prosiding - k3.unida. fileprogram studi d4 keselamatan dan kesehatan kerja ... data disajikan dalam...
Post on 30-Mar-2019
224 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
PROSIDING
Seminar Nasional Conference of Indonesian Occupational Safety and Health
(CIOSH)
Tema:
Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3
untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas
Ponorogo, 15 April 2017 Main Hall Gedung Terpadu Universitas Darussalam Gontor
Diselenggarakan Oleh : Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor Jl. Raya Siman Km 5, Siman, Ponorogo 63471
Website : www.k3.unidagontor.ac.id E-mail : k3@unida.gontor.ac.id
http://www.k3.unidagontor.ac.id/mailto:k3@unida.gontor.ac.id
PROSIDING
Seminar Nasional
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3
untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas
ISBN : 978-602-60033-9-3
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
Pelindung : Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam Gontor
Penanggung jawab : Ketua Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Ketua Pelaksana : Sisca Mayang Phuspa, S.KM.,M.Sc
Koordinator : Dian Afif Arifah, S.ST.,M.Kes
Tim Reviewer : 1. Eka Rosanti, S.ST.,M.Si 2. Yulia Dwi Andarini, S.Si., M.PH., Apt. 3. Deni Abdul Rahman, S.KM., M.KM
Editor Bahasa: Edwina Rudyarti, S.Si.,M.Sc
Penyunting: Ragil Retnaningsih, S.ST
Diselenggarakan Oleh : Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor Jl. Raya Siman Km 5, Siman, Ponorogo 63471
Website : www.k3.unidagontor.ac.id E-mail : k3@unida.gontor.ac.id
http://www.k3.unidagontor.ac.id/mailto:k3@unida.gontor.ac.id
75 Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB DERMATITIS KONTAK
IRITAN PADA PEKERJA PABRIK TAHU PRIMKOPTI UNIT USAHA KELURAHAN BUKIT SANGKAL PALEMBANG
TAHUN 2014
Rahmi Garmini1*, Ratna Latif2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Jalan Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat
*E-mail: rahmi.garmini@gmail.com
ABSTRAK
Dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu kelainan kulit yang sering
dijumpai, sekitar 85% sampai 98% dari seluruh penyakit kulit akibat kerja. Hasil
survei pendahuluan yang dilakukan di pabrik tahu Primkopti didapatkan bahwa
4 orang pekerja mengalami dermatitis kontak iritan kumulatif dari 7 pekerja yang
diwawancara atau setara 57,1%.
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah sampel sebanyak 33 pekerja. Teknik pengambilan sampel
dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisa data dilakukan
secara univariat dan bivariat dengan uji statistik chi square. Data disajikan dalam
analisa p-value, prevalensi rasio (PR) dan 95% interval kepercayaan (CI).
Hasil penelitian didapatkan bahwa 51,5% pekerja mengalami DKI. Berdasarkan
hasil pengukuran kadar asam cuka pada air pengolahan tahu yaitu 44,19 mg/L.
Faktor penyebab yang berhubungan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan
antara DKI dengan masa kerja (p value = 0,019), lama kontak (p value = 0,009),
pengetahuan (p value = 0,019) dan penggunaan APD (p value = 0,023), sedangkan
yang tidak berhubungan yaitu usia (p value = 0,589) dan personal hygiene (p value
= 0,858).
Dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian, kejadian dermatitis kontak iritan
pada pekerja tahu yaitu sebesar 51,5% dan perlu dilakukan penyuluhan kepada
pekerja mengenai penggunaan APD dan penyakit akibat kerja.
Kata kunci: Dermatitis Kontak Iritan, Lama Kontak, Penggunaan APD
PENDAHULUAN
Berbagai risiko dalam kesehatan dan keselamatan kerja adalah kemungkinan
terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK), penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan
dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Pencegahan
mailto:rahmi.garmini@gmail.com
76 Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Strategi Mewujudkan Kemandirian Masyarakat Industri Berbudaya K3 untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas
terjadinya PAK dapat dilakukan semua pihak dengan menyesuaikan antara pekerja,
proses kerja, dan lingkungan kerja. Perkembangan industri yang pesat menimbulkan
lapangan kerja baru yang menyerap tenaga kerja dimana sebagian besarnya (70-80%)
berada di sektor informal. Semua industri, baik formal maupun informal diharapkan
dapat menerapkan K3 (Effendi, 2007).
Salah satu penyakit akibat kerja yang paling banyak dijumpai yaitu dermatitis
kontak akibat kerja. Kelainan kulit ini ditemukan sekitar 85% sampai 98% dari seluruh
penyakit kulit akibat kerja. Insiden dermatitis kontak akibat kerja diperkirakan sebanyak
0,5 sampai 0,7 kasus per 1000 pekerja per tahun. Dermatitis kontak akibat kerja biasanya
terjadi di tangan dan angka insiden untuk dermatitis bervariasi antara 2% sampai 10%.
Diperkirakan sebanyak 5% sampai 7% penderita dermatitis akan berkembang menjadi
kronik dan 2% sampai 4% di antaranya sulit untuk disembuhkan dengan pengobatan
topikal (Tombeng, 2012).
Penyakit dermatitis juga terjadi pada pekerja informal yang umumnya kurang
memperhatikan sanitasi dan penggunaan alat pelindungdiri. Pada pekerja tahu misalnya,
penyakit dermatitis dapat terjadi akibat pemaparan zat-zat kimia dalam limbah cair tahu
yang mengakibatkan penyakit dermatitis dengan gejala seperti iritasi, gatal-gatal, kulit
kering dan pecah-pecah, kemerah-merahan, dan koreng yang sulit sembuh (Ernasari,
2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Azhar (2011) terhadap petani rumput laut di
Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan terdapat sebanyak 56,2% petani menderita
dermatitis kontak iritan yang berasal dari kontak alergen pada saat pembibitan. Penelitian
lain juga menyebutkan bahwa kontak dengan bahan kimia salah satunya dengan amonia
pada waktu bekerja di perusahaan industri otomotif kawasan industri Cibitung Jawa Barat
terdapat dermatitis kontak akut terjadi pada 14 responden (26%), dermatitis kontak sub
akut pada 21 responden (39%), dermatitis kontak kronik pada 5 responden (9%), dan tidak
mengalami kontak pada 14 responden (26%). Faktor yang paling utama mempengaruhi
terjadinya dermatitis akibat kerja karena kontak dengan bahan kimia adalah pemakaian
APD berupa sarung tangan yang tidak sesuai untuk jenis bahan kimia yang digunakan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja adalah adanya
kontak dengan bahan kimia, lama kontak, dan frekuensi kontak (Nuraga, 2008).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan jumlah sampel 20% dari total
populasi pekerja pabrik tahu Primkopti yang berjumlah 35 orang, diketahui bahwa 4
orang dari 7 pekerja (57,1%) mengalami dermatitis kontak iritan kumulatif dengan
gejala-gejala seperti kulit terasa panas, gatal, dan perih. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor utama penyebab terjadinya dermatitis kontak iritan pada pekerja
pabrik tahu Primkopti Unit Usaha Kelurahan Bukit Sangkal Palembang.
Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)
77 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional.
Dilakukan di pabrik tahu Primkopti (Primer koperasi tempe tahu Indonesia), populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik tahu Primkopti Unit Usaha Kelurahan
Bukit Sangkal Palembang sebanyak 35 orang.Jumlah sampel sebanyak 33 pekerja, dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yang menetapkan
kriteria inklusi sertaeksklusi.Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data
primer dan data sekunder. Data primer adalah hasil wawancara dengan menggunakan
kuesioner, yaitu jumlah responden yang mengalami dermatitis kontak iritan dengan
pemeriksaan fisik, usia, pengetahuan, lama kontak, dan masa kerja. Sedangkan personal
hygiene dan penggunaan APD dengan cara observasi menggunakan lembar checklist.
Data yang dikumpulkan dengan pengukuran langsung yaitu kadar asam cuka dalam air
pengolahan tahu. Sedangkan data sekunder yaitu gambaran umum lokasi penelitian serta
literatur-literatur yang menunjang penelitian (buku-buku, artikel, dan jurnal penelitian).
Untuk mengetahui validitas alat ukur (pertanyaan pada kuesioner) dari penelitian
ini dengan derajat kepercayaan 95% atau =5% maka terlebih dahulu diujikan kepada
responden yang berbeda dengan karakteristik yang sama. Dalam hal ini peneliti
mengujikan isi kuesioner kepada 30 pekerja pabrik tahu di daerah Cianjur Kelurahan 5 Ilir
Palembang untuk memperoleh alat ukur yang valid maka perlu mengganti atau merevisi
alat ukur yang tidak signifikan, sehingga item tersebut dinyatakan valid. Jika r hitung > r
tabel, maka pertanyaan tersebut valid (Ho ditolak) (Hastono, 2007).
Dalam penelitian ini analisis dari uji Chi Square akan membandingkan dua variabel
yaitu antara variabel dependen (kejadian dermatitis kontak iritan) dan variabel independen
(usia, pengetahuan, masa kerja, lama kontak, personal hygiene, dan penggunaan APD).
Namun j