proptek boyolali--penyusunan desa tangguh bencana

41
5 BENTUK URAIAN PENDEKATAN METODOLOGI

Upload: nugroho-mujiraharjo

Post on 09-Apr-2016

133 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Penysusunan Destana Boyolali

TRANSCRIPT

Page 1: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

5 BENTUK URAIAN

PENDEKATAN

METODOLOGI

Page 2: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

PROPOSAL TEKNIS

TANGGAPAN TERHADAP KAK

Terhadap KAK ini, konsultan diminta untuk menginisiasi Desa Tangguh

Bencana. Seperti diketahui bahwa Desa Tangguh Bencana ini merupakan

inisiasi pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK) yang

berkembang menyusul terjadinya bencana-bencana besar di Indonesia, seperti

gempa bumi-tsunami NAD 2004 dan gempa Yogya-Jateng 2006.

Tahun 2007 disahkanlah UU Nomor 24 Tahun 2007 yang merupakan tonggak

batu loncatan perubahan fundamental pada penanggulangan bencana di

Indonesia, yang memberikan paradigma baru penanggulangan bencana yang

berbasis pengurangan risiko bencana.

Praktek-praktek PRBBK yang berkembang di desa pada waktu masa-masa

awal (tahun 2004-2008) belum terlembagakan dalam regulasi seperti saat ini,

masih berupa inisiasi-inisiasi dengan metode yang beranekaragam tergantung

dari inisiatornya. Tercatat sebagai contoh di wilayah DIY dan Jawa Tengah

tahun 2008 telah ada inisiasi Desa Tangguh Bencana oleh lembaga-lembaga

swadaya masyarakat yang bekerjasama dengan UNDP ERA. Inisiasi ini masih

berupa inisiasi awal yang masih berwujud assessment risiko serta kegiatan-

kegiatan yang masih berupa ujicoba. Tahun 2010, diinisiasilah Desa Tangguh

Bencana oleh Program SCDRR UNDP di beberapa desa pilot project di DIY,

Jawa Tengah, serta provinsi lain (seperti Bengkulu). Serta disusul oleh

praktek-praktek pengembangan desa tangguh bencana oleh masyarakat peduli

bencana di seluruh Indonesia. Hasil program tahun 2010 s.d. 2011 inilah yang

membentuk/mematangkan konsep Desa Tangguh secara nasional.

Sejarahnya, salah satu lembaga inisiator Desa Tangguh Bencana adalah para

konsultan kami. Para konsultan kami di bawah lembaga YP2SU menginisiasi

program Desa Tangguh Bencana, bekerjasama dengan SCDRR UNDP di 2 desa

Page 3: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

di Kabupaten Bantul tahun 2010-2011. (Desa Wonolelo, Pleret Bantul dan

Desa Mulyodadi, Bambanglipuro Bantul).

Pembelajaran dari semua aktor inilah yang menjadi bahan diundangkannya

Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembentukan

Desa/Kelurahan Tangguh Bencana. Dan pembelajaran kami digunakan

menjadi salah satu referensi untuk mengembangkan Perka BNPB tersebut.

Dan, upaya-upaya inisiasi awal inilah yang turut serta membawa Presiden RI

Susilo Bambang Yudhoyono diberikan hadiah Global Champion for Disaster

Risk Reduction pada tahun 2011 oleh PBB.

Sejak saat itulah, Pemerintah Pusat melalui BNPB maupun Daerah melalui

BPBD telah menginisiasi banyak desa tangguh di Indonesia. Termasuk yang

dilakukan perusahaan kami di Kabupaten Cilacap, bekerjasama dengan BPBD

Cilacap di beberapa desa di sana.

Dari KAK yang disajikan, konsultan berkesimpulan bahwa:

a) Konsultan memahami betul apa yang diinginkan oleh pemberi pekerjaan

(BPBD Kab. Boyolali), yakni membangun dan mengembangkan Desa

Tangguh Bencana di 2 (dua) desa yang berkelanjutan dan sesuai/tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

serta memperkuat kearifan/potensi lokal.

b) Konsultan mengusulkan agar dalam referensi hukum yang diajukan,

ditambah peraturan-peraturan dari instansi lain yang terkait seperti

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi/ Permendesa Nomor 1 tahun 2015, Permendesa Nomor 2

tahun 2015, dan Permendesa Nomor 5 tahun 2015, karena akan terkait

dengan kelembagaan Desa Tangguh. Permendesa 1/2015 tentang

kewenangan desa, Permendesa 2/2015 tentang Musyawarah Desa,

Permendesa 5/2015 tentang alokasi anggaran desa 2015.

Page 4: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Konsultan mengusulkan agar keluaran disesuaikan dengan Standar

teknis yang digunakan, yakni Panduan Teknis Fasilitator Pelaksanaan

Kegiatan Desa/Kelurahan Desa Tangguh Bencana atau Kegiatan

Penguatan Masyarakat Serupa Lainnya dari BNPB tahun 2015. Yang

disusun sebagai panduan teknis resmi berdasarkan Perka BNPB Nomor

1 Tahun 2012. Adapun komponen desa tangguh bencananya adalah:

a. Pengenalan dan Sosialisasi Desa Tangguh Bencana, misalnya dalam

bentuk FGD

b. Kajian dan Peta Ancaman

c. Kajian dan Peta Kerentanan

d. Kajian dan Peta Kapasitas

e. Kajian dan Peta Risiko

f. Dokumen/Draf Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana, termasuk

di dalamnya pengelolaan asset penghidupan serta draft legalisasinya

g. Dokumen/Draft Dokumen Rencana Aksi Komunitas untuk Pengurangan

Risiko Bencana termasuk di dalamnya pengelolaan asset penghidupan

serta draft legalisasinya

h. Dokumen/Draft Dokumen Rencana Kontinjensi bencana prioritas serta

draft legalisasinya

i. Peta dan rencana evakuasi

j. Sistem Peringatan Dini Bencana Komunitas

k. Terbentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa , dibuatkan

draft legalisasinya

l. Terbentuk Relawan Penanggulangan Bencana, dibuatkan draft

legalisasinya

m. Integrasi dokumen RPB/RAK ke dalam Rencana Pembangunan Desa,

dalam bentuk draft RPJMDesa / Draft Revisi RPJMDesa dan dokumen

lainnya yang memenuhi

n. Sosialisasi hasil program kepada masyarakat dalam bentuk kampanye

PRBBK.

Page 5: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

URAIAN PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sejarah kebencanaan di Kabupaten Boyolali menunjukkan, akibat hadirnya

bencana menimbulkan dampak yang cukup signifikan berupa kerugian,

kerusakan dan kehilangan aset kehidupan dan penghidupan baik

masyarakat maupun pemerintah. Kerugian dan kerusakan itu, setidaknya

menyangkut beberapa aset antara lain: aset fisik dan infrastruktur, aset

ekonomi, aset sosial, aset alam dan lingkungan, dan aset manusia.

Karakteristik alam dan sosial yang cukup kompleks menyebabkan

Kabupaten Boyolali menjadi daerah yang rawan bencana. Bencana sering

terjadi di Kabupaten Boyolali yang bersifat insidental seperti gempa bumi,

letusan gunung api, kebakaran maupun bencana yang bersifat musiman

seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan kekeringan.

Kejadian-kejadian bencana tersebut berpengaruh terhadap proses dan

hasil-hasil pembangunan di Kabupaten Boyolali.

Bencana telah menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang diperoleh

dengan susah payah. Dana yang digunakan untuk tanggap darurat dan

pemulihan pasca bencana juga telah mengurangi anggaran yang

seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional dan

program-program pemberantasan kemiskinan. Jika terjadi bencana,

masyarakat miskin dan kaum marginal yang tinggal di kawasan rawan

akan menjadi pihak yang paling dirugikan, karena jumlah korban terbesar

biasanya berasal dari kelompok ini dan pemiskinan yang ditimbulkan oleh

bencana sebagian besar akan menimpa mereka.

Page 6: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Mengingat korban terbesar dari bencana adalah kaum miskin di tingkat

masyarakat dan yang pertama-tama menghadapi bencana adalah

masyarakat sendiri, pemerintah mengembangkan program pengurangan

risiko bencana berbasis komunitas, sesuai dengan tanggung-jawab negara

untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Salah satu strategi yang akan digunakan untuk

mewujudkan ini adalah melalui pengembangan desa-desa yang tangguh

terhadap bencana. Desa Tangguh Bencana adalah desa yang memiliki

kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman

bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang

merugikan, jika terkena bencana.

Upaya pengurangan risiko bencana berbasis komunitas yang akan

dilaksanakan melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana. Untuk

mewujudkan program desa tangguh bencana tersebut, Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Boyolali pada Tahun

Anggaran 2015 melaksanakan kegiatan Pembentukan 2 (Dua) Desa

Tangguh Bencana.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud pembentukan desa tangguh bencana adalah mewujudkan desa

yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi

ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak

bencana yang merugikan, jika terkena bencana.

Adapun tujuan pembentukan desa tangguh bencana adalah :

a. Melindungi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana dari

dampak-dampak merugikan;

Page 7: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

b. Meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya kelompok rentan,

dalam pengelolaan sumber daya dalam rangka mengurangi risiko

bencana;

c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya dan pemeliharaan kearifan lokal bagi pengurangan risiko

bencana (PRB);

d. Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan dukungan

sumber daya dan teknis bagi pengurangan risiko bencana;

e. Meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam

PRB, pihak pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM,

organisasi masyarakat dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli.

3. Sasaran

Sasaran dari pembentukan Desa Tangguh Bencana ini adalah

terwujudnya masyarakat yang mampu mengantisipasi dan

meminimalisir kekuatan yang merusak, melalui adaptasi. Mereka juga

mampu mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar tertentu

ketika terjadi bencana. Dan jika terkena dampak bencana, mereka akan

dengan cepat bisa membangun kehidupannya menjadi normal kembali

atau paling tidak dapat dengan cepat memulihkan diri secara mandiri.

4. Lokasi Pekerjaan

Lokasi kegiatan dipilih sebagai percontohan desa tangguh bencana,

yaitu :

1. Desa Tlogolele, Kecamatan Selo;

2. Desa Sangup, Kecamatan Musuk.

DATA PENUNJANG

5. Standar Teknis

Page 8: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Standar teknis yang digunakan adalah Panduan Teknis Fasilitator

Pelaksanaan Kegiatan Desa/Kelurahan Desa Tangguh Bencana atau

Kegiatan Penguatan Masyarakat Serupa Lainnya dari BNPB tahun 2015.

Yang disusun sebagai panduan teknis resmi berdasarkan Perka BNPB

Nomor 1 Tahun 2012.

6. Studi-studi terdahulu

-

7. Referensi Hukum

a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana;

b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

d. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

f. Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman

Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana;

g. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan

Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;

Page 9: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

h. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan

Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;

i. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas

Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;

j. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2012

tentang Organisasi Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Kabupaten Boyolali;

k. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kabupaten Boyolali;

l. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 10 Tahun 2014

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Boyolali Tahun 2015;

m. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 58 Tahun 2014 tentang Penjabaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali

Tahun 2015;

n. Keputusan Bupati Boyolali Nomor 900/452 tahun 2014 tentang

Standarisasi Satuan Harga Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran

2015;

o. Keputusan Bupati Boyolali Nomor 900/47 Tahun 2015 tentang

Perubahan Standarisasi Satuan Harga Kabupaten Boyolali Tahun

Anggaran 2015.

RUANG LINGKUP

8. Lingkup Pekerjaan

Adapun lingkup pekerjaan ini adalah Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali beserta 2 (dua) desa lokasi

program/kegiatan.

1. Desa Tlogolele, Kecamatan Selo;

Page 10: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

2. Desa Sangup, Kecamatan Musuk.

9. Keluaran

Keluaran dari kegiatan ini didasarkan pada Standar teknis yang

digunakan adalah Panduan Teknis Fasilitator Pelaksanaan Kegiatan

Desa/Kelurahan Desa Tangguh Bencana atau Kegiatan Penguatan

Masyarakat Serupa Lainnya dari BNPB tahun 2015. Yang disusun

sebagai panduan teknis resmi berdasarkan Perka BNPB Nomor 1 Tahun

2012.

a. Pengenalan dan Sosialisasi Desa Tangguh Bencana, misalnya dalam

bentuk FGD

b. Kajian dan Peta Ancaman

c. Kajian dan Peta Kerentanan

d. Kajian dan Peta Kapasitas

e. Kajian dan Peta Risiko

f. Dokumen/Draf Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana, termasuk

di dalamnya pengelolaan asset penghidupan serta draft legalisasinya

g. Dokumen/Draft Dokumen Rencana Aksi Komunitas untuk

Pengurangan Risiko Bencana termasuk di dalamnya pengelolaan asset

penghidupan serta draft legalisasinya

h. Dokumen/Draft Dokumen Rencana Kontinjensi bencana prioritas serta

draft legalisasinya

i. Peta dan rencana evakuasi

j. Sistem Peringatan Dini Bencana Komunitas

k. Terbentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa ,

dibuatkan draft legalisasinya

l. Terbentuk Relawan Penanggulangan Bencana, dibuatkan draft

legalisasinya

Page 11: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

m. Integrasi dokumen RPB/RAK ke dalam Rencana Pembangunan Desa,

dalam bentuk draft RPJMDesa / Draft Revisi RPJMDesa dan dokumen

lainnya yang memenuhi

n. Sosialisasi hasil program kepada masyarakat dalam bentuk kampanye

PRBBK.

o. Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan

Kegiatan pembentukan desa tangguh bencana dilaksanakan selama 60

(enam puluh) hari kalender pada Tahun Anggaran 2015.

LAPORAN

a. Laporan Pendahuluan memuat

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari

kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.

.

b. Laporan Akhir memuat

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari

kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan

dan cakram padat/compact disc (jika diperlukan).

Pendekatan dan metodologi

b. Pendekatan dan Metodologi

Desa Tangguh Bencana (Destana) secara umum merupakan kegiatan program

penguatan masyarakat melengkapi program / proyek serupa yang dilakukan

lembaga kementrian lain, LSM atau swasta di desa-desa sasaran. Perhatian

Destana terfokus dan menyeluruh pada upaya pengurangan risiko bencana.

Page 12: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Inisiatif pelaksanaan program Destana di desa sasaran dapat diprakarsai oleh

APBN /BNPB, APBD /BPBD dan/atau lembaga non-pemerintah penyandang

sumberdaya. Kegiatan program Destana dilaksanakan untuk meningkatkan

kemampuan warga masyarakat desa agar warga masyarakat dapat belajar

menambah pengetahuan dan keterampilan teknis tertentu, dapat hidup aman

dan nyaman berdampingan dengan dinamika alam yang ada di lingkungannya

(gunung api, gempa, longsor, banjir, tsunami, angin topan, dll.), serta lebih

peduli dan berpikir strategis untuk dapat melakukan kegiatan penghidupan

yang berkelanjutan.

Program Destana menawarkan upaya peningkatan kemampuan yang

diperlukan warga untuk dapat mengelola risiko akibat bencana alam atau

teknologi yang dapat mengganggu keselamatan hidup dan penghidupan

masyarakat desa. Peningkatan kemampuan masyarakat ini mencakup perihal

pengetahuan tentang kondisi desa secara lebih baik

perkiraan/perhitungan potensi risiko bencana berdasarkan kajian yang

melibatkan warga

penyusunan rencana tindakan mencegah, menangkal dan meredam potensi

ancaman

keterampilan teknis bagi relawan dan perangkat desa

penguatan koordinasi, kerjasama dan simpul-simpul sosial di antar

kelompok masyarakat untuk menemukan pilihan-pilihan cara penyelesaian

masalah yang ada di antara masyarakat desa sasaran secara mandiri.

Program Destana sendiri merupakan rangkaian kegiatan berupa lokakarya

mengenali lebih baik desanya sendiri, mengembangkan kajian risiko,

menyusun rencana-rencana tindakan mengurangi risiko bencana, sosialisasi,

musyawarah, kunjungan verifikasi di lapangan, pembangunan mitigasi

bencana, dan latihan peningkatan keterampilan-keterampilan teknis tertentu.

Sumberdaya pendukung pelaksanaannya dapat berasal dari inisiatif

Page 13: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

masyarakat, Alokasi Dana Desa, APBD, APBN, lembaga non pemerintah,

lembaga asing atau swasta.

Kegiatan pengenalan Destana di tingkat kabupaten biasanya diselenggarakan

dalam bentuk pemaparan dan diskusi tentang program Destana, dihadiri oleh

perwakilan SKPD, lembaga non-pemerintah terkait di kabupaten serta

perangkat desa dan kecamatan.

Lembaga pemerintah dan non-pemerintah kemungkinanan sudah

melaksanakan beberapa kegiatan program peningkatan kemampuan

masyarakat di desa sasaran sebelum dilakukan program Destana ini.

Kegiatan-kegiatan program tersebut dapat berupa pendidikan informal dan

non-formal, peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran terkait

bencana, ekonomi, kesehatan, pembangunan fisik, lingkungan, air sanitasi,

teknologi tepat guna, dll.

Capaian dari program-program lain sejauh ini dapat menjadi modal untuk

kemudian dilanjutkan atau dilengkapi dengan kegiatan program Destana.

Karenannya, sangat penting untuk mengumpulkan informasi hasil program

yang ada dari semua pihak dengan membicarakannya secara bebas dan luas

dalam pertemuan Pengenalan Destana di Kabupaten ini. Selain itu,

pengumpulan informasi dasar ini dapat dilakukan dengan menggunakan

perangkat sederhana berupa tabel/formulir untuk diisi oleh para peserta

perwakilan lembaga yang hadir saat pertemuan ini. Hasil pengumpulan data

dasar ini digabungkan dengan informasi yang tersedia di

desa/kelurahan/kecamatan kemudian diperlakukan sebagai data

dasar/baseline.

Desa Tangguh Bencana ini adalah strategi yang efektif dengan logika dalam

skema di bawah ini:

Page 14: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana
Page 15: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Adapun komponen komponen Desa Tangguh Bencana adalah sebagai berikut

a. Tentang Pengenalan Risiko Bencana

Risiko bencana diartikan sebagai perkiraan kerugian pada satu atau lebih aset

penghidupan akibat suatu kejadian ancaman/bahaya. Bentuk risiko bencana

dapat berupa kematian, luka-luka, sakit, kehilangan rumah dan harta benda,

serta gangguan pada kegiatan masyarakat.

Risiko bencana dapat diketahui dengan mengkaji faktor-faktor yakni (1)

ancaman, (2) kelemahan, 3) kekuatan. Setelah faktor-faktor tersebut diketahui

kemudian dapat dianalisa dengan cara mengukur, membandingkan, dan

menemukan hubungan-hubungan sehingga disepakati tingkat risiko.

Faktor ancaman, berupa kejadian-kejadian berpeluang menimbulkan dampak

kerugian baik kejadian alamiah, hasil samping kegiatan manusia atau

gabungan keduanya. Ancaman alamiah seperti gempa bumi, letusan gunung

api, tsunami, wabah, hama, banjir dan longsor. Ancaman akibat hasil samping

kegiatan manusia meliputi konflik sosial, pencemaran, kegagalan teknologi

dan kecelakaan transportasi. Ancaman seperti banjir, longsor, wabah, hama,

dan kecelakaan transportasi juga sering diartikan sebagai kombinasi antara

peristiwa alamiah dan kesalahan manusia.

Faktor kelemahan, yakni kondisi-kondisi negatif penyebab masyarakat dapat

terpapar ancaman. Tinggal di kawasan rawan bencana, miskin, tidak paham

tanda-tanda ancaman, masa bodoh, korupsi, kebijakan pembangunan tidak

sensitif bencana adalah contoh-contoh kelemahan paling umum di Indonesia.

Faktor kekuatan, yakni bentuk-bentuk sumberdaya pada masyarakat dan

para pihak (misalnya biaya, tenaga, alat, pengetahuan, kebijakan, sikap)

untuk mencegah atau mengurangi ancaman, menghindari ancaman serta

mengurangi kelemahan-kelemahan.

Page 16: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Pola hubungan tiga faktor diatas sehingga menghasilkan risiko bencana dapat

diekspresikan dengan persamaan di bawah ini:

Tingkat risiko bencana akan semakin tinggi apabila ancaman dan kelemahan

tinggi sedangkan kekuatan rendah atau nilainya kecil. Mengurangi risiko

bencana dapat dilakukan dengan mengubah nilai faktor-faktor ancaman,

kelemahan dan kekuatan. Risiko bencana akan menjadi rendah/kecil apabila;

1) ancaman dikurangi atau dicegah, 2) kelemahan diturunkan atau 3)

kekuatan ditingkatkan. Tidak semua jenis ancaman dapat dicegah atau

dikurangi intensitasnya seperti misalnya gempa bumi, tsunami dan letusan

gunung api. Mengurangi risiko bencana pada jenis ancaman tersebut dapat

dilakukan dengan mengurangi kelemahan-kelemahan serta meningkatkan

kemampuan. Membentuk tim siaga bencana kampung, merancang jalur

evakuasi tsunami, menentukan tanda bahaya, merupakan bentuk kegiatan

mengurangi risiko bencana dengan mengurangi kelemahan sekaligus

meningkatkan kemampuan.

Kajian risiko merupakan titik awal untuk membangun sebuah model

sistematis pengurangan risiko berbasis komunitas.

Tujuan Pengenalan Risiko Bencana

a. Mengidentifikasi atau mengenali tentang ancaman dan membuat prioritas

ancaman yang dipilih masyarakat

Page 17: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

b. Mengidentifikasi atau mengenali ancaman dalam sebuah bentuk karakter

atau sifat-sifat ancaman, serta akibat yang mungkin terjadi pada individu atau

masyarakat

c. Identifikasi/mengenali hal-hal yang membuat lebih mudah atau berisiko

terkena akibat dari bencana dan menentukan tingkat kerentanan untuk tiap

jenis ancaman yang ada pada wilayah desa

d. Identifikasi/mengenal kapasitas dengan melihat hubungan dengan

kerentanan dan ancaman tiap jenis ancaman yang ada pada wilayah desa

e. Identifikasi elemen-elemen paling berisiko dan risiko potensial. Memperoleh

gambaran lebih utuh tentang semua ancaman di desa tersebut.

f. Menyamakan pemahaman anggota Kelompok Kerja tentang jenis, sifat dan

potensi dampak setiap ancaman yang diidentifikasi di desa/kelurahan.

g. Komunitas mampu menentukan sifat dan tingkat risiko masing-masing

ancaman yang ada di wilayahnya dan menghasilkan gambaran menyeluruh

dari semua ancaman dan risiko utama yang dihadapi komunitas.

Hasilnya adalah

a. Menemukan dan mengenali jenis ancaman berdasar pengalaman yang

dialami atau berdasarkan sejarah bencana desa.

b. Identifikasi/mengenal kerentanan tiap jenis ancaman yang ada pada

wilayah desa

c. Identifikasi/mengenal kapasitas tiap jenis ancaman yang ada pada wilayah

desa

d. Komunitas mampu untuk mengetahui prioritas risiko di wilayahnya

Page 18: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

e. Kelompok Kerja mempunyai pemahaman yang sama tentang jenis ancaman

dan intensitasnya di desa/kelurahan berbasis pengetahuan / pengalaman

masyarakat dan keilmuan.

f. Draft dokumen kajian dan peta ancaman yang dipilih

g. Rencana tindak lanjut untuk penyelesaian dokumen dan peta ancaman

Metodenya adalah

Pengkajian partisipatif dipilih karena lebih praktis untuk memecahkan

masalah hari ini secara bersama.Selain juga berguna untuk membangun

kesadaran atas permasalahan dan membangkitkan motivasi untuk menangani

permasalah.

Pengkajian partisipatif menggunakan metode-metode luwes dan umumnya

kualitatif sehingga mudah dimengerti. Pelakunya masyarakat bersama

Fasilitator. Fasilitator berperan memandu pelaksanaan pengkajian, meliputi

menjelaskan metode, memotivasi masyarakat melakukan kajian pada diri

sendiri, menjadi mitra kritis atas analisis hasil kajian, menjadi wasit

perumusan hasil kajian. Sedangkan masyarakat sebagai pemilik hasil

sekaligus pelaku pengkajian di wilayahnya sendiri. Hasil kajian dapat

langsung dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan tindakan. Dapat pula

dianalisis secara lebih mendalam untuk menemukan akar masalah kemudian

dirumuskan dalam rencana aksi bersama. Seluruh hasil kajian

dipertanggungjawaban pada diri sendiri.

Memastikan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengkajian maka

dipilih metode PRA (participatory rural appraisal) atau Pengkajian Kondisi Desa

Partisipatif. Metode PRA menjadi pilihan metode paling nyaman. PRA

menggunakan beragam metoda visualisasi sehingga lebih menarik, mudah

dipahami, tidak membosankan, santai dan informal. Selain itu metode-metode

PRA lebih berbasis analisis kelompok dibanding perorangan, lebih

membandingkan daripada mengukur. Dengan begitu, para pelibat pengkajian

Page 19: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

dapat saling belajar. Penerapan PRA dapat dilakukan dengan mengumpulkan

sejumlah warga desa (dengan memperhatikan prinsip keterwakilan semua

golongan), survei lapangan dan mengunjungi rumah/keluarga.

Contoh peta risiko bencana

2. Rencana Penanggulangan Bencana

Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) disusun berdasarkan kajian risiko

bencana pada desa/kelurahan dalam waktu tertentu, dalam arti luas RPB

merupakan program strategis pada seluruh bidang/cakupan pengurangan

risiko bencana. Posisi RPB dengan RPJM Desa bukan dokumen terpisah. RPB

menjadi acuan bagi desa dalam menyusun program pembangunan yang

terkait dengan penanggulangan bencana desa melalui proses perencanaan

pembangunan ditingkat desa/kelurahan.

Page 20: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Rencana Penanggulangan Bencana adalah dokumen resmi yang memuat data

dan informasi tentang risiko bencana yang ada pada suatu desa/kelurahan

dalam waktu tertentu dan rencana pemerintah serta para pemangku

kepentingan terkait setempat untuk mengurangi risiko bencana tersebut

melalui program-program dan kegiatan pembangunan fisik maupun non-fisik.

RPB desa/kelurahan mengandung juga strategi, kebijakan dan langkah-

langkah teknis-administratif yang dibutuhkan untuk mewujudkan

kesiapsiagaan terhadap bencana, kapasitas tanggap yang memadai, dan

upaya-upaya mitigasi yang efektif.

3. Rencana Aksi Komunitas

Rencana Aksi Komunitas (RAK) merupakan rencana kegiatan komunitas

dalam bentuk tabel untuk mengelola pengurangan risiko bencana sekaligus

sebagai pedoman bagi pihak yang berkepentingan dalam melakukan rencana

penanggulangan bencana. RAK tersebut merupakan turunan dari Bab III yang

memuat Prioritas Program dimana ruang lingkupnya memuat upaya-upaya /

pilihan tindakan pengurangan risiko bencana (pencegahan, mitigasi, dan

kesiapsiagaan). Keberadan dokumen RPB merupakan kemajuan langkah dan

seharusnya mendorong komitmen dan realisasi aksi. Maka, pengawalan isi

dokumen RPB oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana dan Pemerintah Desa

dengan Koordinasi secara intensif dengan rencana pembangunan

Page 21: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

desa/kelurahan sangat penting. Selanjutnya, RPB haruslah selalu dilakukan

pembaharuan secara periodik menimbang tingkat risiko yang berubah.

4. Penguatan Forum PRB Desa dan/atau Relawan Desa

Pemerintah telah menyusun berbagai regulasi yang mengatur upaya

penanggulangan bencana, seperti Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko

Bencana (RAN PRB) yang merupakan turunan Kerangka Aksi Hygo dan UU No.

24 Tahun 2007 beserta peraturan-peraturan turunannya. RAN yang

diluncurkan pada tahun 2007 adalah dokumen yang berisi kerangka kerja

2006, rencana aksi dan prioritas, mekanisme pelaksanaan, serta dasar

kelembagaan PRB. Dokumen juga menjabarkan tugas, fungsi dan kewajiban

seluruh pemangku kepentingan yang dilaksanakan dengan dasar koordinasi,

pertisipasi dan sejalan dengan Kerangka Aksi Hyogo, RAN menjadi arahan

untuk memfasilitasi para pengambil keputusan untuk memberikan

komitmennya secara lintas sektor dan prioritas program secara sistematis.

Idealnya dokumen RAN disusun oleh suatu Forum/Platform Nasional yang

dapat berbentuk forum atau komite multi pihak. Platform ini akan berfungsi

sebagai sebuah mekanisme koordinasi dalam pengarus utamaan PRB dan

berperan dalam pembentukan dan pengembangan sistem PRB yang

menyeluruh. Di daerah akan ada platform PRB daerah yang akan mengawal

kerja kerja PRB, termasuk penyusunan RAD PRB.

Di tingkat desa, forum atau platform mewadahi, mewakili dan menyuarakan

berbagai elemen masyarakat. Forum pengurangan risiko bencana tingkat desa

beranggotakan unsur pemerintah, swasta, kelompok-kelompok profesi dan

kategori-kategori lain, termasuk kelompok defabel, kelompok perempuan, dll.

Terbentuknya forum akan lebih menjamin keterlibatan, integrasi dan

kesinambungan PRB termasuk implementasi Rencana Penanggulangan

Bencana dan Rencana Aksi Komunitas menuju desa yang tangguh bencana

yang berakar pada masyarakat.

Tujuan

Page 22: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

a. Mengidentifikasi lembaga/forum di desa/kelurahan atau membentuk forum

untuk penguatan kapasitas pengurangan risiko bencana.

b. Untuk melakukan kerja-kerja pengurangan risiko bencana di tingkat desa

dengan menyelaraskan/mengintegrasikan dalam pembangunan.

c. Memfasilitasi kerjasama dengan berbagai pihak

d. Mengawal dan mengontrol pelaksanaan aksi masyarakat untuk

mewujudkan desa tangguh.

Hasil Kegiatan

a. Usulan format lembaga/forum, visi, misi, dan kepengurusan yang

disepakati.

b. Rencana tindak lanjut oleh Kelompok Kerja Desa/Kelurahan.

c. Adanya rencana kerja konkrit yang merupakan kesepakatan bersama.

d. Adanya tempat berkumpul yang disepakati bersama (semacam sekretariat)

5. Sistem Peringatan Dini

Biasanya warga masyarakat di satu daerah dimana ancaman bencana

mungkin akan terjadi ingin tahu peringatan apa saja yang dapat dirujuk

bersama sebagai pertanda waktu yang tepat untuk menyelamatkan diri.

Peringatan yang dimaksud dapat berupa tanda-tanda alam atau peringatan

resmi pemerintah. Masyarakat perlu memahami dan menyepakati tanda-tanda

alam yang beralasan atau peringatan dini resmi yang dikeluarkan oleh

pemerintah akan datangnya satu ancaman dalam waktu dekat. Dengan

demikian warga segera dapat bertindak untuk mengikuti prosedur

menyelamatkan diri, keluarga dan tetangganya, barang berharga, serta bila

perlu mengatur penjagaan terhadap aset yang ditinggalkan saat mengungsi.

Page 23: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Satu sistem peringatan dini yang lengkap dan efektif mempunyai empat

unsur yang tidak terpisahkan satu dari yang lainnya:

1) Pengetahuan tentang bahaya dan Risiko – mengisyaratkan bahwa

warga sangat perlu memahami jenis-jenis dan sifat-sifat ancaman (kecepatan

datang, kekuatan merusak, keseringan terjadi, dll) yang ada di daerahnya,

dan tanda-tanda alam sebelum kejadian (bencana). Pemahaman tentang

risiko dapat dilihat di Panduan 2.Penyusunan Kajian dan Peta Risiko

Bencana.

2) Pemantauan dan Layanan Peringatan mengisyaratkan bahwa perlu

adanya pusat peringatan dini yang terpercaya selalu melakukan pemantauan

terhadap perkembangan tingkat ancaman, dan pada saat yang tepat

mampu mengambil keputusan untuk menyebarkan peringatan kepada

masyarakat yang ada di area berisiko. Pemantauan terhadap beberapa jenis

ancaman ini penting untuk menggunakan dasar kajian ilmiah. Sejauh ini

pemantauan telah dilakukan oleh lembaga

pemerintah5. Namun untuk sebagian jenis ancaman masih bergantung pada

upaya pemantauan yang dilakukan oleh warga masyarakat sendiri, misalnya

jenis ancaman kebakaran, puting beliung, banjir genangan dan longsor.

Meskipun telah dilakukan pemantauan oleh lembaga pemerintah, disarankan

agar masyarakat tetap melakukan kewaspadaannya dan tidak lengah. Hal ini

menuntut warga masyarakat untuk membuat kesepakatan agar melakukan

pemantauan terhadap ancaman secara rutin, menentukan parameter atau

ukuran tingkat bahayanya untuk disampaikan kepada semua warga

masyarakat saat bertindak waspada, siaga atau evakuasi.

Peringatan dini yang berpusat pada masyarakat merupakan kesepakatan di

antara warga mengenai 1) sumber informasi (alam dan resmi) sebagai

rujukan bertindak dan 2) arti peringatan untuk memutuskan evakuasi

mandiri6 secara tepat waktu. Sumber informasi dapat berasal dari interpretasi

umum yang mengartikan tanda-tanda alam7, pengalaman, kajian ilmiah,

pusat peringatan dini pemerintah. Masing-masing jenis bahaya mempunyai

Page 24: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

tingkatan dan arti peringatan. Beberapa contoh arti peringatan dapat dilihat di

lampiran.

3) Penyebarluasan dan Komunikasi mengisyaratkan bahwa masyarakat

perlu memiliki beragam alat penyebaran peringatan yang disepakati untuk

mengingatkan masyarakat di desa waktu yang tepat untuk melakukan

evakuasi. Alat-alat komunikasi untuk penyebaran peringatan kepada warga

harus dijaga dan dirawat agar selalu berfungsi. Jenis alat komunikasi untuk

penyebaran peringatan ini perlu mempertimbangkan kemudahan dalam

pembuatan, pengoperasiaan dan perawatan yang dapat dilakukan oleh warga

secara mandiri. Karenanya alat yang berasal dari kearifan lokal disarankan

untuk digunakan, misalnya kenthongan, bedug, alat tiup / pukul lain. Alat

komunikasi berteknologi tinggi atau yang bergantung pada catu daya listrik

PLN terkadang tidak selalu handal, misalnya sirine. Alat dengan suku cadang

yang didatangkan dari luar daerah juga kadang membuat ketergantungan

untuk perawatannya. Setiap warga haruslah mempunyai pemahaman yang

sama tentang isi dan arti peringatan yang disepakati untuk dipatuhi bersama.

Perlu diupayakan menggunakan beberapa jenis alat komunikasi penyebaran

peringatan untuk memastikan agar i) bila satu alat penyebaran peringatan

gagal ada alat komunikasi lain yang dapat digunakan, ii) peringatan dapat

diterima oleh lebih banyak masyarakat, dan iii) untuk memperkuat pesan

peringatan. Alat penyebaran peringatan perlu ada di tempat-tempat

berkumpulnya warga di area berisiko, a.l. permukiman, sekolah, kantor,

pasar, rumah sakit, lokasi wisata.

Di sisi lain, layanan peringatan dini dari pemerintah perlu menjangkau semua

orang yang berada di area berisiko bencana. Sistem komunikasi untuk

menyampaikan peringatan dini dari pusat peringatan (di bagian hulu) ke

masyarakat area berisiko (di bagian hilir) harus diidentifikasi – siapa saja

pihak atau ‘perantara’ dalam rantai peringatan dari hulu ke hilir. Konsep

rantai peringatan dirancang sependek mungkin untuk mempercepat

penyebaran peringatan dari hulu ke hilir8. Para perantara pemegang

Page 25: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

kewenangan penyebaran peringatan di setiap rantai harus bersepakat dan

dipastikan saling terhubung untuk memberi layanan informasi / peringatan.

Perlu diperhatikan bahwa di beberapa tempat tertentu di desa, di mana juga

ada aktivitas warga, mempunyai kesulitan akses untuk menerima informasi /

peringatan. Kesulitan akses dapat disebabkan oleh keberadaan warga di area

sangat dekat dengan ancaman atau keterbatasan-keterbatasan menuju jalur

evakuasi, kendala teknis teknologi komunikasi, atau alasan lainnya.

Kelompok-kelompok rentan ini tetap perlu strategi memahami peringatan dini

(alam atau berdasar kearifan lokal) untuk secara mandiri bersiap

menyelamatkan diri secara tepat waktu

4) Kemampuan Merespons mengisyaratkan bahwa masyarakat harus

memiliki rencana evakuasi9 untuk penyelamatan diri dan strategi

pemberian bantuan evakuasi oleh relawan10 saat melakukan penyelamatan

diri.

6. Rencana Evakuasi Desa

Masyarakat desa yang menghadapi risiko bahaya umumnya ingin tahu bahwa

setiap warganya akan dapat menyelamatkan diri ke tempat-tempat

evakuasi14 yang aman pada saat sebelum datangnya ancaman (banjir,

erupsi gunung api, longsor, tsunami, dll.). Pada dasarnya pengetahuan ini

dapat dikembangkan bersama oleh dan untuk warga masyarakat desa dengan

memahami secara baik ciri dan sifat15 ancaman tersebut.

Kebijakan pemerintah menyatakan bahwa ‘rencana evakuasi merupakan

tindakan perpindahan, pemindahan dan penyelamatan masyarakat dari tempat

bahaya ke tempat aman’ (SNI, 21 Juli 2011) dapat juga diartikan bahwa

‘rencana evakuasi merupakan tindakan terorganisir untuk keluar dari area

berbahaya ke tempat aman, dimana warga ditampung sementara dan diberi

pelayanan’(CEDIM, 2005) sampai kondisi pulih seperti semula.

Page 26: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Pengorganisasian dalam menata pengungsian dan pemberian bantuan

kemanusiaan sebagaimana tertulis di SNI-2011 dan CEDIM-2005 sudah

dipraktekkan selama situasi darurat bencana kepada warga masyarakat yang

terdampak bencana. Di sisi lain, masih terdapat banyak kesempatan untuk

meningkatkan strategi pengungsian yang bertujuan meminimalisir jumlah

korban dan penderitaan serta kerugian fisik dengan cara mengembangkan

rencana evakuasi yang baik.

Tempat evakuasi aman dapat berupa bangunan atau tempat perlindungan

sementara (tenda, barak, dll.). Lokasi evakuasi dapat berjarak jauh atau dekat

dengan rumah asal warga terdampak. Sangat penting bahwa tempat yang

dipilih untuk evakuasi adalah aman dari ancaman-ancaman (alam /

perbuatan manusia) dan dapat dijangkau oleh bantuan kemanusiaan. Tempat

evakuasi yang jauh misalnya sesuai untuk jenis ancaman erupsi gunung api

untuk menghindari lontaran abu / lontaran piroklastik, jauh dan/atau di

ketinggian untuk ancaman tsunami dan banjir untuk menghindari jangkauan

air, dan dapat di dekat rumah untuk ancaman gempa bumi. Tempat evakuasi

yang dipilih perlu memperhitungkan bahwa tempat tersebut mudah

ditemukan, mempunyai ruang yang memadai untuk perkiraan jumlah

pengungsi, tidak berpotensi akan terancam oleh jenis bahaya primer dan

sekunder lainnya. Untuk keperluan evakuasi yang cukup lama perlu

memastikan adanya sumber air bersih (sumur, sungai, PDAM, danau, mata

air, dll), tersedianya tempat untuk pembuangan limbah padat / cair,

pengumpulan dan pembagian logistic, pemberian pelayanan kesehatan, dll.

Bahaya primer lain dapat berupa ancaman banjir, longsor, abu vulkanik,

kebakaran, dll., sedangkan bahaya sekunder misalnya munculnya (wabah)

penyakit akibat buruknya kondisi lingkungan dan sanitasi, ketiadaan air

bersih, minimnya bantuan pelayanan medis, atau bangunan runtuh oleh

lemahnya konstruksi akibat gempa bumi sebelumnya, dll.

Pemilihan tempat evakuasi berjarak jauh dari tempat asal dapat ditentukan

oleh jenis ancaman yang dihadapi, tingkat dampak kerusakan pada rumah

huni dan lingkungan, atau pertimbangan alasan pribadi warga yang

Page 27: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

terdampak, yaitu untuk melindungi harta benda dan sumber penghidupan

(pertanian, ternak, perikanan, dll.) yang tersisa, kedekatan dengan sanak

keluarga. Sebagai contoh, akibat gempa bumi atau angin beliung yang

merusak rumahnya, warga mungkin ‘evakuasi’ di halaman rumahnya agar

dekat dengan asetnya (perabot rumah, panen, ternak, dll).

Jalur-jalur evakuasi dipilih untuk memudahkan warga menjangkau tempat

evakuasi dalam waktu yang ditentukan. Pemilihan jalur-jalur evakuasi perlu

mempertimbangkan beberapa hal, misalnya kualitas jalan agar tidak

menyulitkan perjalanan evakuasi warga, luasan jalan berbanding jumlah

orang yang evakuasi utamanya untuk evakuasi mendadak (menghindari

tsunami, banjir bandang, kebakaran, beliung, dll), pemasangan tanda / rambu

evakuasi pemandu arah di sepanjang jalur-jalur evakuasi. Kejadian gempa

bumi atau angin topan pada skala besar dapat mempengaruhi kekuatan

jembatan atau bahkan merusak tempat industri bahan-bahan berbahaya

(kimia, minyak, dll), karenanya perlu dihindari saat evakuasi (mengantisipasi

tsunami), dan temukan jalur-jalur evakuasi alternatif.

Peta evakuasi merupakan gambaran yang memuat secara jelas tempat-

tempat evakuasi dan jalur-jalur evakuasi yang dipilih, dan informasi penting

lainnya. Peta evakuasi dapat dibuat secara sederhana oleh warga, dan

disepakati untuk dijadikan rujukan bersama saat melakukan evakuasi.

Karenanya peta evakuasi perlu ‘disahkan’ oleh desa dan disosialisasikan

kepada masyarakat.

Strategi atau cara evakuasi menentukan keberhasilan upaya penyelamatan

diri warga sebelum ancaman tiba. Cara-cara evakuasi merupakan kesepakatan

masyarakat yang dibuat untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk

evakuasi (berdasarkan analisis atau pengamatan apa), apa saja barang

berharga yang perlu dibawa ke tempat evakuasi, apakah evakuasi dapat

dilakukan dengan berjalan kaki atau kendaraan16, bagaimana dan siapa yang

membantu warga yang berkesulitan evakuasi (penyandang cacat, sakit, lansia,

anak, ibu hamil, dll), serta bagaimana menjaga harta warga yang ditinggalkan.

Page 28: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Evakuasi mandiri merupakan rencana evakuasi terbaik pilihan dan atas

inisiatif warga sendiri. Dimana, keputusan untuk evakuasi ditentukan

bersama oleh anggota keluarga dan warga desa secara tepat waktu. Waktu

penentu evakuasi memperhatikan berbagai tanda peringatan17 alam atau

peringatan resmi pemerintah yang telah disepakati bersama di desa. Dengan

demikian evakuasi dilakukan atas inisiatif dan kesadaran warga sehingga

tidak perlu terjadi pemaksaan evakuasi oleh pihak manapun. Keputusan

warga untuk melakukan evakuasi mandiri biasanya dilandasi oleh

pengetahuan dan pemahaman yang baik oleh individu warga tentang ciri dan

sifat ancaman yang dihadapi. Karenanya, sangat penting bagi setiap individu

warga di desa untuk :

a. mempunyai informasi yang benar tentang ciri dan sifat ancaman yang ada

baik dari cerita yang turun-temurun (kearifan lokal) maupun dari kajian

ilmiah.

b. memahami sifat ancaman dan dampaknya dari sosialisasi agar dapat

mengantisipasi perkiraan datangnya ancaman.

c. memahami jalur-jalur dan tempat evakuasi yang tergambar jelas di peta

evakuasi desa

d. mengikuti prosedur, cara dan strategi,serta arahan evakuasi yang

disepakati dari pihak yang mengampu tanggung jawab saat proses evakuasi

berlangsung.

Perencanaan evakuasi merupakan proses menyusun peta dan cara evakuasi

untuk memberikan penyelamatan diri yang disusun dengan melibatkan

perwakilan warga. Selanjutnya peta dan cara evakuasi perlu dikembangkan

secara lebih rinci oleh kelompok-kelompok komunitas, misalnya di

perumahan, sekolah, rumah sakit, pasar, perkantoran, dll., agar evakuasi

yang diatur secara khusus dapat berjalan efektif, aman dan nyaman.

Page 29: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

7.Rencana Kontinjensi Bencana

Kontinjensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar-

benar terjadi. Perencanaan kontinjensi merupakan suatu upaya untuk

merencanakan sesuatu peristiwa yang mungkin terjadi, tetapi tidak menutup

kemungkinan peristiwa itu tidak akan terjadi. Oleh karena ada unsur

ketidakpastian, maka diperlukan suatu perencanaan untuk mengurangi

akibat yang mungkin terjadi (BNPB, Panduan Perencanaan Kontinjensi, 2011).

Perencanaan Kontinjensi adalah suatu proses perencanaan ke depan untuk

kesiapan tanggap darurat yang di, dalamnya terdapat situasi potensi bencana,

di mana skenario, kebutuhan sumber daya ( analisa kesenjangan)

kesepakatan jumlah cluster/sektor dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan

manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengarahan potensi

disetujui bersama, untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik

dalam situasi darurat atau kritis.

Satu Rencana Kontinjensi disusun untuk satu ancaman, dan kemungkinan

ancaman ikutan bila ada. Penentuan ancaman yang diprioritaskan dilakukan

dengan menilai bobot pada Kemungkinan Kejadian dan/atau Skala Dampak.

Satu Rencana Kontinjensi disusun untuk satu periode waktu yang disepakati.

Perencanaan Kontinjensi menggunakan asumsi skenario dan dampak yang

disepakati.

Dampak kejadian suatu bencana yang menyebabkan hilangnya banyak jiwa

(kehidupan) dan rusak/hancurnya harta kekayaan warga (penghidupan)

sering kali diperburuk oleh ketidaksiapan warga masyarakat karena

ketidaktahuan masyarakat akan risiko bencana yang dihadapi, kapan becana

tiba di wilayahnya, kemana warga dapat menyelamatkan diri, serta bagaimana

warga yang bantuan memperoleh hak-hak dasar yang menguatkan sehingga

masyarakat dapat memulihkan kembali kehidupan dan penghidupannya

Page 30: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

secara mandiri. Sementara, para pihak penyedia bantuan kemanusiaan,

utamanya pemerintah sebagai penanggung jawab utama, masih sangat perlu

memperbaiki cara-cara pengelolaan penyediaan bantuan kepada para penyitas

secara terkoordinasi, terpadu,menyeluruh dan efektif, agar para penyitas tetap

dapat melangsungkan kehidupannya secara bermartabat dan membangun

semangat hidupnya untuk kembali lebih baik

Untuk itu, masyarakat desa sangat perlu mempunyai modalitas pengetahuan

risiko yang benar dan rencana-rencana kesiapan yang memadai dan

disepakati bersama untuk mengantisipasi kemungkinan kejadian bencana.

Modalitas ini dapat diperoleh dengan menggunakan atau, bila belum tersedia

terlebih dahulu, mengembangkan Peta dan Kajian Risiko Bencana untuk

wilayahnya, menyepakati pengaturan Peringatan Dini (alam dan dapat

dipertanggung jawabkan) menyusun Rencana Evakuasi menyepakati Strategi

Tanggap Darurat Pada tahap ini, seyogyanya desa sudah memiliki tiga

modalitas di atas, yaitu Peta dan Kajian Risiko Bencana (yang memuat satu

atau lebih jenis ancaman yang dihadapi), Peringatan Dini dan Rencana (Peta

dan Prosedur) Evakuasi. PANDUAN TEKNIS FASILITATOR 58

Page 31: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Dari definisi tersebut, dapat diambil beberapa butir penting bahwa

perencanaan kontinjensi :

Dilakukan sebelum keadaan darurat berupa proses perencanaan ke depan.

Lebih merupakan proses daripada menghasilkan dokumen.

Merupakan suatu proses partisipasi membangun kesepakatan skenario dan

tujuan yang akan diambil.

Merupakan suatu kesiapan untuk tanggap darurat dengan menentukan

langkah dan sistem penanganan yang akan diambil sebelum keadaan darurat

terjadi.

Mencakup upaya-upaya pencegahan risiko yang lebih tinggi

Aktivasi dari perencanaan kontijensi beralih ke rencana operasi tanggap

darurat

( renops)

Rencana Kontijensi memetakan sumberdaya yang dimiliki oleh

Desa/Kelurahan untuk melakukan tanggap darurat

8. Relawan/Forum PRB Desa

Saat terjadi bencana di suatu tempat, maka masyarakat setempatlah yang

akan menerima akibat langsung, warga masyarakat menjadi korban atau

penanggap pertama (first responder). Masyarakat sendiri dapat melakukan

segala usaha untuk mengurangi risiko dan dampak bencana. Pada kondisi

tanggap bencana khususnya, banyak dibutuhkan tenaga-tenaga yang siap

untuk memberikan pertolongan segera, pencarian, penyelamatan dan

evakuasi, membantu memenuhi kebutuhan darurat, dan sebagainya. Tenaga-

tenaga tersebut bernama adalah relawan penanggulangan bencana. Untuk

menjamin relawan-relawan dapat memberikan respon yang efektif dalam

situasi tanggap darurat, diperlukan pengorganisasian yang baik dan

berkesinambungan. Untuk itu dibentuklah kelompok relawan desa/kelurahan

Page 32: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

sebagai wadah pembinaan pengetahuan, ketrampilan, serta sikap dan prilaku

jiwa korsa.

Kelompok relawan akan menjadi salah satu bagian dari upaya penyatuan

sumber-sumber yang dimiliki oleh masyarakat untuk menanggulangi bencana

yang dihadapi bersama. Pembentukannya dapat merupakan bentukan

perorangan atau kelompok yang sudah ada dalam masyarakat yang bersama-

sama sesuai kemampuan masing-masing menyumbang agar dapat

menanggulangi bencana secara efisien - tepat guna dan tepat waktu. Pada pra-

bencana tugas utama kelompok relawan ini adalah membuat perencanaan

untuk mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi di wilayahnya.

8.1.1 Anggota Kelompok Relawan Penanggulangan Bencana

Kelompok dengan tugas utama seperti diatas, perlu berupaya agar memiliki

berbagai kemampuan yang diperlukan dalam mengelola tanggap darurat dan

mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan. Anggota kelompok

harus dapat mengisi kemampuan yang diperlukan ini.

Beberapa contoh kriteria anggota kelompok relawan, adalah:

Tetapi pada prinsipnya kelompok relawan dapat terdiri dari warga laki-laki

maupun perempuan yang peduli pada penanggulangan bencana dalam bentuk

dan nama apapun sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat dan

dibentuk atas hasil keputusan bersama. Anggota perempuan dan anggota

yang lebih muda harus terlibat dalam seluruh proses perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan kelompok relawan.

Besarnya jumlah anggota kelompok rewalan tergantung pada besarnya

wilayah, besarnya cakupan kemungkinan bencana dan sumber daya manusia

yang ada. Kelompok ini kemudian dibagi menjadi beberapa tim sesuai dengan

kebutuhan tugas khusus masing-masing. Sehingga kelompok relawan menjadi

Page 33: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

alat atau wadah operasional yang efektif dalam penanganan bencana di

masing-masing desa/keLurahan.

Page 34: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Jiwa korsa - diartikan sebagai rasa senasib sepenanggungan, perasaan

solidaritas, semangat kesatuan (korps), kesadaran kolektif dsb-nya. Jiwa korsa

yang kuat tidak mudah padam selama didalam kelompok. Terkandung di

dalamnya loyalitas, merasa ikut memiliki, merasa bertanggung jawab, ingin

mengikuti pasang surut serta perkembangan kelompok. Seorang yang memiliki

jiwa korsa tinggi pasti penuh inisiatif, tetapi tahu akan kedudukan, wewenang

dan tugas-tugasnya.

Peningkatan Kapasitas Kelompok/Relawan

BNPB melalui berbagai program penguatan kelembagaan secara regular

melakukan pembinaan kepada kelompok-kelompok relawan penanggulangan

bencana di daerah. Dengan sasaran peningkatan pengetahuan dan

kemampuan masyarakat dalam hal kerelawanan, tanggap darurat bencana,

dan menumbuhkan jiwa korsa dan kemanusiaan; BNPB melaksanakan

pengembangan kapasitas praktik kelompok relawan desa/kelurahan

khususnya:

tik saat tanggap darurat

-dasar bertahan hidup

Setelah mendapatkan pelatihan, anggota relawan mempunyai mandat untuk

menyampaikan informasi dan pengetahuan, dan melatih warga lain agar

memiliki kepedulian terhadap risiko bencana desa/kelurahan, pengetahuan

dan ketrampilan kesiapsiagaan serta tanggap darurat.

Page 35: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

8. Integrasi dengan Rencana Pembangunan Desa

Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dan Rencana Aksi Komunitas (RAK)

merupakan dokumen yang tidak terpisah dari dokumen perencanaan desa

baik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) maupun

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RPB adalah sebuah rencana

prioritas bagi usaha masyarakat desa untuk melindungi warganya dari

ancaman dan risiko bencana. RPB inilah yang diturunkan dalam RAK atau

sering disebut Rencana Aksi Masyarakat (RAM) yang memuat Rencana Aksi

atau dukungan yang dilakukan oleh berbagai pihak di semua tahapan atau

siklus PB (pra bencana, saat bencana dan pasca bencana). Sebagaimana

dokumen perencanaan desa, maka RPB maupun RAK dibuat secara

partisipatif dalam musyawarah desa yang diinisiasi dan dipimpin oleh BPD.

Dokumen inilah yang nantinya akan menjadi rujukan bagi penyusunan

RPJMdesa maupun RKP Desa.

Proses integrasi RPB Desa dalam RPJM Desa dapat dilakukan dalam 2

strategi. Pertama, melakukan review RPJM Desa jika desa telah memiliki RPJM

Desa, dan kedua, melakukan penyusunan RPJM Desa jika desa akan

menyusun rencana baru dalam kurun waktu 6 tahun, atau merevisi RPJM

desa jika desa terjadi peristiwa khusus seperti bencana alam/sosial, krisis

politik, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan, dan terjadi

perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah. Demikian pula integrasi RAK

ke dalam RKP Desa yang merupakan turunan rencana kerja tahunan.

Page 36: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN

(DAFTAR PERSONIL)

No Nama Personil Perusahaan

Tenaga

Ahli Lokal /

Asing

Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah

Orang Bulan

TENAGA AHLI (PERSONIL INTI)

1. Tenaga Ahli

1. Sri Aminatun., ST., MT.

CV ALAM MATARAM

SEJAHTERA

Lokal Ahli Manajemen Bencana (Team Leader)

Ahli Manajemen Bencana (Team Leader)

a. Mengkoordinasikan seluruh personil dalam organisasi

penelitian

b. Menyiapkan program kerja dan administrasi proyek

sert penyiapan personil

yang akan ditugaskan

Bertanggung jawab terhadap keseluruhan

proses survei

c. Bertanggung jawab atas

proses pengendalian tim

d. Mengarahkan dan

mengkoordinasikan semua

personil yang terlibat dalam

team pelaksana dalam kegiatan, menyiapkan tugas

dan tanggung jawab

masing-masing tenaga ahli

Melakukan komunikasi

secara aktif dengan Pemberi Tugas

e. Mengumpulkan data yang

terkait dengan pekerjaan

f. Mengarahkan team dalam pelaksanaan pekerjaan

secara sistematis sesuai

jadawal pelaksanaan yang

ditetapkan Berkoordinasi dengan direksi perusahaan

2

Page 37: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

No Nama Personil Perusahaan

Tenaga

Ahli

Lokal /

Asing

Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah

Orang

Bulan

konsultan

g. Memimpin diskusi dan

assistensi

h. Memeriksa seluruh hasil pekerjaan dan

bertanggungjawab terhadap

hasil pekerjaan

2. Suprih Hidayat,

S.Sos

CV ALAM

MATARAM SEJAHTERA

Lokal Tenaga Ahli

Pemberdayaan Masyarakat

Tenaga Ahli Pemberdayaan

Masyarakat a. Melakukan koordinasi dan

pengawasan terhadap hasil

kerja Surveyor

b. Menyiapkan bahan quisioner survey

c. Menulis laporan satuan

d. Membantu team leader di bidang survei

e. Membantu team leader

dalam proses perencanaan struktur

f. Menghadiri rapat-rapat

koordinasi pelaksanaan

g. Memberikan solusi terkait perubahan yang terjadi

pada proses perencanaan

survei

h. Melakukan pengendalian

mutu pekerjaan dalam

bidang Pemberdayaan

Masyarakat

2

3 dr. Iman Permana, M.Kes

CV ALAM MATARAM

SEJAHTERA

Lokal Tenaga Ahli Emergency Tenaga Ahli Emergency a. Melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap hasil

kerja Surveyor

b. Menyiapkan bahan quisioner survey

c. Menulis laporan satuan

d. Membantu team leader di

2

Page 38: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

No Nama Personil Perusahaan

Tenaga

Ahli

Lokal /

Asing

Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah

Orang

Bulan

bidang survei

e. Membantu team leader

dalam proses perencanaan

struktur

f. Menghadiri rapat-rapat koordinasi pelaksanaan

g. Memberikan solusi terkait perubahan yang terjadi

pada proses perencanaan

survei

h. Melakukan pengendalian mutu pekerjaan dalam

bidang Emergency

4 Arif Rianto Budi

Nugroho, ST, M.Si

CV ALAM

MATARAM

SEJAHTERA

Lokal Ahli Geografi Ahli Geografi a. Melakukan koordinasi dan

pengawasan terhadap hasil kerja Surveyor

b. Menyiapkan bahan

quisioner survey

c. Menulis laporan satuan

d. Membantu team leader di

bidang survei

e. Membantu team leader

dalam proses perencanaan

struktur

f. Menghadiri rapat-rapat

koordinasi pelaksanaan

g. Memberikan solusi terkait perubahan yang terjadi

pada proses perencanaan

survei

h. Melakukan pengendalian

i. mutu pekerjaan dalam

bidang Geografi

2

TENAGA PENDUKUNG

1. Tenaga Administrasi

Page 39: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

No Nama Personil Perusahaan

Tenaga

Ahli

Lokal /

Asing

Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan

Jumlah

Orang

Bulan

`1 Ari Styo Wibowo, A.Md

CV ALAM MATARAM

SEJAHTERA

Lokal Perencanaan keuangan, penataan kantor,

manajemen kearsipan

Administrasi 1. Menyiapkan rapat-rapat baik rapat internal, FGD

maupun rapat presentasi

hasil penelitian

2. Membantu tenaga ahli

dalam

mengadministrasikan dokumen pekerjaan

2

2. Tenaga Komputer

1 Aris Setiyawan,

A.Md

CV ALAM

MATARAM

SEJAHTERA

Lokal Operator Komputer Operator Komputer 1. Menyelesaikan Penginputan

data

2. Melakukan Pengolahan

data

2

3. Tenaga Surveyor

1 Imam Santoso,

S.Si

CV ALAM

MATARAM

SEJAHTERA

Lokal Survey, Pengambilan

data lapangan, Indepth

Interview

Surveyor 1 1. Menyiapkan bahan

survey/kuesioner sesuai

dengan target yang diservey, 2. mengumpulkan data yang

dibutuhkan dari lokasi yang

ditentukan

3. Melaporkan hasil survey

serta permasalahan yang ad di lapangan).

4. Bertanggung jawab atas

ketelitian hasil yang didapat

2

Page 40: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

NO Kegiatan Bulan I Bulan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan dan koordinasi

2 Penyusunan, koordinasi dan

Presentasi Laporan Pendahuluan

3 Survey Lapangan

4 Analisis Data dan Penyusunan

Kajian PEMBENTUKAN DESA

TANGGUH BENCANA BPBD

KABUPATEN BOYOLALI

6 Review Pelaksanaan Pekerjaan

dan Penyusunan Detail Kajian

7 Penyusunan, koordinasi dan

Presentasi draf Laporan Akhir

8 Review dan FGD Laporan Akhir

9 Serah terima hasil pekerjaan

Page 41: Proptek Boyolali--Penyusunan Desa Tangguh Bencana

JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

No Nama Personil Bulan I Bulan II Jumlah O/B

1 2 3 4 1 2 3 4

TENAGA AHLI (PERSONIL INTI)

1. TENAGA AHLI

1 Sri Aminatun., ST., MT. 2

2 Suprih Hidayat, S.Sos 2

3 dr. Iman Permana, M.Kes 2

4 Arif Rianto Budi Nugroho, ST, M.Si 2

TENAGA PENDUKUNG 1. Tenaga Adminstrasi

1 Ari Styo Wibowo, A.Md 2

2. Operator Komputer

1 Aris Setiyawan, A.Md 2

3. Supir

1 Imam Santoso, S.Si 2