provinsi kalimantan barat 2019 · 2.6 contoh plts shs (solar home system) 23 2.7 plts terpusat...

83
RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2019

Upload: others

Post on 18-Jan-2020

21 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2019

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 3

1.2. Ruang Lingkup 3

1.3. Aspek Regulasi 3

1.4. Posisi Dan Keterkaitan Ruen, Rued Dengan Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Daerah

4

1.5. Tahapan Penyusunan RUED Provinsi Kalimantan Barat 6

1.6. Sistematika RUED 9

BAB II KONDISI ENERGI DAERAH DAN EKSPEKTASI DI MASA MENDATANG 10

2.1. Isu dan Permasalahan Energi Daerah 10

2.1.1. Ketergantungan Pada Energi Fosil 10

2.1.2. Pemenuhan Energi Untuk Kawasan Industri 11

2.1.3 Rendahnya Rasio Elektrifikasi 12

2.1.4 Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan 12

2.1.5 Kemandirian Energi Daerah 13

2.2. Kondisi Energi Daerah Saat ini 16

2.2.1. Indikator Sosio-Ekonomi 16

2.2.1.1. PDRB Per Lapangan Usaha 16

2.2.1.2. Pendapatan per Kapita 17

2.2.1.3. Jumlah Penduduk 17

2.2.1.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Pengangguran 19

2.2.1.5. Tingkat Kemiskinan 19

2.2.1.5. Jumlah Kendaaan Bermotor 20

2.2.2. Indikator Energi Daerah 21

2.2.2.1. Potensi Energi Daerah 21

2.2.2.2. Konsumsi Energi Daerah 33

2.2.2.3. Pasokan Energi Daerah 36

2.2.2.4. Elastisitas dan Intensitas Energi Daerah 45

ii

2.3. Kondisi Energi Daerah di Masa Mendatang 46

2.3.1. Struktur Permodelan dan Asumsi Dasar 46

2.3.1.1. Demografi 48

2.3.1.2. Ekonomi Makro 48

2.3.1.3. Faktor Elastisitas Aktifitas 48

2.3.2. Hasil Permodelan Energi 50

2.3.2.1. Proyeksi Bauran Energi Primer 51

2.3.2.2. Proyeksi Elastisitas dan Intensitas Energi 51

2.3.2.3. Poyeksi Permintaan dan Penyediaan Energi 52

2.3.2.4. Kebutuhan dan Penyediaan Listrik 55

2.3.2.5. Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca 57

BAB III VISI, MISI, SASARAN, DAN TUJUAN ENERGI DAERAH 58

3.1. Visi Daerah 58

3.2. Misi Daerah 58

3.3. Tujuan Pembangunan Energi Daerah 62

3.4. Sasaran Energi Daerah 63

BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI DAERAH 64

4.1. Kebijakan Energi Daerah 64

4.2. Strategi Energi Daerah 65

4.3. Kelembagaan Energi Daerah 69

4.4. Instrumen Kebijakan Energi Daerah 70

BAB V PENUTUP 71

Lampiran 73

iii

DAFTAR GAMBAR

1.1 Keterkaitan RUEN, RUED dan Perencanaan Lainnya 5

1.2 Regulasi RUEN dan RUED 6

1.3 Tahapan Penyusunan RUED-P 7

2.1 Bauran Energi Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015 10

2.2 Kawasan Industri di Luar Jawa 12

2.3 Peta Tapak Potensial PLTN Per Wilayah Kalimantan Barat 14

2.4 Lokasi Calon Tapak Potensial PLTN Kalimantan Barat 15

2.5 Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jenisnya di Provinsi

Kalimantan Barat

20

2.6 Contoh PLTS SHS (Solar Home System) 23

2.7 PLTS terpusat (Komunal) Offgrid 23

2.8 Sistem-Sistem Kelistrikan di Kalbar 41

2.9 Pola Suplai Reguler BBM di Kalimantan 42

2.10 Pola Pendistribusian BBM di Kalimantan Barat 43

2.11 Lembaga Penyalur BBM di Kalimantan Barat 43

2.12 Fasilitas LPG di Kalimantan Barat 44

2.13 Lembaga Penyalur BBM 1 Harga di Kalimantan Barat 45

2.14 Struktur Pemodelan dan Variabel Asumsi RUED Kalimantan Barat 47

2.15 Porsi Permintaan Energi Per Sektor 53

2.16 Bauran Energi Primer Pembangkit 57

iv

DAFTAR TABEL

1.1 Sistematika RUED Provinsi Kalimantan Barat 9

2.1 Skoring Tapak Potensial Per Wilayah Kalimantan Barat 14

2.2 PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Barat

HargaKonstan 2010 (Dalam Miliar Rupiah)

17

2.3 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kalimantan Barat 2010-2015 18

2.4 Jumlah Penduduk Kalimantan Barat Menurut Kabupaten/Kota 18

2.5 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan

dan Kelompok Umur di Provinsi Kalimantan Barat 2015

19

2.6 Potensi Energi Baru Kalimantan Barat 21

2.7 Potensi Energi Surya Kalimantan Barat 22

2.8 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Sambas 24

2.9 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Bengkayang 25

2.10 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Sanggau 26

2.11 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Landak 27

2.12 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Sekadau 28

2.13 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Sintang 28

2.14 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Melawi 29

2.15 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Kapuas Hulu 30

2.16 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Kayong Utara 30

2.17 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Ketapang 31

2.18 PLTMH PLN Kalimantan Barat 32

2.19 Potensi Panas Bumi Kalimantan Barat 32

2.20 Realisasi Jumlah Pelanggan (Ribu) 33

2.21 Realisasi Penjualan Tenaga Listrik (GWh) 33

2.22 Rasio Elektrifikasi Kalimantan Barat Tahun 2018 34

2.23 Realisasi penjualan BBM di Kalimantan Barat 35

2.24 Realisasi Penjualan LPG di Kalimantan BArat 35

2.25 Pembangkit Tenaga Listrik Eksiting 36

2.26 Data PLTMH Offgrid di Kalimantan Barat 37

2.27 Data PLTS Terpusat di Kalimantan Barat 37

2.28 Data LTSHE di Kalimantan Barat 2018 39

2.29 Rencana Pengembangan Pembangkit Kalimantan Barat 40

v

2.30 Kapasitas Tangki Timbun BBM Kalimantan Barat 42

2.31 Indikator Energi Kalimantan Barat 2015 46

2.32 Asumsi Faktor Demografi 48

2.33 Asumsi Faktor Ekonomi 48

2.34 Elestisitas Aktivitas PDRB 2015 49

2.35 Asumsi Kunci Sektor Transportasi Jalan Raya 50

2.36 Jumlah Kendaraan Tahun 2015-2050 50

2.37 Proyeksi Bauran Energi Primer 51

2.38 Proyeksi Indikator Energi 2015-2050 52

2.39 Proyeksi Permintaan Energi Primer (Ribu TOE) 54

2.40 Proyeksi Penyediaan Energi Primer (Ribu TOE) 55

2.41 Proyeksi Pemakaian Listrik Per Kapita 56

2.42 Proyeksi Kebutuhan Pembangkit Listrik 57

vi

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BAU Business as Usual

Kondisi tanpa adanya perubahan signifikan dari perilaku, teknologi,

ekonomi maupun kebijakan sehingga terjadi secara terus menerus

tanpa adanya perubahan yang berarti

BBM Bahan Bakar Minyak

BBN Bahan Bakar Nabati

BOE Barrel Oil Equivalent

BOPD Barrel Oil Per Day

CPO Crude Palm Oil

Minyak kelapa sawit mentah yang berwarna kemerah-merahan yang

diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging

buah kelapa sawit

DME Dimethyl Ether

Senyawa ether yang dihasilkan dari berbagai sumber seperti gas

alam, batubara dan biomasa yang memiliki sifat dan jenis seperti

layaknya LPG

EBT Energi Baru dan Terbarukan

EOR Enhanced Oil Recovery

Metode untuk meningkatkan cadangan minyak pada suatu sumur

dengan cara mengangkat volume minyak yang sebelumnya tidak

dapat diproduksi

ESCO Energy Service Company

vii

ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral

GRK Gas Rumah Kaca

GW Giga Watt

GWh Gigawatt-Hours

IMB Izin Mendirikan Bangunan

JBT Jenis BBM Tertentu

JBU Jenis BBM Umum

JBKP Jenis BBM Khusus Penugasan

KEN Kebijakan Energi Nasional

kW Kilowatt

KWh Kilowatt hour

LTSHE Lampu Tenaga Surya Hemat Energi

LEAP Long-range Energy Alternative Planning System

LED Light-Emitting Diode

LNG Liquefied Natural Gas

LPG Liquefied Petroleum Gas

LRT Light Rail Transit

Kereta api ringan

MBOPD M Barrel Oil per Day (M merupakan huruf romawi yang berarti

satuan ribu)

MEPS Minimum Energy Peformance Standard

Migas Minyak dan gas bumi

MRT Mass Rapid Transit

Kereta api cepat terpadu

MTOE Million Ton Oil Equivalen

MW Mega Watt

PDB Produk Domestik Bruto

viii

PDRB Produk Domestik Regional Bruto

PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air

PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Bayu

PLTD Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

PLTM Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro

PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohido

PLTP Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya

PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap

POME Palm Oil Mill Effulent

Limbah cair dari kelapa sawit yang berasal dari pemurnian minyak

mentah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit

listrik biogas

RENJA Rencana Kerja

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah

RRR Reserve Replacement Ratio

Rasio penemuan cadangan terhadap jumlah produksi

RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah

RUED-P Rencana Umum Energi Daerah-Provinsi

RUEN Rencana Umum Energi Nasional

RUKN Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional

RUPTL Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

SBM Setara Barel Minyak

TCF Trillion Cubic Feet

TOE Ton Oil Equivalent

TBBM Terminal Bahan Bakar Minyak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rencana Umum Energi Daerah Provinsi (RUED-P) Kalimantan Barat

disusun berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang

Energi, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi

Nasional dan didalam penyusunannya merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Umum Energi

Nasional, serta secara materi mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 22

Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional.

RUED-P Kalimantan Barat merupakan kebijakan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Barat mengenai rencana pengelolaan energi pada tingkat provinsi

yang merupakan penjabaran dan rencana pelaksanaan RUEN yang bersifat lintas

sektor untuk mencapai sasaran RUEN. Adapun substansi yang terkandung dalam

RUED-P antara lain :

1. Proyeksi kebutuhan dan pasokan energi daerah berisi estimasi kebutuhan

energi (menurut sektor dan bahan bakar) serta pasokan energi dari

pembangkit, captive power dan kilang.

2. Identifikasi permasalahan energi di daerah, bahwa setiap daerah tentunya

memiliki permasalahan energi yang berbeda. Dokumen RUED-P

dimaksudkan untuk mengidentifikasi permasalahan energi yang ada disetiap

daerah khususnya Kalimantan Barat, sehingga usulan/rencana program ke

depannya dapat diarahkan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

3. Potensi energi di daerah mencakup potensi Energi Baru Terbarukan (EBT)

antara lain surya, air, angin, biomassa, minyak, gas, batubara dan Uranium.

4. Program energi daerah merupakan upaya daerah dalam memenuhi

kebutuhan energinya secara berkesinambungan.

5. Sumber pendanaan energi di daerah dalam RUED-P dapat dianggarkan

melalui APBN, APBD, Swasta dan/atau sumber pembiayaan lainnya.

2

Kebutuhan energi listrik di Kalimantan Barat saat ini masih di dominasi

dari sektor rumah tangga, sektor bisnis dan sektor publik sementara untuk sektor

industri mendapatkan peringkat terakhir. Hal ini terjadi karena Provinsi

Kalimantan Barat belum mampu mensuplai kebutuhan energi untuk sektor

industri. Hingga saat ini sebagian besar pasokan listrik di Kalimantan Barat

masih bersumber dari pembangkit berbahan bakar minyak (PLTD) dan impor

listrik dari malaysia, sehingga kecukupan dan keandalan pasokan masih relatif

rendah karena kondisi dan cadangan pembangkit listrik tidak memadai.

Berdasarkan isu tersebut diatas dan menurut Peraturan Presiden Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Umum Energi

Nasional, maka Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan

Barat menyusun RUED-P Kalimantan Barat yang berisi hasil pemodelan

kebutuhan-pasokan (Demand-Supply) energi di Provinsi Kalimantaan Barat

hingga tahun 2050, dan memuat kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang

direncanakan untuk mencapai sasaran RUEN dan RUED-P. RUED-P

Kalimantan Barat merupakan pedoman untuk mengarahkan pengelolaan energi

daerah guna mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi daerah dalam

mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan.

Kebijakan energi Provinsi Kalimantan Barat diarahkan untuk

mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya energi yang berada pada wilayah

Provinsi Kalimantan Barat. Bertujuan untuk mencapai kemandirian pengelolaan

energi, menjamin ketersedian energi, dan terpenuhinya kebutuhan sumber

energi dengan mengoptimalkan sumber daya energi secara terpadu dan

berkelanjutan. Selain itu kebijakan energi Kalimantan Barat diarahkan untuk

meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi, menjamin akses energi yang adil

dan merata terhadap energi, menciptakan lapangan kerja, dan terkendalinya

dampak perubahan iklim dan terjaganya fungsi lingkungan hidup.

3

1.2 RUANG LINGKUP

1. Penyusunan data penyediaan dan permintaan energi di Provinsi Kalimantan

Barat berdasarkan data tahun dasar 2015 dan tahun akhir kajian hingga

tahun akhir 2050;

2. Penyusunan RUED Provinsi Kalimantan Barat menggunakan asumsi PDRB

yang optimis dengan memperhatikan rencana pembangunan dan

pengembangan daerah;

3. Penyusunan RUED Provinsi Kalimantan Barat mengacu pada target

Kebijakan Energi Nasional yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan

energi daerah;

4. Konsumsi energi final akan berkurang dengan menerapkan program

konservasi dan efisiensi energi;

5. Penyusunan RUED Provinsi Kalimantan Barat menggunakan data dasar dari

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral, Badan Pusat Statistik, Bappeda Provinsi Kalimantan

Barat, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Barat,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat, Dinas

Perhubungan Provinsi Kalimantan Barat, PT Pertamina, BPH Migas, PT PLN,

serta pihak-pihak lain yang terkait;

6. Penyusunan RUED Provinsi Kalimantan Barat memperoleh masukan dari

Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di daerah yang

melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait;

7. Proyeksi pemodelan kebutuhan dan penyediaan energy Kalimantan Barat di

dalam dokumen RUED-P menggunakan software Long Range Energy

Alternative Planning (LEAP).

1.3 ASPEK REGULASI

Penyusunan RUED-P Kalimantan Barat dilandasi aspek regulasi dan perundang-

undangan yang terkait energi dan perencanaan di pusat serta aturan perundangan

di daerah, antara lain:

1. UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, yang di dalamnya memuat;

4

a. Pasal 18 ayat (1): “Pemerintah Daerah menyusun Rencana Umum Energi

Daerah dengan mengacu pada Rencana Umum Energi Nasional

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)”

b. Pasal 18 ayat (2): “Rencana Umum Energi Daerah, sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah.”

2. UU Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan;

3. UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi

Nasional;

6. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi

Nasional; yang didalamnya memuat Pasal 2 ayat (3b): RUEN sebagai

pedoman Pemerintah Provinsi untuk penyusunan RUED-P.

7. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan/TPB;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017

Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan

Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,

dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah;

9. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019-

2023.

1.4 POSISI DAN KETERKAITAN RUEN, RUED DENGAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

Posisi dan keterkaitan RUEN, RUED dan Perencanaan pembangunan dalam hal

ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

5

a. RUED Provinsi merupakan penjabaran dari RUEN yang mengakomodir

potensi dan permasalahan energi yang ada di tingkat provinsi, sedangkan

keterkaitan dengan Perencanaan Pembangunan Daerah tidak terlepas dari

Perencanaan Pembangunan Nasional yang bersifat Top Down, dimana

program dan kebijakan energi yang bersifat nasional, harus diikuti dan

dijabarkan oleh Pemerintah Provinsi dengan tetap mengakomodir Program

dan Kebijakan baik yang tertuang dalam RPJMD maupun RTRW Provinsi

Kalimantan Barat. Sedangkan pelibatan proses Bottom Up menyangkut

usulan pembangunan energi dari tingkat bawah (masyarakat) ditindaklanjuti

ditingkat Provinsi dan Nasional;

b. Keterkaitan RTRW dan RUED Provinsi, dalam hal ini muatan program dan

kebijakan energi yang tertuang dalam RTRW yang mengakomodir potensi

energi dan jaringan infrastruktur energi yang direncanakan sampai dengan

Tahun 2034 (Perda RTRWP Nomor 10 tanggal 31 Desember Tahun 2014

Provinsi Kalimantan Barat 2014 – 2034)

Keterkaitan RUEN, RUED dan perencanaan lainnya dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 1.1 Keterkaitan RUEN, RUED dan Perencanaan Lainnya

6

Sumber: Dewan Energi Nasional

Gambar 1.2 Regulasi RUED dan RUEN

Penyusunan RUED-P memperoleh masukan dari dokumen perencanaan

daerah yang sudah ada sebelumnya, seperti RPJMD/RPJPD, RPIP, RUKD,

RTRW dan dokumen perencanaan lainnya. Mengingat perencanaan RUED-P

dari tahun 2019-2050, selanjutnya dokumen RUED-P akan menjadi acuan untuk

penyusunan dokumen daerah di masa mendatang.

1.5 TAHAPAN PENYUSUNAN RUED PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Kalimantan Barat disusun oleh

Tim Lintas OPD yang dibentuk melalui SK Gubernur Kalimantan Barat

Nomor: 645/DESDM/2019 Tentang Pembentukan Tim Kelompok Kerja dan

Tim Sekretariat Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Rencana Umum Energi

Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Tim lintas OPD dikoordinasikan dan difasilitasi

oleh Dinas ESDM yang beranggotakan Bappeda, OPD terkait, BPS Daerah,

BUMN Energi, Akademisi, dan pihak terkait lainnya. Dalam penyusunan RUED-P

Kalimantan Barat, Tim lintas OPD daerah didampingi oleh Dewan Energi Nasional,

Kementerian ESDM dan Tim Pembinaan Penyusunan RUED-P (P2RUED-P).

Tahapan penyusunan RUED-P Kalimantan Barat dapat digambarkan sebagai

berikut:

7

Gambar 1.3 Tahapan Penyusunan RUED-P

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal yang penting bagi pemerintah

daerah dalam persiapan RUED-P. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

meliputi pembentukan tim sesuai SK Gubernur Kalimantan Barat

Nomor : 645/DESDM/2019 Tentang Pembentukan Tim Kelompok Kerja dan

Tim Sekretariat Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Rencana Umum

Energi Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Untuk memudahkan koordinasi

lintas sektoral antar SKPD. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan

identifikasi kondisi energi daerah dengan mengacu pada baseline data RUEN.

2. Pengumpulan dan pengolahan data

Tahap pengumpulan data membutuhkan waktu cukup panjang. Data yang

digunakan dalam penyusunan RUED-P Kalimantan Barat ini merupakan data

sekunder yang diperoleh dan diolah dari berbagai instansi seperti Badan Pusat

Statistik (BPS), Pertamina, PLN, dan berbagai instansi daerah lainnya. Selain

itu, dilakukan kajian terhadap dokumen-dokumen strategis lainnya seperti

RPJMN, RPJMD, RPJPD, RTRW, Renstra, RAD-GRK Provinsi Kalimantan

Barat, dan berbagai dokumen pendukung lainnya seperti aturan-aturan terkait

energi baik ditingkat pusat maupun daerah. Sebagai tambahan, dilakukan

kajian literatur lainnya untuk melengkapi data yang diperlukan.

8

3. Pemodelan/Proyeksi/AnalisisHasil Pemodelan

Pemodelan dalam RUED-P dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan

penyediaan energi daerah di masa mendatang. Pemodelan menggunakan

baseline 2015 dengan asumsi hingga 2050 sesuai dengan skenario RUED.

Hasil yang diperoleh kemudian dianalisa untuk membantu tim dalam menyusun

program kegiatan.

4. Analisis Kebijakan

Analisis Kebijakan dilakukan setelah hasil pemodelan/proyeksi selesai

dikerjakan. Pada tahap ini dilakukan perumusan kebijakan dan tata kelola

energi di Provinsi Kalimantan Barat yang disinkronkan dengan kebijakan Pusat

meliputi visi, misi, tujuan, sasaran serta strategi dan arah pengembangan

pengelolaan energi di Provinsi Kalimantan Barat. Kebijakan yang tertuang di

dalam RUED-P diantaranya meliputi roadmap pengembangan infrastruktur

energi dan pendanaan yang dibutuhkan untuk mencapai target yang

ditetapkan.

5. Penyusunan Dokumen RUED-P

Pada tahap ini dilakukan penyusunan dokumen RUED-P yang berisi narasi,

dan matrik program kegiatan dengan menyinkronkan terlebih dahulu dengan

target yang terdapat di dalam RUEN.

6. Finalisasi Dokumen RUED-P

Pada tahap ini, dilakukan rapat dengan para pemangku kepentingan terkait

dan didampingi oleh tim P2RUED-P untuk mendapat masukan terkait naskah

RUED-P dan rancangan Perda RUED-P yang telah disusun. Masukan-

masukan yang diperoleh dalam pertemuan tersebut diakomodir untuk

penyempurnaan Dokumen RUED-P Kalimantan Barat yang kemudian

ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

9

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN RUED

Sistematika penulisan RUED-P disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 1

Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Energi Nasional yang

didalamnya terkandung pedoman teknis.

Tabel 1.1.

Sistematika RUED Provinsi Kalimantan Barat

BAB KETERANGAN SUBSTANSI

Bab I Pendahuluan Latar Belakang, Ruang Lingkup, Aspek Regulasi, Posisi dan Keterkaitan RUEN, RUED-P dengan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah, Tahapan Penyusunan RUED Provinsi Kalimantan Barat serta Sistematika Penulisan RUED-P

Bab II Kondisi Energi Daerah Saat Ini dan Espektasi di Masa Mendatang

Isu dan Permasalahan Energi, Kondisi Energi Daerah Saat Ini dan Kondisi Energi Daerah di Masa Mendatang

Bab III Visi, Misi, Tujuan & Sasaran Pengelolaan Energi Daerah

Menjabarkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang terdapat di dalam RUED-P

Bab IV Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Energi Daerah

Kebijakan Energi Daerah, Strategi Energi Daerah, Kelembagaan Energi Daerah dan Instrumen Kebijakan Energi Daerah

Bab V Penutup Kesimpulan

10

BAB II

KONDISI ENERGI DAERAH SAAT INI DAN

EKSPEKTASI DI MASA MENDATANG

2.1 ISU DAN PERMASALAHAN ENERGI DAERAH

Isu dan permasalahan energi Provinsi Kalimantan Barat dapat diuraikan sebagai

berikut:

2.1.1 Ketergantungan pada Energi Fosil

Pada Pemodelan LEAP RUED Kalimantan Barat di mana tahun 2015 sebagai

tahun dasar , masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat saat ini masih banyak

mengandalkan energi fosil sebagai sumber energi utama, yang digunakan dan

dimanfaatkan di Provinsi Kalimantan Barat. Hal ini dapat dilihat dari proyeksi

bauran energi primer di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2015 yaitu 0,3 %

Energi Baru Terbarukan, 1,2 % Batubara, 8,3 % Gas Bumi, 90,1 % Minyak Bumi

Gambar 2.1 Bauran Energi Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015

Sumber: Permodelan LEAP RUED Kalimantan Barat

1,2%

8,3%

90,1%

0,3%

Batubara Gas Minyak Energi Baru Terbarukan

11

2.1.2 Pemenuhan Energi untuk Kawasan Industri.

Sebagaimana tertuang dalam RIPIN, Kalimantan Barat tergabung dalam satu

WPI Kalimantan Bagian Barat bersama dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan

Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam konteks Industri Prioritas Nasional, industri

yang sesuai di Kalimantan Barat antara lain adalah industri pangan khususnya

industri pengolahan minyak nabati (sawit dan kelapa dalam), dan Industri Aneka

dan Kimia Dasar, khususnya industri karet alam,dan industri logam dasar

khususnya alumina (bauksit), industri pengolahan hasil laut dan perikanan,

industri pengolahan kayu dan industri pengolahan tanaman pangan. Diantara

kawasan industri yang sedang dikembangkan adalah Kawasan Industri Mandor

di Kabupaten Landak, Kawasan Industri Ketapang (Matan Hilir Selatan) di

Kabupaten Ketapang, Kawasan Industri Semparuk di Kabupaten Sambas, dan

Kawasan Industri Tayan di Kabupaten Sanggau.

Dalam pengembangannya masing-masing Kawasan Industri ini masih perlu

banyak dukungan Kebijakan pemerintah terutama terkait dengan ketersediaan

fasilitas seperti sarana dan prasarana basis KI, tersedianya energi listrik, air

bersih, pelabuhan, energi, transportasi. Masing-masing Kawasan Industri ini

diarahkan pada upaya fokus industri utama, diantaranya KI Mandor untuk

pengembangan industri berbasis komoditas karet, KI Tayan diarahkan untuk

pengembangan industri berbasis komoditas sawit, KI Ketapang untuk

pengembangan industri berbasis komoditas bauksit, dan lainnya, KI Semparuk

untuk Pengembangan Agro Industri. Berikutnya harus disusun insentif yang

disiapkan agar realisasi masuknya industri ke KI dapat terwujud. Menurut

Rencana Induk Perindustrian Nasional (RIPIN) 2015 - 2035 yang diterbitkan oleh

Kementerian Perindustrian, Kawasan industri di Kalimantan Barat masuk dalam

Kawasan industri prioritas di luar jawa sebagaimana dalam Gambar 2.2

12

Gambar 2.2 Kawasan Industri di Luar Jawa

Sumber : Rencana Induk Perindustrian Nasional 2015 – 2035

Untuk memenuhi kebutuhan energi kawasan industri tersebut, dibutuhkan

penyediaan energi terutama energi listrik yang handal dan berkelanjutan

sehingga sektor ekonomi akan bergerak tumbuh dan menghasilkan nilai tambah

bagi daerah. Salah satu permasalahan adalah banyaknya kawasan industri yang

belum mandiri energi listrik.

2.1.3 Rendahnya Rasio Elektrifikasi Provinsi

Menurut Statistik Ketenagalistrikan 2018 rasio elektrifikasi Provinsi Kalimantan

Barat sebesar 81,25 %. Angka ini masih di bawah dibandingkan dengan capaian

rasio elektrifikasi nasional sebesar 95,35 %. Untuk mendorong tumbuhnya rasio

elektrifikasi daerah, Pemerintah perlu mempercepat pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan di Provinsi Kalimantan Barat.

2.1.4 Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan Masih Rendah.

Efek buruk dari ketergantungan terhadap sumber energi fosil sebagai sumber

energi utama, adalah sifatnya yang cepat habis dan tidak dapat diperbaharui.

13

Jika kelangkaan sumber energi fosil ini tidak diantisipasi , maka dapat

menyebabkan kelangkaan dan krisis energi. Efek buruk lainnya dari penggunaan

energi fosil, berupa limbah keluaran yang dihasilkan sebagai sisa pemanfaatan

energi, yang merupakan limbah yang tidak ramah lingkungan dan tidak aman

bagi kesehatan. Limbah dari energi fosil antara lain CO2 dan NO yang

menyebabkan terjadinya efek rumah kaca, dan dapat mempercepat terjadinya

global warming/pemanasan global saat ini. Salah satu untuk mengurangi

ketergantungan terhadap energi fosil adalah dengan memanfaatkan energi baru

dan terbarukan.

Pemanfaatan energi baru dan terbarukan belum dapat optimal dilaksanakan di

Provinsi Kalimantan Barat. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain :

1. Investasi untuk pembangunan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan

masih relative mahal.

2. Teknolologi energi baru terbarukan masih memiliki tingkat efisiensi yang

rendah, sehingga output energi yang dihasilkan masih rendah.

3. Ketersediaan sumber energi baru sangat tergantung pada jumlah

penyediannya di alam.

4. Penelitian dan pengembangan tentang energi baru dan terbarukan masih

terbatas.

2.1.5 Kemandirian Energi Daerah

Untuk memenuhi kebutuhan energi daerah Provinsi Kalimantan Barat,

kedepannya Pemerintah Provinsi kalimantan Barat merencanakan pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk mensuplai Kawasan Industri

yang akan dibangun di Kalimantan Barat. Untuk persiapan pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

dalam hal ini Bappeda Provinsi Kalimantan Barat sejak tahun 2012 telah

bekerjasama dengan BATAN melakukan studi pemilihan tapak potensial PLTN di

Kalimantan Barat, pada tahun 2015 mendapatkan 6 lokasi tapak potensial PLTN.

14

Gambar 2.3 Peta Tapak Potensial PLTN per Wilayah Kalimantan Barat

Tapak Potensial Nama Daerah Koordinat Nilai

Skoring

I Desa Air Besar, Kecamatan

Kendawangan, Kabupaten Ketapang

X= 436681

Y= 9681133

205

II Desa Sie, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara

X= 370210 Y= 9881837

190

III Desa Sungai Kanan, Kecamatan Muara,

Kabupaten Ketapang

X= 387938

Y= 9807943

186

IV Desa Sungai Nanjung, Kecamatan Matan, Kabupaten Ketapang

X= 403171 Y= 9753043

185

V Desa Kendawangan Kanan, Kecamatan

Kendawangan, Kabupaten Ketapang

X= 410126

Y= 9807943

181

VI Desa Matang, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas

X= 302159 Y= 10179682

181

Tabel 2.1 Skoring Tapak Potensial per Wilayah Kalimantan Barat

Kemudian di tahun 2019 BATAN kembali melakukan Groundcheck Rencana

Evaluasi Tapak PLTN di Kalimantan Barat di 9 Calon Lokasi Tapak yaitu Desa

Salatiga Kabupaten Sambas, Pantai Simping Pemerintah Kota Singkawang,

15

Tanjung Batubelah Pemerintah Kota Singkawang, Pantai Gosong Kabupaten

Bengkayang, Tanjung Suak Kabupaten Bengkayang, Pulau Temaju Kabupaten

Mempawah, Pulau Kumbang Kabupaten Kayong Utara, Pawan Kabupaten

Ketapang, Pagar Mentimun Kabupaten Ketapang.

Gambar 2.4 Lokasi Calon Tapak Potensial PLTN Kalimantan Barat

Dari 9 Nama Calon Lokasi Tapak disepakati pada tanggal 2 Mei 2019 pada

Fokus Group Discussion Penentuan Calon Tapak Pembangkit Listrik Tenaga

Nuklir di Kalimantan Barat adalah Pantai Gosong, Desa Sungai Raya,

Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang dan Desa Parit

Baru, Kecamatan Salatiga, Kabupaten Sambas. Pemilihan ini didasarkan pada

kegiatan pra-survei tapak PLTN di seluruh daerah potensial Kalimantan Barat

dengan mempertimbangkan faktor-faktor teknis keenergian, industri, geologi, tata

guna lahan, sosial dan geopolitik. Selanjutnya tapak terpilih tersebut diusulkan

kepada Gubernur Provinsi Kalimantan Barat untuk di tetapkan sebagai Tapak

PLTN. Diharapkan rencana pembangunan PLTN ini dapat segera terealisasi

16

sehingga upaya untuk memenuhi kebutuhan energi sektor industri yang akan

dibangun di Provinsi Kalimantan Barat dapat segera terwujud. Sehingga Provinsi

Kalimantan Barat tidak perlu lagi untuk impor listrik dari Sarawak Malaysia

sebesar 230 MW dengan beban operasi 100 MW dan 130 MW pada saat beban

puncak.

2.2 KONDISI ENERGI DAERAH SAAT INI

Sub-bab kondisi energi daerah Provinsi Kalimantan Barat saat ini berisi tentang

inventarisasi dan verifikasi data pengelolaan energi daerah Provinsi Kalimantan

Barat pada tahun dasar pemodelan (2015), yang mencakup antara lain:

2.2.1 Indikator Sosio-Ekonomi

Indikator sosio-ekonomi terbagi atas jumlah penduduk, Penduduk pedesaan dan

perkotaan, Jumlah Tenaga Kerja dan tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan,

PDRB per Lapangan Usaha, PDRB per Kapita dan Jumlah kendaraan bermotor.

Lebih lengkap dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1.1 PDRB Per Lapangan Usaha

PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) Provinsi Kalimantan Barat

adalah kemampuan wilayah Provinsi Kalimantan Barat untuk menciptakan

nilai tambah pada suatu waktu tertentu. PDRB per lapangan usaha dapat

dibagi menjadi 17 kategori (Tabel 2.2)

17

Tabel 2.2 PDRB Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Barat

Harga Konstan 2010 (dalam Miliar Rupiah)

NO

LAPANGAN USAHA

PDRB

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 25.571,7

2 Pertambangan dan Penggalian 4.622,4

3 Industri Pengolahan 18.045,7

4 Pengadaan Listrik dan Gas 100,4

5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 160,3

6 Konstruksi 12.817,7

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 17.161,3

8 Transportasi dan Pergudangan 4.716,8

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.592,1

10 Informasi dan Komunikasi 4.903,9

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4.060,6

12 Real Estate 3.350,9

13 Jasa Perusahaan 552,6

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.23,3

15 Jasa Pendidikan 4.810,1

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.627,2

17 Jasa Lainnya 1.198,2

TOTAL 112.346,8

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016

2.2.1.2 Pendapatan per Kapita

PDRB (Pendapatan domestik regional bruto) per kapita untuk Provinsi

Kalimantan Barat pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 23.456.783,42.

Dengan perhitungan sebagai berikut :

Pendapatan per kapita tahun 2015 = PDRB pada tahun 2015

jumlah penduduk tahun 2015

Pendapatan per kapita tahun 2015 = 𝑅𝑝. 112.346,8 𝑀𝑖𝑙𝑖𝑎𝑟

4.789.574 Jiwa

Pendapatan per kapita tahun 2015 = Rp. Rp. 23.456.783,42 per kapita di tahun 2015

2.2.1.3 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat dibanding jumlah penduduk

secara nasional dari tahun 2010 sampai tahun 2015 disajikan pada Tabel 2.3.

18

Berdasarkan data, jumlah penduduk provinsi Kalimantan Barat relatif tidak

terlalu besar untuk provinsi yang ada di Indonesia. Tahun 2015, total populasi

di Kalimantan Barat adalah 4.789.574 jiwa dibanding dengan total nasional

sebesar 255.461.700 jiwa, atau sebesar 1,9% dari jumlah populasi nasional.

Tabel 2.3 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kalimantan Barat 2010-2015

Dalam Satuan Jiwa

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Kalimantan Barat

4.395.983 4.472.029 4.549.391 4.628.092 4.708.153 4.789.574

Jumlah Penduduk Nasional

237.641.326 241,103.066 244.615.233 248.178.563 251.793.800 255.461.700

Sumber: BPS Kalimantan Barat 2016

Sedangkan untuk jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016

yaitu 4,861,738 jiwa dan tahun 2017 yaitu 4,932,499 jiwa menurut Provinsi

Kalimantan Barat dalam Angka 2018.

Sementara itu jumlah penduduk berdasarkan tingkat kabupaten dan kota

tahun 2015 disajikan secara lebih rinci pada Tabel 2.4

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kalimantan Barat Menurut Kabupaten/Kota

Kabupaten / Kota 2000 2005 2010 2015 Kab. Sambas 454.126 476.283 496.120 523.115

Kab. Bengkayang 333.089 194.134 215.277 238.610 Kab. Landak 282.026 307.669 329.649 357.608

Kab. Pontianak 631.546 680.056 234.021 251.775 Kab. Sanggau 508.320 372.128 408.468 444.596

Kab. Ketapang 426.285 471.716 427.460 475.985 Kab. Sintang 460.594 343.544 364.759 396.392

Kab. Kapuas Hulu 182.589 204.347 222.160 245.998 Kab. Sekadau - 171.286 181.634 193.391

Kab. Melawi - 160.906 178.645 195.999 Kab. Kayong Utara - - 95.594 105.477

Kab. Kubu Raya - - 500.970 545.409 Kota Pontianak 472.220 502.133 554.764 607.618 Kota Singkawang - 168.143 186.462 207.601

Kalimantan Barat 3.750.795 4.052.345 4.395.983 4.789.574

Sumber: BPS Kalimantan Barat 2016

19

2.2.1.4 Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Pengangguran

Dari besar jumlah penduduk, golongan usia produktif menyumbang peranan

penting dalam pengelolaan energi daerah Provinsi Kalimantan Barat. Jumlah

tenaga kerja mempengaruhi kebutuhan energi yang dibutuhkan dan

dihasilkan. Sementara, tingkat pengangguran bisa diupayakan menjadi

rencana-rencana strategis meningkatkan kesejahteraan dan perencanaan

akses listrik untuk peningkatan produktifitas.

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan dan Kelompok Umur di Provinsi Kalimantan Barat 2015

Kelompok

Umur

Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran

Terbuka Jumlah

1 2 3 4 15-19 92.988 27.208 120.196

20-24 257.571 46.043 303.614 25-29 297.945 21.384 319.329

30-34 306.100 10.360 316.460 35-39 296.867 6.215 303.082

40-44 268.033 3.099 271.132 45-49 233.207 3.264 236.471

50-54 183.024 2.193 185.217 55-59 139.989 1.086 141.075

60-64 84.347 485 84.832 65+ 75.816 - 75.816

Total 2.235.887 121.337 2.357.224

Sumber: BPS Kalimantan Barat 2016

Berdasarkan data, total angkatan kerja sebesar 2.357.224 jiwa dengan jumlah

pengangguran terbuka dengan total pekerja sebesar 121.337 jiwa dan jumlah

yang bekerja sebesar 2.235.887 jiwa.

2.2.1.5 Tingkat Kemiskinan

Tingkat kemiskinan merupakan salah satu indikator sosio-ekonomi.

Kemiskinan itu sendiri dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi

untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur

dari sisi pengeluaran, termasuk memenuhi kebutuhan dasar di bidang energi.

Persentase penduduk miskin di Kalimantan Barat mencapai 8,03 %. Pada

20

Tahun 2015 tercatat garis kemiskinan di Kalimantan Barat sebesar

Rp.323.615,- perkapita sebulan. Dengan batas garis kemiskinan tersebut,

jumlah penduduk miskin sebanyak 383, 70 ribu jiwa.

2.2.1.6 Jumlah Kendaraan Bermotor

Pada tahun dasar (2015), sektor transportasi adalah sektor dengan konsumsi

energi terbesar di Kalimantan Barat. Jumlah kendaraan beserta jenis

teknologinya menjadi penentu konsumsi energi di sektor ini. Oleh karena itu,

penting untuk mengetahui jumlah kendaraan beserta jenis teknologinya dalam

rangka mengestimasi kebutuhan energi beserta upaya-upaya untuk

menurunkan konsumsi energi dan emisi di sektor transportasi. Data jumlah

dan kendaraan bermotor sesuai jenisnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.5 Grafik Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jenisnya Di Provinsi Kalimantan Barat

78.142

4.812

62.988

1.958.512

- 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000

Mobil

Bus

Truk

Sepeda Motor

78.142 4.812 62.988

1.958.512

Mobil Bus Truk Sepeda Motor

Sumber: BPS Kalimantan Barat 2016

21

Berdasarkan data tersebut, jumlah kendaraan yang mendominasi di Provinsi

Kalimantan Barat adalah sepeda motor dengan jumlah 1.958.512 unit, disusul

mobil penumpang, mobil barang / truk dan bus dengan nilai berturut-turut

sebesar: 78.142 unit, 62.988 unit dan 4.812 unit. Hal ini memberikan

gambaran bahwa program transportasi umum (bus dan kereta) berpotensi

untuk mengurangi konsumsi di sektor transportasi di masa yang akan datang

karena akan ada perpindahan penumpang dari motor dan mobil ke bus atau

kereta.

2.2.2 Indikator Energi Daerah

Kalimantan Barat memiliki banyak potensi energi baru dan energi terbarukan

yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti energi fosil. Potensi

Sumber energi baru yaitu Uranium dan Thorium, sedangkan potensi energi

terbarukan yang dapat dikembangkan di Kalimantan Barat berupa energi surya,

air terjun, angin, dan panas bumi. Berikut sumber potensi dan pemanfaatannya

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.

2.2.2.1 Potensi Energi Daerah

2.2.2.1.1 Potensi Energi Baru

Tabel 2.6 Potensi Energi Baru Kalimantan Barat

No Lokasi Sumber Daya

(ton)

1 Kalimantan Barat 4.767 (thorium)

2 Kalimantan Barat 26.021 (uranium)

Sumber: BATAN

22

2.2.2.1.2 Potensi Energi Terbarukan

2.2.2.1.2.1 Potensi Energi Surya

Tabel 2.7 Potensi Energi Surya Kalimantan Barat

No Stasiun Iklim Radiasi Energi Surya

(Wh/m2/hari)

1 Supadio Kabupaten Kubu Raya

5.537,4 – 8.732,0

2 Jungkat Kabupaten Pontianak

4.898,5 – 8.412,6

3 Sintang Kabupaten Sintang

4.792,0 – 8.093,1

4. Nanga Pinoh Kabupaten Melawi

2.981,7 – 9.264,5

5 Ketapang Kabupaten Ketapang

6.389,3 – 9.583,9

6 Paloh Kabupaten Sambas

2.768,7 – 7.880,1

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar 2015

Provinsi Kalimantan Barat memiliki keunggulan secara geografis karena dilalui

garis khatulistiwa, dengan nilai radiasi energi surya sebesar 2.768,7 – 9.583,9

Wh/m2/hari. Intensitas radiasi matahari maksimum terjadi di bulan Juli dan

Agustus, karena merupakan periode puncak musim kemarau sehingga

pemanasan matahari ke permukaan bumi paling optimal. Dengan penyebaran

penyinaran surya di Kalimantan Barat yang merata, maka di semua daerah di

Kalimantan Barat dapat dimungkinkan untuk menggunakan pembangkit listrik

tenaga surya baik yang tersebar atau Solar Home Sistem (SHS) maupun

terpusat (komunal).

23

Gambar 2.6 Contoh PLTS SHS (Solar Home Sistem)

Menurut data Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Barat tahun 2018, di Provinsi

Kalimantan Barat sudah terbangun PLTS Terpusat (Komunal) sebanyak 46

Unit dengan total daya 1.433 kWp, PLTMH 3 Unit dengan total daya 164 kW,

LTSHE 4.401 Unit dengan total daya 132,03 kWp

Gambar 2.7 PLTS Terpusat (Komunal) Off Grid

24

2.2.2.1.2.2 Potensi Air

Tabel 2. 8 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Sambas

Kecamatan Desa / Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi (Kw)

1 2 3 4 5 6 Paloh Bemban S. Bening 0,71 34 144,84

Paloh Betereng S. Bening 0,66 9,4 37,22

Paloh Temajok S. Temajok 0,17 20 20,40

Paloh Tembaran S. Tembaran 0,13 40 31,20

Sajingan Riam Babon S. Bantanan 0,15 20 18

Sajingan S. Batang Air S. Batang Air 1,14 12,5 85,50

Sajingan S. Sembayang S. Sembayang 1,32 17,5 138,60

Sajingan Sajingan S. Sajingan 0,70 15 63

Sajingan Sajingan Hilir S. Sajingan 0,83 25 124,50

Sejangkung Ds. Kaliau S. Sajingan 0,24 38 54,72

Selakau Riam Selindung Ds. Tewi Mentibar

S. Slindung 0,21 20 25,20

Selakau Cik sak miaung

S. Miaung 0,20 15 18,27

Sajingan Riam Berasak Dsn. Batu Hitam Ds. Senatap

S. Berasak 0,12 76 40

Sajingan Riam Kaimayong Dsn. Tanjung Ds. Senatap

S. Kaimayong 1,01 30 150

Sajingan Riam Cagat / Riam Babon

S. Bantanam 14,41 100 8,65

TOTAL 960,1

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

25

Tabel 2.9 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Bengkayang

Kecamatan Desa/Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi (Kw)

1 2 3 4 5 6

Bengkayang Riam Budi Ds. Lipo Karya

S. Raya 0,26 12 18,72

Sanggau Ledo Dsn. Segonde

S. Tangi 1,74 17 177,48

Sanggau Ledo Riam Jugan S. Nyaboh 1,76 5 52,80

Seluas Riam Berawan

S. Biang 1,55 75 697,50

Seluas Riam Kadu Dsn. Bumbung

S. Ayung 1,25 8 60

Sanggau Ledo Riam Menajur Dsn Laek Ds. Bintulu

S. Sentai 1,454 36 300

Seluas Riam Bangaram Dsn. Melayang Ds. Sahan

S. Sumbuh 0,37 4,8 12

Lumar Ds. Tiga Berkat

Riam Doyot 0,15 25 20

Lumar Ds. Tiga Berkat

Riam Dio Batu

0,15 30 25

Lumar Ds. Tiga Berkat

Nangun Rasu

0,10 30 15

Lumar Ds. Tiga Berkat

Riam Batu Timah

0,83 15 70

Lumar Ds. Seram Selimbas

Riam Ceret (S. Molo)

0,43 12 30

Sajingan Riam Berasak Dsn. Batu Hitam Ds. Senatap

S. Berasak

0,1183 76 40

Sajingan Riam Kalimayong Dsn. Batu Hitam Ds. Senatap

S. Kalimayong

1,0126 30 150

Sajingan Riam Cagat / Riam Babon

S. Bantanam 14,41 100 8.646

TOTAL 10.314,5

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

26

Tabel 2.10 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Sanggau

Kecamatan Desa/Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi (Kw)

1 2 3 4 5 6

Bonti Gurung Tinjau Ds. Tabau Bahta

S. Umpan 0,28 28 47,04

Bonti Tamanta Ds. Bantai

S. Tamanta 1,50 30 270

Entikong S. Punti S. Punti 2,54 17,5 266,70

Sanggau Kapuas

Mawang I Ds. Manah

S. Sedua Kanan

2,50 29,3 439,50

Entikong S. Unggah S. Unggah 2,40 16 230,40 Sanggau Kapuas

Mawang II Ds. Manah

S. Tembaga 2,50 100 1.500

Sanggau Kapuas

Mawang II Ds. Manah

S. Pungkar 0,40 150 360

Sanggau Kapuas

Jelipa S. Meno 2,67 10,4 166,60

Sekayam Riam Jengawat Ds. Bungkang

S. Sisang 0,17 15 25

Tayan Riam Sengayak Ds. Riyai

S. Sengayak

2,25 47,5 641,25

Bonti Riam Tingkas S. Sum 0,12 17,97 127,67

Bonti Riam Bonti S. Bonti 0,06 41,5 15,27

Total 4.089,43

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

27

Tabel 2.11 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Landak

Kecamatan Desa/Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi (Kw)

1 2 3 4 5 6

Air Besar Pade Kembayung

S. Pade & S. Kembayung

1,05 37,7 237,51

Air Besar Pade Hilir S. Pade 1,05 12,5 78,75

Air Besar Donge S. Donge 6,70 18,3 735,66 Air Besar Tengenep S. Landak 1,20 35 252

Air Besar Engkangin S. Engkangin

2,50 29,3 439,50

Air Besar Menanggar I S. Dait 2,64 40,5 641,52

Air Besar Menanggar II S. Dait 4,30 29 748,20

Air Besar Melanggar S. Landak 5,04 25 600,80 Mempawah Hulu

Riam Siname Ds. Tiang Apin Tunang

S. Mempawah

4,69 6 168,84

Mempawah Hulu

Riam Rina Ds. Tiang Apin Tunang

S. Mempawah

0,53 7 22,26

Mempawah Hulu

Riam Galar Ds. Emang Galar

S. Sede 0,38 24 54,14

Ngabang Riam Ango Ds. Angan Rampan Dsn. Angan Tembawang

S. Rentawan

0,39 21 50

Ngabang Air terjun Penga Ds. Antan Rayan Dsn. S. Durian

S. Panga 0,10 48 28

Ngabang Ds. Mungguk S. Sitegung 0,25 25 40,14 Air Besar Riam Pedungu

Ds. Sepangah Dsn.

S. Pedungu 0,07 58 25

Air Besar Rombo Dait Ds. Sekendal Dsn. Engkitif

S. Rombo Dait

0,39 37,5 173

Air Besar Ds. Sebatih Dsn. Tandi Birah

S. Sabada 0,09 19,4 10

Air Besar Rombo Stiin Ds. Tenguwe Dsn. Tandi

S. Pade 0,02 21 99,93

Sengah Temila

Ds. Sebatih Dsn. Keranji Birah

S. Sabada 0,09 19,4 10

TOTAL 4.415,25

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

28

Tabel 2.12 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Sekadau

Kecamatan Desa/Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi (Kw)

1 2 3 4 5 6

Nanga Taman

Sirin Punti Ds. Sangke

S. Punti 0,67 58 233,16

Nanga Taman

Sirin Meragun Ds. Meragun

S. Meragun 2,63 52 820,56

Nanga Mahap

Tingkak Tinggal Dsn. Cenayan

S. Kembian 0,812 19 92,56

Nanga Mahap

Tempanak Ds. Sababas Dsn. Pahit

S. Tempana 1,688 12 121,53

Sanggau Kapuas

Mawang I Ds. Manah

S. Sedua Kanan

2,50 29 439,50

Belitang Hilir

Sumpit S. Sumpit 0,57 21 71,82

Nanga Mahap

Cuci Kain Ds. Tembaga

S. Sekadau 0,71 40 169,94

Nanga Taman

Batu Joto Ds. Landaw Mentawa

S. Entuka 3,45 15 310,39

Nanga Taman

Ritang Jati S. Senobon 0,127 14 20

Sekadau Hulu

Cupang Gading S. Baing 0,27 15 39

TOTAL 2.318,46 Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

Tabel 2.13 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Sintang

Kecamatan Desa/Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi (Kw)

1 2 3 4 5 6 Ketungau Tengah

Wong Tapah Ds. Margahayu

S. Merakai 0,50 3,5 233,16

Ketungau Tengah

Wong Tungku Ds. Wana Bhakti

S. Tungku 1,00 25 150

Tempunak Ds. S. Buruh Gurung Mali

S. Capat Cunai

0,14 49 41,16

Ketungau Hulu

Riam Udang Ds. Jasa

S. Udang 0,35 12 25,20

Sepauk Tuja Pamak Ds. Juan Ng.Pari

S. Sepauk 0,88 30 158,40

Sepauk Tuja Supit Ds. Ng.Pari

S. Silit 0,234 9 12,64

Sekadau Hulu

Cupang Gading S. Baing 0,271 15 39

TOTAL 659,56

29

Tabel 2.14 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Melawi

Kecamatan Desa/Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi (Kw)

1 2 3 4 5 6

Nanga Pinoh

Riam Batu licin Ds.Poring

S. Iban 0,87 2,5 13,11

Nanga Pinoh

Riam Guhung Ds.Tanjung Sari

S.Kenyikap 1,13 3,4 22,99

Ambalau Nokan Jenggonoi Ds. Deme

S. Jenggonoli

1,90 180 2,05

Ambalau Nokan Undak Ds.Buntut Sabun

S. Undak 1,36 20 163,20

Ambalau Nokan Cecak Ds. Kemenagai

S. Cecak 1,90 8 91,20

Serawai Ds. Nusa Bhakti S. Pengundang

0,16 25 24

Sokan Riam Nanga Ds. Keluing Taja

S. Nanga 0,15 15 13,50

Nanga Pinoh

Pinoh 1 S. Pinoh 40,2 58,5 14.110,20

Nanga Pinoh

Pinoh 2 S. Pinoh 44,5 62,7 16.749

Nanga Pinoh

Pinoh 3 S. Pinoh 45,4 63,3 14.110,20

Belimbing Gunung Nibong Ds. Ganja Dsn. Na Raya

S. Giam 0,44 45 40

Tanah Pinoh

Gunung Siling Bejampong Ds. Ulak Muid

S. Melawi 2,59 10 150

Sayan Cahai Lintah Ds. Bora Dsn. Belanga

S. Lintah 0,38 48 127

Sayan Cahai Sintot Ds. Bora Dsn. Mentawa

S. Merindon 0,33 9 20

Sayan Cahai Mentawa Dsn. Bora

S. Mentawa 0,358 15 37,5

TOTAL 45.673,95

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

30

Tabel 2.15 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Kapuas Hulu

Kecamatan Desa/Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi (Kw)

1 2 3 4 5 6

Batang Lupar

S. Abau S. Sidik 0,10 90 54

Batang Lupar

Dsn. Ubang S. Entabaluh 6,14 40 1.473,60

Manday Nanga Tubuk S. Sepangin 0,88 30 252,20 Hulu Gunung

Medang Pulang Ds. Mentawid

S. Medang 0,92 7 38,53

Hulu Gunung

Riam Siname S. Medang 0,22 8 10,56

Silat Hulu/Hilir

S. Silat S. Silat 17,5 25,7 2.698,50

Badau Wong Perawan Ds. Kekura

S. Besar 0,14 54 44

Badau Wong Kijang Ds. Kekura

S. Kalian 0,31 14 26

Mentebah Gunung Sangai Ds. Tanjung

S. Besar 0,28 31 55

TOTAL 4.652,39

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

Tabel 2.16 Potensi Air Kalimantan Barat Kayong Utara

Kecamatan Desa/Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi (Kw)

1 2 3 4 5 6

Sukadana Ds. Sedahan Jaysinga Dsn. Bagasing

S. Lubuk Pahat 0,37 25 55

Sukadana Ds. Pampang Harapan Dsn. Pasir Mayang

S. Ma’ Baguk 0,32 15 25

Sukadana Ds. Harapan Mulya Dsn. Mentubang

S. Lubuk Tapah 0,11 10 12

Sukadana Ds. Riam Berasap Jaya Riam Berasap

S. Siduk 2,76 10 165

Sukadana Ds. Sedahan S. Air Putih 0,19 33 39

TOTAL 296

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

31

Tabel 2.17 Potensi Air Kalimantan Barat Kabupaten Ketapang

Kecamatan Desa/Dusun Lokasi Debit (m3/detik)

Head (m)

Potensi

(Kw)

1 2 3 4 5 6

Nanga Tayap

Ds. Pangkalan Teluk Batu Mas Dsn. Sembalangan

S. Kelik / S. putih

0,11 47 31

Sungai Laur

Empangil Riam Bunut

S.Bengaras 0,18 35 40,95

Jalai Hulu Siling Begandum Ds. Karang Dangin

S.Begandum 2,42 60 566,90

Jalai Hulu Siling Bayah Ds. Limpang

S.Bayah 0,863 60 186,5

Jalai Hulu Ds. Pangkalan Suka Dsn. Karang Dangin

- - - 214,5

Simpang Dua

Ds.Gema - - - 85,6

Sungai Laur

Ds.Selangkut Dsn.selangkut Riam I

- - - 11,39

Sungai Laur

Ds.Selangkut Dsn.selangkut Riam II

- - - 13,39

Simpang Dua

Ds.Mekar Raya Dsn.Kembara Riam Beruak

S.Beruak 0,18 60 100

Simpang Dua

Ds.Mekar Raya Dsn.Banjar Riam Bejangkar

S.Mumpudang 0,51 7 35

TOTAL 1.285,2

3

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

Pemanfaatan sumber daya alam berupa air masih skala kecil di

Kalimantan Barat, untuk pemanfaatannya baru sebagai Pembangkit

Listrik Tenaga Mikro Hydra (PLTMH) belum ada yang sebagai

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Hal ini dapat terlihat pada tabel

2.18 di bawah ini.

32

Tabel 2.18 PLTMH PLN Kalimantan Barat

No Nama Pembangkit Lokasi Jumlah (Unit)

Kapasitas (Kw)

1 PLTMH Merasap Merasap 1 1275

2 PLTMH Bora Bora 1 170

3 PLTMH Sajingan Sajingan 1 191

Sumber : PT. PLN (Persero)

Menurut RUPTL 2019-2028 Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi

tenaga air menjadi PLTM / PLTA sebesar 26 MW.

2.2.2.1.2.3 Potensi Panas Bumi

Tabel 2.19 Potensi Panas Bumi Kalimantan Barat

No Lokasi

Potensi

1 Sibetuk, Kec. Ketungau Tengah, Kab. Sintang

25 MW

2 Jagoi Babang, Kec. Jagoi Babang, Kab. Bengkayang

12,5 MW

3 Meromoh, Kec. Jagoi Babang, Kab. Bengkayang

12,5 MW

4 Nanga Payang, Desa Nanga Payang, Kec. Bunut Hulu, Kab. Kapuas Hulu

12,5 MW

5 Simpang Lotup, Kab. Sanggau 12,5 MW

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

2.2.2.1.2.4 Potensi Biomassa

Menurut RUPTL 2019-2028 potensi biomassa di provinsi Kalimantan Barat

sebesar 81 MW, potensi paling banyak adalah dari limbah perkebunan

sawit yang tersebar dan dapat digunakan sebagai bahan energi primer

untuk PLTBio. Pemanfaatan potensi ini sangat didukung oleh banyaknya

pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di Provinsi Kalimantan Barat.

33

2.2.2.2 Konsumsi Energi Daerah

2.2.2.2.1 Energi Listrik

Sistem tenaga listrik Kalimantan Barat terdiri atas satu sistem interkoneksi 150

kV dan beberapa sistem isolated. Sistem interkoneksi yang juga dikenal

dengan sistem khatulistiwa meliputi kota Pontianak, Singkawang, Sambas,

Bengkayang, Ngabang hingga Tayan. Sistem isolated terdiri atas Sanggau,

Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Putussibau, Ketapangdan sistem tersebar

lainnya. Sistem – sistem ini kedepannya akan terinterkoneksi dengan sistem

khatulistiwa. Kebutuhan energi listrik bagi masyarakat di Kalimantan Barat

dilayani oleh PT. PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Kalimantan Barat. Dengan

4 (empat) klasifikasi pelanggan, yaitu rumah tangga, industri, bisnis, publik

dan industri. Berikut kondisi konsumsi energi listrik di Kalimantan Barat tahun

2011 - 2017 dan estimasi tahun 2018 per kelompok pelanggan.

Tabel 2.20 Realisasi Jumlah Pelanggan (Ribu)

No Kelompok Pelanggan

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018*

1 Rumah Tangga

589,3 667,5 730,0 790,0 832,7 884,8 943,0 999,6

2 Bisnis 45,3 49,8 54,3 57,3 60,4 64,7 69,0 71,8

3 Publik 18,5 19,8 21,4 23,1 24,4 26,5 28,4 30,1

4 Industri 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5

Sumber : RUPTL 2019-2028 *Estimasi realisasi

Tabel 2.21 Realisasi Penjualan Tenaga Listrik (GWh)

No Kelompok Pelanggan

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018*

1 Rumah Tangga

869 1.009 1.115 1.213 1.297 1.398 1.430 1.481

2 Bisnis 367 371 377 392 423 471 498 540

3 Publik 121 138 157 165 173 184 189 200

4 Industri 78 86 91 93 97 107 136 153

Sumber : RUPTL 2019-2028 *Estimasi realisasi

34

Pada Tabel 2.21, terlihat bahwa konsumsi listrik Provinsi Kalimantan Barat

selalu meningkat tiap tahunnya, dengan konsumsi tertinggi berada di sektor

rumah tangga, disusul dengan sektor bisnis, publik dan sektor industri. Salah

satu hal yang perlu dicatat adalah konsumsi listrik industri hanya sekitar 4.9%

dari total konsumsi listrik Kalimantan Barat, sehingga dapat disimpulkan sektor

industri belum berkembang dengan baik dan merupakan sektor yang

berpotensi besar untuk ditingkatkan sehingga konsumsi energi terutama

konsumsi listrik digunakan untuk sektor yang menghasilkan nilai tambah yang

besar. Sektor rumah tangga dan bisnis saat ini merupakan konsumen terbesar

konsumsi listrik sehingga sektor ini tepat untuk diterapkan berbagai kebijakan

efisiensi energi untuk menghindari defisit pasokan listrik di Kalimantan Barat.

Rasio elektrifikasi (RE) Provinsi Kalimantan Barat yang merupakan

penjabaran dari rasio elektrifikasi setiap Kabupaten / Kota di Provinsi

Kalimantan Barat dapat ditunjukan pada tabel berikut

Tabel 2.22 Rasio Elektrifikasi Kalimantan Barat Tahun 2018

No Kabupaten / Kota Jumlah Rumah

Tangga Rumah Tangga berlistrik

(PLN + non PLN) RE (%)

1 Kab. Mempawah 84.164 84.164 100

2 Kab. Landak 77.307 43.868 56,74 3 Kab. Kubu Raya 128.435 128.435 100

4 Kota Pontianak 140.856 140.856 100

5 Kab. Sambas 130.408 115.850 88,84

6 Kab. Bengkayang 57.995 40.064 69,08 7 Kota Singkawang 47.690 47.690 100

8 Kab. Sanggau 112.208 81.480 72,61

9 Kab. Sintang 98.960 63.848 64,51

10 Kab. Kapuas Hulu 63.077 44.884 71,15 11 Kab. Sekadau 51.395 28.469 55,39

12 Kab. Melawi 61.779 43.464 70,35

13 Kab. Ketapang 106.715 82.311 77,13

14 Kab. Kayong Utara 24.038 17.609 73,25 RE Kalimantan Barat 2018 81,25

Sumber : PT.PLN (Persero)UIW Kalbar

2.2.2.2.2 Energi Non Listrik

Berikut konsumsi energi non listrik berupa BBM di Provinsi Kalimantan Barat

berdasarkan data PT. Pertamina (Persero) & BPH Migas.

35

Tabel. 2.23 Realisasi Penjualan BBM di Kalimantan Barat

No Jenis BBM Satuan Realisasi

2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Premium * (JBT/JBKP)

KL 550.408 562.808 559.533 524.467 348.211 268.348

2 Premium (JBU)

KL 4.065 3.753 4.295 4.712 5.236 4.943

3 Solar (JBT) KL 377.839 369.849 273.939 274.011 305.847 332.447

4 Solar (JBU) KL 495.816 535.097 688.861 611.538 566.977 13.106

5 Pertamax KL - - - 3.633 14.543 13.106

6 Pertamax Plus

KL 4.679 5.788 8.645 8.077 - -

7 Pertamina Dex

KL 20 765 1.104 670 823 1.040

8 Biosolar KL 9.794 20.144 7.467 21.572 2.102 146.645

9 Pertalite KL - - 1.318 63.385 262.698 369.226

10 Pertamax Turbo

KL - - - - - 368

11 Dexlite KL - - - 1.315 4.336 11.776

12 Minyak Tanah (JBT)

KL 13.620 - - - - -

13 Minyak Tanah (JBU)

KL 2.911 1.196 173 195 29 -

14 Minyak Bakar

KL 205.610 223.876 218.996 203.184 170.778 94.540

15 Avtur KL 37.304 35.280 34.158 39.749 50.645 54.193

Sumber : PT.Pertamina (Persero) & BPH Migas

Tabel 2.24 Realisasi Penjualan LPG di Kalimantan Barat

No Jenis BBM Satuan Realisasi

2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 LPG 3 Kg Metric Ton 69.206 82.402 96.590 107.697 115.167 118.285

2 LPG 5,5 Kg Metric Ton - - - 56 554 1.999

3 LPG 12 Kg Metric Ton 21.043 19.741 14.589 12.425 12.796 13.690

Sumber : PT.Pertamina (Persero) & BPH Migas

*Premium : untuk tahun 2013-2014 merupakan realisasi Jenis BBM Tertentu (JBT), 2015-2018 merupakan realisasi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP)

JBU (Jenis BBM Umum)

36

2.2.2.3 Pasokan Energi Daerah

2.2.2.3.1 Energi Listrik

Sistem ketenagalistrikan Kalimantan Barat terdiri atas satu sistem interkoneksi

150 kV dan beberapa sistem isolated. Sistem interkoneksi yang juga dikenal

dengan Sistem Khatulistiwa meliputi kota Pontianak, Singkawang, Sambas,

Bengkayang, Ngabang hingga Tayan. Sistem isolated terdiri atas Sanggau,

Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Putussibau, Ketapang dan sistem tersebar

lainnya. Berikut komposisi pembangkit eksisting di sistem tenaga listrik

Provinsi Kalimantan Barat sampai tahun 2018, seperti tabel berikut ini.

Tabel 2.25 Pembangkit Tenaga Listrik Eksisting

No Pembangkit Sistem Jumlah

Unit

Total Kapasitas

(MW)

Daya Mampu (MW)

1 PLN PLTD Khatulistiwa 19 93,7 69,3

Sanggau 5 4,8 4,8

Sekadau 4 1,7 1,7

Sintang 11 9,2 9,2

Putussibau 11 9,4 9,4

Ketapang 14 15,8 15,8

Balai Karangan 6 4 4

Nanga Tayap 4 0,3 0,3

Air Upas 1 0,4 0,4

Kota Baru 1 0,3 0,3

Semitau 5 3,1 3,1

Tepuai 3,0 3,0 3,0

Badau 3,0 1,5 1,5

Padang Tikar 6,0 2,5 2,5

PLTG Khatulistiwa 1 34 28,9

PLTU Khatulistiwa 1 50 50

Sanggau 1 14 14

Sintang 1 7 7

Jumlah PLN 97 254,7 225,2

2 IPP PLTBm Khatulistiwa 1 5 5

Khatulistiwa 1 10 10

PLTG Khatulistiwa 4 100 100

Jumlah IPP 6 115 115 3 Excess

PLTM Balai Karangan 1 1,5 1,5

Badau 1 0,4 0,4 Jumlah Excess 2 1,9 1,9

37

4 Import PLTA Khatulistiwa 1 230 230

Jumlah Import 1 230 230

5 Sewa PLTD Sanggau 4 14 14

Sekadau 1 8 8

Sintang 3 16 16

Nanga Pinoh 2 8 8 Ketapang 3 10 10

Balai Karangan 1 2 2

Air Upas 1 2 2

Kota Baru 1 1 1 Jumlah Sewa 16 61 61

Jumlah 122 662,6 633,1

Sumber : PT.PLN (Persero) UIW Kalbar

Selain disuplai dari pembangkit – pembangkit yang terinterkoneksi dengan

sistem Khatulistiwa dan sitem Isolated dari PLN, pemenuhan kebutuhan

energi juga disuplai dari pembangkit – pembangkit (PLTMH, PLTS) dan

Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) yang dibangun oleh Pemerintah

Provinsi Kalimantan Barat dan bantuan dari pusat untuk daerah – daerah yang

sulit dijangkau oleh pembangkit – pembangkit PLN. Adapun pembangkit –

pembangkit tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2.26 Data PLTMH Offgrid di Kalimantan Barat

No Kabupaten Kecamatan Desa unit Tahun Kapasitas

(Kw)

1 Landak Air Besar Tenguwe 1 2014 50

2 Landak Air Besar Pare 1 2015 33

3 Ketapang Jelai Hulu Karang dangin 1 2015 100 4 Sekadau Belitang

Hilir Merbang 1 2017 30

Total Kapasitas 213

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

Tabel 2.27 Data PLTS Terpusat di Kalimantan Barat

No Kabupaten Kecamatan Desa unit Tahun Kapasitas

(Kw)

1 Landak Kuala Behe Semedang 1 2012 5 2 Landak Sengah Temila Sidik Tembawang 1 2012 15

3 Landak Kuala Behe Permiit 1 2013 15

4 Landak Air Besar Nyari 1 2013 15

5 Landak Air Besar Tengon 1 2013 15 6 Landak Kuala Behe Sehe Lunsur 1 2014 15

7 Landak Kuala Behe Muun 1 2014 15

38

8 Landak Sengah Temila Gombang 1 2014 15 9 Sintang Ketungau

Tengah Begelang Jaya 1 2014 15

10 Sintang Ketungau Hulu Nanga Badau 1 2014 20

11 Kapuas Hulu

Batang Lupar Mensiu 1 2014 15

12 Kapuas Hulu

Badau Semuntik 1 2014 15

13 Kapuas Hulu

Embaloh Hulu Rantau Prapat 1 2014 15

14 Bengkayang Siding Hlibue 1 2014 30

15 Landak Air Besar Engkadik Pade 1 2015 50 16 Landak Menyuke Ongkol Padang 1 2015 50

17 Landak Air Besar Temoyok 1 2015 50

18 Landak Jelimpo Sekais 1 2015 50

19 Bengkayang Sungai Betung Karya Bakti 1 2015 20 20 Bengkayang Jagoi Babang Semunying Jaya 1 2015 15

21 Bengkayang Sungai Betung Suka Bangun 1 2015 15

22 Sanggau Kapuas Pana 1 2015 50

23 Bengkayang Sungai Raya Karimunting 1 2015 75 24 Bengkayang Seluas Bengkawan 1 2015 50

25 Bengkayang Lembah Bawang

Tempapan 1 2015 50

26 Bengkayang Capkala Aris 1 2015 50

27 Bengkayang Jagoi Babang Sinar Baru 1 2015 20

28 Landak Menjalin Bengkawe 1 2016 18 29 Sanggau Jangkang Balai Sebut 1 2017 20

30 Sanggau Jangkang Balai Sebut 1 2017 15

31 Sangau Jangkang Terati 1 2017 30

32 Sintang Ketungau Hulu Sejawak 1 2017 30 33 Sintang Ketungau

Tengah Nanga Kelapan 1 2017 30

34 Sintang Ketungau Tengah

Gut Jaya Bhakti 1 2017 30

35 Kubu Raya Batu Ampar Batu Ampar 1 2017 100

36 Kubu Raya Batu Ampar Sungai Kerawang 1 2017 150

37 Kubu Raya Batu Ampar Muara Tiga 1 2017 75

38 Bengkayang Sungai Betung Sepoteng 1 2017 10 39 Sanggau Jangkang Selampung 1 2017 15

40 Sanggau Jangkang Selampung 1 2017 20

41 Landak Kuala Behe Manggam Bati 1 2017 27

42 Sanggau Jangkang Selampung 1 2018 20 43 Bengkayang Sanggau Ledo Danti 1 2018 24

44 Melawi Sayan Nanga Raku 1 2018 15

45 Melawi Menukung Tanjung Beringin 1 2018 15

46 Melawi Menukung Mawang Mentatai 1 2018 24 Total Kapasitas 1.433

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

39

Tabel 2.28 Data LTSHE di Kalimantan Barat 2018

No Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah

KK

1 Melawi Belimbing Balai Agas 348

2 Melawi Ella Hilir Nanga Nyuruh 162 3 Melawi Ella Hilir Bemban Permai 120

4 Melawi Ella Hilir Parembang Nyuruh 68 5 Melawi Ella hilir Jabai 122

6 Melawi Sayan Nanga Raku 132 7 Melawi Sayan Nanga Pak 374

8 Melawi Sokan Teluk Pongkal 149 9 Melawi Tanah Pinoh Maris Permai 170

10 Melawi Tanah Pinoh Barat Lintah Taum 261 11 Melawi Tanah Pinoh Barat Harapan Jaya 323

12 Sintang Sepauk Nanga Pari 113 13 Sintang Sepauk Ensabang 197

14 Sintang Ketungau Tengah Mungguk Gelombang 82 15 Sintang Ketungau Tengah Wana Bhakti 43

16 Sintang Ketungau Tengah Wana Bhakti 119 17 Sintang Ketungau Tengah Gut Jaya Bhakti 65

18 Sintang Ketungau Tengah Kayu Dujung 111 19 Sintang Ketungau Tengah Kayu Dujung 72

20 Sintang Ketungau Tengah Kubu Berangan 23 21 Sintang Ketungau Tengah Kubu Berangan 80

22 Sintang Ketungau Tengah Wirayuda 122 23 Sintang Ketungau Tengah Wirayuda 101

24 Sintang Ketungau Tengah Panggi Agung 191 25 Sintang Ketungau Tengah Gut Jaya Bhakti 104

26 Landak Air Besar Tenguwe 335 27 Landak Air Besar Parek 101

28 Landak Air Besar Tengon 82 29 Landak Air Besar Sempatung 231

TOTAL 4.401

Sumber : Dinas ESDM Prov. Kalbar

Selain itu terdapat beberapa pembangkit tenaga listrik yang sedang dibangun

dan akan dibangun di Provinsi Kalimantan Barat. Pembangkit – pembangkit

tersebut diharapkan dapat menambah pasokan energi listrik di Provinsi

Kalimantan Barat untuk memenuhi kebutuhan listrik Industri dan masyarakat

Provinsi Kalimantan Barat, serta untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dan

keandalan sistem Provinsi Kalimantan Barat. Berikut rencana pengembangan

Pembangkit di Provinsi Kalimantan Barat.

40

Tabel 2.29 Rencana Pengembangan Pembangkit Kalimantan Barat

No Sistem Jenis Proyek Kapasitas COD Status Pengembang

1 Khatulistiwa PLTU Parit Baru (FTP1) 2x50 2019 Konstruksi PLN

2 Khatulistiwa PLTU Parit Baru (FTP2) 50 2019 Konstruksi PLN

3 Meliau PLTBio PLTBio Meliau (Kuota) Tersebar

2 2020 Rencana IPP

4 Ketapang PLTBio PLTBio Ketapang (Kuota) Tersebar

5 2021 Rencana IPP

5 Khatulistiwa PLTU Kalbar 1 2x100 2020 Konstruksi IPP

6 Khatulistiwa PLTBio PLTBio Khatulistiwa (Kuota) Tersebar

5 2020 Rencana IPP

7 Nanga Pinoh PLTBio PLTBio Nanga Pinoh (Kuota) Tersebar

10 2021 Rencana IPP

8 Putusibau PLTBio PLTBio Putusibau (Kuota) Tersebar

10 2021 Rencana IPP

9 Sanggau PLTBio PLTBio Sanggau (Kuota) Tersebar

1,2 2021 Rencana IPP

10 Sekadau PLTBio PLTBio Sekadau (Kuota) Tersebar

10 2021 Rencana IPP

11 Sintang PLTBio PLTBio Sintang (Kuota) Tersebar

10 2021 Rencana IPP

12 Balai Karangan

PLTBio PLTBio Balai Karangan (Kuota) Tersebar

6 2021 Rencana IPP

13 Ketapang PLTBio PLTBio Ketapang (Kuota) Tersebar

10 2020 Rencana IPP

14 Khatulistiwa PLTG Kalbar / Pontianak Peaker

100 2021 Rencana PLN

15 Khatulistiwa PLTM PLTM Kalbar (Kuota) Tersebar

26 2021 Rencana IPP

16 Khatulistiwa PLTM Banangar / Melanggar

2,5 2023 Rencana IPP

17 Khatulistiwa PLTM Kembayung 1 6,41 2024 Rencana PLN

18 Khatulistiwa PLTM Kembayung 2 4,46 2024 Rencana PLN

19 Putusibau PLTM Jitan 3,4 2025 Rencana PLN

20 Putusibau PLTM Kalis 3 2025 Rencana PLN

21 Sekadau PLTM Mahap 1,3 2025 Rencana PLN

22 Khatulistiwa PLTU Ketapang (Ex Timika)

2x7 2028 Rencana PLN

23 Khatulistiwa PLTU Pantai Kura-kura (FTP1)

2x27,5 2019/20

Konstruksi PLN

24 Khatulistiwa PLTU Kalbar 2 2x100 2022/23

Rencana IPP

25 Khatulistiwa PLTU Kalbar 3 2x100 2025/26

Rencana PLN

TOTAL 1.035,27

Sumber : RUPTL 2019-2028

41

Gambar 2.8 Sistim-Sistem kelistrikan di Kalbar

Pasokan listrik dalam sitem kelistrikan Kalimantan Barat saat ini berasal dari 5

(lima) sumber dengan jumlah kapasitas 662,6 MW, yakni :

1. Pembangkit milik PLN (kapasitas total 254,7 MW)

2. Pembangkit milik swasta (kapasitas total 115 MW)

3. Excess Power (kapasitas total 1,9 MW)

4. Import tenaga listrik (kapasitas total 230 MW)

5. Pembangkit sewaaan (kapasitas total 61 MW)

2.2.2.3.2 Energi Non Listrik

Sebagian besar BBM yang yang berasal dari minyak bumi dipasok oleh PT.

Pertamina. Jalur distribusi BBM dan Gas Provinsi Kalimantan Barat dipasok

dari Kilang Dumai, Kilang Plaju, Kilang Balongan, TBBM Tj. Uban, TBBM Tj.

42

Gerem/Merak, TBBM Sambu dan TBBM Kota baru. BBM yang dipasok

berupa premium, biosolar, pertalite, pertamax, pertamax turbo, dexlite,

permina dex dan LPG. Pasokan BBM ditempatkan pada 4 tangki timbun

seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.30 Kapasitas Tangki Timbun BBM Kalimantan Barat

No Fasilitas Kapasitas

(KL) Sumber Suplai

1 TBBM Pontianak 51,240 Kilang Dumai, Plaju, Balongan, TBBM Tj. Uban, Tj. Gerem/Merak, Sambu, Kota Baru

2 TBBM Sintang 20,807 TBBM Pontianak

3 Jobber Ketapang 6,789 TBBM Tj.Geram, Tj. Uban, Pontianak

4 Jobber Sanggau 11,422 TBBM Tj. Uban, Tj. Gerem, Pontianak

TOTAL 90,258 Sumber : PT. Pertamina MOR VI

Gambar 2.9 Pola Suplai Reguler BBM di Kalimantan

BBM dari Kilang Dumai, Plaju, Balongan, TBBM Tj. Uban, Tj. Gerem,

Sambu, Kota Baru akan di tampung di TBBM Pontianak dengan kapasitas

tampung 51,240 KL, kemudian baru disalurkan ke TBBM Sintang dengan

kapasitas tampung 20,807 KL. BBM dari TBBM Tj. Geram, Tj. Uban dan

Pontianak di salurkan di Jobber Ketapang dengan kapasitas tampung 6,789

43

KL. BBM dari TBBM Tj. Uban, Tj.Gerem dan Pontianak disalurkan di Jobber

Sanggau dengan kapasitas tampung 11,422 KL. Pola distribusi BBM di

Kalimantan Barat secara jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.10 Pola Pendistribusian BBM di Kalimantan Barat

Gambar 2.11 Lembaga Penyalur BBM di Kalimantan Barat

Terdapat 130 SPBU, 37 SPBU Mini/Kompak, 19 SPBU-N dan 8 SPBB

Lembaga Penyalur BBM yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Untuk

44

fasilitas LPG di kalimantan Barat secara jelas dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 2.12 Fasilitas LPG di Kalimantan Barat

Untuk fasilitas LPG di Provinsi Kalimantan Barat terdapat 1 Depot Mini LPG

dan SPPBE UGE dengan Total Kapasitas Tangki Timbun 2.050 Metric Ton,

Total Kapasitas Tangker 3.700 Metric Ton dengan Total Distribusi 430 Metric

Ton/hari. Kemudian terdapat 9 SP(P)BE PSO yang tersebar di Kota

Singkawang (2 SPPBE), Kabupaten Mempawah (2 SPPBE), Kabupaten

Kubu Raya (1 SPPBE), Kabupaten Sanggau (1 SPPBE), Kabupaten Sintang

(1 SPPBE), Kabupaten Ketapang (2 SPPBE), 1 SP(P)BE Non PSO

(Kabupaten Mempawah), 74 Agen LPG PSO, 11 Agen LPG Non PSO dan

2.194 Pangkalan LPG. Provinsi Kalimantan Barat juga sudah mempunyai

Lembaga Penyalur BBM 1 Harga yang secara jelas dapat dilihat pada

gambar berikut.

45

Gambar 2.13 Lembaga Penyalur BBM 1 Harga di Kalimantan Barat

2.2.2.4 Elastisitas dan Intensitas Energi Daerah

Elastisitas dan intensitas energi adalah indikator yang umum digunakan dalam

perhitungan konsumsi energi. Elastisitas energi menggambarkan

perbandingan laju pertumbuhan konsumsi energi dibandingkan pertumbuhan

variabel lain, misalnya pertumbuhan ekonomi. Sehingga, elastisitas energi

berguna dalam menentukan proyeksi konsumsi energi di masa mendatang

dengan berbekal variabel lain yang dijadikan pembanding. Di sisi lain, terdapat

pula indikator intensitas energi. Intensitas energi menggambarkan jumlah

energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu satuan produk tertentu.

Jika yang dimaksud adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kalimantan Barat, maka intensitas energi adalah jumlah energi yang

diperlukan untuk menghasilkan 1 Miliar rupiah PDRB di Provinsi Kalimantan

46

Barat. Dalam hal ini Intensitas energi menunjukkan tingkat efisiensi

perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat. Indikator energi Provinsi

Kalimantan Barat dapat dilihat pada table 2.31 di bawah ini.

Tabel 2.31 Indikator Energi Kalimantan Barat 2015

Indikator 2015

Elastisitas Pemakaian Energi Final 1.2

Pemakaian Energi Final per PDRB (TOE/Miliar Rupiah)

11.9

Pemakaian Energi Final per kapita (TOE/kapita/tahun)

0.3

Pemakaian Listrik per Kapita (kWh/kapita/tahun) 413.9

Rasio Elektrifikasi (Persen) 74,71

2.3 KONDISI ENERGI DAERAH DI MASA MENDATANG

2.3.1 Struktur Pemodelan dan Asumsi Dasar

Struktur pemodelan dalam rencana umum energi provinsi Kalimantan Barat

mengacu pada struktur model RUEN. Struktur ini memiliki sektor Permintaan

(Demand), Penyediaan (Supply), Proses Transformasi (Transformation) serta

Variabel Asumsi (Key Assumption). Struktur ini merupakan struktur yang

diperlukan pada aplikasi pemodelan LEAP dan mengacu pada struktur RUEN

yang telah disarankan oleh tim Pendampingan Penyusunan RUED (P2RUED)

seperti pada Gambar 2.14.

47

Gambar 2.14 Struktur Pemodelan dan Variable Asumsi RUED Kalimantan

Barat

Asumsi-asumsi kunci yang digunakan dalam pemodelan RUED ini mengacu

kepada asumsi kunci yang digunakan oleh RUEN. Penyesuaian nilai dari

asumsi-asumsi kunci dilakukan untuk mengacu kepada kondisi provinsi

Kalimantan Barat. Misalnya: PDRB, penggunaan energi listrik sektor rumah

tangga, sektor industri, dan lainnya. Asumsi-asumsi kunci yang digunakan

dalam melakukan pemodelan RUED provinsi Kalimantan Barat antara lain

adalah: demografi, ekonomi, elastisitas aktifitas dan angkutan jalan raya. Dalam

model perencanaan energi Kalimantan Barat, digunakan beberapa asumsi dasar

dari sektor-sektor yang mempengaruhi karakteristik permintaan energi yang akan

48

digunakan dalam perhitungan proyeksi permintaan energi. Asumsi-asumsi

tersebut adalah sebagai berikut :

2.3.1.1 Demografi

Faktor demografi yang merupakan asumsi kunci pada pemodelan adalah

jumlah populasi, pertumbuhan populasi, tingkat urbanisasi, jumlah rumah

tangga dan ukuran rumah tangga.

Tabel 2.32 Asumsi Kunci Faktor Demografi

Variabel Asumsi Unit 2015 2025 2050

Jumlah Penduduk Juta Jiwa 4,8 5,4 6,5 Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun % 1,4 1,1 0,7

Tingkat Urbanisasi % 33.1 39.8 58.0 Jumlah RumahTangga Juta 1.1 1.3 1.7

Ukuran RumahTangga Jiwa/Ruta 4.3 4.1 3.9

Sumber: Permodelan LEAP Kalimantan Barat

2.3.1.2 Ekonomi Makro

Salah satu faktor penggerak roda perekonomian adalah ketersediaan sumber

energi yang cukup dan handal. Dengan demikian jumlah konsumsi dan

penyediaan energi memiliki relasi dengan struktur perekonomian di suatu

wilayah (negara/propinsi). Kebijakan tentang energi untuk sebuah wilayah

akan berdampak langsung pada perekonomian di daerah itu. Dalam

pemodelan RUED Kalimantan Barat, maka beberapa faktor ekonomi dijadikan

sebagai asumsi-asumsi kunci, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.32

Tabel 2.33 Asumsi Kunci Faktor Ekonomi

Faktor Ekonomi Unit 2015 2025 2050

Pertumbuhan PDRB % 4,9 7,0 6,0 PDRB per Kapita Juta rupiah 23,5 38,2 164,2

PDRB Triliun rupiah 112,3 207,6 1.074,7

Sumber: Permodelan LEAP Kalimantan Barat

2.3.1.3 Faktor Elastisitas Aktifitas

Teori ekonomi mikrou mumnya menjelaskan bahwa elastisitas dapat dtinjau

dari dua sisi. Elastisitas permintaan adalah pengaruh perubahan harga

terhadap besar kecilnya jumlah suatu produk yang diminta. Sedangkan

49

elastisitas penawaran adalah sebuah pengaruh perubahan harga terhadap

besar kecilnya jumlah produk yang ditawarkan. Dengan lebih sederhana dapat

digambarkan bahwa elastisitas aktivitas dalam konteks ini merupakan

perbandingan perubahan besaran sebuah variabel ekonomi dibandingkan

dengan variabel ekonomi yang lain. Pada model RUED Kalimantan Barat,

variabel yang diambil untuk perbandingan dalam menghitung elastisitas

aktivitas adalah pertumbuhan PDRB total dengan pertumbuhan PDRB pada

sektor tertentu.

Elastisitas aktifitas pada sektor Industri, Transportasi, Komersial dan Lainnya

ditunjukkan pada Tabel 2.34 Elatisitas aktivitas untuk industri naik dari 1.19

menjadi 1.33 pada tahun 2025 dan 1.45 pada tahun 2050. Elastisitas aktivitas

transportasi turun dari 1.05 menjadi 0.8 pada tahun 2025 dan 0.6 pada tahun

2050.

Tabel 2.34 Elastisitas Aktifitas PDRB 2015

Sektor PDRB Elastisitas

PDRB Industri 1.19 PDRB Transportasi 1.05

PDRB Komersial 1.05 PDRB Lainnya 0.86

Sumber: Permodelan LEAP Kalimantan Barat

Selain asumsi kunci diatas, untuk sektor transportasi angkutan jalan raya

terdapat asumsi-asumsi kunci khusus yang terkait dengan penggunaan energi

di sektor tersebut. Adapun asumsi-asumsi kunci tersebut ditunjukkan pada

Tabel 2.35. Proyeksi jumlah kenderaan pada tahun mendatang didasarkan

pada relasi nilai asumsi pada tahun berjalan dan pertumbuhan PDRB di tahun

tersebut. Sedangkan Jarak Tempuh, Load Factor dan Operasional

diasumsikan tetap selama pemodelan.

50

Tabel 2.35 Asumsi Kunci Sektor Transportasi Jalan Raya

Asumsi Kunci Unit Mobil Bus Truk Sepeda Motor

JumlahTahun 2015 Unit 78.142 4.812 62.988 1.958.512 Jarak Tempuh KM per Tahun 16.000 50.000 50.000 9.000

Load Factor Pnp/unit *Ton/Unit (Truk)

1,8 42 8,25* 1,3

Operasional % 95 30 40 90

Sumber: Permodelan LEAP Kalimantan Barat

Jumlah kendaraan yang ditunjukkan pada Tabel 2.36 di Provinsi Kalimantan

Barat pada tahun 2015 – 2050 selalu mengalami peningkatan sehingga

kebutuhan energi untuk transportasi terutama bahan bakar juga meningkat.

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi jumlah kendaraan pada tahun 2025

untuk mobil berjumlah114,8 ribu unit, bus 5,9 ribu unit, truk 78,1 ribu unit, dan

sepeda motor 2,9 juta unit. Sedangkan pada tahun 2050 jumlah kendaraan

mengalami peningkatan sebesar mobil 242,8 ribu unit, bus12,6 ribu unit, truk

165,0 ribu unit, dan sepeda motor 3,6 juta unit. Kebutuhan operasional untuk

tiap kendaraan di Provinsi Kalimantan Barat yaitu mobil 95%, bus 40%, truk

40%; dan sepeda motor 90%. Load factor tiap kendaraan di Provinsi

Kalimantan Barat berdasarkan perhitungan yaitu (dalamPnp/unit) mobil 1,8,

bus 42, sepeda motor 1,3 dan truk 8,25 ton/unit. Jarak tempuh setiap

kendaraan di Provinsi Kalimantan Barat yaitu (dalam km/Tahun) mobil 16.000,

bus 50.000, truk 50.000, dan sepeda motor 9.000.

Tabel 2.36. Jumlah Kendaraan Tahun 2015-2050

Kendaraan Unit 2015 2025 2030 2040 2050

Mobil Ribu Unit 78.1 114.8 133.6 182.4 242.9

Bus Ribu Unit 4.8 6.0 6.9 9.5 12.6 Truk Ribu Unit 63.0 78.2 90.8 124.0 165.1

Sepeda Motor Ribu Unit 1,958.5 2,903.4 3,185.3 3,477.9 3,570.0

Sumber: Permodelan LEAP Kalimantan Barat

2.3.2 HASIL PEMODELAN ENERGI

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil pemodelan bauran permintaan

energi primer, penyediaan energi primer, kebutuhan energi per sektor dan per

jenis energi, serta kebutuhan listrik.

51

2.3.2.1 Proyeksi Bauran Energi Primer

Sumber energi primer merupakan sumber energi yang masih harus

ditransformasikan menjadi sumber energi final. Energi primer ini dapat

bersumber dari fosil maupun dari sumber energi terbarukan. Sumber energi

fosil dikelompokkan menjadi batubara, Gas dan Minyak. Bauran energi primer

untuk tahun 2025 dan 2050 ditunjukkan pada Tabel 2.37 sebagai pembanding

digunakan bauran energi primer pada tahun dasar (2015).

Tabel 2.37 Proyeksi Bauran Sumber Energi Primer

SumberEnergi Primer 2015 2025 2050

Batubara 1,2% 31,9% 23,1%

Gas 8,3% 15,9% 30,6%

Minyak 90,2% 24,8% 13,3%

Energi BaruTerbarukan 0,3% 27,5% 32,9%

Total 100% 100% 100%

Sumber: Permodelan LEAP Kalimantan Barat

Porsi energi baru terbarukan (EBT) pada tahun dasar sebesar 0,3 %,

meningkat pada tahun 2025 menjadi 27,5 % dan pada tahun 2050 diharapkan

porsi EBT menjadi 32,9 %. Porsi sumber energi batubara diperkirakan akan

meningkat dari 1,2 % pada tahun 2015, menjadi 31,9 % pada tahun 2025 dan

menurun pada tahun 2050 sebesar 23,1 %. Penggunaan batubara meningkat

cukup signifikan hingga 2025 dikarenakan adanya permintaan tinggi terhadap

pengembangan pembangkit listrik berbahan bakar batubara untuk mencukupi

kebutuhan listrik pada industri di Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan

sumber energi minyak, porsinya akan turun menjadi 13,3 % pada tahun 2050

dari 90,2 % pada tahun 2015. Untuk menutupi kebutuhan permintaan energi,

maka penggunaan sumber energi gas akan diperbesar dari 8,3 % pada tahun

2015, menjadi 30,6 % pada tahun 2050.

2.3.2.2 Proyeksi Elastisitas dan Intensitas Energi

Dalam Tabel 2.38 ditunjukkan proyeksi indikator energi yaitu terdiri dari

elastisitas energi, intensitas energi, dan pemakaian energi per kapita,

pemakaian listrik per kapita dan rasio elektrifikasi Provinsi Kalimantan Barat.

52

Tabel 2.38 Proyeksi Indikator Energi 2015-2050

Indikator Tahun

2015 2020 2025 2050

Elastisitas Pemakaian Energi Final 1,25 1,01 1,16 0,55

Pemakaian Energi Final per PDRB (TOE/miliar rupiah)

11,90 12,19 12,21 7,41

Pemakaian Energi Final per kapita (TOE/kapita/tahun)

0,28 0,35 0,47 1,22

Pemakaian listrik perkapita (kWh/kapita/tahun) 413,89 862,66 1.981,20 7.544,37 Rasio Elektrifikasi (%) 82,40 100 100 100

Sumber: Pemodelan LEAP Kalimantan Barat

Sebagaimana tabel di atas, elastisitas energi di provinsi Kalimantan Barat

mengalami penurunan dari pada tahun 2015 sebesar 1,25 turun menjadi

sebesar 1,01 pada tahun 2020, mengalami kenaikan pada tahun 2025

sebesar 1,16 dan menjadi 0,55 pada tahun 2050. Sedangkan intensitas energi

mengalami peningkatan pada tahun 2020 sebesar 12,19 TOE/Miliar Rupiah

dari sebelumnya sebesar 11,90 TOE/Miliar Rupiah. Hal tersebut terjadi

dikarenakan adanya pertumbuhan energi yang cukup pesat pada periode

2015 sampai dengan 2020 dengan adanya pembangunan industri smelter.

Intensitas energi pada tahun berikutnya akan mengalami penurunan pada

tahun 2025 sebesar 12,21 TOE/Miliar Rupiah dan tahun 2050 menjadi

sebesar7,41 TOE/Miliar Rupiah, selaras dengan semakin meningkatnya

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat.

Selain itu, pemakaian energi final per kapita mengalami peningkatan dari pada

tahun 2015 sebesar 0,28 TOE/Kapita menjadi sebesar 0,47 TOE/Kapita pada

tahun 2025 dan terus meningkat menjadi 1,22 TOE/Kapita pada tahun 2050.

2.3.2.3 Proyeksi Permintaan dan Penyediaan Energi

Tahun dasar yang digunakan untuk proyeksi permintaan energi per sektor

pengguna energi adalah tahun 2015. Proyeksi permintaan energi sampai

dengan tahun 2050 menggunakan skenario RUED yang merupakan skenario

daerah yang dimaksudkan untuk pencapaian target-target KEN/RUEN

53

Gambar 2.15 Porsi Permintaan Energi Per Sektor

Sumber: Pemodelan LEAP Kalimantan Barat

Peningkatan porsi terbesar permintaan energi per sektor untuk skenario

RUED dimiliki oleh sektor industri sebesar 18% pada tahun 2015 menjadi 60%

pada tahun 2050. Sedangkan sektor ekonomi lain seperti rumah tangga,

transportasi, komersial dan lainnya mengalami peningkatan konsumsi energi

namun tidak terlalu besar. Pada tahun 2050 porsi penggunaan energi terbesar

setelah sektor industri adalah sektor transportasi sebesar 18%, sektor rumah

tangga sebesar 11%, sektor komersial sebesar 7% dan sektor lainnya sebesar

4%. Sektor industri yang dimaksud yaitu Kawasan Industri Mandor, Kawasan

Industri Ketapang, Kawasan Industri Tayan, Kawasan Industri Sambas dan

juga pengembangan insfrastruktur seperti Pelabuhan Internasional Kijing,

Pabrik Smelter Ketapang, Technopark Landak dan Technopark Ketapang.

Permintaan energi juga dapat dilihat dari sudut pandang jenis energi final yang

digunakan oleh setiap sektor aktifitas. Bila dilihat dari jenis energi final (Tabel

2.39), pada tahun 2050 permintaan energi terbesar berasal dari energi listrik,

yaitu 4.246,2 Ribu TOE, diikuti oleh Biodiesel, Bioetanol, gas bumi dan LPG.

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Rib

u T

OE Sektor Lainnya

Komersial

Rumah Tangga

Transportasi

Industri

54

Tabel 2.39 Proyeksi permintaan Energi Per Jenis Energi Final (Ribu TOE)

Jenis Energi 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Listrik 170,5 380,9 925,5 1.300,7 1.841,4 2.612,7 3.483,5 4.246,2

Gas Bumi 25,0 56,3 126,0 202,0 362,2 534,0 828,4 1.199,1

Bensin 458,6 484,4 423,3 357,4 268,2 175,3 84,7 - Avtur 28,0 32,0 34,9 37,9 37,7 33,3 21,6 -

Minyak Tanah 0,0 0,0 - - - - - -

Minyak Solar 320,7 250,2 179,7 195,2 194,7 176,0 123,5 27,7

Minyak Bakar 179,1 179,1 82,2 100,9 120,0 130,6 100,4 - LPG 127,7 167,4 182,4 185,4 188,0 192,5 198,7 205,6

Batubara 1,7 1,8 2,0 2,2 2,5 2,5 1,7 -

Biogas 0,0 5,7 11,5 18,1 24,2 30,2 35,7 40,6

Biodiesel 23,0 175,4 406,1 535,0 707,8 948,0 1.234,3 1.545,2 Bioetanol - 53,3 111,5 195,9 276,2 348,7 411,6 464,1

Biomassa 2,4 3,2 4,5 6,4 8,7 11,3 14,0 17,1

Bioavtur - 3,1 11,6 25,2 46,0 77,7 122,3 182,5

Dimethyl Ether - 10,5 23,6 26,1 28,8 31,2 33,3 36,6 Total 1.336,7 1.803,2 2.533,7 3.188,3 4.070,3 5.303,9 6.694,0 7.964,7

Sumber: Permodelan LEAP RUED Kalimantan Barat

Proses penyediaan energi mencakup transformasi sumber energi primer

menjadi energi final yang dapat langsung dimanfaatkan oleh pengguna.

Proses transformasi energi dapat berlangsung dengan beberapa proses,

bergantung pada sumber energi primer dan hasil akhir energi yang diinginkan.

Setelah mengetahui jumlah permintaan energi yang diperlukan untuk

melaksanakan aktifitas-aktifitas perekonomian, maka analisis penyediaan

energi dapat dilakukan. Penyediaan energi primer dapat dilihat pada Tabel

2.40

Tabel 2.40 Proyeksi Penyediaan Energi Primer (Ribu TOE)

Jenis Energi 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Batubara 22,9 923,0 1.486,6 1.781,3 2.263,5 2.849,1 3.600,1 3.478,1

Gas 152,7 223,7 739,2 924,9 1.394,5 2.073,7 2.958,7 4.606,7

Minyak 1.162,2 1.490,3 1.339,5 1.478,8 1.599,6 1.751,9 1.932,8 1.805,5

Energi Baru Terbarukan

5,9 142,0 1.110,0 1.876,4 2.592,1 3.720,6 4.601,8 5.142,7

Total 1.833,5 2.778,9 4.675,1 6.061,4 7.849,8 10,395,3 13.093,3 15.033,0

Sumber: Permodelan LEAP RUED Kalimantan Barat

55

2.3.2.4 Kebutuhan dan Penyediaan Listrik

Konsumsi energi dan konsumsi listrik per kapita umumnya digunakan sebagai

indikator kemajuan sebuah negara. Hal ini disebabkan oleh asumsi bahwa

negara tersebut menggunakan energi dan listrik untuk menghasilkan kegiatan

yang memiliki nilai tambah secara ekonomi. Pada tahun 2015, berdasarkan

perhitungan LEAP, rata-rata konsumsi listrik per kapita Indonesia mencapai

890 kWh per kapita. Dengan angka tersebut, konsumsi listrik per kapita

provinsi Kalimantan Barat yang mencapai 413,9 kWh perkapita masih berada

di bawah rata-rata nasional. Berdasarkan RUEN target nasional untuk

konsumsi listrik per kapita pada tahun 2025 adalah 2.500 kWh per kapita.

Pada tahun tersebut pemakaian listrik perkapita di Provinsi Kalimantan Barat

diproyeksikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dikarenakan

munculnya industri-industri pengolahan terutama industri smelter yang

mengkonsumsi listrik dalam jumlah yang cukup besar yang tumbuh menjadi

sebesar 1.981KWh/Kapita pada tahun 2025 dan menjadi sebesar sekitar

7.544 KWh/Kapita pada tahun 2050.

Tabel 2.41 Proyeksi Pemakaian Listrik per Kapita

Tahun Konsumsi Listrik

2015 413,9 kWh per Kapita

2020 862,7kWh per Kapita

2025 1.981kWh per Kapita

2050 7.544kWh per Kapita

Sumber: Pemodelan LEAP Kalimantan Barat

Untuk memenuhi kebutuhan listrik Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan

2050 sebesar 7.544 KWh per kapita maka proyeksi kebutuhan pembangkit

listrik ditunjukkan oleh Tabel 2.42. Total Pembangkit listrik pada tahun 2025 di

Provinsi Kalimantan Barat sebesar 3.006,3 MW dengan komposisi terbesar

adalah PLTU Batubara sebesar 1.200 MW. Pada tahun 2050, total

pembangkit listrik sebesar 10.893,3 MW dengan komposisi terbesar adalah

PLTU Batubara sebesar 3.500 MW.

56

Tabel 2.42 Proyeksi Kebutuhan Pembangkit Listrik (MW)

Jenis Pembangkit

2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

PLTU 14,0 503,0 1.200,0 1.500,0 2.000,0 2.500,0 3.000,0 3.500,0

PLTU Gas - - 250,0 250,0 500,0 700,0 1.000,0 900,0

PLTG - - 200,0 300,0 400,0 600,0 700,0 900,0

PLTG Minyak 34,0 200,0 - - - - - -

PLTD 436,3 373,9 311,6 249,3 187,0 124,6 62,3 -

PLTD Biosolar - 62,3 124,6 187,0 249,3 311,6 373,9 436,3

PLTA - - 500,0 1.000,0 1.500,0 2.000,0 2.000,0 2.500,0

PLTM/MH 2,0 13,0 20,0 30,0 40,0 50,0 50,0 62,0

PLT Biomassa - 28,0 140,0 160,0 170,0 200,0 300,0 400,0

PLTS 0,2 0,2 210,0 320,0 340,0 400,0 450,0 500,0

PLTB - - - - - - - -

PLT Biogas POME

- - 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0 50,0

Total 486,5 1.180,4 3.006,3 4.046,3 5.436,3 6.936,3 7.986,3 10.893,3

Sumber: Permodelan LEAP RUED Kalimantan Barat

Porsi energi baru terbarukan (EBT) pada pembangkit listrik pada tahun dasar

sebesar 0,3 % yang diharapkan meningkat pada tahun 2025 menjadi 28,4 %

dan pada tahun 2050 diharapkan porsi EBT menjadi 35,1 %. Porsi gas juga

diperkirakan akan meningkat sebesar 14,0 % pada tahun 2025 menjadi 28,3

% pada tahun 2050. Selain itu untuk menutupi kebutuhan permintaan energi,

maka penggunaan sumber energi batubara juga diperkirakan akan meningkat

cukup besar yaitu pada tahun 2015 sebesar 3,2 % menjadi 48,4 % pada tahun

2025 dan menjadi 30,7 % pada tahun 2050. Sedangkan porsi sumber energi

minyak diperkirakan akan menurundari 96,6 % pada tahun 2015 menjadi 9,1

% pada tahun 2025 dan menjadi 5,8 % pada tahun 2050.

57

Sumber: Permodelan LEAP RUED Kalimantan Barat

Gambar 2.16 Bauran Energi Primer Pembangkit

2.2.2.5 Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca

Proyeksi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembakaran

bahan bakar yang digunakan untuk semua sektor ekonomi meningkat dari

3,4 juta ton CO2 pada tahun 2015 menjadi 4,1 juta ton CO2 pada tahun 2025

dan 8,3 juta ton CO2 tahun 2050. Sektor transportasi merupakan sektor

penyumbang emisi terbesar pada tahun 2015 sedangkan sektor industri

merupakan penyumbang emisi terbesar pada tahun 2050. Besaran emisi gas

rumah kaca di Provinsi Kalimantan Barat ditunjukkan pada Tabel 2.43.

Tabel 2.43 Proyeksi Emisi Gas RumahKaca Per Sektor Pengguna (Ribu Ton CO2)

Sektor 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Industri 721,1 859,6 808,5 1.128,2 1.611,5 2.338,0 3.139,8 3.824,5 Transportasi 2.213,2 2.436,1 2.539,0 2.718,4 2.861,1 2.997,0 3.123,4 3.241,8

Rumah tangga

328,3 454,5 526,1 540,0 550,0 559,0 567,9 557,4

Komersial 25,1 29,0 37,6 50,8 65,6 79,9 93,1 106,1

Sektor lainnya

178,9 215,6 273,5 347,2 413,0 489,6 526,7 633,8

Total 3.466,5 3.994,8 4.184,7 4.784,7 5.501,7 6.463,5 7.487,0 8.383,6 Sumber: Permodelan LEAP RUED Kalimantan Barat

3%

48%

31%

0%

14%

28%

97%

9%6%

0,3%

28%35%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2015 2025 2050

Batubara Gas Minyak Energi Baru Terbarukan

58

BAB III

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN ENERGI DAERAH

3.1 VISI ENERGI DAERAH

Dengan mempertimbangkan isu dan permasalahan energi daerah, tantangan

pembangunan yang dihadapi, dan capaian pembangunan daerah selama ini,

maka visi pengelolaan energi Provinsi Kalimantan Barat adalah:

“TERCIPTANYA KEANDALAN DAN KEMANDIRIAN ENERGI DENGAN

MENGOPTIMALKAN PEMANFAATAN POTENSI ENERGI TERBARUKAN

YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN “

Keandalan dan Kemandirian Energi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

- Keandalan Energi merupakan ketangguhan dalam mengatasi permasalahan

kebutuhan energi dimasa yang akan datang,

- Kemandirian energi merupakan terjaminnya ketersediaan energi dengan

memanfaatkan semaksimal mungkin potensi dari sumber setempat untuk

menjamin pemerataan akses energi bagi semua lapisan masyarakat

Kalimantan Barat.

Berwawasan lingkungan dan berkelanjutan mengandung arti bahwa didalam

pengelolaan energi juga harus memperhatikan pelestarian lingkungan hidup. Hal

ini dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi penggunaan energi,

penghematan energi, pengurangan dan pencegahan emisi dan pemanfaatan

energi secara optimal.

3.2 MISI ENERGI DAERAH

Untuk mewujudkan Visi diatas, maka Misi Pengelolaan Energi di Kalimantan

Barat adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan dan menjamin ketersediaan pasokan energi yang aman dan

ramah lingkungan

2. Mengembangkan diversifikasi energi pedesaan berbasis energi baru

terbarukan

59

3. Meningkatkan kesadaran pengguna energi di berbagai sektor untuk

melakukan kegiatan konservasi energi

4. Memperluas akses dan ketersediaan energi yang berkualitas dengan harga

terjangkau kepada seluruh masyarakat

5. Mengoptimalkan peningkatan nilai tambah penggunaan energi

6. Mendorong pemanfaatan energi yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat

7. Mensinergikan pemangku kepentingan dalam pengelolaan energi

8. Menyediakan sarana prasarana energi yang didukung oleh beberapa sektor,

dengan mempertimbangkan sinergitas infrastruktur energi antar wilayah

Kabupaten/Kota/Provinsi.

3.2.1 Mewujudkankan dan Menjamin Ketersediaan Pasokan Energi Yang Aman

dan Ramah Lingkungan

Kalimantan Barat merupakan salah satu Provinsi yang sedang berkembang

dibidang perekonomian, salah satu peningkatan ekonomi ditunjang dengan

terpenuhinya kebutuhan energi masyarakat. Kebutuhan akan energi untuk

masyarakat Kalimantan Barat dari tahun ke tahun semakin meningkat. Agar

pemenuhan kebutuhan energi ini kedepannya tidak terjadi kekurangan, maka

Pemerintah wajib untuk menyediakan ketersediaan energi bagi masyarakat.

Beberapa hal yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Barat untuk menjamin ketersediaan energi dengan cara :

1. Pemerintah Kalimantan Barat dalam membantu Pemerintah Pusat untuk

melaksanakan program 35.000 MW adalah dengan menjembatani pihak

Pemerintah Pusat dengan masyarakat terkait pembebasan lahan dan

memudahkan izin usaha.

2. Mempersiapkan pembangunan Pembangkit Tenaga Nuklir (PLTN) pertama

di Indonesia, karena PLTN merupakan pembangkit yang aman dan ramah

lingkungan.

3. Membangun pembangkit-pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) baik

dengan dana APBD maupun dana APBN.

60

4. Meningkatkan minat masyarakat untuk mengembangkan potensi EBT

sebagai energi alternatif, dengan cara memberikan penyuluhan, seminar,

serta meningkatkan studi kelayakan yang terkait dengan EBT di Kalimantan

Barat.

3.2.2 Mengembangkan Diversifikasi Energi Pedesaan Berbasis Energi Baru

Terbarukan

Diversifikasi energi berbasis EBT menjadi solusi untuk mengurangi

ketergantungan terhadap energi fosil. Karena efek buruk penggunaan bahan

bakar fosil dapat membuat polusi dan meningkatnya emisi karbon (Gas Rumah

Kaca) sehingga suhu di dunia semakin panas. Karena itu diversifikasi energi di

pedesaan berbasis EBT di Kalimantan Barat mulai dikembangkan karena

disemua daerah Kalimantan Barat banyak terdapat potensi EBT yang dapat

dikembangkan seperti potensi energi surya dan energi air.

3.2.3 Mengakselarasikan Pemanfaatan Energi Baru, Energi Terbarukan

Jumlah energi fosil dari tahun ke tahun semakin berkurang, karena berasal dari

sumber energi tidak dapat diperbaharui. Untuk itu dibutuhkan energi baru

terbarukan yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui, untuk

menggantikan energi konvensional tersebut. Namun untuk mengembangkan

energi baru terbarukan memerlukan teknologi yang tidak murah/mahal, serta

efisiensinya masih rendah. Maka dari itu untuk mempercepat penggunaan EBT

adalah dengan meningkatkan iklim investasi, terutama untuk pengembangan

EBT di Kalimantan Barat.

3.2.4 Meningkatkan Kesadaran Pengguna Energi di Berbagai Sektor Untuk

melakukan Kegiatan Konservasi Energi

Konservasi energi tidak hanya sekedar untuk menghemat energi fosil yang

tidak dapat diperbaharui, tetapi juga menggunakan energi baru terbarukan agar

ramah lingkungan. Di Indonesia umumnya dan di Kalimantan Barat khususnya,

kesadaran masyarakat akan konservasi energi masih sangat minim. Karena itu

61

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pemerintah terus melakukan

sosialisasi kepada masyarakat dan perusahaan agar dapat selalu menghemat

pemakaian energi.

3.2.5 Memperluas Akses dan Ketersediaan Energi Yang Berkualitas Dengan

Harga Terjangkau Kepada Seluruh Masyarakat

Energi merupakan penggerak utama dalam kehidupan, terutama dimasa

modern sekarang ini. Akses terhadap energi akan memberikan kepastian untuk

melakukan kepastian untuk melakukan berbagai aktivitas yang bukan hanya

bermanfaat melainkan juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Banyak masyarakat

yang tinggal di pedesaan dan daerah pelosok, belum dapat menikmati energi

seperti masyarakat yang tinggal di perkotaan. Hal ini dikarenakan akses untuk

mendapatkan energi masih terbatas. Perluasan akses dan ketersedian energi

untuk daerah-daerah pelosok desa, dapat dilakukan dengan membangun

sarana infrastuktur jalan untuk akses pengangkutan bahan bakar, dan

pembangunan jaringan listrik dan listrik pedesaan untuk daerah-daerah yang

belum berlistrik.

3.2.6 Mengoptimalkan Peningkatan Nilai Tambah Pengguna Energi

Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengganti peralatan-peralatan yang sudah

ada dengan menggunakan peralatan yang berteknologi lebih efisien atau hemat

energi. Untuk lebih mengoptimalkan dapat dilakukan dengan meningkatkan

program konservasi energi di gedung-gedung pemerintah di Kalimantan Barat,

dengan cara audit dan manajemen energi. Hasil dari pelaksanaan audit dan

manajemen energi adalah untuk mengetahui peluang penghematan energi

yang dapat dilakukan.

3.2.7 Mendorong Pemenfaatan Energi Yang Berwawasan Lingkungan dan

Berkelanjutan Untuk Menciptakan Kesejahteraan Masyarakat

Pengembangan, pengeksploitasian, dan penggunaan energi terutama energi

fosil harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Kelestarian lingkungan

sangat berpengaruh terhadap tersedianya energi terbarukan, seperti air, panas

62

bumi, dan biomassa. Pemanfaatan biomassa yang berasal dari pertanian dan

perkebunan untuk penyediaan energi, tidak boleh mempengaruhi ketahanan

pangan daerah dan nasional.

3.2.8 Mensinergikan Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Energi

Hendaknya dalam pengelolaan energi para pemangku kepentingan dapat

saling bersinergi sehingga pengelolaan energi dapat harmonis dan

menghasilkan sesuatu yang optimal.

3.3 TUJUAN ENERGI DAERAH

Keandalan dan kemandirian energi Provinsi Kalimantan Barat dapat dicapai

dengan mewujudkan tujuan sebagai berikut:

1. Tercapainya kemandirian pengelolaan energi bagi Provinsi Kalimantan Barat;

2. Terjaminnya ketersediaan energi daerah, yang bersumber dari pengelolaan

potensi setempat dan berkelanjutan;

3. Tercapainya pengeloaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan

berkelanjutan;

4. Tercapainya ketangguhan/kemampuan daerah dalam mengatasi tantangan

kebutuhan energi di masa depan;

5. Tercapainya diversifikasi energi baru terbarukan;

6. Tercapainya sinergitas pemangku kepentingan dalam pengelolaan energi;

7. Tercapainya kesadaran pengguna energi di berbagai sektor untuk

melakukan kegiatan konservasi energi;

8. Tercapainya pemanfaatan energi yang berkeadilan untuk menciptakan

kesejahteraan masyarakat;

63

3.4 SASARAN ENERGI DAERAH

Sasaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengelolaan energi di Provinsi

Kalimantan Barat, adalah sebagai berikut:

1. Berkurangnya Kesenjangan antara Permintaan dan PenyediaanEnergi;

2. Meningkatnya Pemanfaatan Potensi Energi Alternatif;

3. Meningkatnya Infrastruktur Energi Sektor Kelistrikan;

4. Terciptanya pangsa energi baru terbarukan sebesar 7.4% persen di tahun

2025 dan 32.7% persen di tahun 2050;

5. Tercapainya rasio elektrifikasi rumah tangga sebesar 87 persen pada tahun

2020.

6. Tercapainya perluasan jaringan infrastruktur gas bagi pelaku usaha dan

rumah tangga.

7. Terpenuhinya penyediaan energi primer sebesar 4,5 juta TOE pada tahun

2025 dan 14,9 juta TOE tahun 2050 baik dari sumber setempat maupun

dipasok dari luar Provinsi Kalimantan Barat;

8. Tercapainya konsumsi listrik per kapita sebesar 1.981KWh per kapita pada

tahun 2025 dan 7.544KWh per kapita pada tahun 2050;

9. Tercapainya intensitas energi final sebesar 12,2 TOE/milyar rupiah tahun

2025 dan 7,4 TOE/milyar rupiah tahun 2050.

64

BAB IV

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI DAERAH

4.1 KEBIJAKAN ENERGI DAERAH

RUED Provinsi Kalimantan Barat dilaksanakan dengan mengacu kepada

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional

(KEN), yang memuat dua arah kebijakan yaitu kebijakan utama dan kebijakan

pendukung sebagai berikut:

Kebijakan utama, meliputi:

1) Ketersediaan energi untuk kebutuhan daerah.

2) Prioritas pengembangan energi.

3) Pemanfaatan sumberdaya energi daerah.

4) Cadangan energi daerah.

Kebijakan pendukung, meliputi:

1) Konservasi energi, konservasi sumberdaya energi, dan diversifikasi energi.

2) Lingkungan hidup dan keselamatan.

3) Harga, subsidi, dan insentif energi.

4) Infrastruktur dan akses untuk masyarakat terhadap energi dan industri

energi.

5) Penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi energi.

6) Kelembagaan dan pendanaan.

KEN mengamanatkan prioritas pemanfaatan sumber daya energi daerah dalam

memenuhi kebutuhan energi daerah. Prioritas tersebut ditentukan berdasarkan

beberapa faktor, di antaranya ketersediaan jenis/sumber energi, keekonomian,

kelestarian lingkungan hidup, kecukupan untuk pembangunan yang

berkelanjutan, dan kondisi geografis sebagai negara kepulauan. Prioritas

pemanfaatan sumber daya energi daerah tersebut harus berujung pada tujuan

utama KEN 2050 yaitu Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional.

Berdasarkan kondisi daerah Provinsi Kalimantan Barat saat ini serta isu dan

permasalahan energi di Provinsi Kalimantan Barat saat ini, maka Dinas Energi

65

dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Barat beserta pihak terkait

menetapkan arah kebijakan energi Provinsi Kalimantan Barat sebagai berikut:

1. Ketersediaan energi untuk kebutuhan daerah;

2. Konservasi energi, konservasi sumberdaya energi, dan diversifikasi energi;

3. Kelembagaan dan pendanaan.

4.2 STRATEGI ENERGI DAERAH

Berdasarkan arah kebijakan energi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah

ditetapkan, maka strategi energi daerah yang akan dilakukan untuk mendukung

implementasi setiap kebijakan utama tersebut adalah sebagai berikut:

A. Arah kebijakan: Penyediaan energi untuk kebutuhan daerah

Terdiri dari strategi sebagai berikut:

1. Meningkatkan eksplorasi sumberdaya, potensi, dan/atau cadangan

terbukti energi dari energi baru terbarukan. Strategi ini mencakup

program sebagai berikut:

Peningkatan kualitas data potensi energi baru terbarukan.

2. Penyediaan energi bagi masyarakat yang belum memiliki akses terhadap

energi untuk rumah tangga, transportasi, industri dan pertanian yang

mencakup program-program sebagai berikut:

Peningkatan rasio elektrifikasi

Pembangunan infrastruktur energi

3. Meningkatkan keandalan system produksi, transportasi dan distribusi

penyediaan energi. Pada implementasi strategi ini termasuk di dalamnya

program-program sebagai berikut:

Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan

Pembangunan infrastruktur distribusi gas bumi

4. Pengembangan dan penguatan infrastruktur energi serta akses untuk

masyarakat terhadap energi dilaksanakan oleh Pemerintah

dan/atauPemerintah Daerah. Strategi ini mencakup program sebagai

berikut:

66

Pemberian kemudahan akses masyarakat memperoleh energi

terhadap pengembangan dan penguatan infrastruktur energi

B. Arah kebijakan: Pemanfaatan Energi BaruTerbarukan

Terdiri dari strategi sebagai berikut:

1. Pengembangan energi dan sumberdaya energi diprioritaskan untuk

memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Strategi ini mencakup

program sebagai berikut:

Peningkatan kebutuhan energi daerah

2. Meningkatkan pemanfaatan energi surya. Strategi ini terdiri dari program-

program sebagai berikut:

Perumusan kebijakan pemanfaatan energi surya.

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

3. Meningkatkan pemanfaatan sampah kota. Strategi ini mencakup

program sebagai berikut:

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

4. Meningkatkan pemanfaatan energi angin. Strategi ini mencakup program

sebagai berikut:

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

5. Meningkatkan pemanfaatan energi biomassa. Strategi ini mencakup

program sebagai berikut:

Pembangunan Pembangkit Listrik Biomassa (PLTBm)

6. Meningkatkan pemanfaatan energi air skala kecil. Strategi ini mencakup

program sebagai berikut:

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

7. Meningkatkan pemanfaatan energi air skala besar. Strategi ini mencakup

program sebagai berikut:

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro dan Air (PLTM

dan PLTA)

8. Meningkatkan pemanfaatan biogas. Strategi ini mencakup program

sebagai berikut:

Pembangunan biogas sebagai substitusi minyak tanah/LPG untuk

67

sektor rumah tangga

9. Pemanfaatan sumber energi terbarukan dari jenis bahan bakar nabati

diarahkan untuk menggantikan BBM terutama untuk transportasi dan

industri. Strategi ini terdiri dari program-program sebagai berikut:

Konversi pemanfaatan BBM ke BBN untuk sektor transportasi,

industri, dan pembangkit

Peningkatan produksi dan pemanfaatan BBN

Penyediaan lahan khusus untuk kebun energi

10. Pemanfaatan sumber energi baru dari uranium dan thorium diarahkan

untuk mensuplai kebutuhan industri. Strategi ini terdiri dari program-

program sebagai berikut :

Kajian daerah-daerah interes untuk lokasi Tapak PLTN (Pembangkit

Listrik Tenaga Nuklir)

Kajian daerah-daerah interes untuk lokasi PLTT (Pembangkit Listrik

Tenaga Thorium)

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT)

C. Arah kebijakan: Konservasi dan Diversifikasi Energi

1. Konservasi energi. Strategi ini terdiri dari program-program sebagai

berikut:

Perumusan kebijakan konservasi energi

Penerapan sistem manajemen energi

Standarisasi dan labelisasi peralatan pengguna energi

Pengalihan ke moda transportasi massal

Membangun budaya hemat energi

Pengurangan kontribusi PLTD untuk pembangkitan listrik

2. Diversivikasi energi. Strategi ini terdiri dari program-program sebagai

berikut:

Program Zero Kerosene

Penggunaan mobil listrik

68

Percepatan pelaksanaan substitusi BBM dengan gas di sektor

transportasi

3. Pemanfaatan sumber energi gas untuk sektor transportasi. Strategi ini

mencakup program sebagai berikut:

Optimalisasi penggunaan gas untukt ransportasi

D. Arah kebijakan: Lingkungan Hidup

1. Pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan dari sektor

energi. Strategi ini terdiri dari program-program sebagai berikut:

Pengendalian dan pencegahan emisi gas rumah kaca dari sektor

energi

Pengendalian dan pencegahan polusi udara dari sektor energi

2. Penyediaan energi dan pemanfaatan energi yang berwawasan

lingkungan. Strategi ini mencakup program sebagai berikut:

Peningkatan koordinasi dan layanan perizinan dalam kawasan hutan

E. Arah kebijakan Harga, Subsidi, dan Insentif Energi

1. Harga energi yang berkeadilan. Strategi ini mencakup program sebagai

berikut:

Pengaturan harga energi

2. Insentif penggunaan energi baru terbarukan. Strategi ini mencakup

program sebagai berikut:

Pemberian insentif penggunaan energi baru terbarukan

3. Insentif penggunaan transportasi massal. Strategi ini mencakup program

sebagai berikut:

Pemberian insentif penggunaan transportasi massal

F. Arah kebijakan: Kemampuan Pengelolaan Energi

1. Pengembangan kemampuan pengelolaan energi. Strategi ini terdiri dari

program-program sebagai berikut:

Peningkatan kemampuan pengelolaan energi bagi ASN yang

membidangi energi

Peningkatan kualitas pendidikan di bidang teknologi energi,

khususnya di SMK

69

Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga teknik di bidang energi

2. Pemberdayaan masyarakat untuk menunjang keberlanjutan instalasi

EBT. Strategi ini terdiri dari program-program sebagai berikut:

Pembentukan Unit Layanan Teknis (Local Support Center) yang

menyediakan layanan konsultasi trouble shooting dan penyediaan

suku cadang PLTS

Pelatihan pemeliharaan dan pengoperasian instalasi EBT(PLTS

Komunal/Terpusat, PLTMH, Biogas) untuk operator

Pelatihan bisnis perdesaan dengan memanfaatkan komoditas lokal

bagi masyarakat pengguna instalasi EBT(PLTS Komunal/Terpusat,

PLTMH, Biogas)

3. Konservasi Energi. Strategi ini mencakup program sebagai berikut:

Peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang

konservasi energi

4.3 KELEMBAGAAN ENERGI DAERAH

Pengelolaan energi daerah, terutama dalam implementasi kebijakan, strategi,

dan program terkait energi daerah yang telah ditetapkan akan melibatkan

instansi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait sesuai dengan tugas dan

fungsinya masing-masing, diantaranya yaitu:

1. Bappeda Provinsi Kalimantan Barat;

2. Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Barat;

3. Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup

Provinsi Kalimantan Barat;

4. Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat;

5. Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat;

6. Dinas Perhubungan Kalimantan Barat;

7. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Barat;

8. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat;

9. Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan

70

Barat;

10. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat;

11. Biro Hukum Setda Provinsi Kalimantan Barat;

12. PT. PLN (Persero);

13. PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region VI Kalimantan;

14. Universitas Tanjung Pura.

4.4 INSTRUMEN KEBIJAKAN ENERGI DAERAH

Di dalam melakukan kebijakan dan strategi energi daerah, instrument kebijakan

daerah yang dapat mendukung implementasi kebijakan dan strategi energi

daerah tersebut diantaranya yaitu:

1. Rencana Umum Energi Daerah Provinsi;

2. Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah;

3. RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik);

4. Renstra (Rencana Strategis) Daerah;

5. Rencana Induk Pengembangan Industri Provinsi (RPIP)

6. RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah).

7. Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)

Dengan sumber pendanaan berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Indonesia), mitra pembangunan, Swasta, PLN, DAK (Dana

Alokasi Khusus), APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi

Kalimantan Barat), dan sektor lainnya.

71

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan berbagai proses penyusunan RUED provinsi Kalimantan Barat, ditemukan

beberapa hal dalam sektor energi yang patut menjadi perhatian bersama guna

menyusun sebuah perencanaan energi untuk provinsi Kalimantan Barat yang

komprehensif dengan tetap memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Tingginya

pemanfaatan energi yang tidak ramah lingkungan untuk sektor industri di pesisir utara

Kalimantan Barat, banyaknya potensi gas yang merupakan bahan bakar transisi

menuju energi bersih yang belum termanfaatkan, dan pelum terpenuhinya akses listrik

di daerah terpencil merupakan isu energi yang perlu mendapat perhatian lebih di

provinsi Kalimantan Barat. Dengan perencanaan yang baik, isu-isu tersebut seharusnya

dapat diatasi mengingat Kalimantan Barat memiliki potensi energi terbarukan yang

memadai.

Hasil analisis pemodelan energi dengan skenario RUED menunjukkan bahwa konsumsi

energi Kalimantan Barat di proyeksikan akan terus bertambah dari 1.336,7 ribu TOE

pada tahun 2015 menjadi 2.533,7 ribu TOE pada tahun 2025 dan 7.964,7 ribu TOE

pada tahun 2050, atau meningkat sekitar 5,2 % pertahun. Dengan sektor industri,

transportasi, dan sektorrumahtangga yang merupakan tiga sektor dengan konsumsi

energi final tertinggi.

Pada tahun dasar bauran EBT masih sangat kecil yaitu kurang dari 0,3 %, dengan

mengadopsi skenario RUED bauran EBT meningkat menjadi masing-masing 23,7 %

dan 34,2 % di tahun 2025 dan tahun 2050. Bauran EBT tahun 2025 ini sudahsesuai

target nasional dalam RUEN yaitu 23 % pada tahun 2025 dan melebihi target tahun

2050 pada RUEN sebesar 31 %.

Sebagai perwujudan pengembangan energi yang memperhatikan keseimbangan

keekonomian, keamanan pasokan energi, dan pelestarian fungsi lingkungan, maka

prioritas pengembangan energi Kalimantan Barat mengadopsi prinsip pengelolaan

energi didalam RUEN yaitu: memaksimalkan energi terbarukan dengan memperhatikan

72

tingkat keekonomian, meminimalkan penggunaan minyak bumi, mengoptimalkan

pemanfaatan gas bumi dan energi baru, dan memanfaatkan potensi sumber daya batu

bara sebagai andalan pasokan energi daerah dengan mempertimbangkan dampak

sosial dan lingkungan.Dari berbagai prioritas di atas, dirumuskan lebih lanjut berbagai

kebijakan energi provinsi Kalimantan Barat yaitu: ketersediaan energi untuk kebutuhan

daerah, konservasi energi, konservasi sumberdaya energi, diversifikasi energi serta

penguatan kelembagaan pengelolaan energi daerah.

73

LAMPIRAN

MATRIKS PROGRAM

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT