prospek bisnis masyarakat dalam penyediaan...

12
1 SEMINAR SEHARI 14 April 2012 Memperingati 30 Tahun Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN BAHAN BAKAR BIOETANOL Budy Rahmat Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRAK Indonesia sebenarnya memiliki sumber bahan baku bioetanol yang berlimpah dan beragam sumber karbohidrat, seperti macam gula, molases, nira; pati yang berasal dari singkong, ubi jalar, gadung dll.; dan selulosa. Proses produksi bioetanol meliputi dua tahap, yaitu proses sakarifikasi dan fermentasi. Proses sakarifikasi bertujuan untuk memecah karbohidrat menjadi monomer gula. Proses fermentasi dilangsungkan pada pH 4-6, suhu 30- 35 o C, dan kondisi anaerobik. Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae atau Zimomonas mobilis. Proses fermentasi mampu menghasilkan etanol sampai kadar 12%. Selanjutnya distilasi mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian maksimum 95,6%. Etanol yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar harus mempunyai grade 99,5 - 100%. Untuk mencapai standar itu, bisa dilakukan dengan alternatif : menambahkan entrainer, pemisahan dengan membran, evaporasi, atau menggunakan penyaringan molekul. Selain untuk bahan bakar, etanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, parfum, bahan dasar turunan alkohol, dan minuman keras. Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong diperagakan dalam simulasi pabrik bioetanol kapasitas 37 liter per hari. Ternyata usaha tersebut layak hingga pada tingkat suku bunga bank 16%, karena memiliki BC Ratio > 1 dan NPV= 80.956,737. Penggunaan dan produksi bioetanol cocok dengan kondisi sumberdaya Indonesia, sehingga penyediaan bahan bakar bioetanol memberi peluang bagi bisnis masyarakat Kata kunci: bahan bakar, bioetanol, bisnis masyarakat, fermentasi. I. PENDAHULUAN Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan dua ancaman serius, yaitu: (i) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah pasokan, harga dan fluktuasi; (ii) polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajat kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NO x , dan

Upload: vodiep

Post on 06-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

1

SEMINAR SEHARI 14 April 2012

Memperingati 30 Tahun Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN

BAHAN BAKAR BIOETANOL

Budy Rahmat

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Indonesia sebenarnya memiliki sumber bahan baku bioetanol yang berlimpah dan

beragam sumber karbohidrat, seperti macam gula, molases, nira; pati yang berasal dari

singkong, ubi jalar, gadung dll.; dan selulosa. Proses produksi bioetanol meliputi dua tahap,

yaitu proses sakarifikasi dan fermentasi. Proses sakarifikasi bertujuan untuk memecah

karbohidrat menjadi monomer gula. Proses fermentasi dilangsungkan pada pH 4-6, suhu 30-

35oC, dan kondisi anaerobik. Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi adalah

Saccharomyces cerevisiae atau Zimomonas mobilis. Proses fermentasi mampu menghasilkan

etanol sampai kadar 12%. Selanjutnya distilasi mampu menghasilkan etanol dengan

kemurnian maksimum 95,6%. Etanol yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar harus

mempunyai grade 99,5 - 100%. Untuk mencapai standar itu, bisa dilakukan dengan alternatif

: menambahkan entrainer, pemisahan dengan membran, evaporasi, atau menggunakan

penyaringan molekul. Selain untuk bahan bakar, etanol biasa digunakan sebagai bahan baku

industri farmasi, kosmetik, parfum, bahan dasar turunan alkohol, dan minuman keras.

Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong diperagakan dalam

simulasi pabrik bioetanol kapasitas 37 liter per hari. Ternyata usaha tersebut layak hingga

pada tingkat suku bunga bank 16%, karena memiliki BC Ratio > 1 dan NPV= 80.956,737.

Penggunaan dan produksi bioetanol cocok dengan kondisi sumberdaya Indonesia, sehingga

penyediaan bahan bakar bioetanol memberi peluang bagi bisnis masyarakat

Kata kunci: bahan bakar, bioetanol, bisnis masyarakat, fermentasi.

I. PENDAHULUAN

Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan dua ancaman

serius, yaitu: (i) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk

beberapa dekade mendatang, masalah pasokan, harga dan fluktuasi; (ii) polusi akibat emisi

pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran

bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajat

kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan

Page 2: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

2

hidrokarbon yang tidak terbakar, serta unsur metal seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi

tidak langsung mayoritas berupa peningkatan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada

pemanasan global. Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut telah mengintensifkan

berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi ataupun pembawa energi

yang lebih terjamin keberlanjutannya dan lebih ramah lingkungan.

Pemerintah berupaya keras mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang dapat

diperbaharui yaitu bahan bakar nabati (BBN/biofuel) sebagai pengganti sumberdaya energi

fosil yang tidak dapat diperbaharui. Sumber BBN adalah tanaman pertanian, utamanya kelapa

sawit dan jarak pagar yang menghasilkan biodiesel sebagai pengganti solar; dan ubikayu dan

tebu yang menghasilkan bioetanol sebagai pengganti premium (Prajogo et al., 2006).

Bioetanol memiliki nama kimia etanol (C2H5OH) atau alkohol yang dibuat dari bahan

hasil tumbuhan. Bioetanol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku tanaman

yang mengandung pati seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung dan sagu. (Allen et al., 2001;

BPPT, 2005). Alkohol atau etanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri farmasi,

kosmetik, parfum, bahan dasar turunan alkohol, minuman keras, dan bahan bakar. Mengingat

pemanfaatan etanol beraneka ragam, sehingga grade-nya yang dimanfaatkan harus berbeda

sesuai dengan penggunaannya. Etanol yang mempunyai grade 90-96,5% dapat digunakan

pada industri, sedangkan grade 96-99,5% dapat digunakan sebagai campuran untuk minuman

keras dan bahan dasar industri farmasi. Etanol yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk

kendaraan harus betul-betul kering (anhydrous) supaya dapat bercampur dengan bensin dan

tidak korosif, sehingga etanol harus mempunyai grade sebesar 99,5 hingga 100%

(Departemen ESDM, 2005).

Memperhatikan prospek strategis alkohol seperti diuraikan di atas, maka teknologi

pengolahan hasil-hasil pertanian karbohidrat menjadi alkohol menjadi penting untuk dikuasai

terus dikembangkan oleh segenap stake holder di Indonesia. Paper ini bertujuan mengkaji

beberapa pustaka untuk mengungkap prospek pengembangan bisnis produksi bioetanol di

masyarakat pada level usaha mikro, kecil, dan menengah.

II. PROSES PRODUKSI BIOETANOL

Proses produksi bioetanol yang selama ini sudah dikembangkan dan diterapkan secara

umum meliputi dua tahap, yaitu proses sakarifikasi dan fermentasi. Proses sakarifikasi

bertujuan untuk memecah karbohidrat (seperti gula, selulosa dan hemiselulosa) menjadi

monomer gula.

Page 3: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

3

Pada bahan baku molase, gula bit, dan gula tebu yang selama ini sudah digunakan

secara luas sebagai bahan baku etanol, proses pembuatan etanol lebih sederhana karena bahan

baku tersebut dapat langsung disakarifikasi dengan menambahkan glukoamilase (Be Miller et

al., 1996). Sedangkan untuk bahan baku berpati, sebelum proses sakarifikasi harus dilakukan

proses liquefaksi terlebih dahulu, proses dengan bahan baku berpati ini sudah diterapkan

secara luas terutama di Brazil dan di Amerika untuk menghasilkan bioetanol, tetapi di

Indonesia masih dilangsungkan pada skala rumah tangga (Prihandana et al., 2008). Proses

liquefaksi dilakukan karena mikroorganisme fermentasi etanol tidak dapat mengkonversi pati

menjadi etanol secara langsung, diperlukan enzim untuk mengkonversi oligosakarida pada

pati menjadi maltosa, kemudian melalui proses sakarifikasi diubah menjadi gula sederhana

yang mudah difermentasi.

Tahapan proses produksi bioetanol adalah sebagai berikut:

(1) Proses Liquefaksi

Pada tahap liquefaksi terjadi proses gelatinasi untuk memecah pati sehingga pati

mejadi dekstrin. Proses liquefaksi dilangsungkan pada suhu tinggi yaitu 80-90 oC dan pH 5

selama 30 menit (Albrecht et al., 2007), proses pemecahan pati dilakukan dengan

menambahkan enzim amilase. Amilase yang ditambahkan bisa terdiri dari dua tipe, yaitu

endo-amilase yang akan menyerang ikatan a-1,4 glikosidik pada polimer pati secara acak dan

ekso-amilase yang akan menghidrolisis glukosa atau maltosa dari ujung pereduksi polimer

pati (Agu et al., 1996).

(2) Proses Sakarifikasi

Proses sakarifikasi bertujuan untuk mengkonversi dekstrin yang dihasilkan pada

proses liquefaksi sehingga menghasilkan mono- atau di-sakarida (Albrecht et al., 2007).

Proses sakarifikasi dilangsungkan dengan menambahkan glukoamilase. Pada proses ini

terjadi pelepasan a-D-glukosa dari ujung gula non pereduksi 1,4-a-glukan. Reaksi

berlangsung pada pH 4-5 dan pada temperatur 50-60 oC selama 2 jam (Allen et al., 2001;

Prihandana et al., 2008).

(3) Proses Fermentasi

Proses fermentasi dilangsungkan pada pH 4-6, pada temperatur 30-35 oC (Albrecht et

al., 2007; Prihandana et al., 2008) dan kondisi fermentasi dijaga anaerobik. Mikroba yang

membantu proses fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae atau Zimomonas mobilis.

Page 4: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

4

Proses fermentasi mampu menghasilkan etanol sampai kadar 12% karena di atas kadar

tersebut mikroorganisme yang membantu proses fermentasi tidak dapat bekerja lagi.

(4) Proses Pemisahan dan Pemurnian

Untuk memisahkan broth etanol dengan biomassa mikroba dilakukan dengan

dekantasi. Sebagian biomassa dikembalikan lagi pada tangki fermentasi untuk melakukan

fermentasi selanjutnya. Untuk memisahkan etanol dari broth fermentasi dapat dilakukan

dengan distilasi secara bertingkat karena kandungan air pada broth masih tinggi. Distilasi

bertingkat mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian maksimum 95,6%, karena pada

kemurnian tersebut etanol membentuk azeotrop dengan air sehingga tidak dapat dipisahkan

lagi dengan pemisahan biasa. Untuk mendapatkan etanol standar bahan bakar, kemurnian

99%, dapat dilakukan dengan menambahkan entrainer, pemisahan dengan membrane secara

evaporasi, ataupun dengan menggunakan molecular sieve (Albrecht et al., 2007).

III. PROSPEK BIOETANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR

Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di AS

dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-

an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam

implementasi bahan bakar etanol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat

penggunaan bahan bakar etanol saat ini mencapai 40% secara nasional. Di AS, bahan bakar

relatif murah, E85, yang mengandung etanol 85% semakin populer di masyarakat dunia.

Indonesia memiliki sumber bahan baku, yang berlimpah dan beragam. Dengan

demikian, produksi etanol dari bahan alami (bioetanol) dapat disesuaikan dengan

ketersediaan bahan baku di daerah setempat. Bahan pembuat karbohidrat bisa menggunakan

bahan dasar gula semacam gula, molases (tetes tebu), nira. Ada juga bahan dasar karbohidrat

atau pati, yang berasal dari singkong (ubi kayu), ubi manis (ubi jalar), hingga selulosa.

Terdapat beberapa karakteristik internal etanol yang menyebabkan penggunaan etanol

pada mesin lebih baik daripada bensin. Etanol memiliki angka research octane 108.6 dan

motor octane 89.7 (umumnya motor octane < research octane). Angka tersebut, terutama

research octane melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin walaupun

setelah ditambahkan aditif tertentu. Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki

angka research octane 88. Untuk rasio campuran etanol dan bensin mencapai 60:40%,

tercatat peningkatan efisiensi hingga 10%.

Page 5: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

5

Etanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang

berikatan di dalam molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara

campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran

(flammability) yang lebar, yakni 4.3 – 19 v% (dibandingkan dengan gasoline yang memiliki

rentang keterbakaran 1.4 – 7.6 v%), pembakaran campuran udara dan bahan bakar etanol

menjadi lebih baik. Hal ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO

dibandingkan dengan pembakaran udara dan bensin, yakni sekitar 4%. Etanol juga memiliki

panas penguapan yang tinggi, yakni 842 kJ/kg. Tingginya panas penguapan ini menyebabkan

energi yang dipergunakan untuk menguapkan etanol lebih besar dibandingkan bensin.

Konsekuensi lanjut dari hal tersebut adalah temperatur puncak di dalam silinder akan lebih

rendah pada pembakaran etanol dibandingkan dengan bensin.

Indonesia telah mengeluarkan regulasi tata-niaga produksi dan pemanfaatan bioetanol

melalui Keputusan Menteri tertanggal 26 September tahun 2008 yang memungkinkan dunia

usaha mengembangkan produksi bioetanol (biofuel) untuk kebutuhan dalam negeri maupun

ekspor. Disamping itu, Kementrian ESDM dan Timnas Bioetanol terus menggalakkan inovasi

pengembangan produksi bioetanol di Indonesia. Isi regulasi tersebut adalah :

1) Kewenangan setingkat Gubernur untuk izin operasional kapasitas produksi di atas

5.000 ton/tahun sampai 10.000 ton/tahun.

2) Kewenangan setingkat Bupati/Walikota, untuk izin operasional kapasitas produksi

hingga 5.000 ton/tahun.

3) Setiap daerah Propinsi/Kabupaten-Kota wajib memanfaatkan penggunaan bioetanol

hingga 15% dari kuota BBM di daerahnya.

4) Penggunaan untuk kendaraan otomotif maksimal 10% dari kuota nasional, dalam

bentuk campuran.

Catatan: campuran 9 liter bensin premium + 1 liter bioetanol = Petramax-Plus

5) Indikasi harga disesuaikan dengan mekanisme pasar, atau di bawah BBM nonsubsidi

6) Peluang distribusi secara mandiri (independen).

7) Peluang ekspor bioetanol

Alokasi pemanfaatan produk bioetanol

1) Kadar 60% - 70%, sebagai substitusi produk alkohol (industri farmasi) sebagai

substitusi BBM jenis minyak tanah

2) Kadar 70% - 80%, sebagai substitusi produk alkohol (industri farmasi)

Page 6: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

6

3) Kadar 70% - 90%, sebagai bahan pendukung produksi makanan & minuman

4) Kadar 99,5% sebagai substitusi BBM jenis bensin.

Peluang industri pendukung produksi bioetanol:

1) Kompor Bioetanol,

a. Teknologi produksi sederhana dan mudah dikembangkan (inovasi)

b. Tidak membutuhkan alat pendukung seperti tabung gas elpiji

c. Nilai efisiensi dan ekonomis sangat tinggi : (i) satu liter bioetanol sama dengan

dua setengah liter minyak tanahl; (ii) proses pemasakan tidak berjelaga (bercak

hitam) pada wadah memasak; (iii) proses pengapian sangat aman; (iv) kualitas

pengapian lebih baik dibandingkan gas

d. Peluang pasar yang besar dan lebar

2) Depo distribusi bioetanol

a. Penjualan produk cCampuran

b. Penjualan eceran rumah tangga dan industri

3) Bengkel modifikasi

4) a. Sparepart modifikasi sederhana kendaraan roda dua, atau bengkel modifikasi

b. Sparepart modifikasi sederhana generator listrik, atau bengkel modifikasi

Bioetanol dalam bentuk lain adalah spirtus, yaitu cairan berwarna biru yang

digunakan untuk menyalakan lampu tekan (petromaks). Etanol yang digunakan berkadar 70%

dan diberi warna karena etanol asli tidak berwarna alias bening.

Keuntungan penggunaan bioetanol adalah adanya unsur oksigen sehingga emisi gas

karbon monoksida (CO) pada kendaraan bensin turun signifikan. Namun keberadaan unsur

oksigen itu menyebabkan etanol bersifat korosif.

Meskipun demikian, adanya "sumbangan" oksigen membantu proses pembakaran

dalam mesin bisa berlangsung sempurna, maka power atau tenaga yang dihasilkan jauh lebih

tinggi. Rumus kimia etanol adalah C2H5OH, sedangkan bensin adalah C6H6 yang hanya

mengandung unsur karbon dan hidrogen.

Campuran bensin etanol juga bisa meningkatkan angka oktan bensin premium.

Angka oktan (RON) etanol adalah 117, sedangkan RON bensin premium adalah 88. Jadi jika

menggunakan campuran 10% etanol, angka oktan bensin menjadi (90% X 88) + (10% x 117)

= 90,9, sedangkan angka oktan jika menggunakan campuran 20% etanol menjadi 93,8.

Page 7: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

7

Berdasarkan analisis biaya, ambil saja etanol dari singkong. Setiap 6,5 kg singkong

menghasilkan 1 liter bioetanol. Harga jual bioetanol adalah Rp 6.000,00/liter, sedangkan

biaya kotor produksi sekitar Rp 3.400,00/liter. Biaya produksi ini terdiri dari penggunaan

bahan baku, enzim, ragi, upah kerja, bahan bakar kompor, dan lain-lain. Jadi ada selisih

keuntungan kotor Rp 2.600,00/liter.

Jika menggunakan campuran bensol 10%, berarti untuk setiap liter bensol

memerlukan anggaran (90% X Rp 4.500,00/liter bensin) + (10% X Rp 6.000,00/liter etanol)

= Rp 4.650,00. Memang ada kenaikan harga Rp 150,00/liter, namun jika kuota subsidi BBM

premium tahun ini 17 juta kiloliter, penggunaan 10% campuran etanol akan mengurangi

subsidi menjadi 15,3 juta kiloliter atau berkurang 1,7 juta kl.

Dengan asumsi harga subsidi premium Rp 1.421,00 hingga Rp 3.639,00 setiap liter,

ada penghematan anggaran sebesar Rp 2,42 triliun hingga Rp 6,19 triliun. Selisih anggaran

itu bisa digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk mendorong tumbuhnya industri

bioetanol berbasis potensi daerah. Kalau hal ini sudah berjalan, maka Pertamina tak perlu

mengangkut BBM ke Papua yang menyebabkan harga jual bensin lebih tinggi. Cukup

mengolah sagu atau jagung yang tumbuh subur di sana.

Ada beberapa hambatan dan tantangan yang bisa ditemui dalam pengembangan

produksi dan penggunaan bioetanol, yaitu:

1) Kapasitas produksi tertinggi bioetanol yang diizinkan pemerintah tidak mencukupi

untuk memenuhi pasokan kebutuhan nasional dan mengurangi peluang pencapaian

laba maksimum.

2) Pengembangan jaringan produksi dan pemasaran pada setiap wilayah kerja setingkat

provinsi dan kabupaten dalam bentuk kemitraan terintegrasi (pendekatan konsorsium)

adalah tantangan yang menjanjikan bagi pertumbuhan usaha dan investasi

3) Pergerakan pasar cenderung bersifat lokal – teritorial, sehingga kualitas dan stabilitas

kultur korporasi dan kebijakan manajemen menjadi isu utama untuk dibakukan.

Memang tak dapat dipungkiri, kendala mendasar dari penerapan bioetanol di

Indonesia belum adanya kendaraan bermotor yang bisa mengadopsi bioetanol hingga 100%

seperti negara Brasil. Kalaupun ada, saat ini baru sebatas mencampur bensin dengan etanol

pada rasio campuran 90% bensin dengan 10% etanol atau 80% bensin dengan 20% etanol.

Jika menggunakan etanol murni, dikhawatirkan akan melarutkan karet-karet seal klep, tetapi

untuk kendaraan di atas tahun 2000 bisa menggunakan bioetanol..

Page 8: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

8

Seandainya akan menggunakan campuran bensin etanol tak perlu ada modifikasi

pada mesin kendaraan, cukup mengatur sistem pengapian agar waktu pembakaran tepat. Jika

melihat sejarah pembuatan mesin mobil, Otto dan Henry Ford membuat mesin mobil generasi

pertama menggunakan bahan bakar bioetanol berkadar 99%. Pada saat itu belum dikenal

bensin yang diperoleh dari pengolahan minyak bumi.

IV. KELAYAKAN USAHA BIOETANOL

Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong diperagakan

dalam pabrik skala rumah tangga berkapasitas 37 liter per hari seperti disajikan pada Tabel 1.

Langkah awal untuk melakukan analisis kelayakan pada kasus investasi

pembangunan digester biogas adalah membuat diagram aliran kas (cash flow diagram) untuk

memperjelas fungsi dan posisi dari semua transaksi yang dilakukan (Kastaman, 2005).

Tabel 1. Simulasi transaksi biaya dan penerimaan usaha produksi bioetanol 37 L/hari

Pos Jenis Transaksi Rincian (Rp) Jumlah (Rp)

A. Investasi :

1. Pengadaan Instalasi Pengolah 6.000.000

2. Pengadaan alat dan bangunan penunjang 2.000.000

Jumlah A 8.000.000

B. Biaya Tetap per Tahun :

1. Biaya depresiasi 1.160.000

2. Biaya perawatan instalasi dan bangunan 500.000

Jumlah B 1.660.000

C. Biaya Variabel per Tahun :

1. Singkong:250 kg x 240 hari x Rp 500 30.000.000

2. Amilase : 15 g x 240 hari x Rp 80 288.000

3. Urea : 0,4 kg x 240 hari x Rp 3000 288.000

4. NPK : 0,1 kg x 240 hari x Rp 5000 120.000

5. Ragi : 5 g x 240 hari x Rp Rp 80 96.000

6. Minyak bakar : 4 L x 240 hari x Rp 6000 5.760.000

7. Upah kerja : 240 hari x Rp 60.000 14.400.000

8. Listrik : 12 bulan x Rp 200.000 2.400.000

Jumlah C 53.352.000

D. Penerimaan per Tahun :

1. Bioetanol 95% : 37 L x 240 hari x Rp 6000 53.280.000

2. Kompos Stilage 100 kg x 240 hari x Rp 175 4.200.000

Jumlah D 57.480.000

Page 9: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

9

Rajendran et al. (2012) mengemukakan bahwa, metode yang dapat digunakan untuk

menilai kelayakan ekonomi suatu investasi usaha dan dapat dilakukan sekaligus, yaitu:

1) Metode rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio analysis) atau lebih dikenal dengan

BC Ratio.

2) Metode ekivalensi nilai sekarang (present worth analysis) atau lebih dikenal dengan NPV

(Net Present Value).

3) Metode tingkat suku bunga pengembalian modal (rate of return analysis) atau lebih

dikenal dengan IRR (Internal Rate of Return).

Tabel 2. Analisis finansial pengolahan bioetanol

Suku Bunga

(%) Σ PV Pengeluaran

(Rp) Σ PV Penerimaan

(Rp) NPV (Rp)

BC ratio

12 206305948.4 207202536.1 896587.67 1.00434591

13 201489926.2 202170452.9 680526.75 1.00337747

14 196860650.3 197333494.1 472843.83 1.00240192

15 192408756.3 192681875 273118.78 1.00141947

16 188125442.5 188206399.2 80956.737 1.00043033

17 184002431.1 183898417.4 -104013.7 0.99943472

Berdasarkan analisis metode rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio analysis)

atau lebih dikenal dengan BC Ratio. Usaha produksi bioetanol tersebut dinilai layak hingga

suku bunga bank 16%, karena memiliki nilai BC Ratio > 1. Demikian pula berdasarkan

metode ekivalensi nilai sekarang (present worth analysis) atau lebih dikenal dengan NPV

(Net Present Value), usaha tersebut layak karena memiliki NPV > 0 sampai suku bunga bank

16%. Selain itu kelayakan usaha itu bisa dinilai dengan metode tingkat suku bunga

pengembalian modal (rate of return analysis) atau lebih dikenal dengan IRR (Internal Rate of

Return). Pada suku bunga IRR akan diperoleh NPV = 0; dan nilai IRR > dari MARR

(minimum attractive rate of return).

Page 10: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

10

V. PENUTUP

Penggunaan dan produksi bioetanol cocok dengan kondisi sumberdaya alam

Indonesia. Prospek penyediaan bahan bakar bioetanol memberi peluang bagi bisnis

masyarakat. Bisnis ini berbasis sumberdaya lokal, tapi perlu kreativitas masyarakat

PUSTAKA

Agu, R.,C., Amadife, A., E., Ude, C., M., Onyia, A.,1997, Combined Heat Treatment and

Acid Hydrolysis of Cassava Grate Waste (CWG) Biomass for Etanol Production,

Vol. 17, Elsevier Science Ltd, Britain, pp. 91-96.

Albrecht, A., Grondin, O., Le Berr, F., Le Solliec, G. 2007. Towards a stronger Simulation

support for engine control design, a methodological point of view, Oil & Gas

Science and Tecnology – Rev. IFB, 62(4), 437-456.

Allen, S. G., Schulman, D., Lichwa, J, 2001. A comparison between hot liquid water and

steam fractionation of corn fiber. Ind. Eng. Chem. Res., 40, 2934-2941.

BeMiller, J. N. &Whistler, R. L. 1996. Carbohydrates. In Food Chemistry (3rd ed. 157-223).

New York; New York, Marcel Deker.

BPPT, 2005, Kajian Lengkap Prospek Pemanfaatan Biodiesel Dan Bioetanol Pada Sektor

Transportasi Di Indonesia. Balai Besar Teknologi Pati-BPPT, Jakarta.

Departemen ESDM, 2005, Blue Print Pengelolaan Energi Nasional2005-2025, Pola Pikir

Pengelolaan Energi Nasional.

Dhewanto, W., 2007, Bioetanol dan Swasembada Energi, Harian Bisnis Indonesia, Jakarta.

Kastaman, R., Herwanto, T., dan Iskandar, Y., 2005, Rancang Bangun dan Uji Kinerja

Reaktor Kompos Skala Rumah Tangga. Jur. Agrikultura April 2006. Vol. 17: 1-10.

Hikmiyati, N., Sandrie, N., 2008, Pembuatan Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong Melalui

Proses Hidrolisis Asam dan Enzimatis. Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik,

Universitas Diponegoro, Semarang.

Prihandana, Rama, Roy Hendroko. 2008. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan.

Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Prihandana, Rama, Roy Hendroko. 2008. Energi Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.

Rajendran, K., Aslanzadeh, S., and Taherzadeh, M.J., 2012, Household Biogas Digesters -A

Review. Energies Journal, 5(4): 2911-2942

Ranola, Roberto F. 2009. Enchancing The Viability of Cassava Feedstock for Bioetanol In

The Philipphines. Jurnal (terhubung berkala).

Page 11: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

11

Page 12: PROSPEK BISNIS MASYARAKAT DALAM PENYEDIAAN …pasca.unsil.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Prospek-Bisnis... · Analisis kelayakan usaha produksi bioetanol berbahan baku singkong

12

.