proyek optik

135
PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN OPTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII A SMP ASKHABUL KAHFI SEMARANG PADA MATERI POKOK PEMANTULAN CAHAYA TAHUN AJARAN 2010/2011 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Fisika Oleh Rohaidi Nuril Falah NIM 073611019 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: amar-cool

Post on 23-Nov-2015

75 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN OPTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA

    DIDIK KELAS VIII A SMP ASKHABUL KAHFI SEMARANG PADA MATERI POKOK PEMANTULAN

    CAHAYA TAHUN AJARAN 2010/2011

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

    dalam Ilmu Pendidikan Fisika

    Oleh Rohaidi Nuril Falah

    NIM 073611019

    FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG 2011

  • ii

    PERYATAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Rohaidi Nuril Falah NIM : 073611019 Jurusan/Program Studi : Tadris Fisika

    Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

    Semarang, 10 juni 2011 Deklarator,

    Rohaidi Nuril Falah NIM 073611019

  • iii

  • iv

    NOTA PEMBIMBING Semarang, 10 Juni 2011

    Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang

    Assalamualaikum wr. wb

    Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Penggunaan Alat Peraga Papan Optik Untuk Meningkatkan

    Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas VIII A SMP Askhabul Kahfi Semarang Pada Materi Pokok Pemantulan Cahaya Tahun Ajaran 2010/2011.

    Nama : Rohaidi Nuril Falah NIM : 073611019 Jurusan : Tadris Program Studi : Fisika

    Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah.

    Wassalamualaikum wr. wb.

    Pembimbing I,

    Andi Fadlan, S. Si., M. Sc. NIP: 19800915 2005011006

  • v

    NOTA PEMBIMBING Semarang, 10 Juni 2011

    Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang

    Assalamualaikum wr. wb

    Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Penggunaan Alat Peraga Papan Optik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas VIII A SMP

    Askhabul Kahfi Semarang Pada Materi Pokok Pemantulan CahayaTahun Ajaran 2010/2011.

    Nama : Rohaidi Nuril Falah NIM : 073611019 Jurusan : Tadris Program Studi : Fisika

    Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah.

    Wassalamualaikum wr. wb.

    Pembimbing II,

    Lift Anis Masumah, M.Ag. NIP:1997209281997032001

  • vi

    ABSTRAK

    Judul : Penggunaan Alat Peraga Papan Optik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas VIII A Smp Askhabul Kahfi Semarang Pada Materi Pokok Pemantulan Cahaya Tahun Ajaran 2010/2011

    Penulis : Rohaidi Nuril Falah NIM : 073611019

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII A SMP Askhabul Kahfi Semarang pada Materi Pokok Pemantulan Cahaya. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda yang terdiri dari 20 butir soal dan 4 pilihan jawaban (a,b,c,d), untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif, lembar observasi kegiatan percobaan untuk mengukur hasil belajar pada aspek psikomotor dan lembar observasi sikap ilmiah untuk mengukur hasil belajar aspek afektif. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian, pada pra siklus hasil belajar pada aspek kognitif menunjukkan nilai rata-rata sebesar 51,60 dengan ketuntasan klasik sebesar 53,58%. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah 59,64 dengan ketuntasan klasikal 78,57%, pada siklus I ini rata-rata siswa naik 8.04 dibanding dengan rata-rata pada pra siklus, sementara itu ketuntasan klasikal peserta didik pada siklus I 78,57%. Hasil belajar aspek psikomotorik pada siklus I sebesar 71,07%, sedangkan pada aspek afektif 68,13%. Pada siklus II, hasil belajar kognitif dengan rata-rata sebesar 68,03 dengan ketuntasan klasikal sebesar 85,71%. Hal tersebut menunjukkan terdapat kenaikan hasil belajar kognitif pada siklus II. Sedangkan pada aspek psikomotorik menunjukkan kenaikan persentase keberhasilan sebesar 80,89% dengan kategori baik dan pada aspek afektif persentase keberhasilan sebesar 85,10% dengan kategori keberhasilan amat baik. Hasil analisis data di atas menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan alat peraga papan optik pada meteri pokok pemantulan cahaya. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari persentase keberhasilan ketiga aspek, yaitu aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan guru/dosen dalam melakukan kegiatan pembelajaran, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahir Rohmaannir Rahiim

    Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Taala, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam, yang telah membawa cahaya Ilahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran-saran serta motivasi dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi pribadi penulis untuk menyampaikan terimakasih kepada:

    1. DR. Sujai, M.Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Wahyudi, M.Pd, Ketua Jurusan Tadris, dan Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd.,

    M.Kom. Sekretaris Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

    3. Andi Fadllan, S.Si., M.Sc., dan Lift Anis Masumah, M.Ag, selaku pembimbing penulis dalam penulisan skripsi.

    4. Para dosen fisika Fakultas Tarbiyah. 5. Para Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah. 6. Bapak/Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN

    Walisongo.

    7. Kepala sekolah, Bapak dan Ibu guru SMP Askhabul Kahfi Semarang. 8. M. Ihwan Syam, S. Pd.I. Selaku guru SMP Askhabul Kahfi. 9. Kedua orang tuaku, Ayahanda Chirzuddin dan Ibunda Rosstati, abangku M.

    Syuhaibar Faraki, ayukku Tsania sholehatunnisa, adik-adikku Yazid Abdullah dan Osama Isro Mubarok, yang aku sayangi beserta saudara-saudara tercinta.

  • viii

    10. Kepada Pakde Ibnu Surowo dan Bude Chimayah Atas bimbingan Dan kasih sayangnya.

    11. Kepada semua teman seperjuangan keluaga besar TF07, Cunx, dan ade tersayang Umi Ruaifah yang selalu setia bersamaku.

    12. Semua pihak anak KAMAPALA, saudara Wisma Keadilan, Iqbal dan Deni yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, karena keterbatasan ruang.

    Harapan dan doa penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah Subhanahu Wa Taala.

    Pada akhirnya penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.

    Semarang, 10 Juni 2011

    Penulis

    Rohaidi Nuril Falah NIM 073611019

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i PERYATAAN KEASLIAN .................................................................................. ii PENGESAHAN ..................................................................................................... iii NOTA PEMBIMBING I....................................................................................... iv NOTA PEMBIMBING II ..................................................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................. vi KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B. Penegasan Istilah .................................................................... 4

    C. Rumusan Masalah .. 5 D. Tujuan Penelitian ................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

    BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ....................................................................... 7 B. Kerangka Teoritik

    1. Belajar ............................................................................... 9 2. Hasil Belajar ...................................................................... 11

    a. Domain Kognitif ........................................................... 12

    b. Domain Afektif ............................................................. 13 c. Domain Psikomotorik ................................................... 14

    3. Media Pengajaran dan Alat Peraga ................................... 15 4. Alat Peraga Papan Optik ................................................... 17

    5. Teori Pemantulan Cahaya ................................................. 21

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  • x

    A. Jenis Penelitian ...................................................................... 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 33 1. Tempat ............................................................................. 33

    2. Waktu ............................................................................... 33

    C. Pelaksanaan dan Kolabolator Tempat ................................... 34 D. Rancangan Penelitian ............................................................. 35 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 40 F. Teknik Analisis Data .............................................................. 42

    G. Indikator Keberhasilan ........................................................... 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ..................................................................... 46 1. Pra Siklus ........................................................................ 46

    a. Hasil belajar peserta didik ........................................... 46 b. Kondisi peserta didik dalam proses belajar mengajar . 46 c. Metode pembelajaran yang digunakan ........................ 47 d. Sarana Laboratorium .................................................. 47 e. Karakteristik Peserta Didik ......................................... 48

    2. Siklus I ........................................................................... 48

    3. Siklus II .......................................................................... 53 B. Pembahasan ............................................................................ 57

    1. Pembahasan Hasil Penelitian Pada Siklus I.......... 57 2. Pembahasan Hasil Penelitian Pada Siklus II ...................... 58

    BAB V PENUTUP A. Simpulan ................................................................................ 61 B. Saran ....................................................................................... 61 C. Penutup ................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian siklus I............................................................ 35 Tabel 3.2 : Jadwal Penelitian siklus II.................................................... 38 Tabel 4.1 : Hasil belajar pra siklus..................................................... 46 Tabel 4.2 : Hasil Pengamatan Aspek afektif siklus I.................................... 50 Tabel 4.3 : Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siklus I ................... 51 Tabel 4.4 : Hasil tes peserta didik aspek kognitif Siklus I ..................... 52 Tabel 4.5 : Hasil pengamatan Aspek Afektif siklus II .......................... 55 Tabel 4.6 : Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siklus II.................. 56 Tabel 4.7 : Hasil tes peserta didik aspek kognitif Siklus II ..................... 57 Tabel 4.8 : Persentase hasil belajar dari Pra Siklus-Siklus II.................... 61

  • 12

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Pendidikan adalah sektor yang sangat menentukan kualitas hidup suatu

    bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa, harus dimulai dari penataan dalam segala aspek dalam pendidikan, mulai dari aspek tujuan, sarana, pembelajaran, menejerial dan aspek lain yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.

    Saat ini pemerintah telah menyempurnakan kurikulum dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) menjadi KTSP mengacu kepada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Peraturan Mentri Pendidikan (Permendiknas) No. 22 tahun 2006 tentang standar isi dan Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan serta Permendiknas No. 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan, setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang diimplementasikan di satuan pendidikan masing-masing. Dalam pengembangan KTSP perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif agar tercipta suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan. Iklim yang demikan akan mendorong proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan bermakna.1

    Ilmu Fisika adalah bagian dari sains (IPA), yang mempelajari tentang gejala alam terutama tentang zat dan energi dengan melakukan penelitian

    1 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2007) cet 2 hlm

    11.

  • 13

    berupa percobaan-percobaan.2 Pemantulan cahaya merupakan materi pokok dalam fisika yang memerlukan pemahaman konsep mendalam, dalam materi pokok ini banyak siswa yang salah memahami konsep. Salah konsep ini dapat terlihat dari temuan beberapa peneliti. Contoh miskonsepsi yang lazim ditemukan, bahwa orang akan dapat melihat seluruh bayangan tubuhnya dalam cermin datar berapapun ukuran cermin asal jarak orang tersebut cukup jauh dari cermin.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Ihwan Syam guru Fisika kelas VIIIA SMP Askhabul Kahfi, diperoleh informasi bahwa hasil belajar paserta didik masih banyak yang belum tuntas, nilai KKM masih di bawah 85%, proses pembelajaran masih satu arah, selain itu guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan materi pokok pemantulan cahaya. Selama ini guru dalam mengajarkan materi pokok pemantulan cahaya menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran sains membuat siswa hanya menerima materi melalui komunikasi verbal atau penuturan kata-kata oleh guru, sehingga nantinya membuat siswa kurang memahami konsep secara langsung.

    Dalam proses pembelajaran, hadirnya media sangat diperlukan, sebab mempunyai peranan besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Bahkan, hal ini dikarenakan belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar sering kali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik realitas. Karena itu, media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi.3

    2 Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, individual

    Text Telaah Kurikulum Fisika, (Malang: JICA, 2003), hlm 25 3 M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Prospect, 2009), hlm 106

  • 14

    Penggunaan media di dalam pembelajaran bukan berarti mengganti cara mengajar yang baik, melainkan untuk melengkapi dan membantu para guru dalam menyampaikan materi atau informasi kepada siswa. Dengan menggunakan media diharapkan terjadinya komunikasi yang komunikatif, siswa mudah memahami maksud dari materi yang disampaikan guru di depan kelas. Guru juga mudah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, melalui media guru dapat membuat contoh-contoh, interpretasi-interpretasi sehingga siswa mendapat kesamaan arti sesama mereka.4

    Dalam proses belajar mengajar ada lima unsur penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa. Unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar terdiri dari (1) motivasi siswa, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4) suasana belajar, (5) kondisi subjek belajar.5 Kelima unsur tersebut sangat penting dalam proses belajar, termasuk alat bantu belajar (media). Sehingga jika salah satu atau lebih unsur melemah dapat menghambat tercapainya tujuan belajar yang optimal.

    Hamalik dalam Azhar Arsyad mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan media pengajaran atau alat peraga dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, serta dapat memotivasi dan merangsang belajar peserta didik, bahkan dapat membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa6. Dalam hal ini berarti penggunaan alat peraga diperlukan agar penyampaian materi tidak hanya dalam bentuk hafalan-hafalan, tetapi juga dapat menanamkan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, sehingga dapat memahami dan mengembangkan apa yang telah diperolehnya.

    4 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm.

    208

    5 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, Ed. 1, Cet. 7., (Jakarta : Bumi Aksara,

    2008), hlm 50.

    6 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada), hlm. 15.

  • 15

    Penggunaan alat peraga akan membantu efektivitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran. Selain itu, alat peraga juga akan memberikan visualisasi konsep yang sebenarnya. Papan optik merupakan salah satu alat peraga yang dapat digunakan guru sebagai alat bantu dalam mengajarkan materi pemantulan cahaya. Dengan menggunakan papan optik guru dapat memberikan visualisasi jalannya sinar-sinar istimewa hingga membentuk suatu bayangan lengkap dengan letak serta ukuran bayanganya.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan alat peraga Papan Optik dalam pembelajaran materi pokok cahaya. Adapun judul dalam penelitian ini adalah PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN OPTIK UNTUK

    MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS

    VIII A SMP ASKHABUL KAHFI SEMARANG PADA MATERI POKOK

    PEMANTULAN CAHAYA TAHUN AJARAN 2010/2011

    B. Penegasan Istilah Suatu istilah dapat ditafsirkan berbeda-beda. Untuk menghindari salah

    penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan pengertian dan penegasan istilah, membatasi dan menjelaskan pengertian-penengertian yang terdapat dalam judul skripsi ini: 1. Alat Peraga

    Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah dipahami siswa. Dalam proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.7

    7 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

    2009), hlm. 99

  • 16

    2. Papan Optik Papan Optik adalah alat peraga yang berbentuk persegi panjang yang

    diberi skala Kartesian. Papan Optik terdiri dari dua bagian utama yaitu bidang optik (papan persegi panjang) dan bidak optik (benda-benda yang ditempelkan pada bidang optik). Papan Optik dapat digunakan untuk menjelaskan konsep pembentukan bayangan pada lensa dan cermin. Dengan Papan Optik ini jarak, letak, perbesaran, dan sifat bayangan dapat ditentukan.

    3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

    belajar.8 Jadi hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses yang dilakukan oleh siswa dan guru, di mana siswa memperoleh pelajaran (belajar) dan guru memberi pelajaran (mengajar), yang dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

    4. Pemantulan Cahaya

    Pemantulan cahaya merupakan salah satu sub materi pokok dalam materi Cahaya mata pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII semester 2 sesuai dengan kurikulum KTSP tahun 2006.

    C. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian tindakan kelas ini

    adalah: 1. Bagaimana penggunaan alat peraga papan optik di kelas VIIIA SMP

    Askhabul Kahfi Semarang pada materi pokok pemantulan cahaya?

    8 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

    1999), hlm.37.

  • 17

    2. Apakah penggunaan alat peraga papan optik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIIIA SMP Askhabul Kahfi Semarang pada materi pokok pemantulan cahaya?

    D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

    peserta didik kelas VIIIA SMP Askhabul Kahfi Semarang pada materi pokok pemantulan cahaya.

    E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :

    1. Bagi siswa

    Penelitian ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep fisika untuk memecahkan masalah dan menumbuhkan sikap kritis siswa terhadap hasil belajarnya.

    2. Bagi guru

    Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran serta alternatif dalam pembelajaran fisika agar pembelajaran dapat berkualitas.

    3. Bagi satuan pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian

    bersama antar guru IPA sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

  • 7

    BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Kajian Pustaka 1. Skripsi karya Tri Adi Setyawan (4214000012), Program Studi

    Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 2005, yaitu Penggunaan Alat Peraga Elektroskop Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Fisika Pada Pokok Bahasan Listrik Statis di SLTP 1 Karangkobar Kelas II Semester II Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga elektroskop dengan menggunakan metode ceramah. Analisis data

    yang diperoleh thitung = 2,852 dan t table = 1,67 dengan = 5%, dk = 3.

    thitung > ttabel, makaH0 di tolak. Hal ini menunjukan ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga elaktroskop dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah.9

    2. Skripsi karya Sri Wahyuni (4214952056), Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

    Alam Universitas Negeri Semarang, yaitu: Studi Korelasi Pengajaran IPA Dengan Menggunakan Alat Peraga (KIT) Dan Tanpa Alat Peraga (KIT) Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Bumi Dan Bulan di Kelas VI SD N Karangrejo 02 Semarang Tahun Ajaran 2000/2001. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan alat peraga (KIT) sebagai sumber dalam pelajaran IPA pada siswa kelas VI SD dari hasil tmaching 0,125 dan thitung = 2,042 dengan taraf signifikasi 5% dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam pelajaran IPA sama. Dan dengan hasil mean kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan hasil mean kelompok control. Yaitu Me = 7,69 dan Mk = 6,68

    9 Tri Adi Setyawan, Penggunaan Alat Peraga Elektroskop Untuk Meningkatkan Hasil

    Belajar IPA Fisika Pada Pokok Bahasan Listrik Statis di SLTP 1 Karangkobar Kelas II Semester II Tahun Ajaran 2004/2005, skripsi (Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2005), hlm. 48-49

  • 8

    sedangka t hitung = 4,186 dikonsultasikan dengan t table taraf signifikasi 5%adalah 2,045. sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa pengajaran menggunakan alat peraga nilai post tesnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pengajarannya tanpa menggunakan alat peraga.10

    3. Skripsi karya Tutuk Sutarti (4214932059), Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

    Alam Universitas Negeri Semarang, yaitu: Studi Komparasi Terhadap Prestasi Belajar IPA Antara Siswa Yang Menggunakan Metode Eksperimen (Dengan Alat Sederhana) Dan Yang Menggunakan Metode Ceramah Untuk Pokok Bahasan Bunyi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Truwulu Kec. Ngaringan Kab. Grobogan Tahun Pelajaran 1998/1999. Dari analisis didapat t hitung = 2,95 dengan dk = 72 dan t (0,975) = 1,98 maka H0 ditolak sehingga ditemukan adanya perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan metode eksperimen (dengan alat sederhana) dan yang menggunakan metode ceramah.11

    Kajian pustaka sementara yang penulis gunakan ini merupakan referensi awal dalam melakukan penelitian ini. Dari penelitian-penelitian tersebut terdapat persamaan dan perbedaan yang penulis lakukan. Persamaannya terletak pada penggunaan alat peraga. Dan perbedaannya terletak pada jenis alat peraga yang digunakan, materi pokok, dan subyek penelitiannya. Dari ketiga hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

    B. Kerangka Teoritik

    10 Sriwahyuni, Studi Korelasi Pengajaran IPA Dengan Menggunakan Alat Peraga (KIT)

    Dan Tanpa Alat Peraga (KIT) Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Bumi Dan Bulan di Kelas VI SD N Karangrejo 02 Semarang Tahun Ajaran 2000/2001, skripsi (Semarang : Universitas Negeri Semarang,2001),hlm.68-69

    11 Tutuk Sutarti, Studi Komparasi Terhadap Prestasi Belajar Ipa Antara Siswa Yang

    Menggunakan Metode Eksperimen (Dengan Alat Sederhana) Dan Yang Menggunakan Metode Ceramah Untuk Pokok Bahasan Bunyi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Truwulu Kec. Ngaringan Kab. Grobogan Tahun Pelajaran 1998/1999,skripsi,(Semarang : Universitas Negeri Semarang,1999),hlm.66-67

  • 9

    1. Belajar Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan proses

    dari suatu perubahan yaitu perubahan tingkah laku dari hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 12

    Pendapat bahwa belajar sebagai aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan hanya berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu melakukan kegiatan belajar.13

    Orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan. Sehingga dengan ilmu pengetahuan yang didapatkannya itu manusia akan dapat mempertahankan kehidupan.14 Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

    r& u Ms% u!$t# u 9 $# # Y `$y $V!$s%u xt s ntz F$# (# _ tu spi uq u n/u 3 %

    y tG o t% ! $# t s> t t % !$# u t n= t 3 $y) . xtGt (# 9'& =t7 9F{$# (apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat tuhannya? Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar : 9)15

    12 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

    2003), Cet 4, hlm. 2 13

    Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2007), hlm 30

    14 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-

    ruzz Media, 2007), hlm. 32 15

    Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (CV Diponegoro, 2005), hlm. 367

  • 10

    Cronbach (1954) dalam M Sobry Sutikno mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu:16 1. Tujuan, belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai.

    Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. 2. Kesiapan, untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak

    atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik atau psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

    3. Situasi, kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar, dalam situasi belajar ini terlihat tampak, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut bersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar.

    4. Interpretasi, dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dari kemungkinan pencapaian tujuan.

    5. Respons, berpegang dari hasil interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons.

    6. Konsekuensi, setiap usaha akan selalu membawa hasil, akibat atau konsekuensi dari keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa.

    7. Reaksi terhadap kegagalan, selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan, peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa.

    2. Hasil belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

    pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.17 Hasil belajar adalah

    16 M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Prospect, 2009), hlm. 6

  • 11

    kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.18 Jadi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah setelah ia menerima pengalaman belajarnya, berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

    Hasil belajar yang dicapai harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan, yaitu:19 a. Tujuan umum pendidikan, tujuan ini menentukan perlu tidaknya

    sesuatu program diadakan. b. Tujuan yang didasarkan atas tingkah laku, hal ini merupakan

    taksonomi. Pada taksonomi ini ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.

    c. Tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara operasional. Penentu hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di SMP/ MTs harus

    mengikuti Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP/ MTs, yang meliputi20: a. Melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan

    percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang diperoleh.

    b. Memahami keanekaragaman hayati, klasifikasi keragamannya berdasarkan ciri-ciri, cara pelestariannya, serta saling ketergantungan antar makhluk hidup di dalam ekosistem.

    c. Memahami sistem organ pada manusia dan kelangsungan makhluk hidup.

    17 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.

    Rineka Cipta, 2006), hlm. 5 18Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2009), Cet. 14, hlm. 22 19

    Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 115

    20 _____, Permendiknas no24 tahun 2006 Tentang SI Dan SKL, (Jakarta: Sinar Grafika,

    2009), hlm. 76

  • 12

    d. Memahami konsep partikel materi, berbagai bentuk, sifat dan wujud zat, perubahan, dan kegunaannya.

    e. Memahami konsep gaya, usaha, energi, getaran, gelombang, optik, listrik, magnet, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

    f. Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya. Hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku meliputi bentuk

    kemampuan yang menurut Taksonomi Bloom dan kawan-kawannya diklasifikasi dalam 3 kemampuan (domain) yaitu : ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain).21 Adapun Taksonomi Bloom atau klasifikasi tersebut sebagai berikut: a. Cognitive Domain (ranah kognitif)

    Ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut peserta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

    Ranah kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda.22 Keenam tingkatan tersebut yaitu: 1) Mengingat, pada tahap ini menuntut peserta didik untuk mampu

    mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, dan lain sebagianya.

    2) Mengerti, pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebut kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

    21 Sri Esti Wuryani D, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), Cet.3, hlm.

    211. 22

    Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), Cet. 1, hlm. 34-36.

  • 13

    3) Tingkat penerapan (Application), penerapan merupakan kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah

    dipelajari dalam situasi baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

    4) Menganalisis, analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.

    5) Menilai, pada tahap ini mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi.

    6) Mencipta atau kreasi, mencipta di sini diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

    b. Affective Domain (ranah afektif) Peserta didik mampu melibatkan ekspresi, perasaan atau

    pendapat pribadi terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta, selain itu peserta didik juga mampu memberikan respon yang melibatkan sikap atau nilai yang telah mendalam di sanubarinya. Ranah afektif meliputi 5 tingkatan, meliputi: 1) Penerimaan, kesediaan peserta didik untuk memperhatikan

    rangsangan atau stimulus (kegiatan kelas, musik, buku ajar) 2) Partisipasi, aktif berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Pada

    tingkatan ini, peserta didik tidak hanya menghadiri suatu kegiatan, tetapi juga bereaksi terhadap sesuatu dengan beberapa cara.

    3) Penilaian/penentuan sikap, meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai

  • 14

    dengan penilaian itu. 4) Organisasi, kemampuan untuk membawa bersama-sama perbedaan

    nilai, menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai, dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

    5) Pembentukan pola hidup, meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan dalam mengatur hidupnya dalam kurun waktu yang lama.23

    c. Psychomotor Domain (ranah psikomotorik) Ranah psikomotor berorientasi pada keterampilan motorik yang

    berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dengan otot.24 Ranah psikomotorik meliputi 4 kategori, meliputi:

    1) Gerakan seluruh badan (gross body movemen), perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh.

    2) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements), gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan.

    3) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication), hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau isyarat, misalnya; isyarat, dengan tangan, anggukan kepala,ekspresi wajah dan lain-lain.

    4) Kebolehan dalam berbicara (speech behaviors), hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara.

    Perubahan salah satu atau ketiga domain yang disebabkan oleh proses belajar dinamakan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari

    23 Sri Esti Wuryani D, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), Cet.3, hlm.

    215. 24

    Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), Cet. 1, hlm. 44.

  • 15

    ada tidaknya perubahan ketiga domain tersebut yang dialami peserta didik setelah menjalani proses belajar.25

    3. Media Pengajaran dan Alat Peraga Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil

    belajar yaitu adanya dukungan media atau alat bantu mengajar. Agar peserta didik mudah mengingat, menceritakan dan melaksanakan sesuatu (pelajaran) yang pernah diamati dan diterima di kelas perlu dukungan peragaan-peragaan (media mengajar) yang konkret.

    Media adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai perantara, sarana atau alat untuk komunikasi dalam proses belajar mengajar26. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.27 Jadi, media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berfungsi sebagai perantara, sarana dan alat, yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

    Sedangkan pengertian alat peraga adalah alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.28 Alat peraga adalah alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa.29 Jadi, alat peraga adalah alat bantu yang digunakan oleh guru dalam berkomunikasi pada proses belajar mengajar agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

    Alat peraga dibagi menjadi dua macam yaitu30: a. Peragaan langsung, dapat dilakukan dengan memperlihatkan

    bendanya sendiri, mengadakan percobaan-percobaan yang dapat diamati oleh peserta didik. Misalnya guru membawa alat-alat atau

    25 Asep Jihad, dkk., Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), Cet.1,

    hlm. 20

    26 A. Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm, 3.

    27 Azhar. Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm

    3.

    28 Sudjana. N, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2000), hlm. 110

    29 Rochman. Natawidjaya, alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. (Jakarta:

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979), hlm28

    30 A. Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: rineka cipta, 1995), hlm24

  • 16

    benda-benda ke dalam kelas pengajaran dan ditunjukkan kepada peserta didik atau membawa mereka ke laboratorium, pabrik-pabrik, kebun binatang atau sebagainya.

    b. Peragaan tak langsung dengan menunjukkan benda-benda tiruan, misalnya globe, gambar-gambar, foto-foto, film, model dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga

    merupakan bagian dari media. Alat peraga memiliki manfaat dalam pengajaran di antaranya

    sebagai berikut31: a. Menambah kegiatan atau aktivitas belajar murid, dengan penggunaan

    alat peraga siswa dilibatkan secara aktif untuk mencoba menggunakan alat peraga.

    b. Menyebabkan agar hasil belajar lebih permanen atau mantap, penggunaan alat peraga menekankan pada pemahaman konsep yang akan lebih permanen daripada hafalan-hafalan belaka.

    c. Membangkitkan minat perhatian (motivasi) dan aktivitas pada murid karena murid dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan alat peraga.

    d. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

    e. Pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.

    f. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

    31 Nasution. S,didaktik asas-asas mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) hlm. 98.

  • 17

    4. Alat Peraga Papan Optik Alat peraga Papan Optik adalah alat peraga yang dapat digunakan

    untuk menjelaskan konsep pembentukan bayangan akibat adanya pemantulan dan pembiasan cahaya. Kata papan berarti bentuk alat peraga yang berupa bidang persegi panjang. Sedangkan kata optik diperoleh karena alat peraga ini digunakan sebagai media untuk menjelaskan materi optik, yaitu optik geometri. Alat peraga ini merupakan alat peraga

    sederhana, ukuran dari alat peraga ini 80 cm x 60 cm untuk mengajar di depan kelas atau disesuaikan dengan kebutuhan.

    Papan optik terdiri dari dua bagian utama yaitu papan tempel yang digunakan untuk menempel benda, bayangan dan cermin sedangkan bagian kedua adalah benda tempel (benda, bayangan dan cermin). Papan tempel terbuat dari sterofoam yang dilapisi kertas asturo pada bagian kecil dengan skala 1 cm x 1 cm hingga penuh, kotak ini kita anggap sebagai koordinat bidang optik. Kotak-kotak ini dilukis menggunakan spidol dengan warna yang kontras Bila dibandingkan dengan warna kertas asturo. Adapun gambar bidang tempel adalah sebagai berikut :

  • 18

    (b)

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

    Gambar 2.1 Desain bindang optik (a) tampak muka (b) tampak samping

    Sementara itu benda tempel terbuat dari kertas asturo yang dibentuk sesuai dengan aslinya. Paku digunakan untuk menempelkan benda tempel pada papan tempel dengan cara ditancapkan. Pada bagian ujung anak panah diberi lubang untuk mengikat benang, benang yang diikatkan sebanyak tiga utas dengan warna yang berlainan (merah, biru, dan ungu), panjang benang ini disesuaikan dengan kebutuhan. Benang ini nantinya digunakan sebagai simbol sinar-sinar istimewa. Adapun gambar desain benda tempel adalah sebagai berikut :

    Gambar 2.2 Desain benda tempel (a) benda (b) bayangan

    (b)

    (a)

    BIDANG OPTIK

    Sumbu utama

    Kertas asturo

    sterofom

    (a)

  • 19

    F C

    (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2.3. (a) Desain benda tempel cermin lengkung

    (b) Desain benda tempel cermin datar (c) Desain benda tempel lensa cekung (d) Desain benda tempel lensa cembung (e) Desain benda tempel titik fokus atau titik pusat kelengkungan

    Dengan menggunakan papan optik dapat diketahui pembentukan bayangan yang meliputi jarak, perbesaran, dan sifat bayangan yang terbentuk. Apabila keadaan bayangan diketahui maka dapat mengetahui keadaan bendanya. Adapun gambar papan optik yang digunakan untuk mengetahui proses pembentukan bayangan akibat pemantulan cahaya adalah sebagai berikut:

    Gambar simulasi pembentukan bayangan

    paku

    Benang merah

    Benang biru

  • 20

    Adapun langkah-langkah dalam mengoperasikan papan optik adalah sebagai berikut :

    a. Mencari bayangan dari benda yang terletak pada jarak tertentu di depan cermin cekung. 1) Menempelkan model cermin pada sumbu utama papan tempel

    dengan posisi sembarang 2) Menempelkan titik fokus (F) dan titik pusat kelengkungan

    cermin cekung (C) di sumbu utama. 3) Menempelkan model benda pada jarak yang telah ditentukan dari

    cermin cekung.

    4) Mengarahkan benang sesuai dengan sifat-sifat sinar istimewa (masing-masing benang menggambarkan sifat sinar istimewa), adapun sifat-sifat sinar istimewa adalah sebagai berikut : a) Sinar datang sejajar sumbu utama, dipantulkan melalui titik

    fokus (F) b) Sinar datang melalui titik fokus (F), dipantulkan sejajar

    sumbu utama. c) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin (C),

    dipantulkan kembali melalui titik tersebut. 5) Menempelkan ujung bayangan pada titik perpotongan dua sinar

    istimewa.

    6) Dari keadaan bayangan terbentuk, dapat diketahui jarak, perbesaran, dan sifat bayangan yang terbentuk.

    b. Mencari benda dari bayangan yang sudah diketahui. 1) Menempelkan model cermin pada sumbu utama papan tempel

    dengan posisi sembarang. 2) Menempelkan titik fokus (F) dan titik pusat kelengkungan

    cermin cekung (C) di sumbu utama. 3) Menempelkan model bayangan pada jarak yang telah ditentukan

    dari cermin cekung.

  • 21

    4) Mengarahkan benang sesuai dengan sifat-sifat sinar istimewa (masing-masing benang menggambarkan sifat sinar istimewa), adapun sifat-sifat sinar istimewa adalah sebagai berikut: a) Sinar datang sejajar sumbu utama, dipantulkan melalui titik

    fokus (F). b) Sinar datang melalui titik fokus (F), dipantulkan sejajar

    sumbu utama. c) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin (C),

    dipantulkan kembali melalui titik tersebut. 5) Menempelkan ujung benda pada titik ujung perpotongan dua

    sinar istimewa.

    6) Dari keadaan benda yang terbentuk, dapat diketahui jarak, perbesaran dan sifat benda yang membentuk bayangan.

    5. Teori Pemantulan Cahaya a. Sifat-sifat cahaya

    Pada tingkat yang dapat diamati, cahaya menunjukkan dua perilaku yang tampaknya berlawanan, yang digambarkan secara kasar melalui model-model gelombang dan partikel.32 Sejak abad 17 orang percaya bahwa cahaya merupakan arus korpuskel-korpuskel yang memancar berupa garis lurus yang disebut sebagai sinar. Sinar dapat terus menembus benda-benda bening dan dapat pula dipantulkan kembali.33 Selain itu cahaya juga mempunyai sifat yang berkaitan dengan partikel, karena energinya tidak disebarkan merata pada muka gelombang, melainkan dilepaskan dalam bentuk buntelan-buntelan seperti partikel, sebuah buntelan diskrit (kuantum) energi elektromagnet ini dikenal sebagai sebuah foton.34 Oleh karena itu para ilmuan yang mempelajari hasil eksperimen-eksperimen mereka, dapat

    32Frederick J. Bueche, Eugene Hecht, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 239

    33Hedi Supramono, dkk., Common Text Book (Edisi Revisi) Fsika Dasar II, (Malang: JICA-Universitas Negeri Malang (UM), 2003), hlm. 45-46

    34Kenneth Krane, Fisika Modern, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press), 1992), hlm. 77

  • 22

    menarik kesimpulan bahwa cahaya mempunyai sifat dua-listik (kembar), yaitu teori korpuskel dan teori gelombang cahaya.

    Cahaya merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat merambat lurus, oleh karena itu cahaya tersebut apabila mengenai permukaan benda yang tidak tembus cahaya akan membentuk bayang-bayang. Menurut jenisnya bayan-bayang ada dua, yaitu:

    1) Bayang-bayang gelap (umbra) atau bayangan inti Umbra merupakan bayang-bayang yang terletak di

    belakang benda tidak tembus cahaya. Bayang-bayang inti terbentuk karena sinar yang berasal dari sumber cahaya yang kecil terhalang oleh benda gelap yang tidak tembus cahaya.

    2) Bayang-bayang kabur (penumbra) Penumbra merupakan bayang-bayang yang terletak di

    belakang benda yang tidak tembus cahaya yang masih dilalui sedikit cahaya. Penumbra terjadi jika sinar berasal dari sumber cahaya yang lebih besar.

    Cahaya sebagai gelombang elektromagnetik selain memiliki sifat merambat lurus, juga memiliki sifat-sifat gelombang lainnya seperti:

    1) Cahaya dapat dipantulkan (refleksi). 2) Cahaya dapat dibiaskan (refraksi). 3) Cahaya dapat dilenturkan (difraksi). 4) Cahaya dapat diuraikan (dispersi). 5) Cahaya dapat digabungkan (interferensi). 6) Cahaya dapat dikutubkan (polarisasi).

    b. Pemantulan Cahaya Ketika mata gelap, maka mata kita tidak bisa melihat benda

    yang berada dalam ruangan. Tetapi ketika lampu dinyalakan maka mata kita dapat melihat benda yang berada dalam ruangan. Mata kita dapat melihat benda karena sebagian dari berkas cahaya yang jatuh ke

  • 23

    N

    benda dipantulkan masuk ke mata kita. Sebaliknya apabila dalam suatu ruangan tidak ada cahaya sehingga tidak ada pantulan yang mengenai mata maka ruangan akan tampak gelap.

    Dalam peristiwa pemantulan cahaya berlaku hukum Snellius tentang pemantulan cahaya.

    1) Sinar datang, garis normal dan garis pantul terletak pada satu titik bidang datar.

    2) Sudut datang sama dengan sudut pantul

    i r

    Gambar 2.5 Pemantulan Cahaya

    Berdasarkan arah sinar pantulnya, maka pemantulan cahaya dapat dibagi menjadi dua jenis: 1) Pemantulan cahaya teratur

    Yaitu pemantulan cahaya yang mempunyai arah-arah teratur.

    N N N

    Gambar 2.6 Pemantulan teratur 2) Pemantulan cahaya difus (baur)

    Berkas sinar sejajar yang dijatuhkan kepada permukaan kasar maka akan dipantulkan dengan arah tak menentu. Pada permukaan kasar juga berlaku hukumSnellius.

  • 24

    Gambar 2.7 Pemantulan Baur

    Menurut sifat-sifatnya ada dua jenis bayangan, yaitu: 1) Bayangan nyata adalah bayangan yang terjadi akibat perpotongan

    sinar-sinar pantulnya (bayangan dapat ditangkap oleh layar). 2) Bayangan maya adalah bayangan yang terjadi akibat perpotongan

    perpanjangan sinar-sinar pantulnya (bayangan tidak ditangkap layar).

    c. Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar Cermin datar adalah sebuah cermin yang permukaan pantulnya

    berupa sebuah bidang datar. Sifat-sifat bayangan pada cermin datar adalah sebagai berikut: 1) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. 2) Tinggi bayangan yang terbentuk sama dengan tinggi benda. 3) Bayangan bersifat maya, karena dibelakang cermin yang terbentuk

    oleh perpanjangan perpotongan sinar pantul. Contoh:

    A S S A

    Gambar 2.8 Pembentukan bayangan pada cermin datar

  • 25

    h h

    Gambar 2.9 Pembentukan bayangan pada cermin datar

    d. Pemantulan Cahaya pada Cermin Lengkung Cermin yang permukaan pantulnya merupakan sebuah

    kelengkungan sferis, dapat berupa permukaan cekung ataupun permukaan cembung. 1) Cermin Cekung

    Cermin cekung adalah cermin yang memiliki permukaan dengan bentuk melengkung di mana permukaan bagian dalamnya dapat memantulkan cahaya. Ada tiga sifat sinar utama untuk menentukan letak bayangan pada cermin cekung yaitu: a) Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik

    fokus cermin

    Gambar 2.10 Sinar istimewa pada cermin cekung

    b) Sinar datang melalui titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama

    Gambar 2.11 Sinar istimewa pada cermin cekung

  • 26

    c) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan cermin

    Gambar 2.12 Sinar istimewa pada cermin cekung Contoh pembentukan bayangan cermin cekung

    P

    Gambar 2.13 Pembentukan bayangan oleh cermin cekung

    2) Cermin Cembung Cermin cembung adalah cermin yang memiliki permukaan

    dengan bentuk melengkung dimana permukaan bagian luarnya dapat memantulkan cahaya. Ada sifat utama untuk menentukan letak bayangan pada cermin cembung yaitu: a) Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah

    berasal dari titik fokus

    Gambar 2.14 Sinar istimewa pada cermin cembung

    F

  • 27

    b) Sinar yang menuju titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama

    Gambar 2.15 Sinar istimewa pada cermin cembung c) Sinar yang menuju titik pusat kelengkungan cermin

    dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat juga

    Gambar 2.16 Sinar istimewa pada cermin cembung

    Contoh pembentukan bayangan pada cermin cembung

    F P

    Gambar 2.17 pembentukan bayangan pada cermin cembung

    Dalam menggambarkan bentuk bayangan dari cermin cembung ini cukup dipergunakan dua buah sinar istimewa seperti pada gambar 2.17. Dari pemantulan sinar istimewa dapat diketahui bahwa cermin cembung mempunyai sifat-sifat: a) Menyebarkan berkas sinar yang disebut berkas sinar divergen.

  • 28

    b) Bayangan yang dibentuk selalu di belakang cermin yaitu yang terbentuk dari perpotongan perpanjangan sinar pantul, ini menghasilkan bayangan maya.

    c) Selain bayangan maya, bayangan selalu diperkecil. Pembagian ruangan tempat benda dan bayangan

    III II I IV P F

    Gambar 2.18 Pembentukan bayangan pada cermin Keterangan gambar 2.18

    I : ruang antara cermin dengan titik fokus II : ruang antara titik pusat dengan titik fokus III : ruang antara titik pusat sampai jauh tak terhingga IV : ruang di belakang cermin

    Pembagian ruang ini untuk memudahkan menentukan tempat bayangan dan sifat-sifat bayangan dari bendanya. Ketentuannya:

    Jumlah ruang benda + ruang bayangan = V (lima) Misalkan: benda berada di ruang I maka bayangan di ruang

    IV, sehingga jumlah kedua ruang V. 3) Sifat Bayangan Masing-Masing Benda

    a) Benda di ruang I (1) Bayangan di ruang IV (belakang cermin) (2) Bayangan bersifat maya (3) Bayangan akan diperbesar (4) Bayangan tegak

    b) Benda di ruang II (1) Bayangan di ruang III (di depan cermin) (2) Bayangan bersifat maya

  • 29

    B

    h

    (3) Bayangan akan diperbesar (4) Bayangan terbalik

    c) Benda di ruang III (1) Bayangan di ruang II (di depan cermin) (2) Bayangan akan bersifat nyata (3) Bayangan akan diperkecil (4) Bayangan terbalik

    Ketentuan lain:

    a) Apabila benda berada di titik P, yaitu titik pusat kelengkungan, bayangan juga di titik P, terbalik dan sama besar

    b) Apabila berada pada titik F, yaitu titik fokus cermin, maka bayangan berada jauh tak terhingga.

    c) Sebaliknya apabila benda berada di jauh tak terhingga, maka bayangan akan berada di titik fokus (F)

    4) Perumusan pada Cermin Cembung dan Cekung D

    B1

    D1 P h

    Gambar 2.19 Diagram sinar pada cermin cekung dengan DD1 terletak di depan P

    Perbesaran bayangan Perbesaran linier bayangan adalah perbandingan antara panjang bayangan dengan panjang benda. Pada segitiga O D1 D

    O

  • 30

    s

    hODDD

    ==

    1

    1tan (2.1)

    Pada segitiga siku-siku O B1 B

    '

    '

    tan1

    1

    s

    hOBBB

    ==

    (2.2) B B1 = OH (berharga negatif karena bayangannya yang terbentuk terbalik) Ruas kiri persamaan (2.1) sama dengan ruas kiri persamaan (2.2), sehingga:

    s

    s

    hh

    s

    hs

    h

    ''

    '

    '

    =

    =

    Sehingga rumus perbesaran bayangannya adalah

    s

    s

    hhM '' == (2.3)

    Catatan: Bila perbesaran M pertanda negatif (-) maka bayangannnya adalah terbalik terhadap bendanya. Bila perbesaran M pertanda positif (+) maka bayangannya adalah tegak terhadap bendanya.

    Hubungan antara jarak benda (s) jarak bayangan (s) dan panjang fokus (f) Pada segitiga siku-siku O D1 D

    Rsh

    PDDD

    ==

    1

    1tan (2.4)

    Pada segitiga siku-siku P B1 B

    '

    '

    tan1

    1

    sRH

    PBBB

    == (2.5)

    Besar tg pada persamaan (2.5) sama dengan tg pada persamaan (2.4) Sehingga:

  • 31

    RssR

    hh

    Rsh

    sRh

    =

    =

    ''

    '

    '

    Dari persamaan (2.3)

    s

    s

    hh ''

    = , sehingga

    '

    '2

    '

    R2ss'

    R)dengan (dibagi ''2'''

    '''

    )'()('

    ''

    ssRss

    RRssR

    RssRssRssRsssssssRRssssRsRss

    RssR

    s

    s

    +=

    +=

    +=

    =+

    =

    =

    =

    ( )

    )7.2(11'

    1221

    s'

    1dituliskan jugadapat (2.6)persamaan maka 2f, R Karena

    )6.2(21'

    1

    2'

    '

    '

    ss'dengan dibagi'

    '2

    fss

    fs

    Rss

    Rsss

    ss

    s

    ss

    ss

    R

    =+

    =+

    =

    =+

    =+

    +=

    Keterangan:

    F = fokus M = pembesaran R = jari-jari h = tinggi benda S = jarak bayangan h = tinggi bayangan S = jarak benda

  • 32

    C. Hipotesis Penelitian Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah penggunaan alat peraga

    papan optik dapat meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik kelas VIIIA SMP Askhabul Kahfi Semarang pada materi pokok pemantulan cahaya tahun 2010/2011

  • 33

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

    sering disebut Classroom Action Research. Di mana merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.35 Karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain adalah sebagai berikut.36 1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya 3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi 4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik

    instruksional

    5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

    B. Tempat Dan Waktu Penelitian

    1. Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP Askhabul Kahfi Semarang.

    2. Waktu

    Berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, materi pemantulan cahaya diajarkan pada peserta didik kelas VIII semester genap. Oleh karena itu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010-2011. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 17 Januari s.d 23 Februari 2011.

    C. Pelaksanaan dan Kolabolator

    35 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008),

    Cetakan Ketujuh, hlm. 3. 36

    Zaenal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Yrama Widya, 2008), Cetakan keempat, hlm. 16.

  • 34

    Pada penelitian ini, peneliti berkolabotor dengan Ihwan Syam guru bidang studi IPA kelas VIII A SMP Askhabul Kahfi Semarang. Peneliti bersama guru bidang studi bersama-sama merencanakan pelaksanaan pembelajaran dan lembar observasi pembelajaran. Disini guru bidang studi yang melaksanakan pembelajaran dan peneliti yang mengamati pembelajaran.

    Ada beberapa model penelitian tindakan kelas (PTK) yang sampai saat ini masih digunakan dalam dunia pendidikan, di antaranya adalah model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari beberapa siklus, dimana setiap siklus tersebut terdiri dari 4 tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.37

    Siklus I

    Siklus II

    Gambar 3.1 Siklus penelitian tindakan kelas model kemmis dan Mc. Taggart

    D. Rancangan penelitian Adapun langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

    terdiri atas Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II, yaitu 1. Pra Siklus

    Melakukan wawancara dengan Ihwan Syam mengenai kondisi peserta didik, hasil belajar peserta didik,, metode

    37Suharsimi Arikunto, et, al., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm 74

    Permasalahan Perencanaan Tindakan I

    Pelaksanaan Tindakan I

    Pengamatan/ Pengumpulam Data I

    Refleksi I

    Permasalahan baru Hasil refleksi

    Perencanan Tindakan II

    Pelaksanaan Tindakan II

    Pengamatan/ Pengumpulan Data II

    Refleksi II

    Dilanjutkan ke siklus berikutnya

    Apabila permasalahan

    belum

  • 35

    pembelajaran yang digunakan, sarana laboratorium, dan karakteristik peserta didik sebelum menggunakan alat peraga papan optik.

    2. Siklus I

    Siklus I dari penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Januari 2011, Senin 24 Januari 2011 dan Selasa, 25 januari 2011 dengan rincian jadwal sebagai berikut:

    No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

    1 Rabu, 19 Januari 2011

    08.20-09.30

    Ceramah informatif dan demonstrasi pada materi pokok pemantulan cahaya

    pada cermin datar

    2 Senin,

    24 Januari 2011

    08.20-09.30 Melakukan percobaan cermin datar

    `3 Selasa,

    25 Januari 2011 11.30-1210 Evaluasi siklus I dan

    pendalaman materi

    a. Perencanaan

    1) Peneliti berkolaborasi dengan guru bidang studi, menyusun instrumen penelitian, berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), dan instrument evaluasi berupa soal.

    2) Merancang dan mempersiapkan alat peraga papan optik yang terdiri dari sterofoam, paku, benang jahit, jangkar dan busur

    3) Menyiapkan lembar observasi pembelajaran dan lembar refleksi.

    4) Menetapkan kelas yang akan digunakan penelitian. b. Pelaksanaan Tindakan

  • 36

    1) Guru menyampaikan apersepsi dan motivasi materi pokok pemantulan cahaya pada cermin datar.

    2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (standar kompetensi) yang ingin dicapai pada materi pemantulan cahaya.

    3) Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. 4) Guru membentuk kelompok belajar hetrogen dengan

    anggota 56 peserta didik dan mengatur tempat duduk peserta didik.

    5) Guru membagikan alat dan bahan, berupa laser, cermin datar, kertas strimin, penggaris, penggaris busur.

    6) Peserta didik melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk LKS.

    7) Setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan dan kelompok lain menanggapi.

    8) Guru memberikan penjelasan dan bersama peserta didik menyimpulkan dari percobaan yang telah dilakukan.

    9) Guru memberikan tes individual. c. Pengamatan

    1) Pengamatan aspek psikomotorik siswa yang meliputi mempersiapkan alat dan bahan, Merangkai alat, melakukan percobaan, merapikan alat dan bahan percobaan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

    2) Pengamatan aspek afektif siswa yang meliputi Kehadiran di kelas, kedisiplinan, kerjasama, hormat pada guru, perhatian mengikuti pelajaran, bertanya di kelas, ketepatan waktu menyerahkan tugas, kerapian dan kelengkapan buku catatan, partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dan partisipasi dalam kelompok belajar

  • 37

    3) Pengamatan aspek kognitif siswa yang meliputi hasil belajar yang berupa tes pilihan ganda.

    d. Refleksi

    1) Peneliti mengolah hasil pengamatan dan evaluasi untuk membuat kesimpulan sementara terhadap pembelajaran yang terjadi pada siklus I.

    2) Menganalisis dan mendiskusikan hasil pada pembelajaran siklus I untuk melakukan perbaikan pada pelaksanaan siklus II

    3. Siklus II

    Siklus II dari penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada hari rabu, 16 Februari 2011, Senin, 24 Februari 2011 dan Selasa, 25 Februari 2011 dengan rincian jadwal sebagai berikut:

    No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

    1 Rabu, 16 Februari 2011

    08.20-09.30 Ceramah informatif materi pokok pemantulan

    cahaya pada cermin lengkung.

    2 Senin, 24 Februari 2011

    08.20-09.30 Melakukan percobaan cermin lengkung dengan papan optik

  • 38

    3 Selasa, 25 Februari 2011

    11.30-12.10 Evaluasi siklus II dan pendalaman materi

    Pada prinsipnya, semua kegiatan pada siklus II hampir sama dengan kegiatan pada siklus I, siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, terutama dihasilkan pada hasil refleksi siklus I. a. Perencanaan

    1) Peneliti berkolaborasi dengan guru bidang studi, menyusun instrumen penelitian, berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), dan instrument evaluasi berupa soal.

    2) Merancang dan mempersiapkan alat peraga papan optik yang terdiri dari sterofoam, paku, benang jahit, jangkar dan busur

    3) Menyiapkan lembar observasi pembelajaran dan lembar refleksi.

    b. Pelaksanaan Tindakan

    1) Guru menyampaikan apersepsi dan motivasi materi pokok pemantulan cahaya pada cermin lengkung.

    2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (standar kompetensi) yang ingin dicapai pada materi pemantulan cahaya pada cermin lengkung.

    3) Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas.

    4) Guru membentuk kelompok belajar hetrogen dengan anggota 56 peserta didik dan mengatur tempat duduk peserta didik.

  • 39

    5) Guru membagikan alat dan bahan, berupa kertas strimin, penggaris, penggaris busur balpoin 3 warna dan jangka.

    6) Peserta didik melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk LKS.

    7) Setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan dan kelompok lain menanggapi.

    8) Guru memberikan penjelasan dan bersama peserta didik menyimpulkan dari percobaan yang telah dilakukan.

    9) Guru memberikan tes individual.

    c. Pengamatan

    1) Pengamatan aspek psikomotorik siswa yang meliputi mempersiapkan alat dan bahan, Merangkai alat, melakukan percobaan, merapikan alat dan bahan percobaan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

    2) Pengamatan aspek afektif siswa yang meliputi Kehadiran di kelas, kedisiplinan, kerjasama, hormat pada guru, perhatian mengikuti pelajaran, bertanya di kelas, ketepatan waktu menyerahkan tugas, kerapian dan kelengkapan buku catatan, partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dan partisipasi dalam kelompok belajar

    3) Pengamatan aspek kognitif siswa yang meliputi hasil belajar yang berupa tes pilihan ganda.

    d. Refleksi

    Refleksi pada Siklus II ini dilakukan untuk menyempurnakan pembelajaran dengan menggunakan alat

  • 40

    peraga papan optik, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

    E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada

    dua yaitu : 1. Dokumentasi

    Dokumentasi berasal dari dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan,notulen rapat, catatan harian,dan sebagainya.38

    Dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama peserta didik, jumlah peserta didik, dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami guru maupun peserta didik saat proses belajar mengajar, serta untuk mendapatkan data awal tentang kemampuan peserta didik dalam memahami materi fisika sebelum menggunakan alat peraga papan optik.

    2. Tes Tertulis

    Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.39

    Metode ini digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar materi pokok pemantulan cahaya setelah perlakuan dengan menggunakan papan optik dari siswa kelas VIII A SMP Askhabul

    38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

    Rineka Cipta, 2006), Cet.13, hlm. 158. 39

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet.13, hlm. 150.

  • 41

    Kahfi Semarang. Pada penelitian ini tesnya berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda, dengan jumlah soal 20 butir dan dengan 4 pilihan (a,b,c,d).

    3. Metode Observasi Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang

    dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.40 Metode observasi merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena dan gejala-gejala dengan pengamatan dan pencatatan.

    Metode ini digunakan melalui pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan keseluruhan alat indera.41 Yaitu dengan mengamati proses belajar mengajar, termasuk sistem dan metode pembelajaran yang digunakan dan kelengkapan sarana prasarana serta pengaturan kelas dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

    Lembar observasi digunakan sebagai lembar penilaian psikomotorik dan afektif siswa selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Penilaian psikomotorik dan afektif dalam penelitian ini menggunakan skala likert di mana terdapat empat alternatif jawaban, dengan skala penilaian yang berbentuk rentang nilai dari angka (4,3,2,1).

    F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikan

    ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat ditemukan satu tema, dan dapat dirumuskan hipotesis (ide) kerja seperti yang disarankan data.

    40 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, op cit., hlm. 30

    41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V,

    (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 156.

  • 42

    Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan deskriptif persentase. Data observasi penelitian diberikan dengan pemberian nilai berupa angka yang dikategorikan dengan kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Dan data hasil tes dapat dianalisis dengan nilai ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. 1. Hasil Lembar Observasi

    a. Lembar observasi afektif peserta didik Untuk mengetahui tentang afektif peserta didik dalam

    mengikuti proses belajar mengajar, maka peneliti membuat 10 aspek pengamatan yang meliputi: kehadiran, kedisiplinan, kerjasama, hormat pada guru, perhatian mengikuti pelajaran, bertanya di kelas, ketepatan waktu menyerahkan tugas, kerapian dan kelengkapan buku catatan, partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, partisipasi dalam kelompok belajar.

    Kemudian dilakukan analisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan persentase sebagai berikut :42

    Jumlah skor yang diperoleh Skor maksimal

    Indikator keberhasilan penilaian psikomotorik siswa ditentukan dengan menggunakan kriteria penyekoran sebagai berikut : 1) Skor 85 % : Baik sekali 2) 65 % skor 84 % : Baik 3) 45 % skor 64 % : Cukup 4) Skor 44 % : Kurang

    b. Lembar observasi psikomotorik peserta didik Untuk mengetahui hasil belajar psikomotorik siswa

    dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka dibuat lima aspek pengamatan, meliputi : mempersiapkan alat, merangkai

    42 Saipul B. Djamaroh, Guru Dan Peserta Didik Dalam Interaksi, (Jakarta: Rineka Cipta,

    2000), hlm 226.

    Persentase = X 100%

  • 43

    alat, melakukan percobaan, merapikan alat dan bahan percobaan, dan mengkomunikasikan, hasil percobaan. Selanjutnya dilakukan analisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan Persentase sebagai berikut :43

    Jumlah skor yang diperoleh Skor maksimal

    Indikator keberhasilan penilaian psikomotorik siswa ditentukan dengan menggunakan kriteria penyekoran sebagai berikut : 1) Skor 85 % : Baik sekali 2) 65 % skor 84 % : Baik 3) 45 % skor 64 % : Cukup 4) Skor 44 % : Kurang

    2. Hasil Evaluasi

    Hasil evaluasi peserta didik diperoleh dari nilai tes akhir tiap siklusnya yaitu berupa soal pilihan ganda (multiple choice). Selanjutnya dari data yang diperoleh dianalisis nilai ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal.

    Adapun rumus dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Ketuntasan individu

    Ketuntasan belajar individu dihitung dengan menggunakan rumus:44

    Jumlah skor yang diperoleh Skor maksimal

    Peserta didik dinyatakan tuntas belajar jika mampu mencapai Kriteria Keuntasan Minimal (KKM). Dan apabila peserta didik memperoleh nilai dibawah KKM, peserta didik

    43 Saipul B. Djamaroh, Guru Dan Peserta Didik Dalam Interaksi, (Jakarta: Rineka Cipta,

    2000), hlm 226.

    44 Ngalim Purwanto, Prinsi-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, (Bandung : Remaja Rosda

    Karya, 2000), hlm112.

    Persentase = X 100%

    Nilai = X 100

  • 44

    tersebut tidak tuntas belajar.45KKM untuk pembelajaran fisika di SMP Askhabul Kahfi adalah 60.

    b. Ketuntasan klasikal

    Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:

    Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah total siswa

    Indikator keberhasialn ketuntasan belajar klasikal ditentukan jika rata-rata kelas yang diperoleh diatas nilai KKM dan minimal 85 % dari jumalah siswa yang mendapat nilai 60.

    G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini tercermin

    dengan adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik di setiap siklusnya ditandai dengan :

    1. Semua peserta didik ikut terlibat dalam kegiatan kelompoknya. 2. Banyaknya peserta didik yang berani bertanya lebih dari 4 orang. 3. Nilai aktivitas belajar peserta didik lebih dari 60 dengan persentase

    ketuntasan klasikal lebih dari 75%.46 4. Rata-rata nilai hasil belajar kognitif peserta didik lebih dari 60

    dengan persentase ketuntasan klasikal belajar lebih dari 85%.47

    45 Masrur Muslih, KTSP pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual, (Jakarta:

    Bumi Aksara, 2008), hlm 36 46

    Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (PT : Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 101.

    47 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (PT : Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 99

    Persentase = X 100%

  • 46

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENELITIAN 1. Pra Siklus

    Adapun kondisi awal peserta didik diperoleh dari hasil wawancara kepada guru, peserta didik, dan kepala sekolah mengenai beberapa hal, yaitu : a. Hasil Belajar Peserta Didik

    Hasil belajar peserta didik diambil dari data hasil belajar peserta didik pada materi pokok sebelumnya (terlampir), seperti yang tertuang pada tabel 4.1 berikut :

    Tabel 4.1 Hasil belajar peserta didik dari pra siklus No Kategori penilaian Hasil Belajar Kognitif 1

    2

    3

    4

    Nilai terendah Nilai tertinggi

    Nilai rata rata

    Persentase ketuntasan

    belajar klasikal

    20

    65 51,60

    53,58%

    Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar klasikal masih di bawah ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan yaitu 85%.

    b. Kondisi Peserta Didik Dalam Proses Belajar Mengajar Dari hasil observasi sebelum penelitian, proses belajar mengajar

    masih didominasi oleh guru. Peserta didik hanya duduk diam mendengarkan ceramah guru. Peserta didik tidak pernah diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya, guru tidak pernah

  • 47

    melakukan demonstrasi di depan kelas dan peserta didik tidak pernah diajak untuk melakukan praktikum, sehingga menyebabkan rendahnya penguasaan konsep peserta didik yang dapat dilihat dari nilai ratarata peserta didik.

    Rendahnya penguasan konsep peserta didik pada mata pelajaran IPA Fisika yang ditunjukkan oleh nilai rata rata peserta didik pada tabel 4.1 yang menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat, sehingga penguasaan konsep yang dicapai peserta didik menjadi rendah. Dengan berbekal itulah peneliti membuat perubahan dalam sistem mengajar agar penguasaan konsep peserta didik meningkat. Adapun desain pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan alat peraga papan optik.

    c. Metode Pembelajaran yang Digunakan Dalam kegiatan belajar mengajar, M. Ihwan Syam guru mata

    pelajaran fisika SMP Askhabul Kahfi menggunakan metode ceramah dan penugasan setiap selesai KBM. Hal ini dilakukan agar peserta didik lebih memahami materi yang telah diajarkan yaitu pemahamannya berupa soal-soal yang diberikan, karena peserta didik lebih cenderung pasif dalam bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

    Dalam hal ini, peneliti berinisiatif untuk menggunakan alat peraga papan optik, agar peserta didik lebih cenderung aktif dan tidak pasif dalam kegiatan belajar mengajar, dimana dengan cara ini menuntut peserta didik untuk berfikir dan bekerja sama, hal ini juga menuntut peserta didik aktif dalam kegiatan diskusi.

    d. Sarana Laboratorium SMP Askhabul Kahfi masih belum memiliki laboratorium, sehingga

    sarananya pun belum di miliki. Hal ini kurang menunjang proses belajar mengajar, padahal dalam belajar tentunya membutuhkan sarana seperti perpustakaan, laboratorium, dll.

  • 48

    Dalam pelajaran sains atau IPA terpadu sangat membutuhkan alat alat praktikum yang bisa menunjang KBM. Seperti pelajaran fisika, dimana dalam pelajaran fisika dituntut untuk memahami konsep baik secara langsung (praktek) maupun tidak langsung (teori).

    e. Karakteristik Peserta Didik Dilihat dari hasil belajar peserta didik, maka dapat simpulkan

    bahwa sebagian besar hasil belajar peserta didik masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai ratarata peserta didik yang mencapai 51,60, padahal KKM yang ditentukan oleh sekolah adalah 60.

    2. Siklus I

    a. Perencanaan

    1) Peneliti berkolaborasi dengan guru bidang studi menyusun instrumen penelitian, berupa silabus pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan evaluasi berupa soal.

    2) Merancang dan mempersiapkan alat peraga papan optik yang terdiri dari sterofoam, asturo, jarum, dan benang.

    3) Peneliti mempersiapkan alat dokumentasi, lembar observasi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

    4) Menetapkan kelas yang akan digunakan penelitian. 5) Melakukan uji coba.

    b. Pelaksaan tindakan 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (standar kompetensi) yang

    ingin dicapai pada materi pemantulan cahaya pada cermin datar. 2) Guru Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan

    alat peraga papan optik .

    3) Guru menyampaikan materi tentang pengertian cahaya, sifat-sifat cahaya dan pemantulan pada cermin datar dalam penyajian kelas.

    4) Guru membentuk kelompok belajar heterogen dengan anggota 5 6 orang pada tiap kelompoknya dan mengatur tempat duduknya.

  • 49

    5) Guru membagikan alat dan bahan, yang berupa kertas strimin, laser, cermin datar, bolpoin, dan busur derajat.

    6) Guru membagikan lembar kerja siswa untuk mencari sifat-sifat cahaya, dan pembentukan bayanga oleh cermin datar ke masing-masing kelompok

    7) Peserta didik mulai mengerjakan lembar kerja siswa untuk mencari sifat-sifat dari cahaya dan pembentukan bayangan oleh cermin datar.

    8) Setelah percobaan selesai, perwakilan kolompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan dan kelompok lain memberikan tanggapan.

    9) Peserta didik bersama guru membuatkesimpulan dari hasil percobaan. 10) Guru memberikan tes individual.

    c. Observasi Pada tahap observasi dilakukan penilaian sikap ranah (ranah afektif)

    yang meliputi kehadiran di kelas, kedisiplinan, kerjasama, hormat pada guru, perhatian mengikuti pelajaran, bertanya dikelas dan partisipasi dalam kelompok. Penilaian kerja atau aktivitas peserta didik (ranah psikomotorik) yang meliputi mempersiapkan alat dan bahan, merangkai alat, malakukan percobaan, merapihkan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Dan dilakukan tes hasil belajar siklus I. Dari pengamatan pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pengamatan aspek afektif

    Data pengamatan aspek afektif siswa diambil dari lembar observasi penilaian sikap dan kedisiplinan siswa pada saat pembelajaran pada siklus I. Dari pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

    Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Aspek Afektif Siswa Siklus I

  • 50

    Aspek Afektif yang Diamati Skor Prosentase (%)

    Kategori

    Kehadiran di kelas 104 92,86 Sangat baik Kedisiplinan 90 80,36 Baik Kerjasama 86 76,79 Baik Hormat pada guru 81 72,73 Baik Perhatian mengikuti pelajaran 71 63,39 Cukup Bertanya di kelas 68 60,71 Cukup Ketepatan waktu menyerahkan

    tugas

    32 28.57 Kurang

    Kerapian dan kelengkapan catatan

    79 70,54 Baik

    Partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar/diskusi

    76 67,86 Baik

    Partisipasi dalam kelompok belajar

    76 67,86 Baik

    Dari data pengamatan afektif siswa, pada siklus I menunjukkan hasil dengan kategori kurang, cukup, baik dan sangat baik dengan persentase terendah 28,57 % dan persentase tertinggi 92,86 %. Pada saat berlangsungnya siklus I, sebagian peserta didik masih pasif dalam pembelajaran. Terbukti dalam proses belajar mengajar berlangsung peserta didik masih banyak yang sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak memperhatikan guru dan peserta didik masih malu bertanya. Untuk itu masih diperlukannya perlakuan untuk meningkatkan aspek afektif siswa pada siklus II.

    2) Pengamatan aspek psikomotorik

  • 51

    Pengamatan aspek psikomotorik peserta didik diambil dari lembar observasi kinerja dan aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran pada siklus I. Dari pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:

    Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I

    Aspek yang Diamati Skor Prosentase (%) Kategori Mempersiapkan 85 75,89 Baik Merangkai 83 74,11 Baik

    Melakukan 85 75,89 Baik Merapihkan 63 56,25 Cukup Mengkomunikasikan 82 73,21 Baik

    Dari data pengamatan psikomotorik siswa, pada siklus I menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan persentase tertinggi sebesar 75,89 % tetapi masih ada aspek dengan kategori cukup, yaitu pada aspek merapihkan dengan skor persentase sebesar 56,25 %,. Hal ini dikarenakan masih banyak paserta didik yang belum mengetahui bagaimana cara melakukan percobaan dan merapihkan alat. Sedangkan untuk aspek yang lain perlu adanya peningkatan pada siklus selanjutnya.

    3) Pengamatan aspek kognitif Pada saat mengerjakan tes siklus I, peserta didik mengerjakan

    dengan adanya kegaduhan yaitu sebagian peserta didik berlari untuk memperoleh jawaban dari temannya dan sebagian duduk dengan tenang di tempat duduknya masing masing, serta peserta didik menyelesaikan tes tidak sesuai dengan waktunya atau melebihi waktu yang telah disediakan. Perolehan hasil tes penguasaan konsep peserta didik pada aspek kognitif siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4.

    Tabel 4.4 Hasil tes peserta didik (aspek kognitif) Siklus I

  • 52

    No Kategori Penilaian Aspek Kognitif

    1 Nilai terendah 40,00

    2 Nilai tertinggi 80,00

    3 Nilai rata rata 59,64

    4 % ketuntasan belajar klasikal 78.57%

    d. Refleksi Setelah pelaksanaan dan pengamatan siklus I, peneliti bersama guru

    melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan kelemahan pada siklus I. Berdasarkan refleksi terhadap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan tes yang telah diberikan disiklus I, guru melakukan perbaikan pada siklus II untuk meningkatkan hasil belajar konsep peserta didik.

    Kelemahan utama pada siklus I adalah peserta didik masih belum aktif dan masih terjadi kegaduhan dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dalam pengamatan proses belajar mengajar, masih banyak peserta didik yang malu untuk mengungkapkan pendapatnya, malu untuk bertanya, malu untuk menyanggah pendapat temannya, dan sulit untuk dikondisikan. Dalam kegiatan praktikum kerja sama dan kekompakan kelompok perlu berjalan dengan baik, hanya 2 3 orang peserta didik saja yang melakukan praktikum.

    Dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, maka pada siklus II akan tetap dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan optik. Usaha yang dilakukan guru agar hasil belajar peserta didik pada siklus II meningkat adalah dengan memberikan motivasi kepada seluruh peserta didik, pemberian kesempatan untuk bertanya berpendapat pada peserta didik yang belum aktif, pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas kepada masingmasing anggota kelompoknya. Sehingga nantinya hasil belajar peserta didik dapat meningkat pada siklus II.

  • 53

    3. Siklus II a. Perencanaan

    1) Guru dan peneliti mempersiapkan alat peraga papan optik yang terdiri dari sterofoam, asturo, paku, dan benang.

    2) Menyiapkan materi yang akan diajarkan 3) Guru dan peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP). 4) Guru dan peneliti menyiapkan lembar observasi pembelajaran,

    dokumentasi, dan evaluasi pembelajaran. b. Pelaksanaan tindakan

    1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (standar kompetensi) yang ingin dicapai pada materi pemantulan cahaya pada cermin lengkung.

    2) Guru memberikan ceramah informasi untuk menyampaikan materi pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cembung dalam penyajian kelas .

    3) Guru membentuk kelompok belajar hetrogen dengan anggota 5 6 orang pada tiap kelompoknya.

    4) Guru membagikan lembar kerja siswa untuk mencari jarak bayangan dari benda yang telah diketahui pada cermin lengkung dan alat bahan yang berupa kertas strimin, jangka, penggaris, dan balpoin 3 warna.

    5) Peserta didik mulai mencari jarak bayangan dari suatu benda pada cermin lengkung dengan menggunakan alat dan bahan.

    6) Setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, dan kelompok lain menanggapinya.

    7) Peserta didik bersama guru membuat kesimpulan dari hasil percobaan 8) Guru memberikan tes individual.

    c. Pengamatan

    1) Pengamatan terhadap hasil belajar peserta didik.

  • 54

    Pengamatan terhadap hasil belajar peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap lembar observasi afektif dan psikomotorik peserta didik. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar peserta didik, diperoleh hal hal sebagai berikut :

    Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Aspek Afektif Siswa Siklus II

    Aspek Afektif yang Diamati Skor Persentase (%)

    Kategori

    Kehadiran di kelas 110 98,21 Sangat baik Kedisiplinan 99 88,39 Sangat baik Kerjasama 85 75,89 Baik Hormat pada guru 93 83,04 Baik Perhatian mengikuti pelajaran 95 84,82 Baik Bertanya di kelas 89 79,46 Baik Ketepatan waktu menyerahkan

    tugas

    104 92,86 Sangat baik

    Kerapian dan kelengkapan catatan

    91 81,25 Baik

    Partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar/diskusi

    91 81,25 Baik

    Partisipasi dalam kelompok belajar

    94 83,93 Baik

    Dari data pengamatan aspek afektif siswa, pada siklus II menunjukkan hasil dengan kategori sangat baik dan ada juga aspek dengan kategori baik, dengan persentase terendah 79,46% dan persentase tertinggi 98,21 %. Sebagian besar peserta didik sudah aktif dalam pembelajaran. Terbukti dalam proses belajar mengajar berlangsung, peserta didik mampu mengungkapkan pendapat dan mau bertanya, dalam praktikum hampir seluruh peserta didik mampu bekerja

  • 55

    sama dengan baik. Sehingga secara keseluruhan kelas siswa memperoleh hasil dengan kategori sangat baik

    2) Pengamatan aspek psikomotorik siswa Data pengamatan aspek psikomotori