proposal tugas akhir operasional dan … · rencana dan pemeliharaan. tujuan operasional adalah...

54
Disusun Oleh : NurCahyo Hairi Utomo NRP : 3111.030.061 Rheza Anggraino NRP : 3111.030.080 Dosen Pembimbing Ir. Saptarita NIP : 1953090719842001

Upload: doanthuy

Post on 09-Sep-2018

252 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Disusun Oleh :

NurCahyo Hairi UtomoNRP : 3111.030.061

Rheza AnggrainoNRP : 3111.030.080

Dosen Pembimbing

Ir. SaptaritaNIP : 1953090719842001

LOKASI STUDI

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar belakang2. Rumusan Masalah3. Batasan Masalah4. Tujuan5. Manfaat

Latar BelakangD.I Wonosroyo terletak di Kabupaten Bondowoso

dengan panjang Saluran 12,676 km. Aliran air D.IWonosroyo sering dimanfaatkan masyarakat sekitarkhususnya petani untuk mengairi lahan pertanian sekitar

Di D.I Wonosroyo terdapat kerusakan saluran -saluran irigasi yang menyebabkan pengairan di daerahirigasi kurang maksimal, pembagian air yang kurangmerata, pengaturan pola tanam yang kurang.

Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara meningkatkan

intensitas tanam pada D.I Wonosroyo ?

2. Bagaimana sistem Operasional dan Pemeliharaan yang tepat untuk D.I Wonosroyo ?

3. Bagaimanakah perbandingan nilai BCR setelah menggunakan pola tanam rencana dengan pola tanam eksisting pada D.I Wonosroyo ?

Batasan MasalahBeberapa masalah yang kami bahas dalam proyek akhir ini

meliputi

Perhitungan Hidrologi

Perhitungan analisis Pola Tanam eksisting dan rencana serta

perhitungan BCR ( Benefit Cost Ratio ) rencana dan eksisting D.I

Wonosroyo

Tujuan1. Meningkatkan Intensitas

Tanam pada D.I Wonosroyo.2. Menentukan sistem

Operasional danPemeliharaan yang tepatuntuk D.I Wonosroyo.

3. Membandingkan nilai BCRsetelah menggunakan polatanam rencana dengan polatanam eksisting pada D.IWonosroyo

ManfaatUntuk meningkatkan

hasil produksi pangan dan

meningkatkan taraf hidup

masyarakat di Kabupaten

Bondowoso, khususnya

pada wilayah D.I

Wonosroyo.

Flowchart

Persiapan

Survey Lapangan

Analisa Data Eksisting

Analisa Data Rencana

Analisa Ekonomi Eksisting

Kesimpulan

SelesaiIntensitas Tanam > intensitas

Tanam Eksising

BCR Rencana >

BCR Eksisting

Pengumpulan Data

Back

TIDAK

TIDAK

YA

YA

BAB IIData Penunjang dan Tinjauan Pustaka

Data penunjang yang kami pakai dalam penyusunanTugas Akhir kami meliputi :

Data Topografi Data Luas baku sawah Data Hidrologi Data klimatologi Data Kondisis eksisting D.I Wonosroyo Data Intensitas tanam Data Kondisi bangunan Kondisi Saluran Metode Klimatologi

Metode klimatologi meliputi1. Curah hujan efektif2. Evapotranspirasi3. Perkolasi4. Kebutuhan air ditanaman ( NFR )5. Pergantian lapisan air 6. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ( IR )7. Penggunaan konsumtif ( etc )8. Diferection requierement ( DR )9. Metode FPR ( faktor polowijo relatif )10. Pola tanam11. Perencanaan golongan12. Debit andalan

Maju

BAB IIIMETODOLOGI

1. Studi Pustaka2. Survey Lapangan3. Pengumpulan Data 4. Analisa dan Perhitungan5. Analisa Biaya6. Diagram alir

Studi Pustaka Studi pustaka yang kami lakukan antara lain membaca literatur –

literatur yang telah disusun oleh instansi terkait, serta buku – bukupenunjang

Dengan melakukan studi pustaka diharapkan dapat menentukan poin– poin penting dalam judul yang akan di bahas

Selain itu studi pustaka dibutuhkan agar dapat melaksanakan Proyekakhir dengan baik sesuai dengan tahapan – tahapan.

Survey

Survey dilakukan untuk mengenal dan

mengidentifikasi dari seluruh permasalahan yang ada di

lapangan sehingga dapat mengambil langkah – langkah

selanjutnya.

Pengumpulan DataSetelah mengidentifikasi dari permasalahan yang ada di lapangan

langkah selanjutnya adalah mencari data pendukung untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut. Data pendukung tersebut meliputi :

Peta Lokasi Data Curah hujan dan Klimatologi Data Debit intake Data Pola tanam dan Intensitas tanam Skema Jaringan dan Bangunan Irigasi Data Produksi panen per hektar Data Dana Operasi dan Pemeliharaan Tahunan

Analisa Perhitungan Analisa data secara eksisting dan rencana

Data hidrologi

Debit intake

Pola tanam dan intensitas tanam dengan DR dan LPR

Water balance eksisting dan rencana

Analisa BiayaDalam suatu pekerjaan dibutuhkan suatu analisa biaya. Pada

Proyek Akhir ini digunakan metode Benefit Cost Ratio (BCR).

Yaitu perbandingan antara nilai nilai pendapatan dengan

sebenarnya dari suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut layak

dilaksanakan apabila nilai BCR ≥ 1.

Back

BAB IVHASIL PERHITUNGAN

1. Curah Hujan Effektif2. Curah Hujan Effektif untuk tanaman padi3. Curah Hujan Effektif untuk tanaman polowijo4. Debit Intake rata – rata5. Evapotranspirasi6. Kebutuhan Air di Sawah ( NFR )7. Metode Klimatologi8. Metode faktor Polowijo Relatif ( FPR )

Curah hujan efektif

Curah Hujan Efektif adalah hujan yang terjadi pada suatu daerah, dandapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman

Analisa perhitungan curah hujan efektif untuk sawah digunakan 70%dari curah hujan andalan 80% dengan persaman sebgai berikut :

Re = Eff x R80Dimana :

Re = Curah hujan efektif untuk sawah (mm/hari) R80 = Curah hujan 10 harian dengan probailitas

terjadi 80% selama setahun Eff = Efektitive fracktion yang nilainya :

80% untuk padi ( dengan memakai R80 )50% untuk polowijo ( dengan memakai R80 )

• Curah Hujan Efektif untuk tanaman padiBesar curah hujan efektif untuk tanaman padi di tentukan dengan

80% dari curah hujan rata-rata tengan bulan dengan kemungkinankegagalan 20% ( dari curah hujan 80% ) . Apabila data hujan dipergunakan 10 harian, maka Re untuk tanaman jenis padi dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Re = ( R80 / 10 ) x 70%

Curah Hujan Efektif untuk tanaman polowijobesar curah hujan efektif untuk tanaman polowijo di pengaruhi

oleh besarnya tingkat evapotranspirasi dan curah hujan bulananrata-rata di daerah tersebut ( terpenuhi 50% )dengan rumus sebagai berikut :

Re = ( R80 / 10 ) x 50%

Data Debit Intake rata – rataDebit yang diperhitungkan untuk Operasional dan Pemeliharaan

pada Daerah Irigasi Wonosroyo adalah debit intake, dengan periode 10harian . Data debit intake diambil dari rata – rata 6 tahun terkahir mulaitahun 2008 – 2013. perhitungan debit rata-rata dengan rumus sebagaiberikut :

Dimana : Q rata – rata = Debit rata – rata (m3/det ) Q1, Q2, Qn = Debit tiap tahun pengamatan (m3/det)

EvapotranspirasiEvapotranspirasi dipengaruhi oleh suhu kelembaban

udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari. Evaporasi ( Eto )dihitung berdasarkan metode penman modifikasi, denganpersamaan sebagai berikut :

PET = cEto = PET / 8.64Dimana :

PET = Potensial evapotranspirasi ( mm/hari ) Eto = Evapotranspirasi potensial ( mm/hari ) W = Faktor pembobot ea – ed = Perubahan tekanan uap air jenuh

dengan tekanan uap nyata ( m bar ) C = Faktor penyesuaian untuk mengimbangi pengaruh keadaan cuaca

siang dan malam f(u) =Fungsi kecepatan angin

Kebutuhan Air di Sawah (NFR)Kebutuhan air di sawah di pengaruhi oleh beberapa fakor berikut :

Evapotranspirasi tanaman ( Etc ) Evapotranspirasi potensial ( Eto ) Koefisien tanaman ( Kc ) Perkolasi ( P ) Curah hujan efektif ( Re ) Penggantian Lapisan Air ( WLR )

Perhitungan netto kebutuhan air untuk padi, polowijo dan tebu pada jaringanirigasi dapat di hitung dengan persamaan sebagai berikut :

NFR Padi = Etc+WLR+P-(Re padi ) NFR polowijo = Etc-Re polowijo NFR Tebu = Etc-Re TebuDimana : NFR = Kebutuhan air untuk persiapan lahan ( mm/hari ) WLR = Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air ( mm/hari ) P = Perkolasi ( mm/hari ) Re = Curah hujan efektif ( mm/hari )

Metetode klimatologiMetode klimatologi (rencana) dibagi menjadi 3

golongan. Cara menghitung kebutuhan airmenggunakan metode klimatologi dapat di lakukandengan menentukan pola tanam dan Hasil perhitunganini bertujuan untuk mengetahui apakah debit intake ≥debit kebutuhan ( water balance ).

Metode Faktor Polowijo Relatif ( FPR )

Perhitungan di mulai dengan menggunakan luas exsistingterlebih dahulu. Digunakan 3 nilai pembanding, yaitumenggunakan FPR eksisting, dominan, minimum, dan rata – rata. Setelah diketahui berapa luas lahan yang tidak di airi, makalangkah selanjutnya merencenakan luas rencana yang tidak di airidengan debit intake. Dari luas rencana tesebut dapat di ketahuinilai FPR rencana, dominan, minimum, dan rata – rata. Kemudiandapat dihitung water balance rencana.

Back

BAB VOPERASI DAN PEMELIHARAAN

1. Operasia. Operasi Musim Hujanb. Operasi Musim kemarauc. Operasi Dam Wonosroyod. Operasi Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap

2. Pemeliharaana. Prosedur Pemeliharaan Rutinb. Prosedur Pemeliharaan Berkala

a. Operasi Musim HujanMusim Hujan pada umumnya dimulai bulan Oktober sampai bulan April, yang

mana ketersediaan debit mulai meningkat dan akan mencapai puncak pada bulanMaret.

Tujuan Opersaional pada musim hujan untuk menjaga agar ketersediaan airtidak meluap pada saat curah hujan yang tinggi.

Tindakan selama hujan lebat, staf lapangan dan para petani pemakai air harussiaga agar pintu tersier tertutup selama debit air masih tinggi dan memeriksa tanggulsepanjang saluran.

b. Operasi Musim KemarauMusim kemarau pada Daerah Irigasi Wonosroyo terjadi pada bulan Mei

sampai bulan September, ketersediaan air pada umumnya akan mulai menurun danakan mencapai debit minimum pada bulan Agustus sampai bulan September

Operasional pada musim kemarau berdasarkan perhitungan dan perencanaanpola tanam yang menggunakan debit andalan pada Daerah Irigasi Wonosroyo

c. Operasi Dam WonosroyoKegiatan Operasi dan Pemeliharan Dam Wonosroyo merupakan suatu

kegiatan yang paling penting, agar Dam dapat berfungsi secara normal,sehingga memberikan manfaat yang sesuai dengan rencana teknisnya. Tujuandari Operasi Dam Wonosroyo ini adalah untuk mengalokasikan dan mengatursumber air untuk secara optimum

d. Operasi Bangunan Bagi dan Bangunan SadapOperasional bangunan bagi dan bangunan sadap adalah sebagai berikut:

Dalam pemberian air sebelum diadakan pengaturan,tampungan harusbetul-betul terisi dengan air. Setelah air dalam keadaan stabil, makabarulah diadakan pengaturan pintu sesuai dengan debit yang dibutuhkan

Operasional pintu disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman berdasarkanperhitungan dan jika terjadi perubahan kebutuhan yang cukup besar makaoperasiaonal pintu hendaknya disesuaikan.

Rencana dan PemeliharaanTujuan operasional adalah kemudahan dalam system pengoperasian untuk

mencapai hasil yang maksimal dengan biaya yang kecil yang dapat di jangkau,tujuannya adalah untuk mempertahankan system pengairan dalam kondisioperasional yang baik dan juga untuk memperpanjang umur dari bangunan tersebut.a. Prosedur Pemeliharaan Rutin

Ruang lingkup pekerja pemeliharaan rutin adalah sebagai berikut : Perbaikan tanggul Galian lumpur / membuang sedimen Pembersihan tumbuhan yang mengganggu pada kelancaran air pada saluran Perbaikan kerusakan ringan pada bangunan dan saluran Pelumasan ulir – ulir pintu Pengecetan kembali

b. Prosedur Pemeliharaan BerkalaKegiatan berkala ini bukan merupakan kegiatan yang tetap dan teratur, namun

tergantung pada kondisi saluran dan bangunan pada saat itu, misalnya penurunanelevasi tanggul, penumpukan sedimen pada saluran primer atau sekunder yangberpengaruhi langsung pada system jaringan utama

Back

BAB VIORGANISASI DAN PERSONALIA

1. Organisasi pelaksanaan operasi dan Pemeliharaan

2. Pegawai yang telah tersedia

3. Pembagian tugas staf Lapangan

4. Pembagian tugas di UPTD Wonosroyo

5. Himpunan Petani Pemakai Air ( HIPPA )

6. Keanggotaan HIPPA

7. Tugas HIPPA

1. Organisasi pelaksanaan operasi dan Pemeliharaan

Dalam mencapai Operasi dan Pemeliharaan yang optimal tentunya dibutuhkanSumber Daya Manusia yang memadai. Untuk menunjang kinerja Sumber DayaManusia tersebut, diperlukan adanya fasilitas, serta peralatan operasi danpemeliharaan yang mencukupi.

2. Pegawai yang telah tersedia

Tenaga Operasi dan Pemeliharaan untuk kantor pengamat pengairan DaerahWonosari yang masuk wilayah Daerah Irigasi Wonosroyo, harus memiliki staf tatausaha, staf Operasi dan staf Pemeliharaan, serta ditambah dengan tenaga lapangan,seperti Juru Pengairan, PPA, dan Pekarya.

3. Pembagian tugas staf Lapangan

Staf lapangan dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :Penjaga Pintu Air, Penjaga Bendung danPekarya

4. Pembagian Tugas di UPTD Pengamat Wonosroyo

Dalam membantu pengoperasian yang optimal pengamat

Wonosroyo, di perlukan beberapa staf pada kantor UPTD ( Unit

Pelayanan Teknis Daerah ).

Tugas Kepala UPTD

Tugas staf Operasi

Tugas staf administrasi

Tugas staf pemeliharaan

Tugas juru pengairan

5. Himpunan Petani Pemakai Air ( HIPPA )Himpunan Petani Pemakai Air ( HIPPA ) adalah himpunan dari

petani atau kelompok yang mengelola air irigasi dan jaringan irigasidalam blok – blok tersier. Himpunan petani pemakai air merupakanorganisasi sosial yang memiliki badan hukum dan tidak berada di bawahorganisasi lainnya.

Susunan pengurus HIPPA berdasarkan surat keputusan guberburkepala daerah tingkat I provinsi jawa timur nomor 77 tahun 1955 adalahsebagai berikut :

Ketua Sekretaris Bendahara Bagian teknik / pelaksana teknik Ketua blok / kelompok

6. Keanggotaan HIPPA Anggota HIPPA adalah petani yang mendapat manfaat langsung dari pelayanan air

irigasi pada jaringan tersier keanggotaan HIPPA/Gabungan HIPPA meliputi : Pemilik tanah Pemilik penggarap tanah Penggarap tanah Kepala desa dan perangkat desa Pemakaian air irigasi lainnya

7. Tugas HIPPA Berikut ini merupakan beberapa tugas HIPPA secara umum :

Mengelola air dan jaringan irigasi di dalam blok jaringan irigasi. Membangun, merehabilitasi dan memelihara jaringan irigasi. Menentukan dan mengatur iuran dari para anggotanya yang merupakan

hasil panen atau tenaga untuk membiayai kegiatan operasi danpemeliharaan irigasi.

Membimbing dan mengawasi para anggotanya agar memenuhi segalaperaturan yang ada hubungannya dengan irigasi.

Menerima asset dari pemerintah yang berupa jaringan irigasi .Back

BAB VIIAnalisa Ekonomi

1. Biaya Produksi Tanaman2. Perhitungan Biaya Produksi tiap masa tanam ( Eksisting

dan Rencana )3. Perhitungan benefit Produksi tiap masa tanam ( Eksisting

dan Rencana )4. Biaya Operasi dan Pemeliharaan ( Eksisting dan Rencana )5. Perhitungan Benefit Cost Ratio ( BCR )

( Eksisting dan Rencana )

1. Biaya Produksi TanamanBerdasarkan Pola Tanam yang direncanakan, maka biaya analisa

untuk masing – masing tanaman dapat dihitung. Biaya tersebut meliputibiaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja.

2. Perhitungan biaya produksi Tiap Masa Tanam( Eksisting ) dan ( Rencana )Perhitungan biaya tiap masa tanam di perlukan untuk mengetahui

total biaya produksi dari Musim Tanam I sampai Musim Tanam III.

3. Perhitungan Benefit produksi tiap tanam( Eksisting ) dan ( Rencana )Perhitungan Benefit digunakan untuk mengetahui seberapa besar

keuntungan yang didapat petani pada tiap Musim Tanam panennya

4. Biaya Operasional dan Pemeliharaan ( Eksisting ) dan( Rencana )Biaya Operasional dan Pemeliharaan untuk Daerah Irigasi Wonosroyo

dianggarkan rutin tiap bulan dan tiap tahun dengan persetujuan dinaspekerjaan umum Kabupaten Bondowoso.

Diketahui biaya Operasional dan Pemeliharaan daerah irigasiWonosroyo Rp 61.369.200,00 untuk satu tahun . sedangkan biayaOperasional dan Pemeliharaan tiap 4 bulan dapat dicari dengan cara :

= Rp 20.456.400,00Perhitungan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Eksisting dapat

dilihat dalam Tabel 7.7 sampai Tabel 7.13

5. Perhutingan Benefit Cost Ratio BCR ( Eksisting ) dan( rencana )

Benefit Cost Ratio ( BCR) adalah perbandingan antara keuntungan danpembiayaan dari suatu proyek yang akan dilaksanakan. Suatu proyek layak dilaksanakanapabila nilai BCR sama atau lebih besar dari satu,atau dengan rumus :

Sedangkan dalam perhitungan BCR ini , modal awal yang digunakan didapat daripinjaman ke Bank. Untuk mengembalikan pinjaman modal tersebut,

Dimana : A = pembayaran seri merata angsuran P = Jumlah uang sekarang I = Suku bunga tiap periode n = Jangka waktu angsuran

Back

BAB VIIIKESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan2. Saran

1. KesimpulanIntensitas Tanam Daerah Irigasi Wonosroyo yang mula – mula 276 %

meningkat menjadi 300% itu di karnakan pola tanam yang semula Padi –Padi – Polowijo di D.I Wonosroyo kita rencanakan menjadi Padi – Polowijo– Polowijo. Sedangkan BCR rencana yang kami perhitungkan lebih besardari BCR eksisting maka BCR rencana kita dapat memenuhi syarat yangsudah di tetap kan yaitu BCR rencana hasilnya > 1

2. Saran Peningkatan pembinaan pada HIPPA agar pengolahan air ditingkat Desa

dapat dilaksanakan dengan baik. Perlu meningkatkan pengetahuan atau keterampilan para petugas

lapangan khususnya para juru pengairan. Petani harus disiplin dalam melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan

tentang Pengolahan Air dan Pola Tanam yang direncanakan sedangkanbibit yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan air.

Dengan adanya perencanaan Pola Tanam diharapkan usaha Pemerintahuntuk meningkatkan produksi pangan khususnya beras, jagung dantebudapat tercapai melalui kegiatan Operasi dan Pemeliharaan .

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Curah Hujan Efektif

Repadi = 0,7 x R80

Retebu = 0,6 x R80

Repalawija = 0,5 x R80

Dimana : Re = Curah hujan efektif ( mm / hari )R80 = Curah hujan harian dengan

probabilitas 80% selamasetahun

( Departemen PU,1986. KP 01 Lampiran 2 : 36 )

Evapotranspirasi Eto = c [ W x Rn + ( 1 – W ) x f(u) x ( ea – ed )

Dimana : Eto = Evaporasi potensial ( mm / hari )

W = Bobot faktor

Rn = Radial Netto

(ea – ed ) = m Perubahan tekanan air jenuh

dengan kekuatan uap

c = Faktor penyesuaian untuk

mengimbangi

f(u) = Fungsi kecepatan angin

( Departemen PU,2010. KP 01 Lampiran 2 : 33 )

Perkolasi Kehilangan air akibat pergerakan air tanah ini yang disebabkan penurunan

air secara gravitasi kedalam tanah untuk sawah. Gejala ini merupakan

peristiwa perkolasi atau rembesan, sedangkan untuk palawija gejala ini

merupakan penurunan akibat muka air lebih renadah dari permukaan akar

(Departemen PU, 1986. KP 01 Lampiran 2 : 36).

Kebutuhan Air di Tanaman (NFR)NFR padi = LP + Etcrop + WLR + P – Re padiNRF palawija = Etcrop – Re palawijaNFR tebu = Etcrop – Re tebu

Dimana NFR padi, palawija,tebu = kebutuhan air untuk persiapan lahan(mm / hari)

LP = kebutuhan air untuk konsumtif tanah(mm / hari)

WLR = kebutuhan air untuk pergantian lapisanair

P = perkolasiRe = curah hujan efektif (mm / hari)Etcrop = kebutuhan air untuk tanaman

(Departemen PU, 1986. KP 01 Lampiran 2 : 49 - 55)

Pergantian lapisan airPergantian lapisan air dilakukan pada sistem budaya padi,

penggantian lapisan air dialkukan dua kali masing – masing 50

mm (2,5 mm/hari sebulan )selama 20 hari pada sebulan dan

dua bulan setelah pergantian tanaman

(Departemen PU, 1986. KP 01 Lampiran 2 : 36)

Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan (IR)perhitungan kebutuhan air irigasi unutk penyiapan lahan dapat digunakan

metode yang dikembangkan oleh Van De Goor dan Zijlstra

, M = Eo + P , k =M x T/S

DenganIR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan

(mm/hari)M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat

evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah dijenuhkanEo = 1,1 x EtoP = perkolasi(mm/hari)T = jangka waktu penyiapan lahanS = kebutuhan air untuk penjenuhan

((Departemen PU, 1986. KP 01 Lampiran 2 : 31).

Penggunaan Konsumtif (Etc)

Etc = Kc x Eto

Dimana

Etc = kebutuhan air untuk tanaman (mm/hari)

Eto = evapotranspirasi potensial (mm / hari)

Kc = koefisien tanaman

(Departemen PU, 1986. KP 01 Lampiran 2 : 32 - 35

Metode FPR (Faktor Palawija Relatif )

Dimana :

FPR = faktor palawija relatif (lt/dt/ha)

Q = debit intake yang masuk (lt/dt)

LPR = luas palawija relatif (ha)

Besarnya koefisien perbandingan kebutuhan air per hektar adalah sebagai berikut :

Padi = 4

Palawija = 1

Tebu = 1,5

Diferection Requirement (DR)

Dimana:

DR = kebutuhan air irigasi (lt/dt/ha)

e = efisiensi saluran (primer = 0,9

; sekunder dan tersier = 0,8)

NFR = kebutuhan air di sawah

(Departemen PU, 1986. KP penunjang :23).

Pola TanamHal – hal yang diperlukan dalam perencanaan suatu pola tanam

adalah :

Pola tanam harus membawa keuntungan semaksimal mungkin

untuk petani

Pola tanam harus bisa mengoptimalkan pemakaian air dari sumber

air yang tersedia

Pola tanam harus praktis berdasarkan kemampuan yang ada seperti

tenaga kerja dan keadaan tanah

Perencanaan Golongan

Perencanaan golongan dilakukan agar kebutuhan pengambilan

puncak dapat dikurangi, maka areal irigasi harus dibagi – bagi menjadi

dua atau tiga golongan (daerah irigasi). Langkah ini ditempuh dengan

alasan tidak mencukupinya kebutuhan air apabila dilakukan

penanaman secara serentak atau bisa juga dengan asumsi apabila tidak

turun hujan selama beberapa masa kedepan.

Debit AndalanDebit andalan merupakan debit yang berasal dari suatu

sumber (contohnya sungai atau danau) yang nantinya akandisadap untuk keperluan irigasi saat kemarau. Misalnyaditetapkan debit andalan 80%, disini dimaksudkan bahwakemungkinan terjadi 80%, dengan 20 % resiko untuk tidakterjadi