psa satu kali kunjungan
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
1/11
Rabu, 09 November 2011
KEDARURATAN ENDODONTIK
KEDARURATAN ENDODONTIKKedaruratan endodontik biasanya dikaitkan dengan rasa nyeri atau pembengkakan
dan memerlukan penegakan diagnosis serta perawatan dengan segera. Kedaruratan ini
disebabkan oleh adanya kelainan dalam pulpa dan atau jaringan periradikuler. Kebanyakan
keadaan darurat gigi adalah adanya gangguan yang tidak direncanakan di dalam praktek
sehari-hari, namun dokter gigi harus memberikan pertolongan dengan cepat dan efektif.
Kedaruratan endodontik adalah suatu tantangan, baik dalam penegakan diagnosis maupun
penatalaksanaannya.
Dalam beberapa aspek diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik,
ketidakmampuan menerapkan keterampilan dan kemampuan yang baik akan menimbulkan
akibat yang membahayakan. Diagnosis danperawatan yang tidak tepat mungkin dapat
meredakan nyeri yang diderita, bahkan dapat memperparah keadaan. Para klinisi hendaknyamemiliki pengetahuan mengenai mekanisme nyeri, penatalaksanaan pasien, diagnosis,
anastesi, cara-cara pengobatan terapeutik dan perawatan yang tepat, baik untuk jaringan
lunak maupun jaringan keras (Grossman, 1988; Walton and Torabinejad, 2002).
Kedaruratan adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter gigi dan stafnya.
Berbagai frekuensi nyeri atau pembengkakan terjadi pada pasien sebelum, selama atau
sebuah perawatan saluran akar. Penyebabnya adalah adanya iritan yang menimbulkan
inflamasi yang hebat di dalam jaringan pulpa atau jaringan periradikuler.
Merupakan kepuasan dan kebahagian tersendiri apabila kita berhasil menanggulangi
dengan baik seorang pasien yang datang dalam keadaan kesakitan. Sebaliknya, tidak ada
yang lebih menyesakkan hati, baik bagi pasien maupun dokternya, selain menerima pasien
yang mengalamiflare-up setelah dirawat saluran akarnya padahal pada awalnya gigi tersebutasimptomatik (Walton ang Torabinejad, 2002).
1.1 Sistem Penegakan DiagnosaPasien yang dalam keadaan sakit akan memberikan informasi dan respons serba
berlebihan dan tidak tepat. Mereka cenderung bingung dan cemas. Oleh karena itu, harus
tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar dan pendekatan yang sistematik agar diagnosis
akurat. Agar sampai pada diagnosis yang tepat dan dapat menentukan sumber nyerinya, maka
klinisi harus mendapatkan informasi yang tepat mengenai riwayat medis dan riwayat giginya;
mengajukan pertanyaan mengenai riwayat, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimuli
yang menyebabkan timbulnya nyeri; melakukan pemeriksaan visual pada wajah, jaringan
keras dan lunak rongga mulut; melakukan pemeriksaan intraoral; melakukan pengetesan
pulpa; melakukan tes palpasi, tes perkusi dan melakukan pemeriksaan radiograf (Weine,
1996; Walton ang Torabinejad, 2002).
1.1.1 Riwayat medis dan gigi
Sebelum memulai prosedur yang berkaitan dengan masalah yang harus ditanggulangi
segera, riwayat medis dan giginya harus ditinjau terlebih dahulu. Jika pasien sudah pernah
datang sebelumnya, riwayat medisnya sudah ada dan hanya perlu diperbaharui saja. Jika
pasien baru, buatlah riwayat standarnya dengan lengkap. Riwayat gigi dapat dibuat lengkapatau seperlunya dulu yang meliputi pengumpulan data prosedur gigi yang telah dilakukan,
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
2/11
kronologis gejala, dan menanyakan kepada pasien bagaimana komentar dokter gigi terakhir
yang dikunjunginya (Ingle, 1985; Walton and Torabinejad, 2002).
1.1.2 Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan
dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang menimbulkannyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan menyebar, besar kemungkinan berasal
dari pulpa. Nyeri yang terjadi pada waktu mastikasi atau ketika gigi berkontak dan jelas
batasnya mungkin berasal dari periaspeks.
Tiga faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri adalah spontanitas,
intensitas dan durasinya. Jika pasien mengeluhkan salah satu gejala ini, besar kemungkinan
terdapat lelainan yang cukup signifikan. Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek
informasi seputar sumber nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau periradikuler. Seorang
klinisi yang pandai akan mampu menetapkan diagnosis sementara melalui pemeriksaan
subyektif yang teliti sedangkan pemeriksaan obyektif dan radiograf digunakan untuk
konfirmasi (Cohen and Burn, 1994; Weine, 1996; Walton and Torabinejad, 2002).
1.1.3 Pemeriksaan obyektif
Tes obyektif meliputi pemeriksaan wajah, jaringan keras dan lunak rongga mulut.
Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan, pemeriksaan dengan kaca mulut dan
sonde untuk melihat karies, ada tidaknya kerusakan restorasi, mahkota yang berubah warna,
karies sekunder atau adanya fraktur.
Tes periradikuler membantu mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal
nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari atau menggoyangkan gigi dan
perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut. Tes vitalitas pulpa tidak begitu bermanfaat
pada pasien yang sedanh menderita sakit akut karena dapat menimbulkan kembali rasa sakit
yang dikeluhkan. Tes dingin, panas, elektrik dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih
vital atau nekrosis (Cohen ang Burn, 1994; Walton and Torabinejad, 2002).
1.1.4 Pemeriksaan periodonsium
Pemeriksaan jaringan periodontium perlu dilakukan dengan sonde periodontium
(periodontal probe) untuk membedakan kasus endodontik atau periodontik. Abses
periodontium dapat menstimuli gejala suatu abses apikalis akut. Pada abses periodontium
lokal, pulpa biasanya masih vital dan terdapat poket yang terdeteksi. Sebaliknya, abses
apikalis akut disebabkan oleh pulpa nekrosis. Absesabses ini kadang kadang berhubungan
dengan sulkus sehingga sulkus menjadi dalam. Jika diagnosis bandingnya sukar ditentukan,
tes kavitas mungkin dapat membantu mengidentifikasi status pulpa (Cohen and Burn, 1994;
Walton and Torabinejad, 2002).
1.1.5 Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan darurat yang tepat,
memberikan banyak informasi mengenai ukuran, bentuk dan konfigurasi sistem saluran akar.
Pemeriksaan radiograf mempunyai keterbatasan, penting diperhatikan bahwa lesi
periradikuler mungkin ada, tetapi tidak terlihat pada gambar radiograf karena kepadatan
tulang kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula, lesi yang
terlihat pada film, ukuran radiolusensinya hanya sebagian dari ukuran kerusakan tulang
sebenarnya (Bence, 1990, Cohen and Burn, 1994).
1.2 Penatalaksanaan Kedaruratan Praperawatan Endodontik
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
3/11
Tahapan-tahapan untuk memaksimalkan efisiensi dan meminimalkan kesalahan
dalam identifikasi, diagnosis dan rencana perawatan adalah menentukan masalah yang
dihadapi; melakukan pengkajian riwayat medisnya; menentukan sumber nyeri; membuat
diagnosis pulpa; periradikuler dan periodontal; membuat rancangan rencana perawatan
kedaruratan dan melakukan perawatan (Walton and Torabinejad, 2002).
1.2.1 Penatalaksanaan Pasien
Hal ini merupakan faktor yang penting karena pasien yang sedang cemas harus
diyakinkan bahwa dia akan ditangani dengan baik. Untuk mengurangi kecemasan dan
memperoleh informasi mengenai keluhan utama dan agar diperoleh kerjasama pasien selama
perawatan, klinisi hendaknya membangun dan mengendalikan situasi, membangkitkan
kepercayaan pasien, memberikan perhatian dan simpati kepada pasien dan memperlakukan
pasien sebagai individu yang penting. Penatalaksanaan psikologis merupakan faktor yang
penting dalam perawatan kedaruratan (Cohen and Burn, 1994; Walton and Torabinejad,
2002).
1.2.2 Penatalaksanaan Penyakit Pulpa dan PeriradikulerSetelah melakukan pemeriksaan, klinisi harus dapat mengidentifikasi gigipenyebab
dan jaringan pulpa atau periradikuler yang merupakan sumber rasa nyeridan harus dapat
menentukan diagnosis pulpa dan periradikulernya sehingga jelasrencana perawatannya
(Grossman, 1988; Walton and Torabinejad, 2002).
1.2.3 Penatalaksanaan Pulpitis Reversibel Akut
Pasien dapat menunjukan gigi yang sakit dengan tepat. Diagnosis dapat ditegaskan
oleh pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut
berhasil dirawat dengan prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol sebagai
tambalan sementara, rasa sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau
menjadi lebih buruk, maka lebih baik pulpa diekstirpasi.
Bila restorasi yang dibuat belum lama mempunyai titik kontak prematur,
memperbaiki kontur yang tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit dan
memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau
pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus
dibongkar dan aplikasi semen seng oksida eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan
yaitu meletakkan bahan protektif pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi
trauma oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri
pada pulpa dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles restorasi
amalgam (Grossman, 1988; Gutmann et all, 1992).
1.2.4 Penatalaksanaan Pulpitis Irreversibel Akut
Gigi dengan diagnosis pulpitis ireversibel akut sangat responsif terhadap rangsang
dingin, rasa sakit berlangsung bermenit-menit sampai berjam-jam, kadangkadang rasa sakit
timbul spontan, mengganggu tidur atau timbul bila membungkuk. Perawatan darurat yang
lebih baik dikakukan adalah pulpektomi daripada terapi paliatif untuk meringankan rasa sakit.
Teknik pulpektomi adalah sebagai berikut (Grossman, 1988; Bence, 1990; Cohen and
Burn, 1994; Walton and Torabinejad, 2002) :
1. Anestesi gigi yang terserang, pasang isolator karet.
2. Buat jalan masuk ke dalam kamar pulpa, keluarkan pulpa dari kamar pulpa dengan
ekskavator atau kuret.
3. Lakukan irigasi dan debridemen di dalam kamar pulpa, temukan orifis saluran akar dansaluran akar dieksplorasi dengan jarum Miller.
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
4/11
4. Tentukan panjang kerja dan jaringan pulpa diekstirpasi, kemudian lakukan instrumentasi
dengan menggunakan jarum rimer dan kikir (file) sesuai panjang kerja.
5. Lakukan irigasi dengan larutan salin steril, larutan anetesi atau larutan natrium hipokhlorit,
kemudian keringkan saluran akar dengan poin kertas isap (absorbentpoint )steril.
6. Masukkan gulungan kapas kecil (cotton pellet) yang dibahasi bahan pereda sakit, misalnya
eugenol atau CMCP (camphorated monochloro phenol) ke dalam kamar pulpa kemudiantutup kavitas dengan tambalan sementara, misalnya cavit atau semen seng oksida eugenol,
hindari trauma oklusal.
7. Pasien diberi obat analgetik yang diminum apabila timbul rasa sakit. Premedika atau
medikasi pasca perawatan dengan antibiotik diindikasikan bila kondisi pasien secara medis
membahayakan atau bila toksisitas sistemik timbul kemudian.
Pada beberapa kasus, terutama pada gigi saluran ganda, biasanya dokter gigi tidak
cukup waktu untuk menyelesaikan seluruh ekstirpasi jaringan pulpa dan instrumentasi saluran
akar, maka dilakukan pulpotomi darurat, mengangkat jaringan pulpa dari korona dan saluran
akar yang terbesar saja. Biasanya saluran saluran akar terbesar merupakan penyebab rasa
sakit yang hebat, saluran-akar yang kecil tidak menyebabkan rasa sakit secara signifikan.
Pada kasus dengan saluran akar yang kecil sebagai penyebabnya, pasien akan merasa sakitsetelah efek anestesi hilang. Jika hal ini terjadi, harus direncanakan perawatan darurat lagi
dan seluruh saluran akar harus dibersihkan (Grossman, 1988; Bence, 1990; Mardewi, 2003).
1.2.5 Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa tanpa Pembengkakan
Walaupun gigi nekrosis tanpa pembengkakan tidak memberikan respons terhadap
stimuli, gigi tersebut mungkin masih mengandung jaringan terinflamasi vital di saluran akar
di daerah apeks dan memiliki jaringan periradikuler terinflamasi yang menimbulkan nyeri
(periodontitis akut). Oleh karena itu, demi kenyamanan dan kerja sama pasien, anestesi lokal
hendaknya diberikan.
Setelah pemasangan isolator karet, debridemen yang sempurna merupakan perawatan
pilihan. Jika waktu tidak memungkinkan, dilakukan debridemen parsial pada panjang kerja
yang diperkirakan. Saluran akar tidak boleh diperlebar tanpa mengetahui panjang kerja.
Selama pembersihan saluran akar dan pada penyelesaian prosedur ini dilakukan irigasi
dengan larutan natrium hipokhlorit, kemudian keringkan dengan poin kertas isap (paper
point), jika saluran akar yang cukup lebar, diisi dengan pasta kalsium hidroksida dan
ditambal sementara. Sejumlah klinisi
menempatkan pelet kapas yang dibasahi medikamen intrakanal di kamar pulpa sebelum
penambalan sementara, sebetulnya pemberian medikamen itu tidak bermanfaat (Tarigan,
1994; Walton dan Torabinejad, 2002).
1.2.6 Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa dengan Pembengkakan Terlokalisasi
Gigi nekrosis dengan pembengkakan terlokalisasi atau abses alveolar akut ataudisebut juga abses periapikal / periradikuler akut adalah adanya suatu pengumpulan pus yang
terlokalisasi dalam tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah gigi nekrosis. Biasanya
pembengkakan terjadi dengan cepat, pus akan keluar dari saluran akar ketika kamar pulpa di
buka.
Perawatan abses alveolar akut mula-mula dilakukan buka kamar pulpa kemudian
debridemen saluran akar yaitu pembersihan dan pembentukan saluran akar secara sempurna
bila waktu memungkinkan. Lakukan drainase untuk meredakan tekanan dan nyeri serta
membuang iritan yang sangat poten yaitu pus. Pada gigi yang drainasenya mudah setelah
pembukaan kamar pulpa, instrumentasi harus dibatasi hanya di dalam sistem saluran akar.
Pada pasien dengan abses periapikal tetapi tidak dapat dilakukan drainase melalui saluran
akar, maka drainase dilakukan dengan menembus foramen apikal menggunakan file kecilsampai no. 25.
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
5/11
Selama dan setelah pembersihan dan pembentukan saluran akar, lakukan irigasi
dengan natrium hipokhlorit sebanyak-banyaknya. Saluran akar dikeringkan dengan poin
kertas, kemudian diisi dengan pasta kalsium hidroksida dan diberi pelet kapas lalu ditambal
sementara (Grossman, 1988; Walton and Torabinejad, 2002).
Beberapa klinisi menyarankan, jika drainase melalui saluran akar tidak dapat dihentikan,
kavitas akses dapat dibiarkan terbuka untuk drainase lebih lanjut, nasihatkan pasien berkumurdengan salin hangat selama tiga menit setiap jam. Bila perlu beri resep analgetik dan
antibiotik. Membiarkan gigi terbuka untuk drainase, akan mengurangi kemungkinan rasa
sakit dan pembengkakan yang berlanjut (Grossman, 1988, Bence, 1990).
1.2.7 Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa dengan Pembengkakan Menyebar
Pada lesi-lesi ini pembengkakan terjadi dengan progresif dan menyebar cepat ke
jaringan. Kadang-kadang timbul tanda-tanda sistemik, yaitu suhu pasien naik.
Penatalaksanaan pertama yang paling penting adalah debridemen yaitu pembuangan iritan,
pembersihan dan pembentukan saluran akar. Foramen apikalis dilebarkan sampai ukuran file
no. 25 agar dapat meningkatkan aliran aksudat.
Bila pembengkakan luas, lunak dan menunjukan fluktuasi, mungkin diperlukan insisimalalui jaringan lunak pada tulang. Mukosa di atas daerah yang terkena dikeringkan terlebih
dahulu, kemudian jaringan disemprot dengan anestetik lokal, misalnya khlor etil. Insisi
intraoral dibuat melalui pembengkakan lunak yang mengalami fluktuasi ke plat tulang
kortikal. Suatu isolator karet atau kain kasa yang digunakan untuk drainase dimasukkan
selama beberapa hari. Pasien disarankan berkumur dengan larutan salin hangat selama 3
sampai 5 menit setiap jam. Pada bengkak yang difus dan cepat berkembang, harus diberikan
antibiotik dan analgetik. Antibiotik pilihan pertamanya adalah penisilin mengingat
mikroorganisme penyebab biasanya streptokokus. Jika pasien alergi terhadap penisilin,
gunakan eritromisin atau klindamisin (Grossman, 1988; Bence, 1009, Walton and
Torabinejad, 2002).
Kecepatan penyembuhan bergantung terutama kepada derajat debridemen saluran
akarnya dan banyaknya drainase yang diperoleh selama kunjungan kedaruratn. Karena edema
telah menyebar di jaringan, pembengkakan yang menyebar berkurang perlahan-lahan dalam
periode berkisar 3-4 hari (Walton and
1.3 Penatalaksanaan Kedaruratan Antar Kunjungan dan Pasca Obturasi
1.3.1 Penatalaksanaan Kedaruratan Antar KunjunganKedaruratan antar kunjungan disebut juga sebagaiflare-up yaitu suatu kedaruratan
murni dan demikian parahnya sehingga perlu perawatan dengan segera. Walaupun prosedur
perawatan telah dilakukan dengan hati-hati danteliti, namun komplikasi dapat timbul berupa
nyeri dan pembengkakan. Kedaruratan antar kunjungan ini adalah peristiwa yang sangat tidakdiinginkan dan sangat mengganggu serta harus segera ditangani (Walton and Torabinejad,
2002).
A. PerawatanFlare-upAspek terpenting perawatanflare-up adalah menenangkan pasien. Umumnyapasien
merasa ketakutan dan kesal bahkan menyangka bahwa perawatan telah gagaldan gigi harus
dicabut. Berilah keyakinan kepada pasien bahwa rasa nyeri yangtimbul dapat ditanggulangi
dan kasusnya akan segera ditangani.Kasus kedaruratan antar kunjungan dapat dibagi menjadi
kasus tanpa dandengan pembengkakan, dan yang diagnosis awalnya pulpa vital atau
nekrosis. Jikapada diagnosis awalnya pulpa masih vital, jarang timbul flare-up (Walton
andTorabinejad, 2002).
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
6/11
1) Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Vital tanpa Pembengkakan dan Debridemen
Sempurna
Biasanya kasus ini disebabkan oleh instrumentasi melebihi apeks akar
(overinstrumentasi) yang mengakibatkan adanya taruma pada jaringan periapikal atau adanya
debris yang terdorong ke dalam jaringan periapikal. Penyebab lain dapat berupa iritasi
kimiawi dari larutan irigasi atau medikamen intrakanal. Pada kasus ini biasanya pasienmerasa peka waktu mengunyah (Grossman; 1988; Walton and Torabinejad, 2002).
Kasus ini mungkin bukan suatuflare-up murni, yang dibutuhkan biasanya hanyalah
menenangkan pasien dan memberikan resep analgetik ringan sampai sedang. Pada umumnya
pembukaan gigi tidak akan menghasilkan apa-apa, nyeri akan menurun secara
spontan. Flare-up tidak akan tercegah dengan kortikosteroid, baik diberikan secara intrakanal
atau secara sistemis (Walton and Torabinejad, 2002).
2) Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Vital tanpa Pembengkakan dan Debridemen
Tidak Sempurna.
Debridenmen yang tidak sempurna akan meninggalkan jaringan yang kemudian
terinflamasi dan menjadi iritan utama. Panjang kerja harus diperiksa ulang dan ditentukankembali, kemudian saluran akar dibersihkan hati-hati dan lakukan irigasi dengan larutan
natrium hipokhlorit yang banyak. Keringkan saluran akar dengan poin kertas isap kemudian
diisi pasta kalsium hidroksida lalu tambal sementara. Bila perlu boleh diberi resep analgetik
ringan atau sedang (Ingle, 1985; Walton and Torabinejad, 2002).
3). Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Nekrosis tanpa Pembengkakan
Penatalaksanaan pada kasus ini, gigi dibuka dan saluran akar dibersihkan kembali dan
diirigasi dengan larutan natrium hipokhlorit. Saluran akar dikeringkan dengan poin kertas
isap, kemudian diisi bahan medikasi dengan pasta kalsium hidroksida dan ditutup tambalan
sementara.
Setelah kunjungan yang banyak, cenderung menjadi abses apikalis akut, pada kasus
ini harus dilakukan drainase, debridemen diselesaikan yaitu saluran akar dibersihkan kembali
dan diirigasi dengan larutan natrium hipokhlorit. Biarkan isolator karet di tempatnya dan
bukalah giginya, pasien dibiarkan istirahat tanpa nyeri selama 30 menit atau sampai
drainasenya berhenti. Setelah itu keringkan saluran akar, letakkan pasta kalsium hidroksida
dan tutup dengan tambalan sementara (Grossman, 1988; Walton and Torabinejad, 2002).
4). Penatalaksanaan Kasus-kasus dengan Pembengkakan
Penatalaksanaan kasus-kasus dengan pembengkakan paling baik ditangani dengan
drainase, saluran akar harus dibersihkan dengan baik. Jika drainase melalui saluran akar tidak
mencukupi, maka dilakukan insisi pada jaringan yang lunak dan berfluktuasi. Saluran akarharus dibiarkan terbuka dan lakukan debridemen, kemudian beri pasta kalsium hidroksida
dan tutup tambalan sementara. Sebaiknya diberi resep antibiotik dan analgetik (Grossman,
1988; Walton and Torabinejad, 2002).
B. Tindak Lanjut PerawatanFlare-upJika ada pasienflare-up, pasien harus dikontak setiap hari sampai gejalanya hilang.
Kontak dapat dilakukan melalui telepon, pasien-pasien dengan masalah yang lebih serius atau
pasien yang tidak sembuh, harus kembali ke dokter gigi. Jika timbul kembali gejala dan tidak
dapat dikendalikan, pertimbangan untuk merujuknya. Perawatan akhirnya oleh spesialis
mungkin meliputi obturasi yang diikuti dengan bedah apikal.
Obat-obatan yang biasa digunakan dapat obat sistemik atau lokal. Medikasi intrakanalgolongan fenol yang biasa digunakan adalah formokresol, CMCP, kresatin dan eugenol. Obat
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
7/11
yang lain adalah kombinasi steroid dan kalsium hidroksida, tetapi tidak satupun obat-obat
diatas dapat mencegah terjadinyaflare-up atau meredakan gejalaflare-up.
Obat-obatan sistemik biasanya dibatasi pada analgetik dan antibiotik. Golongan
nonsteroid diindikasikan jika diinginkan adanya efek anti inflamasi atau analgetik. Golongan
narkotik bermafaat dalam menimbulkan analgesia dan sedasi. Kombinasi suatu opoid dan
bahan non steroid paling efektif bagi nyeri yang parah. Pembengkakan yang terlokalisasitidak mengidikasikan kebutuhan antibiotik, yang diperlukan adalah drainase dengan insisi
atau melalui saluran akar dan debridemen yang sempurna dari saluran akar (Walton and
Torabinejad, 2002).
1.3.2 Penatalaksanaan Kedaruratan Pasca ObturasiKeadaan darurat endodontik dapat terjadi setelah dilakukan obturasi. Menurut Seltzer
dalam Walton and Torabinejad (2002), sekitar sepertiga pasien endodontik mengalami nyeri
setelah obturasi.
A. Faktor-faktor PenyebabHanya sedikit yang diketahui faktor etiologi yang menyebabkan nyeri pasca
perawatan setelah obturasi. Ketidaknyamanan pasca obturasi diperkirakan disebabkan olehiritasi periapikal akibat material obturasi, penambalan mahkota yang tidak baik, oklusi yang
mengganjal (ada kontak prematur), semen saluran akar masuk ke jaringan periapikal dan
pengisian saluran akar berlebih sehingga menyebabkan inflamasi jaringan periapikal
(Grossman, 1988; Walton and Torabinejad, 2002).
B. Perawatan Keadaan Darurat Pasca ObturasiJika timbul rasa tidak nyaman pada gigi setelah dilakukan obturasi, sebaiknya
dilakukan pengecekan oklusinya dan pengisian saluran akar dievaluasi kembali. Pertolongan
bagi kasus darurat dengan rasa tidak nyaman adalah pemberian analgetik ringan untuk
mengurangi tingkat kecemasan pasien dan mencegah terjadinya reaksi berlebihan mengenai
ketidaknyamanan yang dirasakan.
Bila terjadi komplikasi serius dan memerlukan tindak lanjut, perawatan ulang
diindikasikan pada kasus nyeri persisten yang perawatan terdahulunya tidak memadai,
misalnya pada saluran akar yang obturasinya berlebih atau tidak tepat atau pengisiannya tidak
hermetis. Jika nyeri tidak kunjung reda tetapi tanpa pembengkakan, maka dilakukan bedah
apikal. Pasien yang mendapat perawatan saluran akar yang baik tetapi mengalami
pembengkakan setelah obturasi, hendaknya dirawat dengan insisi dan drainase kemudian
diberi antibiotika dan analgetik, biasanya kasus ini pulih tanpa perlu perawatan lanjutan.
Kadang-kadang pasien mengatakan adanya sakit yang hebat, tetapi tidak terlihat
pembengkakan dan perawatan saluran akar diselesaikan dengan baik. Untuk pasien-pasien ini
bisa dilakukan pemberian analgetik dan ditenangkan, sering gejala reda dengan sendirinya(Grossman, 1988; Walton anf Torabinejad, 2002).
2.1 ONE VISIT ENDODONTICPerawatan untuk gigi dengan pulpa mengalami kerusakan atau kematian adalah
perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar bertujuan membersihkan rongga pulpa dari
jaringan pulpa yang terinfeksi kemudian membentuk dan mempersiapkan saluran akar
tersebut agar dapat menerima bahan penngisi yang akan menutup seluruh sistem saluran akar.
Berdasarkan jumlah kunjungan, perawatan saluran akar ada dua macam, yaitu
perawatan saluran akar lebih dari satu kunjungan (multivisit endodontic) dan perawatan
saluran akar satu kunjungan (one visit endodontic). Perawatan satu kunjungan meliputi
pembersihan saluran akar, strelisasi dan obturasi dilakukan dalam satu kunjungan. Perawatansatu kali kunjungan bila berhasil akan menghemat waktu, menurunkan resiko infeksi antar
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
8/11
kunjungan bila berhasil akan menghemat waktu, dan jarang terjdiflare up, sehingga
menjadikan perawatan saluran akar satu kunjunngan banyak dilakukan oleh para dokter gigi
(Rusin Savitri dkk, 2007).
Dalam kaitannya dengan jumlah kunjungan, perawatan sekali kunjungan dengan
pemberian analgetika untuk menekan rasa nyeri tidak mendukung, sementara perawatanmulti
visitmemungkinkan operator menilai keadaan kesehatan jaringan saat akan dilakukanpengisian.Menurut beberapa penelitian mengatakan tidak ada hubungan yang jelas antara
keberhasilan/ kegagalan perawatan dengan jumlah kunjungan. Sementara itu ternyata
keberhasilan perawatan sekali kunjungan ini mencapai 40,5% gigi non vital. 33,5% gigi
dengan kelainan periapeks, dan 56,2% pada gigi dengan fistel. Sedang dalam hal timbulnya
rasa nyeri dinyatakan bahwa pada gigi vital terdapat 35,5% kasus dan gigi non vital pada
57,6% kasus.
Kriteria klinik untuk menilai keberhasilan perawatan adalah :
1) Tidak adanya rasa nyeri
2) Hilangnya fistel3) Fungsi tetap baik
4) Tidak ada tanda kerusakan jaringan
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan antara lain adalah :
Anatomi gigi meliputi morfologi saluran akar, adanya kanal tambahan, dan lain-lain.
Keadaan jaringan pulpa dan periapeks, keterampilan operator, teknik dan bahan yang
dipakai.
Kesalahan yang mungkin terjadi dalam perawatan misalnya timbul birai (ledge) atau
perforasi (Wiwi Wediningsih, dkk. 1996).
Perawatan saluaran akar satu kali kunjungan diindikasikan sebagai berikut :
1)
Pulpa terbuuka karena trauma iatrogenik tanpa lesi periapikal;2) Pulpitis ireversibel tanpa lesi periapikal;
3) Gigi nekrosis tanpa gejala-gejala klinik disertai lesi periapikal
4) Gigi nekrosis dengan abses periapikal disertai fistula;
5) Bentuk saluran akar normal, saluran akar tunggal.
Kontra indikasi untuk perwatan saluran akar satu kunjungan:
1) Adanya rasa sakit pada gigi nekrosis tanpa fistula untuk drinase;
2) Gigi dengan kelainan anatomis yang berat;
3) Gigi berakar banyak;
4) Periodontitis akut dengan rasa sakit parah saat perkusi.
uan perawatan saluran akar satu kali kunjungan adalah
1) Untuk mencegah perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan periapikal atau apabila haltersebut telah terjadi;
2) Untuk mengubah atau mengembalikan jaringan periapikal ke keadaan normal.
Perawatan saluran akar satu kunjungan merupakan perawatan yang prosesnya
diselesaikan dalam satu kunjungan. Hal ini memberikan keuntungan untuk memperkecil
resiko kontaminasi mikroorganisme dalam saluran akar, menghemat waktu untuk perawatan
tidak diperlukan penggantian medikasi intrakanal dan ttumpatan sementara. Perawatan akar
satu kali kunjungan untuk menghemat waktu perawatan tanpa mengurangi kualitas perawatan
(Rusin Savitri dkk, 2007).
Untuk menunjang keberhasilan suatu perawatan endodontik sekali kunjungan mutlak
diperlukan diagnosis kasus yang tepat, karena diagnosis itu sendiri telah menentukan
keberhasilan perawatan. Dalam beberapa penelitian terungkap keberhasilan 82% dan padapenelitian ini sebesar 93,34%. Selain itu dinyatakan bahwa keberhasilan untuk gigi nekrosis
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
9/11
hanya 40,5%, yang diperinci 33,5% untuk gigi nekrosis dengan kelainan periapeks dan 56,2%
untuk gigi dengan fistel, lainnya gigi nekrosis tanpa kelainan.Yang perlu diperhatikan adalah
keadaan gigi dan saluran akar yang akan dirawat.
Faktor yang sangat menentukan keberhasilan perawatan sekali kunjungan ini secara
umum ialah:
Keterampilan dan pengetahuan operator ditunjang dengan Alat-alat yang tepat,
Bahan/obat yang dipakai
Tindakan seasepsis mungkin
Keuntungan yang didapat bila perawatan endodontik akar dilakukan dalam satu kali
kunjungan adalah menghemat waktu, tenaga dan biaya bagi pasien. Metode yang dilakukan
dalam sekali kunjungan endodontik adalah :
Mula-mula ditentukan panjang kerja.
Tentukanfile awal (initial file).
Preparasi dilakukan dengan metoda double flare supaya tidak mendorong jaringan nekrotik
ke periapeks. Setiap kali penggantian alat dilakukan irigasi dengan NaC1 2,5% sampaidicapaifile utama (master apical file) danfile terbesar.
Saluran akar dikeringkan dengan poin kertas isap dan dicobakan bahan pengisian utama dan
guttaperca dan dibuat radiograf.
Pengisian dilakukan dengan semen saluran akar AH-26 dengan metoda kondensasi lateral,dipotong secukupnya dan ditumpat sementara dengan semen. Radiograf dibuat kembali untuk
evaluasi pengisian.
Penyebab utama dari kegagalan perawatan endodontik sekali kunjungan adalah
infeksi bakteri yang menetap pada saluran akar dan atau jaringan periradikular. Beberapa
peneliti menyatakan bahwa sebagian dari saluran akar tetap tidak tersentuh selama preparasi
khemomekanikal, tanpa mempedulikan tehnik dan alat yang digunakan. Daerah yang tidak
tersentuh ini dapat mengandung bakteri dan jaringan nekrotik walaupun pengisian saluranakar terlihat adekuat secara radiografi (Wiwi Wediningsih, dkk. 1996).
Pada makalah ini dikemukan penatalaksanan gigi premolar dua kiri mandibula
nekrosis pulpa disertai lesi periapikal dengan perawatan saluran akar satu kali kunjungan.
Laporan kasusPasien laki-laki umur 63 tahun, pada tangggal 26 maret 2007 datang ke Klinik
Spesialis Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Pasien ingin
merawatkan gigi belakang bawah kiri yang pecah pada saat makan. Pasien tidak pernah
merasa sakit dan tidak ada keluhan spontan.
Pada pemeriksaan obyektif gigi premolar dua kiri mandibula terdapat fraktur mahkota
gigi yang telah mencapai dentin dan pulpa terbuka. Sondasi tidak ada rasa sakit, perkusi dan
palpasi tidak ada rasa sakit. Tes vitalitas gigi denngan chlorethylnegatif (tidak sakit). Daripemeriksaan radiografis pada gigi premolar dua kiri mandibula terdapat fraktur mahkota gigi
yang telah mencapai dentin dan atap pulpa sudah terbuka. Saluran akar terlihat jelas, akar
lurus dan terdapat gambaran radiolusen didaerah apikal.
Diagnosis gigi 35 adalah nekrosis pulpa disertai lesi periapikal, rencana perawatan
yaitu perawatan saluran akar satu kali kunjungan, prognosis baik dengan pertimbangan
saluran akar terlihat jelas, akar lurus dan lesi periapikal masih kecil serta tidak pernah ada
keluhan sakit.
Penatalaksanaan perawatan
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
10/11
Kunjungan pertama, 23 maret 2007, dilakukan pemeriksaan subyektif, obyektif dan
radiografis terhadap gigi premolar dua kiri mandibula.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut ditegakkan diagnosis gigi premolar dua kiri
mandibula nekrosis pulpa dengan lesi periapikal. Perawatan yang akan dilakukan adalah
perawatan saluran akar satu kali kunjungan.
Mempersiapkan daerah perawatan yang steril antara lain pemasangan rubberdam pada gigi premolar dua kiri mandibula. Dibuat jalan masuk ke saluran akar melalui
bagian oklusal dengan bur intan bulat dengan arah tegak lurus dengan aksis gigi hingga
perforasi ke kamar pulpa dan atap pulpa dibuang dengan bur bulat. Eksplorasi saluran akar
menggunakan jarum millerselanjutnya pengambilan jaringan pulpa pada saluran akar
dengan jarum ektirpasi dimasukkan sedalam 2/3 panjang saluran akar kemudian diputar 180
searah jarum jam kemudian ditarik ke luar, dilakukan berulang sampai jaringan pulpa
terambil seluruhnya.
Tahap berikutnya adalah pengukuran panjang kerja menggunakan metode observasi
langsung dengan radiograf. Pengukuran panjangkerja dimulai dengan ukur panjang gigi
estimasi pada radiograf diagnostik pasien yaitu dari foramen apikal sampai ketitik referensi
didapatkan panjang gigi 22mm. Panjang ini dikurangi 1mm sebagai faktor pengaman untukmencegah terjadinya distorsi. Ukur file no 15 sesuai dengan panjang yang telah ditentukan
21mm. Selanjutnya file no 15 dimasukkan dalam saluran akar hingga stoper terletak pada
titik referensi, dilakukan pengambilan radiograf. Panjang gigi yang didapat dari radiograf
diagnostik 21mm dikurangi 1mm jadi panjang kerja yang didapatka sebesar 20mm untuk
mengimbangi kemungkinan distorsi atau pembesaran. Hasil radiograf ujung file no 15 yang
dimasukkan ke dalam saluran akar berada pas di apeks gigi.
Preparasi saluran akar menggunakan metode step backmenggunakan K-file dengan
gerakanfilling sampai saluran akar bersih dari jaringan nekrotik. Tahap pertama preparasi
adalah preparasi daerah 1/3 apikal. File pertama yang dipakai adalah file yang pas dengan
besar saluran akar sepanjang panjang kerja.Initial apical file (IAF) adalah K-file nomor 20
dengan panjang kerja 20mm. Preparasi dilanjutkan dengan K-file no.25 sampai no.40 (Master
apical file = MAF) dengan panjang kerja 20mm. Setiap pergantian file, selalu diulangi
dengan penggunaan file sebelumnya dengan ukuran lebih kecil (rekapitulasi) dan saluran akar
diirigasi dengan larutan sodium hipoklorit 5,25% kombinasi dengan chorhexidine
gluconate 2%.
Tahap kedua preparasi adalah preparasi badan saluran akar. File yang digunakan
adalah file sampai dengan 3 nomor yang lebih besar dari MAF yang masing-masing berturut-
turut PK dikurangi 1mm, yaitu file 45 PK 19, file no 50 PK 18 dan file 55 PK 17mm. Setiap
pergantian file dengan file no 40 (MAF) PK 20mm. Tahap ketiga preparasi saluran akar
selanjutnya adalah membuat saluran akar berbentuk corong
menggunakan hedstroemifile ukuran 60 dengan PK 17mm. Dinding saluran akar yang telahselesai dipreparasi dihaluskan dengan hedstroem file no 40 panjang kerja 20mm.
Pengisian saluran akar menggunakan bahan gutaperca. Teknik pengisian yang
dilakukan adalah kondensasi lateral. Gutaperca utama no 40 debgan PK 20mm. Saluran akan
diirigasi menggunakan sodium hipoklorit 5,25% kemudian dikeringkan dengan poin kertas
steril. Setelah didapatkan saluran akar yang bersih dan kering. Dilanjutkan dengan pengisian
saluaran akar menggunakan gutaperca yang sesuai dengan besar MAF dan pasta yang
digunakan adalah sealer endomethasone.
Gutaperca utama gigi premolar dua kiri mandibula adalah no 40 panjang kerja 20mm.
Selanjutnya sealer endomethasone dioleskan pada lentulo dan dimasukkann dalam saluran
akar. Gutaperca utama no 40 dilapisi siler pada 1/3 bagian ujung dan dimasukkan kedalam
saluran bagian ujung dan dimasukkan kedalam saluran akar. Spreader dimasukkan diantaragutaperca utama dan dinding saluran akar, kemudian ditekan ke arah apikal hingga ujung
-
7/30/2019 Psa Satu Kali Kunjungan
11/11
spreader mencapai kira-kira 1-2 mm sebelum apeks. Gutaperca utama akan terkondensasi ke
leteral. Ruangan yang diisi gutaperca tambahan dengan ukuran lebih kecil dan ditekan lagi
dengan spreader. Prosedur penambahan gutaperca tambahan diakhiri sampai spreader tidak
dapat masuk lagi kedalam saluran akar. Gutaperca dipotong sampai batas orifis. Selanjutnya
gutaperca dipadatkan dengan plugger. Kemudian kavitas ditutup dengan menggunakan semen
seng fosfat dan tumpat sementara dengan cavit. Dilakukan pengambilan radiograf untukmelihat hasil obturasi saluran akar. Radiograf menunjukkan hasil obturasi hermetis. Pasien
datang 2 minggu kemudian.
Kunjungan kedua, 13 April 2007 kontrol dua minggu setelah perawatan saluran akar.
Dilakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif pada gigi premolar dua kiri mandibula. Hasil
pemeriksaan subyektif dan obyektif tidak ada keluhan sakit pada perkusi dan palpasi.
Pemeriksaan radiograf gambaran radiolusen dibagian apikal mengecil dibanding sebelumnya
(Rusin Savitri dkk, 2007).
DAFTAR PUSTAKAAndari R.S. & Endang R, 2007. Perawatan Saluran Akar Satu Kali Kunjungan pada Gigi Premolar
Kedua Kiri Mandibula dengan Nekrosis Pulpa disertai Lesi Periapikal. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.Bence, R. 1990.Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathways of The Pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby.
Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, Identification and Management. 2
nd ed., St Louis : Mosby Year Book. Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988.Endodontics Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea
& Febiger.Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985.Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger.
Mardewi, S. K. S. A. 2003.Endodontologi, Kumpulan Naskah. Cetakan I. Jakarta : Hafizh.Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodoti). Cetakan I, Jakarta : Widya Medika.Walton, R. and Torabinejad, M., 2002. Principle and Practice of Endodontics. 2 nd ed. Philadelphia
: W.B. Saunders Co.weine, F.S. 1996.Endodontic Therapy.5 th ed. St. Louis : Mosby Year
Book. Inc.Wediningsih, Wiwi., dkk. 1996. Frekuensi Nyeri pada Perawatan Saluran Gigi Anterior Sekali
Kunjungan Penelitian Pendahuluan. Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia.