proses pembuatan minuman emulsi minyak...

72
PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK SAWIT DAN ANALISIS TEKNOEKONOMI PADA SKALA INDUSTRI YOS RIZAL PRIMA SAPUTRA DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: nguyennguyet

Post on 05-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

PROSES PEMBUATAN

MINUMAN EMULSI MINYAK SAWIT

DAN ANALISIS TEKNOEKONOMI PADA SKALA INDUSTRI

YOS RIZAL PRIMA SAPUTRA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman
Page 3: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan

Minuman Emulsi Minyak Sawit dan Analisis Teknoekonomi pada Skala Industri

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Yos Rizal Prima Saputra

NIM.F24110032

Page 4: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman
Page 5: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

ABSTRAK

YOS RIZAL PRIMA SAPUTRA. Proses Pembuatan Minuman Emulsi Minyak

Sawit dan Analisis Teknoekonomi pada Skala Industri. Dibimbing oleh TIEN R

MUCHTADI dan EMMY DARMAWATI.

Minuman emulsi minyak sawit dengan sistem emulsi minyak dalam air

(o/w) merupakan alternatif produk hilir minyak sawit dengan nilai tambah tinggi

sebagai sumber komponen bioaktif β-karoten yang efektif. Tujuan penelitian ini

adalah untuk membuat produk minuman emulsi minyak sawit yang memiliki

kandungan β-karoten tinggi dan melakukan analisis teknoekonomi pada skala

industri yang meliputi aspek teknis dan teknologis serta aspek finansial.

Pembuatan minuman emulsi minyak sawit menggunakan formula rasio fraksi

olein minyak sawit dan air 7:3, emulsifier tween 80 1%, high fructose syrup 15%,

flavor melon 1.5%, natrium benzoat 0.2%, BHT 200 ppm dan EDTA 200 ppm

dengan proses homogenisasi menggunakan homogenizer ultra-turrax kecepatan

8000 rpm selama 1, 3 dan 4 menit. Karakteristik minuman emulsi minyak sawit

dalam penelitian ini adalah stabilitas emulsi 99.56%, viskositas 660 cp, warna L*

69.76, a +13.08, b +79.66, kadar air 31.15% dan kadar beta karoten 399.07 ppm.

Analisis teknoekonomi dilakukan pada kapasitas industri minuman emulsi minyak

sawit sebesar 1000 kg CPO per hari. Produk yang dihasilkan ialah 7286 botol

minuman emulsi per hari atau 2.185.800 botol per tahun. Biaya investasi yang

dibutuhkan sebesar Rp 7,875,271,500.00 dan biaya modal kerja sebesar Rp

1,242,501,714.06. Pada harga jual Rp 8,500.00 per botol diperoleh keuntungan

sebesar 70%, BEP akan dicapai pada skala produksi 521,489.42 /tahun atau

23.86% total kapasitas produksi /tahun atau setara dengan pendapatan Rp

4,014,153,243.48 /tahun. Pada kapasitas 1000 kg CPO per hari, industri minuman

emulsi minyak sawit layak dioperasikan karena berdasarkan analisa kelayakan

diperoleh nilai NPV sebesar Rp 8,154,083,367.42, IRR sebesar 23,54%, Net B/C

2,04 dan PBP terjadi pada tahun ke-3 bulan ke-5. Berdasarkan hasil analisis

sensitivitas diperoleh bahwa perubahan harga kemasan botol gelap sampai dengan

20%, perubahan harga bahan baku CPO sampai dengan 30% dan perubahan

kapasitas produksi sampai dengan 10% masih berstatus layak.

Kata kunci: β-karoten, investasi, minuman emulsi, minyak sawit, teknoekonomi

Page 6: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

ABSTRACT

YOS RIZAL PRIMA SAPUTRA. Palm Oil Emulsion Drink Production Process

and Techno-Economic Analysis on Industrial Scale. Supervised by TIEN R

MUCHTADI and EMMY DARMAWATI.

Palm oil emulsion drink with oil in water (o/w) emulsion system is an

alternative of palm oil downstream products with high added value as effective

source of β-carotene bioactive component. The purpose of this study is to make

palm oil emulsion drink product which has high content of β-carotene and to

conduct techno-economic analysis on industrial scale covering the technical and

technological aspect as well as the financial aspects. Palm oil emulsion drink

production used ratio formula of palm olein fraction and water 7: 3, emulsifier

tween 80 1%, high fructose syrup 15%, melon flavor 1.5%, sodium benzoate

0.2%, BHT 200 ppm and EDTA 200 ppm with the process of homogenization

using ultra-turrax homogenizer speed of 8000 rpm for 1, 3 and 4 minutes.

Characteristics of palm oil emulsion drink in this study were 99.56% emulsion

stability, viscosity 660 cp, color L * 69.76, a +13.08, b +79.66, water content of

31.15% and β- carotene level of 399.07 ppm. Techno-economic analysis was

performed on emulsion drink industry with capacity of 1000 kg CPO per day. The

production volume is 7,286 bottles of palm oil emulsion drink per day or

2.185.800 bottles per year. The investment cost needed is Rp 7,875,271,500.00

and working capital cost needed is Rp 1,242,501,714.06. On the product selling

price of Rp 8,500.00 per bottle obtained 70% profit, BEP will be achieved on

production scale of 521.489 bottles per year or 23.86% of total production

capacity /year equivalent to income of Rp 4,014,153,243.48 / year. At capacity of

1000 kg CPO per day, palm oil emulsion drink industry is feasible to be operated

since based on feasibility analysis obtained value of NPV Rp 8,154,083,367.42,

IRR 23,54%, Net B / C 2,04 and PBP will be achieved in 3 years and 5 months.

The results of sensitivity analysis showed that change in dark glass bottle

packaging price up to 20%, raw material of CPO price up to 30% and production

capacity up to 10% is still feasible.

Keywords: β-carotene, emulsion drink, investment, palm oil, techno-economic

Page 7: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

PROSES PEMBUATAN

MINUMAN EMULSI MINYAK SAWIT

DAN ANALISIS TEKNOEKONOMI PADA SKALA INDUSTRI

YOS RIZAL PRIMA SAPUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 8: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman
Page 9: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman
Page 10: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman
Page 11: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman
Page 12: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman
Page 13: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

PRAKATA

Alhamdulillahhirabbil‘alamin. Puji dan syukur kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan berkah-Nya sehingga penulisan tugas akhir ini dapat

terselesaikan. Penyelesaian tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan do’a dari

semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Suyoto, Ibunda Wiwik Sri Lestari, adik M. Yosril Rafiq Irwansyah

atas dukungan, semangat, kasih sayang dan do’a yang selalu diberikan kepada

penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi sebagai dosen pembimbing akademik dan tugas

akhir, Dr. Ir. Emmy Darmawati, MSi sebagai dosen pembimbing tugas akhir

atas ilmu, waktu, bimbingan, kesabaran dan motivasi yang diberikan kepada

penulis untuk menyelesaikan studi dan tugas akhir.

3. Dr. Elvira Syamsir, STP, Msi sebagai dosen penguji atas kesediaannya menguji

dan saran yang diberikan

4. Segenap tenaga pengajar, laboran (Pak Gatot, Bu Antin, Pak Rojak, Pak

Yahya) dan pegawai Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas

Teknologi Pertanian dan Institut Pertanian Bogor atas segenap ilmu dan

bantuan yang diberikan.

5. Rena Christdianti, Kak Lorenzia Ajeng Pradipta, Kak Faris Fathurrohman, Kak

Nurlita Dianingsih dan Kak Winda Harlen sebagai partner penelitian minyak

sawit atas seluruh bantuan yang diberikan. Anggun Dwi Puspo Supomo

sebagai teman satu pembimbing, Nana Sutisna, Cynthia Andriani, Randy

Pramuditha Arifin, Aisyah Asysyifaturrahman serta seluruh keluarga besar

teman-teman seperjuangan ITP 48, Rizki Anjal Puji Nugroho, Gian Virgiawan

dan warga Wisma Badenten, M. Umar Said Muksini, Farid Huseini, Anugerah,

Sandi R. , Khaidar Hazmi dan seluruh penghuni Soka Buntu 16 atas support

yang diberikan

6. Dra. Alfa Chasanah, MA dan seluruh keluarga besar UKM IPB Debating

Community untuk inspirasi dan semangat yang diberikan kepada penulis

selama perkuliahan di IPB serta kolega di UKM IAAS LC IPB, FBI Fateta dan

FSDMA C2 48 atas kesempatan belajar yang diberikan kepada penulis.

7. Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI (DIKTI), atas

batuan pembiayaan penelitian melalui program Hibah Kompetensi.

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang baik

secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penyelesaian studi

dan penulisan tugas akhir penulis.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak

dan perkembangan ilmu dan teknologi pangan di masa yang akan datang.

Bogor, Maret 2016

Yos Rizal Prima Saputra

Page 14: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman
Page 15: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE PENELITIAN 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Bahan 3

Alat 3

Prosedur Penelitian 3

Metode Analisis 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Proses Pemurnian Crude Palm Oil (CPO) 11

Karakteristik Minuman Emulsi Minyak Sawit 12

Analisis Teknoekonomi 15

Aspek Teknis dan Teknologis 15

Aspek Finansial 18

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 33

PR SKRIPSI 51

RIWAYAT PENULIS 54

Page 16: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik mutu CPO dan fraksi olein yang dihasilkan 11

2 Hasil analisis mutu minuman emulsi minyak sawit 13

3 SNI 01-2901-2006 15

4 Perhitungan biaya investasi 19

5 Perhitungan modal kerja 19

6 Rincian biaya produksi 21

7 Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi 22

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram Alir Pembuatan Minuman Emulsi Minyak Sawit (Modifikasi dari

Surfiana 2002) 4

2 Minuman emulsi minyak sawit 13

3 Grafik perubahan nilai NPV terhadap kenaikan harga botol kaca gelap 24

4 Grafik perubahan nilai IRR terhadap kenaikan harga botol kaca gelap 24

5 Grafik perubahan nilai Net B/C terhadap kenaikan harga botol kaca gelap 24

6 Grafik perubahan nilai PBP terhadap kenaikan harga botol kaca gelap 25

7 Grafik perubahan nilai NPV terhadap kenaikan harga CPO 25

8 Grafik perubahan nilai IRR terhadap kenaikan harga CPO 25

9 Grafik perubahan nilai Net B/C terhadap kenaikan harga CPO 26

10 Grafik perubahan nilai PBP terhadap kenaikan harga CPO 26

11 Grafik perubahan nilai NPV terhadap penurunan kapasitas produksi 26

12 Grafik perubahan nilai IRR terhadap penurunan kapasitas produksi 27

13 Grafik perubahan nilai net B/C terhadap penurunan kapasitas produksi 27

14 Grafik perubahan nilai PBP terhadap penurunan kapasitas produksi 27

Page 17: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir tahapan penelitian 33

2 Diagram alir proses pemurnian CPO (Sari 2013) 34

3 Spesifikasi mesin, peralatan dan kemasan 35

4 Diagram alir proses dan kapasitas alat 38

5 Rincian lengkap biaya investasi 39

6 Angsuran modal investasi 40

7 Angsuran modal kerja 40

8 Rincian biaya pemeliharaan, penyusutan, bunga modal dan asuransi 41

9 Rincian biaya produksi 42

10 Proyeksi laba rugi 44

11 Rincian perhitungan BEP 45

12 Proyeksi arus kas 46

13 Perhitungan kriteria kelayakan investasi 48

14 Hasil analisis sensitivitas terhadap variabel kenaikan harga botol kaca

gelap 49

15 Hasil analisis sensitivitas terhadap variabel kenaikan CPO 49

16 Hasil analisis sensitivitas terhadap variabel penurunan kapasitas produksi

50

17 Perbandingan minuman emulsi minyak sawit dengan produk sejenis yang

ada di pasaran 50

Page 18: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman
Page 19: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elais Guineesis Jacq.) saat ini telah berkembang pesat di Asia

Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit memegang peranan

cukup strategis dalam perekonomian Indonesia, terutama dari sektor nonmigas.

Saat ini, Indonesia menjadi negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan

menyumbang 49.9% dari total produksi CPO di dunia, megungguli negara lain

seperti Malaysia, Thailand, Colombia dan Nigeria (AALI 2013). Produksi kelapa

sawit Indonesia dalam wujud minyak sawit (CPO) terus meningkat setiap tahun.

Pada tahun 1980 produksi CPO Indonesia hanya sebesar 721.17 ribu ton,

sedangkan tahun 2014 menjadi 29.34 juta ton dan estimasi tahun 2015 menjadi

30.95 juta ton atau tumbuh rata-rata sebesar 11.95% per tahun (Ditjenbun 2014).

Keunggulan minyak sawit dibandingkan dengan minyak nabati lainnya

adalah kandungan mikronutriennya cukup tinggi serta biaya produksi yang

rendah. Menurut Sumarna (2006) keunikan minyak kelapa sawit dibandingkan

dengan minyak lain adalah kandungan pigmen karotenoid yang tinggi yaitu

sebesar 500-600 ppm dengan kandungan β-karotennya setara dengan 60.000 IU

aktifitas vitamin A. Menurut Ball (2000) β-karoten merupakan karotenoid utama

yang memiliki aktivitas provitamin A yang berfungsi untuk penglihatan,

diferensiasi jaringan, reproduksi, serta imunitas. Kandungan β-karoten yang tinggi

pada minyak sawit menyebabkan minyak sawit potensial untuk dikembangkan

sebagai salah satu pangan fungsional sumber provitamin A.

Data WHO (2009) menunjukkan bahwa di Indonesia tingkat prevalensi

serum retinol <0.70 μmol/l cukup tinggi. Nilai tersebut merupakan indikator

biokimia resiko defisiensi vitamin A yang mana dari jumlah total balita dan ibu

hamil di Indonesia pravelensi defisiensi vitamin A masing-masing mencapai

4.261.000 balita (19.6%) dan 748.000 ibu hamil (17.1%). KVA dalam tubuh

dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan Nutrition Related

Diseases yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ

tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-

sel kulit. Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang

umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab utama

kebutaan di negara berkembang (Depkes 2003). Pemanfaatan minyak sawit

diharapkan dapat mendukung usaha penanggulangan masalah kekurangan vitamin

A yang merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

Minuman emulsi minyak sawit diklasifikasikan sebagai emulsi minyak

dalam air (O/W). Minuman emulsi minyak sawit dibuat dengan bahan baku utama

yaitu minyak sawit yang melalui pemurnian tanpa proses bleaching untuk

mempertahankan komponen pigmen β-karoten. Beberapa penelitian mengenai

minuman emulsi minyak sawit telah dilakukan antara lain formulasi minuman

emulsi yang memiliki kandungan β-karoten tinggi, sifat fisik, kimia dan

organoleptik yang disukai oleh konsumen dan umur simpan minuman emulsi yang

masih tetap memiliki kandungan β-karoten tinggi (Surfiana 2002), rheologi

minuman emulsi minyak sawit (Sabariman 2007), proses pasteurisasi minuman

emulsi minyak sawit (Rita 2011), optimasi bahan emulsi dengan stabilizer dan

Page 20: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

2

penentuan mutu minuman emulsi (Ruhiyatman 2013), serta optimasi formula

dengan kestabilan dan rasa yang lebih baik serta dapat diterima konsumen

(Pramesti 2014).

Minuman emulsi minyak sawit memiliki keunggulan utama yaitu sebagai

alternatif produk hilir minyak sawit dengan kandungan β-karoten tinggi. Minyak

sawit sebagai bahan dasar pembuatan minuman emulsi merupakan sumber alami

β-karoten. Selain itu,minuman emulsi minyak sawit diharapkan dapat berperan

sebagai sumber alami β-karoten yang efektif karena dapat dikonsumsi langsung

tanpa melalui proses pemanasan tinggi yang dapat merusak komponen β-karoten

(Nollet 1992). Pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku pembuatan

minuman emulsi minyak sawit selaras dengan misi-misi hilirisasi industri minyak

sawit. Penggunaan minyak sawit mentah untuk industri hilir di Indonesia saat ini

masih relatif rendah yaitu baru sekitar 55% dari total produksi. Mengingat potensi

minyak sawit Indonesia saat ini, maka sudah selayaknya diversifikasi produk hilir

kelapa sawit ditingkatkan.Selain itu, untuk memperoleh nilai tambah (added

value) minyak sawit yang lebih besar, pemerintah Indonesia telah mencanangkan

misi hilirisasi industri minyak sawit (Kemendag 2013).

Sesuai dengan dengan misi hilirisasi industri minyak sawit, produksi

minuman emulsi minyak sawit sebagai alternatif produk hilir minyak sawit

dengan nilai tambah yang tinggi perlu ditingkatkan ke skala industri. Oleh karena

itu, diperlukan analisis teknoekonomi pada skala industri yang mencakup aspek

teknis dan teknologis dan aspek finansial. Analisa teknoekonomi erat kaitannya

dengan pemecahan masalah teknik dimana indikator efisiensi ekonomi dijadikan

sebagai kriteria pemilihan alternatif. Hasil analisa tersebut akan menentukan

kelayakan suatu investasi (Newman 1990). Pada penelitian ini, dilakukan proses

pemurnian minyak sawit skala pilot plant tanpa proses bleaching,pembuatan

minuman emulsi skala laboratorium serta analisis teknoekonomi pada skala

industri dengan kapasitas produksi 1000 kg CPO/hari.

Perumusan Masalah

Saat ini Indonesia adalah negara penghasil CPO terbesar di dunia. Namun,

pemanfaatan minyak sawit untuk industri hilir yang memiliki nilai tambah lebih

tinggi masih sangat terbatas. Minuman emulsi minyak sawit tinggi β-karoten

merupakan alternatif produk hilir minyak sawit dengan nilai tambah tinggi. Dalam

rangka peningkatan produksi ke skala industri, diperlukan analisis teknoekonomi

untuk menilai kelayakan investasi. Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan

minuman emulsi minyak sawit tinggi β-karoten dan analisis teknoekonomi aspek

teknis dan teknologis dan aspek finansial.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat produk minuman emulsi minyak

sawit yang memiliki kandungan β-karoten tinggi dan melakukan analisis

teknoekonomi pada industri minuman emulsi minyak sawit yang meliputi aspek

teknis dan teknologis serta finansial.

Page 21: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai

karakteristik minuman emulsi minyak sawit dan data teknoekonomi pada industri

minuman emulsi minyak sawit sehingga hasil studi yang diperoleh dapat

menentukan layak atau tidaknya industri tersebut didirikan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, L2, Kimia

Pangan, Biokimia Pangan, Analisis Pangan dan Fat and Oil SEAFAST Center.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari 2015 – Desember 2015.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit

kasar (Crude Palm Oil/CPO) dari PT. Salim Ivomas Pratama Jakarta. Bahan

pendukung yang digunakan adalah asam fosfat 85% dan NaOH untuk proses

pemurnian CPO serta tween 80, akuades, air, BHT, EDTA, flavor melon, HFS,

asam benzoat untuk pembuatan minuman emulsi dan bahan-bahan lain untuk

analisis yang meliputi heksana (p.a) dan NaOH. Bahan pendukung diperoleh dari

toko bahan kimia Setia Guna Bogor dan Toko Bahan dan Perlengkapan Kue &

Roti Yoek’s Bogor. Bahan analisis diperoleh dari stock room Departemen ITP

IPB.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah peralatan pemurnian CPO (degumming

tank, neutralizer unit, spinner, deodorizer unit, fraksinator dan filter press),

jerigen, dan ember serta homogenizer ultra turax (model Silverson L4R armfield),

spektrofotometer, refrigerator, oven kadar air, cawan alumunium, neraca analitik,

chromameter, tabung centrifuge, Centrifuge (model 5810 R Eppendorf), kompor,

panci, termometer, alat titrasi, viscometer Brookfield dan alat-alat gelas.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu proses pemurnian CPO, proses

pembuatan minuman emulsi minyak sawit dan analisis teknoekonomi. Diagram

alir tahapan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Tahap pertama yaitu proses

pemurnian CPO bertujuan untuk menghilangkan pengotor yang terdapat dalam

CPO serta untuk memperoleh fraksi cair (olein) sebagai bahan baku pembuatan

Page 22: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

4

minuman emulsi minyak sawit. Proses pemurnian CPO terdiri dari proses

degumming, netralisasi, deodorisasi dan fraksinasi. Diagram alir proses

pemurnian CPO mengacu pada penelitian yang dilakukan Sari (2013) dapat dilihat

pada Lampiran 2. Beberapa parameter yang diamati meliputi kadar asam lemak

bebas, bilangan peroksida, bilangan iod, kadar air dan total karotenoid.

Tahap kedua adalah proses pembuatan minuman emulsi minyak sawit.

Tahap kedua bertujuan untuk memperoleh produk dan karakterisasi minuman

emulsi minyak sawit. Tahapan proses pembuatan minuman emulsi minyak sawit

mengacu pada modifikasi formula Surfiana (2002) dapat dilihat pada Gambar 1.

Tahapan pokok pada proses pembuatan minuman emulsi minyak sawit terdiri dari

proses homogenisasi selama 1, 3 dan 4 menit dengan kecepatan 8000 rpm dan

proses pasteurisasi pada suhu 70℃ selama 10 menit. Beberapa parameter yang

diamati meliputi stabilitas emulsi, kadar air, kadar β-karoten, viskositas dan warna

notasi Hunter L*,a,b

.

Homogenisasi (± 4 menit, 8000 rpm)

Emulsi O/W

Pasteurisasi 70℃, 10 menit

Flavor Melon 1.5%

Homogenisasi (± 3 menit, 8000 rpm)

HFS 15%

Olein Minyak Sawit 70%

BHT 200ppm

EDTA 200ppm

Homogenisasi (± 1 menit, 8000 rpm)

Ditambahkan perlahan-lahan sambil dihomogenisasi

Air 30%

Tween 80 1%

Na Benzoat 0.2%

Homogenisasi (± 1 menit, 8000 rpm)

Gambar 1 Diagram Alir Pembuatan Minuman Emulsi Minyak Sawit (Modifikasi dari

Surfiana 2002)

Page 23: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

5

Tahap ketiga adalah analisis teknoekonomi. Tahap ketiga bertujuan untuk

mendapatkan informasi mengenai industri minuman emulsi minyak sawit

sehingga dapat ditentukan layak atau tidaknya industri minuman emulsi minyak

sawit didirikan. Prosedur analisis teknoekonomi pada penelitian ini terdiri dari

aspek teknis dan teknologis serta aspek finansial. Parameter yang diamati pada

aspek teknis dan teknologis meliputi spesifikasi bahan baku, pemilihan mesin,

peralatan dan kemasan serta penentuan kapasitas produksi dan teknologi proses.

Sedangkan parameter yang diamati pada aspek finansial meliputi biaya investasi,

biaya modal kerja, biaya produksi, Break Even Point (BEP), kriteria kelayakan

investasi dan analisis sensitivitas.

Metode Analisis

Analisis Kadar Air, Metode Oven (AOAC 2012) Sampel sebanyak 3-5 gram ditimbang dan dimasukkan dalam cawan

alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kemudian sampel dan

cawan dikeringkan dalam oven bersuhu 105 0C selama 6 jam atau hingga beratnya

konstan. Cawan didinginkan dan desikator dan ditimbang, kemudian dikeringkan

kembali sampai diperoleh bobot tetap. Kadar air sampel dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑔/100 𝑔𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ =𝑊 − 𝑊1 − 𝑊2

𝑊𝑥 100

Keterangan :

W = bobot contoh sebelum dikeringkan (g)

W1 = bobot contoh + cawan kering kosong (g)

W2 = bobot cawan kosong (g)

Analisis Total Karotenoid, Metode Spektrofotometri (PORIM 2005)

Sebanyak 0.1 gram sampel dilarutkan dengan heksana dalam labu takar 25

mL sampai tanda tera, lalu dikocok hingga benar-benar homogen. Selanjutnya

absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang 446 nm. Pengenceran dilakukan apabila absorbansi yang diperoleh

nilainya lebih dari 0.700. Total Karotenoid dapat dihitung dengan cara :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑎𝑟𝑜𝑡𝑒𝑛𝑜𝑖𝑑 (𝑝𝑝𝑚) =25 𝑥 383 𝑥 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖

100 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

Analisis Stabilitas Emulsi, Metode Sentrifugasi (Modifikasi Yasumatsu et al.

1972) Pengukuran stabilitas emulsi dengan metode ini berdasarkan kemampuan

pembentukan emulsi setelah dilakukan pemanasan dan sentrifugasi. Prosedur

penentuannya adalah sampel emulsi dipanaskan dalam penangas air bersuhu 80oC

selama 30 menit, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 1300 rpm selama 10

Page 24: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

6

menit. Volume campuran yang masih membentuk emulsi diukur dan stabilitas

emulsi ditetapkan dengan persamaan sebagai berikut :

Analisis Asam Lemak Bebas, Metode Titrasi (AOAC 2012)

Kadar bilangan asam lemak ditentukan berdasarkan jumlah asam lemak

bebas yang terkandung dalam sampel. Sampel minyak ditimbang sebanyak 5 gram

dalam gelas erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan etanol 95% dan

dipanaskan dalam penangas air pada suhu 60 – 70 0C sambil diaduk. Tambahkan

indikator fenolftalein 1% sebanyak 2-3 tetes. Lakukan titrasi dengan NaOH 0.1 N

atau 0.25 N hingga terbentuk warna merah muda yang tidak berubah selama 30

detik. Asam lemak bebas dihitung sebagai asam palmitat dengan rumus sebagai

berikut :

𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 % = 𝑡𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 −𝑡𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 N 𝑁𝑎𝑂𝐻𝑥 25.6

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑔

Analisis Bilangan Peroksida, Metode Titrasi (AOAC 2012)

Sampel ditimbang sebanyak 5 gram ke dalam erlenmeyer 250 ml kemudian

ditambahkan sebanyak 30 ml pelarut, dikocok sampai semua sampel larut. KI

jenuh ditambahkan sebanyak 0,5 ml, didiamkan selama 2 menit di dalam ruang

gelap. Kemudian ditambahkan 30 ml air destilata. Kelebihan iod dititer dengan

larutan tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N, dengan cara yang sama dibuat penetapan untuk

blanko. Bilangan peroksida dihitung berdasarkan rumus:

𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 = 𝑡𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 −𝑡𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 𝑥 N S2O3𝑥 1000

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

Analisis Bilangan Iod, Metode Titrasi (AOAC 2012)

Sampel minyak ditimbang sebanyak 0.5 gram dalam gelas erlenmeyer 250

mL, ditambahkan 10 mL kloroform dan 25 mL pereaksi Hanus. Kemudian larutan

didiamkan di ruang gelap selama 1 jam. Setelah 1 jam, larutan ditambahkan

kalium iodida (KI) 15% lalu dikocok. Titrasi dengan Na2S2O3 0.1 N hingga warna

hampir hilang. Selanjutnya ditambahkan indikator pati 1% sebanyak 2 tetes.

Titrasi kembali sampai warna biru yang terbentuk hilang. Bilangan iod dihitung

berdasarkan rumus:

𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑜𝑑 = 𝑡𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑡𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 N Na2S2O3x 12.69

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

Page 25: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

7

Analisis Warna, Metode Kolorimeter (Hutching 1999)

Analisis dilakukan dengan menggunakan alat Minolta Chroma Meters CR

300. Prinsip kerja dari alat ini bekerja berdasarkan pengukuran perbedaan warna

yang dihasilkan oleh permukaan sampel. Pengukuran dilakukan dengan

meletakkan sampel di dalam wadah sampel berukuran seragam. Selanjutnya

dilakukan pengukuran nilai L, a, dan b terhadap sampel. Nilai L menyatakan

parameter kecerahan yang mempunyai nilai dari 0-100 (hitam-putih). Nilai a

menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan waktu kromatik campuran merah-

hijau dengan nilai +a dari 0-100 untuk warna merah dan nilai –a dari -80-0 untuk

warna hijau. Nilai b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan

nilai +b dari 0-80 untuk kuning dan nilai –b dari -80-0 untuk warna biru.

Analisis Viskositas, Metode Viskometer (Shyu dan Sung 2010)

Pengukuran viskositas bahan emulsi dan minumannya dilakukan dengan

menggunakan alat viskometer (Model RTV, Brookfield Engineering Labs,

Inc,Middleboro, MA, USA). Sejumlah sampel ±300ml dimasukkan ke dalam

wadah khusus pada alat viskometer. Pengukuran viskositas dilakukan pada suhu

25 0C. Prinsip pengukuran viskositas dengan alat ini adalah mengukur besarnya

hambatan akibat kekentalan suatu fluida yang dialami oleh silinder atau piringan

ketika berputar dalam fluida yang diukur.

Analisis β-Karoten, Metode HPLC (AOAC 1999)

Sebanyak 1-2 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup,

kemudian ditambahkan 10 mL larutan KOH 10% dalam metanol kemudian

divorteks. Setelah itu, gas nitrogen dihembuskan ke dalam tabung reaksi selama

30 detik lalu ditutup untuk mencegah terjadinya oksidasi β-karoten. Larutan

dipanaskan dalam waterbath 65oC selama 60 menit, lalu didinginkan. Setelah itu,

ditambahkan 2x10 mL heksana, kemudian divorteks, ditunggu hingga larutan

dalam tabung terpisah menjadi dua fraksi, lalu diambil larutan pada fraksi heksana

(bagian atas) dan dipindahkan ke tabung reaksi lain sambil dilewatkan pada kertas

saring yang telah diberi natrium anhidrous. Fraksi heksana yang terkumpul

diuapkan dengan gas nitrogen hingga kering. Analat kering yang diperoleh

dilarutkan dengan 1000 μl fase gerak untuk menghindari terjadinya tailing pada

kromatogram.

Selanjutnya, larutan sampel diinjeksikan ke HPLC. Volume larutan sampel

yang diinjeksi minimal 2 kali volume sampel loop (20 μl), yaitu 40 μl. Tahap

selanjutnya yaitu persiapan larutan standar dan pembuatan kurva standar, seri

pengenceran 5x, 10x, 20x, 50x, dan 100x dibuat dari larutan standar β-karoten

konsentrasi 440 μg/ml dalam basis 1000 μl. Setiap larutan standar diinjeksikan ke

HPLC, minimal dua kali volume sampel loop (20 μl), yaitu 40 μl. Hubungan

antara luas peak yang terbaca dengan konsentrasi larutan yang diinjeksikan

kemudian diplotkan, di mana luas peak sebagai sumbu y dan konsentrasi larutan

sebagai sumbu x. Kemudian peak β-karoten pada sampel diidentifikasi dengan

mencocokkan waktu retensi peak sampel dengan waktu retensi standar β-karoten.

Luas area peak β-karoten pada sampel dicatat dan dimasukkan ke dalam

persamaan kurva standar untuk memperoleh konsentrasi β-karoten sampel dari

kurva standar (μg/ml).

Page 26: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

8

Analisis Teknoekonomi

Analisis teknoekonomi membahas proses pembuatan keputusan mengenai

masalah di bidang teknik berdasarkan analisis teknik dan perhitungan ekonomi

untuk membuat pilihan terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia. Karena

penerapan kegiatan teknik pada umumnya memerlukan investasi yang relatif besar

dan berdampak jangka panjang terhadap aktivitas pengikutnya, penerapan

aktivitas tersebut menuntut adanya keputusan-keputusan strategis yang

memerlukan pertimbangan-pertimbangan teknik maupun ekonomis yang baik dan

rasional. Oleh karena itu, Ilmu Teknoekonomi sering juga dianggap sebagai

sarana pendukung keputusan (Decision Making Support) (Sukirno 2004). Analisis

teknoekonomi pada penelitian ini meliputi aspek teknis dan teknologis serta

aspekfinansial. Analisis teknoekonomi aspek teknis dan teknologis meliputi

spesifikasi bahan baku, penentuan kapasitas produksi, pemilihan teknologi proses

serta pemilihan mesin, peralatan dan kemasan. Sedangkan analisis teknoekonomi

aspek finansial meliputi biaya investasi, biaya pemeliharaan, penyusutan modal

dan asuransi, biaya produksi dan harga produk, proyeksi laba rugi, break even

point (BEP), kriteria kelayakan investasi dan analisis sensitivitas (Christdianti

2015).

1. Net Present Value

NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari

manfaat dan biaya. Dengan demikian apabila NPV bernilai positif, dapat diartikan

juga sebagian besarnya keuntungan yang diperoleh dari proyek. Sebaliknya NPV

yang bernilai negatif menunjukkan kerugian. NPV dapat dihitung dengan

persamaan berikut:

NPV = 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 𝑋 (1 − 𝑖)𝑡𝑛𝑡=0

Dimana :

NPV = Net Present Value

Bt = penerimaan pada tahun ke–t

Ct = biaya pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga (%)

t = periode investasi (t = 1,2,3, …., n)

n = umur ekonomis proyek (tahun)

Dari hasil perhitungan NPV yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai

berikut:

Jika NPV > 0, maka proyek layak untuk dilaksanakan

Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Artinya, jika NPV = 0, maka proyek akan mendapatkan modalnya kembali

setelah diperhitungkan dengan discount rate yang berlaku. Untuk NPV > 0 proyek

dapat dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV.

Sedangkan apabila nilai NPV < 0, maka sebaiknya proyek tersebut tidak

dilaksanakan dan dipertimbangkan untuk mencari alternatif proyek yang lain yang

lebih menguntungkan (Pramudya 2010).

Page 27: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

9

2. Internal Rate Return

IRR merupakan suatu tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam

suatu proyek yang nilainya dinyatakan dalam % per tahun. Suatu proyek yang

layak dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai discount

rate.

Nilai IRR merupakan nilai tingkat bunga, dimana nilai NPV-nya sama

dengan nol (Pramudya 2010). Dalam persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut:

IRR = 𝑖 ′𝑁𝑃𝑉 ′

𝑁𝑃𝑉 ′− 𝑁𝑃𝑉 ′′ 𝑖 ′′ − 𝑖 ′

Dimana :

𝑁𝑃𝑉 ′ = NPV bernilai positif

𝑁𝑃𝑉 ′′ = NPV bernilai negatif

𝑖′ = suku bunga yang membuat NPV positif

𝑖′′ = suku bunga yang membuat NPV negatif

Dari hasil perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai

berikut:

Jika IRR ≥ tingkat suku bunga, maka proyek layak untuk dilaksanakan

Jika IRR ≤ tingkat suku bunga, maka proyek tidak layak untuk

dilaksanakan

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan nilai perbandingan antara jumlah present value (nilai

sekarang) yang positif dengan jumlah present value yang negatif (Pramudya

2010). Net B/C dirumuskan sebagai berikut:

Net B/C Ratio =

𝐵𝑡−𝐶𝑡(1+𝑖)𝑡

𝑛𝑡

𝐵𝑡−𝐶𝑡(1+𝑖)𝑡

𝑛𝑡=0

𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡−𝐶𝑡<0𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐵𝑡−𝐶𝑡>0

dengan:

𝐵𝑡 = penerimaan pada tahun ke-t

𝐶𝑡 = biaya (cost) pada tahun ke-t

𝑖 = tingkat suku bunga (%)

n = umur ekonomis proyek

Kriteria Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) yaitu:

Jika nilai Net B/C > 1, maka proyek dinyatakan layak secara finansial

sehingga dapat dilanjutkan

Jika nilai Net B/C < 1, maka proyek dinyatakan tidak layak secara finansial

sehingga tidak dapat dilanjutkan

Jika nilai Net B/C =1, maka proyek boleh dilaksanakan atau tidak (Husnan

dan Suwarsono 2000)

Page 28: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

10

4. Break Even Point (BEP)

Titik impas (break even point) adalah suatu titik dimana terjadi

keseimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Di luar titik tersebut, kondisi

alternatif tersebut berbeda sehingga akan mempengaruhi pengambilan keputusan.

Titik impas disebut juga batas kritis usaha. Maksudnya adalah kapasitas atau

volume produksi yang dapat menghasilkan pemasukan atau pendapatan sekedar

cukup untuk menutupi biaya total (Pramudya 2010). BEP dirumuskan sebagai

berikut:

Qi = 𝐹𝐶

𝑃−𝑉𝐶

dengan:

Qi = Jumlah unit (volum) yang dihasilkan dan terjual pada titik impas

FC = Biaya tetap

P = Harga jual per unit

VC = Biaya tidak tetap per unit

5. Pay Back Period (PBP)

Pay Back Period (PBP) adalah waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan jumlah investasi awal (Soeharto 2000). PBP dirumuskan sebagai

berikut:

𝑃𝐵𝑃 = 𝑛 +𝑚

𝐵𝑛−1 − 𝐶𝑛−1

dengan:

n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang

terakhir (tahun)

m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (Rp)

Bn = penerimaan bruto pada tahun ke-n (Rp)

Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)

6. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dibutuhkan dalam penyusunan analisis proyek apabila

terdapat kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek

dilaksanakan atau kemungkinan terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai

biaya atau manfaat. Dalam melakukan analisis sensitivitas, maka perhitungan

yang telah dilakukan perlu diulang kembali dengan perubahan yang terjadi atau

mungkin akan terjadi. Hal ini perlu dilakukan karena dalam analisis proyek

umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur

ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang

(Pramudya 2010). Pada penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan pada kondisi

kenaikan harga kemasan botol kaca gelap sebesar 10% dan 20%, kenaikan harga

CPO sebesar 20% dan 30% dan penurunan kapasitas produksi sebesar 10% dan

20%.

Page 29: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pemurnian Crude Palm Oil (CPO)

Penelitian ini diawali dengan proses pemurnian minyak sawit kasar (CPO)

yang diperoleh dari PT Salim Ivomas Pratama. Karakteristik mutu CPO yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Proses pemurnian bertujuan untuk

menghilangkan pengotor yang berupa komponen larut dan tidak larut dalam

minyak. Komponen yang larut dalam minyak meliputi asam lemak bebas, sterol,

hidrokarbon, mono dan digliserida. Sedangkan komponen yang tidak larut dalam

minyak meliputi lendir atau getah, abu atau mineral (Ketaren 2005). Selain itu,

proses pemurnian juga bertujuan memperoleh fraksi cair (olein) sebagai bahan

baku pembuatan minuman emulsi. Secara umum, proses pemurnian CPO terdiri

dari tahap degumming, deasidifikasi/netralisasi, bleaching, deodorisasi dan

fraksinasi. Namun, proses bleaching tidak dilakukan karena proses bleaching

dapat menghilangkan 80% kadar karotenoid dalam CPO (Helena 2003). Fraksi

cair (olein) yang dihasilkan setelah melalui proses proses pemurnian ditampilkan

pada Tabel 1.

Tabel 1Karakteristik mutu CPO dan fraksi olein yang dihasilkan

Keterangan:

* : Hasil pemurnian CPO

** : Tidak dilakukan

Terdapat penurunan kadar air pada CPO sebelum dan setelah pemurnian

dari 0.25% menjadi 0.13%. Nilai kadar air CPO masih berada dalam rentang SNI

01-2901-2006 (BSN 2006) mengenai CPO (0.5 max) dan nilai kadar air olein

masih berada dalam rentang SNI 01-0018-2006 (BSN 2006) mengenai RBD Palm

Olein (0.1 max). Penurunan kadar air disebabkan karena perlakuan panas selama

proses pemurnian yang menyebabkan sebagian air mengalami evaporasi.

Keberhasilan suatu proses pemurnian CPO dinilai berdasarkan penurunan

kadar asam lemak bebas (ALB). Keberadaan asam lemak bebas dapat menjadi

indikator awal penyebab kerusakan CPO akibat proses hidrolisis. Kenaikan asam

lemak bebas dapat mempermudah oksidasi berantai yang membentuk senyawa

peroksida, aldehida, dan keton yang menyebabkan bau tengik dan pencoklatan

minyak sehingga komponen ini harus dihilangkan (Pramesti 2014). Proses

Parameter CPO Olein*

Kadar air (%bb) 0.25 0.13

Kadar asam lemak bebas

(%)

3.38 0.20

Bilangan Iod (g I2/100 g

minyak)

47.070 57.065

Bilangan Peroksida (mg/g

ekuivalen O2)

1.1605 1.1145

Total karotenoid (ppm) 543.69 -**

Page 30: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

12

pemurnian yang dilakukan berhasil menurunkan kadar asam lemak bebas dari

3.38% menjadi 0.20% atau sebesar 94%. Dengan demikian dapat dikatakan proses

pemurnian yang dilakukan telah berhasil menurunkan sebagian besar asam lemak

bebas yang ada pada CPO.

Bilangan peroksida adalah salah satu indikator yang banyak digunakan

untuk menentukan kualitas minyak. Keberadaan senyawa peroksida digunakan

sebagai indikator terjadinya oksidasi pada minyak. Asam lemak tidak jenuh dapat

mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya membentuk peroksida. Produk oksidasi

primer minyak dan lemak adalah hidroperoksida dimana ketika senyawa tersebut

mulai pecah akan menghasilkan senyawa off-flavour sehingga menurunkan

kualitas dan stabilitas minyak (Scrimgeour 2005). Bilangan peroksida minyak

sawit mentah (sebelum pemurnian) dan fraksi olein (setelah pemurnian)

mengalami penurunan dari 1.1605 mg/g ekivalen O2 menjadi 1.1145 mg/g

ekivalen O2. Hal tersebut merupakan indikator peningkatan kualitas dan stabilitas

minyak sekaligus keberhasilan proses pemurnian.

Bilangan iod menunjukkan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang

menyusun minyak, dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang digunakan untuk

mengadisi ikatan rangkap yang terdapat dalam 100 gram minyak (Faridah et al.

2014). Hasil analisis bilangan iod menunjukkan bahwa nilai bilangan iod minyak

sawit sebelum pemurnian adalah 47.07 (gI2/100 g minyak). Sedangkan, nilai

bilangan iod sesudah proses pemurnian adalah 57.07 (gI2/100 g minyak). Menurut

SNI olein minyak sawit/SNI 01-0018-2006 (BSN 2006) persyaratan bilangan iod

pada olein minyak sawit adalah minimal 56 gI2/100 g minyak. Hal ini berarti nilai

bilangan iod dari olein minyak sawit hasil pemurnian sudah sesuai SNI. Semakin

tinggi bilangan iod menunjukkan semakin banyak ikatan rangkap yang terdapat

dalam minyak. Menurut Kusnandar (2010) semakin banyak jumlah ikatan rangkap

menunjukkan minyak semakin mudah terdegradasi sehingga menurunkan

stabilitasnya.

Pengukuran total karotenoid dilakukan terhadap CPO sebelum pemurnian.

Didapatkan hasil bahwa kandungan total karotenoid pada CPO adalah sebesar

543.69 ppm. Kandungan karotenoid CPO sudah sesuai dengan penelitian Sumarna

(2006) bahwa kadar karotenoid pada CPO berkisar antara 500-600 ppm. Bahan

baku utama yang digunakan untuk penelitian ini adalah fraksi cair (olein) dari

CPO karena karotenoid lebih banyak terkandung pada fraksi cair (olein) (680-760

ppm) dibandingkan fraksi padat (stearin) (380-540 ppm) (Lai et al. 2012).

Selanjutnya, fraksi olein yang diperoleh dari pemurnian CPO digunakan sebagai

bahan baku pembuatan minuman emulsi.

Karakteristik Minuman Emulsi Minyak Sawit

Emulsi merupakan sistem seimbang antara dua atau lebih fase yang tidak

tercampur dan salah satu fase terdispersi terhadap fase yang lain. Fase yang

tersdispersi disebut sebagai fase internal atau fase diskontinu dan fase yang

lainnya disebut sebagai fase pendispersi atau fase kontinu (Mao dan Mc Clements

2011). Terdapat dua tipe fase di dalam suatu sistem emulsi yaitu fase lipofilik dan

fase hidrofilik. Untuk membentuk suatu sistem emulsi, dibutuhkan emulsifier

yang memiliki gugus lipofilik dan gugus hidrofilik sekaligus sehingga memiliki

Page 31: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

13

kemampuan untuk mengikat kedua fase tersebut. Emulsifier yang digunakan

untuk minuman emulsi pada penelitian ini adalah tween 80. Tween 80 merupakan

emulsifier dengan nilai HLB 15 dan memiliki rentang nilai viskositas antara 400-

620 cp dengan titik leleh 25℃ (Dawson et al 1986). Emulsifier yang sesuai

digunakan untuk sistem emulsi minyak dalam air (o/w) memiliki rentang nilai

HLB 15-17 (Mc Clements 2005). Dengan demikian, emulsifier tween 80 sesuai

digunakan untuk sistem emulsi minyak dalam air (o/w). Selain itu, penggunaan

emulsifier tween 80 juga didasarkan pada penelitian Surfiana (2002) bahwa tween

80 mampu memberikan kestabilan emulsi lebih dari 30 hari dan penggunaan rasio

minyak yang cukup tinggi terhadap air (7:3) sehingga produk emulsi yang

dihasilkan memiliki kandungan β-karoten yang tinggi. Selain itu, tween 80

bersifat non toksik dan tidak mempengaruhi konsistensi atau viskositas dari

produk. Hasil analisis minuman emulsi minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 3.

Minuman emulsi yang dihasilkan memiliki warna orange kekuningan dengan

kekentalan sedang. Gambar produk minuman emulsi minyak sawit dapat dilihat

pada Gambar 2.

Parameter Minuman Emulsi Minyak Sawit

Stabilitas Emulsi (%) 99.56 ± 0.16

Viskositas (cp) 660 ± 0.00

Warna –L* 69.76 ± 0.29

a +13.08 ± 0.51

b +79.66 ± 1.24

ºHue 42.76

Kadar Air (%bb) 31.15 ± 0.30

Kadar β-karoten (ppm) 399.07 ± 14.68

Tabel 2 Hasil analisis mutu minuman emulsi minyak sawit

Gambar 2 Minuman emulsi minyak sawit

Page 32: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

14

Stabilitas emulsi mengacu pada kemampuan suatu emulsi untuk menahan

perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu, dimana semakin stabil suatu emulsi

akan semakin lambat perubahan yang terjadi (McClements 2005). Analisis

kestabilan minuman emulsi dilakukan dengan metode pemanasan dan sentrifugasi.

Dilakukan pengukuran terhadap persen emulsi yang masih terbentuk setelah

pemanasan suhu 80℃ selama 30 menit dan sentrifugasi pada kecepatan 1300 rpm

selama 10 menit. Hasil uji kestabilan emulsi terhadap sampel menghasilkan rata-

rata sebesar 99.56%. Suatu emulsi dengan nilai stabilitas diatas 95% dapat

dikatakan stabil dan dapat tahan hingga kurun waktu satu tahun (Nilloud dan

Mestres 2000)

Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik

dengan tekanan maupun tegangan. Semakin besar nilai viskositas suatu fluida,

maka pergerakan fluida akan semakin kecil. Pengukuran viskositas sampel

minuman emulsi dilakukan dengan menggunakan instrumen Brookfield

Viscometer. Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan bahwa viskositas minuman

emulsi adalah 660 cp. Nilai ini mendekati rentang nilai viskositas emulsifier yang

digunakan (tween 80) sebesar 400-620 (Neugebauer 1990). Kenaikan nilai

viskositas dari viskositas emulsifier disebabkan oleh penambahan bahan-bahan

lain yang digunakan untuk minuman emulsi minyak sawit

Pengukuran warna terhadap sampel minuman emulsi dilakukan dengan

menggunakan instrumen Chromameter yang dinyatakan dalam notasi Hunter

L*,a,b. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap parameter warna, didapatkan nilai

notasi Hunter L*,a,b untuk sampel minuman emulsi minyak sawit ialah sebesar

(69.76; +13.08; +79.66) dengan nilai ºHue sebesar 42.76 yang diinterpretasikan

sebagai warna orange. Warna orange dari minuman emulsi disebabkan oleh

pigmen karotenoid yang terkandung di dalam olein minyak sawit (Best 2009).

Air merupakan komponen penting dalam pangan, yang dapat berwujud

dalam berbagai bentuk dan jumlah yang berbeda. Air dapat berfungsi sebagai

medium pendispersi atau pelarut dalam berbagai produk pangan, sebagai fase

terdispersi dalam produk emulsi, atau sebagai komponen minor dalam

bahan/produk pangan kering. Air dalam pangan berperan dalam mempengaruhi

tingkat kesegaran, stabilitas, keawetan, dan kemudahan terjadinya reaksi-reaksi

kimia, aktivitas enzim dan pertumbuhan mikroba (Kusnandar 2010). Kadar air

adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan

berat basah maupun berat kering. Pengukuran kadar air pada sampel minuman

emulsi dilakukan dengan metode oven kering (AOAC 2012). Berdasarkan hasil

analisis, didapatkan bahwa rata-rata kadar air minuman emulsi minyak sawit

adalah 31.15%. Hal ini mendekati komposisi air yang ada pada minuman emulsi

yaitu 30%. Komponen dalam minuman emulsi yang dapat meningkatkan kadar air

bahan adalah komponen yang mengandung air seperti HFS dan flavor.

β-karoten merupakan senyawa dari kelompok karotenoid yang diketahui

memiliki fungsi sebagai provitamin A. Aktivitas provitamin A pada β-karoten

berfungsi untuk penglihatan yaitu menanggulangi kebutaan karena xerophtalmia,

mencegah timbulnya penyakit kanker dan proses penuaan dini serta imunitas.

Namun, β-karoten mudah terdegradasi oleh proses pengolahan dan penyimpanan

seperti mudah rusak pada suhu tinggi, mudah terdegradasi oleh efek kimia

(oksigen dan bahan pengoksida dan cahaya (Mao et al. 2009 ; Yuan et al. 2008). β

-karoten sebagai provitamin A mempunyai aktivitas yang paling tinggi

Page 33: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

15

dibandingkan komponen karotenoid lain yaitu 𝛼-karoten, 𝛾-karoten maupun β-

zeakaroten (Linder 1989). Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa rata-rata

kadar β-karoten minuman emulsi minyak sawit adalah 399.07 ppm. Kandungan β

-karoten tersebut lebih tinggi dari penelitian Surfiana (2002) yaitu sebesar 310.87

ppm dan Ruhiyatman (2009) sebesar 325.79 ppm. Angka kecukupan gizi vitamin

A untuk anak usia 1-3 tahun adalah 350 RE, pria dewasa 600 RE dan wanita

dewasa 500 RE (Depkes RI 1992). Berdasarkan cara perhitungan menurut

Ruhiyatman (2013), minuman emulsi minyak sawit pada penelitian ini per

takaran saji (5g) dapat mencukupi kebutuhan vitamin A per AKG untuk anak usia

1-3 tahun sebesar 95.01%, pria dewasa sebesar 55.42% dan wanita dewasa

sebesar 66.51%.

Analisis Teknoekonomi

Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek teknis dan teknologis terdiri dari spesifikasi bahan baku, penentuan

kapasitas produksi, pemilihan teknologi proses serta mesin, peralatan dan

kemasan.

a. Spesifikasi Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan minuman emulsi minyak

sawit adalah minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). Spesifikasi CPO merujuk

pada SNI 01-2901-2006 pada Tabel 3.

Kriteria uji Persyaratan mutu

Warna Jingga kemerah-merahan

Kadar air (%) 0.5 maks

Asam lemak bebas (%) 0.5 maks

Bilangan iod (g yodium/100 g) 50-55

Selanjutnya, akan dilakukan proses pemurnian (refining) terhadap CPO

yang meliputi proses degumming, deasidifikasi, deodorisasi dan fraksinasi. Fraksi

olein hasil fraksinasi selanjutnya akan menjadi bahan pembuatan minuman emulsi

minyak sawit.

b. Penentuan kapasitas produksi

Penentuan kapasitas produksi dilakukan dengan memperhatikan pasar,

bahan baku dan kemampuan investasi (Sari 2013). Sedangkan menurut Sutojo

(2000), kapasitas produksi ditentukan berdasarkan perpaduan hasil penelitian

berbagai macam komponen evaluasi yaitu perkiraan jumlah penjualan produk di

masa mendatang atau kemungkinan pasar yang akan diraih, kemungkinan

pengadaan bahan baku, bahan pembantu dan tenaga kerja serta tersedianya mesin

dan peralatan di pasar sesuai teknologi yang diterapkan. Produk minuman emulsi

minyak sawit merupakan produk yang tergolong baru di pasar. Sehingga,

Tabel 3 SNI 01-2901-2006

Page 34: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

16

ditetapkan kapasitas industri minuman emulsi minyak sawit dalam penelitian ini

adalah 1 ton CPO/hari atau 300 ton CPO/tahun.

c. Pemilihan teknologi proses

Proses pembuatan minuman emulsi minyak sawit terdiri dari dua tahap yaitu

tahap pemurnian CPO dan pembuatan minuman emulsi dari fraksi olein minyak

sawit. Proses pemurnian CPO umumnya terdiri dari tahap degumming,

deasidifikasi, bleaching, deodorisasi dan fraksinasi (Kusnandar 2010). Namun

pada penelitian ini tidak dilakukan proses bleaching karena sekitar 80% kadar

karotenoid dalam CPO akan hilang selama proses bleaching (Helena 2003).

Proses degumming bertujuan untuk memisahkan getah atau lendir yang terdiri

dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi asam

lemak bebas dalam minyak. Dari proses degumming akan diperoleh minyak sawit

yang berwarna merah, lebih homogen dan tidak ada lagi endapan (Ketaren 2005).

Proses degumming pada penelitian ini dilakukan dengan menambahkan asam

fosfat 85% sebanyak 0.15% dari bobot CPO beserta pengadukan secara perlahan

dan pemanasan pada suhu 80℃ selama 15 menit. Tahap selanjutnya adalah proses

netralisasi atau deasidifikasi. Netralisasi bertujuan memisahkan senyawa-senyawa

terlarut seperti asam lemak bebas, fosfatida dan hidrokarbon. Pada dasarnya

netralisasi merupakan proses memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau

lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi

lainnya sehingga membentuk sabun (Winarno 2008). Pada penelitian ini, proses

netralisasi dilakukan dengan mereaksikan asam lemak bebas dengan NaOH pada

suhu 59±2℃ selama 25 menit sehingga membentuk sabun (Widarta 2008). Sabun

yang terbentuk akan membantu pemisahan kotoran dengan cara membentuk

emulsi. Sabun dan emulsi dipisahkan dengan sentrifugasi menggunakan spinner.

Sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan tinggi untuk pemisahan fase berat dan

ringan berdasarkan densitas (Ketaren 2005).

Proses berikutnya adalah deodorisasi. Tujuan dari tahap ini adalah

menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip dari

proses deodorisasi ini yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan

atmosfer atau keadaan vakum (Winarno 2008). Proses deodorisasi dalam

penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian Riyadi (2009) yang dilakukan

dengan homogenisasi minyak dalam tangki deodorizer selama 10 menit pada suhu

46±2℃. Selanjutnya, dilakukan pemanasan pada suhu 140℃ selama 1 jam dalam

kondisi vakum dengan laju alir N2 20 L per jam. Selanjutnya, minyak sawit

didinginkan pada kondisi vakum pada suhu 70℃. Selanjutnya dilakukan proses

fraksinasi yang bertujuan untuk memisahkan fraksi cair (olein) dan fraksi padat

(stearin). Proses fraksinasi dilakukan sesuai dengan metode Widarta (2008) yang

didahului dengan pemanasan sampel sampai dengan suhu 70℃. Kemudian,

dilakukan penurunan suhu secara bertahap 5℃ per 60 menit sampai dengan suhu

20℃. Terakhir, tahap separasi dilakukan menggunakan membran filter press.

Fraksi padat (stearin) akan tertahan pada membran filter press. Sedangkan, fraksi

cair (olein) akan mengalir melalui pipa. Selanjutnya, fraksi cair (olein) akan

digunakan sebagai bahan pembuatan minuman emulsi.

Page 35: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

17

Menurut Sari (2013), proses pemurnian CPO akan menghasilkan fraksi

olein sebesar 72.40% dan stearin 23.10%. Selain itu, menurut Lai et al. (2012)

fraksinasi minyak sawit akan menghasilkan fraksi olein sebanyak 70-80% dan

fraksi stearin sebanyak 20-30%. Namun, proses fraksinasi yang dilakukan pada

penelitian ini kurang optimal sehingga hanya menghasilkan rendemen fraksi olein

sebesar 47.94% dan fraksi stearin sebesar 52.06%. Meskipun rendemen fraksi

olein yang dihasilkan pada penelitian ini kurang optimal, hal ini tidak berpengaruh

signifikan terhadap karakteristik mutu fraksi olein. Karena, perbedaan metode

atau kondisi fraksinasi minyak sawit yang diterapkan terutama mempengaruhi

karakteristik fraksi stearin. Seperti yang terjadi pada penelitian ini yaitu fraksi

stearin yang bersifat kurang padat dan lembek dikarenakan masih mengandung

fraksi olein didalamnya akibat proses pemisahan fraksi olein dan stearin yang

dilakukan kurang optimal. Dengan mengubah metode dan kondisi fraksinasi, akan

didapatkan berbagai variasi stearin dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda.

Namun, perbedaan sifat fisik dan kimia fraksi olein sangat minimal (Basiron

2005). Selain itu, berdasarkan nilai parameter kritis pada minuman emulsi di

penelitian ini yaitu kadar β-karoten sebesar 399.07 ppm, masih mendekati kadar

β-karoten minuman emulsi yang dibuat dengan olein hasil fraksinasi skala industri

pada penelitian Surfiana (2002) sebesar 310.87 ppm (kisaran 300 ppm). Hal ini

disebabkan karena perlakuan utama pada proses fraksinasi ialah proses kristalisasi

melalui penurunan suhu yang tidak menyebabkan degradasi komponen β-karoten

secara signifikan seperti pada proses pemanasan. Oleh sebab rendemen fraksi

olein yang dihasilkan di penelitian ini kurang optimal, proses perhitungan

rendemen olein akan didasarkan pada penelitian Sari (2013). Selanjutnya, diagram

alir proses pemurnian CPO berdasarkan penelitian Sari (2013) dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan minuman emulsi minyak sawit.

Pembuatan minuman emulsi dilakukan dengan menggunakan formula modifikasi

hasil penelitian Surfiana (2002) yang terdiri dari rasio olein minyak sawit dan air

7:3, emulsifier tween 80 1%, dan bahan tambahan high fructose syrup 15%, flavor

melon 1.5%, pengawet natrium benzoat 0.2%, BHT 200 ppm dan EDTA 200 ppm

dengan proses homogenisasi menggunakan homogenizer ultra-turrax kecepatan

8000 rpm selama 1, 3 dan 4 menit. Modifikasi yang dilakukan ialah penggantian

flavor jeruk dengan flavor melon karena berdasarkan penelitian Pramesti (2014),

flavor melon lebih disukai panelis dibandingkan flavor jeruk. Pertimbangan

pemilihan rasio olein minyak sawit:air ,emulsifier, BTP,waktu dan kecepatan

homogenisasi dilakukan berdasarkan formulasi dengan kestabilan emulsi terbaik

dan kandungan β-karoten tertinggi pada penelitian Surfiana (2002) dan Saputra

(1996).

Proses termal yang diterapkan pada proses pembuatan minuman emulsi

adalah proses pasteurisasi pada suhu 70ºC selama 10 menit. Pemilihan proses

termal pasteurisasi didasari karakteristik minuman emulsi yang memiliki pH <

4.6 dan sensitif terhadap perlakuan panas tinggi yang dapat menyebabkan

kerusakan mutu seperti komponen bioaktif β-karoten yang dapat rusak karena

pemanasan tinggi (Nollet 1992) dan sifat stabilitas emulsi yang dipengaruhi oleh

Page 36: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

18

suhu (Rita 2011). Selain itu, pemilihan suhu dan waktu pasteurisasi juga didasari

penelitian Rita (2011) bahwa perlakuan pasteurisasi pada suhu 70ºC selama 10

menit untuk minuman emulsi minyak sawit menghasilkan kestabilan emulsi

terbaik (97.81%) dan jumlah mikroba yaitu 4X101 koloni/g, jauh dibawah batas

maksimum SNI 01-3816-1995 mengenai santan cair yaitu 1X105 koloni/g.

d. Mesin, peralatan dan kemasan

Proses pembuatan minuman emulsi membutuhkan beberapa mesin

diantaranya adalah mesin pemurnian CPO untuk produksi secara kontinu (boiler,

degumming tank, deacidification machine, deodorizer machine, fractionation

tank, membrane filter press), homogenizer dan pasteurizer. Sedangkan, peralatan

yang digunakan adalah timbangan dan tangki penyimpanan stok CPO dan olein.

Mesin dan peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kapasitas produksi, input

dan output masing-masing alat dan akan mempengaruhi harga pembelian mesin

dan peralatan tersebut (Christdianti 2015). Minuman emulsi minyak sawit akan

dikemas dengan botol kaca gelap untuk melindungi komponen beta karoten yang

sensitif terhadap pengaruh cahaya. Spesifikasi mesin, peralatan dan kemasan

dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan diagram alir proses dan kapasitas alat

dapat dilihat pada Lampiran 4.

Aspek Finansial

a. Asumsi perhitungan finansial

Asumsi – asumsi yang digunakan dalam analisis finansial industri

minuman emulsi minyak sawit adalah sebagai berikut:

1. Umur ekonomis proyek selama 10 tahun, berdasarkan umur ekonomis mesin

dan peralatan yang digunakan

2. Kapasitas produksi adalah 1000 kg CPO (Crude Palm Oil) per hari.

3. Produksi pada tahun pertama sebesar 80%, pada tahun ke-2 sebesar 90%, dan

pada tahun ke-3 sampai tahun ke-10 sebesar 100%

4. Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari, 25 hari dalam satu bulan,

dan 12 bulan dalam satu tahun.

5. Nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10% dari nilai awal, biaya pemeliharaan

mesin adalah 10% dari nilai awal, bunga modal 12% dan biaya asuransi

sebesar 0.5% dari nilai awal.

6. Umur ekonomis mesin dan peralatan adalah 10 tahun.

7. Discount factor diasumsikan 12%

8. Besarnya pajak dihitung berdasarkan Undang-Undang PPh Nomor 36 tahun

2008, pajak penghasilan untuk perusahaan sebesar 25%

9. Pembayaran kredit investasi menggunakan metode flat rate

10. Nilai tukar dolar terhadap rupiah adalah 1U$ = Rp 13,500.00

b. Biaya investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan

industri minuman emulsi minyak sawit. Biaya investasi dibagi menjadi dua yaitu

biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap meliputi biaya

untuk pembelian mesin dan perakitan produksi serta biaya untuk pemasangan

Page 37: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

19

fasilitas penunjang. Biaya modal kerja adalah biaya yang diperlukan untuk

melaksanakan operasional awal industri yang disesuaikan dengan kebijakan

perusahaan. Asumsi yang digunakan untuk menentukan modal kerja pada

penelitian ini adalah account receivable 25 hari, inventory 10 hari dan account

payable 25 hari. Account receivable dan account payable diasumsikan 25 hari

sebagai biaya operasional untuk 1 bulan, sedangkan inventory diasumsikan 10 hari

sebagai persediaan bahan baku (Christdianti 2015).

Biaya investasi untuk industri minuman emulsi minyak sawit adalah

sebesar Rp 7,875,271,500.00 dan biaya modal kerja untuk 25 hari sebesar Rp

1,242,501,714.06. Perhitungan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 4. Rincian

lengkap biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Perhitungan modal kerja

dapat dilihat pada Tabel 5.

No Deskripsi Hari Total (Rp)

1 Account receivable 25 1,402,095,575.31

2 Inventory 10 106,395,907.50

3 Account payable 25 (265,989,768.75)

Modal kerja 1,242,501,714.06

Angsuran biaya investasi adalah sebesar Rp 787,527,150.00 per tahun

dengan bunga sebesar 12% per tahun dari sisa angsuran. Angsuran modal kerja

adalah sebesar Rp 414,167,238.02 per tahun dengan bunga sebesar 12% per tahun

dari sisa angsuran. Rincian pembayaran biaya investasi dan modal kerja dapat

dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. Sumber pendanaan menggunakan

asumsi 100% berasal dari pinjaman bank dengan bunga kredit 12% per tahun.

Periode pembayaran biaya investasi adalah 10 tahun dan periode pembayaran

modal kerja adalah 3 tahun dengan metode flat rate.

c. Biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi

Biaya pemeliharaan didefinisikan sebagai biaya yang diperlukan untuk

menjaga peralatan produksi berfungsi sebagaimana mestinya selama umur

ekonomis. Menurut Pramudya (2010), biaya pemeliharaan meliputi biaya

penggantian bagian yang telah aus, upah tenaga kerja terampil untuk perbaikan

khusus, pembersihan/pencucian dan perbaikan-perbaikan karena faktor yang tak

terduga. Diasumsikan umur ekonomis mesin dan peralatan adalah 10 tahun dan

biaya pemeliharaan 10% dari harga awal/ Sehingga, biaya pemeliharaan industri

minuman emulsi minyak sawit adalah Rp 783,303,000.00 per tahun .Sedangkan,

No Deskripsi Total harga (Rp)

1 Mesin dan alat 7,833,030,000.00

2 Fasilitas penunjang 42,241,500.00

Total investasi 7,875,271,500.00

Tabel 4 Perhitungan biaya investasi

Tabel 5 Perhitungan modal kerja

Page 38: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

20

biaya penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu alat/mesin akibat dari

pertambahan umur pemakaian (waktu). Hal-hal yang menyebabkan nilai suatu

mesin/alat berkurang menurut Pramudya (2010) adalah:

1. Adanya bagian-bagian yang rusak atau aus karena lamanya waktu pemakaian

sehingga alat tersebut tidak bisa bekerja dengan kemampuan seperti

sebelumnya. Yang dimaksud dengan bagian mesin/alat disini adalah bagian

utama yang tidak ekonomis lagi bila diganti. Misalnya kerangka utama dari

mesin yang sudah lama dan tidak sempurna lagi kerjanya sehingga kapasitas

mesin menjadi berkurang,

2. Adanya peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang sama bila

dibandingkan pada mesin yang masih baru. Peningkatan biaya ini misalnya

karena penambahan biaya pemeliharaan dan penambahan tenaga. Penambahan

biaya operasi ini menunjukkan merosotnya nilai alat/mesin tersebut,

3. Karena perkembangan teknologi akan selalu muncul alat/mesin yang lebih

praktis dan lebih efisien sehingga alat/mesin lama nilainya akan merosot. Alat-

alat yang lama walaupun masih cukup baik untuk dioperasikan tidak ekonomis

lagi kalau terus dipergunakan., sehingga orang cenderung berpikir untuk

mengganti alat/mesin yang baru yang lebih praktis dan lebih efisien,

4. Adanya pengembangan perusahaan. Dengan adanya perkembangan

perusahaan, maka alat/mesin yang dipergunakan harus diganti disesuaikan

dengan perkembangannya. Sehingga alat-alat yang lama nilainya akan

menurun.

Penghitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus dengan

asumsi nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10% dari harga awal. Sehingga, biaya

penyusutan mesin dan alat industri minuman emulsi minyak sawit adalah Rp

704,972,700.00 per tahun. Biaya bunga modal sebesar 12% dan asuransi sebesar

0,5% sehingga didapatkan total biaya bunga modal dan asuransi sebesar Rp

538,520,812.50 per tahun. Rincian biaya pemeliharaan, penyusutan, bunga modal

dan asuransi dapat dilihat pada Lampiran 8.

d. Biaya produksi dan harga produk

Biaya produksi adalah biaya keseluruhan yang dibutuhkan untuk kelancaran

produksi sehingga dapat menghasilkan produk usaha. Biaya produksi dikeluarkan

secara berkala selama usaha tersebut berjalan. Biaya produksi terdiri dari biaya

tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya akan

selalu tetap walaupun intensitas volume kegiatan berubah, sedangkan biaya

variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah dengan perubahan

intensitas volume kegiatan. Biaya tetap meliputi, gaji tenaga kerja tak langsung,

biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi. Biaya

variabel meliputi, gaji tenaga kerja langsung,biaya bahan baku, biaya kemasan,

dan biaya utilitas (Christdianti 2015).

Total biaya tetap per tahun industri minuman emulsi minyak sawit sebesar

Rp 2,170,796,512.50 dan total biaya variabel per tahun sebesar Rp

7,726,348,725.00. Komponen biaya variabel yang paling tinggi adalah kemasan

botol kaca gelap dan bahan baku CPO masing-masing per tahun sebesar Rp

3,098,371,500.00 dan Rp 1,768,800,000.00. Total biaya produksi yang

dibutuhkan untuk industri minuman emulsi minyak sawit dalam satu tahun adalah

sebesar Rp 9,897,145,237.50. Rincian biaya produksi dapat dilihat pada Tabel 7.

Sedangkan rincian biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 9.

Page 39: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

21

No Deskripsi Biaya Total per Tahun (Rp)

1 Biaya tetap

Gaji tenaga kerja tak langsung 144,000,000.00

Biaya pemeliharaan 783,303,000.00

Biaya penyusutan 704,972,700.00

Biaya bunga modal dan asuransi 538,520,812.50

Subtotal 2,170,796,512.50

2 Biaya variable

Gaji tenaga kerja langsung 270,000,000.00

Biaya bahan baku dan bahan

pembantu 3,191,877,225.00

Biaya kemasan 3,754,111,500.00

Biaya utilitas 510,360,000.00

Subtotal 7,726,348,725.00

Total biaya 9,897,145,237.50

Produksi minuman emulsi minyak sawit dengan bahan baku 1000 kg CPO

per hari menghasilkan 1,457.308 L minuman emulsi per hari atau 7286 botol (200

ml) per hari atau 2,185,800 botol (200 ml) per tahun. Total biaya produksi selama

setahun sebesar Rp 9,897,145,237.50 sehingga didapatkan biaya pokok produksi

sebesar Rp 4,527.93 per botol (200 ml) minuman emulsi. Persentase keuntungan

ditetapkan sebesar 70% sehingga harga jual produk adalah Rp 7,697.48 ditambah

PPN 10% sehingga harga jual produk+PPN adalah sebesar Rp 8,500.00. Minuman

emulsi minyak sawit memiliki keunggulan baik dari segi harga jual maupun

kandungan nutrisi dibandingkan dengan produk sejenis yang ada di pasaran.

Perbandingan minuman emulsi dengan produk sejenis yang ada di pasaran dapat

dilihat pada Lampiran 17.

e. Proyeksi laba rugi

Proyeksi laba rugi digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan atau

laba rugi suatu usaha. Laba rugi merupakan selisih antara penerimaan hasil

penjualan produk dengan total pengeluaran. Laba bersih diperoleh dari

pengurangan laba kotor dengan pajak (Christdianti 2015). Pajak yang digunakan

yaitu sebesar 25% berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang pajak

penghasilan. Proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan

laporan laba rugi, pada tahun ke-1 industri minuman emulsi minyak sawit

memperoleh laba bersih Rp 3,831,181,522.88, pada tahun ke-2 laba bersih sebesar

Rp 4,513,591,386.28 dan pada tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10 laba bersih

sebesar Rp 5,196,001,249.69. Perbedaan laba bersih pada tahun ke-1, ke-2 dan

tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10 disebabkan adanya peningkatan kapasitas

yaitu 80% pada tahun pertama, 90% pada tahun ke-2 dan 100% pada tahun ke-3

sampai dengan tahun ke-10.

Tabel 6 Rincian biaya produksi

Page 40: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

22

f. Break Even Point (BEP)

Analisis break even adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari

hubungan antara biaya tetap, biaya variabel keuntungan dan volume kegiatan yang

terjadi di suatu perusahaan. Sementara yang dimaksud dengan break even adalah

suatu keadaan di mana total revenue persis sama dengan total cost. Dengan

demikian, dalam kondisi break even perusahaan tidak memperoleh keuntungan

dan tidak pula menderita kerugian (Halim 2012). Nilai BEP industri minuman

emulsi minyak sawit adalah 521,489.42 botol atau 23.86% total kapasitas

produksi (2,185,800 botol) atau setara dengan pendapatan Rp 4,014,153,243.48.

per tahun. Rincian perhitungan BEP dapat dilihat pada Lampiran 11.

g. Kriteria kelayakan investasi

Kriteria kelayakan investasi digunakan untuk menilai kelayakan suatu

proyek atau membuat peringkat (ranking) beberapa proyek yang harus dipilih

(Pramudya 2010). Kriteria kelayakan investasi dapat dihitung setelah proyeksi

arus kas ditentukan (Christdianti 2015). Proyeksi arus kas dapat dilihat pada

Lampiran 12. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan untuk menilai

kelayakan proyek industri minuman emulsi minyak sawit adalah Net Present

Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan

Pay Back Period (PBP). Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi dapat

dilihat pada Tabel 7. Perhitungan kriteria kelayakan investasi dapat dilihat pada

Lampiran 13.

Parameter Nilai

NPV (Rp) 8,154,083,367.42

IRR (%) 23,54

Net B/C 2,04

PBP (tahun) 3,39

Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan nilai investasi sekarang dari

keuntungan dan biaya di masa yang akan datang (Sari 2013). Perhitungan angka

yang dihasilkan menunjukkan besarnya penerimaan bersih setelah dikalikan

dengan discount factor yang dihitung pada masa kini (Christdianti 2015). Nilai

NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 8,154,083,367.42. Dengan nilai NPV yang

lebih besar dari 0, dapat disimpulkan bahwa industri minuman emulsi minyak

sawit layak didirikan.

Internal Rate of Return (IRR) adalah bilangan yang menunjukkan tingkat

pengembalian modal suatu proyek yang dinyatakan dalam % per tahun. Nilai IRR

industri minuman emulsi minyak sawit adalah 23,54%. Dengan nilai IRR yang

lebih besar dari interest rate (12%), dapat disimpulkan bahwa industri minuman

emulsi minyak sawit layak didirikan.

Tabel 7 Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi

Page 41: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

23

Kriteria selanjutnya adalah Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Net B/C

merupakan perbandingan dari nilai present value yang positif dengan nilai present

value yang negatif. Nilai Net B/C industri minuman emulsi minyak sawit adalah

2,04. Hal ini menunjukkan bahwa proyek layak dilaksanakan karena nilai Net B/C

lebih dari 1.

Pay Back Period (PBP) adalah bilangan yang menyatakan jangka waktu

pengembalian modal investasi suatu proyek yang dinyatakan dalam tahun. Nilai

PBP berbanding terbalik dengan NPV. Semakin besar nilai NPV maka nilai PBP

akan semakin kecil dan sebaliknya. Nilai PBP industri minuman emulsi minyak

sawit berdasarkan perhitungan adalah 3,39 tahun atau 3 tahun 5 bulan.

h. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor terhadap

kemampuan proyek mencapai jumlah hasil, penjualan dan keuntungan. Analisis

sensitivitas diperlukan apabila terjadi suatu kesalahan dalam menilai biaya atau

manfaat serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur

harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan (Sutojo 2000).

Pada penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui

pengaruh variabel kenaikan harga kemasan botol kaca gelap, bahan baku CPO dan

penurunan kapasitas produksi terhadap kriteria kelayakan investasi yaitu NPV,

IRR, Net B/C dan PBP. Variabel kenaikan harga kemasan botol kaca gelap

ditetapkan sebesar 10% dan 20%. Variabel kenaikan harga bahan baku CPO

ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap pergerakan harga CPO selama 5

tahun terakhir (2012-2016) yaitu sebesar 20% dan 30%. Sedangkan variabel

penurunan kapasitas produksi ditetapkan sebesar 10% dan 20%. Grafik perubahan

nilai NPV, IRR, Net B/C dan PBP terhadap kenaikan harga kemasan botol kaca

gelap dapat dilihat pada gambar 3, 4, 5 dan 6. Grafik perubahan nilai NPV, IRR,

Net B/C dan PBP terhadap kenaikan harga bahan baku (CPO) dapat dilihat pada

gambar 7, 8, 9 dan 10. Grafik perubahan nilai NPV, IRR, Net B/C dan PBP

terhadap penurunan kapasitas produksi dapat dilihat pada Gambar 11, 12, 13 dan

14. Sedangkan, hasil analisis sensitivitas terhadap variabel kenaikan harga botol

kaca gelap, kenaikan harga bahan baku (CPO) dan variabel penurunan kapasitas

produksi dapat dilihat pada Lampiran 14, 15 dan 16.

Page 42: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

24

0

2

4

6

8

10

1400 1500 1600 1700 1800

Mil

ya

r R

up

iah

Harga Botol Kaca Gelap (Ribu Rupiah)

NPV

NPV

20,50

21,00

21,50

22,00

22,50

23,00

23,50

24,00

1400 1500 1600 1700 1800

% p

er t

ah

un

Harga Botol KacaGelap (Ribu Rupiah)

IRR

IRR

1,70

1,75

1,80

1,85

1,90

1,95

2,00

2,05

1400 1500 1600 1700 1800

Ra

sio

Harga Botol Kaca Gelap (Ribu Rupiah)

Net B/C

Net B/C

Gambar 3 Grafik perubahan nilai NPV terhadap kenaikan harga botol kaca gelap

Gambar 4 Grafik perubahan nilai IRR terhadap kenaikan harga botol kaca gelap

Gambar 5 Grafik perubahan nilai Net B/C terhadap kenaikan harga botol kaca gelap

Page 43: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

25

3,38

3,40

3,42

3,44

3,46

3,48

3,50

3,52

3,54

3,56

1400 1500 1600 1700 1800

Ta

hu

n

Harga Botol Kaca Gelap (Ribu Rupiah)

PBP (Tahun)

PBP (Tahun)

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

Mil

ya

r R

up

iah

Harga CPO (Ribu Rupiah)

NPV

NPV

21,00

21,50

22,00

22,50

23,00

23,50

24,00

4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

% p

er t

ah

un

Harga CPO (Ribu Rupiah)

IRR

IRR

Gambar 7 Grafik perubahan nilai NPV terhadap kenaikan harga CPO

Gambar 8 Grafik perubahan nilai IRR terhadap kenaikan harga CPO

Gambar 6 Grafik perubahan nilai PBP terhadap kenaikan harga botol kaca gelap

Page 44: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

26

1,75

1,80

1,85

1,90

1,95

2,00

2,05

4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

Ra

sio

Harga CPO (Ribu Rupiah)

Net B/C

Net B/C

3,35

3,40

3,45

3,50

3,55

4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

Ta

hu

n

Harga CPO (Ribu Rupiah)

PBP (Tahun)

PBP (Tahun)

(2,00)

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

0 100 200 300 400

Mil

ya

r R

up

iah

Kapasitas produksi (ton CPO/tahun)

NPV

NPV

Gambar 9 Grafik perubahan nilai Net B/C terhadap kenaikan harga CPO

Gambar 10 Grafik perubahan nilai PBP terhadap kenaikan harga CPO

Gambar 11 Grafik perubahan nilai NPV terhadap penurunan kapasitas produksi

Page 45: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

27

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

0 100 200 300 400

% p

er t

ah

un

Kapasitas produksi (ton CPO/tahun)

IRR

IRR

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

0 100 200 300 400

Ra

sio

Kapasitas produksi (ton CPO/tahun)

Net B/C

Net B/C

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

0 100 200 300 400

Ta

hu

n

Kapasitas produksi (ton CPO/tahun)

PBP (Tahun)

PBP (Tahun)

Gambar 12 Grafik perubahan nilai IRR terhadap penurunan kapasitas produksi

Gambar 13 Grafik perubahan nilai net B/C terhadap penurunan kapasitas produksi

Gambar 14 Grafik perubahan nilai PBP terhadap penurunan kapasitas produksi

Page 46: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

28

Hasil analisis sensitivitas terhadap variabel kenaikan harga botol kaca

gelap sebesar 10% dan 20% , kenaikan harga CPO sebesar 20% dan 30% serta

variabel penurunan kapasitas produksi sebesar 10% dan 20% menunjukkan bahwa

semakin besar kenaikan harga botol kaca gelap dan CPO serta semakin besar

penurunan kapasitas produksi, nilai NPV juga semakin mengalami penurunan.

Namun, nilai NPV masih bernilai positif pada setiap variabel analisis sensitivitas

kecuali pada variabel penurunan kapasitas produksi sebesar 20%. Pada variabel

penurunan kapasitas produksi sebesar 20%, NPV bernilai negatif. Menurut Halim

(2012) apabila usul investasi menghasilkan nilai NPV positif atau sama dengan

nol, maka usul investasi tersebut layak diterima. Dengan demikian, usul investasi

industri minuman emulsi minyak sawit layak diterima kecuali pada variabel

penurunan kapasitas produksi sebesar 20%.

Parameter IRR menunjukkan tingkat pengembalian modal suatu usulan

investasi. Hasil analisis sensitivitas terhadap parameter IRR menunjukkan bahwa

nilai IRR semakin menurun pada kondisi kenaikan harga botol kaca gelap,

kenaikan harga CPO dan penurunan kapasitas produksi yang semakin besar.

Namun, nilai IRR pada setiap variabel analisis sensitivitas masih bernilai lebih

besar dari tingkat suku bunga (12%) kecuali pada variabel penurunan kapasitas

produksi sebesar 20% dimana IRR bernilai 11.07%. Oleh karena itu dapat

disimpulkan industri minuman emulsi minyak sawit masih layak didirikan pada

setiap variabel analisis sensitivitas kecuali pada variabel penurunan kapasitas

produksi sebesar 20%.

Parameter Net B/C merupakan perbandingan antara present value yang

bernilai positif dan present value yang bernilai negatif. Hasil analisis sensitivitas

menunjukkan bahwa nilai Net B/C semakin menurun pada kondisi kenaikan harga

botol kaca gelap ,kenaikan harga CPO dan penurunan kapasitas produksi yang

semakin besar. Namun, nilai Net B/C pada setiap variabel analisis sensitivitas

masih bernilai lebih dari 1 kecuali pada variabel penurunan kapasitas produksi

sebesar 20% dimana Net B/C bernilai 0.94. Hal ini menunjukkan bahwa pada

setiap variabel analisis sensitivitas, usulan investasi masih berstatus layak kecuali

pada variabel penurunan kapasitas produksi sebesar 20%.

Indikator terakhir yang digunakan dalam analisis kelayakan investasi pada

analisis sensitivitas adalah PBP. Nilai PBP menunjukkan waktu pengembalian

investasi. Nilai PBP mengalami kenaikan pada kondisi kenaikan harga botol kaca

gelap, kenaikan harga CPO dan penurunan kapasitas produksi yang semakin

besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar kenaikan harga botol kaca

gelap, kenaikan harga CPO dan penurunan kapasitas produksi, waktu

pengembalian investasi akan semakin lama

Page 47: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

29

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Minuman emulsi minyak sawit merupakan alternatif produk hilir minyak

sawit dengan nilai tambah tinggi sebagai sumber komponen bioaktif β-karoten

yang efektif. Karakteristik minuman emulsi minyak sawit yang telah diperoleh

dalam penelitian ini adalah stabilitas emulsi, viskositas, warna, kadar air dan

kadar β-karoten. Analisis teknoekonomi dilakukan pada kapasitas industri

minuman emulsi minyak sawit sebesar 1000 kg CPO per hari. Produk yang

dihasilkan ialah 7286 botol minuman emulsi per hari atau 2.185.800 botol per

tahun. Biaya investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 7,875,271,500.00 dan biaya

modal kerja sebesar Rp 1,242,501,714.06. Pada harga jual Rp 8,500.00 per botol

diperoleh keuntungan sebesar 70%, BEP akan dicapai pada skala produksi

521,489.42 botol atau 23.86% total kapasitas produksi atau setara dengan

pendapatan Rp 4,014,153,243.48 /tahun. Pada kapasitas 1000 kg CPO per hari,

industri minuman emulsi minyak sawit layak dioperasikan karena berdasarkan

analisa kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 8,154,083,367.42, IRR sebesar

23,54%, Net B/C 2,04 dan PBP terjadi pada tahun ke-3 bulan ke-5. Berdasarkan

hasil analisis sensitivitas diperoleh bahwa perubahan harga kemasan botol kaca

gelap sampai dengan 20%, bahan baku CPO sampai dengan 30% dan perubahan

kapasitas produksi sampai dengan 10% masih berstatus layak.

Saran

Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai umur simpan, mutu sensori

dan bioavailabilitas minuman emulsi minyak sawit sebagai data pendukung.

Selain itu untuk keperluan pemasaran, perlu dilakukan riset pasar mengenai

produk minuman emulsi minyak sawit.

DAFTAR PUSTAKA

AALI.2013.”Sales volume and price highlight”.Investor Bulletin.Second Edition

Februari.http://www.astra-agro.co.id.Diakses 24 Mei 2015

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1999. Official Methods of

Analysis. Arlingtong (US): AOAC.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2012. Official Methods of

Analysis. Arlingtong (US): AOAC.

Ball GFM. 2000. Vitamin In Foods:Analysis, Bioavalability, And Stability. New

York (US): CRC Press

Basiron Y. 2005. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products Sixth Edition Volume 2

(346). New Jersey (US): John Wiley&Sons,Inc

Page 48: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

30

Best B. 2009. “Phytochemicals as Nutraceuticals”.

www.benbest.com/nutrceut/phytochemicals.html#carotenoids.Diakses 4

Desember 2015

[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2001. Kajian Proses

Standardiasai Produk Makanan Fungsional di Badan Pengawasan Obat dan

Makanan. Lokakarya Kajian Penyusunan Standar Pangan Fungsional. Jakarta

(ID): BPOM.

[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 1996. Keputusan Kepala Badan

POM RI No HK.00.05.23.3644 Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan

Suplemen Makanan. Jakarta (ID): BPOM.

[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2015. Peraturan Kepala Badan

POM RI No 7 Tahun 2015 Tentang Penggunaan Amonium Sulfat Sebagai

Bahan Penolong Dalam Proses Pengolahan Nata De Coco. Jakarta (ID):

BPOM.

Branen AL, Davidson PM, Salminen S. 2002. Food Additive: New York (US):

Marcel Dekker

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Minyak

Kelapa Sawit. SNI 01-2901-2006. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia RBD Palm

Olein. SNI 01-0018-2006. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia Santan

Cair. SNI 01-3816-1995. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.

Christdianti R. 2015. Proses Mikroenkapsulasi Minyak Sawit dan Analisis

Teknoekonomi pada Skala Industri. [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian

Bogor.

Dawson RMC, Daphne C. Elliott, William H. Elliott, K M Jones. 1986. Data for

Biochemical Research 3rd ed p. 289.New York (US):Oxford University Press.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan.

Jakarta (ID): Bhatara Karya Aksara

[Depkes] Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Masyarakat. 2003. Deteksi dan tatalaksana kasus xeroftalmia : pedoman bagi

tenaga kesehatan. Jakarta: gizi.depkes.go.id/wp-

content/uploads/2012/05/Xeroflamia.pdf

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia

2013-2015. Jakarta (ID)

Faridah DN, Herawati D, Kusumaningrum HD, Lioe HN, Wulandari N, Nurjanah

S, Indrasti D.2014. Penuntun Praktikum: Analisis Pangan. Bogor (ID):

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Insitut

Pertanian Bogor

Halim A. 2012. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis: Kajian dari Aspek

Keuangan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu

Helena BR. 2003. Pengawasan Mutu Dalam Proses Pemurnian Minyak Sawit

Kasar di PT. Sinar Meadow International Indonesia Jakarta [laporan magang].

Bogor (ID): Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan dan Gizi Fakultas

Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Husnan S dan Suwarsono M. 2000. Studi Kelayakan Proyek Edisi Keempat.

Yogyakarta (ID): Penerbit UPP AMP YKPN.

Page 49: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

31

Hutching JB. 1999. Food Color and Appearance 2nd edition A Chapman and Hall

Food Science Book. Maryland (US): Aspen Publition.

[Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2013.Analisis Kebijakan Bea Keluar

(BK) CPO dan Produk Turunannya. Jakarta (ID): Pusat Kebijakan

Perdagangan Luar Negeri.

Ketaren S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID):UI Press.

Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan. Komponen Makro. Jakarta (ID): Dian Rakyat

Lai O, Tan C, Akoh CC. 2012. Palm Oil: Production, Processing,

Characterization, and Uses [editorial]. New York (US): AOCS Press.

Linder MC. 1989. Nutrition and Metabolism of Vitamin. Di dalam. M.C. Linder

(ed.). Nutritional Biochemistry and Metabolism with Clinical Application.

New York (US): Elsevier

Mao Y, DJ Mc Clements. 2011. Modulation of bulk physicochemical properties

of emulsions by hetero-aggregation of oppositely charged protein-coated lipid

droplets. Food Hydrocolloids (25): 1201-1209

Mao L, Duoxia X, Jia Y, Fang Y, Yanxiang G, Jian Z. 2009. Effects of small and

large molecule emulsifiers on the characterictics of β-carotene nanoemulsions

prepared by high pressure homogenization. Food technology Biotechnology,

47 (3): 336-342

McClements DJ. 2005. Food Emulsions Principles, Practices, and Techniques.

New York (US):CRC Press.

Muchtadi D. 2012. Pangan Fungsional dan Senyawa Bioaktif. Bandung

(ID):Alfabeta.

Nafarin M.2007.Penganggaran Perusahaan. Jakarta (ID): Salemba Empat

Neugebauer JM.1990.Detergents: An overview Methods in Enzymology.

Nottingham (UK): Academic press

Newman DG.1990.Engineering Economic Analysis.3rd ed. Jakarta (ID): Bina

aksara

Nielloud F, Mestres GM.2000.Pharmaceutical Emulsions and Suspensions. New

York (US): Marcel Dekker, Inc

Nollet LML.1992.Food Analysis by HPLC. New York (US): Marcel Dekker, Inc

PORIM.2005.PORIM Test Method.Kuala Lumpur (MY):Palm Oil Research

Institute of Malaysia

Pramesti A. 2014. Optimasi Proses Formulasi Minuman Nanoemulsi Minyak

Sawit. [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Pramudya B. 2010. Ekonomi Teknik. Bogor (ID):Departemen Teknik Pertanian

IPB.

Rita I. 2011. Proses Emulsifikasi dan Analisis Biaya Produksi Minyak Sawit

Merah [tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Riyadi AH. 2009. Kendali Proses Deodorisasi dalam Pemurnian Minyak Sawit

Merah [thesis]. Bogor (ID):Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ruhiyatman RA. 2013. Optimasi Bahan Emulsi dari Minyak Sawit dengan Tiga

Jenis Stabilizer dan Uji Mutu Minuman Emulsinya [skripsi]. Bogor

(ID):Institut Pertanian Bogor.

Sabariman M. 2007. Sifat Reologi dan Sifat Fisik Minuman Emulsi Kaya Beta

Karoten dari Minyak Sawit Merah dengan menggunakan Beberapa

Pengemulsi. [thesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor.

Page 50: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

32

Saputra V. 1996. Formulasi Produk Emulsi Kaya Beta Karoten dari Minyak Sawit

Merah. [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Sari EM. 2013. Kajian Tekno Ekonomi Industri Minyak Sawit Merah Karoten

Tinggi. [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Scrimgeour C. 2005.Chemistry of Fatty Acid, Baley’s Industrial Oil and Fat

Products. Edisi Keenam. New York (US) :John Wiley&Sons Inc

Shyu YS, Sung WC.2010. Improving the emulsion stability of sponge cake by the

addition of polyglutamic acid. JMST. 18 (6):895-900

Soeharto I.2000. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional.Jakarta

(ID): Erlangga

Sukirno S. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar.Jakarta (ID):PT Raja Grafindo

Perkasa

Sumarna D. 2006. Proses degumming CPO (Crude Palm Oil) menggunakan

membran ultrafiltrasi. J Teknol Pert. 2(1): 24-30.

Surfiana. 2002. Formulasi Minuman Emulsi Kaya β-karoten dari Minyak Sawit

Merah [thesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sutojo S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Jakarta (ID): Damar

[WHO] World Health Organization. 2009. Global Prevalence of Vitamin A

Deficiency in Populations at Risk 1995-2005. WHO Global Database on

Vitamin A Deficiency. Geneva (CH): WHO.

Widarta IWR. 2008. Kendali Proses Deasidifikasi Dalam Pemurnian Minyak

Sawit Merah Skala Pilot Plant. [tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID):Gramedia Pustaka

Utama

Yasumatsu K, Sawada K, Moritaka S, Misaki M, Toda J, Wada T, dan Ishi K.

1972. Whipping and emulsifying properties of soybean products. Agricultural

and Biological Chemistry 36(5):719-727.

Yuan Y, Yanxiang G, Jian Z, Like M. 2008. Characterization and stability

evaluation of β-carotene nanoemulsions prepared by high pressure

homogenization under various emulsifying conditions. Food Research

International 41: 61-68. doi: 10.1016/j.foodres.2007.09.006

Page 51: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

33

LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram alir tahapan penelitian

1. Analisis kadar air, metode oven (AOAC 2012)

2. Analisis asam lemak bebas, metode titrasi (AOAC 2012)

3. Analisis bilangan peroksida, metode titrasi (AOAC 2012)

4. Analisis bilangan iod, metode titrasi (AOAC 2012)

5. Analisis total karotenoid, metode spektrofotometri

(PORIM 2005)

1. Analisis kadar air, metode oven (AOAC 2012)

2. Analisis asam lemak bebas, metode titrasi (AOAC 2012)

3. Analisis bilangan peroksida, metode titrasi (AOAC 2012)

4. Analisis bilangan iod, metode titrasi (AOAC 2012)

1. Analisis stabilitas emulsi, metode sentrifugasi (modifikasi

Yasumatsu et al 1972)

2. Analisis viskositas, metode viskometer (Shu dan Syung

2010)

3. Analisis warna, metode kolorimeter (Hutching 1999)

4. Analisis kadar air, metode oven (AOAC 2012)

5. Analisis β-karoten, metode HPLC (AOAC 1999)

1.Aspek teknis dan teknologis

a.Spesifikasi bahan baku

b.Penentuan kapasitas produksi

c.Pemilihan teknologi proses

d.Mesin, peralatan dan kemasan

2. Aspek finansial

a.Asumsi perhitungan finansial

b.Biaya investasi

c.Biaya pemeliharaan, penyusutan, bunga modal dan

asuransi

d.Biaya produksi dan harga produk

e.Proyeksi laba rugi

f.Break Even Point (BEP)

g.Kriteria kelayakan investasi

h.Analisis sensitivitas

CPO

Proses pemurnian

minyak sawit

Fraksi Olein

Pembuatan

minuman emulsi

minyak sawit

Minuman Emulsi

Minyak Sawit

Analisis

Teknoekonomi

Data analisis

teknoekonomi

Page 52: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

34

Lampiran 2Diagram alir proses pemurnian CPO (Sari 2013)

Keterangan :

* = asumsi asam lemak

bebas 4.88%

Crude Palm Oil (CPO)

(100%)

Degumming (80oC, 15 menit)

Olein (72.40%)

Deasidifikasi (59 oC ± 2

oC, 25 menit)

Deodorisasi (140 oC, 60 menit)

Stearin (23.10%)

Gum dan

sabun

Fraksinasi

Asam fosfat

85% (0.15%

b/b)

NaOH160BE

berlebih 17.5%

(8.05%)*

Kristalisasi (70oC menjadi 20

oC)

PFAD dan

uap air

(4.5%)

Page 53: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

35

Lampiran 3 Spesifikasi mesin, peralatan dan kemasan

1. Boiler

Kapasitas :100 kg/h – 2000 kg/h uap

Sertifikasi : ISO

Bahan Bakar : Minyak (Solar)

Output : Uap

Harga : Rp 216.000.000,00

Sumber : http://indonesian.alibaba.com/product-

gs/horizontal-china-industrial-boiler-industrial-steam-

boilers-price-1964052311.html

2. Refining CPO

Kapasitas : 1-30 ton/hari

Pemakaian uap : 450 kg/ton minyak

Sertifikasi : ISO 9001

Harga : Rp 6.817.500.000,00

Sumber : http://indonesian.alibaba.com/product-

gs/high-technology-palm-oil-refining-

process-with-iso-ce-60125279274.html

3. Tangki penyimpanan CPO

Kapasitas : 1000-3000 L

Sertifikasi : CE dan ISO 9001

Bahan : Stainless steel

Harga : Rp 20.250.000,00

Sumber : http://www.alibaba.com/product-detail/palm-

oil-

storagetank_1710968041.html?spm=a2700.77

24857.35.1.3QSrcN

4. Tangki penyimpanan Olein

Kapasitas : 1000-3000 L

Sertifikasi : CE dan ISO 9001

Bahan : Stainless steel

Harga : Rp 20.250.000,00

Sumber :

http://www.alibaba.com/productdetail/palm

-oil-storage-

tank_1710968041.html?spm=a2700.7724857.35.1.3QSrcN

Page 54: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

36

5. Homogenizer

Kapasitas : 1500 L

Sertifikasi : ISO 9001, ce

Harga : Rp 607.500.000,00

Sumber : http://indonesian.alibaba.com/product-

gs/industrial-homogenizer-homogenizer-

price-homogenizer-machine-

60155861657.html

6. Pasteurizer

Kapasitas : 6000 kg/h

Sertifikasi : CE/ISO 9001

Harga : Rp 35.100.000,00

Sumber : http://wholesaler.alibaba.com/product-

detail/Sanitary-Grade-High-Quality-

Stainless-

Steel_60238463793/showimage.html?spm

=a2700.7765678.0.0.MwlGVV

7. Bottle sealer

Kapasitas : 6000 kg/h

Harga : Rp 108.000.000,00

Sumber : http://www.alibaba.com/product-

detail/GH-6030-Semi-auto-Bottle-

shrink_509461400.html?spm=a2700.77248

57.29.37.2evN9j&s=p

8. Timbangan digital 300 kg

Kapasitas : 300 kg

Akurasi : 1 gram

Harga : Rp 6.405.750,00

Sumber : http://www.alibaba.com/product-

detail/Industrial-Digital-Weighing-

Scales-China-

manufacture_60267001084.html?spm=a2

700.7724838.30.36.l7Khdj&s=p

Page 56: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

38

Lampiran 4 Diagram alir proses dan kapasitas alat

CPO

(1 ton/hari)

Penampungan CPO (1 ton/hari)

Kapasitas tangki : 1000-3000 L

Pemurnian CPO (1 ton/hari)

Kapasitas alat pemurnian CPO : 1-30 ton/hari

Olein Minyak Sawit

(724 kg)

Penampungan olein (724 kg)

Kapasitas tangki 1000-3000 L

Pencampuran bahan dan homogenisasi

Berat total bahan : 1218.43 kg

Kapasitas homogenizer : 1500 L

Minuman emulsi

minyak sawit

Bottle sealer

Total berat minuman emulsi: 1218.43 kg

Kapasitas bottle sealer: 6000 kg

Pasteurisasi

Total berat minuman emulsi+botol: 3039.93 kg

Kapasitas pasteurizer: 6000 kg

7286 botol minuman

emulsi minyak sawit

Page 57: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

39

Lampiran 5 Rincian lengkap biaya investasi

No Deskripsi Jumlah Satuan

Harga Satuan

(Rp) Total harga (Rp)

1 Mesin dan Alat

Boiler 1 Unit 216.000.000,00 216.000.000,00

Refining CPO (Degumming, Netralisasi, Deodorisasi,

Fraksinasi) 1 Paket 6.817.500.000,00 6.817.500.000,00

Tangki Penyimpanan CPO 1 Unit 20.250.000,00 20.250.000,00

Tangki Penyimpanan Olein 1 Unit 20.250.000,00 20.250.000,00

Homogenizer 1 Unit 607.500.000,00 607.500.000,00

Pasteurizer 1 Unit 35.100.000,00 35.100.000,00

Bottle Sealer 1 Unit 108.000.000,00 108.000.000,00

Timbangan Digital 300 kg 1 Unit 6.405.000,00 6.405.000,00

Timbangan Digital 20 kg 1 Unit 2.025.000,00 2.025.000,00

Subtotal

7.833.030.000,00

2 Fasilitas Penunjang

Instalasi Listrik 1 Paket 41.075.000,00 41.075.000,00

Instalasi Air 1 Paket 1.166.500,00 1.166.500,00

Subtotal

42.241.500,00

Total Perkiraan Biaya Investasi 7.875.271.500,00

Page 58: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

40

Lampiran 6 Angsuran modal investasi

Periode Angsuran Pokok (Rp) Bunga (Rp) Jumlah Angsuran (Rp) Saldo Akhir (Rp)

Tahun 0

7.875.271.500,00

Tahun 1 787.527.150,00 945.032.580,00 1.732.559.730,00 7.087.744.350,00

Tahun 2 787.527.150,00 850.529.322,00 1.638.056.472,00 6.300.217.200,00

Tahun 3 787.527.150,00 756.026.064,00 1.543.553.214,00 5.512.690.050,00

Tahun 4 787.527.150,00 661.522.806,00 1.449.049.956,00 4.725.162.900,00

Tahun 5 787.527.150,00 567.019.548,00 1.354.546.698,00 3.937.635.750,00

Tahun 6 787.527.150,00 472.516.290,00 1.260.043.440,00 3.150.108.600,00

Tahun 7 787.527.150,00 378.013.032,00 1.165.540.182,00 2.362.581.450,00

Tahun 8 787.527.150,00 283.509.774,00 1.071.036.924,00 1.575.054.300,00

Tahun 9 787.527.150,00 189.006.516,00 976.533.666,00 787.527.150,00

Tahun 10 787.527.150,00 94.503.258,00 882.030.408,00 0,00

Lampiran 7 Angsuran modal kerja

Periode Anggsuran Pokok (Rp) Bunga (Rp) Jumlah Angsuran (Rp) Saldo Akhir (Rp)

Tahun 0

1.242.501.714,06

Tahun 1 414.167.238,02 149.100.205,69 563.267.443,71 828.334.476,04

Tahun 2 414.167.238,02 99.400.137,13 513.567.375,15 414.167.238,02

Tahun 3 414.167.238,02 49.700.068,56 463.867.306,58 0,00

Page 59: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

41

Lampiran 8 Rincian biaya pemeliharaan, penyusutan, bunga modal dan asuransi

No Deskripsi

Jumlah Biaya

(Rp) Nilai Sisa (Rp)

Umur

Ekonomis

Penyusutan

(Rp)

Pemeliharaan

(Rp)

1 Boiler 216.000.000,00 21.600.000,00 10 19.440.000,00 21.600.000,00

2 Refining CPO 6.817.500.000,00 681.750.000,00 10 613.575.000,00 681.750.000,00

3

Tangki Penyimpanan

CPO 20.250.000,00 2.025.000,00 10 1.822.500,00 2.025.000,00

4

Tangki Penyimpanan

Olein 20.250.000,00 2.025.000,00 10 1.822.500,00 2.025.000,00

5 Homogenizer 607.500.000,00 60.750.000,00 10 54.675.000,00 60.750.000,00

6 Pasteurizer 35.100.000,00 3.510.000,00 10 3.159.000,00 3.510.000,00

7 Bottle Sealer 108.000.000,00 10.800.000,00 10 9.720.000,00 10.800.000,00

8

Timbangan Digital 300

kg 6.405.000,00 640.500,00 10 576.450,00 640.500,00

9 Timbangan Digital 20 kg 2.025.000,00 202.500,00 10 182.250,00 202.500,00

Total 7.833.030.000,00 783.303.000,00 704.972.700,00 783.303.000,00

Total bunga modal dan asuransi (Rp/tahun) = 12,5% 𝑋 𝑅𝑝 7,833,030,000.00 𝑋 (10+1)

2 𝑋 10

= Rp 538,520,812.50

Page 60: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

42

Lampiran 9 Rincian biaya produksi

No Deskripsi Jumlah Satuan Biaya Satuan

(Rp)

Biaya Total per

Tahun (Rp)

A Biaya tetap

1 Gaji tenaga kerja tak langsung

Manajer 1 orang/bulan 6.000.000,00 72.000.000,00

Staff PPIC 2 orang/bulan 3.000.000,00 72.000.000,00

Subtotal

144.000.000,00

2 Biaya Pemeliharaan 1 per tahun 783.303.000,00 783.303.000,00

Subtotal

783.303.000,00

3 Biaya Penyusutan 1 per tahun 704.972.700,00 704.972.700,00

Subtotal

704.972.700,00

4 Biaya Asuransi 1 per tahun 538.520.812,50 538.520.812,50

Subtotal

538.520.812,50

Total biaya tetap

2.170.796.512,50

B Biaya variabel

1 Tenaga kerja

langsung

Staff produksi 6 orang/bulan 2.500.000,00 180.000.000,00

Operator produksi 3 orang/bulan 2.500.000,00 90.000.000,00

Subtotal

270.000.000,00

2 Biaya bahan baku

CPO 1000 kg/hari 5.896,00 1.768.800.000,00

Asam Fosfat 1,50 kg/hari 55.000,00 24.750.000,00

Page 61: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

43

NaOH 8,996 kg/hari 10.000,00 26.988.000,00

Air 311 L/hari 40,00 3.732.000,00

Tween 80 10,340 kg/hari 150.000,00 465.300.000,00

Na Benzoat 2,068 kg/hari 19.000,00 11.787.600,00

BHT 0,207 kg/hari 101.250,00 6.287.625,00

EDTA 0,207 kg/hari 115.000,00 7.141.500,00

HFS 155,10 kg/hari 6.350,00 295.465.500,00

Flavor Melon 15,510 kg/hari 125.000,00 581.625.000,00

Subtotal

3.191.877.225,00

Biaya kemasan

Botol Gelap 7286 botol/hari 1417,5 3.098.371.500,00

Label Kemasan 7286 label/hari 300 655.740.000,00

Subtotal

3.754.111.500,00

3 Biaya utilitas

Listrik 600 kWh/hari 1.352,00 243.360.000,00

Air 50 m3/hari 4.000,00 60.000.000,00

Solar 100 L/hari 6.900,00 207.000.000,00

Subtotal

510.360.000,00

Total biaya variabel

7.726.348.725,00

Total biaya 9.897.145.237,50

CPO/ hari : 1000 kg Minuman emulsi/tahun : 2,185,800 botol Harga+keuntungan+PPN : Rp 8,467.23

Olein/hari : 1000 kg HPP/botol : Rp 4,527.93 Harga jual/botol : Rp 8,500.00

Minuman emulsi/hari : 1,184.257 kg Keuntungan (70%) : Rp 3,169.55

Minuman emulsi/hari : 1,457.308 L Harga+ keuntungan per botol : Rp 7,697.48

Minuman emulsi/hari : 7286 botol PPN (10%) : Rp 769.75

Page 62: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

44

Lampiran 10 Proyeksi laba rugi

Komponen Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Penjualan

Minuman Emulsi Minyak

Sawit 13.460.117.523,00 15.142.632.213,38 16.825.146.903,75 16.825.146.903,75 16.825.146.903,75

Total penjualan 13.460.117.523,00 15.142.632.213,38 16.825.146.903,75 16.825.146.903,75 16.825.146.903,75

Pengeluaran

Biaya tetap 2.170.796.512,50 2.170.796.512,50 2.170.796.512,50 2.170.796.512,50 2.170.796.512,50

Biaya variabel 6.181.078.980,00 6.953.713.852,50 7.726.348.725,00 7.726.348.725,00 7.726.348.725,00

Total pengeluaran 8.351.875.492,50 9.124.510.365,00 9.897.145.237,50 9.897.145.237,50 9.897.145.237,50

Laba kotor 5.108.242.030,50 6.018.121.848,38 6.928.001.666,25 6.928.001.666,25 6.928.001.666,25

Pajak 1.277.060.507,63 1.504.530.462,09 1.732.000.416,56 1.732.000.416,56 1.732.000.416,56

Laba bersih 3.831.181.522,88 4.513.591.386,28 5.196.001.249,69 5.196.001.249,69 5.196.001.249,69

Komponen Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10

Penjualan

Minuman Emulsi Minyak

Sawit 16,825,146,903.75 16,825,146,903.75 16,825,146,903.75 16,825,146,903.75 16,825,146,903.75

Total penjualan 16,825,146,903.75 16,825,146,903.75 16,825,146,903.75 16,825,146,903.75 16,825,146,903.75

Pengeluaran

Biaya tetap 2,170,796,512.50 2,170,796,512.50 2,170,796,512.50 2,170,796,512.50 2,170,796,512.50

Biaya variabel 6,181,078,980.00 6,181,078,980.00 6,181,078,980.00 6,181,078,980.00 6,181,078,980.00

Total pengeluaran 9,897,145,237.50 9,897,145,237.50 9,897,145,237.50 9,897,145,237.50 9,897,145,237.50

Laba kotor 6,928,001,666.25 6,928,001,666.25 6,928,001,666.25 6,928,001,666.25 6,928,001,666.25

Pajak 1,277,060,507.63 1,277,060,507.63 1,277,060,507.63 1,277,060,507.63 1,277,060,507.63

Laba bersih 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69

Page 63: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

45

Lampiran 11 Rincian perhitungan BEP

Qi = 𝐹𝐶

𝑃−𝑉𝐶

keterangan:

Qi = Jumlah unit (volum) yang dihasilkan dan terjual pada titik impas

FC = Biaya tetap

P = Harga jual per unit

VC = Biaya tidak tetap per unit

Qi = 2,170,796,512.50

7,697.48−(7,726 ,348 ,725 .00

2,185 ,800)

Qi = 521,489.42

BEP = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝

1−(𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖 𝑚𝑎𝑎𝑛)

BEP = 2,170,796,512.50

1−(7,726 ,348 ,725 .00

16,825 ,146 ,903 .75)

BEP = 4,014,153,243.48 Rupiah

Page 64: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

46

Lampiran 12 Proyeksi arus kas

Komponen Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Penerimaan bersih

Laba bersih

3.831.181.522,88 4.513.591.386,28 5.196.001.249,69 5.196.001.249,69 5.196.001.249,69

Subtotal 0,00 3.831.181.522,88 4.513.591.386,28 5.196.001.249,69 5.196.001.249,69 5.196.001.249,69

Pengeluaran bersih

Investasi 7.875.271.500,00

Modal Kerja

1.242.501.714,06

Angsuran modal

investasi

787.527.150,00 787.527.150,00 787.527.150,00 787.527.150,00 787.527.150,00

Bunga modal investasi

945.032.580,00 850.529.322,00 756.026.064,00 661.522.806,00 567.019.548,00

Angsuran modal kerja

414.167.238,02 414.167.238,02 414.167.238,02

Bunga modal kerja

149.100.205,69 99.400.137,13 49.700.068,56

Subtotal

7.875.271.500,00 3.538.328.887,77 2.151.623.847,15 2.007.420.520,58 1.449.049.956,00 1.354.546.698,00

Arus kas bersih (7.875.271.500,00) 292.852.635,10 2.361.967.539,13 3.188.580.729,11 3.746.951.293,69 3.841.454.551,69

Arus kas awal tahun 0,00 (7.875.271.500,00) (7.582.418.864,90) (5.220.451.325,77) (2.031.870.596,66) 1.715.080.697,03

Arus kas akhir tahun

(akumulasi) (7.875.271.500,00) (7.582.418.864,90) (5.220.451.325,77) (2.031.870.596,66) 1.715.080.697,03 5.556.535.248,71

Page 65: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

47

Komponen Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10

Penerimaan bersih

Laba bersih 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69

Subtotal 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69 5,196,001,249.69

Pengeluaran bersih

Investasi

Modal Kerja

Angsuran modal

investasi 787.527.150,00 787.527.150,00 787.527.150,00 787.527.150,00 787.527.150,00

Bunga modal investasi 472.516.290,00 378.013.032,00 283.509.774,00 189.006.516,00 94.503.258,00

Angsuran modal kerja

Bunga modal kerja

Subtotal

1.260.043.440,00 1.165.540.182,00 1.071.036.924,00 976.533.666,00 882.030.408,00

Arus kas bersih 3.935.957.809,69 4.030.461.067,69 4.124.964.325,69 4.219.467.583,69 4.313.970.841,69

Arus kas awal tahun 5.556.535.248,71 9.492.493.058,40 13.522.954.126,09 17.647.918.451,78 21.867.386.035,46

Arus kas akhir tahun

(akumulasi) 9.492.493.058,40 13.522.954.126,09 17.647.918.451,78 21.867.386.035,46 26.181.356.877,15

Page 66: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

48

Lampiran 13 Perhitungan kriteria kelayakan investasi

Tahun Bt – Ct Akumulasi DF (12%) PV

0 (7.875.271.500,00) (7.875.271.500,00) 1 (7.875.271.500,00)

1 292.852.635,10 (7.582.418.864,90) 0.88 257.710.318,89

2 2.361.967.539,13 (5.220.451.325,77) 0.77 1.829.107.662,30

3 3.188.580.729,11 (2.031.870.596,66) 0.68 2.172.928.486,63

4 3.746.951.293,69 1.715.080.697,03 0.60 2.247.029.304,97

5 3.841.454.551,69 5.556.535.248,71 0.53 2.027.258.173,86

6 3.935.957.809,69 9.492.493.058,40 0.46 1.827.874.892,23

7 4.030.461.067,69 13.522.954.126,09 0.41 1.647.151.080,48

8 4.124.964.325,69 17.647.918.451,78 0.36 1.483.479.585,11

9 4.219.467.583,69 21.867.386.035,46 0.32 1.335.370.273,06

10 4.313.970.841,69 26.181.356.877,15 0.28 1.201.445.089,89

NPV 8.154.083.367,42

Parameter Nilai

NPV (Rp) 8,154,083,367.42

IRR (%) 23,54

Net B/C 2,04

PBP (tahun) 3,39

Page 67: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

49

Lampiran 14 Hasil analisis sensitivitas terhadap variabel kenaikan harga botol kaca gelap

Kriteria Normal Botol naik 10% Botol naik 20%

Harga botol kaca gelap (per pcs) 1,417,5 1,559.30 1701,00

NPV (Rp) 8,154,083,367.42 6,983,467,605.63 5,939,212,150.98

IRR (%) 23,54 22,14 20,90

Net B/C 2,04 1,89 1,75

BEP (botol) 521,489.42 539,873.48 599,601.10

BEP (Rp) 4,014,153,243.48 4,155,664,145.23 4,307,516,996.24

PBP (tahun) 3.39 3.47 3.54

Lampiran 15 Hasil analisis sensitivitas terhadap variabel kenaikan CPO

Kriteria Normal CPO naik 20% CPO naik 30%

Harga bahan baku (Rp/kg) 5,896,00 7,075.20 7664,80

NPV (Rp) 8,154,083,367.42 6,943,880,154.37 6,275,598,394.27

IRR (%) 23,54 22,16 21,33

Net B/C 2,04 1,88 1,80

BEP (botol) 521,489.42 542,585.05 553,786.11

BEP (Rp) 4,014,153,243.48 4,176,536,394.06 4,262,756,295.93

PBP (tahun) 3.39 3.47 3.51

Page 68: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

50

Lampiran 16 Hasil analisis sensitivitas terhadap variabel penurunan kapasitas produksi

Kriteria Normal Kapasitas turun 10% Kapasitas turun 20%

Kapasitas produksi (ton/tahun) 300 270 240

NPV (Rp) 8,154,083,367.42 3,883,720,113.32 (519,864,871.94)

IRR (%) 23,54 18,13 11,07

Net B/C 2,04 1,48 0,94

BEP (botol) 521,489.42 538,220.88 560,757.46

BEP (Rp) 4,014,153,243.48 4,142,943,245.37 4,316,418,054.63

PBP (tahun) 3.39 4.32 6.13

Lampiran 17 Perbandingan minuman emulsi minyak sawit dengan produk sejenis yang ada di pasaran

Produk Takaran

Saji

Kadar

Vitamin

A (RE)

per

sajian

Pemenuhan

AKG anak-

anak (350

RE) (%)

Takaran

saji untuk

memenuhi

100% AKG

Isi Harga (Rp) Harga

untuk

memenuhi

100%

AKG (Rp)

Minuman

Emulsi

6.15 ml/

5 gram

332.56 95 6.47 ml/

5.26 gram

200 ml Rp 8,500.00 275

Scott’s

Emulsion

15 ml 85 24 62.5 ml 200 ml Rp

25,000.00

7812

Curcuma

Plus

15 ml 85 24 62.5 ml 200 ml Rp

25,000.00

7812

Sundown

Naturals

1 soft gel 500 143 0.70 soft gel 100 soft

gels

Rp

99.000,00

693

Nature

Made

Vitamin A

1 soft gel 800 228 0.44 soft gel 100 soft

gels

Rp

205.000,00

902

Page 69: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

51

PR SKRIPSI

1. Gambarkan notasi Hunter L*a b

2. Apakah karakteristik fraksi olein hasil proses fraksinasi skala pilot plant

yang tidak optimal pada penelitian ini berbeda dengan karakteristik fraksi

olein hasil proses fraksinasi pada skala industri menurut Sari (2013)?

3. Jelaskan perbedaan pangan fungsional dan suplemen!

4. Bagaimanakah perbandingan minuman emulsi dengan produk sejenis di

pasaran dari segi harga dan kandungan nutrisi?

5. Jelaskan perbedaan bahan baku, bahan tambahan pangan dan bahan

penolong!

6. Apakah alasan pemilihan proses pasteurisasi?

Jawab :

1. Gambar notasi Hunter L*a b

Notasi Hunter L*ab pada penelitian ini yaitu L* 69.76, a +13.08, b +79.66

dikonversi menjadi ºHue sebesar 42.76 yang diterjemahkan menjadi warna

orange (FFA 500)

2. Menurut Basiron (2005), tidak berbeda secara signifikan. Karena,

perbedaan metode atau kondisi fraksinasi minyak sawit yang diterapkan

terutama mempengaruhi karakteristik fraksi stearin. Dengan mengubah

metode dan kondisi fraksinasi, akan didapatkan berbagai variasi stearin

dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda. Namun, perbedaan sifat fisik

dan kimia fraksi olein sangat minimal. Selain itu, berdasarkan nilai

parameter kritis pada minuman emulsi di penelitian ini yaitu kadar β-

karoten sebesar 399.07 ppm, masih mendekati kadar β-karoten minuman

emulsi yang dibuat dengan olein hasil fraksinasi skala industri pada

penelitian Surfiana (2002) sebesar 310.87 ppm (kisaran 300 ppm). Hal ini

disebabkan karena perlakuan utama pada proses fraksinasi ialah proses

Page 70: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

52

kristalisasi melalui penurunan suhu yang tidak menyebabkan degradasi

komponen β-karoten secara signifikan seperti pada proses pemanasan.

3. Pangan fungsional adalah pangan yang secara alami maupun telah

mengalami proses mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan

kajian-kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu

yang bermanfaat bagi kesehatan. Pangan fungsional dikonsumsi

sebagaimana layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik

sensori berupa penampakan, warna, tekstur dan atau rasa yang dapat

diterima oleh konsumen serta tidak memberikan kontraindikasi dan efek

samping terhadap metabolisme zat gizi lainnya jika digunakan dalam

jumlah yang dianjurkan (BPOM 2001). Menurut Muchtadi (2012), pangan

fungsional harus mempunyai tiga fungsi dasar, yaitu: (1) sensory (warna

dan penampilannya menarik, citarasanya enak), (2) nutritional (bernilai

gizi tinggi), dan (3) physiological (memberikan pengaruh fisiologis

menguntungkan bagi tubuh). Sedangkan, suplemen makanan adalah

produk yang digunakan untuk melengkapi makanan, mengandung satu

atau lebih bahan sebagai berikut, yaitu vitamin, mineral, tumbuhan atau

bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan

untuk meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau konsentrat,

metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan diatas.

Suplemen makanan dapat berupa produk padat meliputi tablet, tablet

hisap, tablet efervesen, tablet kunyah, serbuk, kapsul, kapsul lunak,

granula, pastiles atau produk cair berupa tetes, sirup atau larutan (BPOM

1996)

4. Perbandingan minuman emulsi dengan produk sejenis

Produk Takaran

Saji

Kadar

Vitamin

A (RE)

per

sajian

Pemenuhan

AKG anak-

anak (350

RE) (%)

Takaran

saji untuk

memenuhi

100% AKG

Isi Harga (Rp) Harga

untuk

memenuhi

100% AKG

(Rp)

Minuman

Emulsi

6.15 ml/

5 gram

332.56 95 6.47 ml/

5.26 gram

200 ml Rp 8,500.00 275

Scott’s

Emulsion

15 ml 85 24 62.5 ml 200 ml Rp

25,000.00

7812

Curcuma

Plus

Emulsion

15 ml 85 24 62.5 ml 200 ml Rp

25,000.00

7812

Sundown

Naturals

1 soft gel 500 143 0.70 soft gel 100 soft gels Rp

99.000,00

693

Nature

Made

Vitamin A

1 soft gel 800 228 0.44 soft gel 100 soft gels Rp

205.000,00

902

Page 71: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

53

5. Bahan baku adalah bahan utama atau bahan pokok dan merupakan

komponen utama dari suatu produk. Bahan baku biasanya mudah

ditelusuri dalam suatu produk. Bahan baku biasanya mudah ditelusuri

dalam suatu produk yang harganya relatif tinggi dibandingkan dengan

bahan pembantu (Nafarin 2007). Definisi bahan tambahan pangan (BTP)

versi the Food Protection Committee of the Food and Nutrition Board

yang dikutip dalam buku Branen et al. (2002) adalah suatu substansi atau

campuran substansi, selain dari ingredient utama pangan, yang berada

dalam suatu produk pangan sebagai akibat dari suatu aspek produksi,

pengolahan, penyimpanan, atau pengemasan (tidak termasuk kontaminan).

Sedangkan bahan penolong adalah bahan, tidak termasuk peralatan, yang

lazimnya tidak dikonsumsi sebagai pangan, digunakan dalam proses

pengolahan pangan untuk memenuhi tujuan teknologi tertentu dan tidak

meninggalkan residu pada produk akhir, tetapi apabila tidak mungkin

dihindari, residu dan/atau turunannya dalam produk akhir tidak

menimbulkan risiko terhadap kesehatan serta tidak mempunyai fungsi

teknologi (BPOM 2015).

6. Pemilihan proses termal pasteurisasi didasari karakteristik minuman

emulsi yang memiliki pH < 4.6 dan sensitif terhadap perlakuan panas

tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan mutu seperti komponen

bioaktif β-karoten yang dapat rusak karena pemanasan tinggi (Nollet

1992) dan sifat stabilitas emulsi yang dipengaruhi oleh suhu (Rita 2011).

Selain itu, pemilihan suhu dan waktu pasteurisasi juga didasari penelitian

Rita (2011) bahwa perlakuan pasteurisasi pada suhu 70ºC selama 10 menit

untuk minuman emulsi minyak sawit menghasilkan kestabilan emulsi

terbaik (97.81%) dan jumlah mikroba yaitu 4X101 koloni/g, jauh dibawah

batas maksimum SNI 01-3816-1995 mengenai santan cair yaitu 1X105

koloni/g.

Page 72: PROSES PEMBUATAN MINUMAN EMULSI MINYAK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80888/1/F16yrp.pdf · Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Proses Pembuatan Minuman

54

RIWAYAT PENULIS

Yos Rizal Prima Saputra dilahirkan di Magetan (Jawa

Timur) pada 2 Desember 1993 dari pasangan Suyoto dan

Wiwik Sri Lestari. Penulis adalah anak pertama dari dua

bersaudara. Penulis mengenyam pendidikan di SDN

Magetan 3 (1999-2005), SMPN 1 Magetan (2005-2008),

SMAN 1 Magetan (2008-2011) dan program S1 di

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

SNMPTN Undangan. Selama perkuliahan, penulis aktif

mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan diantaranya sebagai Head of

Training and Development Department (2012-2013), President (2013-2014) dan

Steering Committee (2014-2015) di UKM IPB Debating Community (IDC) serta

sebagai Staff Exchange Program Department (2011-2012) di UKM IAAS LC IPB

dan Anggota Divisi Syi’ar Forum Bina Islami Fakultas Teknologi Pertanian

(2012-2103). Beberapa prestasi di bidang kemahasiswaan juga pernah diraih

penulis diantaranya adalah Juara 1 Musabaqah Debat Ilmiah Kandungan Al-

Qur’an dalam Bahasa Inggris MTQ Mahasiswa Nasional 2015, Juara 1 Lomba

Debat “Politik Ceria” 2015, Juara 3 Lomba Debat Marketing se-Jawa Bali 2015,

4th

Novice Best Speaker Java Overland Varsities English Debating 2014 serta

menjadi delegasi IPB ke berbagai kompetisi debat parlementer dalam Bahasa

Inggris maupun kompetisi simulasi sidang PBB tingkat Internasional seperti

United Asian Debating Championship (UADC) 2014 di Nanyang Technological

University, Singapura, 23rd

Harvard World Model United Nations 2014 di

Brussels, Belgia dan 15th

Geneva International Model United Nations di Geneva,

Swiss. Penulis juga merupakan penerima Beasiswa Unggulan Bank CIMB Niaga

dan Kemdikbud RI sejak tahun 2011. Penulis melakukan kegiatan penelitian

sebagai tugas akhir dengan topik “Proses Pembuatan Minuman Emulsi Minyak

Sawit dan Analisis Teknoekonomi pada Skala Industri” di Laboratorium

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan SEAFAST Center IPB dibawah

bimbingan Prof. Dr. Ir. Tien R. Muchtadi, MS dan Dr. Ir. Emmy Darmawati, Msi.