proses reverse osmosis air laut menjadi air demineral
DESCRIPTION
LAPORAN PKLTRANSCRIPT
ANALISIS BATUBARA DAN PELUMAS LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan MenyelesaikanMatakuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Disusun Oleh :
Musta’it RomadhonNo. Mahasiswa : 12612017
PROGRAM STUDI ILMU KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
2015
ANALISIS BATUBARA DAN PELUMAS LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Disusun Oleh :
MUSTA’IT ROMADHONNo. Mahasiswa : 12612017
Telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Praktik Kerja Lapangan (PKL)Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, 2015
Mengetahui,Kepala Laboratorium Pembimbing Instansi
.................................... ........................
Menyetujui,
Dosen Penguji, Dosen Pembimbing
................................... ................................
Ketua Program Studi KimiaFakultas MIPA
Dr.Is Fatimah
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
dengan judul “Analisis Batubara dan Pelumas”. Penyusunan laporan PKL ini
adalah bentuk dari hasil melakukan praktik kerja lapangan. Waktu pelaksanaan
kerja praktik ini adalah dari tanggal 9 Feburari 2015 – 9 Maret 2015. Dimana
dalam kerja praktik ini penulis ditempatkan di Bagian laboratorium QA/QC PT
Indonesia Power Uboh Labuan Banten.
Didalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan, baik dalam hal penulisan laporan ini maupun dalam hal
materi di lapangan selama kerja praktek. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan
bersama.
Tidak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah meluangkan waktunya dan penuh kesabaraan
membimbing saya dalam menyusun laporan ini, terutama yang terhormat:
1. Bapak Allwar, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
2. Ibu Dr. Is Fatimah Selaku Ketua Program Studi Ilmu Kimia Universitas
Islam Indonesia
3. Bapak .................. selaku pembimbing kami yang selalu mengarahkan kami
dalam penulisan dan penyusunan laporan PKL ini.
4. Dr. Roy A. Sparringa, M.App.Sc. selaku Kepala Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan Semarang.
5. Drs. Agus Subagyo, Apt. selaku Kepala Bidang Laboratorium Pangan dan
Bahan Berbahaya.
6. Sukma Radyaswati, STP. selaku pembimbing instansi di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Semarang.
7. Staf Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya.
8. Orang tua dan kakakku tercinta yang selalu mendukungku dengan memberi
motivasi, dan doa.
9. Teman-teman Kimia 2012 yang memberikan motivasi dan dukungan, serta
kepada pihak-pihak terkait yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu di
sini.
Saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga amal kebaikan senantiasa mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Yogyakarta, Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik merupakan energi yang sekarang ini sangat dibutuhkan oleh
semua orang untuk memenuhi dan menunjang kebutuhan hidup. Indonesia ini
sebagai berkembang dengan teknologi dan ilmu pengetahuannya yang
semakin maju mau tidak mau kebutuhan energi listriknyan juga meningkat,
sedangkan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang ada belum mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat secara baik. Salah satu program pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut adalah dengan proses
percepatan 10.000 MW.
PLTU 2 Banten-Labuan 2x300 MW dengan bahan bakar batubara yang
memiliki nilai kalor rendah ( 4.250 kalori ) sesuai dengan peraturan RI Nomor
71 Tahun 2006, merupakan salah satu pembangkit listrik yang dibangun
dalam rangka program percepatan tersebut.
Sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang menyiapkan
mahasiswanya untuk berkarya di dunia industri, Universitas Islam Indonesia
jurusan Ilmu kimia memiliki program kerja praktik dan membangun
pengalaman nyata memasuki dunia industri, membentuk kemampuan
berkomunikasi, dan mengenal dunia kerja secara langsung.
Diperlukan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan antara pihak
industri dan pihak akademik dalam mendukung terlaksananya program kerja
praktik ini, PLTU 2 Banten-Labuan ini adalah salah satu industri yang
mendukung kerja praktik bagi mahasiswa.
1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui cara pengujian batubara dan pelumas di PT. Indonesia
Power UBOH Labuan 2
2.Untuk mengetahui Kadar air, keasaman dan hasil parameter fisik seperti
spesifik gravimetri (SG), viskositas, Particle Count yang terdapat pada
pelumas.
3.Untuk mengetahui hasil parameter seperti kalori, total moiture, proximate
analyzer, total sulphure
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Berdasarkan peraturan presiden RI rebpublik indonesia No.71
tahun 2006 tanggal 5 juli 2006, pemerintah rebpublik indonesia telah
mencanangkan program percepatan pembangunan pembangkit tenaga
listrik yang mengunakan batu bara hingga akhir tahun 2009.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas PT. PLN (persero) kantor pusat
telah mengeluarkan keputusan direksi NO.138K/DIR/2007 tentang
organisasi, tugas, tanggung jawab dan wewenang tim percepatan
pembangunan pebangkit tenaga listrik yang mengunakan batu bara.
Proyek PLTU 2 Banten Labuan dilaksanakan konsortium antara
Chengda engginering coorporation of china dan PT Truba Jaya
Engineering sesuai dengan kontrak No.050.PJ/041/DIR/2007, tanggal
12 maret 2007. Program ini di cetuskan dalam rangka mengantisipasi
kebutuhan energi listrik yang terrus meningkat di tahun–tahun
mendatang.
PLTU 2 Banten-Labuan adalah salah satu jenis istalasi
pemabngkit tenaga listrik dimana tenaga listrik didapat dari turbin
generator yang di putar oleh uap yang di hasilkan boiler melelui
pemanasan air oleh pembakaran batu bara. PLTU batu bara merupakan
sumber utama dari listrik dunia saat ini. Sekitar 60% listrik dunia
bergantung pada batu bara, hal ini dikarakan PLTU batu bara Bisa
menyediakan listrik dengan harga yang murah. Jika beroperasi penuh,
PLTU labuan membutuhkan batu bara 7.600 ton untuk 2 unit perhari
pasokan batu bara berasal dari pulau Kalimantan dan Sumatra.
Pekerjaan konstruksi (ground breaking) pembangunan PLTU 2
banten-Labuan ini di mulai 28 april 2007 untuk memasok kebutuhan
listrik jawa-bali sebesar 300 MW. Unit 1 telah beroperasi sejak 29
oktober 2009 dan unit 2 di operasikan pada bulan maret 2010, hal ini
diharapkan dapat menyumbang kebutuhan listrik yang naik sekitar 7%
pertahunnya. PLTU 2 Banten-labuan ini mendukung program
deversitifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik dari bahan bakar
minyak (BBM) ke non BBM dengan memanfaatkan batu bara berkalori
rendah (41200 Kcal/kg).
Pembangunan PLTU 2 Banten-Labuan 2 × 300 MW yang
mengunakan bahan bakar batu bara sebagai pengganti bahan bakar
minyak (BBM) merupakan salah satu perwujudan dari program
percepatan 10.000 MW yang tertuang dalam praturan presiden RI
No.71 tahun 2006 yang bertujuan :
1. Mengantisipasi kenaikan harga minyak didalam negeri akibat
kenaikan harga minyak dunia sehingga di peroleh biaya pokok
produksi pembangkit yang relatif murah.
2. Penghematan yang diperoleh sebesar kurang lebih Rp.4
Triliun/tahun.
3. Meningkatkan mutu dan keandalan sistem penyediaan, penyaluran
dan pelayanan listrik kepada masyarakat di wilayah kelistrikan jawa-
bali.
PLTU 2 Banten-Labuan yang di bangun mengunakan bahan
bakar batu bara berkalori rendah memerlukan batu bara pertahun
sebesar 2.160.000 ton yang di angkut menggunakan barge/tongkang
menuju Jetty PLTU sebagai sarana pelabuhan khusus bongka rmuat
batu bara sedangkan energi listrik yang di hasilkan PLTU di salurkan
melalui saluran udara bertegangan tinggi (SUTT) 150 kV kegardu
induk menes dan gardu induk saketi serta ke gardu induk 150 kV
sekitarnya.
Berdasarkan kajian kelayakan, maka PLTU 2 Banten Labuan di
bangun di desa Suka maju Kec. Labuan Kab. Pandeglang pada
koordinat 1500 49’ 30” BT dan 060 21‘ 11” LS. Pembangunan PLTU 2
Banten-Labuan mencapai puncaknya pada bulan januari dengan
merekrut 5.263 tenaga kerja (terdiri dari 150 tenaga kerja asing dan
5133 tenaga kerja lokal) yang di prioritaskan kepada tenaga kerja
setempat sesuai dengan bidang keahliannya.
1.3.2 Proses Produksi Listrik PLTU
Batubara yang dibongkar dari kapal di coal jetty dengan
menggunakan ship unloader atau dengan peralatan pembongkaran
kapal itu sendiri, dipindahkan ke hopper dan selanjutnya diangkut
dengan conveyor menuju penyimpanan sementara (temporary stock)
dengan melalui telescopic chute (2) atau dengan menggunakan
stacker/reclaimer (1) atau langsung batubara tersebut ditransfer melalui
junction House (3) ke scrapper Conveyor (4) lalu ke coal Bunker (5),
seterusnya ke Coal Feeder (6) yang berfungsi mengtur jumlah aliran ke
pulverizer (7) dimana batubara di giling dengan ukuran yang sesuai
kebutuhan menjadi serbu yang halus.
Gambar 2.8. Proses Produksi Energi Listrik pada PLTU
Keterangan :
1. Stacker reclaimer
2. Telescopic Chute
3. Junction House
4. Scraper Conveyor
5. Coal Bunker
6. Coal Feeder
7. Pulverizer
8. Primary Air Fan
9. Coal Burner
10. Forced Draught Fan
11. Air Preheater
12. Induced Draught Fan
13. Electro Static
Precipitator
14. Stack
15. Super Heater
16. High Preasure
Turbine
17. Boiler Feed Pump
18. High Preasure Heater
19. Economizer
20. Steam Drum
21. Circuling Water
Pump
22. Reheater
23. Intermediate Pressure
Turbin
24. Low Pressure Turbin
25. Rotor Generator
26. Stator Generator
27. Generator
Transformator
28. Condensor
29. Condensate
Excraction Pump
30. Low Preasure
31. Sea Water
32. Dearator
33. Desal Plant
34. Raw Water Tank
35. Make Up Water
Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari Primary
Air Fan (8) dan dibawa ke Coal Bunker (9) yang menyemburkan
batubara tersebut ke dalam ruang bakar untuk proses pembakaran dan
terbakar seperti gas untuk mengubah air menjadi uap. Udara
pembakaran yang digunakan pada ruang bakar dipasok dari Forced
Draught Fan (FDF) (10) yang mengalirkan udara pembakaran melalui
Air Preheater (11). Hasil proses pembakaran yang terjadi menghasilkan
limbah berupa abu dalam perbandingan 14 : 1. Abu yang jatuh ke
bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan dikirim Ash
Valley. Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari boiler oleh Induced
Draught Fan (IDF) (12) dan dilewatkan melalui Elektro Static
Precipitator (ESP) (13) yang menyerap 99,5 % abu terbang dan debu
dengan sistem elektroda, lalu dihembuskan ke udara melalui
Stack/Cerobong (14). Di elecktro Static Precipitator debu menempel di
plat-plat dengan metode elektroda, untuk merontokan Fly Ash (debu)
plat di hammer(di pukul). Abu kemudian dikumpulkan dan diambil
dengan peneumatic gravity conveyor yang digunakan sebagai material
pembuat jalan, semen dan bahan bangunan (Conblock).
Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap
oleh pipa penguap (Water Walls) yang berada di dindig-dinding boiler
(Furnace Boiler) menjadi uap jenuh atau uap basah yang kemudian
dipanaskan di Super Heater (SH) (15) yang menghasilkan uap kering.
Kemudian uap tersebut dialirkan ke Turbin bertekanan tinggi High
Preassure Turbine (16), dimana uap tersebut diexpansikan melalui
Nozzels ke sudu-sudu turbin. Tenaga dari uap mendorong sudu-sudu
turbin dan membuat turbin berputar. Setelah melalui HP Turbine, uap
kembalikan kedalam Boiler untuk dipanaskan ulang di Reheater (17)
guna menambah kualitas panas uap sebelum uap tersebut digunakan
kembali di Intermediate Pressure (IP) dan Low Preasure Turbine (LPT)
(19).
Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air di
Condensor (23) dengan pendinginan air laut (26) yang dipasok oleh
Circlation Water Pump (32). Air kondensasi akan digunakan kembali
sebagai air pengisi Boiler. Air dimpompakan dari kondensor dengan
menggunakan Condensate Extraction Pump (24), pada awalnya
dipanaskan melalui Low Preassure Heater (25), dinaikkan ke
Deaerator (27) untuk menghilangkan gas-gas yang terkandung didalam
air. Air tersebut kemudian dipompakan oleh Boiler Feed Pump (28)
melalui High Preassure Heater (29), dimana air tersebut dipanaskan
lebih lanjut sebelum ke Steam Drum (31). Siklus air dan uap ini
berulang secara terus menerus selama unit beroperasi. Poros turbin
dikopel dengan Rotor Generator (20), maka kedua poros memiliki
jumlah putaran yang sama.
Ketika telah mencapai putaran nominal 3000 rpm, pada Rotor
Generator dibuatlah magnetasi dengan Brushless Exitation System
dengan demikian Stator Generator (21) akan membangkitkan tenaga
listrik dengan tenaga 23 KV. Listrik yang dihasilkan kemudian
disalurkan ke Generator Transformer (22) untuk dinaikkan teganganya
menjadi 500 kV. Sebagian besar listrik tersebut disalurkan kesistem
jaringan terpadu (interkoneksi) seJawa-Bali melalui saluran udara
tegangan ekstra tinggi 500 Kv dan sebagian lainnya disalurkan kegardu
induk menes dan gardu induk saketi serta kegardu induk melalui
saluran udara tegangan tinggi 150 Kv.
1.3.3 BatubaraBatubara adalah bahan bakar yang terbentuk dari suatu ekosistem dimana sisa-sisa tumbuhan pada jaman dahulu kala yang tertimbun oleh air dan lumpur dan terbentuk dari proses oksidasi dan juga biodegradasi kimia.Komponen batubara secara garis besar dapat dibagi rnenjadi 3 bagian yaitu Moisture/Air, Mineral Matter, dan Organik. Kalau batubara dimisalkan sebagai batang atau tabung, maka bagian-bagian atau komponen batubara adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Komponen Batubara
Substansi batubara selain seperti yang diilustrasikan diatas, juga dapat digolongkan lagi menjadi beberapa golongan substansi sepeti Proximate, Ultimate, dan Petrografik.
Gambar 2. Komponen Batubara (Coal Proximate, Coal Ultimate & Coal Maceral)
1. Coal Proximate Batubara dapat dibagi menjadi 4 bagian dalam proximate,
dimana pada bagian organik batubara dibagi lagi menjadi 2 berdasarkan sifat penguapan atau keteruraian dengan pemanasan pada suhu tertentu dan waktu tertentu. Bagian organik yang menguap atau terurai ketika batubara dipanaskan tanpa oksigen pada temperatur 900°C digolongkan sebagai Volatile Matter. Sedangkan bagian organic batubara yang tetap pada pemanasan tersebut digolongkan Fixed Carbon atau karbon tetap. Volatile matter biasanya berasal dan struktur alifatik carbon yang mudah putus dengan thermal dekomposisi, sedangkan fixed carbon berasal dan gugus rantai carbon yang kuat seperti gugus aromatik. Semakin
tinggi peringkat batubara semakin besar jumlah carbon yang membentuk aromatik, dan semakin tinggi juga fixed carbon dan semakin rendah Volatile Matter yang diperoleh. Oleh karena itu peringkat batubara dapat dilihat dengan penurunan volatile matter.
Lihat ilustrasi gambar struktur batubara di bawah ini :
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi peringkat batubara semakin banyak struktur aromatiknya pada setiap cluster. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi peringkat semakin padat batubara tersebut dan semakin tinggi fixed carbonnya.
2. Coal UltimatePada penggolongan batubara ultimate, unsur moisture dan
mineral matter tetap, tetapi unsur organiknya dibagi berdasarkan unsur pembentuk organik tersebut. Unsur- unsur pembentuk organik batubara terdiri dari Total Carbon, baik yang berasal gugus alifatik maupun yang berasal dari gugus aromatik, Kemudian Hidrogen (tidak termasuk hidrogen yang berasal dari air atau moisture. Kemudian Nitrogen, Sulfur, dan Oksigen. Dalam penentuannya Oksigen tidak secara langsung ditentukan melainkan dengan cara mengurangkan unsur organik yang 100% dikurangi dengan Carbon, Hidrogen, Nitrogen dan Sulfur.
3. Coal MaceralPada penggolongan Coal Maceral, unsur moisture dan mineral matter tetap, akan tetapi unsur organiknya dibagi berdasarkan substansi pembentuk batubara yang terdiri dari 3 golongan atau grup maceral yaitu: Vitrinite, Exinite atau Liptinite, dan Inertinite. Grup maceral ini didasarkan pada fosil atau bahan pembentuk batubara seperti daun, akar, batang, cutikula, spora, dan lain-lain. Grup maceral dan maceral yang terkandung dalam batubara dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. maceral Dalam Batubara:
a. VitriniteVitrinite adalah maceral yang paling dominant dalam batubara. Maceral ini berasal dari batang pohon, cabang, dahan, tangkai, daun dan akar pembentuk batubara. Nilai reflectan dari Vitrinite dijadikan penentu peringkat batubara, dan sering dikorelasikan dengan nilai volatile matter seperti yang terdapat pada ASTM standard.
b. Liptinite Seperti namanya, Liptinite berasal dari spora, resin, alga, cutikula (yang terdapat pada permukaan daun) lilin/parafin, lemak dan minyak. Suberinite, tidak tercantum diatas, hanya terdapat pada.batubara tersier. Maceral ini berasal dari subtansi semacam gabus yang terdapat dalam kulit kayu, permukaan akar, batang dan buah-buahan. Fungsi dari maceral ini sebenarnya untuk mencegah pengeringan pada tanaman.
c. Inertinite Material pembentuk inertinite sebenarnya sama dengan pembentuk Vitrinite. Hal yang membedakan adalah historikal pembentukannya yang disebut fusination. Charring atau oksidasi pada saat proses pembentukan batubara berlangsung merupakan
proses yang membedakan substansi Vitrinite dan inertinite. Inertirilte ini biasanya memiliki kadar carbon yang tinggi, hydrogen yang rendah serta derajat aromatisisty yang tinggi. Fusinite sering juga disebut sebagai "mother of charcoal" karena diidentikkan dengan terjadinya forest fire pda scat dekomposisi batubara.
Sesuai klasifikasi dari pusat sumberdaya geologi ESDM, ada 4 klasifikasi batubara berdasarkan Nilai Kalorinya yaitu :1. Batubara Kalori Rendah, dengan nilai kalori < 5100 kCal/kg (adb)2. Batubara Kalori Sedang, dengan nilai kalori 5100 – 6100 kCal/kg
(adb)3. Batubara Kalori Tinggi, dengan nilai kalori 6100 - 7100 kCal/kg
(adb)4. Batubara Kalori Sangat Tinggi, dengan nilai kalori > 7100 kCal/kg
(adb)
1.3.4 Pelumas Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan
di antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah oli mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam.
A. Klasifikasi Pelumas
Berdasarkan wujudnya, minyak pelumas dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu cair (liquid) atau biasa disebut oli, dan setengah padat (semi solid) atau biasa disebut gemuk.
1. Minyak pelumas cair (oli) dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal, yaitu:a. Berdasarkan bahan pelumas itu dibuat
Pelumas mineral (pelikan) yang berasal dari minyak bumi. Mineral yang terbaik digunakan untuk pelumas mesin-mesin diesel otomotif, kapal, dan industri.
Pelumas nabati, yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau tumbuh-tumbuhan. Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas sulfur atau belerang, tetapi tidak tahan suhu tinggi, sehingga untuk mendapatkan sifat gabungan yang baik biasanya sering dicampur dengan bahan pelumas yang berasal dari bahan minyak mineral, biasa disebut juga compound oil.
Pelumas sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati ataupun mineral. Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan dari pengolahan tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-sifat khusus, seperti daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik daripada pelumas mineral atau nabati, daya tahan terhadap asam, dll
b. Berdasarkan viscosity atau kekentalan minyak pelumas yang dinyatakan dalam nomor-nomor SAE (Society of Automotive Engineer). Angka SAE yang lebih besar menunjukkan minyak pelumas yang lebih kental. Oli monograde, yaitu oli yang indeks kekentalannya
dinyatakan hanya satu angka. Oli multigrade, yaitu oli yang indeks kekentalannya
dinyatakan dalam lebih dari satu angka.c. Berdasakan penggunaan minyak pelumas (diatur oleh The
American Petroleum Institutes Engine Service Classification) Penggunaan minyak pelumas untuk mesin bensin. Penggunaan minyak pelumas untuk mesin diesel.
B. Karakteristik
Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik yang penting, antara lain:
1. Viscosity
Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standard. Makin besar perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi viscosity-nya, begitu juga sebaliknya.
2. Viscosity Index
Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil perubahan viscosity-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
HVI (High Viscosity Index) di atas 80. MVI (Medium Viscosity Index) 40 – 80. LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.
3. Flash Point
Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard, tetapi metodenya berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya.
4. Pour Point
Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan kemudian menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang dalam pemakaiannya mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan udara yang dingin.
5. Total Base Number (TBN)
Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap pengaruh pengasaman, biasanya pada minyak pelumas baru (fresh oil). Setelah minyak pelumas tersebut dipakai dalam
jangka waktu tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun. Untuk mesin bensin atau diesel, penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa hingga kurang dari 1, lebih baik diganti dengan minyak pelumas baru, karena ketahanan dari minyak pelumas tersebut sudah tidak ada.
6. Carbon Residue
Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada suatu tes khusus.
7. Density
Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.
8. Emulsification dan Demulsibility
Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan bersentuhan dengan air.
Selain ciri-ciri fisik yang penting seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak pelumas juga memiliki sifat-sifat penting, yaitu:
1. Sifat kebasaan (alkalinity)
Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang) dan asam-asam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.
2. Sifat detergency dan dispersancya. Sifat detergency Untuk membersihkan saluran-saluran maupun
bagian-bagian dari mesin yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.
b. Sifat dispersancy à Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak pelumas tidak menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam lumpur (sludge). Dengan sifat dispersancy ini, kotoran-kotoran tadi dipecah menjadi partikel-partikel yang cukup halus serta diikat
sedemikian rupa sehingga partikel-partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak pelumas dan dapat dibawa di dalam peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang bisa tersaring oleh filter, akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan pembersihan atau penggantian filter elemennya.
3. Sifat tahan terhadap oksidasiUntuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi dengan uap air yang pasti ada di dalam karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi dingin akan berubah menjadi embun dan bercampur dengan minyak pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan minyak pelumas menjadi lebih kental dari yang diharapkan, serta dengan adanya air dan belerang sisa pembakaran maka akan bereaksi menjadi H2SO4 yang sifatnya sangat korosif.
C. Gemuk Pelumas
Penambahan additive seperti sabun yang dicampur dengan pelumas mineral dapat menghasilkan gemuk lumas. Jenis-jenis sabun tersebut ada beberapa macam, antara lain lithium, calcium, sodium, aluminium, dan ada pula yang bahan dasarnya sintetik.
Gemuk pelumas ini memiliki daya lekat yang baik pada permukaan logam, sehingga dapat melindungi dari pengaruh udara lembab dan air, serta daya tahan terhadap beban kejut pada bantalan.
Gemuk pelumas ini memiliki beberapa sifat-sifat khusus, antara lain:
Menyekat kotoran-kotoran yang masuk atau keluar. Tidak terpengaruh oleh temperatur. Sukar mengalir dan menguap. Mencegah masuknya air, dan meskipun ada molekul-molekul air,
daya lumas tidak berubah.
Mempunyai sifat menahan benturan yang besar. Mempunyai sifat anti korosi dan oksidasi.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gemuk pelumas ini dapat digunakan untuk melumasi bagian-bagian yang tidak dapat dilumasi oleh pelumas cair (oli), seperti:
Bagian yang mudah terkena debu dan air. Bagian yang tidak rapat. Bagian yang mempunyai tekanan tinggi. Bagian yang sukar dicapai.
D. Penggunaan pelumas
Untuk memperoleh hasil yang maksimal atau memuaskan di
dalam sistem pelumasan ini maka mutlak diperlukan adanya
selektifitas penggunaan pelumas itu sendiri, yaitu menentukan jenis
pelumas yang tepat untuk mesin dan peralatan yang akan dilumasi.
Hal ini untuk mencegah salah pilih dari pelumas yang akan dipakai
yang dapat berakibat fatal.
1.Hal hal yang perlu diperhatikan :
d. Rekomendasi pabrik pembuat mesin
Biasanya pabrik pembuat mesin seperti pabrik kendaraan
bermotor dan pabrik mesin mesin industri memberi petunjuk
jenis pelumas yang direkomendasikan untuk digunakan.
Petunjuk ini sangat terperinci sedemikian rupa bagi pelumasan
masing masing bagian dalam jangka waktu tertentu.
e. Bahan bakar yang digunakan
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
pelumasan untuk mesin dengan bahan bakar bensin berbeda
dengan pelumasan untuk mesin berbahan bakar solar atau gas.
Apabila tidak ada ketentuan ukuran atau aturan penggunaan
pelumas oleh pembuat mesin, maka anjuran dalam penggunaan
pelumas biasanya dilaksanakan oleh para teknisi pabrik dengan
melihat pada :
Data teknis dari mesin
Pengetahuan tentang pelumasan dari para teknisi
Pengalaman dari para teknisi
f. Perkembangan teknis pelumas
Hasil kemajuan yang dicapai di bidang pelumas ini, pada
dasarnya adalah hasil kerjasama antara pabrik pembuat mesin,
pembuat pelumas, dan pembuat bahan bahan tambahan
(additif). Walaupun terdapat beragam pelumas berkualitas
tinggi, namun pada intinya yang menentukan mutu dan daya
guna suatu pelumas terdiri dari 3 faktor :
Bahan dasar ( based oil ).
Teknik dan pengolahan bahan dasar dalam pembuatan
pelumas.
Bahan bahan additif yang digunakan atau dicampurkan
kedalam bahan dasar untuk mengembangkan sifat tertentu
guna tujuan tertentu.
Sebenarnya base oil mempunyai segala kemampuan
dasar yang dibutuhkan dalam pelumasan. Tanpa aditif pun,
sebenarnya minyak dasar sudah mampu menjalankan tugas-
tugas pelumasan. Namun unjuk kerjanya belum begitu
sempurna dan tidak dapat digunakan dalam waktu lama.
E. Fungsi dan tujuan pelumasan
Pada berbagai jenis mesin dan peralatan yang sedang bergerak, akan
terjadi peristiwa pergesekan antara logam. Oleh karena itu akan
terjadi peristiwa pelepasan partikel partikel dari pergesekan tersebut.
Keadaan dimana logam melepaskan partikel disebut aus atau
keausan. Untuk mencegah atau mengurangi keausan yang lebih
parah yaitu memperlancar kerja mesin dan memperpanjang usia dari
mesin dan peralatan itu sendiri, maka bagian bagian logam dan
peralatan yang mengalami gesekan tersebut diberi perlindungan
ekstra.
1. Tugas pokok pelumas
Pada dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah
mencegah atau mengurangi keausan sebagai akibat dari kontak
langsung antara permukaan logam yang satu dengan permukaan
logam lain terus menerus bergerak. Selain keausan dapat
dikurangi, permukaan logam yang terlumasi akan mengurangi
besar tenaga yang diperlukan akibat terserap gesekan, dan panas
yang ditimbulkan oleh gesekan akan berkurang.
2. Tugas tambahan pelumas
Selain mempunyai tugas pokok, pelumas juga berfungsi
sebagai penghantar panas. Pada mesin mesin dengan kecepatan
putaran tinggi, panas akan timbul pada bantalan bantalan sebagai
akibat dari adanya gesekan yang banyak. Dalam hal ini pelumas
berfungsi sebagai penghantar panas dari bantalan untuk mencegah
peningkatan temperatur atau suhu mesin.
Suhu yang tinggi akan merusak daya lumas. Apabila daya lumas
berkurang, maka maka gesekan akan bertambah dan selanjutnya
panas yang timbul akan semakin banyak sehingga suhu terus
bertambah. Akibatnya pada bantalan bantalan tersebut akan
terjadi kemacetan yang secara otomatis mesin akan berhenti
secara mendadak. Oleh karena itu, mesin mesin dengan kecepatan
tinggi digunakan pelumas yang titik cairnya tinggi, sehingga
walaupun pada suhu yang tinggi pelumas tersebut tetap stabil dan
dapat melakukan pelumasan dengan baik.
BAB IIMETODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Analisis Batubara2.1.1 Analisis kalor
1. Alat Automatic Calorimeter (5e-1ac/2ac) Neraca Digital