukkan adanya peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa. Prestasi belajar pada siklus I nilai rata-rata 68,1 meningkat menjadi 77,1 pada siklus II. Selain hal tersebut, data nilai terendah mengalami kenaikan dari 46 pada siklus I menjadi 58 pada siklus II.. Hasil selengkapnya disajikan dalam grafik berikut:

55Grafik 4.4.Perbandingan Prestasi Belajar IPA Siklus I dan Siklus II.

Grafik di atas menunjukkan peningkatan hasil ketuntasan prestasi belajar siswa. Pada siklus I ketuntasan prestasi belajar siswa 21 siswa atau 65,63% meningkat menjadi 28 siswa atau 87,5%. Pada siklus I prestasi belajar siswa yang belum tuntas masih 11 siswa atau 34,38%, pada siklus II tinggal 4 siswa atau 12,5%. Secara lengkap disajikan daftar nilai siswa pada siklus II sebagai berikut:Tabel 4.10.Daftar Nilai Tes Prestasi Belajar IPA Siklus II.NoNama SiswaNilaiKeterangan

1M. Adit Darmawan73Tuntas

2Adit Saputra77Tuntas

3Karunia Dinda S.73Tuntas

4Tio Sapariman65Tuntas

5Atafian Fauzi62Tidak Tuntas

6Rio Subekti69Tuntas

7Valentino Alza R.73Tuntas

8Almira Shita R.88Tuntas

9Berlian Dewita Sari69Tuntas

10Dimas Amanda S.81Tuntas

Lanjutan Tabel 4.10.Daftar Nilai Tes Prestasi Belajar IPA Siklus II.11Erik Aditya P.77Tuntas

12Evan Nur Cahyo58Tidak Tuntas

13Feri Indriyanti96Tuntas

14Hanif Nur M.81Tuntas

15Ida Nur Isyah85Tuntas

16Keysandra Al V.77Tuntas

17Lirna Mei Yasti85Tuntas

18M. Jumaedi62Tidak Tuntas

19M. I. Ramadhani69Tuntas

20Mutia Nur Anisa85Tuntas

21Nourma Amania L.77Tuntas

22Nurlia Lali Lia62Tidak Tuntas

23Ramadhani Dyas A.85Tuntas

24Rifaldi Dwi S.88Tuntas

25Sania Rahmawati D77Tuntas

26Serlina Ristianti77Tuntas

27Surya Adi K.92Tuntas

28Tri Nurhayati69Tuntas

29Verniawati69Tuntas

30Yuliana Tri Pastiwi92Tuntas

31Yusuf Nasrulloh77Tuntas

32Zhafira Nurul H.96Tuntas

Nilai Tertinggi96

Nilai Terendah58

Nilai Rata-rata77,1

Modus77

Ketuntasan Belajar87,5%

Rentang Skor38

Hasil analisis tes prestasi belajar IPA,diperoleh rerata idel (M) dan simpangan baku Ideal (SD) dan kriteria Sebagai berikut:M Ideal=0,5 (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)=0,5 (100 + 0) =50,0SD Ideal=0,167 (skor maksimum ideal + skor minimum ideal )=0,167 (100 + 0)=16,7Atas dasar rerata ideal (M) dan simpangan baku ideal (SD) diperoleh kriteria sebagai berikut:(M + 1,5 SD) ke atas= sangat tinggi (M + 0,5 SD) s.d (M + 1,5 SD)= tinggi(M 0,5 SD) s.d (M + 0,5 SD)= sedang(M 1,5 SD) s.d (M 0,5 SD)= rendah(M 1,5 SD) ke bawah= sangat rendahHasil analisis prestasi belajar IPA diperoleh kriteria:1. Prestasi belajar IPA dikatakan sangat tinggi jika nilai 75,05 ke atas.2. Prestasi belajar IPA dikatakan tinggi jika nilai 58,35 s.d 75,053. Prestasi belajar IPA dikatakan sedang jika nilai 41,65 s.d 58,354. Prestasi belajar IPA dikatakan rendah jika nilai 24,95 s.d 41,655. Prestasi belajar IPA dikatakan sangat rendah jika nilai 24,95 ke bawah.Berdasarkan hasil analisis dan pedoman konversi nilai diperoleh rerata 77,1 Pada interval 75,05 ke atas yang berarti termasuk kategori sangat tinggi.B. Pembahasan 1. Siklus IPada pelaksanaan pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran Inkuiri kemampuan aktivitas hanya 6,25% atau 2 siswa dari 32 siswa. Situasi pembelajaran pasif, siswa tidak bersemangat dan cepat bosan, guru menjadi satu-satunya pusat perhatian, dan suasana kelas menjadi tidak kondusif.kondisi ini sangat memprihatinkan dalam proses pembelajaran. Melalui diskusi awal, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri.Pada siklus I diperoleh hasil, Aktivitas 10 siswa atau 31,25% memiliki aktivitas tinggi, 16 siswa atau 50% memiliki aktivitas sedang dan 6 siswa atau 18,75% memiliki aktivitas rendah. Ini berarti ada kenaikan aktivitas dari pra siklus 2 siswa menjadi 10 siswa. Selain hal tersebut, variabel prestasi belajar diperoleh 21 siswa tuntas dan 11 siswa tidak tuntas, ini berarti ada kenaikan 15 siswa dari 6 siswa pada studi awal. Pada akhir siklus I dilakukan tes formatif diperoleh hasil nilai tertinggi 92, nilai terendah 46, dan nilai rata-rata 68,1. Pada studi awal nilai rata-rata 53,5 sehingga ada kenaikan 14,6 poin meskipun ketuntasan belajar baru mencapai 65,6%Berkat intervensi dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri, aktivitas dan prestasi belajar ada kenaikan. Hal ini disebabkan model pembelajaran Inkuiri, kondisi siswa menjadi: a) lebih aktif, b) lebih berani dalam mengungkapkan pendapat, c) lebih menyenangkan, dan d) siswa dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Menurut E. Mulyasa (2003) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam pembelajaran meliputi:a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitifb. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu.c. Kemampuan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.d. Nilai (value), yaitu suatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.e. Sikap (attitude), yaitu perasaan senang dan tidak senang suka tidak suka atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.f. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

59Standar kompetensi IPA kurikulum 2006 menyebutkan bahwa, kompetensi merupakan kemampuan berfikir, bertindak dan bersikap secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan nilai. Sejalan dengan hal itu, maka pembelajaran Inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan perkembangan anak pada usia kongkrit operasional. Pembelajaran Inkuiri juga merangsang siswa untuk berfikir aktif kreatif, memberikan suasana belajar yang kondusif dan terbuka baik secara individu maupun kelompok. Suasana kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I dapat di visualisasikan pada gambar berikut: Gambar 4.1.Suasana Kegiatan Pembelajaran Siklus IPenerapan pembelajaran Inkuiri pada konsep struktur dan fungsi bagian tumbuhan siswa kelas IV SD Negeri 1 joho, menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar, hal ini disebabkan adanya tanggungjawab siswa secara individu dan kelompok sangat tinggi sesuai dengan karakteristik pembelajaran Inkuiri. Dari hasil analisis data dengan membandingkan indikator kriteria keberhasilan, diperoleh data sebagai berikut:1. Indikator kriteria keberhasilan tentang aktivitas siswa sebesar 70% pada siklus I baru mencapai 31,25% sehingga belum tercapai.2. Indikator kriteria keberhasilan tentang prestasi belajar sebesar 75% pada siklus I baru mencapai 65,63% sehingga belum tercapai.Berdasarkan hasil refleksi bersama kolaborator maka perbaikan pembelajaran perlu dilanjutkan pada siklus II dengan memperbaiki kekurangan yaitu: Sesuai APKG I, perlu mendapat perbaikan yaitu: 1) Menentukan alokasi waktu perbaikan, 2) Menentukan penataan ruang dan fasilitas belajar, dan 3) Menentukan cara-cara memotivasi siswa.Sesuai APKG II, perlu mendapat perbaikan yaitu: 1) Mengelola waktu pembelajaran secara efisien, 2) Keefektifan proses pembelajaran. Untuk mengadakan proses pembelajaran berdasarkan diskusi refleksi bersama teman sejawat akhirnya memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran dengan jumlah anggota kelompok diperkecil, sehingga pembelajaran menjadi terfokus. Keputusan replanning tersebut berdasarkan pendapat Huda (2011), merencanakan ukuran kelompok (jumlah anggota setiap kelompok) dibutuhkan untuk menghindari terjadinya ketidakseimbangan kerja antar kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi antar siswa serta meningkatkan rasa saling menghargai dalam perbedaan (jenis kelamin serta kemampuan pemahaman), selain itu semakin kecil kelompok, maka membuat semua anggota didalamnya aktif terlibat dan berpatisipasi.2. Siklus IIHasil refleksi pada siklus I menyatakan bahwa perlu ada perubahan perlakuan kepada siswa pada perbaikan pembelajaran pada siklus II. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya pencapaian terget sesuai dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:a) Kemampuan aktiivitas siswa dinyatakan berhasil, jika 70% siswa kemampuan aktivitas tinggi,b) Kemampuan prestasi belajar IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan dinyatakan berhasil, jika 50% siswa kemampuan prestasi belajar IPA materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan dalam proses pembelajaran tinggi,c) 61Prestasi belajar dinyatakan berhasil, jika rata-rata prestasi belajar mencapai 70 dengan ketuntasan belajar minimal 75% Proses pembelajaran pada siklus II yaitu penerapan pembelajaran inkuiri sesuai refleksi dengan mengubah pembagian kelompok kecil-kecil dan memberikan kesempatan siswa untuk diskusi. Suasana pembelajaran siklus II lebih kondusif, dengan perubahan kelompok kecil interaksi siswa lebih terarah dan siswa lebih bertanggungjawab. Pengelolaan kelas oleh guru menjadi mudah, pengendalian siswa menjadi terkontrol dan interaksi siswa berjalan dengan baik. Suasana kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II dapat di visualisasikan pada gambar berikut: Gambar 4.2.Suasana Kegiatan Pembelajaran Siklus IIPerpaduan penerapan pembelajaran Inkuiri dengan penambahan diskusi kelompok kecil mempunyai dampak yang signifikan terhadap kemampuan aktivitas, prestasi belajar dan persepsi siswa menjadi positif. Data menunjukkan hasil analisis siklus II, ada kenaikan aktivitas siswa dari siklus I 10 siswa menjadi 26siswa pada siklus II. Kemampuan prestasi belajar ada kenaikan dari siklus I 21 siswa menjadi 28 siswa pada siklus II. Prestasi belajar siswa mengalami kenaikan rerata siklus I 68,1 menjadi 77,1 pada siklus II. Data hasil APKG I menunjukan adanya perbaikan yaitu komponen 1) Menentukan alokasi waktu perbaikan, 2) Menentukan penataan ruang dan fasilitas belajar, dan 3) Menentukan cara-cara memotivasi siswa sehingga pada siklus II menjadi sempurna. Data APKG II masih ada kekurangan yaitu: mengelola waktu pembelajaran secara efisien. Dari hasil analisis data dengan membandingkan indikator kriteria keberhasilan, diperoleh data sebagai berikut:a) Indikator keberhasilan aktivitas sebesar 70% pada siklus II sudah mencapai 81,25% sehingga tercapai.b) Indikator keberhasilann prestasi belajar sebesar 70% pada siklus II sudah mencapai 87,5% sehingga tercapai.Berdasarkan hasil refleksi bersama kolaborator maka perbaikan pembelajaran sudah berhasil pada siklus II sehingga perlu disusun laporan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. SimpulanBerdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:1. Penerapan metode pembelajaran inkuiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan aktivitas. Hal ini ditandai dengan kenaikkan rata-rata aktivitas siswa dan tercapainya indikator kinerja yang telah ditentukan.2. Penerapan metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat diketahui melalui rata-rata hasil belajar siswa sesudah penggunaan metode pembelajaran inkuiri tercapainya indikator kinerja yang telah ditentukan.3. Penerapan metode pembelajaran inkuiri pada proses pembelajaran membuat pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan.

B. Saran dan tindak lanjutDari hasil penelitian tersebut maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:1. Sekolah dapat memberikan fasilitas bagi guru untuk menerpkan metode pembelajaran inkuiri yang dapat meningkatkan aktivitas siswa2. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran Inkuiri dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas sehingga dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dan mencapai tujuan yang ditentukan3. Dengan penerapan metode pembelajaran inkuiri siswa diharapkan menjadi aktif, kreatif dan inovatif sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.4. Mengingat penelitian ini baru berjalan selama 2 siklus, maka peneliti lain daharap dapat melanjutkan untuk mendapat hasil temuan dan hasil yang lebih signifikan.

63DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (2008). Prestasi Belajar. Internet: http://Spesialis_torch.com. Diakses tanggal 12 Oktober 2013.Anggoro, Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universiyas Terbuka.Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.Budiningsih, Asri. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.Djamarah, Saiful Bahri. (2002). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Gulo. (2002). Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri. Tersedia pada http: //ptkblogspot.com. Diakses tanggal 10 September 2013.Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika.Huda, M. (2011). Cooperative Learning (Metode, Tehnik, Struktur, dan Model Penerapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Ilyas. 2008. Fungsi dan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka BelajarKrisna. 2009. Pengertian dan Ciri-Ciri Belajar. Internet: http://krisna1. blog.uns.ac.id , diakses tanggal 10 September 2013.Lewin, Kurt. 2012. Desain PTK Model Kurt Lewin. Internet: http://www.m-edukasi.web.id/2012/05/desain-ptk-model-kurt-lewin.html 10 September 2013.Mulyasa, E. (2007). Ciri Utama Dari Metode Inkuiri. tersedia pada http: //ptkblogspot.com. Diakses tanggal 10 September 2013.Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Pre