psikologi pendidikan

29
1 Kesulitan Belajar dan Upaya Penanggulangannya Oleh :Indah Permata Sari 1 A. Pendahuluan Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, dan terkadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari. Dalam hal ini, semangat terkadang tinggi tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikianlah antara lain kenyataan yang sering ditemui pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dengan demikian, anak didik yang berkategori di luar rata-rata tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Atas dasar inilah yang melatarbelakangi pemakalah dalam menulis makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Pemenuhan tugas pribadi pada mata kuliah Psikologi Pendidikan 2. Sebagai calon guru, dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat pada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar. 1 Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas makalah pribadi “Psikologi Pendidikan” dikelas TBI-1 semester II.

Upload: indah-permata-sari-harahap

Post on 13-Dec-2014

62 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: psikologi pendidikan

1

Kesulitan Belajar dan Upaya Penanggulangannya

Oleh :Indah Permata Sari1

A. Pendahuluan Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara

wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, dan terkadang dapat cepat

menangkap apa yang dipelajari. Dalam hal ini, semangat terkadang tinggi tetapi

terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikianlah antara lain

kenyataan yang sering ditemui pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari

dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Setiap individu tidak ada yang sama,

perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di

kalangan anak didik. Dengan demikian, anak didik yang berkategori di luar rata-rata

tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan

kapasitasnya. Atas dasar inilah yang melatarbelakangi pemakalah dalam menulis

makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Pemenuhan tugas pribadi pada mata kuliah Psikologi Pendidikan

2. Sebagai calon guru, dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat pada setiap

anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang

berhubungan dengan kesulitan belajar.

Makalah ini akan membahas mengenai Kesulitan Belajar dan Upaya

Penanggulangannya. Adapun sub materi yang akan dibahas dalam makalah ini antara

lain :

1. Pengertian kesulitan belajar

2. Macam-macam kesulitan belajar

3. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar

4. Cara mengenal siswa yang mengalami kesulitan belajar

5. Diagnosis kesulitan belajar

6. Alternatif pemecahan kesulitan belajar

7. Usaha-usaha lain mengatasi kesulitan belajar

8. Cara belajar yang baik dalam mengatasi kesulitan belajar

1 Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas makalah pribadi “Psikologi Pendidikan” dikelas TBI-1 semester II.

Page 2: psikologi pendidikan

2

Oleh karena itu, untuk memahami bagaimana kesulitan belajar terjadi dikalangan

anak didik digunakan metode pemahaman dan penjelasan mengenai kesulitan belajar

yang terjadi dikalangan anak didik.

Namun dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan,

sehingga kritik dan saran sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan makalah yang

sederhana ini kedepannya.

B. Pengertian Kesulitan BelajarSetiap individu adalah yang menyebabkan tingkah laku belajar di kalangan

anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar

sebagaimana mestinya yakni mengalami kegagalan dalam belajar yang berkaitan

dengan hambatan dalam proses belajar dan mengajar , itulah yang disebut kesulitan

belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi. Dengan

demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Karena itu,

dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada anak didik, maka para

pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan

belajar.2

Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah pada umumnya hanya

ditujukan kepada para anak didik yang berkemampuan rata-rata, sehingga anak didik

yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan

demikian, anak didik yang berkategoridi luar rata-rata tidak mendapatkan kesempatan

yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Selain itu, kesulitan

belajar juga dapat dialami anak didik yang berkemampuan rata-rata (normal)

disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya tujuan belajar

yang sesuai dengan harapan.3

C. Macam-macam Kesulitan Belajar

Macam-macam kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi empat macam,

antara lain adalah sebagai berikut :4

1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar :

a. Ada yang berat;

2 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 229-230.3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1995), hlm. 172.4 M. Dalyono. Op. Cit, hlm. 230.

Page 3: psikologi pendidikan

3

b. Ada yang sedang.

2. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari :

a. Ada yang sebagian bidang studi;

b. Ada yang keseluruhan bidang studi.

3. Dilihat dari kesulitannya :

a. Ada yang sifatnya permanen/menetap;

b. Ada yang sifatnya yang sementara.

4. Dilihat dari segi faktornya penyebabnya :

a. Ada yang karena faktor inteligensi; dan

b. Ada yang karena faktor non inteligensi.

D. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang anak didik biasanya tampak jelas dari

menurunnya prestasi belajarnya. Namum, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan

dengan munculnya kelainan perilaku anak didik seperti suka berteriak-teriak di dalam

kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak sekolah, dan sering minggat dari

sekolah.5

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri

atas dua macam, antara lain :6

1. Faktor intern anak didik, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari

dalam diri anak didik sendiri.

2. Faktor ekstren anak didik, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari

luar diri anak didik.

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain

tersebut dibawah ini.

1. Faktor Intren Penyebab Kesulitan BelajarFaktor intren siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik

siswa, yakni :7

a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas

intektual atau inteligensi siswa.

b. Yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

5 Muhibbin Syah. Op. Cit, hlm. 1736 Ibid. 7 Ibid.

Page 4: psikologi pendidikan

4

c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-

alat indera penglihatan dan pendengar.

1) Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang bersifat fisik, antara lain : 8

a) Karena sakit

Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik, sehingga saraf

sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima

melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya

lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk

sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam

pelajarannya. Seorang petugas diagnostik harus memeriksa kesehatan

murid-muridnya, barangkali sakitnya yang menyebabkan prestasinya

rendah.

b) Karena kurang sehat

Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia

mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinyahilang kurang

semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan

respon pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal

memproses, mengelola, menginterpretasikan, dan mengorganisasikan

bahan pelajaran melalui inderanya. Perintah dari otak yang langsung

kepada saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran/lukisan

menjadi lemah juga. Karena itu, maka seorang guru atau petugas

diagnostik harus meneliti gizi makanan dari anak.

c) Karena cacat tubuh

Cacat tubuh dapat dibedakan atas :

(1) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang

penglihatan, ganggguan psikomotor.

(2) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang

tangannya dan kakinya. Bagi golongan yangserius, maka harus masuk

pendidikan khusus seperti SLB (Sekolah Luar Biasa).

2) Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang bersifat rohani/psikologi

8 Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia,1997), hlm. 156.

Page 5: psikologi pendidikan

5

Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Jika hal-hal di

atas ada pada diri anak maka belajar sulit dapat masuk. Adaoun faktor rohani

itu antara lain :9

a) Inteligensi

Anak yang IQ nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang

dihadapi. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan

pendidikan di Perguruan Tinggi. Jadi semakin tinggi IQ seseorang akan

semakin cerdaspula. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong

lemah mental. Anak yang inilah yang serinh mengalami kesulitan belajar.

Maka ini digolongkan atas debil, embisil, idiot. Anak yang tergolong

lemah mental sangat terbatas kecakapannya. Karena itu guru/pembimbing

harus meneliti tingkat IQ anak dengan meminta batuan seorang psikolog

agar dapat melayani murid-muridnya.

b) Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap

individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat

musik mungkin dibidang lain ketinggalan. Seseorang yang berbakat

dibidang teknik tetapi dibidang olahraga lemah. Jadi seseorang akan

mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Seorang pembimbing

diagnosis harus meneliti bakat-bakat anak agar menempatkan mereka yang

sesuai, mungkin juga kesulitan belajarnya disebabkan tidak adanya bakat

yang sesuai dengan pelajaran tersebut.

c) Minat

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul

kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai

dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan

kecakapannya, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak yang banyak

menimbulkan masalah pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah

terjadi prosesdalam otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada tidaknya minat

terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran.

Kesulitan belajar itu dapat disebabkan karena tidak adanya minat atau oleh

sebab yang lain.

9 Ibid, hlm. 157-161

Page 6: psikologi pendidikan

6

d) Motivasi sebagai faktor batin berfungsi menimbulkan, mendasari,

mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya

dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin

besar kesuksesan belajarnya. Sebaliknya mereka yang bermotivasi lemah,

tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada

pelajaran, suka mengganggu kelas, sehingga anak yang bermotivasi rendah

akan mengalami kesulitan dalam belajar.

e) Kesehatan mental

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga

menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan

mental ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik.

Sebaliknya, anak yang sedih akan kacau pikirannya dan sulit

berkonsentrasi. Biasanya mereka melakukan kompensasi dibidang lain

mungkin melakukan perbuatan agresif. Keadaan seperti ini akan

menimbulkan kesulitan belajar, sehingga guru harus cepat-cepat

mengetahui keadaan mental serta emosi anak didiknya mungkin faktor ini

sebagai penyebab kesulitan belajar.

f) Tipe-tipe khusus seorang pelajar

Ada tiga tipe-tipe belajar seorang anak yaitu :

(1) Tipe visual, yaitu anak akan cepat mempelajari bahan-bahan yang

disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar. Intinya mudah

mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat

penglihatannya. Sebaliknya, merasa sulit belajar apabila dihadapkan

bahan-bahan dalam bentuk suara atau gerakan.

(2) Tipe auditif (campuran), yaitu anak mudah mempelajari bahan yang

disajikan dalam bentuk suara (ceramah), pelajaran dari suara

radio/kaset ia mudah menangkapnya. Pelajaran yang disajikan dalam

bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakanlah yang ia mengalami

kesulitan.

(3) Tipe motorik, yaitu anak mudah mempelajari bahan yang berupa

tulisan, gerakan-gerakan dan sulit mempelajari bahan yang berupa

suara dan penglihatan.

2. Faktor Ekstren Penyebab Kesulitan Belajar

Page 7: psikologi pendidikan

7

Faktor ekstren penyebab kesulitan belajar meliputi semua situasi dan kondisi

lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat

dibagi menjadi tiga macam, yaitu :10

a. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan pendidikan yang utama dan pertama.

Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk

faktor ini antara lain adalah :

1) Faktor Orang Tua

a) Cara Mendidik Anak

Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anaknya,

mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar

anaknya maka akan menjadi penyebab kesulitan belajar.

b) Hubungan Orang Tua dan Anak

Sifat hubunagn orang tua dan anak serinh terlupakan. Faktor ini

penting sekali dalm menentukan kemajuan belajaranak. Kasih sayang

dari orang tua menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya

kasih sayang akan menimbulkan sikap emosional, acuh tak acuh, keras,

kejam. Seorang anak akan mengalami kesulitan belajar karena faktor di

atas.

c) Contoh/ Bimbingan dari Orang Tua

Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang

diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya.

Orang tua yang sibuk kerja, terlalu banyak anak tidak mendapatkan

pengawasan/bimbingan dari orang tua hingga kemungkinan akan

banyak mengalami kesulitan belajar.

2) Suasana Rumah/Keluarga

Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat

belajar dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasinya, sehingga sukar

belajar.

3) Keadan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi digolongkan dalam :

10 Ibid, hlm. 161-168.

Page 8: psikologi pendidikan

8

a) Ekonomi yang kurang/miskin, keadaan ini akan menimbulkan

kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh

orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Sehingga

anak akan mengalami kesulitan belajar.

b) Ekonomi yang berlebihan/kaya, keadaaan ini sebaliknya dari keadaan

yang pertama, dimana ekonomi keluarga yang berlimpah ruah, mereka

akan menjadi malas belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang.

Keadaan ini akan menimbulkan kesulitan belajar.

b. Lingkungan Sekolah

Yang dimaksud sekolah antara lain :

1) Guru

Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar, apabila :

(a) Guru tidak berkualitas,

(b) Hubungan guru dengan murid kurang baik,

(c) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan

belajar,

(d) Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak,

(e) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.

2) Alat-Alat Belajar

Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang

tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat

laboratorium akan menimbulkan kesulitan dalam belajar. Sehingga guru

cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan

bagi anak, sehingga anak mengalami kesulitan dalam belajar.

3) Kondisi Gedung

Kondisi gedung ditujukan pada ruangan kelas atau ruangan tempat belajar

anak. Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti :

(a) Ruangan harus berjendela,

(b) Dinding harus bersih,

(c) Lantai tidak becek atau kotor,

(d) Keadaan gedung jauh dari tempat keramaian.

Keadaan gedung yang tidak memenuhi syarat di atas dapat

menimbulkan kesulitan atau keterlambatan dalam belajar.

4) Kurikulum

Page 9: psikologi pendidikan

9

Kurikulum yang kurang baik, misalnya :

a) Bahan-bahannya terlalau tinggi,

b) Pembagian bahan tidak seimbang,

c) Adanya pendataan materi.

Hal-hal ini akan menimbulkan kesulitan belajar bagi murid-murid.

Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan

membawa kesuksesan dalam belajar.

5) Waktu Sekolah dan Kurang Disiplin

Apabila sekolah siang, sore, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam

keadaan optimal untuk menerima pelajaran. Karena itu, waktu yang baik

untuk belajar adalah pagi hari. Disamping itu, pelaksanaan disiplin yang

kurang misalnya murid-murid sering datang terlambat. Terlebik lagi

gurunya kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam

pelajaran.

c. Lingkungan Sosial/Masyarakat dan Mass Media

1) Lingkungan sosial

(a) Teman Bergaul

Teman bergaul pengaruhnya sangat besardan lebih cepat masuk dalam

jiwa anak.

(b) Lingkungan Tetanggacorak kehidupan tetangga, misalnya main judi,

minum arak, pedagang, tidak suka belajar akan mempengaruhi anak-

anak sekolah.

(c) Aktivitas Dalam Belajar

Terlalu banyak berorganisasi, kursus bermacam-macam, maka akan

menyebabakan belajar anak menjadi terbengkalai.

2) Mass Media

Faktor mass media meliputi bioskop, tv, surat kabar, majalah, buku-buku

yang ada di sekitar anak didik. Hal-hal itu akan menghambat belajar

apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan,hingga lupa tugas belajar.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum, kesulitan belajar bias juga

disebabkan faktor khusus. Termasuk faktor ini adalah sindrom psikologis beberapa

learning disability (tidak mampu belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang

Page 10: psikologi pendidikan

10

muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis. Yang termasuk kedalam

learning disability adalah :11

1. Sisleksia (dyslexia), ketidakmampuan belajar membaca.

2. Disgrafia (dysgraphia), ketidakmampuan belajar menulis.

3. Diskalkuna (dyscalcucia), ketidakmampuan belajar matematika.

Siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas, secara umum sebenarnya

memiliki potensi yang IQ yang normal, bahkan diantaranyaada yang memiliki

kecerdasan di atas rata-rata. Kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom

di atas mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu

gangguan ringan pada otak.12

E. Cara Megenal Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar

Siswa yang mengalami kesulitan belajar memiliki hambatan-hambatan

sehigga melihatkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain. Adapun beberapa

gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar pada siswa adalah :13

1. Menunjukkan prestasi yang rendah atau dibawah rata-rata yang dicapai oleh

kelompok kelas.

2. Hasil seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha tetapi nilainya selalu

rendah. yang dicapai tidak

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan teman-

temannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal, dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar di dalam kelas, seperti acuh tak acuh

terhadap suatu pelajaran, berpura-pura, berdusta, dan lain-lain.

5. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan. Misalnya mudah tersinggung, murung,

bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih, dan lain-lain.

Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar biasa dikenal dengan sebutan

prestasi kurang (under achiever). Anak-anak ini tergolong memiliki IQ tinggi tetapi

prestasi belajarnya rendah (dibawah rata-rata kelas). Secara potensial mereka yang

IQ-nya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Tetapi anak yang mengalami

11 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,2006), hlm. 144.12 Ibid.13 M. Dalyono. Op. Cit, hlm 247-248.

Page 11: psikologi pendidikan

11

kesulitan belajar itu berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap, kebiasaan belajar,

pola-pola pendidikan yang diterima dari keluarga.14

Dari uraian diatas jelaslah bahwa pembahasan tentang anak yang mengalami

kesulitan belajar sangat penting untuk diketahui. Untuk itu perlu dilakukan

pemahaman secara menyeluruh dan mendalam tentang perbedaan individual,

melakukan pengenalan diri apabila ada penyimpangan perilaku di antara siswa, dan

mengetahui teknik mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa. Hal ini

bertujuan untuk menghindari adanya perlakuan yang tidak sesuai terhadap siswa.15

F. Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis dilakukan dalam rangka memberikan solusi terhadap siswa yang

mengalami kesulitan belajar. Untuk dapat memberikan solusi secaratepat atas

kesulitan siswa, guru harus terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali

gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan adanya

kemungkinan kesulitan belajar yang melanda siswa ). Dalam melakukan diagnostik

kesulitan belajar siswa, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :16

1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika

mengikuti pelajaran.

2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga

mengalami kesulitan belajar.

3. Mewawancarai orang tua atau wali untuk mengetahui hal-hal keluarga siswa yang

mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat

kesulitan belajar yang dialami siswa.

5. Memberikan tes kemampuan inteligensi (IQ) khususnya kepada siswa yang

diduga mengalami kesulitan belajar.

Semuanya langkah diatas bisa dilakukan sendiri oleh guru, kecuali langkah ke-

5 yang menyangkut tes IQ. Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap

sindrom disleksia, disgrafia, dan diskalkuna guru dan orang tua menganjurkan untuk

memanfaatkan support teacher (pendukung guru). Guru khusus ini biasanya bertugas

14 Ibid, hlm. 248.15 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Pustaka Belajar,2001), hlm. 260-261. 16 Tohirin. Op. Cit, hlm. 144-145.

Page 12: psikologi pendidikan

12

menangani para siswa pengidap sindrom-sindrom di atas disamping melakukan

remedial teaching (pengajaran perbaikan). Kendalanya adalah di sekolah-sekolah

pada umunya belum tersedia support teacher, sebagaimana di negara maju. Alternatif

yang bisa dilakukan apabila di sekolah-sekolah belum ada, orang tua siswa bisa

berhubungan dengan biro konsultasi psikolgi dan pendidikan. Cara lain orang tua

yaitu juga bisa berhubungan dengan alim ulama/ustadz untuk dimintai nasihatnya

dalam mengatasi perilaku anak yang menyimpang dati norma-norma agama Islam.17

G. Alternatif Pemecahan Kesulitan BelajarBanyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar

siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan

untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut : 18

1. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan

hubungan antarbagian tersebut untukmemperoleh pengertian yang benar tentang

kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

2. Mengidentifikasi dam menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan

perbaikan. Adakalanya bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani guru

sendiri, adakalanya bidang kecakapan yang bisa ditangani oleh guru dengan

bantuan orang tua, dan adakalanya bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani

baik oleh guru maupun orang tua.

3. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching. Dalam hal

menyusun program pengajaran perbaikan sebelumnya guru menetapkan hal-hal

sebagai berikut :

a. Tujuan pengajaran remedial.

b. Materi pengajaran remedial.

c. Metode pengajaran remedial.

d. Alokasi waktu pengajaran remedial

e. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.

4. Melaksanakan program perbaikan, program pengajaran remedial itu lebih cepat

dilaksanakan akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal

tempat itu memungkinkan siswa memusatkan perhatiannya terhadap proses

pengajaran perbaikan tersebut. Selanjutnya, untuk memperluas wawasan

17 Ibid, hlm. 146. 18 Ibid, hlm. 147.

Page 13: psikologi pendidikan

13

pengetahuan mengenai alternatif kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa,

guru sangat dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan

penyuluhan. Selain itu, guru juga dianjurkan untuk mempertimbangkan

penggunaan model mengajar tertentu yang dianggap sesuai alternatif lain atau

pendukung cara memecahkan masalah kesuliatan belajar siswa.

Oleh karena kesulitan belajar siswa biasanya terkait dengan banyak faktor,

maka alternatif solusinya pun biasanya melibatkan banyak komponen, artinya

komponen guru saja belum memungkinkan untuk memberikan solusi secara

tuntas.oleh karena itu,sangat bijaksana apabila guru termasuk guru agama daalm

memberikan solusi terhadap kesulitan belajar siswa selalu berkoordinasi dengan

berbagai pihak terkait. Guru terlebih dahulu melihat jenis kesulitan belajar siswa,lalu

menetukan pihak mana yang mungkin bisa dilibatkan, baru mengambil langkah

penyelesaiannya. Dengan perkataan lain, dalam menyelesaikan kesulitan belajar

siswa, melalui proses yang tidak boleh dianggap sederhana.19

H. Usaha-Usaha Lain Mengatasi Kesuliatn Belajar

Selain dengan menggunakan alternatif pemecahan kesulitan belajar masih ada

usaha lain yang digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar. Karenaitu mencari

sumber penyebab uta,a dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya adalah

menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.20

Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka

mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalaui enam tahap, yaitu :21

1. Pengumpulan data

Usaha untuk menemukan sumber penyebab kesuliatn belajar, diperlukan banyak

informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu

pengamatan langsungyang disebut pengumpul data. Menurut Sam Isbani dan R

Isbani, dalam pengumpuloan data dapat dipergunakan berbagai metode,

diantaranya adalah :

a. Observasi.

b. Kunjungan rumah.

19 Ibid, hlm 147-148. 20 M. Dalyono. Op. Cit, hlm. 250. 21 Ibid, hlm. 250-255.

Page 14: psikologi pendidikan

14

c. Case study.

d. Case history.

e. Daftar pribadi.

f. Meneliti pekerjaan.

g. Tugas kelompok.

h. Melaksanakan tes IQ (baik tes IQ maupun tes prestasi).

Dalam pelaksanaanya, metode-metode tersebut tidak harus semuanya digunakan

secara bersama-samaakan tetapi tergantung pada masalahnya, kompleks atau

tidak. Semakin masalahnta rumit, maka semakin banyak kemungkinan metode

yang dapat digunakan, sebaliknya semakin masalahnya sederhana, mungkin

dengan satu metode observasi saja, sudah dapat ditemukan faktor apa yang

menyebabkan kesulitan belajar anak. Data yang terkumpul dari berbagai metode

yang digunakan, akan sangat bermanfaat dalam rangka kegiatan pada langkah

berikutnya.

2. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya

jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji

untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh

anak. Dalam pengolahan data, langkah yang dapat ditempuh antara lain adalah :

a. Identifikasi kasus.

b. Membandingkan antara kasus.

c. Membandingkan denagn hasil kasus.

d. Menarik kesimpulan.

3. Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan (penentuan mengenai hasil dari penggolahan data).

Diagnosis inidapat berupa hal-hal sebagai berikut :

a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).

b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab

kesulitan belajar.

c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.

Dalam rangka diagnosis ini biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli

seperti dokter, psikolog, psikiater, social worker (untuk mengetahui kelainan

sosial yang mungkin dialami anak), ortopedagog (untuk mengetahui kelainan pada

anak), guru kelas, dan orang tua anak. Dalam prakteknya, tidak semua ahli

Page 15: psikologi pendidikan

15

tersebut selalu harus secara bersama-sama digunakan dalam setiap proses

diagnosis, melainkan tergantung kepada kebutuhan dan juga kemampuan.

4. Prognosis

Prognosis artinya ramalan. Apap yang telah ditetapkan ddalm tahap diagnosis,

akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai

bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalah.

Dalam prognosis ini akan ditetapkan mengenai bentuk treatment (perlakuan)

sebagai lanjutan dari diagnosis. Dalam hal ini dapat berupa :

a. Bentuk perlakuan yang harus diberikan.

b. Bahan atau materi yang diperlukan.

c. Metode yang digunakan.

d. Alat-alat bantu belajar mengajar yang diperlukan.

e. Waktu (kapan kegiatan itu dilaksanakan)

Secara singkat prognosis adalah merupakan aktivitas penyusunan rencana yang

diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.

5. Treatment (perlakuan)

Perlakuan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang bersangkutan (yang

mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan rencana yang telah disusun pada tahap

prognosis. Bentuk treatment yang dapat diberikan, adalah :

a. Melalui bimbingan belajar kelompok.

b. Melalui bimbingan belajar individual.

c. Melalui pengajaran remedial dalam beberapa bidang studi tertentu.

d. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.

e. Melalui bimbingan orang tua, dan pengatasan kasus sampingan yang mungkin

ada.

6. Evaluasi

Evaluasi maksudnya untuk mengetahui apakah perlakuan yang telah diberikan di

atas berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali.

Untuk mengadakan pengamatan kembali atas hasil treatment yang kurang

berhasil, maka secara teoritis langkah-langkah yang perlu adalah :

a. Re ceking data (baik itu pengumpulan maupun pengolahan data).

b. Re Diagnosis.

c. Re Prognosis.

d. Re Treatment.

Page 16: psikologi pendidikan

16

e. Re Evaluasi.

I. Cara Belajar yang Baik Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Menentukan bagaimana cara belajar yang baik dalam mengatasi kesulitan

belajar bukanlah soal yamg mudah. Crow and Crow mengeemukakan cara belajar

yang baik diperlukan untuk persiapan belajar yang baik adalah sebagai berikut :22

1. Adanya tugas yang jelas dan tegas.

2. Belajarlah membaca dengab baik.

3. Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian dimana diperlukan.

4. Pelajari dan kuasai bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari.

5. Buatlah outline dan catatan pada waktu belajar.

6. Kerjakan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan.

7. Hubungkan bahan-bahan baru dengan bahan yang sama.

8. Gunakan bermacam-macam sumber dalam belajar.

9. Pelajarilah dengan baik tabel, peta, grafik, gambar, dan sebagainya

10. Buatlah rangkuman (summary) dan perikasa kembali (review).

J. Penutup

Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Kesulitan belajar adalah keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar

sebagaimana mestinya yakni mengalami kegagalan dalam belajar yang berkaitan

dengan hambatan dalam proses belajar dan mengajar.

2. Macam-macam kesulitan belajar adalah :

a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar :

1) Ada yang berat

2) Ada yang sedang

b. Dilihat dari bidang stufi yang dipelajari :

1) Ada yang sebagian bidang studi

2) Ada yang keseluruhan bidang studi

c. Dilihat dari sifat kesulitannya :

1) Ada yang sifatnya permanen

2) Ada yang sifatnya hanya sementara

d. Dilihat dari faktor penyebabnya :

22 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 116-120.

Page 17: psikologi pendidikan

17

1) Ada yang karena faktor inteligensi

2) Ada yang karena non inteligensi

3. Faktor penyebab kesulitan belajar disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

a. Faktor intern anak didik, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul

dari dalam diri anak didik sendiri.

b. Faktor ekstren anak didik, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang

dari luar diri anak didik.

4. Adapun cara mangenal siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu :

a. Menunjukkan prestasi yang rendah atau dibawah rata-rata.

b. Hasil seimbang dengan usaha yang dilakukan.

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar di dalam kelas.

e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.

5. Diagnosis belajar dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a. Melakukan pengamatan pada siswa.

b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa.

c. Wawancara orang tua atau wali siswa.

d. Tes diagnostik.

e. Memberikan tes kemampuan inteligensi (IQ).

6. Dalam mengatasi kesulitan belajar maka ada alternatif untuk mengatasinya yaitu :

a. Menganalisis hasil diagnosis.

b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang

memerlukan perbaikan.

c. Menyusun program perbaikan.

d. Melaksanakan program perbaikan.

7. Adapun usaha lain untuk mengatasi kesulitan belajar, yaitu :

a. Pengumpulan data.

b. Pengolahan data.

c. Diagnosis.

d. Prognosis.

e. Treatment.

f. Evaluasi.

Page 18: psikologi pendidikan

18

8. Sehingga dalam mengatasi kesulitan belajar diperlukan cara belajar yang baik agar

tidak mengalami kesuliatn belajar. Adapun cara belajar yang baik dalammengatasi

kesulitan belajar adalah :

a. Adanya tugas yang jelas dan tegas.

b. Belajarlah membaca dengab baik.

c. Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian dimana diperlukan.

d. Pelajari dan kuasai bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajari.

e. Buatlah outline dan catatan pada waktu belajar.

f. Kerjakan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan.

g. Hubungkan bahan-bahan baru dengan bahan yang sama.

h. Gunakan bermacam-macam sumber dalam belajar.

i. Pelajarilah dengan baik tabel, peta, grafik, gambar, dan sebagainya

j. Buatlah rangkuman (summary) dan perikasa kembali (review).

Dari kesimpulan diatas jelaslah bahwa pentingya pembahasan mengenai

kesulitan belajar dan upaya penanggulangannya. Hal ini tidak terlepas dari adanya

pemahaman secara lebih menyeluruh dan mendalamtentang erbedaan individual,

pengenalan diri apabila ada kecendurungan penyimpangan perilaku diantara para

siswa dan mengetahui teknik menyelesaikan masalah ataupun kesulitan yang mereka

hadapi.

K. Daftar Kepustakaan

Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.

Mudzakir, Ahmad dan Joko Sutrisno. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. 1997.

Mustaqim. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Belajar. 2001.

Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994.

Syah,Muhibbin. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1995.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2006.

Page 19: psikologi pendidikan

19

.