psikologi sumber daya manusia (integrasi dalam perusahaan)
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

MAKALAH
“Memahami dan Melakukan Integrasi”
(Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Psikologi SDM)
Dosen Pengampu :
Laila Meilyandrie Indah Wardhani, Ph.D
Oleh:
Dita Permata Sari (46110010038)
Allaily Iza Yaghsya (46110010021)
Adhynda Apriliana (46110010043)
Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana
Jakarta
2013

INTEGRASI
A. Pentingnya Pengintegrasian
Perubahan-perubahan dalam dunia bisnis telah banyak mengakibatkan
perubahan yang dramatis pada sifat penting Sumber Daya Manusia (SDM).
Keterlibatan SDM disini sangat menentukan proses perubahan organisasi, dalam hal
ini perusahaan, dikarenakan SDM merupakan subyek penting dalam pelaksanaan
berjalannya sebuah organisasi perusahaan.
Pengintegrasian ialah fungsi operasional manajemen personalia yang
terpenting, sulit, dan kompleks untuk merealisasikannya (Hasibuan, 2007). Dalam hal
ini disebabkan karena karyawan bersifat dinamis dan mempunyai pikiran, perasaan,
sifat, harga diri, latar belakang, dan kebutuhan yang berbeda-beda dalam organisasi
perusahaan. Untuk mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan kepada yang
diinginkan, manajer harus memenuhi sifat dan motif apa yang mendorong mereka
mau bekerja pada perusahaan. Pada umumnya orang mau bekerja karena didorong
keinginan untuk dapat meemnuhi kebutuhan fisik dan rohaninya. jadi, manajer harus
berusaha memberikan jasa yang adil dan layak, serta memperlakukan karyawan
dengan baik sebagaimana layaknya manusia. dan karyawan harus pula menyadari
mengapa perusahaan menerima mereka dan apa yang diharapkan dari karyawan.
Masalah dalam pengintegrasian adalah menyatukan keinginan karyawan dan
kepentingan perusahaan, agar tercipta kerja sama yang serasi serta saling
menguntungkan
Singkatnya, pengintegrasian adalah kegiatan menyatupadukan keinginan
karyawan dan kepentingan perusahaan, agar tercipta kerja sama yang memberikan
kepuasan (Hasibuan, 2007). Jadi, integrasi merupakan hal yang sangat penting dan
merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil yang baik bagi perusahaan maupun
terhadap karyawan sehingga memberikan kepuasan kepada semua pihak.
Tujuan Integrasi
Tujuan dilakukannya integrasi dalam strategi perusahaan adalah
memanfaatkan karyawan agar mereka bersedia bekerja keras dan berpartisispasi aktif
dalam menunjang tercapainya tujuan perusahaan serta terpenuhinya kebutuhan
karyawan.

Prinsip Integrasi
Adalah menciptakan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan.
Metode Integrasi
Manajer dalam melaksanakan pengintegrasian diperlukan adanya dasar sebuah prinsip
dan metode yang matang. Metode adalah suatu cara pendekatan dan pemecahan
masalah yang berdasarkan atas analisis ilmu pengetahuan (Hasibuan, 2007).
Pendekatan yang dilakukan dalam pengintegrasian akan mempengaruhi sikap dan
perilaku karyawan berdasarkan anggapan bahwa karyawan merupakan asset utama
perusahaan. Maka dari itulah perusahaan hendaknya memperlakukan karyawan secara
manusiawi, bukan diperlakukan sebagai faktor produksi pasif yang dimanfaatkan
sekehendak hati.
Adapun beberapa metode yang kita kenal adalah sbb :
1. Hubungan antarmanusia
2. Motivasi
3. Kepemimpinan
B. Hubungan Antarmanusia
Hubungan antarmanusia (Human Relation) adalah hubungan kemanusiaan
yang harmonis, tercipta atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu
demi terpadunya kepentingan bersama. Tujuannya adalah menghasilkan integrasi
yang cukup kukuh, mendorong kerja sama yang produktif dan kreatif untuk mencapai
sasaran bersama (Hasibuan, 2007). Dalam hal ini, manajer perlu menciptakan
hubungan antarmanusia yang harmonis. Maka dari itu diperlukan keterampilan
manajer dalam berkomunikasi dan memahami keterampilan-keterampilan yang
berkaitan dengan hubungan kemanusiaan lainnya, seperti psikologi, sosiologi,
antropologi, dan etologi, sehingga manajer dapat mengatasi masalah-masalah yang
berhubungan dengan hubungan kemanusiaan.
Selain itu, hendaknya manajer pun terbuka serta mendorong partisipasi dan
keberanian karyawannya untuk mengungkapkan pendapat maupun keluhan-
keluhannya. Dan hal tersebut akan tercipta dengan memanfaatkan komunikasi dua
arah, formal atau informal, vertical ataupun horizontal, sehingga terdapat saling
pengertian dan penghayatan mengenai kebijaksanaan yang diambil (Hasibuan, 2007).

Kesimpulannya, hubungan antarmanusia hanya akan terjadi dan terpelihara jika ada
keinginan individu (dalam hal ini karyawan) untuk meleburkan keinginannya demi
kepentingan bersama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam perusahaan.
Manajer dalam hal ini pelu untuk memahami masalah “kepribadian dan
perilaku” dari setiap individu dibawahnya.
Kepribadian
Kepribadian adalah serangkaian ciri yang relative tetap dan sebagian besar
dibentuk oleh faktor keturunan, sosial, ke budayaan, dan lingkungan (Hasibuan,
2007). Manajer akan dapat memahami perilaku dan kemauan seseorang karyawan
untuk melebur keinginan dan kepentingannya demi tujuan bersama setelah
mengetahui kepribadian orang tersebut. Karena pada dasarnya kepribadian seorang
karyawan berhubungan erat dengan persepsi, sikap, belajar, dan motivasinya.
Terdapat sekilas mengenai teori-teori kepribadian dalam ilmu psikologi, yaitu sbb :
1. Teori sifat : memberikan daftar yang menguraikan sifat-sifat individu.
2. Teori psikodinamis : menyatupadukan ciri-ciri orang dan menjelaskan sifat
dinamis dari perkembangan kepribadian.
3. Teori Humanistis : menekankan pada individu dan pentingnya perwujudan sdiri
bagi kepribadian.
Tiap-tiap pendekatan teoritis berusaha menerangkan sifat khas dari individu yang
mempengaruhi pola perilakunya.
C. Motivasi Sumber Daya Manusia
Pengertian Motivasi
Managemen sumber saya manusia pada dasarnya berisikan langkah-langkah
perencanaan, penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
sumber saya manusia untuk mencapai tujuan tertentu, baik tujuan individual maupun
organisasi.
Dalam hal ini seorang manager harus memiliki teknik-teknik untuk dapat
memelihara prestasi dan kepuasan kerja, antara lain dengan memberikan motivasi

kepada bawahan agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap
seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah
ditetapkan.
Motivasi menurut LiangGie, motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
manager dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain,
dalam hal ini karyawannya untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu. Pemberian
dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang-orang atau karyawan agar mereka
bersemangat dan dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh orang-orang tersebut.
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat
kerja. Beberapa factor yang mempengaruhi motivasi kerja antara lain atasan, kolega,
saran fisik, kebijaksanaan, peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan
dan tantangan.
Motivasi dan Tindakan
Motivasi dan tindakan dikaitkan karena motif yang besar tidak efektif tanpa
ada tindakan yang merupakan follow-up dari motif tersebut. Ada 2 macam perbuatan
di dalam motivasi dan tindakan yaitu:
a. Pemikiran (thinking), yaitu perbuatan rohani yang menghendaki bekerjanya
daya pikir (otak) manusia.
b. Tindakan (action), yakni perbuatan jasmani yang amat membutuhkan gerak
otot tubuh manusia. Perbuatan ini mengandung maksud tertentu yang memang
dikehendaki oleh yang bersangkutan.
Teori motivasi
Menurut Maslow, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
tersusun secara hierarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tindakan yang
paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling rendah telah terpenuhi
maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi.

Dalam suatu organisasi atau perusahaan, kebutuhan-kebutuhan tersebut di
terjemahkan sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisiologis dasar, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan
fasilitas-fasilitas dasar lain nya yang berguna untuk kelangsungan hidup
pekerja.
b. Kebutuhan akan rasa aman, seperti lingkungan kerja yang bebas dari segala
bentuk ancaman, keamanan, jabatan atau posisi, status kerja yang jelas dan
keamanan alat yang dipergunakan.
c. Kebutuhan untuk di cintai dan disayangi, seperti interaksi dengan rekan kerja,
kebebasan melakukan aktifitas social, dan kesempatan yang diberikan untuk
menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain.
d. Kebutuhan untuk dihargai, seperti pemberian penghargaan (reward) dan
mengakui hasil karya indivitu.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, seperti kesempatan dan kebebasan untuk
merealisasikan cita-cita atau harapan individu, kebebasan untuk
mengembangkan bakat atau talenta yang di miliki.
Model Motivasi
Para manager umumnya mempunyai berbagai pandangan tentang motivasi
dengan pendekatan model-model motivasi tertentu. Menurut mereka terdapat tiga
model motivasi, yaitu :
a. Model tradisional
Dalam hal ini aspek yang sangat penting dari pekerjaan para manager
adalah membuat para karyawan dapat menjalankan pekerjaan mereka yang
membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang paling efisien.
Secara tradisional, para manager mendorong atau memotivasi tenaga
kerja dengan cara memberikan imbalan berupa gaji/upah yang makin
meningkat. Artinya, apabila mereka rajin bekerja dan efektif, upahnya akan
dinaikkan.

b. Model hubungan manusiawi ( Human Relation Model )
Pada model inipara manager dapat memotivasi karyawan dengan cara
memenuhi kebutuhan social mereka dan membuat mereka merasa penting dan
berguna.
c. Model Sumber Daya Manusia ( Human Resource Model )
Model ini timbul sebagai kritik terhadap model hubungan manusiawi.
Motivasi yang penting bagi karyawan menurut model ini adalah
pengembangan tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan organisasi
dengan cara setiap anggota atau karyawan menyumbangkan sesuatu kepada
oraganisasi sesuai dengan kepentingan dan kemampuan masing-masing.
Kebutuhan Karyawan
Dalam berbagai teori dan model motivasi, kita dapat mencoba
mengikhtisarkan perpaduan antara motivator, kebutuhan organisasi, dan
kebutuhan karyawan.
Tujuan-tujuan dari motivasi
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan
4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
5. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
6. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi.
7. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
8. Mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.

D. Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang
lain agar mau bekerja sama dibawah kepemimpinan nya sebagai suatu tim untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Gaya kepimpinan seorang pemimpin tentunya berbeda satu dengan yang
lainnya. Setiap pemimpin memeiliki karakteristik tertentu yang timbul pada situasi
yang berbeda.
1. Kekuasaaan dan wewenang
Dikatakan oleh Mc.Clelland, kekuasaan merupakan salah satu kebutuhan
hiddup manusia. Manager dan Non-Manager menggunakan kekuasaan dalam aktivitas
sehari-hari. Mereka memanipulasi kekuasaan untuk mencapai tujuan dan untuk
memperkuat kedudukan mereka.
Dalam teori otoritas formal, dikatakan bahwa kewenangan adalah suatu
kekuasaan atau hak pimpinan untuk bertindak dan memerintah orang lain atau
bawahan.
2. Ruang lingkup kekuasaan dan wewenang
Kekuasaan manager yang menginginkan peningkatan jumlah penjualan adalah
kemampuan untuk meningkatkan penjualan. Kekuasaan selalu melibatkan
interaksi social antar beberapa pihak
Kekuasaan amat erat hubungan nya dengan wewenang , namun kedua konsep ini
harus dibedakan. Kekuasaan ini melibatkan kekuatan dan paksaan.
3. Kriteria seorang pemimpin
Seorang pemimpin paling sedikit harus mampu memimpin bawahan untuk
mencapai tujuan organisasi, mampu menangani hubungan antar karyawan.

Mempunyai interaksi antarpersonel yang baik dan mempunyai kemampuan untuk
bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.
Beberapa sifat pemimpin yang berguna dan dapat dipertimbangkan adalah
sebagai berikut :
a. Keinginan untuk menerima tanggung jawab
Bertanggung jawab pimpinan nya atas segala yan dilakukan oleh bawahannya.
b. Kemampuan untuk “ perceptive “
Perceptive menunjukkan kemampuan untuk mengamati atau menemukan
kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan harus mengnal tujuan
organisasi sehingga dapat bekerja untuk membantu mencapai tujuan tersebut.
c. Kemampuan untuk bersikap objektif
Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau merupakan
perluasan dari kemampuan persepsi.
d. Kemampuan untuk menentukan prioritas
Seorang pemimpin yang pandai adalah seseorang yang mempunyai kemampuan
untuk memiliki dan menentukan hal yang penting dan hal yang tidak penting.
e. Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan
bagi setiap pemimpin.
Kekuasaan Antarpribadi
john R.P dan Bertram Raven mengajukan lima basis kekuasaan yang berasal dari
basis antar pribadi, yaitu kekuasaan legitimasi, imbalan, paksaan, ahli, dan panutan.
A. Kekuasaan legitimasi
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya.

b. Kekuasaan imbalan
Didasarkan atas kemampuan seseorang pada orang lain (pengikutnya)
karena kepatuhan mereka. Intinya kekuasaan imbalan digunakan untuk
mendukung kekuasaan legitimasi.
c. Kekuasaan paksaan
Kekuasaan imbalan seringkali dilawankan dengan kekuasaan paksaan
yaitu : kekuasaan yang menghukum.pemberian hukuman pada seseorang
dimaksudkan juga untuk memodifikasi prilaku maksudnya menghukum
perilaku yang tidak baik atau merugikan organisasi dengan maksud agar
berubah menjadi perilaku yang baik dan bermanfaat bagi organisasi. para
manger menggunkan kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya patuuh pada
perintahnya karena takut pada konsekuensi yang tidak menyenangkan yang
mungkin akan diterimanya.
d. Kekuasaan ahli
Kekuasaan ahki merupakan suatu karakteristik pribadi dibandingkan
dengan dengan kekuasaan legitimasi, imbalan, dan paksaan yang sebagian
besar ditentukan oleh organisasi karena posisi yang di dudukinya. seseorang
mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai
tinggi.
e. Kekuasaan panutan
Derajat kekuasaan panutan ditentukan oleh kekuatan pengaruh
manager terhadap orang lain. misalkan, charisma. charisma sendiri merupakan
salah satu basis kekuasaan panutan. banyak individu yang menyatukan diri
dengan atatu diperngaruhi oleh seseorang karrns gsys kepemimpinan atau
perilaku orang yang bersangkutan

Pemimpin sebagai pengambil keputusan
Pengambilan keputusan dapat dilihat sebagai salah satu fungsi kepemimpinan,
pengambilan keputusan merupakan masalah yang berat karena menyangkut
kepentingan orang banyak. Pemimpin harus memilih di antara berbagai alternative
yang ada dengan kemungkinan implikasi atau akibat dari pengambilan keputusan
yang diambilnya.
E. Manajemen Konflik
Pengertian Konflik
Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang di harapakan
oleh seseorang terhadap dirinya,orang lain,organisasi dengan kenyataan apa yang di
harapkan.
Penyebab Terjadinya Konflik
Penyebab terjadinya konflik dalam organisasi antara lain :
a. KOMUNIKASI
Komunikasi yang buruk,dalam arti komunikasi yang menimbulkan
kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat,dapat menjadi sumber konflik.
b. STRUKTUR
Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam arti mencakup ukuran
(kelompok),derajat spesialis yang di berikan kepada anggota kelompok,kejelasan
jurisdiksi(wilayah kerja),kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan
kelompok,gaya kepemimpinan,system imbalan,dan derajat kebergantungan antara
kelompok. penelitian menunjukan bahwa ukuran kelompok dan derajat spesialis
merupakan variable yanag mendorong terjadinya konflik.
c. VARIABEL PRIBADI
Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi yang meliputi system
nilai yang dimiliki tiap-tiap individu,karakteristik kepribadian menyebabkan
individu memiliki keuinikan dan berbeda dengan individu lain. kenyataan
menunjukan tipe kepribadian tertentu misalnya individu yang sangat

otoriter,dogmatic,dan menganggap rendah orang lain,merupakan sumber konflik
yang potensial.
Mengelola Konflik Dalam Organisasi
Para manajer menghabiskan banyak waktu dan energy untuk menangani
konflik. Upaya penangan konflik sangat penting dilakukan karena setiap jenis
perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. jika tidak
ditangani secara baik dan tuntas,konflik akan menggangu keseimbangan sumber daya
dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat. Menurut Gibson et.al
(1997),kegagalan dalam menangani konflik dapat mengarah pada akibat yang
merugikan. Konflik dapat menghancurkan organisasi melalui penciptaan dinding
pemisah diantara rekan sekerja menghasilkan kinerja yang buruk bahkan penyebab
pengunduran diri.
Lima Gaya Penangan Konflik Dari Kreitner Dan Kinicki
Kreitner dan Kinicki mengadopsi model ini dari M.A Rahim dari tulisan
“STRATEGY FOR MANAGING CONFLICT IN COMPLEX ORGANIZATION “. lima
gaya penanganan tersebut adalah :
a. INTEGRATING (PROBLEM SOLVING)
Dalam gaya ini pihak pihak yang berekepentingan secara bersama-sama
mengidentifikasi masalah yang di hadapi kemudian mencari,mempertimbangkan
dan memilih solusi alternative pemecahan masalah.
gaya ini cocok untuk memecahkan isu-isu kompleks yang disebabkan oleh salah
paham.
b. OBLIGING (SMOOTHING)
Seseorang yang bergaya obliging lebih memusatkan perhatian pada upaya
untuk memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. gaya ini sering di sebut
smoothing (melicinkan) karena berupaya mengurangi perbedaan dan menekankan
persamaan di antara pihak pihak yang terlibat.

c. DOMINATING (FORCING)
Orientasi pada diri sendiri yang tinggi dan rendahnya kepedulian terhadap
kepentingan orang lain,mendorong seseorang untuk menggunakan taktik “saya
menang,kamu kalah”. gaya ini sering di sebut memaksa (forcing) karena
menggunakan legalitas formal dalam menyelesaikan masalah.
d. AVODING
Taktik menghindar (avoiding) cocock digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang sepele atau remeh atau jika biaya yang harus di keluarkan untuk
konfrontasi jauh lebih besara dari pada keuntungan yang akan di peroleh.
e. COMPROMISING
Gaya ini menepatkan seseorang pada posisi moderat,yang secara seimbang
memadukan antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. ini
merupakan pendekatan saling memberi dan menerima dari pihak pihak yang
terlibat. kompromi cocok untuk menangani masalah yang melibatkan pihak pihak
yang memiliki tujuan berbeda tetapi memiliki kekuatan yang sama.
F. Budaya Kerja
PENGERTIAN BUDAYA KERJA
Budaya kerja merupakan kawah candradimuka untuk mengubah cara kerja
lama menjadi cara kerja baru yang berorientasi pada upaya memuaskan pelanggan
atau masyarakat. kualitas atau mutu suatu produk (jasa atau barang ),cara kerja,dan
SDM harus dapat diukur dan menjadi kesepakatan bersama.
Menurut Budhi Paramitha dalam tulisannya berjudul “MASALAH
KESERASIAN BUDAYA DAN MANAJEMEN DI INDONESIA” budaya kerja
dapat di bagi menjadi :
1. sikap terhadap pekerjaan,yakni kesukaan terhadap kerja dibanding dengan
kegiatan lain seperti bersantai atau semata –mata memperoleh kepuasan dari
kesibukan pekerjaannya sendiri,atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya
untuk kelangsungan hidupnya.
2. perilaku pada waktu bekerja,seperti rajin,berdedikasi,bertanggung jawab,berhati-
hati,teliti,cermat,kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajubanya.

TUJUAN DAN MANFAAT BUDAYA KERJA
Melaksanakan buday kerja mempunyai arti yang sangat dalam karena akan
mengubah sikap dan perilaku SDM untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih
tinggi dalam mengahdapi tantangan masa depan. manfaat yang diperoleh antar lain
menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik,membuka seluruh jaringan
komunikasi,keterbukaan,kebersamaan,kegotong-royongan,kekeluargaan,menemukan
kesalahan dan mcepat memperbaiki,cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan
dari luar.
PRINSIP BUDAYA KERJA
unsure dasar budaya kerja merupakan mata rantai proses yang tiap kegiatan
berkaitan dengan proses lainnya atau suatu hasil pekerjaan merupakan suatu masukan
bagi proses pekerjaan lainnya. Kekuatan rantai proses secara terpadu tersebut
berghantung pada rangkaina terllemah proses individual. Kesalahan dalam suatu
proses akan mempengaruhi kualitas produk akhir. oleh karena itu jamina mtu terletak
pada kekuataan sestiap rangkaian yang berjalan benar sejak pertama pada setiap
pekerjaan.

KESIMPULAN
Pengintergrasian fungsi SDM dalam strategi perusahaan sebenarnya adalah
mengacu kepada upaya pendefinisian mengenai kondisi organisasi, peran, maupun
kemampuan karyawan dalam organisasi perihal masalah bisnis. Misal, pengertian mengenai
peran, perilaku, kegiatan, kepemimpinan, tanggung jawab, motivasi, maupun budaya kerja
hingga manajemen konflik yang ada dalam sebuah perusahaan guna meningkatkan kontribusi
dan kinerja SDM untuk mencapai keberlangsungan dan tujuan yang dimiliki perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pustaka Setia. Bandung.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT.
Remaja Rosda Karya. Bandung.
Suhendi, Hendi. Anggara, Sahya. 2010. Perilaku Organisasi. Pustaka Setia. Bandung.
majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-manajemen/article/view/.../pdf

MERAIH KEUNGGULAN KOMPETITIF BERKELANJUTAN MELALUI PENGINTEGRASIAN FUNGSI SUMBER DAYA MANUSIADALAM STRATEGI BISNISOleh :Lina Anatan
Abstract To date, the business environment is more and more dynamic, turbulence, and increasingly competitive. Enterprises as business performer require the role of high quality and competence human resource or employee to response the development of business environment. The implementation of management and investment in human resource as one of competitive advantage sources are crucial. It may be due to human resource is subject or performer in the enterprise operational activity that use and manage other resources. Through human resource, entreprise can make business strategy and implement it to survive and to win the business competition. The business performer capability in managing and applying the competence based human resource is the key of enterprise success in winning the business competition. Key Words: business strategy, human resource management, competitive advantage
PENDAHULUAN Perubahan-perubahan fundamental dalam lingkungan bisnis telah mengakibatkan perubahan dramatis
pada sifat-sifat penting sistem sumber daya manusia (SDM) dan menunjukkan makin pentingnya
SDM bagi bisnis. Dampak lain adalah meningkatnya ketidakpastian yang berhubungan dengan isu-isu
SDM (people issue). Pesatnya perkembangan teknologi, pergeseran demografi, fluktuasi ekonomi,
dan kondisi dinamis menyebabkan lingkungan bisnis menjadi penuh ketidakpastian, semakin
kompleks, dan cepat berubah. Menghadapi kondisi tersebut, setiap organisasi dituntut untuk segera
berubah dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang makin kompetitif melalui transformasi
organisasi.
Pelaksanaan proses transformasi perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif didukung oleh
sumber-sumber keunggulan kompetitif yang meliputi sumber daya fisik, sumber daya finansial,
struktur dan sistem proses organisasi, dan sumber daya manusia (SDM). Namun demikian SDM
merupakan sumber keunggulan kompetitif yang utama karena pengelolaan sumber keunggulan lain
secara otomatis memerlukan penanganan dari SDM yang ada. Keterlibatan SDM sangat menentukan
kesuksesan proses

perubahan organisasi karena SDM merupakan subyek penting yang akan melaksanakan proses
perubahan dan hasil dari proses perubahan yang direncanakan (Moran dan Brightman, 2000).
Untuk menunjang kesuksesan perusahaan diperlukan pengintegrasian fungsi SDM melalui praktek-
praktek SDM dalam strategi bisnis perusahaan. Pemilihan dan penerapan strategi bisnis yang tepat
akan sangat ditentukan oleh kualitas SDM yang berperan penting dalam kegiatan operasional
perusahaan, merencanakan dan melaksanakan strategi bisnis yang ditetapkan. Pengintegrasian fungsi
SDM dalam perencanaan strategi bisnis ini dimaksudkan untuk memberdayakan SDM yang dimiliki
dalam pengelolaan berbagai unit kerja dalam organisasi agar proses pengelolaan sumber-sumber daya
tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Tulisan ini akan membahas tantangan yang dihadapi SDM dan isu bisnis yang berkaitan dengan SDM
akibat adanya perubahan lingkungan bisnis, kompetensi SDM yang perlu dimiliki SDM untuk
menunjang strategi bisnis perusahaan, praktik-praktik pengelolaan SDM, pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengatur peran SDM dalam merespon perubahan lingkungan melalui Growth
Readiness Matrix Approach, strategi bisnis perusahaan yang menghasilkan keungggulan kompetitif,
dan pengintegrasian fungsi SDM dalam strategi bisnis untuk meraih keunggulan kompetitif.
TANTANGAN DAN ISU DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS Perubahan lingkungan bisnis yang diindikasikan oleh perkembangan teknologi komunikasi maupun
teknologi informasi merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh SDM saat ini. Kemajuan pesat
dalam teknologi memberikan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.
Kondisi ini menyebabkan tenaga kerja yang memiliki potensi rendah akan kalah bersaing karena
dengan perkembangan teknologi, perusahaan tidak lagi membutuhkan tenaga kerja kasar (blue collar)
melainkan tenaga kerja yang mampu menguasai perkembangan teknologi yang ada dan memiliki
bakat manajerial. Dengan kata lain SDM yang terlibat dalam proses atau kegiatan perusahaan
haruslah merupakan SDM yang memiliki basis pengetahuan (knowledge based worker) yang memiliki
beragam ketrampilan dan keahlian (multiskilling worker).
Perubahan lingkungan bisnis mendasar penting bagi SDM. Beberapa perubahan tersebut antara lain
adalah perubahan bisnis yang lebih cepat dengan disertai ketidakpastian, kenaikan biaya bersamaan
dengan meningkatnya tekanan persaingan kompetitif dalam hal profit margin, perubahan teknologi
yang cepat sehingga memerlukan keahlian-keahlian baru yang dapat diperoleh dari pemberdayaan,
pendidikan dan pelatihan, organisasi yang semakin komplek, flatter dan leaner organization yang
lebih fleksibel, perubahan demografi dengan terbatasnya ketersediaan tenaga kerja, perlunya respon
yang lebih sering dengan adanya kekuatan-kekuatan

eksternal seperti perundang-undangan dan peraturan, dan makin meningkatnya kompetisi
mulitinasional, kerjasama dan hubungan-hubungan multilateral (Sculler and Walker, 1990).
Perubahan-perubahan tersebut telah membawa perekonomian dalam situasi pasar global yang kita
kenal dengan globalisasi yaitu hilangnya batas-batas suatu negara untuk kepentingan bisnis.
Globalisasi merupakan suatu proses dimana orang-orang diseluruh dunia makin terkait dari semua
segi kehidupan baik budaya, ekonomi, teknologi, dan lingkungan. Makin pesatnya perkembangan
teknologi informasi maupun komunikasi mengakibatkan makin sempitnya jarak antar bangsa
sehingga persaingan makin terbuka dan bisnis semakin kompleks. Permintaan tenaga kerja/SDM yang
berbasis kompetensi yaitu tenaga kerja yang memiliki ketrampilan, pengetahuan, dan kemampuan
tinggi (multiskilling workers) makin meningkat dan mengakibatkan makin kompleksnya organisasi.
Seiring dengan perkembangan lingkungan yang makin kompetitif, isu SDM pun semakin kompleks
dan memunculkan isu bisnis yang berkaitan dengan SDM. Masalah utama yang dianggap sebagai isu
bisnis yang berkaitan dengan SDM antara lain (Schuler, 1990):
1. mengelola SDM untuk menciptakan kemampuan (kompetensi) SDM
Perkembangan teknologi informasi maupun teknologi komunikasi menuntut perusahaan untuk
memiliki SDM yang kompeten yaitu SDM yang memiliki bakat manajerial dengan pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan yang tinggi untuk menguasai perkembangan teknologi. Untuk itu perlu
pengelolaan SDM untuk mencapai target utama meningkatkan dan menciptakan SDM yang
berkualitas baik dari segi kemampuan manajerial maupun penguasaan teknologi
2. mengelola diversitas tenaga kerja untuk meraih keunggulan kompetitif
Perusahaan terdiri atas individu yang masing-masing memiliki perbedaan (individual difference) baik
dari sisi faktor demografi yang meliputi latar belakang sosial ekonomi, nasionalisme, tingkat
pendidikan, umur, gender, dan budaya, maupun kemampuan dan keahlian (skill), persepsi, perilaku,
dan kepribadian. Fenomena diversitas yang ada dalam perusahaan perlu mendapat perhatian penting
dalam proses perencanaan strategis (Foster, 1998). Tugas utama divisi HRD ini adalah mengelola
diversitas SDM yang ada agar tidak menimbulkan konflik untuk menciptakan lebih banyak kreativitas
dan inovasi sehingga perusahaan mampu memenangkan persaingan dalam lingkungan bisnisnya
(Lawrence, 1989). Mengelola diversitas SDM berarti memotivasi individu dengan berbagai latar
belakang yang berbeda untuk mau terlibat dalam setiap proses organisasi hingga tujuan untuk meraih
keunggulan kompetitif tercapai. Motivasi ini bisa dengan pemberian insentif berupa gaji, liburan
ekstra, peningkatan keterlibatan kerja, penciptaan lingkungan kerja yang kondusif, pemberian subsidi,
bantuan finansial, atau mungkin pengadaan fasilitas mobil perusahaan (Maitland, 1994)

3. mengelola SDM untuk meraih keunggulan kompetitif
Untuk meningkatkan daya saing, perusahaan harus berupaya untuk meningkatkan kinerja SDM
dengan meningkatkan keahlian dan ketrampilan untuk mempersiapkan SDM dalam promosi jabatan
maupun pemecahan masalah yang dihadapi perusahan. Peningkatan kinerja ini dapat dilakukan
melalui proses pendidikan, pelatihan, dan pengembangan SDM. Pendidikan dan pelatihan menitik
beratkan pada beberapa jenis ketrampilan dan keahlian yang relatif sejenis serta dilakukan dalam
jangka pendek, sedangkan proses pengembangan SDM lebih berorientasi pada peningkatan
ketrampilan dan keahlian yang lebih luas dan beragam serta dapat dilakukan dalam jangka panjang
(Carrel, Elbert, dan Hatfield, 1995). Keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan daya saing sangat
tergantung pada efektifitas dan efisiensi operasional dan strategi bisnis yang diterapkan oleh
perusahaan. Flaherty menyebutkan lima tingkat efisiensi dan efektifitas perusahaan, meliputi
restrukturisasi operasi, penurunan biaya operasi, peningkatan kualitas barng dan jasa, inovasi secara
terus menerus, dan pengembangan produk baru (Flaherty, 1996).
4. mengelola SDM untuk mengahadapi globalisasi
Era globlisasi ditandai dengan makin kompetitifnya lingkungan bisnis, oleh karena itu diperlukan
strategi bisnis yang tepat yang memiliki keunggulan kompetitif sehingga perusahaan dapat tetap
bertahan dalam persaingan. Pembentukan dan penerapan strategi tersebut secara otomatis dipengaruhi
oleh kualitas SDM yang berperan dalam operasional perusahaan. Michael Porter berpendapat, ada
lima kekuatan kompetitif yang beroperasi dalam suatu industri dan kesemuanya sangat menentukan
potensi keuntungan industri tersebut. Kelima kekuatan tersebut meliputi, persaingan antar perusahaan
yang ada, hambatan bagi pendatang baru (new entries), kekuatan tawar menawar (bargaining power)
para pembeli, kekuatan tawar menawar (bargaining power) para pemasok, dan ancaman dari barang
dan jasa pengganti/substitusi (Faulkner and Browman,1997). Perusahaan yang beroperasi harus
memperhatikan lingkungan bisnisnya, baik perkembangan maupun kekuatan-kekuatan kompetitif
yang berperan dalam lingkungan bisnis tersebut.
APLIKASI SDM BERBASIS KOMPETENSI DALAM STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN Merespon perkembangan lingkungan bisnis yang dinamis, perusahaan dituntut untuk memiliki SDM
yang memiliki basis pengetahuan (knowledge-based worker) yang memiliki beragam ketrampilan dan
keahlian (multiskilling worker).Knowledge-based worker yaitu tenaga kerja yang memiliki bakat
manajerial yang mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen (planning function, organizing
function, dan leading function) dan peran manajemen yang meliputi peran interpersonal,
informasional dan

pembuat keputusan, serta memiliki basis pengetahuan untuk mengusai perkembagan teknologi yang
ada. Sedangkan skill yang harus dimiliki adalah general skill (conceptual, interpersonal, technical,
maupun political) dan special skill. Special skill ini meliputi kemampuan untuk mengontrol
lingkungan organisasi dan sumer daya yang dimiliki, organizing dan coordinating, handling
information, memimpin kegiatan untuk pertumbuhan dan perkembangan organisasi, memotivasi
tenaga kerja dan mengatasi masalah yang ada, serta sebagai strategic problem solving.
Fungsi SDM berbasis kompetensi sebagai salah satu sumber keunggulan kompetitif akan lebih
memberikan manfaat yang besar jika dikelola secara efektif dan efisien. Pfeffer (1995) menyebutkan
ada 13 praktik dalam pengelolaan sumber daya manusia sebagai sumber keunggulan bersaing untuk
mencapai keunggulan kompetitif perusahaan yaitu keselamatan pekerja (employment security),
perekrutan karyawan secara selektif (selective in recruiting), upah yang tinggi (high wages),
pemberian insentif (incentive pay), hak kepemilikan karyawan (employee ownership), pembagian
informasi (information sharing), partisipasi dan pemberdayaan (participation and empowerment),
pengelolaan tim secara mandiri (self managed team), Cross utilization and traning, simbol kesamaan
derajat antar sesama tenaga kerja (symbolic egalitarian), tekanan/ kompresi upah (wage compression)
untuk mengurangi kompetisi interpersonal dan meningkatkan efisiensi melalui kerjasama, dan
promosi dari dalam perusahaan (promotion from within).
Pelaksanaan praktek-praktek SDM harus diukur untuk mengetahui apakah hasil praktek tersebut
berguna bagi proses pengelolaan tenaga kerja. Pengukuran yang dilakukan akan sangat bermanfaat
untuk memberikan umpan balik tentang seberapa baik organisasi menerapkan kebijakannya dan
menjamin bahwa obyek yang diukur tersebut akan diperhatikan dan selanjutnya akan mempengaruhi
perilaku organisasi. Dalam praktek SDM diperlukan pemahaman filosofi manajemen yang baik agar
praktek yang ada dapat memberikan jalan bagi penyatuan praktek individu kedalam praktek secara
keseluruhan serta meningkatkan kemampuan SDM untuk menyelesaikan setiap masalah yang terjadi.
GROWTH READINESS MATRIX APPROACH: STRATEGI MANAJEMEN SDM DALAM MERESPON PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS Growth Readiness Matrix Approach merupakan suatu pendekatan yang dipakai untuk mengatur peran
SDM dalam merespon perubahan lingkungan. Pendekatan ini memfokuskan pada perubahan
lingkungan bisnis atau menyesuaikan peran SDM dengan kondisi yang ada. Dalam pendekatan ini
matriks dibagi dalam empat kuadran yaitu kuadran I pada kondisi development, kuadran II pada
kondisi expansion, kuadran III pada kondisi productivity, dan kuadran IV pada kondisi redirection.

Masing-masing kondisi memiliki karakteristik yang berbeda-beda dimana strategi organisasi dapat
diterapkan dan strategi SDM dirumuskan (Lengnick dan Lengnick, 1988). Growth Readiness Matrix
Approach dapat digambarkan melalui matriks dalam Gambar 1. Ekspektasi pertumbuhan perusahaan
merupakan proxy dari tujuan organisasi, dimana pertumbuhan tinggi biasanya akan meningkatkan
kesempatan, strategi pertumbuhan dan pilihan kompetitif, cash flow tinggi, dan perusahaan
melakukan ekspansi. Sedangkan kesiapan organisasi, mengukur ketersediaan dan kemampuan untuk
mencapai tujuannya melalui keahlian, jumlah, gaya, dan pengalaman anggota organisasi untuk
mengimplementasikan strategi. Kesiapan organisasi ini merupakan proksi untuk mengimplementasi
kelayakan, dan mengindikasikan seberapa baik sumber daya memenuhi kebutuhan yang ada.
Keempat kuadran dalam matriks tersebut menunjukkan kondisi-kondisi yang mendukung strategi
dimana strategi dapat diterapkan. Kekuatan evolusioner memungkinkan penekanan strategi berpindah
dari satu kuadran ke kuadran yang lain sebagai akibat interaksi antara kondisi dan pilihan organisasi.
Evolusioner seperti industri atau product motivation akan menggeser penekanan strategi dari kiri ke
kanan (dari high readiness ke obsolescence) sesuai perubahan strategi dan teknologi. Evolusi juga
mengakibatkan perpindahan kondisi dari atas ke bawah (dari high growth expectation ke lower
growth) sesuai pasar yang makin jenuh dan masuknya kompetitor baru dalam pasar.

EXPANSION DEVELOPMENT 2 1
3 4 PRODUCTIVITY REDIRECTION Gambar 1. Growth Readiness Matrix HIGH LOW LOW HIGH CORPORATE GROWTH EXPECTATION ORGANIZATIONAL READINESS KET: INVESTMENT RETURN Sumber: Lengnick and Lengnick, 1988. Strategic Human Resources Management: A review of the
Literature and a Proposed Typology. Academy of Management Review. Vol.13. No.2. pp. 454-470.
Pengaturan peran SDM yang disesuaikan dengan fungsi-fungsi SDM akan sangat bermanfaat jika
diaplikasikan dalam praktek-praktek SDM. Beberapa praktek tersebut antara lain:
1. Penarikan (recruitment), yang merupakan salah satu keputusan yang dibuat oleh unit bisnis. Rekrut
karyawan internal merupakan salah satu kebijakan promosi, dimana untuk menunjang
pelaksanaannya, perusahaan menyediakan pelatihan dan kesempatan pengembangan karir untuk
meningkatkan kinerja karyawan yang akan dipromosikan.
2. Jenjang Karir (carieer path), perusahaan menetapkan jenjang karir yang luas dan terbatas bagi
karyawannya. Makin luas jenjang karir akan makin besar kesempatan karyawan untuk memperoleh
keahlian yang relevan untuk diterapkan pada beberapa area fungsional dalam perusahaan.
3. Promosi (promotion), keputusan penstaffan memberikan satu atau beberapa jenjang promosi.
Bagian dan pembagian sistem promosi merupakan kriteria yang digunakan untuk memutuskan siapa
yang akan dipromosikan. Makin eksplisit kriteria tersebut akan makin sulit untuk beradaptasi dengan
sistem promosi.
4. Sosialisasi (socialization), dilakukan setelah karyawan bergabung dalam perusahaan atau
dipromosikan. Dalam proses sosialisasi, karyawan memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang
peraturan dan prosedur baru dalam budaya dan praktek organisasi.
5. Keterbukaan (openness), penentuan derajat keterbukaan dalam prosedur pengisian jabatan. Makin
terbuka akan makin disukai dalam rekrut dan promosi jabatan.
Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan beroperasi dengan memanfaatkan semua sumber daya
yang dimiliki baik berupa sumber daya finansial, fisik, SDM, dan kemampuan teknologi dan sistem
(Simamora, 1995). Sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut dapat dijadikan sebagai
sumber untuk meraih keunggulan kompetitif bila perusahaan mampu menciptakan strategi nilai yang
tidak dimiliki atau sulit ditiru oleh perusahaan pesaingnya (Barney, 1991 ). Kriteria yang dapat
dipakai sebagai tolok ukur untuk menetapkan suatu sumber daya digunakan sebagai sumber untuk

meraih keunggulan bersaing atau tidak adalah sumber daya tersebut harus mampu menciptakan nilai,
sulit ditiru, bersifat langka, dan tidak ada substitusi.
Kemampuan perusahaan dalam memperoleh keunggulan kompetitif merupakan aspek penting untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu sangat penting bagi perusahaan
untuk memiliki strategi bisnis yang kompetitif. Strategi kompetitif ini bisa dicapai melalui “strategic
initiative” yaitu kemampuan untuk meraih kontrol strategi perilaku industri dan perusahaan pesaing.
Porter (1985) menyatakan tiga strategi kompetitif yang dapat digunakan perusahaan untuk
mendapatkan keunggulan kompetitif, yaitu:
1. Strategi Inovasi (Innovation strategy)
Strategi ini bertujuan untuk mengembangkan produk dan atau jasa yang berbeda dengan pesaing,
yaitu dengan memperbaiki kualitas SDM terlebih dahulu agar SDM menjadi lebih inovatif. Profil
karyawan yang dibutuhkan mencakup: kreativitas tinggi, fokus jangka panjang, perilaku kerjasama
dan saling ketergantungan, fokus pada kualitas dan kuantitas, keseimbangan antara proses dan hasil,
berani mengahadapi resiko, dan memiliki toleransi tinggi ambiguitas dan ketidakpastian (Schuller dan
Jackson, 1987)
2. Strategi Peningkatan Kualitas (Quality Enhancement Strategy)
Fokus utama strategi ini adalah meningkatkan mutu produk dan jasa. Dalam strategi ini perusahaan
melibatkan komitmen para karyawan dalam merubah proses produksi menjadi lebih fleksibel dan
lebih membutuhkan keterlibatan karyawan. Profil karyawan yang dibutuhkan dalam proses
peningkatan

kualitas dan kelangsungan perbaikan antara lain adalah perilaku repetitif, fokus jangka panjang,
kerjasama dan saling ketergantungan, perhatian penuh terhadap kualitas dan kuantitas, low risk taking,
dan komitmen terhadap tujuan organisasi.
3. Strategi Penurunan Biaya (Cost Reduction Strategy)
Fokus utaama pada strategi ini adalah untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Perusahaan
berusaha untuk meraih keunggulan kompetitif dengan menjadi perusahaan yang memiliki struktur
biaya paling rendah. Strategi diaplikasikan melalui kontrol biaya yang ketat, meminimalkan biaya
overhead, dan upaya untuk mencapai skala ekonomis.
INTEGRASI FUNGSI-FUNGSI SDM DALAM STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN
Pengintegrasian fungsi SDM dalam strategi bisnis perusahaan mengacu pada upaya pendefinisian
ulang tentang kondisi organisasi, peran dan kemampuan organisasi mengenai masalah bisnis. Hal ini
dapat dilakukan dengan pendefinisian yang jelas mengenai peran, perilaku, kegiatan, dan
tanggungjawab masing-masing karyawan sehingga karyawan mampu meningkatkan kinerjanya
dengan menguasai atau memiliki bakat dan keahlian sesuai bidang kerjanya, mampu mengembangkan
diri, bekerjasama dalam tim kerja sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan
kinerja perusahaan secara menyeluruh. Meningkatnya kinerja perusahaan akan memberikan dampak
positif terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan.
Usaha-usaha untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi SDM dalam strategi bisnis perusahaan dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pertama, mencocokkan atau menyesuaikan gaya manajerial
atau aktivitas personil, kedua, meramalkan kebutuhan tenaga kerja dengan memberikan sasaran-
sasaran strategis atau kondisi lingkungan yang pasti, dan ketiga, menyediakan sarana-sarana integrasi
SDM dalam usaha secara menyeluruh untuk menyesuaikan strategi dan struktur perusahaan. Winter
1985, mengkategorikan derajat integrasi antara strategi perusahaan dan fungsi SDM kedalam empat
level meliputi administrative linkage, one way linkage, two way linkage, dan integrative linkage.
Administrative linkage diindikasikan oleh suatu keadaan dimana SDM memerankan peranan personal
yang masih tradisional yang memberikan dukungan operasional, pengembangan program untuk
mengisi berbagai keinginan melalui perusahaan. One way linkage , pada tahap ini terdapat rangkaian
hubungan antara fungsi-fungsi SDM dan strategi bisnis perusahaan. Fungsi SDM adalah mendesain
sistem dan program untuk mendukung sasaran strategis perusahaan, bahkan SDM bertindak untuk
membuat strategi inisiatif tapi tidak mempengaruhi strategi tersebut. Two way linkage, level integrasi
ini diindikasikan dengan adanya hubungan yang

interdependen dan resiprokal antara fungsi SDM dan strategi kompetitif perusahaan. Pada kondisi ini,
top manajer dan para perencana bisnis mengetahui bahwa rencana bisnis akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh aktivitas SDM. Dengan kata lain, fungsi SDM dianggap penting dan dapat
dipercaya. Integrative linkage, dikarakterisasikan dengan hubungan dinamis, interaktif antara fungsi
SDM dan strategi kompetitif perusahaan. Interaksi terjadi baik secara formal maupun informal. Dalam
kondisi ini, senior HR executive dianggap sebagai patner strategi bisnis bagi eksekutif senior yang
lain.

Hubungan diantara faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi antara fungsi-fungsi SDM dan strategi
bisnis perusahaan ditunjukkan dalam gambar 2 berikut ini:
Gambar 2. Hubungan antara Fungsi SDM dan Strategi Perusahaan
Structure
Environment fit
Management system
Strategy
Level of Strategic Planning-Human Resources Integration
Organizational Performance
Environ-
ment
Executive skill and value
Organizational history and culture
Workforce skill and value
Sumber: Buller, P.F. Successful Patnerships: Human Resources and Strategis Planning at Eight Top
Firm. Organizational Dynamics, pp. 41
Dari gambar diatas dapat kita simpulkan bahwa integrasi fungsi SDM dan strategi bisnis perusahaan
sangat penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Melalui integrasi tersebut
diharapkan tercapai efektivitas fungsi SDM dalam melakukan fungsinya, memberikan nilai tambah
bagi organisasi, memperbaiki kinerja perusahaan, dan meningkatkan fleksibilitas organisasi untuk
mampu beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan lingkungan bisnis sehingga perusahaan
mampu memenangkan persaingan bisnis dalam lingkungan bisnis yang makin kompetitif.
PENUTUP
SDM merupakan salah satu sumber keunggulan kompetitif yang penting bagi perusahaan karena
SDM adalah pelaksana setiap kegiatan dalam perusahaan. Mengingat pentingnya SDM dalam
perusahaan, perlu adanya intergrasi fungsi-fungsi SDM dalam strategi bisnis perusahaan. Usaha-usaha
untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi SDM dalam strategi bisnis perusahaan

dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pertama, mencocokkan atau menyesuaikan gaya
manajerial atau aktivitas personil, kedua, meramalkan kebutuhan tenaga kerja dengan memberikan
sasaran-sasaran strategis atau kondisi lingkungan yang pasti, dan ketiga, menyediakan sarana-sarana
integrasi SDM dalam usaha secara menyeluruh untuk menyesuaikan strategi dan struktur perusahaan.
Melalui integrasi tersebut diharapkan tercapai efektivitas fungsi SDM dalam melakukan fungsinya,
memberikan nilai tambah bagi organisasi, memperbaiki kinerja perusahaan, dan meningkatkan
fleksibilitas organisasi untuk mampu beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan lingkungan
bisnis sehingga perusahaan mampu memenangkan persaingan bisnis dalam lingkungan bisnis yang
makin kompetitif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Almaraz, Jeanne.1994. Quality Management and The Process of Change. Journal of Change
Management, Vol. 7, No. 2, pp 6-14
2. Barney, J.B. 1991. Firm Resources and Sustainable Competitive Advantage. Journal of
management. pp. 99-120
3. Buller, P.F. Successful Patnerships: Human Resources and Strategis Planning at Eight Top Firm .
Organizational Dynamics, pp 27-43
4. Carrell, M.R., N.F. Elbert and R.D. Hatfield. (1995) Human Resources Management Fifth Edition.
Englewood Cliffs, NJ. Prentise Hall.
5. Dessler, G. 2000. Human Resources Management. Eight Edition. Prentice Hall
6. Faulkner, D dan Bowman, C. 1997. Strategi Kompetitif. Endang Sri Prapti. (Transl.) Penerbit Andi
Yogyakarta, 162 hal.
7. Flaherty, M.T. 1996. Global Operation Management, New York: Mc. Graw Hill, Inc
8. Foster,R.P. 1998. Work Force Diversity and Business, Traning and Development Journal, April :
39
9. Lado, A.A., Boyd, N.G and Wright, P. 1991. A Competence-Based Model of Sustainable
Competitive Advantage: Toward a Conceptual Integration, Journal of Management. pp 699-727
10. Lawrence, S. 1989. Voice of Human Resources Experience, Personel Journal, April : pp. 61-75.
11. Lengnick-Hall, C.A. dan Lengnick-Hall, M.L. 1988. strategic Human Resources Management: A
review of The Literature and Proposed typology. Academy of Management Review, 13(3), pp. 454-
470
12. Maitland, I. 1994. The Business Environment. British Library Cataloguing in Publishing Data.
13. Moran, John W., Baird K. Brightman. 2000. Leading Organizational Change. Journal of
Workplace Learning: Employee Conselling Today, Vol. 12. No. 2, pp 66-74
14. Pfeffer, Jeffry. 1995. Producing Sustained Competitive Advantage Through The Effective
Management of People, Accademy Management Excecutive, vol.9. No.I. 55-72.

15. Robbins, S.P., 2002. Managing Today. Second Edition. Prentice Hall International,
Inch.International.
16. Schuller, R.S., & Walker, J.W. 1990. human Resources Strategy: Focusing on Issues and Actions.
Organizational Dynamics, Summer: 5-19.
17. Schuller, R.S.1990. Repotitioning The Human Resources Function: Transforming or Demise,
Academy Management Excecutive, 4(3) : 49-59.
18. Simamora, Henry. 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi I, Yogyakarta, Bagian
Penerbitan STIE YKPN.