protrusio bulbi

Upload: anonymous-j0uppi

Post on 17-Feb-2018

340 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    1/20

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Mata merupakan organ yang keberadaannya sangatlah penting. Mata

    adalah jendela kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada

    di sekelilingnya. Oleh karena itu pemeliharaan mata sangatlah penting. Salah

    satu struktur mata yang penting adalah orbita. Penonjolan bola mata atau disebut

    protrusio bulbi adalah tanda utama penyakit orbita. Penonjolan pada bola mata

    bisa diakibatkan oleh adanya lesi atau masa yang menyebabkan terdorong nya

    bola mata dari rongga orbita. Lesi-lesi ekspansif dapat bersifat jinak atau ganas

    dan dapat berasal dari tulang, otot, saraf, pembuluh darah, atau jaringan ikat.

    Massa dapat bersifat radang, neoplastik, kistik, atau vaskular. Anamnesis dan

    pemeriksaan fisik memberikan banyak petunjuk mengenai penyebab protrusio

    bulbi. Kelainan bilateral umumnya mengindikasikan penyakit sistemik. Pada

    makalah ini akan membahas mengenai diagnosis banding pada protrusio bulbi.

    1.2 Batasan Masalah

    Makalah ini membahas tentang diagnosis banding Protusio Bulbi.

    1.3 Tujuan Penulisan

    Makalah ini bertujuan untuk mengetahui diagnosa banding protusio bulbi.

    1.4 Metode Penulisan

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    2/20

    2

    Metode penulisan makalah ini berdasarkan tinjauan pustaka dan berbagai

    literatur.

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    3/20

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Anatomi Mata

    Orbita berbentuk seperti buah pear dengan dengan kanalis optikus

    diibaratkan sebagai tangkainya. Puncaknya di posterior dibentuk oleh foramen

    optikum dan basisnya di bagian anterior dibentuk oleh margo orbita. Lebar margo

    orbita 45 mm dengan tinggi 35 mm. Kedalaman orbita pada orang dewasa kurang

    lebih 40-45 mm sampai ke apex. Dinding medial dari mata kanan dan kiri sejajar.

    Dinding lateralnya dari mata kanan tegak lurus terhadap dinding lateral mata kiri.

    Pertumbuhan penuh dicapai pada umur 18-20 tahun dengan volume orbita dewasa

    30cc. Bola mata hanya menempati sekitar 1/5 bagian ruangannya. Lemak dan

    otot menempati bagian terbesarnya. Otot-otot mata terdiri dari m. rektus superior,

    m. rektus inferior, m.rektus lateralis, m. rektus medialis, m. obliqus inferior, m.

    obliqus superior.

    Orbita dibentuk oleh tulang-tulang, terdiri dari :

    Bagian atap orbita:

    1. os frontalis

    2.

    os sphenoidalis

    Bagian dinding medial orbita :

    1. os maksilaris

    2. os lakrimalis

    3. os sphenoidalis

    4. os ethmoidalis

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    4/20

    4

    5.

    lamina papyracea hubungan ke os sphenoidalis (dinding ini paling

    tipis)

    Bagian dinding lantai orbita:

    1. os maksilaris

    2. os zigomatikum

    3. os palatinum

    Bagian dinding lateral orbita :

    1.

    os zigomatikum

    2.

    os sphenoidalis

    3. os frontalis

    Di ruang orbita terdapat 3 lubang yang dilalui oleh pembuluh darah, saraf, yang

    masuk ke dalam mata, yang terdiri dari: 3

    1. Foramen optikum yang dilalui oleh n. Optikus, a. Oftalmika.

    2. Fissura orbitalis superior yang dialalui oleh n. Lakrimalis, n. Frontalis, n.

    Trochlearis, v. Oftalmika, n. Occulomotorius, n. Nasosiliaris, serta serabut

    saraf simpatik.

    3.

    Fissura orbitalis inferior yang dilalui nervus, vena dan arteri infraorbitalis.

    2.2.JenisJenis Protrusio Bulbi

    Protrusio bulbi, biasanya diindikasikan dengan adanya massa di belakang

    bola mata. Penonjolan axial disebabkan karena lesi-lesi pada

    intrakonal.Sedangkan penonjolan nonaxial disebabkan lesi ekstrakonal. Pada

    bilateral proptosis biasanya terjadi karena Graves disease

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    5/20

    5

    2.3.Penyakit yang menyebabkan Protrusio Bulbi

    2.3.1Selulitis Orbita

    2.3.1.1 Definisi

    Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di

    belakang septum orbita.

    2.3.1.2 Etiologi

    Selulitis orbita sering disebabkan sinusitis terutama sinusitis etmoid yang

    merupakan penyebab utama eksoftalmos pada bayi. Kuman penyebabnya

    biasanya adalah pneumokok, streptokok, atau stafilokok (Staphylococcus aureus,

    Streptococcus pneumonia).

    3.1.3 Patofisiologi

    Masuknya kuman kedalam rongga mata dapat langsung melalui sinus

    paranasal, terutama paling sering yaitu sinus etmoidal karena paling dekat dengan

    orbita, penyebaran melalui pembuluh darah atau bakteremia atau bersama trauma

    yang kotor.

    Selulitis orbita pada bayi sering disebabkan oleh sinusitis etmoid yang

    merupakan penyebab eksoftalmos pada bayi. Selulitis orbita terutama mengenai

    anak antara 2-10 tahun.

    2.3.1.4 Manifestasi Klinis

    - Demam

    - Kelopak mata sangat edema dan kemotik

    - Mata merah

    - Mata sakit bila digerakan

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    6/20

    6

    -

    Penglihatan berkurang

    -

    Eksoftalmos

    3.1.5 Pengobatan

    - Simptomatik

    - Antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri

    - Kompres air hangat

    2.3.2 Tiroid Oftalmopati

    2.3.2.1 Definisi

    Tiroid oftalmopati (Graves thyroid-associated atau dysthyroid

    orbitopathy) adalah suatu kelainan inflamasi autoimun yang menyerang jaringan

    orbital dan periorbital mata, dengan karakteristik retraksi kelopak mata atas,

    edema, eritem, konjungtivitis, dan penonjolan mata (protrusio bulbi).

    2.3.2.2 Epidemiologi

    Dari berbagai macam penelitian berpendapat bahwa tiroid oftalmopati

    mengenai wanita 2,5-6 kali lebih sering daripada pria tetapi kasus berat lebih

    sering dijumpai pada pria. Tiroid oftalmopati mengenai penderita dengan usia 30-

    50 tahun dan kasus berat lebih sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50

    tahun.

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    7/20

    7

    2.3.2.3 Patogenesis

    Autoantibodi menyerang fibroblast pada otot mata, dan fibroblast tersebut

    dapat berubah menjadi sel-sel lemak (adiposit). Sel-sel lemak dan pembesaran

    otot dan menjadi radang. Vena-vena terjepit, dan tidak dapat mengalirkan cairan,

    menyebabkan edema.(3,4,5)

    Gambaran utama adalah distensi nyata otot-otot okular akibat

    pengendapan mukopolisakarida. Mukopolisakarida bersifat sangat higroskopik

    sehingga meningkatkan kandungan air didalam orbita.

    Sekarang diperkirakan terdapat dua komponen patogenik pada penyakit

    Graves:

    1.

    Kompleks imun tiroglobulin-antitiroglobulin berikatan dengan otot-otot

    ekstraokular dan menimbulkan miositis

    2. Zat-zat penyebab eksoftalmos bekerja dengan imunoglonulin oftalmik

    untuk menyingkirkan thyroid stimulating hormone dari membran retro-

    orbita, yang menyebabkan peningkatan lemak retro-orbita.(1,3,4,5)

    2.3.2.4 Gambaran Klinis

    Tanda mata penyakit Graves mencakup retraksi palpebra, pembengkakan

    palpebra dan konjungtiva, eksoftalmos dan oftalmoplegia. Pasien datang dengan

    keluhan nonspesifik misalnya mata kering, rasa tidak enak, atau mata menonjol.

    The American Thyroid Association membuat penentuan derajat tanda

    okular berdasarkan peningkatan keparahan:

    Kelas Tanda

    0

    1

    2

    3

    Tidak ada gejala atau tanda

    Hanya tanda, yang mencakup retraksi kelopak mata atas, dengan atau tanpa lid

    lag, atau protrusio bulbi sampai 22 mm. Tidak ada gejala

    Keterlibatan jaringan lunak

    Protrusio bulbi > 22 mm

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    8/20

    8

    4

    5

    6

    Keterlibatan otot ekstraokuler

    Keterlibatan kornea

    Kehilangan penglihatan akibat keterlibatan saraf optikus

    Retraksi kelopak mata patognomonik untuk penyakit tiroid, terutama

    apabila berkaitan dengan eksoftalmos. Mungkin unilateral atau bilateral dan

    mengenai kelopak mata atas dan bawah. Kelainan ini sering disertai oleh miopati

    restriktif, yang mula-mula mengenai rektus inferior dan menimbulkan gangguan

    elevasi mata.

    Patogenesis retraksi kelopak mata bermacam-macam, antara lain:

    1.

    Hiperstimulasi sistem saraf simpatis

    2. Infiltrasi peradangan langsung pada otot levator

    3. Miopati restriktif otot rektus inferior dapat menimbulkan retraksi kelopak

    mata akibat peningkatan stimulasi levator sewaktu mata mencoba melihat

    ke atas.a. Eksoftalmos

    Kelainan ini biasanya asimetrik dan mungkin unilateral, dan secara klinis

    perlu dilakukan perkiraan resistensi terhadap retropulsi bola mata secara manual.

    Peningkatan isi orbita yang menimbulkan eksoftalmos sebagian besar disebabkan

    oleh peningkatan massa otot-otot okular.

    b.Oftalmoplegia

    Kelainan ini lebih sering dijumpai pada penyakit Graves oftalmik,

    biasanya mengenai orang tua dan asimetrik. Keterbatasan elevasi adalah kelainan

    yang paling sering dijumpai, terutama disebabkan oleh adhesi antara otot rektus

    inferior dan oblikus inferior. Kelainan ini dapat dikonfirmasi dengan mengukur

    tekanan intraokular sewaktu elevasi, di mana terjadi peningkatan tekanan

    intraokular yang mengisyaratkan adanya pertautan. Sering terjadi pembatasan-

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    9/20

    9

    pembatasan gerakan mata pada semua posisi menetap. Pasien mengeluhkan

    diplopia

    c.Kelainan Saraf Optikus dan Retina

    Kompresi bola mata oleh isi orbita dapat menyebabkan peningkatan

    tekanan intraokular dan strie retina atau koroid. Diskus optikus dapat

    membengkak dan menyebabkan gangguan penglihatan akibat atrofi optikus.

    Neuropati optikus yang berkaitan dengan penyakit Graves kadang-kadang terjadi

    akibat penekanan dan iskemia saraf optikus sewaktu saraf ini menyeberangi orbita

    yang tegang, terutama di apeks orbita.

    d. Kelainan Kornea

    Pada sebagian pasien, dapat ditemukan keratokonjungtivitis limbik

    superior. Pada eksoftalmos yang parah, dapat terjadi pemajanan dan ulserasi

    kornea.

    2.3.2.5 Diagnosis

    Tiroid oftalmopati secara klinis di diagnosa dengan munculnya tanda dan

    gejala pada daerah mata, tetapi uji antibodi yang positif (anti-tiroglobulin, anti-

    mikrosomal, dan anti-tirotropin reseptor) dan kelainan kadar hormon-hormon

    tiroid (T3, T4 dan TSH) membantu menegakkan diagnosa seperti CT scan dan

    MRI , Ultrasonografi Orbita.

    2.3.3. Tumor Aparatus Lakrimalis

    2.3.3.1Klasifikasi

    a.Adenoma Pleomorfik

    Adenoma Pleomorfik (benign mixed tumor) adalah tipe tumor kelenjar

    lakrimal yang paling sering. Tumor ini pseudoendocapsuldan lambat. Dalam

    kondisi yang progresif, tipe ini dapat meluas hingga ke tulang dan fossa

    lakrimalis, area cekungan produksi (excavation of area). Pertumbuhan tumor ini

    dipicu periosteum yang disimpan pada lapisan tipis dari tulang baru. Pasien

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    10/20

    10

    umumnya tidak merasa nyeri. Tumor ini kebanyakan diderita oleh laki-laki

    dibandingkan wanita, dan usia rata-rata terkena sekitar 35 tahun.

    Gambaran histologi dari Adenoma Pleomorfik adalah, tampak fibrosa

    pseudocapsule dengan perpanjangan mikroproyeksi dari permukaan kapsul dari

    tumor (bosselation) dan disusun oleh gabungan duktus epitel dan elemen stroma.

    Komponen epitel disusun dari sarang atau tubulus oleh dua lapis sel, lapisan

    terluar bercampur dengan stroma yang sulit dilihat.

    Translokasi kromosom yang dijumpai dari tumor kelenjar saliva dan

    Adenoma Pleomorfik melibatkan PLGA1 (kromosom 8q12) atau gen HMGA2.

    Gen-gen tersebut terlibat dalam sinyalgrowth factor dan regulasi siklus sel.

    Transformasi yang menyebabkan keganasan tumor diduga terjadi pada

    long-standing pleomorphic adenoma dengan percepatan pertumbuhan relatif

    setelah periode tenang. Pada karsinoma, termasuk adenokarsinoma (keculai

    Adenoma Pleomorfik) dan Adenoid Kistik Karsinoma mungkin juga muncul pada

    Adenoma Pleomorfik yang mengalami rekurensi.

    b. Adenoid Kistik Karsinoma

    Adenoid Kistik Karsinoma merupakan tumor epithelial tersering

    kedua pada kelenjar lakrimalis dan tumor ganas epiteliah tersering pada

    kelenjar lakrimalis, tumor ini dapat muncul pada Adenoma Pleomorfik

    atau de novopada kelenjar lakrimal. Tipe ini sedikit lebih banyak terjadi

    pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, usia rata-rata terkena sekitar

    40 tahun dengan rentang usia 6,5 tahun sampai 79 tahun. Tidak seperti

    Adenoma Pleomorfik, Adenoid Kistik Karsinoma bukan berupa kapsul,

    cenderung mengikis tulang, dan menyerang saraf orbita, keluhan nyeri

    sering dirasakan oleh pasien. Sebagian besar, tampak putih keabuan, kuat,

    dan nodular. Gambaran histologi, terdapat beberapa variasi gambaran yang

    muncul, termasuk pola klibiform (swiss cheese) yang paling sering

    muncul. Gambaran histologi lain berupa basaloid (solid), komedo,

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    11/20

    11

    sklerotik, dan tubular. Terdapatnya pola basaloid akan berhubungan

    dengan prognosis yang jelek (five years survival rates 20%).

    2.3.3.2 Etiologi

    Perubahan sel berawal dari peristiwa metaplastik yang mengubah

    sel skuamosa menjadi jaringan myeloid. Merkipun etiologi pasati belum

    dketahui, tetapi insiden pada tumor kelenjar lakrimal meningkat setelah

    paparan radiasi selama 10-15 tahun.10. Studi lain mengatakan perubahan

    diferensiasi ini diakibatkan paparan makanan kimia berulang3

    .

    2.3.3.3 Manifestasi Klinis

    Pada tipe adenoma pleomorfik biasanya bermanifestasi sebagai massa

    terpalpasi yang tumbuh progresif lambat dan tidak nyeri, biasanya muncul

    pada fossa kelenjar lakrima kuadran supratemporal. Kebanyakan massa ini

    tumbuh dilobus orbital unilateral (10% pada lobus kelenjar lakrimal)

    sehingga gejala yang timbul kebanyakan berupa protrusio bulbi unilateral

    aksial dengan pergeseran ke arah bawah dan medial. Gejala protrusio bulbi

    ini dapat muncul lebih dari 12 bulan tanpa tanda inflamasi. Pada beberapa

    keadaan, tumor ini bermanifestasi sebagai ptosis kelopak mata. Selain itu,

    pasien akan mengeluh diplopia darigrobe dsytopia, keterbatasan pergerakan

    bola mata, lakrimasi, refractive error, dan choroidal fold.1,2,3

    Pada tumor yang meliputi lobus kelenjar lakrimal (10% dari kasus),

    karakteristik benjolan lebih mudah digerakkan, tidak nyeri, timbul dalam

    waktu singkat, dan tidak menyebabkan protrusio bulbi atau perubahan

    tulang orbita sehingga insisi sekitar kelenjar sebagai tatalaksana bedah

    masih direkomendasikan. Pada pemeriksaan fisik memperlihatkan massa

    yang padat dan mobile daerah sekitar inferior sampai supralateral lekukan

    orbita. Variasi klinis yang tampak seperti pada gambar 2.5.

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    12/20

    12

    B

    C

    Gambar 2.5

    A. Adenoma pada pasien laki-laki 33 tahun dengan protrusio bulbi progresif dan distopia inferior

    mata kanan selama 1 tahun(2)

    B. Perempuan, 19 tahun dengan protrusio bulbi lambat progresif dan pergeseran bola mata kiri

    kebawah selama 3 tahun(2)

    C. Perempuan 68 tahun protrusio bulbi lama dengan pergeseran bola mata ke bawah selama 30

    tahun. Mengalami rekurensi setelah 15 tahun operasi incompleted removal(2)

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    13/20

    13

    Pada tipe Adenoid Kistik Karsinoma lesi yang timbul menyebabkan

    nyeri, tumbuh perlahan. Jika sudah meluas, tumor akan menyebabkan nyeri

    hebat pada kepala serta kelumpuhan saraf sekitar. Sebagian besar pasien

    juga akan mengalami protrusio bulbi dan perubahan dalam penglihatan.

    Karena pertumbuhannya yang relatif lambat, pasien karsinoma kistik

    adenoma dapat bertahan hidup selama 5 tahun.

    2.3.4 Mukokel Sinus Paranasal

    Pertumbuhan kantong sejenis kista yang terletak di sinus paranasal

    sesungguhnya telah dikenal hampir lebih dari 160 tahun yang lalu, namun

    istilah mukokel pertama kali dikemukakan oleh Rollet pada tahun 1896.

    Mukokel adalah lesi ekspansif yang terdapat di rongga sinus, yang

    mengandung mukus dengan permukaannya dilapisi oleh membran. Sifatnya

    jinak, terletak dalam kapsul, berisi mukus, dan dilapisi oleh epitel kolumner

    skuamosa. Keadaan dalam mukokel biasanya steril, tetapi apabila terjadi

    infeksi sekunder akan berkembang menjadi mukopyokel.

    Mukokel paling sering timbul pada sinus frontal, kemudian etmoid.

    Jarang ditemukan pada sinus sfenoid dan maksila. Menurut Steinberg dkk,

    mukokel paranasal dapat mengenai pria dan wanita pada perbandingan yang

    sama, dan insiden tertinggi terjadi pada dekade ketiga dan ke-empat.

    2.3.4.1 Patogenesis

    Penyebab pasti mukokel belum jelas. Ada teori yang mengatakan

    bahwa obstruksi ostium sinus merupakan penyebab utama. Mukokel dapat

    timbul akibat adhesi (post-inflamasi, post-trauma atau post-operasi) yang

    menyebabkan obstruksi drenase sinus. Massa yang besar seperti tumor atau

    polip juga dapat menyebabkan obstruksi dan obliterasi saluran drenase

    sehingga menimbulkan pembentukan mukokel. Produksi mukus yang terus

    menerus dalam mukokel, menyebabkan mukokel bertambah besar sehingga

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    14/20

    14

    memberikan tekanan pada dinding sinus. Pada proses lebih lanjut, mukokel

    dapat menyebabkan penipisan tulang dinding sinus sehingga dapat

    melibatkan struktur sekitar sinus seperti orbita.

    Proses erosi tulang oleh mukokel dapat diterangkan dengan dua teori

    yaitu pertama, terdapatnya interleukin-1 dan yang kedua akibat teori

    penekanan. Resorpsi tulang terjadi karena antigen merangsang pelepasan IL-

    1, sementara itu sel mononuklear yang terdapat pada periostium

    mengeluarkan sitokin yang menghasilkan prostaglandin E2 (PGE2),

    sedangkan fibroblas menghasilkan kolagenase. PGE2 dan fibroblas

    menyebabkan terjadinya penyerapan tulang. Didapatkan kadar PGE2 dan

    kolagenase yang dihasilkan oleh fibroblast dalam mukokel dua kali lipat

    lebih banyak daripada mukosa normal.

    2.3.4.2 Manifestasi Klinis

    Gejala bervariasi tergantung ukuran mukokel dan lokasi sinus yang

    terkena.

    1.

    Mukokel Sinus FrontalSumbatan duktus nasofrontal, inflamasi kronik, trauma atau operasi

    sinus frontal dapat menyebabkan timbulnya mukokel. Manifestasi dini dari

    pembentukan mukokel adalah nyeri daerah supraorbital yang hilang timbul

    atau bahkan bisa menetap. Seiring perluasan mukokel, didapatkan penipisan

    tulang dinding sinus frontal. Perluasan terutama terjadi pada daerah tulang

    dinding sinus yang paling rentan atau tipis yaitu atap dari sinus frontal.

    Struktur orbita dapat terdorong ke bawah dan lateral menimbulkan protrusio

    bulbi dan diplopia. Pada tahap dini, ditemukan nyeri tekan daerah orbita.

    Kemudian pada tahap lanjut bisa terdapat massa besar yang muncul

    bersamaan dengan defek pada daerah orbita. Mukokel dapat mengerosi

    septum interfrontal sehingga sinus frontal kontralateral ikut terlibat. Dapat

    juga meluas ke dalam labirin etmoid, melalui dinding anterior sinus

    menyebabkan deformitas eksternal atau melalui dinding posterior ke dalam

    fosa kranii anterior.

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    15/20

    15

    Gambar 6. Mukokel Sinus Frontal

    Penonjolan di bagian dahi tempat lokasi mukokel sinus frontal

    2. Mukokel Sinus Etmoid

    Perluasan mukokel sinus etmoid umumnya melalui lapisan tipis lamina

    papirasae menyebabkan struktur orbita terdorong ke lateral atau ke bawah.

    Terapi untuk mukokel sinus etmoid adalah etmoidektomi eksternal komplit.

    3. Mukokel Sinus Sfenoid

    Perluasan mukokel sinus sfenoid dapat menyebabkan dektruksi dinding

    posterior bahkan bisa melibatkan kelenjar pituitari. Perluasan dapat

    mendorong orbita ke arah atas menyebabkan orbital apex sindrom dengan

    gangguan penglihatan, oftalmoplegia, dan diplopia. Komplikasi yang

    mungkin terjadi dari mukokel sinus sfenoid adalah neuritis optikus dan

    enoftalmus.

    a.

    Mukokel Sinus Maksila

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    16/20

    16

    Umumnya mukokel sinus maksila kecil dan asimptomatis. Gejala klinis

    mukokel di sinus maksila yang ditemukan akibat perluasan antara lain

    deformitas struktur orbita kea rah atas menimbulkan protrusio bulbi, ptosis

    pada kelopak mata atas sebagai akibat dari restriksi sebagian kelopak mata

    bawah, enoftalmus disebabkan hilangnya atap antrum maksila, diplopia,

    benjolan di daerah pipi di atas antrum yang terkena, sumbatan hidung sebagai

    akibat pendorongan ke arah medial hidung, dan defek pada lantai antrum.

    Terapi operatif dengan teknik Caldwell-Luc.

    Gambar 7. Mukokel Sinus Maksila Kanan

    Pendorongan struktur orbita kanan ke atas oleh mukokel sinus maksila kanan

    2.3.5 Retinoblastoma

    2.3.5.1Definisi

    Retinoblastoma dalah keganasan intraokular primer yang paling

    sering pada bayi dan anak dan merupakan tumor neuroblastik yang se!ara biologi

    miripdengan neuroblastoma dan medulloblastoma

    2.3.5.2 Etiologi

    Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan

    panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB, yang

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    17/20

    17

    berfungsi sebagai supresor pembentukan tumor. pRB adalah nukleoprotein yang

    terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleid Acid) dan mengontrol siklus sel pada

    transisi dari fase G1 sampai fase S. Jadi mengakibatkan perubahan keganasan dari

    sel retina primitif sebelum diferensiasi berakhir

    2.3.5.3 Manifestasi Klinis

    Anamnesis saat pertama kali pemeriksaan harus didapatkan riwayat keluarga

    yang lengkap.

    1.

    Secara spesifik, tanyakan kepada orang tua mengenai kejadian

    retinoblastoma di keluarga tersebut

    2. Gali mengenai riwayat tumor pada mata, operasi enukleasi sebelumnya,

    atau keganasan pada anak-anak dari anggota keluarga lainnya.

    Temuan klinis seluruh stadium retinoblastoma bervariasi

    1. Leukokoria

    Leukokoria (refleks pupil putih atau refleks mata kucing) merupakan

    gambaran klinis yang paling sering sekitar 56,1% kasus, terjadi karena

    proses kalsifikasi intraretina pada pertumbuhan tumor. Leukokoria terjadi

    karena ada kandungan masa putih menutupi refleks merah pupil.

    2.

    Strabismus (esotropia 11% dan exotropia 9%)

    Strabismus bisa berupa ekstropia maupun esotropia. Terjadi akibat

    gangguan fiksasi akibat pertumbuhan tumor di daerah macula. Strabismus

    muncul sebagai temuan kedua yang sering didapatkan. Jadi pemeriksaan

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    18/20

    18

    fundoskopi melalui pupil yang berdilatasi dengan baik harus dilakukan

    pada seluruh kasus strabismus pada anak-anak

    3. Protrusio bulbi

    Penyebaran tumor terjadi keluar bola mata sehingga terjadi gejala

    protrusio bulbi

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    19/20

    19

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    protrusio bulbi merupakan keadan dimana bola mata menonjol keluar.

    Penonjolan bola mata adalah tanda utama penyakit orbita. Penyebabnya bisa

    bermacam-macam misalnya infeksi, tumor, gangguan vaskuler, dan gangguan

    system endokrin. Protrusio bulbi dapat menyebabkan gangguan fungsi mata apa

    bila tida di tatalaksana dengan adekuat dan sesuai dengan penyebab nya, untuk itu

    diperlukan lah anamnesa dan pemeriksaan fisik dan pengetahuan mengenai

    diagnosa banding dari penyakit penyakit yang bermanifestasi protrusion bulbi

  • 7/23/2019 PROTRUSIO BULBI

    20/20

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Ilyas, S: Ilmu Penyakit Mata, ed. ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia, 2010: 271-273

    2. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia:Ilmu Penyakit Mata Untuk

    Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta, Sagung Seto,

    2002.

    3. Vaughan, Daniel G et all: Oftalmologi Umum ed. 14. Jakarta: Widya

    Medika, 2000.

    4.

    Vaughan D. G., Asburry T., Riordan-Eva P., Suyono Y. J. (ed), Penyakit

    Endokrin; Gangguan Kelenjar tiroid: Penyakit Graves, Oftalmologi

    Umum, Widya Medika, Jakarta, 2000, (14): 330-332.

    5. Glasspool M. G., Andrianto P. (alih bahasa), Penyakit Thyroidea, Atlas

    Berwarna Oftalmologi, Widya Medika, Jakarta, 1990: 106-108.6.

    Thyroid Ophthalmopathy available from:

    http://emedicine.medscape.com/article/1218444-overview.html

    7.

    Graves Ophthalmopathy available from:

    http://en.wikipedia.org/wiki/Graves_ophthalmopathy

    8.

    Ophthalmopathy, Thyroid available from:

    http://emedicine.medscape.com/article/383412-overview.htm

    9. Elkington A. R., Khaw P. T., Waliban (alih bahasa), Penyakit Mata

    Distiroid, Petunjuk Penting Kelainan Mata, EGC, Jakarta, 1996.

    10.Ilyas sidharta. Ilmu penyakit mata Ed 3. Balai penerbit FKUI. Jakarta,

    2005

    11.

    American Academy of ophthalmology. Ophthalmologic Pathology and

    intraocular tumors section 4. American academy of ophthalmology. San

    Francisco, 2011

    http://emedicine.medscape.com/article/1218444-overview.htmhttp://en.wikipedia.org/wiki/Graves'_ophthalmopathyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Graves'_ophthalmopathyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Graves'_ophthalmopathyhttp://emedicine.medscape.com/article/383412-overview.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/383412-overview.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/383412-overview.htmhttp://en.wikipedia.org/wiki/Graves'_ophthalmopathyhttp://emedicine.medscape.com/article/1218444-overview.htm