proses produksi dan spesifikasi produk teh hitam

Upload: pepobh

Post on 11-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Proses kegiatan produksi utama pada PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih secara garis besar terdiri dari kegiatan produksi di kebun dan kegiatan produksi di pabrik.

TRANSCRIPT

BAB IIPROSES PRODUKSI DAN SPESIFIKASI PRODUKA. PROSES PRODUKSIProses kegiatan produksi utama pada PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih secara garis besar terdiri dari kegiatan produksi di kebun dan kegiatan produksi di pabrik.1. Kegiatan KebunKegiatan kebun merupakan kegiatan yang berkaitan dengan budidaya tanaman untuk menyediakan bahan baku pucuk teh yang diolah menjadi serbuk teh. Budidaya teh dilakukan mulai dari pembibitan teh, persiapan lahan, penanaman bibit pada lahan tanaman tahun ini, pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan dan tanamana menghasilkan serta pemetikan pucuk teh. Bahan baku berupa pucuk teh yang digunakan untuk proses pengolahan teh di PT. PN IX Kebun Semugih berasal dari kebun sendiri. Kualitas pucuk teh mempengaruhi hasil pengolahan teh sehingga diperlukan pelaksanaan fungsi manajemen yang baik mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan juga pengawasan supaya menghasilkan pucuk teh yang memiliki kualitas yang baik. a. Perencanaan1) Penetapan Jenis/KloonBudidaya teh dapat dilakukan dengan menggunakan bibit tanaman yang berasal dari biji atau stek (kloon). Pada PTPN IX Kebun Semugih (Persero) bibit tanaman yang digunakan berasal dari stek (kloon). Proses pembibitan dilakukan dengan metode stek atau metode vegetatif karena dengan metode ini akan didapatkan bibit yang lebih banyak dalam waktu yang lebih cepat. Sesuai dengan anjuran PPTK (Pusat Penelitian Teh dan Kina) tahun 1998, kloon yang digunakan pada PTPN IX Kebun Semugih (Persero) adalah jenis Gambung 7, Gambung 9, Gambung 11 dan TRI 2024. Perencanaan jenis teh atau klonn yang digunakan sebagai bibit perlu direncanakan terlebih dahulu. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal sebelum melakukan pembibitan maka tanaman induk yang akan digunakan untuk pembibitan harus dipelihara dengan baik. Tanaman induk dipelihara secara khusus di kebun induk yang tidak termasuk dalam kebun produksi. Untuk saai ini jenis teh yang menjadi unggulan di Kebun Semugih adalah Gambung 7, Gambung 9 dan Gambung 11. Perbedaan fisik kloon gambung yang dapat dilljat secara kasat mata adalah warna daunnya. Gambung 7 memiliki warna daun yang hijau terang, sedangkan Gambung 9 memiliki daun berwarna kekuningan. Berbeda lagi dengan Gambung 11 yang daunnya berwarna hijau agak muda.

2) Penetapan Lokasi PembibitanLokasi pembibitan dipilih dekat dengan kebun dan letaknya strategis. Letak yang strategis yang dimaksudkan adalah dekat dengan jalan sehingga memudahkan untuk pengangkutan. Lokasi yang dekat dengan kebu teh akan menekan biaya pengangkutan sehingga tidak terlalu besar. Lokasi pembibitan juga harus dekat dengan sumber air dengan maksud agar mempermudah proses pengairan dan penyiraman bibit. Selain itu, lokasi pembibitan haruslah dipilih lokasi yang mendapatkan sinar matahari dengan baik sehingga proses pembibitan dapat berjalan dengan baik.Lokasi pembibitan di PTPN IX Kebun Semugih adalah sepetak tanah yang dibatasi dengan pagar yang terbuat dari bambu. Pagar bagian bawah terbuat dari bambu yang dianyam, sedangkan pagar bagian atas terbuat dari bambu yang ditata vertikal. Tujuan dari pembuatan pagar yang seperti ini adalah untuk melindungi bibit dari serangan binatang liar serta untuk menghalau angin agar tidak merusak bibit. Pada lokasi pembibitan juga dibuat naungan berupa anyaman bambu yang berfungsi untuk melindungi bibit dari sinar matahari langsung yang berlebihan serta hujan. Lahan yang digunakan untuk lokasi pembibitan harus disediakan secara khusus agar pemeliharaan dan penyimpanan bibit nantinya dapat dilakukan secara seragam dan baik. Luas lahan pembibitan di PTPN IX Kebun Semugih kurang lebih adalah seluas 3 Ha. Lahan pembibitan dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 90 cm dan panjang 11 m atau menyesuaikan kondisi lahan, serta jarak antar bedengan adalah 60 cm. Di lokasi pembibitan luas lahan juga dikurangi untuk pembuatan jalan, saluran/selokan air, sumur serta banguan semi permanen untuk penyiapan bibit sebelum ditanam di media stek. Jumlah stek yang dapat dipelihara pada lokasi pembibitan adalah sekitar 600.000 bibit/ha yang dapat ditanam pada areal penanaman seluas 35 Ha dengan populasi tanaman minimal 16.000 pohon/ha dengan asumsi bibit yang hidup sebesar 90 %.3) Penetapan Lokasi PenanamanLokasi yang digunakan sebagai lahan untuk penanaman bibit teh disebut dengan lahan TTAD (Tanam Tahun Akan Datang). TTAD adalah perencanaan lokasi penanaman tanaman teh untuk menggantikan tanaman lain di tahun yang akan datang. Kriteria lahan dipilih sebagai lahan TTAD adalah :a) Populasi tanaman per hektar dibawah standar ( < 8000 pohon/ha)b) Tanaman di lahan tersebut telah tua rentac) Produktivitas rendahd) Pergantian jenis/kloon yang lebih unggulSatu tahun sebelum dilakukan TTAD, diperlukan perencanaan untuk menentukan blok tanaman teh yang akan diganti atau diremajakan. Lahan yang digunakan dapat berasal dari lahan bekas tanaman lain atau tanaman sejenis. Setelah diketahui blok tanaman teh yang akan diganti maka pada tanaman di lahan tersebut dilakukan pemetikan gendesan beberapa bulan sebelum tanaman tersebut dibongkar. Pemetikan gendesan dilakukan dengan memetik semua pucuk teh yang berujuan agar tidak ada pucuk teh yang tertinggal sehingga kerugian akibat pembongkaran dapat dikurangi.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam TTAD adalah sebagai berikut :a) Pembongkaran tunggul Membongkar tunggul tanaman lama (tanaman teh dan pohon pelindung yang mati) dengan dicabut memakai katrol atau cangkul secara manual. Pembongkaran juga dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan bahan kimia garlon yang akan mematikan pohon. Akan tetapi pembongkaran secara kimia memakan waktu yang lama.Tunggul beserta akar-akar tanaman lama dikeluarkan semua dari tanah dan akar dikumpulkan dan dibawa ke pabrik sebagai bahan bakar.b) Pembersihan dan meratakan tanah Setelah tunggul dibongkar selanjutnya dilakukan pembersihan akar-akar pohon dan juga perataan tanah. Kegiatan pembersihan tanah dengan pencangkulan yang dilakukan dengan kedalaman 20-25 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan akar rimpang (Rhizoma) dan perakaran tanaman lama yang masih tertinggal supaya tidak timbul jamur akar. Perataan berfungsi untuk mempermudah pambuatan contour teras. Diupayakan permukaan tanah rata terutama tanah sisa galihan/dongkelan tanaman sebelumnya. c) Pembuatan JalanApabila jalan sebelumnya sudah ada dan masih bisa dipakai kembali pembuatan tidak dilakukan, kegiatan yang dilakukan tinggal perbaikan seperlunya. Macam-macam jalanya antara lain : jalan angkutan, jalan lintas, jalan setapak. Naik turunnya jalan dibuat tidak terlalu curam, maksimal 30o.d) Pembuatan Saluran Air Dasar saluran air sebagai pengaman erosi dibuat dengan derajat kemiringan 1%, dengan ukuran lebar 50 cm dan kedalaman 60 cm disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pada tepi saluran air dapat ditanami rumput Glutemala untuk memperkuat tampingan.e) Pembuatan TerasTerasiring dibuat pada awal persiapan setelah pembersihan lahan serta perataan tanah. Untuk kebun yang curam/miring sangat dianjurkan pembuatan terasering, hal ini untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Dalam pembuatannya, lebar teras disesuaikan dengan kemiringan lahan, semakin miring semakin lebar. Untuk standar lebar teras berkisar 70-110 cm. Teras dibuat miring kedalam, agar tidak mudah longsor di musim penghujan.f) Penanaman pohon pelindungPTP Nusantara IX Kebun Semugih memiliki ketinggian 600-800 m dpl. Untuk tanaman teh yang berada dibawah 1000 m dpl sebaiknya di beri tanaman naunganyang berfungsi sebagai penahan terpaan angin kencang, mencegah penguapan yang berlebihan serta pelindung dari radiasi sinar ultraviolet, terlebih ketika musim kemarau. Tanaman pelindung dibagi menjadi dua, yaitu pelindung sementara dan pelindung tetap. Pelindung sementara difungsikan untuk tanaman baru. Tanaman yang dipakai sebagai pelindung sementar adalah jenis Legumineceae seperti Tephrosia sp (orok-orok). Tanaman pelindung tetap berupa tanaman permanen yang berumur panjang. Jenis yang dipakai untuk pelindung tetap antara lain Lamtoro, Ramayana, Greavillea robusta dan Kina.4) Perencanaan Proses ProduksiPerencanaan proses produksi dilakukan untuk membuat acuan bagi pelaksanaan proses produksi dengan tujuan agar tidak terjadi kekeliruan atau penyimpangan dalam pelaksaan proses produksi. Oleh karena itu perlu dibuat jadwal kegiatan pelaksanaan proses produksi agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai.b. Pengorganisasianc. Pelaksanaan1) PembibitanPembibitan tanaman teh dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu bibit tanaman yang berasal dari biji (generatif) atau stek (vegetatif). Pada PTPN IX Kebun Semugih (Persero) bibit tanaman yang digunakan berasal dari stek (vegetatif). Pembibitan dengan stek dipilih karena dengan metode ini akan didapatkan bibit yang lebih banyak dalam waktu yang lebih cepat. Disamping itu dengan stek sifat unggul dari pohon induk dapat diperahankan.Kebun induk yang akan dipergunakan harus dijamin kemurnian klonnya, dan mempunyai potensi produksi dan kualitas yang tinggi (kloon anjuran). Stek teh diambil dari kebun induk yang dikelola khusus dan dipangkas 4 bulan sebelumnya. Mutu bahan stek sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan kesuburan pohon induk, teknik pengambilan, pengemasan dan pengangkutannya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pembibitan :a) Persiapan lahanSyarat lahan yang digunakan untuk pembibitan : Dekat dengan jalan untuk memudahkan pengangkutan Dekat dengan sumber air untuk Topografi datar Jauh dari gangguan binatang-binatang liar yang mungkin mengganggu Intensitas penyinaran matahari pagi secara langsungb) Penyiapan bangunanBangunan tersusun dari tiang-tiang yang dilengkapi blandar untuk naungan. Dilengkapi pagar untuk menghalau binatang yang mungkin dapat mengganggu kegiatan pembibitan. Selain itu bibit stekan yang nantinya akan ditanam harus mendapatkan perlakuan khusus, terutama dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengandung ultraviolet, hal ini dapat menyebabkan bibit terbakar atau layu. Untuk itu perlu dibuatkan naungan di atas pembibitan. Bahan yang biasa dipakai sebagai naungan adalah bambu yang sudah dianyam. Ketinggian naungan dari permukaan tanah sekitar 2 mc) Pembuatan media tanamMedia tanam untuk bibit teh adalah tanah yang terdiri dari dua jenis tanah yaitu tanah subsoil dan tanah topsoil. Tanah topsoil diambil dari dari lahan yang biasanya ditumbuhi tanaman-tanaman perdu (tanaman besar) yang diambil permukaannya ( tanah lapisan atas) sedangkan tanah subsoil adalah tanah bagian bawah yang berwarna tanah merah. Tanah yang sudah diambil kemudian diayak dahulu dengan tujuan untuk memisahkah tanah dari tanah yang menggumpal, batu, krikil atau juga dari akar-akar pohon. Pengayakan dilakukan dengan ayakan pasir yang berukuran 1 x 1 meter. Selanjutnya tanah topsoil dicampur dengan pupuk organik (kompos dan pupuk kandang) dan juga pupuk anorganik (Urea, sdt)d) Fumigasi Fumigasi adalah proses sterilisasi tanah agar terbebas dari nematoda atau penyakit-penyakit ynag terbawa dari lahan yang diambil tanahnya. Proses fumigasi dilakukan dengan mencampur media tanam dengan Basamide 150 g/m3 secara merata. Agar pencampuran dapat merata, cara pencampuran basamide dilakukan lapis demi lapis berselang-selang dengan tanah kemudian diaduk dengan rata. Tanah yang difumigasi diusahakan dalam keadaan lembab, oleh karena itu setelah pencampuran perlu disiram dengan air secukupnya tapi jangan terlalu basah. Tanah atau media tenam yang sudah dicampur dengan basamide kemudian ditutup dengan lembaran plastik selama dua minggu ( 15 hari). Setelah itu tutup plastik dibuka dan tanah diangin-anginkan selama 15 hari untuk menghilangkan gas yang dihasilkan saat proses fumigasi. Gas hasil fumigasi ini harus dihilangkan karena tidak baik untuk bibit yang akan ditanam. Setelah itu tanah disiram dengan air tawar dan air tawas ( 1 kg untuk 25 m3) yang berfungsi agar tanah tidak panas. e) Pengisian media tanam ke kantong plastik (bekong)Polybag atau kantong plastik yang digunakan sebagai wadah untuk media tanaman memiliki panjang 25 cm, lebar 12 cm serta tebal 0,04 mm. Pada 1/3 bagian bawah kantong plastik dibuat lubang sebanyak 10 buah (masing-masing 5 lubang untuk sisi kanan dan kiri) dengan diameter lubang 0,5-1 cm. Pada bangian tengah alas plastik juga digunting agar berlubang. Fungsi lubang di polybag ini adalah untuk peresapan air dan juga pertukarn udara dari dan ke dalam tanah yang ada didalam polybag.Media tanam yang berupa tanah topsoil dimasukkan ke dalam 2/3 bagian kantong polybag, sedangkan tanah subsoil dimasukkan ke 1/3 bagian sisanya. Pengisian tanah tidak boleh terlalu padat dan jangan ditekan, cukup dengan menjatuhkan tanah beberapa kali sambil dipegang tepi bagian atas kantong plastiknya. f) Pembuatan bedenganBedengan dibuat dengna ukuran lebar 1 m dan panjang tergantung kedadaan maksima 15 cm. Jarak antar bedengan satu dengan yang lain adalah 60 cm. Antar bedengan dibuat parit untuk pembuangan air sedalam 5-10 cm. Lantai digemburkan terlebih dahulu kemudian bekong-bekong disusun dengan rapi dan berbaris tegak. Selanjutnya bekong-bekong yang terlah disusun di tutup dengan lembaran plastik agar terhindar dari air hujan. Sebelum disangkup dengan lembaran plastik, terlebih dahulu dibuat rangka sangkup dari belahan bambu dan rafia. Bentuk rangka sungkup berupa setengah lingkaran atau bentuk atap rumah. Tinggi puncak rangka sungkup 40 cm dari permukaan bekong. g) Penyiapan stekresRanting stek (stekres) diambil dari pohon induk yang khusus dipelihara untuk dijadikan bibit stekres. Stekres mulai dapat diambil dari pohon induk 4-5 bulan setelah pemangkasan agar didapat cabang-cabang baru yang telah matang ( panjang pangkal stekres 10 cm dan berwarna coklat). Cara pengambilan stekres adalah sebagai berikut : Seminggu sebelum pengambilan ranting stek, pucuk dipetik (tipping) untuk memacu perkembangan mata tunas dan menguatkan helaian daun Rating stek yang cukup matang dipotong 15 cm dari bidang pangkasan, pada perbatasan warna coklat dan hijau Pengambilan ranting dilakukan secara selektif dan bertahap. Ranting stek yang baik adalah yang tumbuh sehat, tegar, mengarah ke atas dan berdaun mulus, berwarna hijau tua mengkilap.Stek (cutting) diambil dari ranting stek sepanjang 1 ruas dan memiliki 1 helai daun. Stek yang diambil adalah bagian tengan ranting stek yang berwarna hijau tua, sedangkan yang berwarna coklat (bagian pangkal) dan yang berwarna hijau muda (bagian ujung) tidak digunakan. Pemotongan stek dilakukan dengan pisau tajam, panjang potongan 3-4 cm di bawah ketiak daun dengan kemiringan 45o dan 0,5 ccm diatas ketiak daun. Tunas diketiak daun jangan terlalu panjang, maksimal 5 cm dan apabila tunasnya lebih dari 5 cm maka harus dipotong. Arah potongan juga harus diperhatikan untuk menghindari tetesan air, sehingga arah kemiringan potongan harus menghadap keluar. Arah potongan yang salah akan membuat tetesan air mengalir ke tunas diketiak daun dan membuatnya busuk sehingga tunas tidak dapat tumbuh menjadi bibit tanaman teh. Daun stekres harus dipotong separuhnya agar saat tumbuh nanti tidak akan menghalangi pertumbuhan bibit yang lain. h) Penanaman stekSebelum dilakukan penanaman, bekong yang sudah tersusun dalam bedengan disiram dengan air bersih sampai cukup basah (7-10 L untuk 300 bekong). Menjelang penanaman cutting direndam dalam larutan dithane M45 0,2 % selama satu menit, kemudian pangkal stek dicelupkan ke dalam perangsang akar rootone F (100 gram untuk 5000 stek). Pemeberian rootone bertujuan untuk memacu pertumbhan akar. Kemudian stek cutting ditancapkan ke dalam polibag yang sudah diberi lubang dengan tugal dengan kedalaman 3 cm. Selanjutnya polibag disiram dengan air bersih dan disemprot dengan insectisida (sidamethrin). Terakhir bedengan ditutup segera dengan sungkup plastik. Bagian tepi dan samping lembaran sungkup dibenamkan pada sisi bedengan kemudian ditimbun dengan tanah.i) Pemeliharaan bibitBibit yang sudah berada dalam bedengan ditutup dengan plastik (sungkup) selama 2 bulan. Kemudian dilakukan penyulaman serta penyiraman dengan pupuk dan air tawar. Satu bulan selanjutnya dilakukan pelatihan bibit terhadap lingkungan sekitar. Kegiatan ini dilakukan dengan membuka secara bertahap sungkup bedengan sampai bibit benar-benar kuat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Pelatihan ini dilakukan sampai bibit berumur 7 bulan. Selanjutnya dilakukan seleksi bibit, dipisahkan bibit dengan perbedaan ukuran tanaman. Setelah umur 5-6 bulan dilakukan pemupukan sebanyak 3 kali. Kemudian bibit di seleksi bedasarkan tingkat sehatan bibit tersebut dan bibit siap dibawa kekebun (umur 10-11 bulan) dengan ketinggian minimal 25 cm dengan helai daun 5-6 helai sempurna.2) TTI (Tanaman Tahun Ini)Tanaman Tahun Ini (TTI) dilakukan dengan tujuan antara lain: mengganti tanaman yang produktivitasnya sudah rendah (dibawah 900 kg/ha) serta populasi tanaman per hektar dibawah standar. Kegiatan TTI merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan TTAD. Bibit yang akan ditanam dipersiapkan 1 tahun sebelumnya. Bibit yang sudah siap salur kemudian ditanam pada lubang tanam yang telah dipersiapkan dengan jarak antar tanaman 55 cm dan jarak antar baris lubang tanam adalah 100 cm. Kemudian tanah disekitar tanaman sedikit dimmampatkan agar tanaman baru tidaak roboh karena angin/hujan. Penanaman teh dilakukan pada kisaran bulan November dan Desember karena pada bulan tersebut curah hujan sudah cukup yaitu selama 7 hari berturut-turut. Selain pembuatan lubang tanam dan penanaman teh, pada TTI dilakukan pemeliharaan jalan, pemuatan teras, saluran air, pengendalian gulma, pemupukan fosfat dan mengajir. Dilakukan juga penanaman pohon pelindung sementara yaitu pohon Tephrosia sp (orok-orok) yang berfungsi untuk menahan tanaman dari terpaan angin kencang atau hujan lebat dan menambah kekayaan bahan organik tanah.3) PemeliharaanKegiatan pemeliharaan dilakukan pada tanaman yang telah dipindahkan dari tempat pembibitan ke kebun. Kegiatan ini bertujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan tidak mati. Pemeliharaan dilakukan saat tanaman teh memasuki masa TBM (Tanaman Belum Menghasikan) dan masa TM (Tanaman Menghasilkan).a) TBM (Tanaman Belum Menghasikan)Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) meliputi TBM I, TBM II dan TBM III. Masing-masing tahap memiliki jangka waktu 1 tahun. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan TBM adalah pemeliharaan jalan, saluran air dan teras, pembuatan rorak (lubang penahan erosi dan penampungan pupuk), penyulaman, pengendalian gulma dan hama penyakit, pemupukan serta pembentukan bidang petik. Pembentukan bidang petik dilakukan untuk memperlebar permukaan bidang petik sehingga meningkatkan produksi pucuk teh.Pembentukan bidang petik dilakukan dengan banding dan centring. Banding adalah suatu cara pembentuka bidang petik dengan cara melengkungkan batang utama dan cabang-cabang sekunder tanaman teh ke bawah tanpa mengurangi bagian-bagian tanaman. Dengan cara melengkungkan batang dan cabang tersebut akan menyebabkan terakumulasinya bahan makanan ke bagian sisi atas batang/cabang, sehingga akan merangsang pertumbuhna tunas pada bagian-bagian tersebut. Tanaman teh yang telah berumur 3-6 bulan batangnya dirundukkan dengan membentuk sudut 45o dengan permukaan tanah dengan ketinggian minimal 10-15 cm dari permukaan tanah. Untk melengkungkan batang/cabang dipergunakan buluh bambu atau cagak kayu. Kira-kira 6 bulan setelah banding 1, tunas-tunas sekunder telah tumbuh 40-50 cm kemudian dilakukan banding II dengan arah menyebar kesegala arah. Pada umumnya tunas sekunder mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda-beda, sehingga pelaksanaan banding ini dilakukan 2-3 kali minimal sampai batang/cabang tanaman teh mengarah ke 6 arah berbeda. Centring biasanya dilakukan pada saat tanaman memasuki masa TBM II setelah tanaman sudah bercabang an hanya dilakukan satu kali. Centring dilakukan dengan pemotongan atau pemenggalan pada titik poin utama batang setinggi 15-20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun. Setelah cabang baru tumbuh setinggi 50-60 cm dan terdapat cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu dipotong (decentering) pada ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar. Kegiatan pemeliharaan lain yang dilakukan pada fase TBM termasuk pembebasan gulma yang dilakukan secara manual tanpa menggunakan bahan kimia karena apabila disemprot dengan bahan kimia akan menyebabkan kematian pada tanaman teh. Agar tanaman teh tumbuh subur dan produktivitasanya tinggi maka perlu dipacu dengan pemberian pupuk. Pemupukan dilakukan pada daun maupun pada tanah. Pemupukan lewat daun dilakukan dengan menggunaka pupuk daun dan biopolan yang banyak mengandung kandungan organik. Pemupukan lewat tanah menggunakan pupuk anorganik yaitu KCL, UREA, ZA, TSP, KISERIT. Pemupukan dilakukan 5-6 kali dalam satu tahun dengan dosis yang berubah-ubah tergantng dengan keadaan tanah dan tanaman. Untuk mengetahui dosis yang sesuai dilakukan analisa daun dan tanah. Sampel daun dianalisa untuk mengetahui kesehatan tanaman. Sedangkan sampel tanah dianalisa untuk mengetahui kandungan unsur-unsur hara dalam tanah dan tingkat kesuburan tanah. b) TM (Tanaman Menghasilkan)Setelah masa TBM berakhir, tanaman memasuki tahap TM yaitu tanaman sudah dapat berproduksi secara normal. Masa produksi TM sangat lama, yaitu berakhir ketika produksi tanaman mulai menurun dan dilakukan pembongkaran. Kegiatan dalam tahap ini meliputi pemeliharaan jalan, konservasi tanah (menjaga kesuburan tanah), pengendalian gulma dan hama penyakit, pemupukan, pangkasan, pengolahan tanah, dan pemeliharaan pohon pelindung. Pemupukan dilakukan 4 kali dalam setahun dengan cara dibenamkan dalam tanah dan juga melalui pupuk daun (bayfolan) yang dicampur dengan pestisida (Zing Sulfat) dengan cara disemprotkan satu minggu sekali. Pemangkasan dilakukan setiap 3-4 tahun sekali dengan ketinggian 55-60 cm dari permukaan tanah. Tujuan dari pamangkasan adalah untuk menurunkan kembali bidang petikan sehingga tidak terlalu tinggi dan mudah dipetik serta merangsang pertumbuhan cabang dan tunas-tunas baru. Pengendalian hama/penyakit termasuk sangat penting karena ketika musim hujan daun teh rawan terserang Blyster blight yaitu cacat pada daun seperti tumor serta hama-hama yang lain.4) Produksi Pucuk TehBahan baku merupakan elemen terpenting dalam proses produksi, yang nantinya diolah dari bentuk mentah menjadi produk jadi. Pengadaan bahan baku untuk pembuatan teh hitam secara keseluruhan pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih berasal dari kebun milik sendiri dengan luas areal perkebunan teh 410.69 Ha yang terbagi menjadi dua kebun yaitu Banyumudal 256.38 Ha dan Sima 155.31 Ha. Kualitas bahan baku sangat berpengaruh terhadap kualitas mutu dari teh yang dihasilkan. Bahan baku pucuk teh yang dihasilkan adalah daun muda yang dipetik sampai daun yang kedua yaitu terdiri dari peko (calon pucuk yang masih tergulung).Sebagai pertimbangan keberlangsungan jalannya industri, maka penyediaan bahan baku sangat penting untuk diperhatikan. Teh yang bermutu tinggi biasanya didapatkan dari pengolahan daun teh muda. Faktor utama yang dituntut dalam mutu pucuk teh adalah senyawa polifenol teh (golongan catechin) dan enzim polifenol oksidase yang harus tetap terjaga, baik jumlah maupun mutunya. Kedua zat ini terletak terpisah dalam sel daun, senyawa polifenol di vakuola dan enzim polifenol oksidase di kloroplast. Sehingga keduanya tidak akan saling kontak yang menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi. Kondisi seperti ini harus dipertahankan sampai pucuk teh diolah di pabrik. Reaki oksidasi polifenol dalam pucuk teh yang tidak terkendal biasanya terjadi karena faktor lingkungan. Daun yang sudah tidak utuh lagi atau terperam adalah daun yang bekualitas buruk. Suhu dan tekanan pucuk teh yang dipetik akan mengakibatkan terjadinya respirasi yang menghasilkan panas. Peningkatan suhu dan tekanan mekanis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Penggenggaman pucuk teh yang terlalu lama di tangan pemetik. Pemadatan pengisian pada wadah petikan. Timbunan pucuk yang terlalu tebal. Sinar matahari yang terlalu terik dan langsung mengenai pucuk teh. Pemadatan didalam kendaraan pengangkutan dari kebun ke pabrik. Dalam pengandaan bahan baku, ada beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain : a) Pemetikan Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk teh yang memenuhi syarat pengolahan dan juga berfungsi sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara terus - menerus dan berkesinambungan. Pucuk teh dipetik pagi hari jam 05:30 WIB sampai selesai oleh para pemetik dibawah pengawasan mandor. Pemetik teh di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Semugih terbagi menjadi 8 kelompok dan tiap kelompok dipimpin oleh satu mandor petik. Jumlah pemetik teh tiap kelompok berkisar antara 50-70 orang. Pemetikan dilakukan tanpa merusak pertumbuhan tunas - tunas baru, sehingga diterapkan sistem pembagian kerja agar diperoleh siklus petik 7 8 hari untuk tiap-tiap kelompok petik. b) Rumus petikan Dalam melakukan pemetikan, digunakan penerapan rumus pemetikan. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan kualitas petikan yang sesuai dengan standar pabrik. Rumus dalam pemetikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu : Pucuk halus maksimal 10% (P+1, P+2m) Pucuk medium minimal 70% (P+2, P+3m, B+1m, B+2m, B+3m) Pucuk kasar maksimal 20% (P+3, P+4, B+1t, B+2t) Keterangan : P = Peko, B = Burung, M = Muda, T = Tua Di PTP Nusantara IX Kebun Semugih menggunakan rumus petikan medium. Sebenarnya semakin muda pucuk, semakin baik kualitasnya. Tetapi dengan sistem pemetikan yang memiliki siklus, maka pemetikan yang dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan pucukyang akan datang. Petikan yang dikehendaki PTPN IX Kebun Semugih adalah : P+1, P+2, P+3M, B+1, B+2, B+3.c) Siklus petikan Pemetikan dilakukan tanpa merusak pertumbuhan tunas-tunas baru, sehingga diterapkan sistem pembagian kerja agar diperoleh siklus petik 7 8 hari untuk tiap-tiap kelompok petik. d) Jenis petikan Jenis-jenis pemetikan yang dilakukan selama daun pangkas terdiri dari : Pemetikan jendangan Jenis petikan jendangan dilakukan apabila 25% dari areal blok yang dipangkas telah bertunas yang mencukupi untuk dipilih pada ketinggian petik 10-15 cm dari luka pangkas. Pemetikan ini dilakukan 3-5 kali daur petik pada ketinggian yang sama oleh pemetik yang terpilih. Selanjutnya siap dilakukan petikan produksi. Hasil petikan maksimum P+3 m, B+2 m. Pemetikan produksi Petikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah lepas pemetikan jendangan sampai menjelang petikan gendesan. Tebal daun dibawah bidang ptik diusahakan setebal 15-20 cm. Jenis Pucuk yang dipetik adalah P+2 t, P+3 m, B+1 t, B+2 m. Pemetikan gendesan Petikan gendesan dilaksanakan satu sampai dengan tiga hari menjelang pangkasan. Petikan dilakukan dengan memetik semua pucuk yang memenuhi syarat mutu standar (MS) untuk diolah (dipetik bersih) tanpa memerhatikan daun yang ditinggalkan.e) Organisasi petik Untuk melaksanakan petikan yang baik dan dapat menghasilkan produksi optimal dengan pembagian group kemandoran, masing-masing group kemandoran dibagi menjadi beberapa hanca (wilayah) petik sesuai daur petik. Organisasi petikan teh dilaksanakan sebagai berikut : Masing masing afdeling (bagian kebun) dibagi menjadi beberapa group kemandoran dengan luas sekitar 50 Ha. Petikan pada masing-masing blok dilaksanakan secara giring bebek, sehingga tetap terpisahkan antara petikan group A, B, C dan seterusnya sesuai dengan luas area kemandoran agar bias dipenuhi daur petikannya dan tidak terjadi keterlambatan kemandoran. Kebutuhan jumlah petikan disesuaikan dengan luas area petikan masing-masing group kemandoran agar bias dipenuhi daur petikannya dan tidak terjadi keterlambatan petimetikan. Hasil petikan jendangan harus dipisahkan dari hasil petikan produksi. Sinder kebun, mandor kepala dan mandor petik setiap hari harus mengetahui hasil analisa petikan yang dibuat oleh bagian pabrik, sehingga bila terjadi petikan kasar dapat segera diperbaiki pada petikan hari berikutnya.