proses terjadinya tata surya

18
PROSES TERJADINYA TATA SURYA X-4

Upload: deliz

Post on 24-Feb-2016

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Proses terjadinya Tata Surya. X-4. pengenalan. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Proses terjadinya  Tata Surya

PROSES TERJADINYA TATA SURYAX-4

Page 2: Proses terjadinya  Tata Surya

pengenalan Apa itu tata surya? Tata surya adalah

sekelompok benda langit yang terdiri atas matahari sebagai pusat dan sumber cahaya yang dikelilingi oleh planet-planet beserta satelitnya, asteroid atau planetoid, komet dan meteor. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan pertanyaan tersebut. Antara lain, Hipotesis kabut, teori planetesimal, teori pasang surut bintang, dan teori vorteks.

Page 3: Proses terjadinya  Tata Surya

Hipotesis kabut dan teori kondensasi

Disebut juga teori pengentalan, teori ini didasarkan oleh hipotesis

kabut (nebular), dikemukakan oleh ahli filosofi jerman, Immanuel Kant pada tahun 1755. Kemudian hipotesis ini dikembangkan oleh ahli matematika asal perancis, Pierre de Laplace pada tahun 1796.

Sesuai dengan kenyataan bahwa planet-planet hamper terletak di satu bidang datar di sekeliling matahari, menghasilkan hipotesis bahwa planet-planet lahir dari matahari. Menurut hipotesis ini, matahari dan planet-planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berputar di jagat raya, kabut seperti ini banyak terdapat di antara bintang-bintang di galaksi kita. Karena terus berputar, sebagian dari massa kabut tersebut lepas membentuk gelang-gelang, pada akhirnya, gelang itu membentuk gumpalan-gumpalan dan akhirnya membeku menjadi planet-planet.

Page 4: Proses terjadinya  Tata Surya

Teori planetesimal

Pada awal abad ke 20, dua orang Amerika, T.C. Chamberlain (1843-1928) seorang ahli geologi dan F.R. Moulton (1872-1952) seorang ahli astronomi, mengemukakan teori Planetesimal. menurut teori ini, di dalam kabut pembentuk planet-planet terdapat material padat yang berhamburan disebut planetesimal. Masing masing benda padat ini memiliki gaya tarik. Akibatnya, terjadi saling tarik menarik antara sesamanya, akhirnya terdapat gumpalan benda padat besar yang disebut planet.

Page 5: Proses terjadinya  Tata Surya

Teori pasang surut bintang

Dikemukakan oleh dua orang Inggris bernama James Jeans dan Harold Jeffreys (1917). Teori ini mengemukakan bahwa dahulu kala ada sebuah bintang yang besar melintasi matahari. Adanya gaya tarik yang sangat besar dari bintang tersebut menyebabkan terjadi proses pasang surut di permukaan matahari, sebagian dari massa matahari yang membentuk tonjolan kea rah bintang ikut tertarik, kemudian tonjolan tersebut terputus dan lepas dari matahari. Massa gas matahari itu kemudian membentuk tetesan raksasa dengan ukuran yang berbeda-beda. Tetesan gas itu lama kelamaan membeku dan menjadi planet-planet. Itulah sebabnya planet-planet terletak pada satu bidang datar dan bahkan bisa membentuk suatu garis lurus, dan pada tahun 1982, beberapa planet memang berada hampir pada satu garis lurus.

Page 6: Proses terjadinya  Tata Surya

Teori Vorteks dan Protoplanet

Teori ini dikembangkan oleh Karl Weiszacker dan Gerard P. Kuiper pada tahun 1940an. Teori ini mengembangkan 2 gagasan, yaitu gagasan yang pertama tentang nebula (kabut) yang bergolak (turbulen), gerakan nebula ini membantu pembentukan planet. Dan gagasan yang kedua yaitu pembentukan planetesimal dan protoplanet (gumpalan kabut gas).

Page 7: Proses terjadinya  Tata Surya

Teori Vorteks dan Protoplanet

Menurut Weiszacker, nebula terdiri atas vorteks-vorteks (pusaran-pusaran) yang merupakan sifat gerakan gas. Pada batas antar sel turbulen, terjadi tumbukan antarpartikel yang kemudian membesar dan jadi planet. Teori ini disebut teori vorteks. Kuiper mengemukakan bahwa planet terbentuk melalui golakan (turbulensi) nebula yang membantu tumbukan planetesimal, sehingga planetesimal membesar menjadi protoplanet dan kemudian menjadi planet. Teori ini disebut teori protoplanet.

Page 8: Proses terjadinya  Tata Surya

Teori Vorteks dan Protoplanet

Berdasarkan teori-teori di atas, tata surya kita pada dasarnya terbentuk dari bola kabut nebula yang berputar pada porosnya, putaran nebula memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar dan bagian besar dan berat berkumpul di pusat dan membentuk cakram raksasa. Putaran nebula tersebut juga menyebabkan temperatur bola kabut raksasa meningkat sehingga terbentuklah matahari.

 

Page 9: Proses terjadinya  Tata Surya

Matahari sebagai pusat Tata SuryaMatahari adalah sebuah bintang biasa sama halnya dengan bintang lain

yang terlihat di malam hari. Karena jaraknya yang dekat dengan bumi, yaitu sekitar 149.500.000 km, matahari terlihat sangat besar dibandingkan dengan bintang lainnya.. dalam klasifikasi bintang, matahari termasuk bintang normal.

Statistic fisik matahari Massa matahari adalah 1,99 x kg, lebih dari 99% massa total tata

surya dan hampir 330.000 kali massa bumi. Jari-jari matahari di ekuator sepanjang 695.000 km atau 108,9 jari-

jari bumi. Temperatur matahari di permukaan yaitu 6000°C. Magnitude atau tingkat kecermelangan matahari yaitu -26,8. Matahari berotasi dengan kecepatan yang tidak sama antara bagian

kutub dengan bagian ekuator, di bagian ekuator periode rotasi matahari adalah 27 hari, sedangkan di bagian kutubnya 30 hari.

Page 10: Proses terjadinya  Tata Surya

Bagian fisik matahari

Matahari terdiri atas 3 bagian penting, yaitu:Bagian dalam matahari (interior matahari)Bagian ini berdiameter 500.000 km. terdiri atas inti

matahari, daerah radiatif, dan daerah konveksi. Di bagian inti terjadi reaksi termonuklir yang mengubah atom hydrogen menjadi helium. , reaksi ini menghasilkan energy yang nantinya akan dilepas matahari. Temperature di inti matahari mencapai 15.000.000 K, di permukaan,temperaturnya akan turun menjadi 5.700 K.

 

Page 11: Proses terjadinya  Tata Surya

Bagian fisik matahari Permukaan matahari (fotosfer)Dibandingkan dengan radius matahari fotosfer sangat tipis, tebalnya

kira-kira 300 km.Fotosfer terdiri atas gas padat, lapisan ini menerima bagian bawahnya

(daerah konveksi) dengan temperature sekitarn 6000 K. KromosferTerletak diatas fotosfer dengan ketebalan sekitar 8000 km, kromosfer

terlihat berwarna merah. Temperaturnya dapat mencapai 100.000 K. Kromosfer yang berada paling luar matahari dinamakan korona (menurut bahasa latin artinya mahkota). Di antara lapisan kromosfer dengan korona kadang terjadi semburan api yang tinggi dan mencapai ribuan kilometer yang disebut prominences.

 

Page 12: Proses terjadinya  Tata Surya

Planet-planet

Adalah anggota terpenting di tata surya, kata planet berasal dari bahasa yunani yang artinya penjelajah atau pengembara. Tata surya memiliki 8 planet yang mengitari matahari, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Sedangkan Pluto dikatagorikan sebagai planet kerdil atau dwarf planet.

Page 13: Proses terjadinya  Tata Surya

Hukum-hukum tentang planet

Kepler (1571-1630) Seorang ahli astronomi Jerman mengemukakan 3 hukum tentang planet.   Hukum I Kepler Lintasan planet mengelilingi matahari berbentuk elips dimana matahari terletak pada

salah satu titik fokus. Hokum ini menjelaskan bahwa jarak masing-masing planet tidak selalu sama, kadang planet berada pada jarak terdekatnya yang disebut perihelium dan kadang pula berada pada jarak terjauhnya yang disebut aphelium.

  Hukum II Kepler Garis yang menghubungkan planet dan matahari selama revolusi planet tersebut

melewati bidang yang sama luasnya dan dalam jangka waktu yang sama, maka dari itu, hokum ini menjelaskan bahwa planet mengelilingi matahari dengan kecepatan yang tidak tetap. Pada saat planet berada pada jarak terdekat dengan matahari, planet bergerak dengan cepat, sementara saat berada pada jarak terjauh dengan matahari, planet bergerak dengan lambat.

   

Page 14: Proses terjadinya  Tata Surya

Hukum-hukum tentang planetHukum III KeplerJika waktu revolusi planet = P, dan jarak rata-rata planet ke matahari = Z,

maka hokum III Kepler dapat dinyatakan dalam bentuk P² = J³ atau : = C C merupakan bilangan konstan yang besarnya tergantung satuan yang

digunakan. Jika P menggunakan satuan “tahun” dan J menggunakan satuan “SA (satuan astronomi)” maka C=1. Dengan perbandingan tadi, dimana C = 1, maka untuk semua planet berlaku perbandingan: = = dan seterusnya

 Dengan menggunakan hokum ini dapat dicari berapa jarak rata-rata planet

ke matahari atau berapa waktu revolusi planet jika salah satu konstanta diketahui.

 

Page 15: Proses terjadinya  Tata Surya

Hukum-hukum tentang planet Hukum Titius-Bode Hukum ini memudahkan mengingat jarak antar planet-planet ke matahari.   Jarak antara matahari ke planet-planetnya dapat dihitung dengan menggunakan

deret ukur sebagai berikut: 0, 3, 6, 12, 24, 48 dan seterusnya dengan menambahkan bilangan 4 pada tiap suku deret tersebut dan setelah itu masing-masing dibagi 10

  Deret ukur : 0 3 6 12 24 48 96 182 384 + 4 : 4 7 10 16 28 52 100 186 388 : 10 : 0,4 0,7 1 1,6 2,8 5,2 10 18,6 38,8 Planet : Mer Ven Bu Ma Pla Ju Sat Ura Nep   Data di atas memberikan gambaran jarak antara masing-masing planet dengan

matahari, tetapi, hasil penghitungannya tidak tepat betul, hanya mendekati angka yang sebenarnya, kecuali untuk neptunus, hasil penghitungannya paling salah karena pada saat dilahirkan teori ini planet Neptunus belum ditemukan.

Page 16: Proses terjadinya  Tata Surya

Klarifikasi planet

 Berdasarkan letaknya, dibedakan lagi dengan bumi dan

planetoid sebagai batas.Bumi sebagai batas maka planet dibedakan menjadi:Planet Inferior (inferior planets) Yaitu planet yang lintasannya diantara Bumi dan

Matahari, terdiri atas Merkurius dan VenusPlanet Superior (superior planets)Yaitu planet-planet yang lintasannya diluar bumi, terdiri

atas Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. 

Page 17: Proses terjadinya  Tata Surya

Klarifikasi planet

Planetoid sebagai batas maka planet dibedakan sebagai planet dalam dan planet luar.

Planet dalam Lintasannya berada diantara bumi dan matahari. Elongasi planetnya

tidak lebih besar dari 90°. Elongasi planet dibedakan menjadi elongasi timur dan elongasi barat, jika letaknya dilihat dari Bumi berada di sebelah barat matahari dikatakan planet berelongasi barat, sedangkan jika letaknya dilihat dari Bumi berada di sebelah timur matahari dikatakan planet berelongasi timur

  Planet luar Lintasannya berada diluar bumi . elongasi planetnya lebih dari 90° dan

dapat mencapai 180°. Planet luar dapat terlihat sepanjang malam. Jika mencapai elongasi 0° planet luar dikatakan mencapai kedudukan konjungsi.

 

Page 18: Proses terjadinya  Tata Surya

Klarifikasi planet

Berdasarkan komposisi material penyusunnya, planet dibedakan menjadi Jovian planet (giant planet), yaitu planet raksasa yang material penyusunnya adalah gas. Dan teresterial planet (telluric planet) yaitu planet yang material penyusunnya adalah batuan silikat.