prototipe pbak rev

20
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Prototipe Media Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi

Upload: ayu-reza-rizqiyanti

Post on 09-Dec-2015

275 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

pbak

TRANSCRIPT

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Prototipe Media Pendidikandan Budaya

Anti Korupsi

1

SALAM SEHAT TANPA KORUPSI,

Korupsi merupakan perbuatan mengambil sesuatu yang sebenarnya bukan haknya, yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau golongan. Korupsi merupakan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi (UU No. 31 Tahun 1999 junto UU No.20 Tahun 2001).

Tindakan korupsi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari pribadi yang terdiri dari (a) aspek moral, seperti: lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, sikap atau perilaku hidup konsumtif dan (b) aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup.

Faktor eksternal bisa tercermin dalam aspek ekonomi, misalnya: penghasilan atau gaji tidak mencukupi kebutuhan, instabilitas politik, kepentingan politis, kekuasaan, ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, serta lemahnya penegakan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.

Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah berkembang secara sistematis dan kronis termasuk Pejabat Publik, Pejabat Negara atau Aparatur Negara. Hal ini berdampak tidak hanya merugikan keuangan negara, akan tetapi juga melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. Hal ini bisa dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia pada 2011 baru mencapai 3,0 atau berada dibawah rata-rata negara Asia lainnya. Sementara Indeks Integritas Nasional tahun 2012 sebesar 6,37 atau meningkat dibandingkan Indeks Integritas Nasional tahun 2011 yang mencapai 6,31.

PrakataKendati dalam beberapa tahun terakhir makin banyak kasus tipikor terungkap, namun secara keseluruhan keberhasilan Pencegahan dan pemberantasan Korupsi (PPK) belum memenuhi harapan publik tentang penerapan karakter anti korupsi di lingkungan lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat.

Berdasarkan hasil Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) pada bulan Oktober 2012 di 33 provinsi, 170 kabupaten/kota (49 kota dan 121 kabupaten) yang dilakukan terhadap 10.000 sampel rumah tangga menunjukkan bahwa sebagian besar (27 persen) responden menilai pemerintah merupakan sumber yang paling efektif (mudah diterima, dapat membawa hasil, berguna) dalam memberikan pengetahuan anti korupsi.

Untuk itu upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi (PPK) harus dilakukan lebih mendasar, intensif dan efektif. Kementerian Kesehatan pada saat ini menjalankan program Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi.

Buku Prototipe Media Budaya Anti Korupsi ini disusun sebagai sarana penyebarluasan informasi dan pendidikan Anti Korupsi yang lebih baik terutama aparatur negara di lingkungan Kementerian Kesehatan RI.

Semoga buku ini dapat menjadi manfaat bagi berbagai kalangan.

Kepala Pusat Promosi Kesehatan,

dr. Lily S. Sulistyowati, MM

2

PermasalahanMeskipun kejujuran merupakan hal yang dijunjung tinggi oleh bangsa

Indonesia, namun praktik korupsi yang jelas bertentangan dengan nilai

tersebut kerapkali terjadi. Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik

korupsi patut diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan

masih kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi. Rendahnya

efek deteren bagi pelaku korupsi inilah yang patut mendukung maraknya

praktik korupsi.

Dalam budaya organisasi modern, sistem nilai tertentu yang bersifat

universal harus ditegakkan dalam organisasi, baik di lingkungan

pemerintahan maupun swasta. Masyarakat dengan kultur yang mendorong

struktur social berperilaku koruptif perlu diubah pola pikirnya agar terbebas

dari nilai-nilai koruptif, terlebih lagi agar menjunjung integritas. Lebih dari

itu, sangat diperlukan perilaku aktif dari masyarakat untuk mencegah

perilaku koruptif di lingkungannya. Diperlukan individu-individu yang

mampu mempengaruhi dan bertindak untuk mencegah adanya tindakan

koruptif, tidak hanya pasif untuk mencegah korupsi oleh dirinya sendiri.

Pengembangan sistem nilai dan sikap anti korupsi tersebut perlu dilakukan melalui berbagai kampanye yang memberikan ruang bagi

masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi.

Salah satu saluran utamanya adalah melalui pendidikan dan internalisasi

budaya anti korupsi dan perguruan tinggi atau pusat kajian antikorupsi

juga perlu dikembangkan seiring dengan perkuatan sangsi sosial.

Gerakan sosial anti korupsi perlu diintegrasikan dengan nilai-nilai anti

korupsi dalam system budaya lokal. Dengan demikian, selain tercipta

pemahaman terhadap perilaku-perilaku koruptif, pembangunan

karakter bangsa yang berintegritas dan anti korupsi diharapkan juga

akan memperkuat gerakan anti korupsi beserta sangsi sosialnya.

Menurut strategi nasional PPK, pendidikan merupakan sarana yang

paling effektif untuk melembagakan nilai-nilai anti korupsi, khususnya

menciptakan karakter bangsa yang berintegritas. Oleh karena itu,

penanaman nilai-nilai anti korupsi perlu dlakukan secara masif dan

intensif melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, baik melalui

kurikulum maupun di luar kurikulum.

Masalah mendasar terkait pendidikan anti korupsi adalah belum terintegrasinya

pendidikan anti korupsi ke dalam kurikulum sekolah maupun perguruan tinggi.

Kendati beberapa lembaga pemerintah sudah melakukan kerjasama

dengan lembaga pendidikan formal baik negeri maupun swasta untuk

menanamkan nilai-nilai anti korupsi, namun masih bersifat sektoral, kurang

sinergis, dan cenderung berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya, dampak

positifnya belum berpengaruh maksimal dalam mewujudkan integritas

seseorang untuk menghargai dan lebih jauh lagi melaksanakan nilai-nilai

anti korupsi.

Oleh karena itu, diperlukan pembudayaan anti korupsi dengan tujuan

menyamakan persepsi bahwa korupsi itu tindakan yang merugikan dan

harus dihindari. Persepsi tersebut akan mendorong lahirnya sikap anti

korupsi dan pada akhirnya, sikap anti morupsi akan menumbuhkan

prakarsa-prakarsa positif bagi upaya Pencegahan dan Pemberantasan

Korupsi (PPK) pada khususnya serta perbaikan tata-kepemerintahan pada

umumnya.

Kementerian Kesehatan terus berbenah diri dengan mengembangkan

kebijakan reformasi birokrasi menuju tata kelola pemerintahan yang bbaik

dan bersih (clean government). Salah satu upaya penting dalam

pelaksanaan reformasi birokrasi adalah upaya pencegahan dan

pemberantasan korupsi (PPK) di lingkungan Kementerian Kesehatan.

Untuk menilai seberapa jauh perilaku dan budaya anti korupsi bagi

karyawan di lingkungan Kementerian Kesehatan perlu dilakukan

pre-assessment PBAK. Kementerian Kesehatan telah melaksanakaan

pre-assessment PBAK sejak tanggal 20-28 Mei 2013. Pemilihan Satuan Kerja

untuk menjadi lokus pre-assessment PBAK setelah memenuhi beberapa

kriteria yang ditetapkan seperti: memberikan layanan publik, melakukan

pengadaan barang dan jasa, pelayanan administrasi pada Unit Layanan

Terpadu (ULT), dan mengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

3

PermasalahanMeskipun kejujuran merupakan hal yang dijunjung tinggi oleh bangsa

Indonesia, namun praktik korupsi yang jelas bertentangan dengan nilai

tersebut kerapkali terjadi. Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik

korupsi patut diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan

masih kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi. Rendahnya

efek deteren bagi pelaku korupsi inilah yang patut mendukung maraknya

praktik korupsi.

Dalam budaya organisasi modern, sistem nilai tertentu yang bersifat

universal harus ditegakkan dalam organisasi, baik di lingkungan

pemerintahan maupun swasta. Masyarakat dengan kultur yang mendorong

struktur social berperilaku koruptif perlu diubah pola pikirnya agar terbebas

dari nilai-nilai koruptif, terlebih lagi agar menjunjung integritas. Lebih dari

itu, sangat diperlukan perilaku aktif dari masyarakat untuk mencegah

perilaku koruptif di lingkungannya. Diperlukan individu-individu yang

mampu mempengaruhi dan bertindak untuk mencegah adanya tindakan

koruptif, tidak hanya pasif untuk mencegah korupsi oleh dirinya sendiri.

Pengembangan sistem nilai dan sikap anti korupsi tersebut perlu dilakukan melalui berbagai kampanye yang memberikan ruang bagi

masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi.

Salah satu saluran utamanya adalah melalui pendidikan dan internalisasi

budaya anti korupsi dan perguruan tinggi atau pusat kajian antikorupsi

juga perlu dikembangkan seiring dengan perkuatan sangsi sosial.

Gerakan sosial anti korupsi perlu diintegrasikan dengan nilai-nilai anti

korupsi dalam system budaya lokal. Dengan demikian, selain tercipta

pemahaman terhadap perilaku-perilaku koruptif, pembangunan

karakter bangsa yang berintegritas dan anti korupsi diharapkan juga

akan memperkuat gerakan anti korupsi beserta sangsi sosialnya.

Menurut strategi nasional PPK, pendidikan merupakan sarana yang

paling effektif untuk melembagakan nilai-nilai anti korupsi, khususnya

menciptakan karakter bangsa yang berintegritas. Oleh karena itu,

penanaman nilai-nilai anti korupsi perlu dlakukan secara masif dan

intensif melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, baik melalui

kurikulum maupun di luar kurikulum.

Masalah mendasar terkait pendidikan anti korupsi adalah belum terintegrasinya

pendidikan anti korupsi ke dalam kurikulum sekolah maupun perguruan tinggi.

Kendati beberapa lembaga pemerintah sudah melakukan kerjasama

dengan lembaga pendidikan formal baik negeri maupun swasta untuk

menanamkan nilai-nilai anti korupsi, namun masih bersifat sektoral, kurang

sinergis, dan cenderung berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya, dampak

positifnya belum berpengaruh maksimal dalam mewujudkan integritas

seseorang untuk menghargai dan lebih jauh lagi melaksanakan nilai-nilai

anti korupsi.

Oleh karena itu, diperlukan pembudayaan anti korupsi dengan tujuan

menyamakan persepsi bahwa korupsi itu tindakan yang merugikan dan

harus dihindari. Persepsi tersebut akan mendorong lahirnya sikap anti

korupsi dan pada akhirnya, sikap anti morupsi akan menumbuhkan

prakarsa-prakarsa positif bagi upaya Pencegahan dan Pemberantasan

Korupsi (PPK) pada khususnya serta perbaikan tata-kepemerintahan pada

umumnya.

Kementerian Kesehatan terus berbenah diri dengan mengembangkan

kebijakan reformasi birokrasi menuju tata kelola pemerintahan yang bbaik

dan bersih (clean government). Salah satu upaya penting dalam

pelaksanaan reformasi birokrasi adalah upaya pencegahan dan

pemberantasan korupsi (PPK) di lingkungan Kementerian Kesehatan.

Untuk menilai seberapa jauh perilaku dan budaya anti korupsi bagi

karyawan di lingkungan Kementerian Kesehatan perlu dilakukan

pre-assessment PBAK. Kementerian Kesehatan telah melaksanakaan

pre-assessment PBAK sejak tanggal 20-28 Mei 2013. Pemilihan Satuan Kerja

untuk menjadi lokus pre-assessment PBAK setelah memenuhi beberapa

kriteria yang ditetapkan seperti: memberikan layanan publik, melakukan

pengadaan barang dan jasa, pelayanan administrasi pada Unit Layanan

Terpadu (ULT), dan mengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

4

Empat Satuan Kerja yang menjadi lokus yang telah dilakukan pre-assessment PBAK adalah:

1.Politeknik Kesehatan

Manado.

2.RSUP Adam Malik

Medan.

3. Kantor Kesehatan Pelabuhan

(KKP) Tanjung

Priok.

4. Biro Umum

Sekretariat Jenderal.

5

Hasilnya:Dari hasil pre-assessment PBAK ditemukan bahwa

‘KEBUTUHAN PRIBADI’ dan persepsi “GRATIFIKASI” menempati skor yang paling rendah dan perlu diprioritaskan untuk dilakukan penanganan.

Pernyataan-penyataan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah:

Kebutuhan Pribadi

• Penghasilan resmi saya dapat mencukupi gaya hidup saya

• Saya memanfaatkan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi

• Saya pernah menggunakan fasilitas pribadi untuk mendukung operasional satker

• Pimpinan satker saya akan memberikan tambahan dana pibadi apabila satker membutuhkannya

• Pembiayaan diluar DIPA masih diperlukan oleh Satker.

Derajat Toleransi (Persepsi Gratifikasi)

• Pemahaman mengenai Gratifikasi masih rendah

• Menerima pemberian dari rekanan merupakan hal yang wajar

• Memberikan hadiah pada atasan merupakan hal yang wajar

• Bertemu dengan rekanan di luar jam kantor merupakan hal yang wajar

• Menerima hadiah ulang tahun dari rekanan hal yang wajar.

6

Dari hasil asessment juga disimpulkan bahwa arah komunikasi yang

tepat adalah ADVOKASI. Oleh karena itu di sinergikan dengan

Rencana Aksi Komunikasi Berbasis Tema dari Kemenkomifo di tahun

2013 yaitu “Penguatan Karakter”. Melalui keterbukaan lembaga

pemerintah diharapkan peluang korupsi bisa ditekan dan

dihilangkan.

Sementara di tingkat masyarakat diharapkan dapat mengikis sikap

“permisif terhadap pelaku tindak korupsi.”- maka nilai-nilai yang

dimunculkan adalah:

Tanggung Jawab Displin dengan tema utama

Sehat Tanpa

Korupsi

Strategi Komunikasi:

7

Pesan Pendukung:Pesan pendukung dapat dipilih sesuai kebutuhan

masing-masing lokus tempat kerja:

Tanggung jawab

Malu dong kalau belinya

pake Uang Negara.

Keren tidak harus mahal

Melayani (bukan

dilayani) dengan hati

Hari gini masih

korupsi?

Gunakan uang dengan bijak. Jangan lupa menabung

Tanggung jawabmu

menentukan kebahagiaan

keluarga

Segala bentuk penyimpangan akan mendapat

sanksi tegas!

Penuhi kewajiban, baru tuntut

hak.

Disiplin

hari gini nggak

disiplin?

taati peraturan

jalani kewajiban

Atur keuangan

pribadi, korupsi

terhindari

Gunakan yang

menjadi hak mu

Tolak Taati

peraturan jalankan

kewajiban

Minta imbalan bukan

jamannya lagi

Korupsi merampas hak

masyarakat untuk sehat

8

Di dalam buku akan dijabarkan contoh-contoh, spesifikasi dan strategi komunikasi penerapan media Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK) terutama di empat lokus tempat kerja berikut :

TEMPAT KERJA SASARAN

Politeknik Kesehatan Manado. mewakili Dosen dan Mahasiswa

RSUP Adam Malik Medan. mewakili Dokter, perawat, staf administrasi

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Tanjung Priok.

Staf KKP

Biro Umum Sekretariat Jenderal. mewakili staf Pusat Kementerian Kesehatan RI, satpam dan staf rumah tangga

Sasaran:

Logo

9

Warna yang di gunakan :

Menarikperhatian

BeraniCyan 0,Magenta 100Yellow 100Black 0

Cyan 0,Magenta 68Yellow 96Black 0

Tegas & kuat

Cyan 75,Magenta 68Yellow 67Black 90

Penggunaan warna yangseragam sebaiknya dipatuhiagar terjadi kesesuaian antaramedia satu dengan yang lain.

10

Ilustrasi

11

penggunaan ilustrasi bisadiaplikasikan sebagai penguat pesan.

Poster

12

B 300 TB

GUNAKANyang jadi

muHAKKERENMAHALTIDAK HARUS

ATUR

KORUPSIKEUANGANPRIBADI

TERHINDARI

BIJAK

MENABUNG

GUNAKAN UANGjangan lupa

malu dong,Barang Pribadibelinya pakaiUang Negara

HAK

KEWAJIBAN

Penuhi KEWAJIBANbaru tuntut HAK Melayani

(bukan dilayani)dengan hati

Spanduk

Korupsi Merampas Hak Masyarakat Untuk Sehat

13

Keren tidak harus Mahal

Gunakan yang MenjadiHak mu!

Atur Keuangan PribadiKORUPSI terhindari.

Malu dong,Barang Pribadi Belinya

pakai Uang Negara

Bijak Gunakan Uang,jangan Lupa Menabung!

Minta Imbalan,BUKAN jamannya lagi.

Melayani(bukan dilayani)

dengan hati.

Umbul-umbul

keren tidak harus mahal

melayani (bukan dilayani) dengan hati

KorupsiMerampas

Hak Masyarakat

untuk Sehat

14

Pin

15

Merchandise

1416

Malu dong,

Barang Pribadi Belinya

pakai Uang

Negara

KorupsiMerampas

Hak Masyarakat

untuk Sehat

KorupsiMerampas

Hak Masyarakat

untuk Sehat