proses resiliensi remaja perempuan penyintas …repository.usd.ac.id/36398/2/149114019_full.pdf ·...

395
PROSES RESILIENSI REMAJA PEREMPUAN PENYINTAS LETUSAN GUNUNG SINABUNG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Enda Mia Keriahenta Br Tarigan 149114019 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

16 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • PROSES RESILIENSI REMAJA PEREMPUAN PENYINTAS LETUSAN

    GUNUNG SINABUNG

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun Oleh :

    Enda Mia Keriahenta Br Tarigan

    149114019

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • HALANIAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

    PROSES RESILIENSI REMAJA PEREMPUAN PENYINTAS LITUSANGUNUNTG SINABUNG

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarj ana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun Oleh :

    Enda Mia Keriahenta Br Tarigan

    t49114019

    Telah disetujui oleh :

    Dosen Pembimbins

    /'/ry/

    Tanggal , ll IAI'I ?020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • IIALAMAN PENGESAHAN

    PROSES RESILTf,NSI REMA.IA PEREMPUAI\I PENIYINTAS LETUS$IGT]NUNG SINABUNG

    Dipersiapkan dan ditulis oleh :

    Enda Mia Keriahenta Br Tarigan

    NIM: t49114019

    Tanda Tangm

    1.

    2.

    3.

    Yogyakarta 72 JAN 7A?A

    Fakultas Psikologi,

    Dr. Titik Kristivani. M.Psi.. Psi

    Sanata Dharma

    111

    g'lurl('lll!

    Penguji

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    “If you never try you’ll never know”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Hasil tulisan ini kupersembahkan untuk :

    Mamak, bapak, kakak, abang , dan adek yang selalu membuatku merasa baik-

    baik saja. Semua sahabat dan teman-teman yang selalu mengingatkan dan meragukan

    kemampuanku membuat semangtaku terbakar untuk menunjukkan aku bisa

    melakukannya.

    Serta untuk semua orang yang selalu bertanya kapan wisuda! Akhirnya aku bisa

    membuktikan aku bisa melakukannya meskipun sedikit jauh dari waktu yang sudah

    direncanakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya

    tulis ini tidak memu at karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang

    telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya

    karya ilmiah.

    Yogyakart a, 24 Oktober 2019

    Peneliti

    (Enda a Kdriahenta Br Tarigan)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PROSES RESILIENSI REMAJA PEREMPUAN PENYINTAS LETUSAN

    GUNUNG SINABUNG

    Enda Mia Keriahenta Br Tarigan

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses resiliensi remaja penyintas gunung

    Sinabung yang pernah tinggal di pengungsian sampai mereka dapat hidup seperti saat ini,

    sehingga memunculkan pemahaman tentang apa saja yang membuatnya bisa menjadi

    seperti saat ini. Informan dari penelitian ini berjumlah 3 orang remaja perempuan dengan

    usia berkisar 10-20 tahun. Penelitian ini berupa penelitian kualitatif dengan analisis naratif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan life history interview (LSI, Mc

    Adams, 2008) untuk memberi kebebasan kepada setiap informan dalam bercerita. Data

    disusun sesuai kronologi waktu (awal, tengah, akhir) dan dinarasikan ulang oleh peneliti

    untuk kemudian dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga informan

    mengalami pasang surut dalam proses resiliensi di kehidupannya selama ini, hingga dalam

    perkembangannya ketiga informan memiliki aspirasi yang lebih baik untuk masa

    depannya. Konteks lingkungan pengungsian memperlemah keadaan mereka, namun

    dengan adanya dukungan dari orang-orang sekitarnya dalam proses interaksinya dengan

    lingkungan, ketiga informan mampu mengubah lingkungan yang berisiko menjadi

    melindungi mereka. Proses resiliensi yang dialami ketiga informan sama-sama

    membuahkan hasil reintegrasi resiliensi.

    Kata kunci : Proses resiliensi, remaja perempuan penyintas bencana gunung Sinabung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    THE PROCESS OF RESILIENCE OF YOUNG WOMEN VICTIMS OF THE

    MOUNT SINABUNG ERUPTION

    Enda Mia Keriahenta Br Tarigan

    ABSTRACT

    This research aims to determine the resilience process of victims of Mount Sinabung

    teenagers who have lived in refugee camps until they can live as they are today, so that it

    raises an understanding of what makes it what it can be. Participants of this study were

    3 teenage girls with ages ranging from 10-20 years. This research is a qualitative

    research with narrative analysis. Data collection is done by conducting life history

    interviews (LSI, Mc Adams, 2008) to give freedom to each participant to tell about their

    story. The data is arranged according to the chronology of time (beginning, middle, end)

    and re-narrated by the researcher for later analysis. The results of this study indicate that

    the three participants experienced ups and downs in the process of resilience in their lives

    so far, so that in their development all three participants had better aspirations for their future. The context of the refugee environment weakens their situation, but with the

    support of the people around them and the interaction with the environment, the three

    participants were able to change the environment at risk to protect them. The resilience

    process experienced by the three participants produced the same psychological condition

    where the resilience tended to be resilience reintegration.

    Keywords: Resilience process, young women victims of Mount Sinabung disaster

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYAILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa UniversitasSanata Dharma:

    Nama : Enda Mia Keriahenta Br TarisanNIM : l49ll40I9

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

    Perpustakaan Universitas S anata Dharma Yogyakart a karya ilmiah

    yang berjudul:

    PROSES RESILIENSI REMAJA PEREMPUAN PENYINTASLETUSAN GUNUNG SINABUNG

    Dengan demikian saya memberikan kepada PerpustakaanUniversitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

    dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media

    lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memintaijin dari saya

    maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetapmencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta,

    Pada tanggal : 24 Oktober 2019

    Yang menyatakan,

    a Br Tarigan)

    IX

    (Enda

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yesusku karena akhirnya aku diberi kepercayaan

    diri untuk menulis kata pengantar pada skripsiku, yang artinya sebentar lagi akan

    selesai. Penulisan skripsi dengan judul: Proses Resiliensi Remaja Perempuan Penyintas

    Letusan Gunung Sinabung disusun untuk memenuhi prasyarat dalam memperoleh

    gelar Sarjana psikologi dari Universitas Sanata Dharma. Harapanku tulisan ini bisa

    menjadi motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi dalam waktu lima hari kedepan.

    Untuk meningkatkan percaya diriku untuk daftar sidang secepatnya akhirnya hari ini

    aku memustuskan menulis kata pengantar.

    Aku menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukan hanya hasil jerih payah dan

    kegalauanku seorang diri, melainkan juga berasal dari dukungan banyak pihak di

    sekitarku baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu dalam kesepatan

    ini aku ingin mengungkapkan penghargaan serta rasa terimakasihku lewat kata-kata ini

    teruntuk:

    Tuhan Yesusku yang tidak pernah membuatku merasa sangat gagal dalam

    proses pengerjaan skripsi ini. Semua permasalahan dan kegalauanku Tuhan sediakan

    jawaban serta solusi yang harus aku lakukan. Aku dipertemukan dengan orang-orang

    yang tepat pada waktu yang tepat untuk membantuku di setiap keterpurukanku saat

    mengerjakan skripsi ini. Aku menyadari selama pengerjaan skripsi aku sering lupa

    bersyukur dan lari. Tapi Tuhan selalu punya cara yang luar biasa untuk

    mengingatkanku untuk kembali dan segera menyelesaikan tanggung jawabku.

    Teruntuk Pak Edo sebagai dosen pembimbing yang selalu menjawab segala

    ketidak tahuanku dalam proses pengerjaan skripsi ini. Terimakasih sudah berjuang

    bersama dan tidak menyerah di segala ketidak pahamanku. Maafkan saya banyak salah

    kata maupun kalimat yang membuat bapak kesal. Terimaksih untuk semua solusi di

    setiap titik hampir menyerah dalam proses selama ini pak. Akhirnya aku hampir selesai

    pak. Terimakasih pak Edo. Juga tidak lupa untuk semua orang yang ada di dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    keluaga besar fakultas Psikologi Sanata Dharma, saya ucapkan terimakasih untuk

    semua hal yang aku alami selama berproses di fakultas Psikologi.

    Teruntuk mamak Apel Setia br Ginting yaitu wanita terhebat, tersabar,

    teristimewa didalam hidupku dan bapak Musyawarah Tarigan laki-laki yang paling

    jago, sabar luar biasa, istimewa segalaksi ini di dalam hidupku. Terimakasih sudah

    mendukungku dari awal aku hidup di bumi ini sampai hari ini aku hampir

    menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih sudah selalu membuatku merasa baik-baik saja

    dan merasa sangat beruntung atas semua dukungan yang diberi mamak dan bapak.

    Terimakasih sudah sabar menunggu keterlambatanku dari waktu yang sudah

    direncanakan dalam penyelesaian skripsi ini.

    Teruntuk yang selalu membuatku ingin menyudahi pembicaraan setiap kali

    ditanya kapan selesai dan selalu berkata yang buruk dari kami gak perlu kau tiru. Kau

    harus jadi lebih baik dari apa yang sudah kami lakukan. Terimakasih karena setelah

    berbicara dengan kalian lewat telefon atau dm instagram selalu membuat ku ingin

    menyelesaikan skripsiku di waktu itu juga. Terimakasih abang tua Moses Tarigan dan

    Fery Tarigan, kakak tua Erly Tarigan dan adek Emya Tarigan. Pengalaman kalian jadi

    jalanku berefleksi untuk jadi lebih baik.

    Teruntuk adek Imelda Sari Sitepu atau pecol merandal yang secara khusus

    meminta agar namanya disebuat dalam kata pengantar ini. Terimakasih sudah

    menemaniku selama proses pengambilan data. Kupersembahakan skripsi ini juga untuk

    ndu karna bukan berarti kakak selalu menjadi contoh untuk adeknya, tapi adek pun

    yang mengajari kakak gakpapanya. Terimakasih sebanyak-banyaknya untuk waktu

    yang sudah kam luangkan untuk membantu kakak.

    Teruntuk kak Zena, yang menjadi inspirasiku untuk mengangkat kembali judul

    skripsi ini dan selalu menjadi tempatku berkeluh kesah. Maaf aku selalu mengeluh dan

    lari tapi terimakasih selalu membuatku merasa aku bisa dan terimakasih juga karna

    selalu menggores harga diriku untuk membakar semangatku. Terimakasih

    mengingatkanku tentang tidak ada gunanya berlari dari skripsi karna bagaimanapun

    juga harus kembali dan dikerjakan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    Teruntuk Theodora Purba yang menjadi satu-satunya manusia teman berjuang

    bersama dari awal hingga hari ini. Terimakasih sudah mau berlari bersama saat jenuh

    mengerjakan skripsi meskipun banyakan larinya dari pada pengerjaannya. Hanya kita

    yang mengerti proses kita dalam mengerjakan skripsi ini. Dari jatuh dan bangun lagi,

    dari cerita penuh air mata sampai tawa tanpa makna. Terimakasih sudah berjuang

    bersama.

    Teruntuk kalian semua yang aku sayangi lebih dari yang kalian pikirkan

    member of Gertak Simalem ( Bima, Raymond, Ezekiel, Denia, bang Yogi, Jan, Prili,

    Sepna, Okya) yang mengajari mengenal dunia gelap dan terang, Celap (Silvi, Dian,

    Mya, Pecol) yang selalu mendukung lewat ejekan, Kila Gaib ( Jui, Aray, Nanda, Diane,

    Pibon, Hagripa, adek gendut Okla, Clara, Fijai) yang sudah menjadi saksi bisu. Adek

    aku Eliasna dan Wadi sebagai konco di setiap kegabutan. Soto Ayam (Pindon, Mburak,

    Kevin, Putri, Masko, Ewin, Cory, Ega, bik uda/Kamiron, Ucok dll, terimasih sudah

    menemani di setiap kebosanan dan untuk bang Nego & Alan terimakasih sudah

    berjuang bersama di tengah perjuanganku). Permata GBKP Yogyakarta, KAKR

    runggun Yogyakarta sebagai wadah tempatku berkeluh kesah, Kelas B Psi 2014

    terimakasih sudah berjuang hingga saat ini, teman seperjuangan anak bimbingan pak

    Edo (Tifani, Mirna, Aang, Rudi). Aku hanya bisa bilang terimakasih untuk kalian

    semua sudah menjadi rumah tempatku pulang setiap kali aku merasa sedang di tepi

    jurang. Terimakasih untuk toleransi luar biasa dan tidak pernah membuatku merasa

    tersudutkan dalam proses pengerjaan skripsiku. Terimakasih selalu bertanya kapan dan

    sudah sampai mana sebagai tanda kepedulian kalian terhadapku. I love you laerbaleng.

    Yogyakarta, 18 September 2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

    HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... vi

    ABSTRAK ................................................................................................... vii

    ABSTRACT ................................................................................................... viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix

    KATA PENGANTAR .................................................................................. x

    DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xviii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    A. Pengantar.. ...................................................................................... 1

    B. Latar Belakang Masalah .................................................................. 4

    C. Rumusan Masalah ........................................................................... 21

    D. Ruang Lingkup Penelitian.. ............................................................. 23

    E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 23

    F. Pertanyaan Penelitian.. .................................................................... 23

    G. Manfaat Penelitian .......................................................................... 24

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 27

    A. Pengantar ........................................................................................ 27

    B. Dinamika Psikologis Target Group .................................................. 27

    1. Perspektif Perkembangan ......................................................... 28

    2. Perspektif Sosial Budaya .......................................................... 33

    C. Resiliensi ........................................................................................ 40

    1. Definisi Resiliensi ................................................................... 40

    2. Aspek, Faktor, Proses, dan Dampak Resiliensi ......................... 43

    a. Stressor atau tantangan ....................................................... 43

    b. Konteks lingkungan ............................................................ 44

    c. Proses interaksi dengan lingkungan .................................... 45

    d. Faktor resiliensi internal ..................................................... 45

    e. Proses resiliensi .................................................................. 56

    f. Hasil positif ........................................................................ 56

    D. Resiliensi Remaja Sinabung ............................................................ 57

    E. Kerangka Konseptual Awal ............................................................. 59

    F. Kesimpulan Kajian Literatur ........................................................... 65

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 67

    A. Pengantar ........................................................................................ 67

    B. Rancangan Penelitian ...................................................................... 67

    C. Informan Penelitian ......................................................................... 70

    D. Fokus Penelitian .............................................................................. 71

    E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 72

    F. Instrumen Pengumpulan Data .......................................................... 76

    G. Refleksivitas Penelitian ................................................................... 80

    H. Pertimbangan Etis ........................................................................... 80

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 81

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    A. Pengantar ....................................................................................... 81

    B. Deskripsi Informan ......................................................................... 81

    C. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 83

    1. Deskripsi .................................................................................. 83

    2. Waktu dan tempat pelaksanaan .................................................. 84

    D. Hasil dan Pembahasan ..................................................................... 85

    1. Narasi kehidupan Jingga ........................................................... 85

    a. Perspektif perkembangan Jingga ......................................... 117

    b. Perspektif sosial budaya Jingga ........................................... 122

    c. Resiliensi Jingga ................................................................. 125

    2. Narasi kehidupan Senja ........................................................... 132

    a. Perspektif perkembangan Senja .......................................... 166

    b. Perspektif sosial budaya Senja ............................................ 172

    c. Resiliensi Senja .................................................................. 175

    3. Narasi kehidupan Nila ............................................................. 182

    a. Perspektif perkembangan Nila ............................................ 212

    b. Perspektif sosial budaya Nila ............................................. 218

    c. Resiliensi Nila .................................................................... 220

    E. Pembahasan Gabungan ................................................................... 227

    1. Perspektif perkembangan ........................................................... 228

    2. Perspektif sosial budaya ............................................................ 229

    3. Resiliensi ................................................................................... 231

    a. Stressor ................................................................................ 231

    b. Konteks lingkungan ............................................................. 232

    c. Proses interaksi dengan lingkungan...................................... 232

    d. Faktor resiliensi internal ...................................................... 234

    e. Proses resiliensi ................................................................... 235

    f. Hasil positif ........................................................................ 235

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 236

    A. Kesimpulan .................................................................................... 236

    B. Keterbatasan.................................................................................... 237

    C. Saran ............................................................................................... 238

    D. Komentar Penutup ........................................................................... 240

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 242

    LAMPIRAN ................................................................................................. 247

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Panduan Wawancara .......................................................... 77

    Tabel 4.1 Identitas Informan .............................................................. 82

    Tabel 4.2 Pelaksanaan Wawancara Jingga .......................................... 85

    Tabel 4.3 Pelaksanaan Wawancara Senja ........................................... 85

    Tabel 4.4 Pelaksanaan Wawancara Nila ............................................. 85

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Kerangka Konseptual Awal ............................................... 64

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pengantar

    Penelitian ini terkait resiliensi remaja yang berada di pengungsian

    penyintas letusan gunung Sinabung. Peneliti merasa tertarik untuk

    meneliti topik ini karena empat alasan yaitu (1) peneliti merasa prihatin

    melihat remaja yang berada di pengungsian karena peneliti cukup sering

    terlibat dalam berinteraksi dengan remaja-remaja yang berada di sana

    serta remaja tersebut sudah tinggal bertahun-tahun di pengungsian, (2)

    peneliti merasa penasaran dengan anak remaja yang berada di

    pengungsian, (3) peneliti merasa senang melihat semangat para penyintas

    bencana gunung Sinabung (4) peneliti ingin menerapkan ilmunya untuk

    membantu pengungsi. Berikut ini peneliti akan memaparkan keempat

    alasan tersebut.

    Pertama peneliti merasa prihatin karena peneliti tinggal di daerah

    tempat mereka mengungsi. Peneliti melihat bagaimana mereka harus

    melewati masa remaja dengan tinggal di pengungsian. Masa remaja

    adalah masa krisis, masa pencarian jati diri (Newman & Newman, 1991).

    Namun anak remaja yang menjadi penyintas letusan gunung Sinabung

    harus melewatinya di pengungsian. Tidak sedikit dari mereka yang saat

    mengungsi pertama kali umurnya masih sekitar 4-5 tahun. Dengan

    kondisi mereka harus tinggal di satu tempat yang berpadat-padatan dan

    beberapa ada yang harus tidur di tenda. Banyak juga diatara mereka yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    harus berpisah dengan keluarganya karena keterbatasan tempat untuk

    mengungsi.

    Keprihatinan peneliti semakin bertambah setelah membaca sebuah

    penelitian yang dilakukan seorang mahasiswa BK terhadap remaja

    penyintas gunung Sinabung terkait resiliensi yang mereka miliki. Hasil

    dari penelitian resiliensi yang dilakukan, menyatakan bahwa resiliensi

    remaja yang menjadi korban Gunung sinabung 100% rendah. Oleh

    sebab itu mereka tidak mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi

    terhadap perubahan, tuntutan dan kekecewaan yang muncul dalam

    kehidupan mereka (Z. V. B. Ginting, 2017). Peneliti masih merasa ragu

    dengan hasil dari penelitian ini karena penelitian ini diadopsi luar negeri

    yang belum tentu cocok untuk keseluruhan subjek yang digunakan.

    Sehingga peneliti ingin melihat sendiri dari jenis penelitian yang berbeda,

    Kedua, setelah membaca hasil dari penelitian tersebut peneliti

    menjadi penasaran untuk meneliti terkait resiliensi remaja yang menjadi

    penyintas letusan gunung Sinabung karena anak remaja penyintas

    Gunung Sinabung ini seperti mengalami kebingungan dan kurang

    memiliki motivasi. Selain itu yang membuat peneliti semakin penasaran

    yaitu, beberapa desa seperti Bekerah, Simacem, Suka Meriah sudah

    direlokasi oleh pemerintah ke tempat yang baru. Namun, minat remaja

    untuk melanjutkan persekolahan masih sangat rendah. Apabila diberi

    bantuan untuk beasiswa atau tawaran untuk ke perguruan tinggi, masih

    sedikit dari mereka yang mau mengikutinya. Justru yang mendaftar

    bukanlah anak dari korban pengungsi gunung Sinabung. Selain itu saat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    membaca beberapa berita di internet peneliti menjadi semakin penasaran

    dan tertarik. Sebenarnya sangat banyak bantuan yang sudah disalurkan

    kepada pengungsi, termasuk biaya pendidikan, namun tidak menambah

    motivasi para remaja. Peneliti juga seringkali ikut terlibat dalam berbagai

    kegiatan yang dilakukan untuk anak-anak pengungsi, sehingga semakin

    menambah rasa penasaran peneliti sebenarnya bagaimana resiliensi yang

    dimiliki oleh anak-anak terlebih remaja yang berada di pengungsian

    gunung Sinabung saat ini.

    Ketiga, selain keprihatinan dan rasa penesaran peneliti juga merasa

    senang, melihat semangat para penyintas bencana gunung Sinabung.

    Setiap kali terlibat langsung dengan para penyintas peneliti merasa

    senang, meskipun tertimpa bencana cukup lama mereka masih bisa

    bertahan dan tertawa lepas satu dengan yang lainnya. Peneliti juga senang

    melihat banyaknya yang peduli terhadap para penyintas. Peneliti ingin

    melihat bagaimana proses para penyintas ini sehingga mereka bisa

    seringkali menunjukkan perasaan yang bahagia ketika dikunjungi yang

    membuat peneliti juga merasa bahagia.

    Keempat, peneliti ingin menerapkan ilmunya untuk membantu

    pengungsi. Peneliti merasa perlu membantu para penyintas letusan

    gunung Sinabung karena penyintas tidak hanya perlu dibantu dari segi

    materi saja namun juga perlu dibantu dari psikologisnya. Peneliti ingin

    memberikan semangat yang positif serta mengikuti alur cerita para

    penyintas dari awal mereka terkena bencana hingga bisa sampai pada titik

    kehidupannya saat ini. Banyak juga dari para pengungsi tidak lagi tinggal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    di pengungsian atau tempat relokasi. Beberapa anak sudah melanjutkan

    persekolahannya di luar kota maupun luar pulau. Hal ini membuat

    peneliti ingin melihat bagaimana proses resiliensi mereka yang sudah

    bisa melanjutkan kehidupannya seperti saat ini.

    Keempat alasan di atas terlihat bahwa peneliti menilai kondisi para

    remaja pada saat di pengungsian memprihatinkan. Maka dari itu peneliti

    melakukan penelitian ini dan berharap hasilnya dapat menjawab rasa

    penasaran dari proses resiliensi remaja yang pernah tinggal di

    pengungsian gunung Sinabung.

    Setelah membahas ketertarikan pribadi peneliti, selanjutnya bab ini

    akan membahas hal-hal yang mendasari penelitian ini dan sejauh mana

    penelitian ini dilakukan. Pada bab I juga akan menjelaskan apa tujuan

    dari dilakukannya penelitian ini. Pembahasan dimulai dari latar belakang,

    rumusan permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian,

    manfaat penelitian.

    Latar Belakang

    Sejak tahun 1600an sampai 2018 gunung Sinabung masih

    beraktivitas. Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung berapi yang

    berada di Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Dicatat dalam sejarah, gunung

    Sinabung pernah meletus pada tahun 1600an. Dari tahun 1600an sampai

    tahun 2010 belum ada tercatat letusan gunung Sinabung.

    Gunung Sinabung meletus kembali pada tanggal 29 Agustus 2010

    yang lalu. Setelah letusan 29 Agustus 2010 gunung Sinabung kembali

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    normal seperti biasa. Hingga 15 September 2010 gunung Sinabung

    meletus kembali dan terus menunjukkan aktivitas hingga saat ini. Tahun

    2014 sebanyak 20.000 warga setempat harus mengungsi dan 14 orang

    meninggal dunia. Tercatat 424 orang masih menginjak bangku SMA dan

    250 orang yang masih berkuliah (Pemerintah Kabupaten Karo, 2017).

    Gunung Sinabung merupakan gunung api bertipe B namun karena

    mengalami erupsi pada tahun 2010 statusnya berubah menjadi gunung

    api tipe A (Islahudin, 2013). Aktivitas gunung Sinabung pada tahun 2010

    tidak berlangsung begitu lama, sehingga kerugian juga belum terlalu

    besar. Peristiwa letusan gunung Sinabung ini merupakan bencana yang

    pertama yang dialami masyarakat Karo setelah bertahun-tahun lamanya

    gunung Sinabung tidak ada mengeluarkan letusan apapun. Hal ini

    menyebabkan seluruh masyarakat Karo terkejut. Semenjak meletus

    pertama kali, beberapa desa seputaran gunung Sinabung pergi mengungsi

    ketempat yang aman.

    Erupsi gunung Sinabung baru pertama kali dirasakan sehingga banyak

    pihak yang belum memiliki pengalaman yang cukup untuk

    menanggulanginya. Pada tahun 2010, warga menjalani kehidupan di

    pengungsian tidak lebih dari sebulan. Sehingga pengungsi masih relatif

    sanggup mengatasi masalahnya dengan bantuan dari masyarakat sekitar.

    Hanya saja, setelah kembali ke kampung halaman, warga harus bekerja

    keras dan beradaptasi merajut kehidupan sosial ekonomi.

    Saat letusan Sinabung mereda selama hampir tiga tahun kehidupan

    seluruh masyarakat mulai membaik. Sampai pada 15 September 2013

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    pukul 02.51 WIB terjadi erupsi lagi yang menyebabkan masyarakat

    sekitar harus mengungsi lagi. Setelah letusan pada pertengahan

    September gunung Sinabung terlihat menunjukkan aktivitasnya dan

    semakin sering terjadi erupsi (Islahudin, 2013). Letusan kali ini

    menyebabkan lebih banyak lagi kerugian dari pada letusan yang pertama.

    Letusan gunung Sinabung masih terus terjadi sampai sekarang.

    Bencana ini menimbulkan penderitaan yang berkelanjutan bagi seluruh

    masyarakat Karo terlebih yang harus mengungsi dan meninggalkan

    kampung halaman mereka. Meskipun statusnya sempat turun menjadi

    siaga, beberapa kali keluarnya lava dari puncak Sinabung membuat

    statusnya kembali naik menjadi Awas. Keadaan ini membuat masyarakat

    Karo seperti terombang-ambing di mana selama berapa puluh tahun tidak

    pernah terjadi bencana apapun dan saat ini harus dihadapkan dengan

    bencana letusan gunung Sinabung.

    Selain itu, sebagian besar masyarakat Karo mata pencariannya adalah

    bertani, sehingga apabila harus pergi mengungsi mereka harus

    meninggalkan harta benda mereka termasuk ladang yang menjadi sumber

    mata pencaharian. Hal ini menimbulkan permasalahan lain bagi

    masyarakat Karo yang terkena dampak erupsi gunung Sinabung (Sinaga,

    2016). Akibat dari debu vulkanik yang dikeluarkan gunung Sinabung

    hasil pertanian menjadi rusak bahkan ada yang gagal panen.

    Menjelang akhir September 2013, hampir semua warga yang

    mengungsi mengalami goncangan psikologis. Faktor penyebabnya antara

    lain kondisi pengungsian yang tidak memadai, khawatir akan letusan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    lanjutan, khawatir akan harta (rumah, ladang dan ternak), dan khawatir

    tentang masa depan kelak kembali ke desa. Sebagian besar masyarakat

    yang terkena stres berpotensi menimbulkan masalah sosial. Ada yang

    menjadi lebih agresif, mudah marah, kesulitan tidur, bertengkar karena

    masalah kecil, cemas dan perubahan pola makan.

    Tidak hanya masalah perekonomian dan stres yang dialami oleh orang

    dewasa, banyak dari anak-anak Karo merasa kesulitan untuk dapat

    beradaptasi dengan bencana. Kebanyakan dari anak-anak dan remaja

    merasa terkejut karena pertama kalinya tertimpa bencana, belum ada

    pengalaman sebelumnya terkait bencana sehingga banyak yang merasa

    kesulitan beradaptasi dengan tempat tinggal dan teman-temannya

    (Sinaga, 2016).

    Kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan tidak bisa dilakukan

    lagi. Namun, pada saat bencana yang pertama ini masih banyak sekali

    bantuan yang ditujukan kepada anak-anak. Setiap hari mereka diberikan

    kegiatan yang membuat mereka merasa bahagia dan membantu mereka

    dalam belajar. Bantuan-bantuan seperti ini dapat membantu anak

    melupakan sejenak tentang bencana yang sedang mereka alami.

    Semenjak 4 Januari 2014 gempa bumi, letusan, dan luncuran awan

    panas yang disebabkan Sinabung menyebabkan kurang lebih 2.863

    warga sekitar terpaksa mengungsi (Assifa, 2017). Pada Januari 2014

    sebanyak 14 warga meninggal dunia akibat awan panas gunung

    Sinabung. Seluruh korban ditemukan di Desa Suka Meriah, Kecamatan

    Payung. Tidak hanya pada tahun 2014 saja, 21 Mei 2016 sekitar pukul

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    16.48 WIB letusan gunung Sinabung menghasilkan awan panas. Awan

    tersebut menyelimuti desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat,

    Kabupaten Karo mengakibatkan enam orang meninggal dunia dan tiga

    warga alami luka bakar (Akuntono, 2016).

    Kejadian yang menyebabkan korban jiwa seperti ini terjadi karena

    beberapa warga masih saja melewati batas zona aman yang sudah

    diberikan. Ladang dan ternak mereka masih berada di kampung halaman.

    Meskipun sudah terjadi kejadian seperti ini dan memakan korban belum

    memberi efek jera kepada masyarakat karena masih ada yang berani

    melewati batas zona aman karena tuntutan ekonomi yang harus membuat

    mereka kembali ke ladang untuk bekerja.

    Biaya sekolah anak dan kebutuhan sehari-hari mengharuskan mereka

    kembali ke desa dan melewati zona aman. Pada awal Februari 2014,

    gejala stres semakin meningkat di kalangan pengungsi. Bahkan ada yang

    depresi dan bunuh diri (Sinaga, 2016). Para warga mengalami masa-masa

    sulit di pengungsian. Mereka telah kehilangan banyak hal, antara lain

    harta benda, ladang, ternak, dan akses untuk memperoleh penghasilan.

    Menjelang semester kedua, tahun 2014, para pengungsi semakin resah

    karena ratusan siswa dan mahasiswa, terancam putus sekolah. Para

    orangtua sudah kuwalahan untuk menanggulangi biaya kebutuhan

    sekolah maupun kuliah. Segala upaya sudah dicoba dengan menjadi

    buruh tani, namun hasilnya tidak mencukupi untuk menanggulangi

    masalah perekonomian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Berita terbaru bahwa pada tanggal 19 Februari 2018 gunung

    Sinabung kembali meletus, dan kali ini merupakan letusan terbesar

    selama 7 tahun terakhir (Flora, 2018). Tidak ada korban jiwa pada letusan

    ini karena semua desa yang terkena dampak awan panas sudah lama

    meninggalkan desa. Hanya saja sebagian besar petani gagal panen akibat

    abu vulkanik yang dikeluarkan gunung Sinabung.

    Kini dampaknya tidak hanya bagi warga yang tinggal di daerah

    gunung Sinabung saja namun sebagian besar warga Tanah Karo. Selain

    abu vulkanik, banjir lahar dinginpun terjadi dan memutus akses jalan

    menuju beberapa desa. Selama ini, masyarakat sedang mencoba

    membangun kembali perekonomian dan keluar dari permasalahan

    gunung Sinabung tapi ternyata kali ini menyebabkan dampak yang lebih

    luas lagi.

    Dari peristiwa di atas kita dapat melihat bagaimana awal mula

    bencana alam gunung Sinabung menimpa masyarakat Karo. Hingga saat

    ini gunung Sinabung masih menunjukkan aktivitas, seperti letusan kecil,

    mengeluarkan awan panas serta abu vulkanik yang menyebabkan banyak

    petani gagal panen. Serta pendapatan ekonomi di tanah Karo semakin

    menurun di bidang parawisatanya akibat kurangnya turis yang datang.

    Bencana alam gunung meletus memang berisiko tinggi mengancam

    keselamatan jiwa para warga serta merusak infrastruktur yang ada. Bukan

    hanya kerugian secara materi yang menjadi masalah namun juga dampak

    psikologisnya. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan

    seseorang sehingga berisiko terhadap bencana adalah semakin tinggi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    tingkat keparahan bencana dan tingkat kengerian pengalaman yang

    dialami semakin berat pula efek psikologis yang dirasakannya

    (Ehrenreich, 2001).

    Terkadang sumber utama dari trauma emosional bencana bukan

    hanya datang dari bencana tersebut namun akibat setelah bencana itu

    terjadi. Bagi korban bencana yang terpaksa mengungsi untuk waktu yang

    lama akan menambah kerugian bagi pribadi mereka, seperti kehilangan

    privasi, kehilangan komunitas, kehilangan kebebasan, kehilangan

    keakraban dengan keluarga, dan kehilangan harapan.

    Bencana alam yang tidak segera ditangani akan memunculkan

    permasalahan yang lebih besar seperti yang terjadi di Nikaragua setelah

    gempa bumi tahun 1972 dan Meksiko pada tahun 1985, ketidak puasan

    para korban menghasilkan kerusuhan politik yang meluas (Ehrenreich,

    2001). Ketersediaan dukungan sosial seperti dari keluarga, teman, dan

    komunitas yang mendukung mengurangi efek stress pada korban. Mereka

    yang berhasil mengatasi traumanya di masa lalu dapat mengatasi bencana

    yang mungkin akan terjadi pada hidup mereka dengan lebih baik, seolah

    mereka dapat melawan stress yang datang.

    Peneliti sempat melakukan wawancara awal dengan salah satu

    pengelola posko bencana gunung Sinabung. Menurut Peken (49 tahun)

    banyak sekali perubahan pada remaja-remaja yang menjadi penyintas

    gunung Sinabung. Di awal meletusnya gunung Sinabung anak-anak yang

    menjadi penyintas mengalami trauma. Hal ini menyebabkan kebanyakan

    dari mereka seperti kehilangan mimpi dan tujuan dari hidupnya, terlihat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    dari mereka yang banyak putus sekolah dan mengalami kebingungan jika

    ditanya ingin menjadi apa.

    Anak-anak yang menjadi penyintas bencana tersebut juga merasa

    kecil apabila berada diantara anak-anak yang biasa. Namun setelah

    kurang lebih 10 tahun bencana Sinabung anak-anak ini menjadi memiliki

    mimpi dan tujuan yang lebih jelas. Hal ini didasari dari anak-anak ini

    tidak mau tertinggal dari teman-temannnya yang lain.

    Pada tahun 2013 sangat sulit mencari anak yang mau melanjutkan

    sekolah ke perguruan tinggi. Seiring berjalannya waktu semakin banyak

    yang ingin melanjutkan sekolahnya untuk mencapai tujuannya. Di

    tambah lagi sekarang gereja menyediakan satu lembaga yang biasa

    disebut KWK (Kursus Wanita Kristen) menyediakan sebuah asrama

    khusus anak pengungsi. Jadi di lembaga ini mereka diajari untuk

    menjahit, membuat makanan, salon dan masih banyak lagi. Jika mereka

    ingin sekolah lebih tinggi maka mereka juga akan difasilitasi.

    Semangat anak-anak pengungsi menjadi meningkat karena

    memperoleh dukungan dan difasilitasi. Memasuki jenjang SMP mereka

    sudah masuk ke asrama KWK dan melanjutkan pendidikan untuk

    mencapai mimpi mereka. Namun, anak-anak yang kurang mampu dalam

    akademik menjadi putus sekolah dan memilih ke ladang untuk membantu

    orangtuanya. Untuk kasus yang lebih parah ada juga yang menjadi

    pencuri.

    Sepertiga dari korban bencana adalah anak-anak (Ehrenreich, 2001).

    Hal ini dapat dilihat, karena keseluruhan populasi suatu masyarakat,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    anak-anak merupakan bagian dari populasi tersebut. Di tanah Karo

    jumlah orang mengungsi ada 7266 orang, laki-laki 3609, perempuan

    3657, dimana jumlah remaja 1891 orang (Pemerintah Kabupaten Karo,

    2017).

    Kejadian bencana mengakibatkan trauma psikologis pada korban

    khususnya pada anak-anak (Ehrenreich, 2001). Dampak bencana

    berbeda-beda untuk setiap orang yang mengalaminya. Anak-anak yang

    terkena dampak bencana yang orangtuanya cenderung kurang

    memperhatikan mereka akan merasa diabaikan, tidak diasuh, merasa

    tidak aman serta konsekuensi jangka panjangnya dapat mempengaruhi

    perkembangan anak. Anak-anak yang usia pertumbuhannya mendekati

    usia remaja, tanggapan mereka terhadap bencana akan semakin sama

    seperti orang dewasa. Tingkat agresif yang lebih besar, pembangkangan

    terhadap orangtua penyalahgunaan obat terlarang, perilaku yang suka

    mengambil risiko, dan kinerja dalam persekolahan sangat menurun.

    Ada beberapa gejala efek psikologis yang ditunjukkan oleh anak-anak

    usia sekolah akibat bencana alam menurut Ehrenreich (2001) yaitu,

    depresi, ketakutan atau fobia terhadap bencana, perilaku agresif dan cari

    perhatian, perilaku yang kurang terorganisasi, kesulitan dalam

    berkonsentrasi, merasa tidak memiliki masa depan, kehilangan identitas

    diri, perasaan malu. Untuk anak-anak dan remaja efek dari bencana alam

    diperbesar karena kepribadian anak masih berkembang.

    Berdasarkan wawancara awal, ditemukan juga bahwa tahun-tahun

    pertama terkena bencana banyak yang hanya menyalahkan keadaan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    merasa tidak ada jalan keluar dari permasalahannya. Menyalahkan

    orangtua karena hanya sibuk ke ladang tanpa memperhatikan mereka

    Kebanyakan dari anak-anak dan remaja masih merasa stres karena

    bencana yang terjadi. Banyak yang memberontak dan merasa malu

    dengan keadannya dilihat dari kemauan mereka untuk sekolah. Namun

    setelah berjalannya waktu mereka sudah dapat memahami keadaan dan

    memilih untuk keluar dari permasalahan mereka. Selain itu, lingkungan

    juga sangat mendukung mereka.

    Saat tinggal di posko para anak-anak dan remaja ini diajari untuk

    hidup mandiri. Para anak-anak ini diajari memasak, mencuci pakaian

    sendiri tanpa harus bergantung lagi dengan orangtua mereka. Anak-anak

    ini juga diajari dan diberi jadwal untuk kebersihan, karna mereka tinggal

    di posko mereka juga harus mandiri dalam menyusun dan merapikan

    barangnya sendiri. Sehingga sikap ini terbawa hingga sekarang, pada saat

    tinggal di asrama maupun di tempat relokasi anak-anak ini bisa hidup

    mandiri dimulai dari hal-hal kecil.

    Informan yang dipilih pada penelitian ini adalah remaja perempuan

    yang pernah tinggal di pengungsian akibat letusan gunung Sinabung. Hal

    ini dikarenakan telah tercatat bahwa masalah kesehatan mental anak-

    anak paska trauma memiliki kaitan dengan jenis kelamin dan usia

    (Tuicomepee & Romano, 2011). Pada tahun 1994, Shannno memeriksa

    bahwa secara umum bahwa anak perempuan lebih mudah menerima

    klasifikasi PTSD. Mereka melaporkan bahwa lebih banyak gejala yang

    terkait dengan pengolahan emosional dan reaktivitas emosional kepada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    trauma, misalnya emosional yang terisolasi, penghindaran emosional,

    rasa bersalah, dan mimpi buruk (Tuicomepee & Romano, 2011).

    Sedangkan anak laki-laki lebih cenderung menunjukkan indikator

    kognitif dan perilakuan seperti memori dan kesulitan dalam

    berkonsentrasi. Sehingga peneliti ingin melihat bagaimana resiliensi

    remaja perempuan penyintas bencana gunung Sinabung dengan kondisi

    yang lebih rentan terhadap gejala PTSD.

    Pemaparan di atas menjelaskan bahwa bencana alam memberikan

    dampak yang signifikan secara fisik, psikologis maupun sosial.

    Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan akibat bencana alam

    maka diperlukan suatu upaya yang menyeluruh dalam menanggulanginya

    baik ketika sedang terjadi maupun setelah bencana berakhir yang berisiko

    terhadap persoalan fisik, psikis, maupun sosial. Oleh karena itu

    diperlukan pengembangan masyarakat yang memiliki kemampuan

    mengorganisasi, belajar dan beradaptasi dalam menghadapi bencana.

    Salah satu konsep psikologi yang menjelaskan tentang kemampuan

    tersebut adalah resiliensi.

    Istilah resiliensi ini berasal dari bahasa Latin "resilire" yang berarti

    "untuk mundur." Dengan demikian, ketahanan berarti untuk bangkit

    kembali, bangkit kembali, dan memiliki elastisitas, fleksibilitas, atau

    pemulihan. Konsep resiliensi dalam manajemen bencana telah ada dalam

    literatur sejak 1980-an. Hal ini mengingat pentingnya resiliensi sebagai

    faktor untuk meraih keberlangsungan hidup. Resiliensi berperan sebagai

    strategi dalam beradaptasi menghadapi perubahan iklim dan sebagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    persyaratan bagi semua untuk bangkit dari suatu bencana. Menurut

    Kumpfer (1999) resiliensi ialah adaptasi yang berhasil meskipun ada

    risiko dan kesulitan, yang terlihat berkembang seiring waktu melalui

    faktor integrasi konstitusional dan pengalaman dalam konteks

    lingkungan yang mendukung.

    Kerangka teoritis yang digunakan Kumfer mencakup enam prediktor

    utama resiliensi yaitu pemicu stress, risiko lingkungan dan mekanisme

    perlindungan, proses transaksional individu dan lingkungan, faktor

    ketahanan internal individu (spiritual, kognitif, perilaku, emosional dan

    fisik), proses ketahanan dan hasil positif. Hasil dari tinjauan ini

    menunjukkan bahwa adanya banyak peluang atau target yang mungkin

    meningkatkan resiliesi dengan cara merancang lingkungan yang lebih

    baik.

    Selain itu, kerangka teoritis Kumfer mencakup pemahaman yang

    lebih baik terkait dengan lingkungan serta kemampuan memodifikasi

    lingkungan merupakan sebuah pencegahan serta meningkatkan resiliensi.

    Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses resiliensi. Keluarga,

    tetangga, teman sebaya merupakan aspek yang berdampak bagi

    sosialisasi anak. Kebanyakan anak-anak yang disfungsional berasal dari

    lingkungan yang berisiko tinggi (Kumpfer, 1999).

    Beberapa penelitian resiliensi telah menekankan proses resiliensi

    yang membantu individu mengembangkan reintegrasi tangguh setelah

    gangguan oleh tantangan tekanan. Ada beberapa faktor peningkatan

    ketahanan yang dianggap penting seperti perlindungan orangtua yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    berfungsi dengan baik akan mempengaruhi resiliensi juga (Kumpfer,

    1999).

    Salah satu karakteristik psikologis yang sangat penting dalam anak

    yang memiliki resiliensi yang tinggal di lingkungan berisiko tinggi adalah

    kemampuan untuk bermimpi meciptakan fantasi yang masuk akal untuk

    mereka sendiri dan untuk mengembangkan tujuan hidup mereka

    (Kumpfer, 1999) .

    Ada faktor resiliensi diri internal yang merupakan sebuah proses yang

    kemungkinan dapat melindungi ataupun menghambat anak dalam

    lingkungannya (Kumpfer, 1999). Ada lima jenis hal-hal dalam diri anak

    yang membantu ataupun menghambat dia melakukan proses interaksi

    yang melindungi dia dari dampak negatif stresor dan pengaruh

    lingkungan yaitu kognitif, spiritual, emosional, fisik, dan perilaku.

    Kumpfer mininjau proses resiliensi dan faktor-faktor yang

    memprediksi keberhasilan adaptasi kehidupan pada anak-anak yang

    resilien karena berbagai faktor risiko lingkungan. Kumfer juga berfokus

    pada adak-anak dan orang muda, dimana ini sesuai dengan informan yang

    akan diteliti pada penelitian ini.

    Kerangka teoritis Kumfer juga sesuai dengan penelitian yang ingin

    dilakukan peneliti, di mana Tanah Karo juga termasuk lingkungan yang

    berisiko terhadap bencana alam seperti yang sedang terjadi saat ini yaitu

    bencana gunung Sinabung. Maka dari itu peneliti ingin menggunakan

    penelitian yang sudah digunakan Kumpfer sebagai landasan teori pada

    penelitian ini, dimana penelitian ini juga ingin melihat bagaimana proses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    resiliensi remaja dari mulai adanya bencana hingga bisa menjadi seperti

    saat ini serta ingin melihat atau menunjukkan bahwa ada banyak peluang

    yang mungkin dapat meningkatkan resiliensi.

    Seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang maka kita akan

    diberi pemahaman baru tentang proses resiliensi remaja yang pernah

    tinggal di pengungsian gunung Sinabung. Pemahaman yang baru karena

    selama ini belum ada yang meneliti tentang bagaimana proses resiliensi

    remaja yang pernah tinggal di pengungsian gunung Sinabung dengan

    metode kualitatif. Penelitian selama ini hanya berbentuk angka dan

    persenan sedangkan dalam penelitian ini akan menjelaskan secara rinci.

    Di dalam berita-berita juga masih sangat minim penjelasan tentang

    bagaiamana remaja yang tinggal di pengungsian, maka akan memberi

    informasi tentang pengalaman-pengalaman remaja yang menjadi

    penyintas.

    Dalam konteks bencana alam ini, remaja sangat membutuhkan

    perhatian dari berbagai pihak yang harus tetap berperan penting dalam

    kesehariannya, yaitu pihak keluarga dan masyarakat, pihak pemerintah,

    pihak komunitas ilmuwan psikologi. Pihak keluarga dan masyarakat

    sangat dibutuhkan dalam mendukung remaja. Peran keluarga sangat

    penting pada saat terjadi bencana maupun sesudah terjadinya bencana.

    Peran keluarga saat adanya bencana membuat anak-anak dapat

    menghadapi keadaan yang sulit dimulai dari pemberian edukasi terkait

    pendidikan siaga bencana (Muzzayana, 2017). Merujuk penelitian dari

    Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA), korban jiwa dalam suatu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    bencana lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja karena

    kemampuan mereka menyelamatkan diri, dan pengalaman terhadap

    bencana yang minim seperti data yang di tanah Karo jumlah orang

    mengungsi ada 7266 orang, laki-laki 3609, perempuan 3657, di mana

    jumlah remaja 1891 orang (Pemerintah Kabupaten Karo, 2017).

    Peran keluarga sangat penting untuk pendidikan bencana pada anak

    dan remaja. Mengingat bahwa keluarga adalah tempat pertama

    pendidikan bagi anak. Keluarga harus berperan aktif dalam pembelajaran

    anak sejak dini mengenai bencana. Pendidikan bencana sebenarnya

    sangat kompleks, sehingga memerlukan upaya secara komprehensif

    dengan melibatkan kerja sama multidisipliner, multisektor, dan peran

    serta seluruh masyarakat secara aktif. Namun, hal tersebut bisa dilakukan

    secara sederhana dalam lingkup keluarga agar anak-anak mampu

    membuat keputusan ketika bencana terjadi dan menyelamatkan diri.

    Pendidikan siaga bencana ini seringkali terabaikan karena pendidikan

    untuk siaga bencana terhadap anak dianggap bukan prioritas yang harus

    dilakukan. Maka dari itu penting bagi orangtua untuk menambah

    wawasan terkait dukungan terhadap anak agar dapat mendukung anak

    secara lebih optimal dalam situasi bencana.

    Peran pemerintah dalam menanggulangi bencana yaitu dengan

    membuat pelatihan pendidikan siaga bencana dalam keluarga. Pada 2016

    saja, menurut BNPB ada 2.343 bencana yang terjadi di Indonesia. Dari

    semua bencana tersebut 92% berupa banjir, tanah longsor dan puting

    beliung. Oleh karena itu, sangat diperlukan edukasi dan kesiapsiagaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    warga sebelum terjadi bencana atau disaster preparedness, khususnya

    bagi anak-anak (Muzzayana, 2017). Namun ada masalah dalam

    mengaplikasikan hal ini dan beberapa masalah klasik yang dihadapi

    masyarakat Indonesia dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana

    seperti kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap

    bencana dan risikonya. Kurangnya kewaspadaan masyarakat dalam

    menghadapi ancaman yang ada di sekitarnya, atau belum adanya

    pelatihan secara terpadu dan periodik karena kewaspadaan terhadap

    bencana belum menjadi budaya.

    Pemerintah Kabupaten Karo melakukan beberapa langkah konkrit

    dalam membantu menangani bencana gunung Sinabung yaitu (1) bidang

    pendidikan berupa beasiswa, (2) pertanian berupa lahan dan alat

    pertanian (3) pemberdayaan masyarakat dengan memberi uang (Gatra,

    2014). Beberapa berita di atas dapat kita lihat bahwa kebanyakan saat

    terjadinya bencana pemerintah sangat berperan dalam membantu

    penyintas dari segi materi.

    Peran pemerintah dalam memberi bantuan atau dukungan dalam

    bentuk emosional masih sangat kurang. Itu sebabnya penting bagi

    pemerintah untuk mendapatkan tambahan pengetahuan agar tidak hanya

    membantu penyintas bencana dari segi materi, namun juga dengan

    dukungan emosional terhadap penyintas.

    Peran komunitas ilmuan dan praktisi psikologi dalam menanggulangi

    bencana yaitu memberi kiat-kiat yang dapat membantu korban secara

    psikologis. Misalnya, Psychological First Aid (PFA) adalah tindakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    suportif dan manusiawi, berupa dukungan sosial, emosional, atau praktis

    yang diberikan terhadap seseorang yang mengalami peristiwa krisis

    (Iqbal, 2018). Peristiwa krisis seperti bencana alam, kecelakaan dan

    pengalaman traumatis lainnya yang dialami seseorang menimbulkan

    penderitaan seseorang yang memiliki peristiwa krisis membutuhkan

    pertolongan.

    Psychological First Aid (PFA) juga harus dilakukan dengan tetap

    memperhatikan budaya dan kemampuan dalam diri korban. Alasan

    pentingnya melakukan PFA yaitu (1) mengurangi risiko gangguan

    mental, (2) Meningkatkan Self-Healing (3) membangun harapan (Iqbal,

    2018). Peran ilmuwan psikologis sangatlah penting dalam membatu

    penyintas bencana alam. Namun dapat dilihat dalam praktiknya untuk

    bencana gunung Sinabung masih sedikit kesadaran dan semangat

    ilmuwan psikologis yang ada di sekitar tanah Karo untuk pendampingan

    anak pasca-bencana hingga benar-benar pulih kembali. Itu sebabnya

    penting bagi ilmuwan psikologi untuk menambah informasi serta

    memotivasi penyintas bencana alam.

    Pembahasan di atas sudah menjelaskan apa yang menjadi latar

    belakang dalam penelitian ini. Peneliti juga sudah menjelaskan apa yang

    terjadi bagi remaja yang mejadi penyintas bencana melalui penelitian

    lainnya. Maka dari pemaparan tersebut menunjukkan bahwa resiliensi

    sangat dibutuhkan remaja terlebih penyintas bencana alam seperti

    bencana meletusnya gunung Sinabung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Rumusan Permasalahan

    Dari penjelasan latar belakang yang sudah dijelaskan terdapat

    beberapa kesenjangan yang terjadi di lapangan. Teori yang diberikan

    sering kali berbeda dengan fakta di lapangan. Maka dalam pembahasan

    ini peneliti akan merumuskan beberapa permasalahan.

    Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui betapa pentingnya

    resiliensi pada setiap individu. Maka diharapkan setiap orang memiliki

    resiliensi. Namun seperti yang sudah dijelaskan Ginting (2017) tingkat

    resiliensi pada remaja yang tinggal di pengungsian 100% rendah. Oleh

    karena itu, remaja tidak mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi

    terhadap perubahan, tuntutan dan kekecewaan yang muncul dalam hidup

    mereka. Sedangkan, dari data jumlah pengungsi ada sekitar 1037 remaja

    yang tinggal di pengungsian di Kabupaten Karo (Pemerintah Kabupaten

    Karo, 2017).

    Resiliensi dapat dilihat membantu seseorang keluar dari masa

    terpuruk atau keadaan yang sulit dalam kehidupannya. Diketahui bahwa

    resiliensi berperan sebagai strategi dalam beradaptasi menghadapi

    perubahan iklim dan sebagai persyaratan bagi komunitas untuk bangkit

    dari suatu bencana. Namun pada kenyataanya tidak semua penyintas

    bencana alam gunung Sinabung dapat beradaptasi dengan baik terhadap

    bencana yang terjadi.

    Faktanya dari hasil penelitian terdahulu yang diperoleh ialah masih

    banyak sekali remaja-remaja yang tidak dapat mengontrol emosinya serta

    tidak dapat bersikap tenang saat berada di bawah tekanan, merasa kecewa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    dan tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan saat ini, kurangnya

    perhatian orangtua menimbulkan kenakalan pada remaja seperta mencuri,

    sikap rendah diri karena mereka saat ini tinggal di kota namun berstatus

    sebagai pengungsi. Dari fakta-fakta tersebut peneliti merasa penting

    untuk meneliti proses resiliensi remaja yang tinggal di pengungsian

    hingga dapat bertahan sampai saat ini.

    Selain itu, pada penelitian sebelumnya peneliti menggunakan metode

    kuantitatif yang hanya menunjukkan persenan dari resiliensi remaja yang

    berada di pengungsian. Peneliti merasa dengan menunjukkan persenan

    saja tidak cukup untuk melihat sebuah proses resiliensi. Maka peneliti

    kali ini menggunakan metode kualitatif untuk menggali lebih dalam apa

    yang menjadi permasalah remaja sehingga dapat meningkatkan resiliensi

    pada diri mereka. Peneliti juga ingin melihat bagaimana proses resiliensi

    yang terjadi pada remaja-remaja yang menjadi penyintas letusan gunung

    Sinabung saat ini.

    Setelah membahas tentang kesenjangan teori dan fakta yang ada pada

    rumusan permasalahan maka peneliti akan melanjutkan pembahasan

    terkait dengan ruang lingkup penelitian. Di mana peneliti akan membahas

    keterbatasan peneliti dalam penelitian ini dengan mempersempit subjek

    penelitian yaitu remaja yang menjadi penyintas erupsi gunung Sinabung.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini hanya akan meneliti tentang proses resiliensi remaja

    perempuan yang berusia 10-20 pada saat awal mengungsi pada tahun

    2010, 2013 hingga saat ini akibat letusan gunung Sinabung. Hal ini

    dikarenakan peneliti ingin mengungkap peristiwa-peristiwa hidup yang

    penting dan bermakna pada subjek. Selain itu, peneliti menyadari banyak

    sekali yang menjadi penyintas letusan gunung Sinabung dari berbagai

    rentan usia. Peneliti menyadari keterbatasan tersebut sehingga dalam

    penelitian ini hanya akan menggunakan remaja berusia 10-20 tahun pada

    saat mengungsi.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses resiliensi

    remaja perempuan penyintas pengungsi gunung Sinabung yang berusia

    10-20 tahun pada saat mengungsi hingga sekarang dapat melanjutkan

    kehidupannya dengan normal. Peneliti ingin melihat bagaimana proses

    resiliensi remaja pada saat berada di pengungsian sampai mereka dapat

    hidup seperti sekarang. Sehingga dapat memunculkan pemahaman

    tentang apa saja yang membuatnya menjadi pribadi seperti saat ini.

    Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan pemaparan terkait latar belakang serta rumusan masalah

    pada penelitian ini maka, yang menjadi pertanyaan pada penelitian ini

    yaitu bagaimana proses resiliensi anak remaja perempuan yang tinggal di

    pengungsian gunung Sinabung ?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Manfaat Penelitian

    Sebuah penelitian haruslah memberi manfaat. Peneliti berharap

    penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta bermanfaat bagi

    kelompok sasaran yaitu remaja penyintas erupsi gunung Sinabung,

    orangtua dan masyarakat umum, komunitas ilmuwan serta pemerintah.

    Manfaaat yang diharapkan peneliti bagi komunitas-komunitas terkait

    akan dijabarkan seperti penjelasan di bawah.

    1. Bagi Kelompok Sasaran (Remaja Perempuan Penyintas Erupsi

    Gunung Sinabung)

    Pentingnya penelitian ini bagi remaja penyintas erupsi gunung

    Sinabung yaitu sebagai bahan evaluasi terhadap diri mereka.

    Bagaimana mereka dapat berdinamika dari awal terjadinya

    bencana hingga saat ini. Penelitian ini juga diharapkan untuk

    mendapatkan pembelajaran yang bisa diterapkan pada generasi

    selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat

    bermanfaat untuk menjadi tambahan pengetahuan bagi remaja

    tentang apa itu resiliensi dan aspek-aspek pendukungnya.

    2. Bagi Orangtua dan Masyarakat Umum

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pemberi

    informasih kepada masyarakat terkait pentingnya resiliensi.

    Dengan adanya penelitian ini masyarakat juga menjadi semakin

    memahami bagaimana peran masyarakat atau lingkungan untuk

    meningkatkan resiliensi remaja di lingkungan yang berisiko.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Diharapkan juga dari penelitian ini orangtua sebagai orang

    terdekat anak serta masyarakat dapat menjadi pendukung para

    remaja agar dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan saat ini.

    Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan

    pengtahuan tentang pentingnya mendukung anak.

    3. Bagi Komunitas Ilmuwan

    Penelitian ini akan bermanfaat bagi ilmuwan psikologi untuk

    mengembangkan teori yang sudah ada dan memberikan

    intervensi bagi peneliti selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga

    bermanfaat untuk meningkatkan kepedulian para ilmuwan

    psikologi yang masih sangat kurang terhadap penyintas bencana

    alam gunung Sinabung. Penelitian ini juga akan menunjukkan

    bagaimana proses resiliensi yang ada pada remaja penyintas

    gunung Sinabung sehingga diharapkan dapat menambah

    wawasan praktisi psikologi.

    4. Bagi Pemerintah

    Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah sebagai tambahan

    informasi dan pengetahuan tentang pentingnya resiliensi di

    daerah berisiko seperti daerah yang terkena bencana alam dalam

    jangka waktu yang panjang. Penelitian ini juga diharapka sebagai

    tambahan usulan untuk materi pendidikan siaga bencana.

    Setelah peneliti memaparkan ketertarikan pribadi, peneliti juga sudah

    menjelaskan apa yang menjadi latar belakang dari penelitian yang akan

    dilakukan. Selain itu, peneliti juga sudah menjelaskan manfaat dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    pentingnya penelitian ini dilakukan pada bab ini. Pada bab selanjutnya

    peneliti akan membahas tentang landasar teori terkait resiliensi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pengantar

    Pada bab ini peneliti akan membahas terkait teori-teori yang

    berhubungan dengan resiliensi itu sendiri, serta yang menjadi target

    dalam penelitian ini sebagaimana yang sudah dibahas pada bab

    sebelumnya yaitu remaja perempuan akhir yang tinggal di pengungsian

    akibat letusan gunung Sinabung. Pada bab ini akan mengkaji lebih dalam

    lagi bagaimana resiliensi sebagai daya lentur atau ketahanan yang

    dimiliki seseorang untuk kembali kepada keadan sebelumnya setelah

    menghadapi keadaan yang sulit. Remaja yang menjadi target group

    dalam penelitian ini akan lebih dijelaskan bagaimana dinamika psikologis

    remaja baik dalam sosial maupun perkembangannya.

    Dinamika Psikologis Target Group

    Agar mengetahui dinamika psikologis target group maka dalam

    penelitian ini akan melihat dari dua perspektif yaitu perspektif

    perkembangan dan perspektif sosial budaya. Pada bagian ini akan

    dijelaskan bagaimana biasanya para remaja menurut kedua perspektif ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Perspektif Perkembangan

    Perspektif perkembangan membahas hal penting untuk memahami

    aspek psikologis. Ada dua poin penting, yaitu proses pencarian jati

    diri dan corak khusus PTSD. Pada bagian perspektif perkembangan

    ini, peneliti akan membahas terkait dengan bagaimana perkembangan

    remaja biasanya dan bagaimana perkembangan remaja yang terkena

    PTSD.

    Ada 8 tahapan perkembangan pada manusia. Informan dalam

    penelitian ini termasuk dalam tahapan kelima, yaitu Identitas vs

    kekacauan identitas (identitiy vs identity confusion). Tahapan kelima

    dialami oleh individu selama masa remaja (Berk, 2012). Adapun

    kisaran usia yang termasuk dalam tahapan ini yaitu mulai dari usia 10-

    12 tahun dan berakhir antara 18-21 tahun. Menurut Erikson masa ini

    merupakan masa yang mempunyai peran penting karena melalui tahap

    ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya

    identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara

    seorang individu berada di tengah masyarakat.

    Individu akan dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka

    itu sebenarnya apa, dan kemana tujuan mereka (Berk, 2012). Pada

    tahap ini individu mencapai tahap kebingungan dalam mencari

    identitas diri. Pada tahap ini remaja akan banyak mendapat

    permasalahan di dalam kehidupannya. Sehingga, peran orangtua

    sangatlah penting pada tahapan ini. Pada tahapan ini, individu

    diharapkan mampu menemukan jati diri mereka. Seperti siapa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    individu itu sendiri dan apa yang menjadi tujuan nya. Pada tahapan ini

    remaja diharapkan dapat mengeksplorasi tentang karirnya.

    Erikson memberikan perlakuan yang komprehensif tentang makna

    dan fungsi identitas individu. Identitas remaja akhir melibatkan

    hubungan dari masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Dari masa

    lalu, orang-orang muda melakukan proses pemeriksaan ulang

    identifikasi masa kecil (Newman & Newman, 1991). Sejak saat ini,

    kaum muda mengidentifikasi dan mengevaluasi bakat, minat, dan

    kemampuan mereka. Dari masa depan, ada artikulasi tujuan dan

    aspirasi hidup yang berharga. Ketiga sumber konten identitas ini harus

    menjadi sebuah perasaan yang bermakna tentang tujuan hidup.

    Remaja harus memperhitungkan ikatan yang telah dibangun antara

    mereka dan orang lain di masa lalu serta arah yang mereka harapkan

    di masa depan dalam upaya mereka untuk mendefinisikan diri mereka

    sendiri (Newman & Newman, 1991). Identitas berfungsi sebagai titik

    jangkar, menyediakan orang dengan pengalaman penting dari

    kontinuitas dalam hubungan sosial. Ketika orang-orang muda

    bergerak melalui tahap remaja nanti, mereka menemukan bahwa

    kelompok-kelompok referensi sosial termasuk anggota keluarga,

    tetangga, guru, teman, kelompok agama, kelompok etnis, dan bahkan

    pemimpin nasional memiliki harapan terhadap orang-orang muda.

    Seorang anak muda mungkin diharapkan untuk bekerja, kuliah,

    menikah, melayani negara dalam militer, menghadiri layanan

    keagamaan, memberikan suara, dan memberikan dukungan ekonomi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    bagi anggota keluarga. Tuntutan gigih oleh orang lain yang bermakna

    menghasilkan keputusan yang mungkin dibuat berbeda, atau tidak

    dibuat sama sekali, jika individu dikelilingi oleh konfigurasi yang

    berbeda dari kelompok referensi sosial (Newman & Newman, 1991).

    Dalam proses mencapai identitas pribadi, seseorang harus

    mensintesiskan perasaan pribadi tentang diri dengan diri publik yang

    berasal dari banyak peran dan hubungan di mana seseorang melekat

    (Newman & Newman, 1991).

    Penelitian ini akan berfokus pada remaja perempuan yang tinggal

    di pengungsian akibat letusan gunung Sinabung. Parkinson (2000)

    menjelaskan bahwa peristiwa traumatis dapat terjadi pada saat

    bencana terjadi hingga bencana telah berlalu, dalam kondisi terakhir

    ini yang disebut dengan PTSD, yang artinya bahwa peristiwa

    berkepanjangan yang dialami dari bencana meletusnya gunung

    Sinabung dan dampak yang diakibatkan yang saat ini dirasakan para

    korban tertentu saja meninggalkan kesan yang mendalam pada

    ingatan para korban dan kesan tersebut akan menimbulkan persoalan

    baru dengan munculnya berbagai macam gangguan psikologis.

    Adapun yang termasuk extreme stressor pemicu PTSD antara lain

    kecelakaan serius atau bencana alam, pemerkosaan atau tindak

    kriminal yang disertai dengan kekerasan, peperangan terbuka,

    pelecehan seksual pada anak-anak, menyaksikan peristiwa traumatik,

    dan kematian tiba-tiba dari orang-orang yang sangat dicintai (Foa et

    al., 1999). Maka letusan gunung Sinabung dapat menjadi salah satu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    pemicu munculnya PTSD. Hal ini dilihat dari gejala-gejala PTSD

    yang ada pada remaja penyintas letusan gunung Sinabung.

    Pengetahuan dan penelitian-penelitian yang terakumulasi saat ini

    telah mendukung keyakinan bahwa anak-anak dan remaja yang

    terkena bencana sering menderita gejala PTSD. Pada umumnya yang

    menjadi gejala khas pada anak setelah terjadinya bencana alam yaitu

    ketakutan, depresi, menyalahkan diri sendiri, rasa bersalah,

    kehilangan minat sekolah dan kegiatan lainnya, perilaku regresif,

    gangguan tidur, nafsu makan berkurang, konsentrasi yang buruk,

    agresivitas, kecemasan akan perpisahan (Baggerly & Exum, 2008).

    Namun gejala yang ditimbulkan bervariasi berdasarkan tingkat

    perkembangan anak, pengalaman pribadi, kesehatan emosional atau

    fisik, dan tanggapan orangtua terhadap kejadian tersebut (Vogel &

    Vernberg, 1993).

    Anak-anak dan remaja yang terkena dampak bencana alam besar

    biasanya mengalami depresi dan ganguan psikologi lainnya.

    Goenjian, (1994 ) mencatat bahwa pada delapan belas bulan setelah

    bencana, sekitar 29% hingga 81% anak-anak dan remaja di daerah

    yang paling terkena bencana di Armenia mengalami depresi. 14 anak-

    anak melaporkan gejala seperti temperamen pendek, melihat hal-hal

    buruk dan tidak menyenangkan di masa depan, merasa bosan,

    kehilangan kepercayaan di masa depan, dan ketidak mampuan untuk

    menikmati hidup dibandingkan sebelum bencana.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    Masalah psikologis lain di antara anak-anak termasuk, gejala

    kecemasan perpisahan dari orangtua, mengkhawatirkan sesuatu yang

    buruk terjadi pada orangtua, merasa sedih dan tidak ingin bermain

    atau melakukan pekerjaan sekolah ketika orang tua tidak ada, dan

    merasa takut untuk meninggalkan rumah. Anak-anak yang terkena

    dampak bencana yang orangtuanya cenderung kurang memperhatikan

    mereka akan merasa diabaikan tidak diasuh, merasa tidak aman serta

    konsekuensi jangka panjangnya dapat mempengaruhi perkembangan

    anak.

    Anak-anak dari segala usia sangat dipengaruhi oleh tanggapan

    orangtua atau pengasuh lain terhadap bencana (Ehrenreich, 2001).

    Remaja dengan gangguan stres pasca trauma juga mungkin berisiko

    untuk masalah perilaku dan emosional. Salah satu dampak dari remaja

    yang mengalami gangguan psikologis akibat bencana alam yaitu

    masalah penyesuaian diri.

    Dari hal-hal yang sudah dijelaskan di atas maka dapat kita lihat

    bahwa anak pada usia 10-20 tahun merupakan masa pencarian jati diri

    atau menurut Erikson adalah masa identitas vs kekacauan identitas di

    mana pada masa ini akan ditemukan banyak permasalahan pada

    remaja. Selain pada tahapan pencarian identitas remaja yang terkena

    bencana alam kerap kali perkembangannya dipengaruhi beberapa

    faktor sehingga ada beberapa gejala PTSD yang mungkin ada di

    dalam diri seorang anak. Di dalam penelitian ini masa pencarian jati

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    diri remaja juga dihadapkan pada bencana maka peran serta dukungan

    orangtua sangat penting untuk perkembangan anak.

    Perspektif Sosial Budaya

    Selain dari perspektif perkembangan penelitian ini juga harus

    melihat bagaimana remaja yang terkena bencana alam dari perspektif

    sosial budaya. Dalam memandang remaja dari perspektif sosial maka

    perlu juga diperhatikan perspektif budaya tempat remaja tersebut

    berada.

    Budaya adalah perilaku dan makna yang dipelajari bersama yang

    ditransfer secara sosial dalam berbagai aktifitas kehidupan untuk

    tujuan penyesuaian dan adaptasi individu ( Marsella, 1985 ). Budaya

    dapat (1) bersifat sementara, situasional bahkan selama beberapa

    menit atau (2) bertahan lama, seperti gaya hidup etnokultura (3)

    dinamis, terus menerus dapat berubah-ubah dan dimodifikasi. Budaya

    diwakili (4) secara internal (nilai, kepercayaan, sikap,dianggap

    berharga, prientasi, epistemologi, tingkat kesadaran, persepsi,

    harapan, kepribadian) dan (5) secara eksternal (artefak, peran,

    instutusi, struktur sosial. Budaya (6) membentuk dan membangun

    realitas kita (mereka berkontribusi pada pandangan kita tentang dunia,

    persepsi dan orientasi) dengan ide, moral dan preferensi (“Ethnocult.

    Perspect. Disaster Trauma,” 2008)

    Untuk membantu para penyintas bencana, kita perlu memahami

    siapa mereka dan apa yang sedang mereka butuhkan dari perspektif

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    mereka. Untuk memahami hal ini, penting bagi kita untuk

    menghormati dan menggunakan budaya mereka sendiri di dalam

    upaya menangani bencana (Marsella, 1985). Ada variasi yang jelas

    dalam faktor budaya yang harus secara optimal dipertimbangkan

    dalam fase yang berat dan darurat seperti, keakraban, perawatan,

    variasi makanan, kebutuhan keamanan, dan pola komunikasi, dan

    masih banyak lagi faktor penentu budaya dan respons terhadap

    bencana (Marsella, 1985).

    Setiap budaya berbeda cara dalam mereka mengkondisikan dan

    mengetahui kenyataan. Ada berbagai variasi dalam budaya untuk

    menggunakan kata, perasaan, dan gambaran dalam menangani proses

    realitas. Maka, memahami pengalaman seseorang dari konstruksi

    budaya realitas membutuhkan kepekaan terhadap dasar yang kuat dari

    beberapa bahasa karena setiap budaya dapat memiliki makna yang

    berbeda dari satu kata (Marsella, 1985).

    Berbagai stresor yang muncul dalam perjalanan bencana yaitu

    ancaman hidup dan perjumpaan dengan kematian, perasaan yang tidak

    berdaya, kerugian seperti kehilangan orang yang dicintai, rumah

    maupun harta benda, dislokasi di mana harus berpindah dari satu

    lokasi dan berpisah dengan orang-orang, berasa bertanggung jawab di

    mana merasa banyak hal yang bisa diperbuat, ketakutan, dan

    kedengkian manusia (Marsella, 1985).

    Ada beberapa contoh kasus bencana alam yang menjadi masalah

    karena perbedaan budaya yaitu misalnya, pada gempa di Pakistan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    2005 (Marsella, 1985). Penduduk hidup dalam isolasi dan

    melanjutkan gaya hidup muslim dan Timur Tengah yang telah berusia

    berabad-abad. Hanya ada sedikit atau tidak ada akulturasi terhadap

    budaya urban “kontemporer” di wilayah tersebut dan tentu saja tidak

    untuk budaya Barat.

    Bahkan upaya terbaik untuk membantu dapat menjadi pertemuan

    yang bermasalah, terutama yang berkaitan dengan komunikasi,

    dinamika gender dan pola hubungan, prioritas untuk pemulihan, dan

    penerimaan jenis bantuan tertentu. Ini berarti bahwa para responden

    harus benar-benar sadar akan keterikatan dan komitmen korban

    terhadap gaya hidup budaya tertentu dan pandangan dunia.

    Ada 5 nilai yang menjelaskan perilaku orang Karo seperti yang

    digambarkan oleh Marsella pada poin keempat yaitu, budaya dapat

    diwakilkan secara internal seperti nilai, kepercayaan, sikap, harapan

    dan kepribadian. Hal ini digambarkan dari nilai aron, rakut sitelu,

    nilai-nilai kekristenan, cara berkomunikasi, tabiat masyarakat Karo

    (Tarigan, 2016).

    Aron ialah sebuah apresiasi budaya kerja sama yang sampai saat

    ini masih hidup, walau sudah mendapat pergeseran nilai dalam

    peraktiknya (Tarigan, 2016). Yang dimaksud dengan budaya kerja

    sama yaitu pada saat satu orang membutuhkan bantuan di ladangnya

    ia akan meminta bantuan kepada sesamanya untuk membantunya

    begitu juga sebaliknya. Namun seiring berjalannya waktu budaya

    kerja sama ini mengalamai pergeseran, aron bukan lagi sekedar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    kegiatan saling membantu namun berubah menjadi sebuah profesi di

    mana apabila seseorang membutuhkan bantuan untuk bekerja di

    ladangnya maka ia menyewa orang untuk bekerja, orang tersebut

    disebut “aron” yang nantinya akan digaji.

    Masyarakat Karo memiliki 15 macam sifat atau tabiat yaitu, jujur,

    tegas, berani, percaya diri, pemalu, tidak serakah, mudah tersinggung,

    berpendirian teguh, sopan, menjaga nama baik diri dan keluarga,

    rasional dan kritis, mudah menyesuaikan diri, gigih mencari

    pengetahuan, pragmatis, iri dan cemburu (Tarigan, 2008). Sifat iri dan

    pencemburu ini sering kali disebut dengan Anceng Cian Cikurak. Di

    mana perilaku tersebut yang sering mempersulit orang lain, seperti

    bergosip, merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain.

    Orang Karo diklasifikasikan menjadi empat golongan besar yaitu

    golongan pertama, yang menyatakan orang Karo adalah pemarah dan

    pendendam, mudah tersinggung dan mengutamakan harga diri

    Tarigan (2016). Namun pada keseharianya tidak semua orang Karo

    suka marah dan tersinggung, justru orang Karo sedikit lebih lembut

    dari batak lainnya. Dikatakan demikian karena sudah menjadi seperti

    stereotype kebanyakan orang terhadap suku Batak.

    Golongan kedua menyatakan orang Karo pengasih, suka menolong

    adalah kenyataan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan orang

    Karo. Sifat saling membantu pada masyarakat Karo dapat dilihat dari

    budaya “aron” adalah sebuah apresiasi budaya kerja sama yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    sampai saat ini masih hidup, walau sudah mendapat pergeseran nilai

    dalam peraktiknya.

    Golongan ketiga, menyatakan orang Karo adalah hemat dan

    berjuang mengumpulkan uang dan harta demi kepentingan prestise.

    Kebiasaan hemat ini dapat dimotivasi dua hal yaitu karena ketiadaan

    atau dikumpulkan untuk anak dan cucu. Golongan keempat yang

    menyatakan orang Karo percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Pengaruh agama masih sangat kental dalam budaya Karo.

    Sistem kekerabatan pada masyarakat Karo juga sangat

    mempengaruhi pola perilaku dan komunikasi. Pada masyarakat Karo

    ada istilah Rakut Sitelu. Dari pola kekerabatan tersebut Suku Karo

    memiliki 3 pandangan hidup. Pertama, Mehamat man kalimbubu,

    yang berarti hormat kepada kalimbubu. Kalimbubu merupakan satu

    pihak atau kelompok yang sangat dihormati dalam suku Karo

    (Ginting, 2014). Kalimbubu merupakan suatu kelompok (merga) yang

    berasal dari pihak perempuan baik itu dari istri, ibu ataupun nenek.

    Ketika perilaku mehamat/sopan tidak dilaksanakan pada suku Karo

    menyebabkan perilaku sakit hati dan mudah tersinggung.

    Kedua, metenget man senina (perhatian kepada saudara), yaitu

    peduli dan perhatian kepada saudara sendiri (Ginting, 2014). Senina

    merupakan kelompok (merga) yang sama dengan dirinya. Orang Karo

    diharapkan dapat membantu dan saling menolong dengan seninanya.

    Kata metenget ini juga mempengaruhi sifat dan tabiat masyarakat

    Karo, seperti karakter mudah menyesuaikan diri, percaya diri, rasional

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    dan kritis, dan berpendirian teguh (Tarigan, 2016). Ketika pandangan

    metenget tidak dilakukan akan menyebabkan perilaku percian/iri hati

    ketika tidak diperhatikan.

    Ketiga, adalah Metami man anak beru, yaitu menyayangi anak beru

    (Ginting, 2014). Anak beru sendiri merupakan kelompok (merga)

    yang mengambil istri dari kelompok (merga) lain yang akan menjadi

    kalimbubunya. Kata metami menyebabkan sifat orang Karo menjadi

    suka menolong, lembut bertutur kata dan tegas. Ketika perilaku

    metami tidak dilaksanakan maka sifat perdegil atau tidak loyal timbul

    pada masyarakat Karo (Tarigan, 2008).

    Selain itu budaya Karo juga sangat melekat dengan nilai-nilai

    kekristenan terlebih pada gereja GBKP (Gereja Batak Karo

    Protestan). GBKP merupakan gereja pertama yang berada di tanah

    Karo (Sinaga, 2016). Semenjak masuknya ajaran agama ke

    masyarakat Karo, agama pertama atau agama Pemena sudah mulai

    hilang. Masyarakat mulai percaya adanya Tuhan. Selain itu karena

    GBKP merupakan gereja kesukuan maka ajaranya juga masih sangat

    berpengaruh dengan budaya Karo.

    Program-progam GBKP sering kali menyematkan kebudayaan

    sehingga menunjukkan identitas jemaat ditengah masyarakat.

    Pelestarian budaya dilakukan GBKP adalah pelestarian budaya yang

    tidak menentang ajaran agama. Artinya GBKP meyakini Tuhan

    sebagai penyelamat bukan kepercayaan animisme ataupun dinamisme

    yang diyakini oleh para leluhur pada zaman belum masuknya agama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Kristen di kehidupan masyarakat Karo atau yang lebih dikenal dengan

    sebutan agama Pemena. Maka dari itu GBKP sangat berkaitan dengan

    budaya Karo maka dari itu gereja sangat berperan pada masyarakat

    Karo.

    Gereja menyadari bahwa masyarakat Karo membutuhkan suatu

    perbuatan kasih oleh gereja yang bisa langsung dirasakan oleh

    masyarakat khusus nya masyarakat Karo. GBKP menyadari hal ini,

    sehingga dirumuskan misi gereja untuk mencapai visi yang mengarah

    dan mendukung pelayanan-pelayanan diakonia. Pelayanan diakonia

    adalah pelayanan yang dilakukan berasarkan kasih dan tidak

    mengharapkan imbalan.

    Penjelasaan perspektif sosial dan budaya menunjukkan bahwa

    remaja yang terkena bencana seringkali terkena PTSD maka untuk

    menghadapi hal ini kita juga perlu mempertimbangkan perspektif

    budaya untuk membantu, karena tanggapan dari setiap budaya

    berbeda-beda terhadap banyak hal.

    Setelah melihat kedua perspektif di atas maka peneliti memandang

    bahwa remaja yang biasanya terkena bencana alam baik dari

    perspektif perkembangan, sosial dan budaya dapat menimbulkan

    suatu dampak yang negatif maka dari itu remaja yang menjadi

    penyintas bencana alam membutuhkan resiliensi untuk mendukung

    mereka untuk bangkit.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Resiliensi

    Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, di mana resiliensi merupakan

    konsep yang penting dimiliki oleh remaja yang menjadi penyintas

    bencana, karena resiliensi dapat membantu penyintas bencana alam

    keluar dari stress yang dialami. Maka pada bagian ini peneliti akan

    menjelaskan apa yang dimaksud dari resiliensi, aspek dan faktor apa saja

    yang mendukung resiliensi, bagaimana proses dan dampak resiliensi pada

    seseorang serta bagaimana konsptual awal peneliti dalam meneliti

    penelitian ini.

    Definisi Resiliensi

    Menurut peneliti terkait resiliensi mengemukakan bahwa resiliensi

    yang ada dalam diri individu mengacu pada adaptasi yang behasil

    meskipun ada risiko dan kesulitan (Masten, 1994, p.3). Sebuah

    penelitian juga mendefinisikan resiliensi sebagai konstruksi beragam

    segi yang mencakup tekad seseorang, dan kemampuan untuk

    bertahan, beradaptasi, dan memulihkan diri dari kesulitan (Taormina,

    2015).

    Lebih khusus lagi resiliensi didefinisikan secara luas sebagai

    kapasitas proses atau hasil dari adaptasi yang sukses meskipun

    tantangan atau keadaan yang mengancam individu tersebut tetap pulih

    dari trauma dan situasi berisiko tinggi dalam jangka waktu yang lama

    (p. 426, Masten . Best. & Gaemezy, 1990 dalam Kumpfer, 1999).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Sebagian besar peneliti telah mendefinisikan resiliensi lebih fokus

    pada “faktor resiliensi” atau faktor pelindung. Seringkali istilah faktor

    ini menutupi interaksi yang lebih kompleks antara pemuda yang

    resilien dan lingkungannya. Semakin diakui bahwa pemuda yang

    resilien adalah pemuda yang aktif dalam menciptakan lingkungan

    mereka sendiri (Scarr & McCary, 1983).

    Beberapa penelitian resiliensi telah menekankan proses resiliensi

    yang membantu individu mengembangkan reintegrasi tangguh setelah

    gangguan oleh tantangan tekanan. Ada beberapa faktor peningkatan

    ketahanan yang dianggap penting seperti perlindungan orangtua yang

    berfungsi dengan baik akan mempengaruhi resiliensi juga (Kumpfer,

    1999).

    Resiliensi sangat bergantung pada hubungan sistem satu dengan

    yang lain. Bencana yang terjadi dapat melunturkan segalanya seperti

    komunikasi, ketergantungan dengan orang lain di lingkungan sekitar.

    Namun, seiring pemulihan semua dapat dibangun kembali dengan

    resiliensi (Masten & Narayan, 2012).

    Tidak hanya itu saja masih banyak definisi ketahanan