provinsi kalimantan tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 provinsi kalimantan tengah ~2~ seri...

40

Upload: doduong

Post on 29-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun
Page 2: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~i~

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

1. KINERJA PEMBANGUNAN WILAYAH 1

1.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA 1

1.2. KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA 4

2. ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH 8

2.1. ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA 8

2.1.1. Pendidikan 8

2.1.2. Kesehatan 10

2.1.3. Perumahan 12

2.1.4. Mental/Karakter 13

2.2. ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN 14

2.2.1. Pengembangan Sektor Pangan 14

2.2.2. Pengembangan Sektor Energi 18

2.2.3. Pengembangan Sektor Kemaritiman dan Kelautan 20

2.2.4. Pengembangan Sektor Pariwisata dan Industri 22

2.3. ANALISIS PEMERATAAN DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN 24

2.3.1. Pusat Pertumbuhan Wilayah 24

2.3.1.1 Kawasan Ekonomi Khusus 24

2.3.1.2 Kawasan Industri 25

2.3.2. Kesenjangan intra wilayah 25

3. ISU STRATEGIS WILAYAH 26

4. REKOMENDASI KEBIJAKAN 35

5. PROSPEK PEMBANGUNAN TAHUN 2016 36

Page 3: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~1~

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

1. KINERJA PEMBANGUNAN WILAYAH

Pembangunan wilayah bertujuan untuk meningkatkan daya saing wilayah,

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan antarwilayah, serta

memajukan kehidupan masyarakat. Pembangunan wilayah yang strategis dan berkualitas

menjadi harapan setiap daerah di Indonesia.

1.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA

Pembangunan wilayah selain meningkatkan daya saing wilayah juga mengupayakan

keseimbangan pembangunan antardaerah sesuai dengan potensinya masing-masing.

Perkembangan indikator utama dalam pembangunan wilayah meliputi pertumbuhan ekonomi,

pengurangan pengangguran, dan pengurangan kemiskinan dapat menggambarkan capaian

kinerja pembangunan wilayah secara umum.

1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah berfluktuatif dan cenderung

menurun tahun 2011-2014. Pada periode tersebut laju pertumbuhan rata-rata Kalimantan

Tengah besarnya 6,97 persen per tahun, di atas laju pertumbuhan rata-rata nasional sebesar

5,90 persen per tahun (Gambar 1). Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai peran penting

dalam perekonomian nasional terutama sektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan

perikanan dengan hasil komoditas utama kelapa sawit dan karet.

Gambar 1

Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Sumber: BPS, 2014

Selama kurun waktu 2010-2014 pendapatan per kapita di Provinsi Kalimantan Tengah

cenderung meningkat , namun lebih rendah dari pendapatan per kapita nasional. sampai

2011 2012 2013 2014

Kalimantan Tengah 7.01 6.87 7.38 6.21

Nasional 6.16 6.16 5.74 5.21

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Pe

rse

n /

Ta

hu

n

Page 4: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

dengan tahun 2013 namun pada tahun 2014 lebih rendah dari nasional. Dukungan pendapatan

dari sektor-sektor dengan kontribusi besar terhadap perekonomian mempengaruhi

peningkatan pendapatan perkapita di Provinsi Kalimantan Tengah. Jika pada tahun 2010 rasio

PDRB perkapita Provinsi Kalimantan Tengah dan PDB Nasional sebesar 88,45 persen, maka

pada tahun 2014 rasionya menurun menjadi 86,81 persen (Gambar 2). Apabila pertumbuhan

penduduk antar provinsi tidak terlalu berbeda jauh, ini menunjukkan kinerja rata-rata provinsi

lain berkembang lebih pesat dari Kalimantan Tengah. Pengaruh sektor pertanian,

pertambangan, dan industri pengolahan sedikit mulai mengalami penurunan bagi peningkatan

pendapatan perkapita di provinsi ini.

Gambar 2

PDRB Per Kapita ADHB.

Sumber: BPS, 2014

1.1.2. Pengurangan Pengangguran

Tingkat pengangguran di Provinsi Kalimantan Tengah berada di bawah rata-rata tingkat

pengangguran nasional. Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran

wilayah cenderung menurun pada tahun 2008-2013, namun kembali meningkat pada tahun

2014-2015, yang menunjukkan peningkatan angkatan kerja baru selama tahun 2008-2013

masih mampu diserap oleh lapangan kerja yang tersedia. Tingkat pengangguran terbuka

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008-2015 berkurang sebesar 1,65 persen (Gambar 3).

2010 2011 2012 2013 2014

Kalimantan Tengah 25,455.05 28,952.94 31,515.97 34,345.94 36,834.82

Nasional 28,778.17 32,336.26 35,338.48 38,632.67 42,432.08

0.00

5,000.00

10,000.00

15,000.00

20,000.00

25,000.00

30,000.00

35,000.00

40,000.00

45,000.00

Rib

u R

up

iah

Page 5: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~3~

Gambar 3

Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2008-2015.

Sumber: BPS, 2015

1.1.3. Pengurangan Kemiskinan

Tingginya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Tengah berdampak signifikan

terhadap pengurangan tingkat kemiskinan di wilayah ini. Selama kurun waktu 2008-2015

persentase penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Tengah telah berkurang sebesar 2,77

persen dan kondisi kemiskinan di wilayah lebih rendah dari tingkat kemiskinan nasional

(Gambar 4). Meskipun tingkat kemiskinan dapat diturunkan secara bertahap, namun demikian

untuk kemiskinan di perdesaan perlu ditekan secara signifikan dikarenakan penurunannya

yang relatif lebih lambat apabila dibandingkan dengan perkotaan.

Gambar 4

Persentase Penduduk Miskin 2008-2015

Sumber: BPS, 2015

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kalimantan Tengah 4.79 4.53 3.88 3.66 2.71 1.82 2.71 3.14

Nasional 8.46 8.14 7.41 6.80 6.32 5.92 5.70 5.81

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00p

ers

en

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Perkotaan 6.72 5.81 4.45 4.03 3.91 4.21 4.30 4.98

Perdesaan 10.76 10.20 8.34 8.19 7.89 7.19 6.75 6.57

Kalimantan Tengah 9.38 8.71 7.02 6.77 6.56 6.19 5.93 6.03

Nasional 16.58 15.42 14.15 13.33 12.49 11.96 11.37 10.96

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Pe

rse

n

Page 6: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~4~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

1.2. KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA

Kualitas pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh pengurangan kemiskinan, peningkatan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), serta perluasan lapangan kerja.

1.2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Kemiskinan Gambar 5 menunjukkan persebaran kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah

menurut rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan tahun 2008 sampai

dengan tahun 2013, dengan penjelasan sebagai berikut. Pertama, Kabupaten Kotawaringin

Timur dan Kotawaringin Barat termasuk kabupaten dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi

dan pengurangan kemiskinan di atas rata-rata provinsi. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di

kuadran ini dapat mendorong pengurangan kemiskinan secara lebih cepat (pro-growth, pro-

poor). Tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah menjaga momentum

pertumbuhan ekonomi dengan tetap meningkatkan upaya pengurangan kemiskinan.

Gambar 5

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin

Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Page 7: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~5~

Kedua, Kabupaten Sukamara, Barito Selatan, Pulang Pisau, dan Barito Timur termasuk

kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi pengurangan

kemiskinan di atas rata-rata (low growth, pro-poor). Tantangan yang harus dihadapi oleh

pemerintah daerah adalah menjaga efektvititas dan efisiensi kebijakan dan program

pengurangan kemiskinan, dan secara bersamaan mendorong percepatan pembangunan

ekonomi dengan prioritas sektor atau kegiatan ekonomi yang punya potensi berkembang

seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan, serta perdagangan dan jasa.

Ketiga, Kabupaten Kapuas, Murung Raya, Gunung Mas, Seruyan, dan Katingan terletak di

kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di bawah

rata-rata provinsi (low growth, less pro-poor). Kinerja pembangunan daerah tersebut

menegaskan bahwa pemerintah daerah harus bekerja keras untuk mendorong percepatan

pembangunan ekonomi melalui peningkatan produkvititas sektor atau kegiatan ekonomi yang

mampu menyerap tenaga kerja secara lebih besar dari golongan miskin. Selain itu, pemerintah

daerah juga dituntut untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi berbagai kebijakan dan

program pengurangan kemiskinan.

Keempat, Kabupaten Lamandau, Barito Utara, dan Kota Palangkaraya terletak di

Kuadran IV dengan rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata-rata, tapi pengurangan

kemiskinan di bawah rata-rata (high-growth, less-pro poor). Kondisi ini menunjukkan bahwa

pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah tersebut belum memberi dampak penuruan angka

kemiskinan secara nyata. Tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah adalah

mendorong pengembangan sektor dan kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif

tinggi seperti pertanian dan perkebunan, serta usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.

Tantangan lainnya adalah meningkatkan koordinasi sinergi dalam mengoptimalkan kebijakan

dan program penanggulangan kemiskinan.

1.2.2. Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan IPM Gambar 6 menunjukkan distribusi kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah

berdasarkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM selama tahun 2008-2013.

Pertama, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat terletak di kuadran I,

merupakan daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di atas rata-

rata provinsi. Kondisi ini menyiratkan bahwa pertumbuhan ekonomi sejalan dengan

peningkatan IPM (pro-growth, pro-human development). Dengan kinerja yang baik ini, tantangan

yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap

meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, dan sekaligus mempertahankan efektivitas dan

efisiensi pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan.

Kedua, Kabupaten Sukamara, Pulang Pisau, dan Murung Raya terletak di kuadran II

termasuk kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi peningkatan

IPM di atas rata-rata (low growth, pro-human development). Hal ini mengindikasikan bahwa

berbagai kebijakan dan program pembangunan untuk meningkatkan pelayanan publik dapat

meningkatkan IPM. Tantangan yang harus diatasi adalah mendorong percepatan pembangunan

ekonomi melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan ekonomi yang

menggunakan sumber daya lokal seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan

Page 8: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~6~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Gambar 6

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM

Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Ketiga, Kabupaten Katingan, Barito Timur, Barito Selatan, Kapuas, Gunugn Mas, dan

Seruyan terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM di

bawah rata-rata provinsi (low growth, less pro-human development). Kondisi ini menegaskan

perlunya pemerintah daerah membenahi pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan.

Selain itu, pemerintah daerah juga harus bekerja keras mendorong seluruh SKPD untuk

memacu pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor

dan kegiatan utama daerah.

Kempat, Kabupaten Barito Utara, Lamandau, dan Kota Palangkaraya terletak di kuadran

IV dengan rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata-rata, tapi peningkatan IPM di

bawah rata-rata (high-growth, less-pro human development). Tantangan bagi

pemerintah daerah adalah menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan

peningkatan mutu pelayanan publik terutama di bidang pendidikan dan kesehatan.

Page 9: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~7~

1.2.3. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Pengangguran Gambar 7 menunjukkan persebaran kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah

menurut rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran selama tahun 2008-

2013. Pertama, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Lamandau, dan Kota Palangkaraya

termasuk darah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di

atas rata-rata provinsi. Kondisi ini menyiratkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat

mendorong perluasan lapangan kerja (pro-growth, pro-job). Tantangan yang dihadapi oleh

pemerintah daerah adalah menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap meningkatkan

produktivitas dan nilai tambah sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja seperti pertanian,

perkebunan, kelautan dan perikanan.

Gambar 7

Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Rata-Rata Pengurangan Jumlah Pengangguran

Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

Kedua, Kabupaten Barito Selatan, Kapuas, Sukamara, dan Barito Timur yang terletak di

kuadran II termasuk kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi

pengurangan pengangguran di atas rata-rata (low growth, pro-job). Hal ini mengindikasikan

Page 10: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~8~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

bahwa perluasan lapangan kerja terjadi pada sektor ekonomi dengan pertumbuhan rendah

seperti pertanian dan perikanan.

Ketiga, Kabupaten Pulang Pisau, Gunung Mas, Murung Raya, Seruyan, dan Katingan

terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran

di bawah rata-rata provinsi (low growth, less pro-job). Hal ini menegaskan bahwa pemerintah

daerah harus bekerja keras untuk memacu pengembangan sektor atau kegiatan ekonomi yang

mampu menyerap tenaga kerja secara lebih besar.

Keempat, Kabuapten Barito Utara terletak di kuadran IV dengan rata-rata pertumbuhan

tinggi di atas rata-rata, tapi pengurangan pengangguran di bawah rata-rata (high-growth, less-

pro job). Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut,

tetapi tidak dapat menurunkan jumlah pengangguran. Daerah tersebut termasuk daerah

perkebunan, dan daerah perkotaan yang harus menampung migrasi penduduk dari daerah

perdesaan. Tantangan yang harus dihadapi adalah mendorong pengembangan sektor dan

kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja relatif tinggi seperti pertanian dan perkebunan.

Tantangan lainnya adalah mengembangkan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yang

mampu menyerap tenaga kerja di sektor informal.

2. ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH

Pembangunan wilayah berkelanjutan bersifat multidimensi sehingga diperlukan analisis

pembangunan yang komprehensif untuk mengatasi berbagai masalah publik. Analisis

pembangunan wilayah didasarkan pada dimensi pembangunan manusia, pembangunan sektor

unggulan, serta pemerataan pembangunan dan kewilayahan.

2.1. ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA

2.1.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumberdaya manusia untuk

pembangunan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan penduduk dapat mempengaruhi dinamika

perubahan ataupun kualitas kehidupan sosial ekonomi penduduk suatu daerah. Pendidikan

merupakan sarana dalam menyiapkan sumberdaya manusia untuk pembangunan. Pendidikan

berperan penting dalam pengentasan kemiskinan dan memberikan ketrampilan kepada seluruh

masyarakat untuk mencapai potensinya secara optimal. Penyelenggaraan pendidikan di daerah

terpencil akan mampu menjembatani kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya

belajar di sekolah.

Secara keseluruhan tingkat pendidikan di Kalimantan Tengah belum berkembang,

terutama apabila dibandingkan dengan tingka pendidikan di Pulau Jawa. Angka Partisipasi

Sekolah (APS) usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun (pendidikan dasar) tahun 2013 antarkota dan

kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah belum merata (Gambar 8). Rata-rata APS Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2013 sebesar 99,01 persen untuk usia 7-12 tahun dan 85,88 persen

untuk usia 13-15 tahun. Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah dengan APS terendah

meliputi Kabupaten Gunung Mas (82,12 persen), Kabupaten Kapuas (87,77 persen), dan

Kabupaten Kota Waringin Barat (87,64 persen). Angka partisipasi sekolah untuk usia 7-12

(jenjang SD) dan 13-15 (jenjang SLTP) cenderung tinggi, sedangkan partisipasi sekolah usia 16-

18 (jenjang SLTA) lebih rendah. Hal ini menjadi indikasi partisipasi penduduk untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi cenderung masih rendah

Page 11: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~9~

Gambar 8

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar Tahun 2013 (Persen)

Sumber: BPS, 2013

Gambar 9

Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf Tahun 2009-2013

Sumber: BPS, 2013

Peningkatan jumlah penduduk yang bersekolah menunjukkan keberhasilan dalam

upaya memperluas pelayanan pendidikan. Perkembangan RLS dan AMH di Kalimantan Tengah

85.88

99.01

0

20

40

60

80

100

120

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) 07-12 tahun

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) 07-12 tahun

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

7.4

7.5

7.6

7.7

7.8

7.9

8

8.1

8.2

8.3

2009 2010 2011 2012 2013

RLS Provinsi (tahun) RLS Nasional (tahun)

AMH Provinsi (persen) AMH Nasional (persen)

Page 12: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~10~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

menunjukkan peningkatan. Dari RLS terlihat bahwa pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun

yang dicanangkan pemerintah baru berjalan sekitar 7 sampai 8 tahun. Kota Palangka Raya

sebagai ibukota provinsi, memliki rata-rata lama sekolah tertinggi di antara kabupaten lain di

Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 10,73 tahun. Dari 14 kabupaten/kota, ada 7

kabupaten yang RLS nya dibawah RLS Provinsi, yaitu Kapuas, Seruyan, Murung Raya, Sukamara,

Pulang Pisau, Lamandau, dan Kotawaringin Timur. RLS Kalimantan Tengah tahun 2013 sebesar

8,17 tahun sementara nasional nasional 8,14 tahun. Sementara untuk AMH Provinsi Kalimantan

Timur tahun 2009-2013 berkisar pada angka 97 persen dan nasional berkisar 92-94 persen,

AMH Kalimantan Timur jauh lebih tinggi dari AMH Nasional. Provinsi Kalimantan Tengah perlu

konsisten dalam meningkatkan APS, AMH, dan RLS sehingga penyelenggaraan layanan untuk

pemerataan akses dan mutu pendidikan dapat tercapai. Salah satu hal yang tidak kalah

pentingnya adalah perlunya dilakukan analisis terhadap kondisi umum pendidikan, prioritas

bidang, prioritas wilayah dan anggaran sebagai suatu kesatuan analisis pemecahan masalah

penyelenggaraan pembangunan pendidikan di Kalimantan Tengah.

2.1.2. Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan salah satu kebutuhan penting untuk pembangunan

manusia. Penyediaan fasilitas kesehatan menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan

pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah. Tingkat kesehatan masyarakat

Kalimantan Tengah belum menunjukkan hasil yang baik apabila dilihat dari indikator kesehatan,

seperti angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, serta gizi buruk yang berada di atas

nasional. Angka kematian bayi di Kalimantan Tengah pada tahun 2012 sebanyak 49 kematian

per 1000 kelahiran baru, sedangkan angka nasional menunjukkan 34 kematian per 1000

kelahiran baru (Gambar 10), angka ini juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan

kondisi pada 2007. Faktor penyebab meningkatnya AKB adalah gizi buruk, penanganan

persalinan yang kurang memadai, kesehatan lingkungan yang buruk, serta wawasan

masyarakat terhadap kesehatan.

Gambar 10

Angka Kematian Bayi Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: BPS, 2012

2007 2010 2012

Kalimantan Tengah 30 23 49

INDONESIA 39 26 34

0

10

20

30

40

50

60

Page 13: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~11~

Jenis tenaga penolong persalinan menentukan keberhasilan persalinan dan akan

berpengaruh pada kesehatan ibu dan bayi yang ditolong. Jumlah persalinan yang ditolong oleh

tenaga medis seperti dokter, bidan dan tenaga medis lainnya mencapai 67,04 persen pada tahun

2014, lebih baik dibandingkan tenaga non medis seperti dukun yaitu sebesar 32,96 persen.

Persalinan yang masih dibantu oleh dukun dan keluarga berkaitan erat dengan kemampuan

ekonomi dan faktor budaya yang biasa terdapat di pedesaaan.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah mengajukan program prioritas untuk

percepatan pembangunan kesehatan di Kalimantan Tengah. Sasaran pembangunan kesehatan

di Provinsi Kalimantan Tengah antara lain pembangunan RS pratama di Kabupaten Gunung

Mas, serta program peningkatan sarana prasarana alat RS rujukan regional di RSUD Dorys

Silvanus Kota Palangkaraya, RSUD Murjani Sampit Kab. Kotawaringin Timur, RSUD Imanuddin

Pangkalan Bun Kotawaringin Barat, RSUD Muara Teweh Kab. Barito Utara. Pemerintah juga

mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang

terdidik guna menjamin keselamatan ibu dan bayi. Adanya peningkatan kuantitas dan kualitas

program-program pelayanan bidang kesehatan, telah mampu menurunkan Angka Kematian

Bayi (AKB) dan meningkatkan Angka Harapan Hidup Kalimantan Tengah.

Tabel 1

Jumlah Puskesmas dan Perawatan (Unit) Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Tengah

No. Kabupaten/Kota Puskesmas Puskesmas Perawatan

Puskesmas Non

Perawatan

Rasio Puskesmas

terhadap 1000

penduduk

1 Kab. Kotawaringin Barat 16 5 11 0,06

2 Kab. Kotawaringin Timur 20 5 15 0,05

3 Kab. Kapuas 26 5 21 0,08

4 Kab. Barito Selatan 12 5 7 0,09

5 Kab. Barito Utara 16 9 7 0,13

6 Kab. Sukamara 5 3 2 0,09

7 Kab. Lamandau 11 9 2 0,15

8 Kab. Seruyan 12 4 8 0,07

9 Kab. Katingan 16 6 10 0,10

10 Kab. Pulang Pisau 11 7 4 0,09

11 Kab. Gunung Mas 15 9 6 0,14

12 Kab. Barito Timur 11 1 10 0,10

13 Kab. Murung Raya 14 2 12 0,13

14 Kota Palangka Raya 10 3 7 0,04

Provinsi 195 73 122 0,08

Nasional 9.731 3.378 6.336 -

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2015

Puskesmas merupakan pilihan utama masyarakat yang memiliki keluhan kesehatan

karena mudah dijangkau dan biaya berobat yang murah. Rumah sakit yang banyak dikunjungi

adalah rumah sakit milik pemerintah dibandingkan swasta, sedangkan untuk praktek dokter

Page 14: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~12~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

dipilih karena kemudahan dan kecepatan pertolongan kesehatan walaupun dengan harga yang

lebih mahal. Berdasarkan data BPS tahun 2014, jumlah puskesmas di Provinsi Kalimantan

Timur sekitar 195 unit, yang terdiri dari 73 unit puskesmas perawatan dan 122 unit puskesmas

non perawatan (Tabel 1). Jika dilihat dari rasio ketersediaan puskesmas terhadap jumlah

penduduk beberapa daerah masih rendah, termasuk di Kota Palangkaraya. Namun untuk Kota

Palangkaraya keterbatasan puskesmas dapat digantikan dengan adanya rumah sakit.

Untuk masalah gizi buruk, di Kalimantan Tengah masih terdapat kasus kurang gizi pada

beberapa daerah terutama di perdesaan. Hal ini terkait dengan status ekonomi masyarakat

setempat yang tidak menunjukkan peningkatan yang lebih baik. Peningkatan angka kecukupan

gizi harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga. Program prioritas yang harus

dilakukan terkait dengan pembangunan kesehatan harus menyeluruh dari penurunan AKB,

peningkatan gizi masyarakat,jaminan kesehatan ibu hamil, serta pelatihan tenaga medis.

2.1.3. Perumahan

Arah kebijakan pada sasaran pembangunan perumahan adalah meningkatkan akses

masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, terjangkau serta

didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai. Kebutuhan rumah

layak huni di Kalimantan Tengah sangat besar, mengingat masih banyaknya penduduk yang

belum memiliki rumah yang layak ditempati, kepemilikan pemukiman yang belum tertata, serta

terdapat keterbatasan lahan. Penyediaan lahan baru bagi pembangunan perumahan dilakukan

untuk menghindari permasalahan perumahan ke depan. Pemenuhan hunian yang layak dengan

didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai perlu mendapatkan perhatian

khusus. Masyarakat berpenghasilan rendah masih banyak yang belum tinggal di rumah layak

huni karena rendahnya keterjangkuan mereka untuk membangun maupun membeli rumah.

Gambar 11

Persentase Rumah Tangga Kriteria Kelayakan Sanitasi dan Air Minum

Sanitasi

Air Minum

Sumber: BPS, 2013

Pembangunan perumahan yang layak huni bagi masyarakat juga harus memperhatikan

akses air minum dan sanitasi layak. Selama tahun 2010-2013 rumah tangga di Kalimantan

Tengah yang mendapatkan kriteria sanitasi dan air minum layak cenderung meningkat,

meskipun masih di bawah nasional (Gambar 11). Jumlah rumah tangga dengan kelayakan

sanitasi di Provinsi Kalimantan Tengah meningkat tajam pada tahun 2011 ke tahun 2013, yaitu

2010 2011 2012 2013

KalimantanTengah

35.14 33.72 38.31 44.05

Nasional 55.53 55.6 57.35 60.91

0

10

20

30

40

50

60

70

pe

rse

n

2010 2011 2012 2013

KalimantanTengah

40.55 47.14 52.44 48.04

Nasional 44.19 63.48 65.05 67.73

0

10

20

30

40

50

60

70

80

pe

rse

n

Page 15: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~13~

dari 33,72 persen menjadi 44,05 persen. Sementara itu jumlah rumah tangga dengan kriteria

kelayakan air minum di Kalimantan Tengah selama 2010-2013 sedikit peningkatannya, dan

masih jauh di bawah rata-rata nasional.

Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah minimnya

keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya sumber air

baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air minum dan sanitasi.

Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh belum optimalnya kesadaran

dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif pemerintah daerah baik dari aspek regulasi

maupun pendanaan, serta penerapan manajemen aset. Penyediaan layanan sanitasi belum

tersinergikan dengan penyediaan layanan air minum sebagai upaya pengamanan air minum

untuk pemenuhan aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan).

2.1.4. Mental/Karakter

Pembangunan karakter di setiap wilayah berbeda, tergantung dari budaya, agama, serta

kehidupan masyarakatnya. Pembangunan karakter melalui pendidikan dalam masyarakat

merupakan upaya meningkatkan sikap mental untuk meningkatkan nilai etis diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, bersikap, berbuat

dan memotivasi kehidupan seseorang. Karakter erat kaitannya pola tingkah laku dan

kecenderungan untuk berbuat baik. Dalam hal ini perlu adanya usaha mengadakan

pendidikan baik formal maupun informal di lingkungan tempat tinggal untuk

menggerakkan perubahan yang terjadi.

Pembangunan wilayah Kalimantan Tengah menuntut perubahan sikap mental

manusia yang selain merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembangunan juga

merupakan salah satu tujuan utama pembangunan itu sendiri. Semua elemen masyarakat

berperan serta dalam membangun karakter bangsa, di antaranya melalui media massa,

pada akademisi, tokoh adat, dan melalui peran organisasi kepemudaan. Proses penanaman

karakter yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah meliputi pengembangan

bentuk pembelajaran substantif yang materinya terkait langsung dengan nilai, serta melalui

pendidikan keagamaan. Peran lembaga adat juga dapat memberikan pemahaman tentang

kearifan lokal yang memiliki nilai positif untuk pembangunan.

Pendidikan karakter di Kalimantan Tengah dapat dikembangkan melalui budaya lokal

berbasis masyarakat adat dan agama. Pendidikan agama dalam masyarakat dan lingkungan

sekolah juga menjadi dasar pada terbentuknya karakter masyarakat. Keberadaan tempat ibadah

untuk pendidikan karakter masyarakat menjadi penting untuk dikembangkan (Tabel 2)

Pembentukan karakter bisa dilakukan melalui pemuka agama dan penyuluh agama di

Kalimantan Tengah.

Tabel 2

Data Umat, Tempat Ibadah, Penyuluh Agama Provinsi Kalimantan Tengah

Islam Protestan Katolik Hindu Budha

Jumlah Pemeluk Agama 1.944.177 408.340 86.238 218.890 9.388

Jumlah Tempat Peribadatan 195.625 1.687 185 626 14

Banyaknya Rohaniawan 133 1 815 54 772 34

Sumber: Kementerian Agama Kanwil Kalimantan Tengah, 2015

Page 16: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~14~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Adanya keberagaman etnis dan agama dan berkembangnya lembaga sosial dalam

kehidupan masyarakat membutuhkan peran pemuda sebagai aset pembangunan sosial. Untuk

menjamin kesejahteraan sosial keterlibatan pemuda dipelukan untuk mendorong proses

pembelajaran serta membangun komitmen bersama dalam pembangunan. Pengembangan

karakter pemuda dapat dilakukan melalui lembaga sosial dan organisasi kemasyarakatan

karena keterlibatan pemuda dalam hal ini sangat tinggi. Jumlah organisasi di Kalimantan

Tengah yang terdaftar pada Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2014 sebanyak 29

organisasi yang menjadi wadah aspirasi generasi muda dalam menjalankan aktivitas

kepemudaan (Gambar 12). Melalui peran organisasi ini pengembangan karakter yang positif

dapat dilakukan. Pemuda memiliki rasa tanggung jawab dalam membangun daerahnya untuk

kepentingan masyarakat.

Gambar 12

Bidang Organisasi Kepemudaan di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2014 (diolah)

2.2. ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

2.2.1. Pengembangan Sektor Pangan

Terwujudnya kedaulatan pangan merupakan salah satu cerminan kemandirian ekonomi

nasional. Pertanian menjadi sektor strategis pembangunan di Kalimantan Tengah karena

potensi sumberdaya pertanian yang melimpah di wilayah ini. Potensi tersebut perlu

dimanfaatkan dan dikembangkan untuk ketahanan pangan masyarakat Kalimantan Tengah.

Produksi padi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya dan mencapai 918.658 ton (Gambar 13). Hal ini didukung karena meningkatnya

luas lahan dan produktivitas. Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau merupakan dua kabupaten

yang dikenal sebagai lumbung padi Kalimantan Tengah. Produksi padi di kedua kabupaten

tersebut mencapai 60 persen dari produksi padi Kalimantan Tengah. Produktivitas padi di

kedua kabupaten tersebut juga di atas produktivitas Kalimantan Tengah. Tercatat sebanyak 3

(tiga) kabupaten dengan produktivitas di atas produktivitas Kalimantan Tengah yaitu Kapuas,

Pulang Pisau, dan Barito Timur.

keagamaan 10%

kepartaian 7%

ekonomi 4%

kekaryaan 3%

kesukuan 7%

kepramukaan 3%

kebangsaan 45%

kesiswaan 21%

Page 17: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~15~

Gambar 13

Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Padi Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: BPS, 2014

Produksi jagung di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 mencapai 9.172 ton,

meningkat sebesar 1.034 ton dari tahun 2014 sebesar 8.138 ton (Gambar 14). Produksi jagung

terbesar di Kalimantan Tengah 23,82 persen berasal dari Kabupaten Kotawaringin Barat, 17,93

persen Kabupaten Barito Utara dan 17,93 persen dari Kabupaten Lamandau. Peningkatan

produksi ini dikarenakan meningkatnya luas panen dan produktivitas.

Gambar 14

Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Jagung

Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: BPS, 2014

610,236

755,507 812,652 838,207

918,658

27.49 30.01 31.78

34.66 34.75

0

10

20

30

40

50

60

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

1,000,000

2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Padi Produktivitas Padi Produktivitas Nasional

9,208

7,947

6,217

8,138

9,172

0

10

20

30

40

50

60

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Jagung Produktivitas Jagung Produktivitas Nasional

Page 18: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~16~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Untuk komoditas kedelai, kontribusi Provinsi Kalimantan Tengah terhadap nasional

0,15 persen pada tahun 2014, dan menurun menjadi 0,14 persen pada tahun 2015. Pada tahun

2015 produksi kedelai mencapai 1.369 ton, turun sebesar 28 ton dibandingkan tahun 2014

sebesar 1.397 ton (Gambar 15), dengan produksi kedelai terbesar sekitar 19,76 persen dari

Kabupaten Kapuas dan 11,52 persen dari Kabupaten Murung Raya.

Gambar 15

Produksi (Ton) dan Produktivitas (Ku/Ha) Tanaman Kedelai

Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: BPS, 2014

Gambar 16

Produksi Daging Provinsi Kalimantan Tengah (Ton)

Sumber: BPS, 2014

2,823

1,700 1,684

1,397 1,369

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Kedelai Produktivitas Kedelai Produktivitas Nasional

5,224

3,116

4,154 4,277 4,382

725

26 28 45 49 221 138 320 339 347

1,780 2,021

2,348 2,434 2,491

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

2010 2011 2012 2013 2014

Daging Sapi Daging Kerbau Daging Kuda

Daging Kambing Daging Domba Daging Babi

Page 19: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~17~

Kebutuhan bahan pangan selain bersumber dari pertanian juga berasal dari peternakan.

Kebutuhan konsumsi daging di Provinsi Kalimantan Tengah dipenuhi dari produksi sendiri dan

pasokan daerah lain. Produksi daging terbesar di Provinsi Kalimantan Tengah didominasi oleh

daging sapi dan babi yang terus mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya (Gambar 16).

Populasi ternak sapi terbesar terdapat di Kotawaringin Barat, Seruyan, dan Pulau Pisang,

sementara untuk populasi babi terdapat di Kota Waringin Timur , Barito Selatan, dan Gunung

Mas.

Gambar 17

Populasi Ternak Unggas Provinsi Kalimantan Tengah (Ribu Ekor)

Sumber: BPS, 2014

Peternakan unggas di Provisi Kalimantan Tengah juga mengalami peningkatan dengan

hasil produksi yang terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah populasi ternak terbesar di

Kalimantan Tengah adalah ayam pedaging yaitu sebanyak 5,6 juta ekor pada tahun 2015,

meningkat sebesar 785 ribu ekor dari tahun sebelumnya (Gambar 17). Peningkatan jumlah

produksi dan populasi unggas didukung adanya pemberian bantuan bibit ternak, bantuan pakan

ternak, serta pengobatan ternak dari pemerintah. Kebutuhan pakan ternak di Kalimantan

Tengah sebagian besar masih didatangkan dari luar wilayah terutama didatangkan dari

Makassar dan Surabaya karena produksi bahan utama pembuat pakan ternak masih terbatas.

Tercapainya kondisi ketahanan dan kemandirian pangan di Provinsi Kalimantan Tengah

juga dipengaruhi adanya inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan usaha tani

tanaman pangan, usaha tani hortikultura, usaha peternakan, dan usaha perkebunan yang

mampu memberikan dampak bagi peningkatan produksi dan produktivitas petani dan

peternak. Pemerintah daerah mendorong peningkatan jumlah lahan pertanian dengan

memfungsikan kembali lahan sawah untuk ditanam padi, jagung, dan kedelai sesuai dengan

musimnya. Ketersediaan lahan di Kalimantan Tengah cukup luas untuk dimanfaatkan dalam

meningkatkan produksi tanaman pertanian dan kebutuhan pangan lainnya. Upaya perluasan

areal sawah sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan karena kebutuhan produksi

tanaman pangan khususnya padi terus meningkat sedangkan alih fungsi lahan cukup luas setiap

5,557.00

2,496.80

3,028.30 3,167.20

3,420.60

64.4 15.6 37.3 40.9 42.7

4,669.20 4,921.20

5,225.40

4,892.20

5,677.50

291.8 249.5 290.7 305.5 319.2

0.00

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

2010 2011 2012 2013 2014

Ayam Kampung Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik

Page 20: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~18~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

tahunnya. Untuk mendukung ketahanan pangan di Kalimantan Tengah diperlukan pembukaan

lahan pertanian dalam memenuhi target produksi tanaman pangan di tahun 2019 (Tabel 3).

Tabel 3

Sasaran Kedaulatan Pangan Provinsi Kalimantan Tengah

Desa

Mandiri

Benih

Cetak Sawah

(Ha)*

Target Produksi 2019 (ribu ton)

Padi Jagung Kedelai Daging Sapi

dan kerbau

30 101.750 969.188 10.075 7.034 5.913

*indikasi awal

Sumber: Perhitungan Bappenas, 2015

Dalam pemanfaatan dan pengolahan lahan sawah petani perlu mendapatkan pembinaan

dan didampingi secara intensif baik dalam pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen,

dan pasca panen oleh penyuluh pertanian dengan menerapkan inovasi teknologi spesifik lokasi.

Dinas pertanian perlu memantau penyaluran benih dan pupuk agar lahan sawah bisa

diusahakan secara berkelanjutan sehingga meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman

pangan. Petani juga perlu mendapatkan fasilitas berupa kemudahan dalam mengakses sarana

produksi, sumber permodalan, pengolahan hasil serta pemasaran untuk meningkatkan

pendapatan dan kesejahterannya.

Salah satu upaya dalam mendorong produksi dan produktivitas pangan adalah

tersedianya infrastruktur pertanian yang memadai. Pembangunan infrastruktur yang saat ini

diperlukan antara lain berupa perbaikan dan pembangunan infrastruktur pengairan, seperti

waduk dan saluran irigasi, serta pembangunan jalan yang menghubungkan sentra produksi

kepada konsumen akhir. Untuk mewujudkan ketersediaan infrastruktur tersebut, dukungan

dan koordinasi antara instansi yang membidangi pembangunan fisik serta pemerintah daerah

melalui dukungan kebijakan yang mempermudah implementasi pembangunan tersebut, mutlak

diperlukan. Selain pembangunan infrastruktur, peningkatan produksi dan produktivitas

pertanian juga memerlukan dukungan penyediaan teknologi dan sarana produksi, serta sumber

daya manusia yang baik.

2.2.2. Pengembangan Sektor Energi

Sumber daya energi Kalimantan Tengah yang melimpah berupa minyak bumi, batu bara,

gas bumi, panas bumi, tenaga air, dan tenaga matahari umumnya belum dapat dimanfaatkan

secara optimal karena pemanfaatan sumber energi tersebut memerlukan program konservasi,

diversifikasi, intensifikasi energi. Sebagian besar kebutuhan energi di Kalimantan Tengah baik

untuk sektor ekonomi maupun sebagai pembangkit tenaga listrik masih mengandalkan potensi

migas yang sebagian besar dimanfaatkan untuk memenuhi komoditas ekspor. Ketersediaan

energi yang berkesinambungan, handal, terjangkau dan ramah lingkungan merupakan hal yang

fundamental dalam membangun industri energi yang bisa mendukung perkembangan ekonomi

dan sosial suatu negara. Berdasarkan hal tersebut beberapa negara termasuk Indonesia telah

mulai memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti energi fosil yang

cadangannya mulai menipis. Tidak seperti negara-negara maju, pengembangan EBT di

Indonesia hingga saat ini masih belum dominan karena masih didominasi penggunaan bahan

bakar fosil.

Page 21: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~19~

Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang mengalami masalah

dengan penyediaan energi.Kebutuhan energi listrik di Kalimantan Selatan mencapai 170 MW

tetapi keadaan pembangkit-pembangkit listrik yang ada belum memadai untuk memenuhi

kebutuhan energi listrik tersebut. Ketidakmampuan ini disebabkan pembangkit-pembangkit

yang digunakan di Kalimantan Tengah kebanyakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

(PLTD) yang berdaya kecil dan telah menjalani proses operasi yang cukup lama sehingga tidak

bisa bekerja dengan baik lagi. Untuk mengatasi masalah energi listrik Kalimantan Timur

membangun PLTU batubara berdaya 2 x 60 MW di Kabupaten Pisau Kalimantan Tengah.

Pemanfaatan EBT sebagai sumber energi di Kalimantan Tengah adalah penggunaan pembangkit

tenaga surya untuk menjangkau desa-desa yang belum berlistrik dan berada di luar jangkauan

PLN .

Pemadaman listrik menjadi fenomena yang biasa terjadi di Kalimantan Tengah karena

kecilnya daya energi listrik yang dibangkitkan. Potensi sumber daya energi terbarukan di

Kalimantan Tengah yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik menggunakan sinar

matahari. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat harus diimbangi dengan ketersediaan

tenaga listrik karena meningkatnya permintaan tenaga listrik. Berbagai kendala dalam

pembangunan kelistrikan di Kalimantan Tengah adalah sebagian besar desa-desa di provinsi ini

belum terjangkau oleh jaringan listrik. Rasio elektrifikasi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun

2014 masih di bawah 100 persen yaitu sebesar 61, 38 persen lebih rendah dari rata-rata

nasional sebesar 81,70 persen (Gambar 18). Rasio elektrifikasi merupakan perbandingan

jumlah rumah tangga yang berlistrik dan jumlah keseluruhan rumah tangga (RUPTL PLN 2015-

2024). Rasio elektrifikasi ini menggambarkan tingkat ketersediaan energi listrik untuk

masyarakat. Saat ini masih ada sekitar 188.267 rumah tangga yang belum berlistrik dari

624.026 rumah tangga yang ada di Kalteng yang tersebar di 307 desa dari 1.567 desa di

Kalimantan Tengah yang lokasinya jauh di daerah pedalaman.

Gambar 18

Rasio Elektrifikasi (%) Tahun 2014

Tidak termasuk pelanggan non PLN

Sumber: Statistik PLN, 2014

61.38 81.70

0

20

40

60

80

100

120

Ace

h

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Jam

bi

Sum

ater

a Se

lata

n

Ben

gku

lu

Lam

pu

ng

Kep

Ban

gka

Bel

itu

ng

Kep

ula

uan

Ria

u

DK

I Ja

kar

ta T

ange

ran

g

Jaw

a B

arat

Jaw

a T

enga

h

D.I

Yo

gyak

arta

Jaw

a T

imu

r

Ban

ten

B A

L I

Nu

sa T

engg

ara

Bar

at

Nu

sa T

engg

ara

Tim

ur

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Ten

gah

Kal

iman

tan

Sel

atan

Kal

iman

tan

Tim

ur

dan

Uta

ra

Sula

wes

i U

tara

Sula

wes

i T

enga

h

Sula

wes

i Se

lata

n

Sula

wes

i T

engg

ara

Go

ron

talo

Sula

wes

i B

arat

Mal

uk

u

Mal

uk

u U

tara

Pap

ua

Bar

at

Pap

ua

Rasio Elektrifikasi Nasional

Page 22: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~20~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Pembangkit-pembangkit listrik yang dimiliki PT. PLN (Persero) cabang Kalimantan

Tengah sendiri semuanya berjenis PLTD dengan total daya mampu sebesar 60,72 MW.

Produksi listrik di Kalimantan Tengah periode 2010-2014 menunjukkan tend meningkat.

Produksi listrik terbesar terdapat di Palangka Raya, 26,25 persen dari total produksi 2014.

Jumlah pelanggan meningkat 8,48 persen di 2014 menjadi 437.552 pelanggan. Peningkatan

produksi listrik diikuti peningkatan jumlah PLTD sebesar 183,70 persen menjadi 383 unit PLTD

pada 2014. Pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan listrik dengan pemenuhan yang

terfokus di kabupaten dan daeran yang ketersediaan listrik yang masih terbatas. yang selama

ini relatif masih belum memperoleh pelayanan energi yang memadai dibandingkan daerah

lainnya. Pelayanan sistem jaringan kelistrikan merupakan salah satu program yang bertujuan

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Kalimantan Tengah. Rencana penyediaan

kebutuhan listrik selain untuk meningkatkan ketersediaan listrik, juga untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat membantu kegiatan sosial dan

pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah.

2.2.3. Pengembangan Sektor Kemaritiman dan Kelautan

Pembangunan ekonomi bidang maritim merupakan salah satu prioritas program kerja

pembangunan nasional. Untuk pengembangan sektor kemaritim dan kelautan, Kalimantan

Tengah memiliki potensi laut seluas 94.500 km2 dengan panjang garis pantai ± 750 km , serta

memiliki berbagai jenis ikan pelagis, udang, rajungan, dan lainnya. Pantai laut di selatan

Kalimantan Tengah merangkai 7 (tujuh) kabupaten; yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat,

Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten

Seruyan, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau, dengan panjang garis pantai ± 750

km. Sedangkan perairan umum dengan luas ± 2.29 juta Ha dengan potensi sumberdaya ikannya

yang cukup besar perlu pengelolaan dan pemanfaatan secara baik.

Untuk mendukung transportasi laut, terdapat 8 pelabuhan laut yang berfungsi untuk

bongkar muat barang dalam negeri, luar negeri dan pelayaran rakyat, yaitu pelabuhan laut

Pulang Pisang, Pegatan Mendawai, Sampit, Kuala Pembuang, Samuda, Sukamara, Pangkalan

Bun, dan Kumai. Aktivitas bongkar muat barang paling besar terdapat di 2 pelabuhan yaitu

pelabuhan laut Kumai dengan volume bongkar mencapai 1.726.439 ton dan muat sebesar

5.538.453 ton, dengan jumlah kunjungan kapal sebanyak 2.996, dan pelabuhan laut Sampit

dengan volume bongkar 1.964.080 ton dan muat barang sebesar 4.732.265 ton dengan

kunjungan kapal sebanyak 3.590 (Tabel 4). Jumlah kunjungan kapal dapat digunakan untuk

menganalisis aktivitas suatu pelabuhan karena data jumlah kunjungan kapal di suatu pelabuhan

menunjukkan tingkat kesibukan aktivitas pelabuhan. Semakin rendahnya aktivitas pelabuhan,

biaya logistik semakin tinggi sehingga biaya operasional kurang efisien. Transportasi laut bisa

mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis maritim dan menekan angka inflasi karena

disparitas harga antarwilayah makin rendah.

Tabel 4

Aktivitas Pelabuhan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2014

Pelabuhan Laut Kapal Barang

Kapal DWT/BRT Bongkar Muat 1. Pulang Pisau 560 530.060 670.919 351.058 2. Pegatan Mendawai 211 - 4.472 284.245

Page 23: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~21~

Pelabuhan Laut Kapal Barang

Kapal DWT/BRT Bongkar Muat 3. S a m p i t 3.590 5.553.841 1.964.080 4.732.265 4. Kuala Pembuang - - - - 5. Samuda 49 5.931 974 2.600 6. Sukamara 1.456 115.139 38.454 329.009 7. Pangkalan Bun 1.089 796.921 294.279 358.189 8. Kumai 2996 5.449.543 1.726.439 5.538.453

Jumlah 9951 12.451.435 4.699.617 11.595.819

Sumber: Statistik Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah, 2015

Luasnya wilayah perairan darat dan perairan laut di Kalimantan Tengah mendukung

untuk pengembangan perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Hasil

perikanan tangkap laut mendominasi produksi perikanan di Kalimantan Timur taun 2013

dengan produksi sebesar 66.312 ton (Gambar 19). Perikanan budidaya di Kalimantan Tengah

didominasi oleh budidaya keramba, diikuti budidaya kolam, dan budidaya tambak. Jumlah

Rumah Tangga Perikanan (RTP) Tangkap adalah sebanyak 21.770 RTP yang terdiri dari 5.340

RTP Perikanan Laut dan 16.430 RTP Perikanan Darat.

Gambar 19

Produksi Perikanan (ton) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013

Sumber: BPS, 2013

Tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan sektor perikanan di Kalimantan

Tengah antara lain belum terpadunya usaha penangkapan ikan, tambak ikan, serta budidaya

perikanan lainnya, dan penggunaan teknologi penangkapan dan pengolahan hasil ikan yang

belum memadai. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perekonomian berbasis

kelautan ini antara lain pemberian kredit mikro kepada nelayan, peningkatan kualitas produk

perikanan di pasar lokal dan untuk ekspor, dan pengembangan industri yang berasal dari

produk olahan ikan. Pengembangan sektor kelautan ini harus dilakukan secara konsisten dan

berkelanjutan agar memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

42%

23%

6%

14%

15%

Tangkap Laut Perairan Umum Budidaya Laut Tambak

Kolam Keramba Jaring Apung Sawah

Page 24: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~22~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

2.2.4. Pengembangan Sektor Pariwisata dan Industri

Sektor pariwisata dan industri merupakan salah satu komponen dalam pembangunan

ekonomi. Pembangunan pariwisata dan industri harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga

memberikan manfaat langsung untuk kesejahteraan masyarakat. Arah kebijakan dalam

pengembangan sektor pariwisata meliputi: pemasaran pariwisata nasional dengan

mendatangkan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara; pembangunan destinasi

pariwisata dengan meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di

dalam dan luar negeri; pembangunan industri pariwisata dengan meningkatkan partisipasi

usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing

produk dan jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus

pemasaran; dan pembangunan kelembagaan pariwisata dengan membangun sumberdaya

manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional. Arah kebijakan dalam

pengembangan sektor industri meliputi pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau

Jawa, penumbuhan populasi industri, serta peningkatan daya saing dan produktivitas.

Kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah

masih rendah dibandingkan dengan potensi pariwisata yang dimilikinya. Wisatawan asing

maupun domestik yang berkunjung ke Kalimantan Tengah belum begitu besar. Jumlah

wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di Kalimantan Tengah meningkat setiap

tahunnya walaupun peningkatan jumlah kunjungan tersebut dianggap tidak signifikan. Hal ini

juga terlihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel dan akomodasi lainnya di Provinsi

Kalimantan Tengah dibandingkan Indonesia secara keseluruhan Tahun 2010-2014 (Gambar 20).

Jumlah tamu asing pada hotel dan akomodasi lain di Kalimantan Tengah tahun 2014 sebanyak

924.146 orang, menurun dari dibandingkan tahun 2013 sebanyak 2.168.466 orang. Salah satu

kendala dalam pengembangan pariwisata di Kalimantan Tengah adalah keterbatasan dana dan

kurangnya kerjasama pemerintah dengan masyarakat lokal untuk mengelola pariwisata

Gambar 20

Jumlah Tamu yang Menginap Tahun 2010-2014

Sumber: BPS, 2014

457 1,924 1,705 30,478 3,941

581,147 758,976 709,689

2,137,988

920,205

-

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

90,000,000

100,000,000

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Tamu Asing (Provinsi) Jumlah Tamu Indonesia (Provinsi)

Jumlah Tamu Asing (Nasional) Jumlah Tamu Indonesia (Nasional)

Page 25: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~23~

Kalimantan Tengah memiliki potensi pariwisata yang potensial untuk dikembangkan,

terutama wisata alam, antara lain kawasan cagar alam (Bukit Raya dan kelompok Hutan

Monumental di Kabupaten Kotawaringin Timur, Bukit Sapat Hawung di Kabupaten Barito

Utara serta Marang di Kotamadya Palangka Raya), suaka alam darat dan Taut di Kabupaten

Kotawaringin Barat, Taman Nasional Tanjung Puting di Kabupaten Kotawaringin Barat, air

terjun Malau Besar di Kabupaten Barito Utara serta taman wisata (Air Terjun Poaras di

Kabupaten Barito Utara, Tangkiling di Kotamadya Palangka Raya), Pantai Kubu dan Tanjung

Keluang di Kabupaten Kotawaringin Barat, serta Ujung Pandaran di Kabupaten Kotawaringin

Timur. Sektor pariwisata mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan

lapangan kerja dan menjadi multiplier effect untuk pengembangan sektor perekonomian yang

lain. Objek wisata yang dimiliki Kalimantan Tengah belum ditata dengan baik menjadi daya

tarik wisata unggulan, padahal potensinya sangat besar karena alam yang dimiliki masih asli

dan memiliki budaya khas dan unik Kalimantan Tengah.

Untuk sektor industri, salah satu tantangan yang dihadapi industri nasional saat ini

adalah daya saing yang rendah di pasar internasional. Faktor yang menyebabkan rendahnya

daya saing tersebut antara lain adanya peningkatan biaya energi, tingginya biaya ekonomi, serta

belum memadainya layanan birokrasi. Tantangan lain yang dihadapi adalah masih lemahnya

keterkaitan antar industri (industri hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri

kecil dan menengah), adanya keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen di

dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi

antardaerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditas tertentu.

Tabel 5

Jumlah Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Tahun 2014

Kabupaten/ Kota

Jumlah Unit

Usaha

Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Nilai Investasi (000 Rp)

Nilai Produksi (000 Rp.)

Kotawaringin Barat 536 1.643 74.591.109 112.119.149 KotawaringinTimur 195 1.117 6.489.329 33.228.366 Kapuas 310 1.512 27.499.500 50.096.350 Barito Selatan 143 254 2.461.540 8.070.000 Barito Utara 379 1.530 8.928.558 20.748.640 Sukamara 446 1.063 3.118.970 54.905.442 Lamandau 157 554 13.202.050 11.016.652 Seruyan 366 1.116 5.760.400 69.919.300 Katingan 537 2.343 18.691.950 36.302.250 Pulang Pisau 121 442 374.870 2.090.238 Gunung Mas 91 205 4.300.382 4.031.205 Barito Timur 161 523 22.798.758 46.752.589 Murung Raya 217 479 4.531.075 13.426.647 Palangka Raya 1.019 3.399 44.916.042 90.078.907 Jumlah 4.678 16.180 237.664.533 552.785.735

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah, 2014

Jumlah industri kecil menengah tahun 2014 mencapai 4.678 industi dengan menyerap

tenaga kerja sebanyak 16.180 orang, serapan tenaga kerja terbesar di Kota Palangka Raya 3.399

orang dan Kabupaten Katingan sebanyak 2.343 orang (Tabel 5). Sementara untuk industri

besar terdapat 8 jenis industri besar dengan total serapan tenaga kerja lebih besar dari

Page 26: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~24~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

industri kecil menengah yaitu sebanyak 25.542 orang, serapan tenaga kerja terbesar yaitu

industri makanan meyerap tenaga kerja sebanyak 21.751 orang, dan industri kayu, barang dari

kayu dan gabus menyerap tenaga kerja sebanyak 2,223 orang (Gambar 21). Industri

manufaktur tersebar di beberapa kabupaten antara lain Kabupaten Kotawaringin Barat,

Kotawaringin Timur, Kapuas, dan Barito Selatan. Untuk meningkatkan perekonomian sektor

industri diperlukan upaya dan peran pemerintah untuk melakukan pembinaan, pelatihan dan

ketrampilan berwirausaha perlu diberikan kepada masyarakat/kelompok masyarakat atau

UMKM supaya , dan industri-industri di wilayah ini untuk meningkatkan daya saing dan

kemandirian masyarakat dalam pengembangan usaha.

Gambar 21

Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar di Kalimantan Tengah Tahun 2014

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, 2015

2.3. ANALISIS PEMERATAAN DAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

2.3.1. Pusat Pertumbuhan Wilayah

Pusat pertumbuhan wilayah banyak ditentukan berdasarkan potensi yang dimilikinya.

Peningkatan infrastruktur dan ketersediaan sarana mampu mendukung percepatan

pembangunan. Ketersediaan infrastruktur yang lengkap di suatu wilayah juga bisa digunakan

sebagai dasar dalam penetapan pusat pertumbuhan, karena hierarki suatu kota yang besar

akan mempercepat wilayah lain untuk berkembang. Hierarki kota dapat menentukan jenjang

pelayanan terkait dengan pusat pelayanan di kota.

2.3.1.1. Kawasan Ekonomi Khusus

Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas

investasi, ekspor, dan perdagangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

Salah satu syarat pengembangan KEK adalah ketersediaan investor yang akan menggerakkan

investasi di wilayah tersebut. KEK bertujuan untuk mempercepat pembangunan dan

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

0

10

20

30

40

50

60

Banyaknya Perusahaan Banyaknya Tenaga Kerja

Page 27: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~25~

mengurangi kesenjangan dalam masyarakat melalui hadirnya aktivitas ekonomi yang

memberikan nilai tambah. Terbentuknya KEK diharapkan semakin membangun daya saing

wilayah dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Saat ini Provinsi Kalimantan Tengah belum memiliki KEK, dan pada RKP 2016

belum ada daerah di Kalimantan Tengah yang akan dikembangkan menjadi KEK. KEK bertujuan

untuk mempercepat pembangunan dan mengurangi kesenjangan dalam masyarakat melalui

hadirnya aktivitas ekonomi yang memberikan nilai tambah. Terbentuknya KEK diharapkan

semakin membangun daya saing wilayah dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.3.1.2. Kawasan Industri

Arah pengembangan KI di luar Pulau Jawa diharapkan dapat menciptakan pemerataan

pembangunan ekonomi dan meningkatkan efisiensi sistem logistik dan KI sebagai pergerakan

utama pusat-pusat pertumbuhan baru. Provinsi Kalimantan Tengah belum memiliki kawasan

industri yang akan dikembangkan. Sektor industri Kalimantan Tengah saat ini didominasi oleh

industri manufaktur yang juga memiliki peran penting dalam peningkatan nilai tambah kegiatan

ekonomi di Kalimantan Tengah.

2.3.2. Kesenjangan intra wilayah

Tingkat kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah

yang ditunjukan dengan nilai indeks wiliamson dari tahun 2009-2013 relatif rendah dan berada

jauh dibawah rata-rata nasional (Gambar 22). Penyebab kesenjangan ekonomi dan sosial di

Provinsi Kalimantan Tengah antara lain masih terbatasnya jangkauan sarana dan prasarana

bagi masyarakat. Kondisi di atas menghadapkan Kalimantan Tengah pada tantangan untuk

meningkatkan, memeratakan, dan memperluas jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan,

pendidikan, dan pelayanan sosial lainnya, serta jangkauan informasi sampai ke seluruh pelosok

daerah.

Gambar 22

Perkembangan Kesenjangan Ekonomi (Indeks Williamson) 2009-2013

Sumber: BPS, 2013 (diolah)

0.18 0.18 0.18 0.18 0.18

0.78 0.78 0.80 0.80 0.78

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

2009 2010 2011 2012 2013

Kalimantan Tengah

Nasional

Page 28: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~26~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Kesenjangan ekonomi antarkota dan kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah cukup

tinggi, terlihat dari besarnya gap antara kabupaten atau kota dengan PDRB perkapita tertinggi

dan PDRB perkapita terendah (Tabel 6). Pendapatan perkapita di Provinsi Kalimantan Tengah

relatif sama dengan pendapatan perkapita kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah.

Wilayah Kalimantan Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih rendah daripada

wilayah lain di Indonesia dengan konsentrasi penduduk tersebar di perdesaan dan pedalaman.

Besarnya pendapatan perkapita kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah memiliki besaran

yang hampir sama karena kesamaan struktur perekonomian di wilayah ini, yaitu pada sektor

pertanian.

Tabel 6

Perkembangan Nilai PDRB Perkapita ADHB dengan Migas Kabupaten/Kota

di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008-2013 (000/jiwa)

Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kotawaringin Barat 16.390 17.612 19.036 20.984 23.174 25.937

Kotawaringin Timur 16.545 18.577 21.184 23.963 26.605 29.590

Kapuas 11.693 13.191 14.931 16.716 18.698 20.983

Barito Selatan 14.221 15.713 17.825 19.967 22.223 24.799

Barito Utara 15.545 17.180 19.311 21.873 24.071 26.576

Sukamara 20.640 21.220 23.174 25.076 26.942 28.985

Lamandau 14.460 15.190 17.058 18.832 20.783 22.900

Seruyan 14.969 15.701 17.584 19.094 20.291 21.787

Katingan 15.178 16.348 18.133 20.284 22.651 25.313

Pulang Pisau 8.639 9.489 10.752 12.084 13.728 15.599

Gunung Mas 11.015 11.618 13.096 14.608 15.958 17.504

Barito Timur 12.418 13.496 15.021 16.588 17.784 19.219

Murung Raya 17.147 19.126 21.576 24.607 26.476 28.391

Kota Palangka Raya 13.344 14.368 16.280 18.085 19.996 22.400

Kalimantan Tengah 15.307 17.021 19.169 21.558 23.987 26.634

Sumber: BPS, 2013

3. ISU STRATEGIS WILAYAH

Isu strategis merupakan permasalahan pembangunan yang memiliki kriteria yaitu: (i)

berdampak besar bagi pencapaian sasaran pembangunan nasional; (ii) merupakan akar

permasalahan pembangunan di daerah; dan (iii) mengakibatkan dampak buruk berantai pada

pencapaian sasaran pembangunan yang lain jika tidak segera diperbaiki. Berdasarkan

gambaran kinerja pembangunan wilayah, analisis pembangunan, serta identifikasi

permasalahan yang telah dilakukan, maka isu-isu strategis Provinsi Kalimantan Tengah adalah

sebagai berikut:

1. Tingginya Ketergantungan pada Sektor Primer (Pertanian)

Pembangunan ekonomi Kalimantan Tengah sebagian besar masih tergantung kepada

sektor primer (pertanian dan pertambangan), dan sektor industri pengolahan berbasis

sumberdaya alam lokal. Peranan sektor pertanian (23,50%) sangat ditunjang oleh ketersediaan

sumberdaya alam pertanian khususnya perkebunan. Sementara untuk industri pengolahan

Page 29: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~27~

yang dikembangkan adalah pengolahan berbasis pada sumberdaya alam pertanian. Kendala

dalam pengembangan usaha industri masih rendahnya kualitas sumberdaya manusi dalam

penguasaan teknologi pengolahan secara modern, dan sebagian besar tenaga kerja dengan

pendidikan rendah (tamat SD). Strukur perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2014

didominasi oleh kontribusi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor

industri pengolahan (Tabel 7).

Tabel 7

Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014

Lapangan Usaha Distribusi Persentase (%)

ADHK ADHB

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21,76 23,50

2. Pertambangan dan Penggalian 16,90 13,15

3. Industri Pengolahan 15,25 16,10

4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,06 0,04

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0,09 0,09

6. Konstruksi 8,40 8,35

7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 10,82 11,35

8. Transportasi dan Pergudangan 5,72 6,03

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,65 1,76

10. Informasi dan Komunikasi 1,21 1,03

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,33 3,35

12. Real Estat 2,00 2,01

13. Jasa Perusahaan 0,04 0,04 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,79 5,99

15. Jasa Pendidikan 4,32 4,45

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,71 1,76

17. Jasa lainnya 0,95 0,99 Sumber: BPS, 2014

Apabila ditelusuri lebih lanjut berdasarkan analisis sektor basis, sektor pertanian,

pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, dan limbah, sektor

transportasi dan pergudangan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan

sosial wajib, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan sektor-sektor tradable

(dapat diperdagangkan antardaerah), dengan nilai location quotient lebih besar dari satu

(LQ>1). Hal ini menunjukkan Provinsi Kalimantan Tengah memiliki proportional share lebih

besar dari rata-rata daerah lain untuk sektor-sektor tersebut (Tabel 8).

Tabel 8

Nilai LQ Sektor Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,75 1,70 1,67 1,63 1,66

2. Pertambangan dan Penggalian 1,43 1,61 1,72 1,91 1,85

3. Industri Pengolahan 0,64 0,61 0,61 0,62 0,65

Page 30: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~28~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,18 0,19 0,21 0,21 0,23

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 1,01 1,02 1,03 1,03 1,03

6. Konstruksi 0,92 0,90 0,89 0,84 0,86

7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,82 0,80 0,79 0,77 0,78

8. Transportasi dan Pergudangan 1,70 1,61 1,55 1,61 1,51

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,54 0,54 0,56 0,55 0,55

10. Informasi dan Komunikasi 0,28 0,27 0,27 0,26 0,26

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,74 0,89 0,92 0,90 0,90

12. Real Estat 0,66 0,68 0,68 0,67 0,67

13. Jasa Perusahaan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,50 1,51 1,56 1,62 1,67

15. Jasa Pendidikan 1,42 1,40 1,40 1,35 1,36

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,70 1,70 1,70 1,63 1,61

17. Jasa lainnya 0,35 0,34 0,34 0,33 0,34 Nilai LQ dihitung menggunakan PDRB ADHK Tahun 2010

Sumber: BPS, 2014(diolah)

Sektor pertanian perlu dikembangkan untuk mendukung kedaulatan pangan sesuai

dengan agenda prioritas pembangunan nasional. Upaya mencapai kedaulatan pangan dilakukan

dengan meningkatkan produksi pertanian sekaligus menggerakkan usaha industri pengolahan

hasil-hasil pertanian. Ada dua alasan yang mendukung hal tersebut. Pertama, sektor pertanian

primer memiliki elastisitas permintaan yang rendah terhadap pendapatan. Hal ini ditunjukkan

dengan relatif bertahannya kinerja pertumbuhan sektor pertanian di masa krisis, namun ketika

situasi ekonomi membaik dan pendapatan masyarakat meningkat permintaan terhadap

komoditas pertanian tidak meningkat dengan proporsi yang sama. Berbeda halnya dengan

permintaan terhadap produk manufaktur, yang sangat elastis terhadap peningkatan

pendapatan. Kedua, sektor industri pengolahan non migas sangat potensial dalam menciptakan

nilai tambah, mendorong perkembangan sektor-sektor lain dan menciptakan lapangan kerja.

Perkembangan tenaga kerja selama periode 2011-2015, perubahan orang bekerja

menunjukkan jumlah tenaga kerja tahun 2015 menunjukan peningkatan untuk seluruh sektor,

kecuali tenaga kerja di sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 71.910 orang (Tabel 9).

Ke depan, sektor industri pengolahan non migas masih perlu berkembang lagi sehingga mampu

menyerap angkatan kerja baru dan menyerap tenaga kerja yang menumpuk di sektor pertanian

dan jasa-jasa dengan yang kurang produktif.

Tabel 9

Perubahan Jumlah Orang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan 2011-2015

No. Lapangan Pekerjaan 2011 2015 (Feb) Perubahan

1 Pertanian 605.379 533.469 -71.910

2 Pertambangan 60.463 111.778 51.315

3 Industri Pengolahan 31.277 49.323 18.046

4 Listrik, Gas, Air 3.712 7.392 3.680

5 Bangunan 52.107 73.085 20.978

6 Perdagangan, Hotel, Restoran 178.791 211.232 32.441

7 Angkutan & Telekomunikasi 29.409 41.885 12.476

Page 31: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~29~

No. Lapangan Pekerjaan 2011 2015 (Feb) Perubahan

8 Keuangan 14.373 15.698 1.325

9 Jasa-Jasa 151.241 203.762 52.521

Total 1.126.752 1.247.624 120.872 Sumber: BPS, 2014

2. Kurangnya Sumber Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan

Dari sisi pengeluaran (penggunaan) pendorong utama pertumbuhan ekonomi selama

2007-2014 adalah pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan PMTB., sementara

untuk ekspor relatif kecil (Tabel 10). investasi (PMTB) yang sangat penting bagi pertumbuhan

daerah kontribusinya berada di atas ketiga sektor tersebut. Investasi berperan meningkatkan

stok kapital di daerah yang digunakan untuk berproduksi. Tingkat investasi yang rendah akan

diikuti oleh terbatasnya kemampuan daerah untuk memacu peningkatan produksi.

Tabel 10

PDRB Menurut Penggunaan 2014

Penggunaan

Kontribusi (%)

ADHK 2010 ADHB

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 41,23 42,47

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,30 1,32

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerlntah 14,64 15,06

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 43,24 45,19

5. Perubahan Inventori 1,36 1,40

6. Ekspor Luar Negeri 19,85 17,99

7. Impor Luar Negeri 1,12 1,26

8. Net Ekspor Antar Daerah -20,50 -22,16

Total 100,00 100,00 Sumber : BPS, 2014

Sejalan dengan kebijakan percepatan pembangunan di Kalimantan Tengah, kegiatan

investasi perlu ditingkatkan dengan mengembangkan potensi wilayah, meliputi sumber daya

alam dengan kandungan minyak dan gas, kandungan mineral logam, sumber daya hutan dan

perairan, pengembangan pertanian dan agribisnis, serta potensi pariwisata yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Mengingat pentingnya investasi bagi pertumbuhan ekonomi daerah, hal yang perlu

diperhatikan adalah kelembagaan yang ramah dunia usaha. Pencapaian nilai tambah pada

komponen investasi diantaranya dipengaruhi oleh pembenahan sarana infrastruktur,

pengurusan perizinan usaha, kepastian hukum dan kondisi keamanan suatu daerah.

3. Rendahnya Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur Wilayah Pembangunan infrastruktur yang baik akan menjamin efisiensi, memperlancar

pergerakan barang dan jasa, dan meningkatkan nilai tambah perekonomian. Ketersediaan

infrastruktur merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas daerah. Keberadaan

infrastruktur seperti jalan raya dan jembatan akan mampu membuka akses bagi masyarakat

dalam melaksanakan aktivitas ekonomi. Provinsi Kalimantan Tengah dilayani oleh jaringan

jalan sepanjang 15.253 km, dengan kepadatan penduduk rendah. Pembangunan ekonomi

Page 32: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~30~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

membutuhkan dukungan sarana transportasi dan ketersediaan jaringan listrik yang memadai.

Kerapatan jalan yang menunjukkan rasio panjang jalan terhadap luas wilayah di Provinsi

Kalimantan Tengah berada di urutan 3 terendah secara nasional (Tabel 11).

Tabel 11

Kerapatan Jalan dan PDRB Per Kapita Provinsi Tahun 2014

No. Provinsi PDRB Per Kapita

( Ribu Rp)

Kerapatan

Jalan

1 DKI Jakarta 136.407,58 1068,36

2 D.I Yogyakarta 21.873,72 136,19

3 Bali 29.666,48 133,20

4 Jawa Tengah 22.858,32 90,56

5 Jawa Timur 32.703,80 89,03

6 Banten 29.961,85 70,84

7 Sulawesi Selatan 27.760,65 69,98

8 Jawa Barat 24.961,05 69,55

9 Kepulauan Riau 76.753,11 60,40

10 Lampung 23.648,76 56,85

11 Sumatera Barat 25.963,24 54,57

12 Sumatera Utara 30.482,59 50,41

13 Sulawesi Utara 27.804,68 49,14

14 Nusa Tenggara Barat 15.351,54 43,52

15 Bengkulu 19.631,40 43,06

16 Gorontalo 18.627,37 42,76

17 Nusa Tenggara Timur 10.742,42 42,10

18 Sulawesi Barat 19.211,14 41,93

19 Aceh 23.199,49 39,86

20 Sulawesi Tenggara 27.898,88 31,32

21 Sulawesi Tengah 25.316,32 30,38

22 Kalimantan Selatan 27.230,80 30,16

23 Kep Bangka Belitung 32.868,70 29,62

24 Riau 72.331,01 28,27

25 Jambi 36.088,33 26,65

26 Maluku Utara 16.872,31 19,39

27 Sumatera Selatan 30.627,55 18,71

28 Maluku 14.230,08 16,61

29 Kalimantan Timur 123.985,45 12,13

30 Kalimantan Barat 22.707,79 10,42

31 Kalimantan Tengah 30.220,97 9,93

32 Papua Barat 59.156,84 8,40

33 Papua 38.891,99 5,26

Sumber: BPS (2014)

Berdasarkan asumsi terdapat korelasi antara tingkat kerapatan jalan dan tingkat

pendapatan perkapita dalam suatu perekonomian, dengan menggunakan data 33 provinsi

terlihat hubungan positif antara PDRB per kapita dan tingkat kerapatan jalan (Gambar 23).

Page 33: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~31~

Semakin tinggi pendapatan per kapita wilayah kerapatan jalannya cenderung tinggi pula.

Provinsi-provinsi yang posisinya di bawah kurva linier tersebut berarti mengalami defisiensi

infrastruktur jalan. Dengan menggunakan ukuran ini terlihat bahwa posisi Kalimantan Tengah

relatif tidak lebih baik dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Dengan pendapatan perkapita

tinggi, posisi Kalimantan Tengah masih mengalami defisiensi infrastruktur jalan.

Gambar 23

Hubungan antara Kerapatan Jalan dan PDRB Per Kapita Tahun 2014

Sumber: BPS (2014) - diolah

Secara kualitas, kondisi jalan di Provinsi Kalimantan Tengah belum cukup baik dan

berada jauh dibawah rata-rata nasional. Jalan negara yang berada dalam kondisi baik besarnya

58,83 persen, sedangkan jalan provinsi sebesar 53,35 persen. Berdasarkan jenis permukaannya,

persentase jalan belum beraspal di Provinsi Kalimantan Tengah masih besar, yaitu sebesar

66,15 persen. Kondisi jalan yang buruk akan meningkatkan waktu tempuh perjalanan dan

membengkakkan biaya distribusi barang antar daerah, yang pada gilirannya menghambat

perekonomian daerah. Dengan adanya perbedaan kapasitas fiskal antardaerah, hal ini menjadi

tantangan tersendiri bagi upaya peningkatan integrasi jaringan jalan antarwilayah.

Infrastruktur lain yang mendorong produktivitas daerah adalah jaringan listrik.

Konsumsi listrik di Kalimantan Tengah termasuk rendah dan kurang dari rata-rata tingkat

konsumsi listrik nasional sebesar 397,6 kWh (Gambar 24). Untuk mengukur defisiensi terhadap

infrastruktur kelistrikan digunakan cara yang sama, yaitu dengan melihat korelasi antara

pendapatan perkapita dan konsumsi listrik perkapita terlihat hubungan yang positif antara PDB

per kapita dengan tingkat konsumsi listrik (Gambar 25). Wilayah yang memiliki posisi di bawah

kurva linier mengalami defisiensi infrastruktur listrik.

y = 0.2139x - 0.008 R² = 0.0149

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

6.80 7.00 7.20 7.40 7.60 7.80 8.00 8.20

Lo

g K

era

pa

tan

Ja

lan

Log PDRB per kapita

Kalimantan Tengah

Page 34: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~32~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Gambar 24

Konsumsi Listrik per Kapita (KWh) Tahun 2014

Sumber: Statistik PLN, 2014

Gambar 25

Hubungan Konsumsi Listrik dan Pendapatan Tahun 2014

Sumber: BPS (2014), Statistik PLN (2014) - diolah

Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu perekonomian, konsumsi listriknya

cenderung semakin tinggi pula. Posisi Kalimantan Tengah berada di bawah kurva linier,

menunjukkan konsumsi listrik Kalimantan Tengah jauh lebih rendah dari di provinsi lain yang

memiliki pendapatan perkapita sama. Dengan demikian, ketersediaan jaringan listrik

merupakan salah satu masalah di Kalimantan Tengah.

397.60 787.60

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000A

ceh

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Jam

bi

Sum

ater

a Se

lata

n

Ben

gku

lu

Lam

pu

ng

Kep

Ban

gka

Bel

itu

ng

Kep

ula

uan

Ria

u

DK

I Ja

kar

ta T

ange

ran

g

Jaw

a B

arat

Jaw

a T

enga

h

D.I

Yo

gyak

arta

Jaw

a T

imu

r

Ban

ten

B A

L I

Nu

sa T

engg

ara

Bar

at

Nu

sa T

engg

ara

Tim

ur

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Ten

gah

Kal

iman

tan

Sel

atan

Kal

iman

tan

Tim

ur

dan

Sula

wes

i Uta

ra

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Go

ron

talo

Sula

wes

i Bar

at

Mal

uk

u

Mal

uk

u U

tara

Pap

ua

Bar

at

Pap

ua

Konsumsi Listrik Rata-Rata Nasional

y = 0.648x - 2.1557 R² = 0.3755

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

6.80 7.00 7.20 7.40 7.60 7.80 8.00 8.20

Kalimantan Tengah

Page 35: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~33~

4. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia

Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia di suatu daerah, semakin produktif

angkatan kerja, dan semakin tinggi peluang melahirkan inovasi yang menjadi kunci

pertumbuhan secara berkelanjutan. Kualitas sumber daya manusia di Kalimantan Tengah yang

ditunjukkan melalui nilai IPM relatif meningkat tahun 2014 dibandingkan tahun 2010 namun

masih jauh di bawah IPM nasional sebesar 67,77 (Gambar 26). Nilai IPM ini sudah menerapkan

metode baru yang lebih merepresentasikan kondisi saat ini. Nilai IPM di Kalimantan Tengah ini

juga selalu lebih rendah daripada Kalimantan Timur, dan lebih tinggi dari Kalimantan Barat dan

Kalimantan Selatan. Pengukuran keberhasilan pembangunan bukan hanya ditandai oleh

tingginya pertumbuhan ekonomi tetapi juga mencakup kualitas manusianya. Konsep

pengukuran keberhasilan pembangunan harus berorientasi pada manusia dan masyarakat,

yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi mampu dirasakan seluruh lapisan masyarakat dan

meningkatkan kualitas manusia.

Gambar 26

Nilai IPM Provinsi di Indonesia Tahun 2010 dan 2014

Nilai IPM menggunakan metode baru

Sumber: BPS, 2014

Apabila dilihat dari struktur angkatan kerja berdasarkan pendidikan tertinggi yang

ditamatkan, proporsi angkatan kerja di Kalimantan Tengah dengan ijasah minimal SMA

meningkat dari 29,30 persen pada tahun 2012 menjadi 35,83 persen pada tahun 2015 (Tabel

12). Angkatan kerja dengan pendidikan SD menurun sebanyak 24.176 orang pada tahun 2015,

hal ini menunjukan adanya peningkatan kualitas pendidikan angkatan kerja di Kalimantan

Tengah selama 2012-2015, namun tamatan SD dan SMP masih mendominasi angkatan kerja di

Kalimantan Tengah. Perbaikan kualitas angkatan kerja merupakan modal berharga untuk

mendukung industrialiasi berbasis sumber daya alam setempat.

67.77

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Ace

h

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Jam

bi

Sum

ater

a Se

lata

n

Ben

gku

lu

Lam

pu

ng

Kep

Ban

gka

Bel

itu

ng

Kep

ula

uan

Ria

u

DK

I Ja

kar

ta

Jaw

a B

arat

Jaw

a T

enga

h

D.I

Yo

gyak

arta

Jaw

a T

imu

r

Ban

ten

B A

L I

Nu

sa T

engg

ara

Bar

at

Nu

sa T

engg

ara

Tim

ur

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Ten

gah

Kal

iman

tan

Sel

atan

Kal

iman

tan

Tim

ur

Kal

iman

tan

Uta

ra

Sula

wes

i U

tara

Sula

wes

i T

enga

h

Sula

wes

i Se

lata

n

Sula

wes

i T

engg

ara

Go

ron

talo

Sula

wes

i B

arat

Mal

uk

u

Mal

uk

u U

tara

Pap

ua

Bar

at

Pap

ua

2010 2014 Nasional

Page 36: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~34~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Tabel 12

Angkatan Kerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan

No. Pendidikan yang ditamatkan 2012 2015 perubahan

1 ≤ SD 594.191 570.015 - 24.176

2 SMTP 224.502 256.553 32.051

3 SMTA 229.514 330.657 101.143

4 Diploma I/II/III/Akademi 34.653 36.593 1.940

5 Universitas 75.128 94.245 19.117

Jumlah 1.157.988 1.288.063 130.075

Sumber: BPS, 2015

5. Terbatasnya Mobilitas Tabungan Masyarakat

Salah satu sumber pendanaan investasi dan usaha ekonomi masyarakat adalah

tabungan masyarakat. Melalui fungsi intermediasi perbankan, tabungan masyarakat akan

berkembang apabila dikonversi menjadi investasi di sektor-sektor produktif. Imbal hasil dari

investasi ini sebagian akan dikonsumsi dan sebagian akan ditabung oleh masyarakat. Demikian

seterusnya sehingga terjadi perputaran dan pertumbuhan ekonomi. Rasio pinjaman terhadap

simpanan di Kalimantan Tengah nilainya lebih besar dari satu, menunjukkan terbatasnya

potensi simpanan masyarakat atau keterbatasan tabungan sebagai sumber modal masyarakat.

Rasio tersebut berada di atas rata-rata nasional sebesar 0,92 (Tabel 13).

Tabel 13

Rasio Simpanan dan Pinjaman di Bank Umum dan BPR Tahun 2014

Wilayah Posisi Pinjaman di Bank Umum dan BPR (Milyar Rp)

Posisi Simpanan di bank Umum

dan BPR (Milyar Rp)

Rasio Pinjaman terhadap Simpanan

Rasio PMTB

terhadap Simpanan

Kalimantan Tengah 33.959,75 16.827,62 2,02 2,41

Nasional 3.707.916,34 4.013.816,57 0,92 0,85

Sumber: Bank Indonesia, 2014

Rasio PMTB terhadap simpanan di Kalimantan Tengah nilainya lebih dari satu,

menunjukkan investasi fisik di daerah mulai banyak dikembangkan. Percepatan pembangunan

di Kalimantan Tengah didukung oleh banyaknya infrastruktur fisik dibangun pemerintah

maupun sektor swasta. PMTB biasa disebut investasi fisik karena dihitung dari penanaman

modal yang benar-benar menghasilkan nilai tambah dan bukan dihitung dari realisasi

penanaman modal yang tercatat pada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

6. Rendahnya Kualitas Belanja Daerah

Investasi pemerintah yang umumnya merupakan pembangunan dan pemeliharaan

prasarana publik yang bersifat non excludable dan atau non rivalry memiliki peran yang tidak

tergantikan dibandingkan dengan peran swasta. Peran pemerintah semakin penting di daerah-

daerah relatif tertinggal, di mana tingkat investasi swasta masih rendah. Pada daerah-daerah ini

investasi pemerintah diharapkan dapat meningkatkan daya tarik daerah melalui pembangunan

infrastruktur wilayah seperti jalan, listrik, irigasi, dan prasarana transportasi lainnya, serta

Page 37: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~35~

peningkatan sumberdaya manusia (SDM). Tanpa itu, sulit diharapkan dunia usaha daerah dapat

berkembang.

Komitmen pemerintah daerah dalam memprioritaskan investasi publik dapat

ditunjukkan melalui rasio belanja modal pemerintah daerah terhadap total belanja pemerintah

kabupaten/kota dan provinsi di Kalimantan Tengah. Rasio belanja modal di Kalimantan Tengah

pada tahun 2014 sebesar 23,24 persen, dan rasio belanja pegawai sebesar 15,16 persen

(Gambar 27). Kondisi ini belum cukup memacu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat,

khususnya dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan peningkatan kualitas SDM. Pemerintah

perlu melakukan upaya pengembangan program penanggulangan kemiskinan dan peningkatan

SDM secara tepat dan berkelanjutan, dengan alokasi alokasi anggaran yang memadai.

Gambar 27

Komposisi Belanja Pemerintah Daerah 2014

Sumber: BPS, 2013

Beberapa hal yang menyebabkan tidak tercapainya indikator kinerja tercapainya

realisasi keuangan di Kalimantan Tengah adalah karena belum terlaksananya sistem

pengendalian internal pemerintah di lingkungan SKPD, adanya pemekaran wilayah yang belum

masuk dalam rencana pembiayaan, dan beberapa faktor alam yang menghambat pelaksanaan

program kegiatan. Proporsi dana otonomi khusus wilayah Kalimantan Tengah dialokasikan

untuk berbagai belanja pembangunan yang telah diprogramkan oleh pemerintah daerah,

mencakup pembangunan infrastruktur, pembangunan sektoral, belanja modal dan belanja rutin

dalam memacu pembangunan di wilayah Kalimantan Tengah dan berdampak nyata terhadap

kebutuhan pembangunan di wilayah Kalimantan Tengah.

4. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Penanganan isu-isu di atas diperkirakan dapat meningkatkan kinerja perekonomian

daerah secara keseluruhan. Salah satu agenda prioritas pembangunan adalah mewujudkan

kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik. Oleh karena

itu disarankan beberapa kebijakan operasional sebagai berikut:

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Ace

h

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Jam

bi

Sum

ater

a Se

lata

n

Ben

gku

lu

Lam

pu

ng

Kep

Ban

gka

Bel

itu

ng

Kep

ula

uan

Ria

u

DK

I Ja

kar

ta

Jaw

a B

arat

Jaw

a T

enga

h

D.I

Yo

gyak

arta

Jaw

a T

imu

r

Ban

ten

Bal

i

Nu

sa T

engg

ara

Bar

at

Nu

sa T

engg

ara

Tim

ur

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Ten

gah

Kal

iman

tan

Sel

atan

Kal

iman

tan

Tim

ur

Sula

wes

i Uta

ra

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Go

ron

talo

Sula

wes

i Bar

at

Mal

uk

u

Mal

uk

u U

tara

Pap

ua

Bar

at

Pap

ua

Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Belanja Pegawai Belanja Lain-lain

Page 38: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~36~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015

a. Pemberdayaan usaha kecil, menengah, dan koperasi khususnya dalam hal akses

permodalan dan penguasaan teknologi tepat guna;

b. Pemberdayaan petani dan nelayan khususnya dalam hal perbaikan akses faktor

produksi (pupuk, benih, pestisida) termasuk peningkatan jaringan irigasi, penyuluhan

dan promosi brand/citra komoditas unggulan daerah;

c. Peningkatan kemudahan perijinan usaha;

d. Perbaikan kualitas jaringan jalan;

e. Peningkatan kapasitas/suplai listrik wilayah;

f. Pemerataan akses pendidikan khususnya pendidikan menengah (umum dan

kejuruan);

g. Peningkatan porsi belanja modal APBD yang diprioritaskan pada sektor infrastruktur

yang menjadi kewenangan daerah;

h. Peningkatan koordinasi antara pemerintah daerah dan otoritas moneter di tingkat

wilayah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif: peningkatan fungsi

intermediasi

5. PROSPEK PEMBANGUNAN TAHUN 2016

Perkembangan perekonomian di Kalimantan Tengah secara makro relatif baik meskipun

belum diikuti perkembangan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan

masyarakatnya. Tingkat kesenjangan konsumsi masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah

(indeks gini) selama periode 2008-2013 mengalami sedikit peningkatan dari angka 0,29

menjadi 0,35, lebih rendah dari angka nasional yang sebesar 0,35 pada tahun 2008 menjadi 0,4

pada tahun 2013. Kesenjangan output antarkabupaten/kota di Kalimantan Tengah tergolong

rendah yang ditunjukan dengan indeks williamson sebesar 0,18 secara nasional dapat menjaga

stabilitas perekonomian wilayah.

Percepatan pengembangan ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan. Perbaikan kinerja ekonomi

yang cukup signifikan terjadi di wilayah KTI dengan faktor pendorong utama datang dari

komponen ekspor luar negeri. Manfaat dari proyek-proyek infrastruktur utama di kota-kota

pusat pertumbuhan diperkirakan tak hanya memberi manfaat kota bersangkutan tetapi juga

wilayah sekitarnya. Namun demikian hal ini sangat bergantung pada aksesibilitas di dalam

wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, serta konektivitasnya dengan provinsi lain.

Berdasarkan modal pembangunan yang dimiliki dan semakin meningkatnya kinerja

pembangunan, prospek pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 dalam

mendukung pencapaian target RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Sasaran pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah dalam RPJMN 2015-2019 sebesar

6,1 – 8,7 persen dimungkinkan dapat tercapai dengan meningkatkan optimalisasi

potensi sumberdaya yang dimiliki daerah, sejalan dengan peningkatan pembangunan

infrastruktur. Pada tahun 2016 prospek pertumbuhan Kawasan Timur Indonesia akan

terus membaik namun risiko ke bawah masih ada. Perekonomian Kalimantan Tengah

memiliki prospek tumbuh membaik didorong oleh berkurangnya kontraksi di sektor

pertambangan serta meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan dan pertanian.

Pada sisi permintaan, peningkatan ditopang oleh perbaikan ekspor dan secara spasial

perbaikan perekonomian Kalimantan tahun 2016 diperkirakan akan terjadi di semua

daerah.

Page 39: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

Provinsi Kalimantan Tengah 2015

Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 ~37~

2. Upaya menurunkan tingkat kemiskinan di Kalimantan Tengah harus dilakukan dengan

optimal agar sesuai dengan Buku III RPJMN 2015-2019. Sasaran pengurangan tingkat

kemiskinan dalam Buku III RPJMN 2015-2019 adalah 6,0 – 4,3 persen, sedangkan pada

tahun 2014 tingkat kemiskinan di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 6,03 persen,

untuk itu diperlukan upaya konsisten untuk menurunkan tingkat kemiskinan di provinsi

ini. Selama kurun waktu 2015-2019 Provinsi Kalimantan Tengah harus menurunkan

persentase penduduk miskin sebesar 1,73 persentase atau rata-rata 0,35 persentase per

tahun.

3. Prospek pencapaian sasaran-sarasan utama pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah

akan sangat dipengaruhi oleh dinamika lingkungan baik internal daerah Kalimantan

Tengah maupun lingkungan eksternal. Dampak krisis di Eropa dan pelambatan arus

perdagangan global merupakan ancaman eksternal yang bisa mengganggu kinerja

perekonomian daerah, antara lain melalui transmisi perdagangan komoditas ekspor

sektor kehutanan dan perikanan.

Page 40: Provinsi Kalimantan Tengah - simreg.bappenas.go.id file2015 Provinsi Kalimantan Tengah ~2~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015 dengan tahun 2013 namun

2015 Provinsi Kalimantan Tengah

~38~ Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah 2015