proposal skripsi yahdiyanur

50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sering kali ada istilah alat bantu atau media pembelajaran digunakan sebagai bahan ajar dalam rangka memudahkan siswa-siswi dalam menangkap materi pelajaran. Hal ini tentu membutuhkan sebuah keuletan seorang pengajar atau guru dalam membimbing murid di dalam kelas, supaya siswa lebih mudah untuk cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan Belajar mengajar di dalam kelas, setiap siswa tentu memiliki intelegensi yang berbeda-beda baik laki-laki maupun perempuan, itulah sebabnya mengapa media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Karena media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Melalui media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu juga, membantu memperjelas pesan pembelajaran. Informasi yang disampaikan secara lisan terkadang tidak dipahami sepenuhnya oleh siswa, apalagi ketika guru kurang cakap dalam menjelaskan kepada siswa. Menurut buku Grabowski, 1991;206, yang dikutip oleh Drs. Mazrur M.Pd dalam bukunya “Teknologi pembelajaran” desain pesan melibatkan

Upload: yahdiyanur

Post on 25-Nov-2015

45 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dunia pendidikan sering kali ada istilah alat bantu atau media

    pembelajaran digunakan sebagai bahan ajar dalam rangka memudahkan

    siswa-siswi dalam menangkap materi pelajaran. Hal ini tentu membutuhkan

    sebuah keuletan seorang pengajar atau guru dalam membimbing murid di

    dalam kelas, supaya siswa lebih mudah untuk cepat tanggap dalam

    menghadapi permasalahan-permasalahan dalam proses belajar mengajar.

    Kegiatan Belajar mengajar di dalam kelas, setiap siswa tentu memiliki

    intelegensi yang berbeda-beda baik laki-laki maupun perempuan, itulah

    sebabnya mengapa media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses

    pembelajaran.

    Karena media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

    pembelajaran. Melalui media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan

    menyenangkan. Selain itu juga, membantu memperjelas pesan pembelajaran.

    Informasi yang disampaikan secara lisan terkadang tidak dipahami

    sepenuhnya oleh siswa, apalagi ketika guru kurang cakap dalam menjelaskan

    kepada siswa.

    Menurut buku Grabowski, 1991;206, yang dikutip oleh Drs. Mazrur

    M.Pd dalam bukunya Teknologi pembelajaran desain pesan melibatkan

  • 2

    perencanaan untuk mengatur bentuk fisik pesan itu (Grabowski, 1991;206).

    Desain pesan mencakup prinsip perhatian, persepsi, dan ritensi yang

    mengatur spesifikasi bentuk fisik pesan yang dimaksudkan untuk

    berkomunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Fleming dan Levie

    (1993) membatasi pesan kedalam pola sinyal atau simbol yang memodifikasi

    prilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Desain pesan lebih banyak

    berhubungan dengan level mikro melalui unit-unit kecil seperti visual, urutan

    penyajian, halaman, dan layar. Karakteristik lain desain pesan ialah bahwa

    desain haruslah bersifat spesifikasi baik dalam medianya maupun dalam tugas

    belajarnya. Hal ini berarti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda,

    tergantung pada apakah medianya bersifat statis, dinamis atau panduan

    keduanya (misalnya foto, film, atau grafis komputer).1

    Masalah pendidikan Agama adalah menjadi tanggung jawab pemerintah,

    masyarakat dan orang tua, serta berlangsung seumur hidup (long life

    education). Masalah ini cukup kompleks, karena yang menjadi sasaran dan

    pelaksanaannya adalah manusia. Demikian pula sistem pengajarannya yang

    merupakan bagian pendidikan selalu mengalami perubahan dan

    penyempurnaan, terutama yang menyangkut metode dan sarana yang dipakai

    dalam proses belajar mengajar.2

    Pengembangan media pembelajaran yaitu suatu usaha penyusunan

    program media pembelajaran yang lebih teruju pada perencanaan media,

    1 Mazrur, Teknologi Pembelajaran, Malang : Intimedia, 2011, h. 22

    2 Mahfudh Shalahudin, Media Pendidikan Agama, Surabaya :PT. Bina Ilmu, 1986, h. 1

  • 3

    dimana media yang akan di tampilkan atau digunakan dalam proses belajar-

    mengajar terlebih dahulu direncanakan dan di rancang sesuai dengan

    kebutuhan lapangan atau siswanya. Guru hendaknya mampu melaksanakan

    kegiatan instruksional atau pembelajaran yaitu kegiatan mengatur atau

    mengelola informasi dan sumber belajar untuk memfasilitasi kegiatan belajar.

    Karena itu diperlukan penguasaan terhadap sumber dan media pembelajaran.

    Penguasaan yang dimaksudkan bukan saja dari penentuan sumber dan media

    pembelajaran tapi juga ketepatan antara materi yang disampaikan dengan

    kriteria sumber dan media yang digunakan.

    Seiring dengan perkembangan IPTEK, maka alternatif pemilihan sumber

    belajar dan media pembelajaran menjadi lebih beragam seperti : buku teks,

    modul, overhead transparansi, film, video, televisi, tape recorder, internet,

    penggunaan computer dan sebagainya. Keberadaan media pembelajaran

    tersebut tentunya harus selaras dengan variable kondisi pembelajaran.

    Dengan demikian guru professional dituntut harus mampu merencanakan,

    memilih dan menggunakan berbagai media pembelajaran yang tersedia

    disekitarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

    Media pendidikan Agama bukanlah istilah baru dalam dunia pendidikan.

    Sebab tersebar luasnya suatu agama, tentulah melalui kegiatan pendidikan,

    baik pendidikan formal, informal maupun non formal. Ini berarti bahwa para

    Nabi Tuhan dahulu disamping sebagai Nabi/Rasul Tuhan, mereka juga

    sebagai guru-guru yang baik atau pendidik agama yang agung.

  • 4

    Maka dapat dipahami bahwa media pembelajaran agama adalah semua

    aktifitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik

    berupa alat (peraga), sarana, teknik maupun metodenya yang secara efektif

    dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka untuk mencapai tujuan

    tertentu, dan tidak bertentangan dengan syariat agama itu sendiri.

    Adapun yang menjadi dasar pemikiran dalam penggunaan media

    pembelajaran agama, dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru

    perlu mendasari langkah-langkahnya dengan sumber ajaran agama, sesuai

    dengan firman Allah dalam surat An- Nahl ayat 44 :

    3

    Artinya : Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami

    turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia

    apa yang telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka

    memikirkan. (Q.S. An Nahl 44)4

    Berdasarkan observasi pendahuluan di kelas VII MTsN 1 dan 2

    Palangka Raya, nampaknya guru mata pelajaran Quran Hadis masih sangat

    kurang dalam mendesain media pembelajaran di kelas. Untuk itu guru mata

    3 An-Nahl {16} : 44

    4 Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, Banjarmasin :Antasari Press, 2009, h. 1-5

  • 5

    pelajaran Quran Hadis di sekolah dalam mengajar hanya menggunakan

    media papan tulis maupun buku LKS saja tanpa adanya mendesain media

    pembelajaran baik itu mendesain media pembelajaran yang baru maupun

    memodifikasi media pembelajaran yang sudah ada. 5

    Berdasarkan pernyataan di atas penulis tertarik untuk melakukan sebuah

    penelitian yang berjudul : Kreatifitas Guru Dalam Mendesain Media

    Pembelajaran Alquran Hadis Kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya.

    B. Hasil Penelitian Yang Relevan/ Sebelumnya

    Penelitian oleh Tri Rahayu Ulandari (0601110772) pada tahun 2011

    dengan judul : Kreatifitas Guru dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran

    PAI di SMAN-1 Palangka Raya.

    Di SMAN-1 Palangka Raya salah satu sekolah yang memanfaatkan

    media pembelajaran termasuk didalamnya media pembelajaran Pendidikan

    Agama Islam. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : di

    SMAN-1 Palangka Raya terdapat berbagai media selain caption yaitu hanya

    tersedia satu media dalam bentuk slide yang dapat digunakan guru dalam

    mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan bagaimana guru dapat

    kreatif dalam memanfaatkan media-media yang ada pada sekolah tersebut.

    Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

    1. Bagaimana kreatifitas guru dalam merencanakan Media Pembelajaran PAI

    2. Bagaimana kreatifitas guru dalam menggunakan media pembelajaran PAI

    5 Observasi Guru yang sedang mengajar di kelas VII MTsN 2 Palangka Raya, 23

    Okt 2013 dan MTsN 1 Palangka Raya, 20 Maret 2014

  • 6

    Adapun pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah

    pendekatan deskriptif kualitatif subjek penelitian ini adalah berjumlah 3 orang

    guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama Islam. Hasil dari

    penelitian yang diperoleh adalah :

    1. kreatifitas guru dalam merencanakan media pembelajaran PAI di SMAN-1

    Palangka Raya, hal-hal yang dilakukan oleh guru PAI dalam

    merencanakan media pembelajaran yaitu menyediakan berbagai bahan

    yang berhubungan dengan media pembelajaran dari ketiga orang guru

    tersebut dapat dikatakan merencanakan.

    2. Kreatifitas guru dalam menggunakan media pembelajaran PAI, yaitu

    dalam menggunakan media pembelajaran ketiga orang guru dapat

    menggunakan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan

    disampaikan sehingga pembelajaran dapat disampaikan dengan mudah

    diterima oleh siswanya.6

    Dari penelitian Tri Rahayu Ulandari diatas jelas bahwasanya

    penelitian yang ia lakukan lebih terfokus pada kreatifitas guru dalam

    memanfaatkan media pembelajaran PAI. Guru PAI dalam proses belajar

    mengajar dapat dikatakan memanfaatkan, selama media itu ada, bagi

    materi yang tidak ada medianya maka guru hanya menggunakan metode

    ceramah dan Tanya jawab saja.

    Berbeda halnya dengan penelitian ini yakni Kreatifitas Guru

    Dalam Mendesain Media Pembelajaran Alquran Hadis Kelas VII MTsN 1

    6 Tri Rahayu Ulandari, Kreatifitas Guru dalam Memanfaatkan Media

    Pembelajaran PAI di SMAN-1 Palangka Raya, Skripsi, Palangka Raya : STAN P. Raya, 2011, h. 7. t.d

  • 7

    dan 2 Palangka Raya. Penelitian ini lebih pada mendesain media yang

    akan digunakan pada saat mengajar. Mendesain media pembelajaran tidak

    hanya membuat media baru untuk digunakan tetapi dengan memodifikasi

    media yang sudah ada itu juga sudah dikatakan mendesain media. Jadi,

    dapat disimpulkan penelitian ini tidak terfokus kepada menggunakan

    media tetapi lebih kepada mendesain media pembelajaran. Seorang guru

    dituntut tidak hanya bisa dalam memanfaatkan media namun seorang guru

    tentunya juga harus bisa merencang ataupun mendesain media

    pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan materi yang ingin

    disampaikan. Oleh sebab itu dalam penelitia ini peniliti ingin mengetahui

    sejauh mana guru mampu merancang ataupun mendesain media

    pembelajaran.

    C. Fokus Penelitian

    Dalam Penelitian kali ini, peneliti akan mengfokuskan pada Kreatifitas guru

    dalam mendesain media pembelajaran pada mata pelajaran Quran Hadis

    kelas VII.

    D. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana desain media pembelajaran guru pada mata pelajaran Quran

    Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    2. Bagaimana Kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran mata

    pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

  • 8

    3. Alasan apa yang mendasari guru dalam mendesain media pembelajaran

    mata pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    E. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui desain media pembelajaran guru pada mata pelajaran

    Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    2. Untuk mengetahui kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran

    mata pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    3. Untuk mengetahui alasan yang mendasari guru dalam mendesain media

    pembelajaran mata pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2

    Palangka Raya

    F. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

    1. Menambah wawasan keilmuan tentang pentingnya mendesain media

    pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Quran Hadis agar materi

    pelajaran yang akan disampaikan pada saat proses belajar mengajar

    berlangsung didalam kelas dapat memudahkan penerimaan dan

    pemahaman siswa untuk mencapai hasil yang maksimal.

    2. Partisipasi dan kontribusi penulis dalam dunia pendidikan.

    3. Masukan bagi guru-guru baik dalam mendesain media pembelajaran yang

    baru maupun memodifikasi media pembelajaran yang sudah ada.

  • 9

    4. Bahan acuan kepada para penulis selanjutnya untuk menyempurnakan

    hasil penelitian.

    G. Definisi Oprasional

    1. Kreatifitas adalah menciptakan sesuatu yang baru atau juga

    mengembangkan yang sudah ada.

    2. Mendesain merupakan proses menspesifikasi kondisi untuk belajar.

    3. Media pembelajaran adalah media-media yang membawa pesan-pesan

    atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengandung maksud-

    maksud pembelajaran.

    H. Sistematika Penulisan

    Pembahasan dalam penelitian ini agar lebih terarah nantinya maka peneliti

    membuat sistematika penelitian sebagai berikut.

    BAB I : Pendahuluan meliputi : berisikan latar belakang, hasil penelitian

    sebelumnya, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan

    manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penelitian

    BAB II : Telaah Teori meliputi : Diskripsi teori, kerangka fikir dan

    pertanyaan penelitian

    BAB III

    :

    Metode Penelitian meliputi : Alasan menggunakan metode

    kualitatif, waktu dan tempat penelitian, sumber data penelitian,

    instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

    pengabsahan data, teknik analisis data.

  • 10

    Pemaparan Data meliputi : Temuan penelitian, pembahasan hasil

    penelitian

    Pembahasan meliputi : sambungan pada BAB IV

    Penutup meliputi : Kesimpulan dan Saran

    BAB IV :

    :

    BAB V :

    BAB VI :

    :

  • 11

    BAB II

    TELAAH TEORI

    A. Deskripsi Teoritik

    1. Pengertian Kreatifitas Guru

    a) Kreatifitas

    Pada saat sekarang kita sangat membutuhkan seorang guru yang

    kreatif. Pandai saja tidak cukup, tetapi dia harus pandai dalam

    mengembangkan keterampilan dan mencari bahan-bahan ajar yang

    betul-betul sesuai dengan peserta didik. Pendidikan tidak hanya

    bergantung kepada buku atau bahan ajar dan alat peraga yang telah ada,

    alam semesta sesungguhnya merupakan sumber belajar yang tidak ada

    habisnya. Bagaimana memberdayakan dan memanfaatkan alam semesta

    sebagai sumber belajar yang sangat bergantung pada kreatifitas guru

    dalam memotivasi dan memberikan teladan kepada peserta didik.

    Menurut pendapat Hasan langguulung dalam bukunya yang

    berjudul kreatifitas pendidikan Islam menyatakan bahwa yang

    dimaksud dengan kreatifitas adalah : dapat diartikan sebagaii salah satu

    sifat Tuhan Al Khaliq yang dapat dikembangkan pada diri manusia,

    dan menurut pendapat filosof islam, dianggap ibadat dalam

    pengertiannya yang sangat luas.7

    7 Hasan Langgulung, Kreatifitas Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka. Al-

    Husna, 1991, h. 171

  • 12

    Menurut pendapat Meer dan Stein, yang di kutip oleh Hasan

    Langgulung menyatakan bahwa Kreatifitas adalagh proses yang

    mengandung pengetahuan terperinci ttentang bidang dan pengetahuan

    asas yang terkandung di dalamnya.

    Menurut pendapat Hart yang dikutip oleh Hasan Langgulung

    dimana ia menyatakan kreatifitas adalah : kekuatan yang tersembunyi di

    belakang ke paduan manusia. Ia berdiri atas kasih sayang dan

    kebebasan menyatakan penggerak-penggerak yang ada pada manusia,

    walaupun penggerak-penggerak ini dalam aktivitas yang dapat diterima

    sedangkan orang yang menyatakannya merasa tidak berdosa.

    Menurut pendapat Imam Musbikin dalam bukunya mendidik

    anak kereatif ala Einstein mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

    kreatifitas adalah :

    Kemamupuan melalui ide, melihat hubungan yang baru atau tak di

    duga sebelumnya kemampuan mempormulasikan konsep yang tak

    sekedar menghapal, menciptakan, jawaban baru untuk soal-soal

    yang ada dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab.8

    Kreatifitas adalah proses mencipta sesuatu yang sebelumnya

    tidak ada hal ini melibatkan element-element dan pengalaman-

    pengalaman yang ada saat ini untuk di proses didalam otak guna

    menghasilkan sesuatu yang baru.9

    8 Imam Musbikin, Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein, Jakarta: Mitra Pustaka,

    2006. H. 36 9 Ibid, h. 6

  • 13

    Jadi dapat disimpulkan dari semua pengertian tentang kreatifitas

    adalah sesuatu yang tersembunyi dibelakang kepaduan manusia atau

    kemampuan daya cipta yang dimiliki oleh seseorang yang sebelumnya

    tidak ada dan melibatkan element-element dan pengalaman-pengalaman

    yang ada saat ini untuk diproses didalam otak guna menghasilkan

    sesuatu yang baru.

    b) Teori-teori yang Melandasi Pengembangan Kreatifitas

    Menurut Utami Munandar dalam bukunya Pengembangan

    kreatifiitas Anak Berbakat, ada beberapa teori yang melandasi

    pengembangan dan pembentukan pribadi kreatif antara lain sebagai

    berikut :

    1) Teori Psikoanalisis

    Pada umunya teori-teori psikoanalisis melihat kreatifitas

    sebagai hasil mengatasi suatu masalah yang biasanya dimulai dari

    masa anak-anak, pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang

    pernah mempunyai pengalaman traumatic, yang dihadapi dengan

    kemunginan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari

    bercampur jadi pemecahan inovatif dari trauma. Tindakan kreatif

    mentransformasi keadaan psikis yang tidak sehat menjadi sehat.

    2) Teori Frued

    Menurut beberapa pakar psikologi kemampuan kreatif

    merupakan ciri kepribadian yang mantap pada lima tahun pertama

    dari kehidupan. Singmund Frued adalah tokoh utama yang menganut

  • 14

    pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme

    pertahanan, yang merupakan upaya tak dasar untuk menghindari

    kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau tidak

    dapat diterima.

    3) Teori Jung

    Carl Jung, juga percaya bahwa ketidak sadaran memainkan

    peranan yang amat penting dalam kreatifitas tingkat tinggi. Alam

    pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi.

    Disamping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman seluruh

    umat manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar kita mengingat

    pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek

    moyang kita. Dari ketidak sadaran kolektif ini timbul pertemuan,

    teori, seni dan karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang

    menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.

    4) Teori Humanistik

    Berbeda dari psikoanalisis, teori humanistik melihat kreatifitas

    sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Kreatifitas

    dapat berkembang selama hidup, dan tidak terbatas pada lima tahun

    pertama.

    5) Teori Maslow

    Menurut Abraham Maslow, pendukung utama dari teori

    Humanistik, manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi

    nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini harus di penuhi dalam

  • 15

    urutan tertentu. Kebutuhan primitif muncul pada saat manusia lahir

    dan kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai proses

    pematangan.

    6) Teori Rogers

    Menurut Carl Rogers, tiga kondisi pribadi yang kreatif ialah :

    a) Kebutuhan terhadap pengalaman

    b) Kemampuan untuk menilai situasi dengan patokan pribadi

    seseorang (internal locus of evaluation) dan

    c) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan

    konsep.

    Setiap orang yang memiliki ketiga ciri kesehatan

    psikologisnya sangat baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya,

    menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif.10

    Dari beberapa teori di atas mengenai kreatifitas dapat ditarik

    kesimpulan yaitu bahwa semuanya merupakan teori yang mengarah

    kepada kreatifitas, alangkah baiknya jika semua orang bisa memiliki

    daya kreatif yang tinggi sehngga mampu untuk menciptakan sesuatu

    yang baru terutama menciptakan media-media pembelajaran yang

    bisa menunjang dan membantu proses belajar mengajar terutama

    pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga dengan itu

    dapat mempermudah guru dan menarik perhatian siswa.

    10

    Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta:

    Rineka Cipta, 1999, h. 32-34

  • 16

    c) Ciri-ciri orang kreatif

    Tentang ciri-ciri pribadi yang dimiliki oleh orang yang

    berkemampuan kreatif adalah :

    1) Keterbukaan terhadap pengalaman

    Yang dimaksud dengan keterbukaan terhadap pengalaman

    adalah, kesediaan seseorang menerima rangsangan yang dihadapai

    dalam pengalaman-pengalaman nya dengan bebas tanpa berbagai

    helah beta diri, dimana ia membenarkan rangsangan ini menyerap

    masuk kedalam jaringan syarap tanpa dirasakan oleh helah bela diri

    juga rangsangan ini ditanggapi tanpa berangka-angka yang berwujud

    terlebih dahulu atau dengan kata lain dan menanggapi sebagaimana

    ia sebenarnya.

    2) Penilaian Dalaman

    Roger berpendapat bahwa syarat terpenting kreatifitas adalah

    bahwa sumber penialaian karya itu bersifat dalaman bukan

    berkenaan dengan hal-hal yang berwujud diluar, tampak disini Roger

    berpendapat bahwa kreatifitas dalam bidang seni dan sastra dimana

    orang kreatif dalam penilaian terhadap karyanya.

    3) Kesanggupan berinteraksi secara bebas dengan konsep-konsep dan

    unsur-unsur.

    Disini Roger juga berpendapat tentang suatu ciri yang

    dianggap ciri pokok pada pribadi orang kreatif, yaitu kesanggupan

    orang kreatif berinteraksi bebas dan serta merta dengan pikiran-

  • 17

    pikiran, konsep -konsep dan hubungan-hubungan yang ada dalam

    bidangnya.11

    2. Desain

    Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa

    Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang

    mengartikan dengan persiapan. Di dalam ilmu manajaemen pendidikan

    atau ilmu administrasi pendidikan,perencanaan disebut dengan istilah

    planning yaitu persiapan menyusun suatu keputusan berupalangkah-

    langkah penyelesaian suatumasalah atau pelaksanaan suatupekerjaan yang

    terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Secara sederhana ada sebagian

    ahli yang mengatakan bahwa perencanaan adalah pemikiran sebelum

    pelaksanaan suatu tugas. Reigeluth (1983) mengibaratkan pengertian

    desain dengan cetak biru yang dirancang oleh arsitek sedangkan

    pembangunan/ pengembangan sesuatu gedung haruslah sesuai mengikuti

    cetak biru tersebut.

    Dengan demikian, desain atau perencanaan adalah suatu pemikiran

    atau persiapan untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan atau untuk

    mengambil suatu keputusan terhadap apa yang akan dilaksanakan oleh

    seseorang untuk mencapai tujuan tertentu sebagai yang telah ditetapkan

    dengan melalui prosedur atau langkah-langkah yang sistematis dan

    memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan tugas/pekerjaan tersebut.

    Desain atau perencanaan merupakan sesuatu hal yang begitu penting bagi

    11

    Hasan Langgulung, Kreatifitas Pendidikan Islam, 1991, h. 180

  • 18

    seseorang yang akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya, termasuk

    guru yang memiliki tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran).12

    Menurut Herbert Simon dalam buku yang ditulis oleh Prof. Dr. H.

    Wina Sanjaya, M.Pd desain adalah sebagai proses pemecahan masalah.

    Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam

    memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang

    tersedia. Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan

    manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang

    bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu

    persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya

    adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan

    kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons

    kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut di uji cobakan dan

    akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang

    efektivitas rancangan (desain) yang disusun. Desain sebagai proses

    rangkaian kegiatan yang bersifat linear.13

    Ellington dan Harris, 1998 ; Reigrluth, 1983; Richey, 1986 dalam

    buku Drs. Mazrur, M.Pd desain merupakan proses menspesifikasi kondisi

    untuk belajar. Tujuan desain ialah untuk menciptakan strategi dan produk

    pada level makro, seperti program dan kurikulum, dan pada level mikro

    seperti satuan pembelajaran dan modul. Definisi ini sesuai dengan definisi

    12 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2004,

    h. 66-67

    13

    Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta :

    Prenada Media Group, 2008, h. 65-66

  • 19

    desain masa kini yang mengacu pada penciptaan spesifikasi. Definisi itu

    berbeda dengan definisi-definisi terdahulu dalam hal penekanannya pada

    kondisi untuk belajar dan bukanya pada komponen-komponen sistem

    pembelajaran.14

    Desain merupakan suatu hasil karya kreatif yang menggabungkan

    berbagai seni dan arsitektur. Proses desain bukan hanya sekadar

    perancangan bernilai estetika, akan tetapi untuk melahirkan suatu desain,

    dibutuhkan pertimbangan pemikiran, rasa, gagasan juga pendapat dari

    pihak lain. Selain itu penting juga melibatkan faktor internal (yaitu jiwa

    seni, ide dan kreativitas perancang) atau pun faktor eksternal (berupa hasil

    penelitian dari berbagai bidang ilmu, teknologi, lingkungan, budaya dan

    sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa untuk menghasilkan suatu

    desain dibutuhkan suatu proses pemikiran yang terstruktur rapi sehingga

    mendapatkan hasil yang dapat diukur.\

    Keterlibatan banyak faktor untuk membangun suatu desain yang

    berwawasan luas menuntut seorang desainer harus ditopang minimal oleh

    lima dimensi keilmuan lain seperti:

    a) Wawasan Teknologi

    Wawasan ini dapat membuat seorang desainer mempunyai

    pemahaman ke arah sistem industri, bahan dan proses, manajemen,

    kesadaran akan kelebihan dan keterbatasan manusia sebagai pemakai

    dan ketrampilan teknis. Teknologi yang digunakan terutama teknologi

    14

    Mazrur, Teknologi Pembelajaran, Malang; Intimedia, 2011, h. 20

  • 20

    mekanik, teknologi produksi, teknologi bahan, ergonomi dan wawasan

    ilmu-ilmu enjinering.

    b) Wawasan Sains

    Wawasan ini dapat membuat seorang desainer mempunyai

    tanggung-jawab ilmiah yang tinggi serta mampu merumuskan persoalan

    yang dihadapi secara sistematis. Ilmu sains yang terutama digunakan

    adalah Fisika, Metodelogi Riset dan Logika Matematika.

    c) Wawasan Seni

    Wawasan ini dapat membuat seorang desainer mempunyai

    pemahaman estetika dan kreatifitas yang tinggi.

    d) Wawasan Sosial dan Budaya

    Wawasan ini akan membuka pemikiran seorang desainer ke arah

    wawasan budaya, sejarah persoalan sosial dan permasalahan manusia

    lainnya. Karena itu seorang desainer minimal memiliki wawasan

    terutama di bidang Sosiologi, Sikologi, Ekonomi, Komunikasi dan

    Antropologi.

    e) Wawasan Filsafat dan Etika

    Wawasan ini dapat membangun pola pikir mendalam dari seorang

    desainer yang dilandasi oleh sikap etis yang tinggi. Filsafat yang terlibat

    terutama filsafat seni dan desain.

    Jadi, dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa desain

    adalah sebagai proses pemecahan masalah, proses menspesifikasi

    kondisi untuk belajar. Artinya dengan desain dalam hal ini seorang guru

  • 21

    bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk merancang

    maupun merencanakan suatu media yang akan nantinya dipakai dalam

    proses pembelajaran.15

    3. Media Pembelajaran

    a) Pengertian Media Pembelajaran

    Apabila dilihat dari segi etimologi, kata media berasal dari

    bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium: yang

    secara harfiah berarti perantara atau pengantar, maksudnya adalah

    sebagai perantara atau alat untuk menyampaikan sesuatu. Sedang dalam

    kepustakaan asing ada sementara ahli yang menggunakan istilah : Audio

    Visual Aids (AVA), untuk pengertian yang sama. Banyak pula para ahli

    yang menggunakan istilah : Teaching Material atau Instructional

    Material, yang artinya identik dengan pengertian keperagaan yang

    berasal dari kata raga artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat,

    didengar dan yang dapat dipahami melalui panca indera kita.

    Selain pengertian diatas, ada juga yang berpendapat bahwa media

    pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

    (software)16

    . Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantar pesan

    seperti Over Head Projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan

    Software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi

    yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan

    15 Teori dasar tentang desain, file:///F:/89-teori-dasar-tentang-desain.htm (online

    1 April 2014)

    16

    Mahfudh Shalahudin, Media Pendidikan Agama , h. 3

  • 22

    lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang

    disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya.17

    b) Media Pendidikan Agama

    Para Nabi menyebarkan agama kepada kaumnya atau kepada umat

    manusia bertindak sebagai guru-guru yang baik dan sebagai pendidikan

    keagamaan yang agung. Usaha Nabi dalam menanamkan aqidah agama

    yang dibawanya dapat diterima deengan mudah oleh umatnya, dengan

    menggunakan media yang tepat yakni melalui media perbuatan Nabi

    sendiri, dan dengan jalan memberikan contoh teladan yang baik.

    Sebagai contoh teladan yang bersifat uswatun hasanah, Nabi selalu

    menunjukan sifat-sifat terpuji. Hal ini diungkapkan dalam Alquran

    Surat Al Ahzab : 21 :

    Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

    teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

    Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.18

    17

    Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta :

    Prenada Media Group, 2008, h. 205.

    18

    Al Ahzab {33} ; 21

  • 23

    Nabi selalu memberikan contoh tauladan atau menjadikan

    dirinya sebagai model dalam mendawahkan seruan Allah. Sebagai

    contoh : sewaktu meletakan Hajarul Aswad ketika membangun kembali

    kabah, disaat Nabi mendirikan Masjid Quba diluar Madinah, atau

    sewaktu membuat parit pertahanan dalam perang Tabuk, Nabi selalu

    memimpin langsung dan ikut serta bekerja dengan para sahabat. Contoh

    teladan yang baik tersebut sangat besar pengaruhnya dalam misi

    pendidikan Islam dan dapat menjadi faktor yang menentukan terhadap

    keberhasilan dan perkembangan tujuan pendidikan secara luas.

    Melalui suri teladan atau model perbuatan dan tindakan yang

    baik oleh seorang pendidik, maka guru agama akan dapat menumbuh

    kembangkan sifat dan sikap yang bak pula terhadap anak didik.

    Bilamana sebaliknya, apa yang dilihat dan didengar oleh siswa atau

    anak didik bertolak belakang dengan kenyataan, maka hasil pendidikan

    tidak akan tercapai dengan baik dan dapat melumpuhkan daya didik

    seorang guru. Sehubungan dengan hal ini Muhammad Athiyah Al

    Abrasyi dalam Humaidi Tatapangrasa (1974: 170) mengemukakan ;

    perbandingan antara guru dan murid, adalah ibarat tongkat dan

    bayangannya, kapankah banyangan tersebut akan lurus kalau

    tongkatnya sendiri yang bengkok.

    Istilah Uswatun Hasanah barangkali dapat diidentifikasikan

    dengan demonstrasi yaitu memberikan contoh dan menunjukan

    tentang cara berbuat atau melakukan sesuatu. Media uswatun

  • 24

    hasanah ini selalu digunakan oleh Nabi dalam mengajarkan ajaran-

    ajaran agama kepada umatnya, misalnya dalam memperaktekan shalat

    sebagaimana sabda beliau :

    Artinya : Shalatlah kamu sebagaimana kamu menyaksikan caranya

    aku shalat (Riwayat Bukhari)19

    Media pendidikan agama ialah semua aktivitas yang ada

    hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat

    yang dapat diragakan maupun teknik/metode yang secara efektif dapat

    digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan

    tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

    Semua alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi

    mengennai pendidikan dan pengajaran agama kepada orang lain, segala

    sesuatu atau benda dapat dipakai sebagai media pengajaran agama

    seperti :

    1) Papan tulis

    2) Buku pelajaran

    19

    HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad, hadits ini telah ditakhrij dalam Irwaul Ghalil penjelasan hadits ke 213

  • 25

    3) Bulletin board dan display

    4) Film atau gambar hidu

    5) Radio pendidikan

    6) Televisi pendidikan

    7) Komuputer

    8) Karyawisata, dan lain-lain.20

    c) Kedudukan Media dalam Pembelajaran

    Aktifitas pembelajaran merupakan sistem, yang terdiri dari

    beberapa komponen meliputi ; tujuan, isi pembelajaran, kegiatan

    pembelajaran, manusia (pembelajar dan pebelajar), media/ sumber

    belajar, serta lingkungan. Secara terorganisir komponen-komponen

    tersebut saling bekerja sama sesuai dengan fungsi masing-masing. Bila

    salah satu komponen terganggu, akan mempengaruhi kerja komponen

    lain sehigga hasilnya tidak sesuai lagi dengan harapan semula.

    Dari sini tampak bahwa media merupakan salah satu komponen

    dalam pembelajaran. Sehingga kedudukan media tidak hanya sekedar

    sebagai alat bantu mengajar, tetapi sebagai bagian integral dalam proses

    pembelajaran. Kedudukan media ini sudah jelas dalam uraian tentang

    hubungan antara media pembbelajaran dengan komponen sistem

    pembelajaran sebagai wujud pemecahan masalah belajar.21

    d) Klasifikasi Media

    20

    Asnawir & Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat

    Pers, 2002, h. 115-117 21

    Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, h. 13

  • 26

    Pada era teknologi media tampil dalam berbagai jenis dan format

    (modul cetak, film, TV, video, slide, program radio dan komputer)

    masing-masing memiliki ciri-ciri dan bkemampuannya sendiri. Dengan

    bertambahnya jenis media maka timbul pemikiran untuk mengadakan

    pengelompokan atau klasifikasi media pembelajaran berdasarkan tujuan

    pemakaian dan karakteristik tiap jenis media, maka dapat

    diklasfikasikan sebagai berikut;

    1) Media pembelajaran menurut bentuk bendanya

    Media pembelajaran menurut bentuk bendanya dapat diklasifikasi

    menjadi dua bagian yaitu ; media dua dimensi dan media tiga

    dimensi. Media dua dimensi yaitu media yang berbentuk bidang

    datar, hanya memiliki ukuran panjang dan lebar saja. Yang

    termasuk dalam kelompok media pembelajaran dua dimensi antara

    lain; gambar dengan berbagai jenis, grafik, peta, poster, bagan,

    kabar, majalah, kliping, kartun, sketsa, foto dan buku-buku. Salah

    satu media pembelajaran dua dimensi yang sering digunakan

    adalah media grafis, yaitu media yang mengkombinasikan fakta

    dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi

    pengungkapan kata-kata, dan gambar-gambar. Bentuk media

    pembelajaran dua dimensi ada yang langsung dapat digunakan

    dalam pembelajaran dan ada yang langsung dapat digunakan alat-

    alat bantu untuk memvisualisasikannya.

    2) Media pembelajaran menurut perangkatnya

  • 27

    Media pembelajaran diklasifikasikan menurut perangkatnya dapat

    dibedakan menjjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat

    lunak (software)

    3) Media pembelajaran menurut indera penerimanya

    Media visual yaitu media yang pesannya hanyya dapat diamati

    dengan indera penglihatan. Media ini merupakan jenis mmemdia

    yang mempunyai informasi secara visual, tetapi tidak dapat

    menampilkan suara maupun gerak misalnya gambar, foto, grafik

    dan poster.

    4) Media pembelajaran menurut cara kerjanya

    Media pembelajaran menurut cara kerjanya diklasifikasikan

    menjadi 2 yaitu media proyektabel dan non proyektabel. Media

    proyektabel yaitu media yang cara kerjanya dengan menggunakan

    sistem proyeksi sedangkan media non proyektabel yaitu media

    yang dapat diamati tanpa menggunakan sistem proyeksi dan

    langsung dapat diamati

    5) Media pembelajaran menurut sifatnya

    Media pembelajaran menurut sifatnya diklasifikasikan menjadi

    media bergerak dan media diam. Media yang dapat bergerak yaitu

    media yang dapat menghasilkan pesan/gambar yang dapat

    bergerak, misalnya gambar hidup/bergerak yang terlihat pada

    gambar yang ada di film gambar pada video/televsi. Sedangkan

    media diam yaitu pesan yang diperoleh dari media tersebut hanya

  • 28

    diam saja tidak bergerak. Misalnya gambar dalam slides, gambar

    dari transparan pada OHP, film rangkai, halaman cetak, video film

    dan microform.

    6) Media pembelajaran menurut kelompok penggunanya

    Media pembelajaran menurut kelompok penggunanya dibedakan

    menjadi media individual, kelompok dan kelompok besar. Media

    individual yaitu media yang hanya dapat digunakan secara

    perorangan, sebagai contoh ; mikroskop, lensa, kamera. Media

    kelompok media tersebut dapat digunakan secara perorangan juga

    dapat digunakan secara kelompk misalnya papan tulis, slide, film

    dll. Sedangkan media kelompok besar yaitu media tersebut dapat

    digunakan oleh kelompok masa yang lebih besar, misalnya

    penyuluhan dilapangan dengan menggunakan film lebar dan

    pengeras suara dan televisi umum.22

    Rudi Bretz (1977) mengklasifikasi ciri utama media pada tiga

    unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri

    dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis

    (linergrafhic) dan simbol. Disamping itu dia juga membedakan

    media siar (transmisi) dan media rekam (recording), sehingga

    terdapat 8 klasifikasi media ;

    1. Media audio visual gerak

    2. Media audio visual diam

    22

    Ibid, h. 45-51

  • 29

    3. Media audio semi gerak

    4. Media visual gerak

    5. Media visual diam

    6. Media visual semi ggerak

    7. Media audio, dan

    8. Media cetak.

    Menurut Oemar Hamalik (1985; 63) dan 4 4 klasifikasi media

    pengajaran, yaitu :

    1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip,

    transparansi, micro projection, papan tulis, buletin board, gamba-

    gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan globe.

    2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hhanya dapat didengar misalnya

    phonograph record, transkripsi electris, radio, rekaman pada tape

    recorder.

    3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi,

    benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan, misalnya ;

    model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama.

    4. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka dan

    sebagainya.23

    e) Fungsi Media Pembelajaran

    23

    Basyiruddin & Asnawir, Media Pembelajaran, h. 27-29

  • 30

    Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu

    mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan

    belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.24

    Ditinjau dari proses pembelajaran maka fungsi media dalah sebagai

    pembewa informasi dari sumber (pembelajar/guru) ke enerima

    (pebelajar/siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu

    siswa dalam menerima dan memperoleh informasi guna mencapai

    tujuan pembelajaran.

    Menurut, S. Gerlach dan P. Ely dalam buku Rodhatul Jennah

    menjelaskan bahwa fungsi media dalam pembelajaran dapat;

    1) Bersifat Fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk

    menangkap, menyimpan dan kemudian menampilkan kembali

    suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini suatu obyek dan

    kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian

    hasilnya dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukan

    dan diamati kembali, atau dapat ditamilkan kembali.

    2) Bersifat Manipulatif, artinya menampilkan kembali obyek atau

    kejadian dengan berbagai macam perubahan manipulasi sesuai

    keperluan, misalnya dirubah : ukurannya, benda yang besar dapat

    dikecilkan benda yang kecil dapat dibesarkan, kecepatannya,

    warnanya, serta dapat juga diulang-ulang penyajiannya, sehingga

    semuanya dapat diatur keruangan kelas.

    `

    24 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta; PT Raja Grafindo

    Persada, 2011, h. 15

  • 31

    3) Bersifat Distributif, artinya hbahwa dengan menggunakan media

    dapat menjangkau sasaran yang lebih luas atau media mampu

    menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali

    penyajian secara serempak. Misalnya siaran televisi, radio, dan

    surat kabar.25

    f) Manfaat Media Pembelajaran

    Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam

    pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil

    belajar yang tercapainya. Ada beberapa alasan, mengaa media

    pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa.26

    Berbagai

    manfaat media pembelajaran teah dibahas oleh banyak ahli. Sudjana &

    Rivai dalam buku Azhar Arsyad mengemukakan manfaat media

    pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu,

    1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

    menumbuhkan motivasi belajar.

    2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

    lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan

    mencapai tujuan pembelajaran.

    3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

    komunikasi verbal melalui penutuuran kata-kata oleh guru,

    sehinggga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,

    apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

    25

    Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, h. 18-19 26

    Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Bandung; Sinar Baru

    Algensindo, 2002, h. 2

  • 32

    4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak

    hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti

    mengamati, dan lain-lain.27

    Sedangkan menurut Kemp & Dayton dalam buku Rodhatul Jennah

    mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak

    positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di

    kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagi berikut :

    1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pebelajar yang

    melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan

    yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan

    cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil

    tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat

    disampaikan kepada pebelajar sebagai landasan untuk pengkajian,

    latihan, dan aflikasi lebih lanjut.

    2) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat disosialisasikan

    sebagai penarik perhatian dan membuat pebelajar tetap terjaga

    dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntunan pesan, daya tarik

    image yyang berubah-rubah, penggunaan efek khusus dapat

    menimbulkan keingintahuan menyebabkan pebeajar tertawa dan

    berfikir, yang kesemuanya menunjukan bahwa media memiliki

    aspek motivasi dan meningkatkan minat.

    27

    Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,

    2001, h. 24-25

  • 33

    3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan diterapkannya

    teori beajar dan prinsif-prinsif psikologis yang diterima dalam hal

    partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

    4) Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersiingkat.

    Karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat

    untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah

    yang cukup banyak dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa.

    5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan. Bilamana integrasi kata

    dan gambar sebagai media pembelajaran dapat

    mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara

    terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas

    6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau

    diperlukan. Terutama jika media pembelajaran dirancang untuk

    penggunaan secara individu.

    7) Sikap positif pebelajar. Terhadap apa yang mereka pelajari dan

    terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

    8) Peran pembelajar dapat berubah kearah yang lebih positif. Beban

    pembelajar untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi

    pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehinggan ia ndapat

    memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses

    belajar mengajar, misalnya konsultan atau penasehat siswa.28

    g) Prinsip pemanfaatan Media Pengajaran

    28

    Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, h. 23-24

  • 34

    Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau

    mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu

    harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya antara lain :

    1) Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai

    bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya

    sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang

    digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-

    waktu dibutuhkan.

    2) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar

    yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi

    dalam proses belajar mengajar.

    3) Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu

    media pengajaran yang digunakan.

    4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan

    suatu media pengajaran.

    5) Penggunaan media pengajaran harus diorgannisir secara sistematis

    bukan sembarang menggunakannya.

    6) Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam

    media, maka guru dapat memanfaatkan multy media yang

    menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan

    juga dapat merangsang siswa dalam belajar.29

    h) Kriteria Pemilihan Media

    29

    Basyiruddin & Asnawir, Media Pembelajaran, h. 19-20

  • 35

    Ada 4 faktor kriteria pemilihan yang perlu diperhatikan

    sebagaimana yang dikemukakan oleh Dick dan Carey dalam buku

    Arief S. Sadiman dkk. Pertama ; ketersediaan sumber setempat,

    artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-

    sumber yang ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua ;

    apakah untuk membeli atau diproduksi sendiri telah tersedia dana,

    tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga ; faktor yang menyangkut keluwesan,

    kepraktisan, dan ketahanan media yang digunakan untuk jangka waktu

    yang lama, artinya bila digunakan dimana saja dengan peralatan yang

    ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dibawa (fortable).

    Keempat ; efektivitas dan efesiensi biaya dalam jangka waktu yang

    cukup panjang, sekalipun nampak mahal namun mungkin lebih murah

    dibanding media lainnya yang hanya dapat digunakan sekali pakai.

    Namun bila dilihat kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-

    ulang untuk jangka waktu yang panjang program film bingkai

    mungkin lebih murah dari media yang biaya produksinya murah

    misalnya brosur tetapi setiap waktu materinya berganti.30

    4. Pembelajaran Alquran Hadis

    Pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang banyak

    dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak

    dipengaruhi oleh aliran psikologi Kognitif-holistik, yang menempatkan

    siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi

    30

    Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,

    2010, h. 86

  • 36

    oleh perkembangan teknologi yang di asumsikan dapat mempermudah

    siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti

    bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio fan lain sebagainya,

    sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam

    mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar

    menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Oleh karena itu

    menurut Gagne dalam buku Wina Sanjaya, mengajar atau teaching

    merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), dimana peran guru

    lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen

    berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau

    dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

    Sedangkan Alquran dan Hadis merupakan pedoman dan landasan

    bagi kaum muslimin dalam menjalani kehidupan karena didalamnya

    terdapat berbagai aturan, baik yang berhubungan dengan aturan duniawi

    maupun ukhrawi. Dengan sinar dan petunjuk ajarannya dapat

    membimbing manusia ke jalan benar dan tidak tersesat sehingga seseorang

    atau masyarakat akan memiliki keperrcayaan dan akidah yang benar dan

    lurus, peraturan hukum yang baik, serta akhlak mulia dan terpuji dalam

    mencapai kebahagiaan dunia dan di akhirat. Pemahaman terhadap Alquran

    dan Hadis wajib dilakukan oleh seluruh umat yang mengimaninya terlebih

    sejak dini agar lebih mmembakas dan mengen. Oleh karena itu, kalian

    akan membahas Alquran dan Hadis beserts ruang lingkupnya. Alquran

    adalah firman Allah swt yang mutlak kebenarannya. Tidak ada keraguan

  • 37

    didalamnya dan sekaligus merupakan petunjuk bagi orang yang beriman

    dan bertakwa kepada Allah swt. Hadis bukan buatan Rasulullah

    Muhammad saw, dan para sahabatnya, melainkan wahyu dari Allah swt

    yang langsung diterima didalam jiwa nabi sehingga beliau menyampaikan

    sedikit demin sedikit sesuai dengan kondisinya.31

    5. Materi Alquran Hadis Madrasah Tsanawiyah Semester I

    NO Materi Ajar Standar

    Kompetensi

    Media/Sumber

    Belajar

    1

    Alquran dan

    Hadis sebagai

    Pedoman Hidup

    Memahami Alquran

    dan Hadis sebagai

    pedoman hidup

    Buku paket Alquran

    Hadis, LKS, papan

    tulis, LCD

    2

    Mencintai

    Alquran dan

    Hadis

    Mencintai Alquran

    dan Hadis

    Buku paket Alquran

    Hadis, LKS, papan

    tulis, LCD

    3

    Tauhid

    Rububiyah dan

    Uluhiyah

    Menerapkan Alquran

    surah-surah pendek

    pilihan dalam

    kehidupan sehari-

    hari tentang tauhid

    rububiyah dan

    uluhiyah

    Buku paket Alquran

    Hadis, LKS, papan

    tulis, LCD

    4

    Hadis Tentang

    Keimanan dan

    Ibadah

    memahami hadis

    tentang ciri iman dan

    ibadah yang diteria

    Allah

    Buku paket Alquran

    Hadis, LKS, papan

    tulis, LCD

    Sumber Data :32

    B. Kerangka Berfikir dan Pertanyaan Penelitian

    31

    Ahmadi, Alquran dan Hadits, Solo; Putra Kertonantan, 2008, h. 2 32

    Dokumentasi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Madrasah Tsanawiyah

  • 38

    1. Kerangka Pikir

    Begitu pentingnya media pendidikan pembelajaran Alquran Hadis bagi

    kelangsungan pengajaran di dalam kelas untuk memudahkan pemahaman

    siswa dalam menangkap dan menerima pelajaran. Guru Alquran Hadis

    berupaya dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan

    ataupun mendesain media pembelajaran tersebut agar membuat siswa

    lebih mudah menerima dan bersemangat serta aktif dalam belajar.

    Sebagaimana yang telah di jelaskan terdahulu bahwa Guru merupakan

    jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak

    bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru.

    Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi

    seorang guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk

    pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang

    perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Jadi sangat jelas

    bahwa tugas seorang guru harus bisa menempatkan dan mengembangkan

    media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan

    disampaikan dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman siswa dalam

    menerima dan menangkap penjelasan guru di depan kelas.

    2. Pertanyaan Penelitian

    Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Desain media pembelajaran

    1) Persiapan yang bagaimana yang dilakukan guru dalam mendesain

    media pembelajaran

  • 39

    2) Bahan-bahan apa yang dipersiapkan sebelum mendesain media

    pembelajaran

    b. Kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran

    1) Media yang di desain apakah dibuat sendiri atau oleh orang lain.

    2) Apakah desain media yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan

    pembelajaran.

    3) Apakah guru terampil dalam mendesain media tersebut.

    4) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam mendesain media

    pembelajaran.

  • 40

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

    Penelitian ini menggunakan penilitian kualitatif, dalam penelitian

    kualitatif data yang dikumpulkan bersifat kualitatif yag mendeskripsikan

    setting penelitian, baik situasi maupun informan/ responden yang umumnya

    berbentuk narasi melalui perantaran lisan seperti ucapan atau penjelasan

    responden, dokumen pribadi, ataupun catatan lapangan.33

    Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry menurut Bogdan dan Guba

    dalam buku yang ditulis oleh Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd dalam bukunya

    Metode Penelitian (Kuantitatif, kualitatif, dan Tindakan 2012) Penelitian

    kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat

    diamati.34

    Hal ini digunakan karena ingin memperoleh data dengan menangkap

    gejala-gejala atau permasalahan yang dipancarkan oleh objek dan subjek yang

    diteliti dilokasi attau dilapangan penelitian. Peneliti mengkaji setiap peristiwa

    yang terjadi dengan maksud agar peneliti dapat mengetahui dan mendapat

    menggambarkan secara jelas sesuai dengan data dan fakta yang terjadi

    dilapangan yang berkaitan dengan desain Media Pembelajaran Alquran Hadis

    33 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan tindakan, Bandung;

    PT Refika Aditama, 2012, h. 188 34

    Ibid, h. 181

  • 41

    di MTsN 1 dan 2 Palangka Raya pada kelas VII, serta berusaha menganalisa

    aspek-aspek lain yang ada hubungannya dengan permasalahan

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    1. Waktu Penelitian

    Menurut Sugiono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan

    pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena

    tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar

    pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun demikian

    kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek,

    bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh.35

    Alokasi waktu penelitian ini kurang lebih 6 bulan. 2 bulan

    membuat desain proposal seminar yang terhitung dari bulan februari 2014,

    2 bulan penelitian lapangan dan 2 bulan pengolahan data. Karena dalam

    waktu tersebut telah cukup untuk mengumpulkan data yang diperlukan

    peneliti.

    2. Tempat Penelitian

    Penelitian yang dilakukan berlokasi di MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    Provinsi Kalimantan Tengah.

    Alasan peneliti memilih tempat penelitian karena MTsN 1 dan 2

    Palangka Raya adalah sekolah berbasis Islam Negeri di kota Palangka

    Raya. Di sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri dilihat dari pengajaran

    berbeda dengan sekolah-sekolah umum lainnya karena dilihat dari mata

    35

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 37

  • 42

    pelajaran agamanya lebih banyak dan salah satunya ada mata pelajaran

    Alquran Hadis. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah

    kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran Alquran Hadis.

    Sedangkan subjek nya adalah guru mata pelajaran Alquran hadis. MTsN 1

    Palangka Raya pada kelas VII berjumlah 6 kelas sedangkan MTsN 2

    Palangka Raya pada kelas VII berjumlah 8 kelas dan masing-masing kelas

    berjumlah kurang lebih 30 siswa.

    Sedangkan pada mata pelajaran Alquran hadis hanya di pegang oleh

    seorang guru. Maka untuk itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana guru

    dalam mendesain media pembelajaran Alquran hadis baik itu sifatnya

    membuat media pembelajaran baru atau memodifikasi media yang sudah

    ada.

    C. Sumber Data Penelitian

    Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah

    kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

    dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu ada beberapa jenis data yang

    diperlukan dalam penelitian ini yaitu:

    1. Sumber Tertulis

    Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari

    sumber tertulis dapat dibagi menjadi atas sumber buku. Dalam penelitian

    ini buku yang diperlukan adalah buku paket/LKS Alquran Hadis MTs

    untuk kelas VII, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dll.

  • 43

    2. Sumber tidak tertulis

    Dalam penelitian ini sumber tidak tertulis berupa foto. Foto

    menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan

    untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya secara induktif. Dalam

    penelitian ini maka foto yang diperlukan adalah;

    a) Foto sekolah tempat penelitian

    b) Foto pada saat wawancara

    c) Foto siswa-siswi dalam mengikuti proses pembelajaran. dll

    D. Instrument Penelitian

    1. Pengertian Instrumen Penelitian.

    Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

    penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai

    instruen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap

    melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi

    terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman

    metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhada bidang yang

    diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara

    akademik mapun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti

    sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode

    kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,

    serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

    Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan

    fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

  • 44

    pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data

    dan membuat kesimpulan atas temuannya.

    Berdasarkan pernyatan-pernyataan diatas dapat dipahami bahwa,

    dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas

    dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi

    setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan

    suatu instrumen.36

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data dalam penelitian ini di MTsN 1 dan 2 Palangka

    Raya, ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

    adalah sebagai berikut:

    1. Observasi

    Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

    spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan

    kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan

    orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek

    alam lain.

    Sutrisno Hadi (1986) dalam buku yang ditulis oleh Sugiyono yang

    berjudul penelitian pendidikan mengemukakan bahwa, observasi

    erupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

    36

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2012, h. 305-307.

  • 45

    berbagai proses biologis dan psikologis. Dua yang terpenting adalah

    proses-proses pengaatan dan ingatan37

    Adapun data yang akan di gali dalam teknik penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    a. Bagaimana desain media pembelajaran guru pada mata pelajaran

    Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    b. Bagaimana Kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran mata

    pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    c. Alasan apa yang mendasari guru dalam mendesain media pembelajaran

    mata pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    2. Wawancara

    Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

    peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

    permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

    mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

    respondennya sedikit kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri

    pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya

    pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.38

    Adapun data yang akan di gali dalam teknik penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    a. Bagaimana desain media pembelajaran guru pada mata pelajaran

    Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    37 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 203

    38

    Ibid, h. 194

  • 46

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

    Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

    dari seseorang.39

    Data yang dikumpulkan dari dokumentasi ini adalah :

    a. Gambaran umum lokasi MTsN 1 dan 2 Palangka Raya

    b. Gambaran subjek penelitian yang terdiri dari nama atau inisial, status.

    F. Teknik Pengabsahan Data

    Keabsahan data di gunakan untuk menunjukan bahwa semua data

    yang telah diperoleh dan di teliti relevan dengan apa yang sesungguhnya. Hal

    ini di lakukan untuk menjamin bahwa data dan informasi yang di himpun dan

    dikumpulkan itu benar adanya. Untuk memperoleh keabasahan data, peneliti

    berpedoman pada pendapat Qodir.40

    Yang menyatakan bahwa data yang di

    olah mesti bersifat absah (valid) atau menunjukan derajat ketepatan antara

    data yang di terjadi pada objek dengan data yang di kumpulkan oleh peneliti

    yaitu dengan Trianggulasi.

    Menurut Moleong dalam Bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif

    menyatakan bahwa trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

    yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

    pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.41

    39 Ibid, h. 329

    40

    Abdul Qodir, Metode Riset Kualitatif Panduan Dasar Melakukan Penelitian

    Kancah, h. 40

    41

    Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 178.

  • 47

    Adapaun langkah-langkah yang ditempuh malalui teknik

    trianggulasi sumber adalah sebagai berikut:

    1. Membandingkan data hasil pengamatan secara langsung terhadap subjek

    penelitian dengan hasil wawancara.

    2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

    yang di katakannnya secara pribadi.

    3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

    berkaitan.42

    G. Teknik Analisis Data

    Dalam menganalisis data, ada beberapa data yang di tempuh

    dengan berpedoman kepada pendapat Miles dan Huberman sebagaimana

    yang di kutip oleh Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan

    yang menjelaskan bahwa teknik analisis data dalam penelitian kualitatif

    dilakukuan melalui beberapa tahapan, yaitu:

    1. Data Collection atau pengumpulan data ialah peneliti mengumpulkan data

    dari sumber sebanyak mungkin untuk dapat diproses menjadi bahasan

    dalam penelitian tentunya dengan hal yang berhubungan dengan desain

    media pembelajaran Alquran Hadis.

    2. Data Reduction atau pengurangan data berarti merangkum, memilih hal-

    hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

    polanya dan membuang yang tidak perlu.

    42

    Ibid, hal. 178.

  • 48

    3. Data Display atau penyajian data ialah data yang didapat dari penelitian

    dipaparkan secara ilmiah oleh peneliti dengan tidak menutup-nutupi

    kekurangannya.

    4. Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan), yaitu paparan

    yang dilakukan dengan melihat kembali kepada reduksi data (pengurangan

    data) sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data yang

    diperoleh. Ini dilakukan agar hasil penelitian dapat dipahami sesuai dengan

    keadaan yang terjadi dilapangan.43

    Sesuai dengan deskriptif kualitatif, maka teknik yang dilakukan

    dalam penelitian ini menggunakan tahapan pertama analisis kalitatif yang

    menganalisis hasil wawancara dan observasi dengan membuat kesimpulan

    dari subjek penelitian.

    43

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 337-345.

  • 49

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Qodir, Metode Riset Kualitatif Panduan Dasar Melakukan

    Penelitian Kancah., Palangka Raya, 1999.

    Ahmadi, Alquran dan Hadits, Solo; Putra Kertonantan, 2008

    Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,

    2011

    http://blogkatte.blogspot.com/2009/12/menentukan-instrumen-

    penelitian.html

    Jennah Rodhatul, Media Pembelajaran, Banjarmasin :Antasari Press, 2009

    Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Jakarta, 1971

    Langgulung Hasan, Kreatifitas Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka. Al-

    Husna, 1991

    Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuualitatif, Bandung, PT Remaja

    Rosdakarya, 2002

    Marimba Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Bandung : al-Maarif,

    1989

    Mazrur, Teknologi Pembelajaran, Malang; Intimedia, 2011

    Munandar Utami, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta:

    Rineka Cipta, 1999

    Musbikin Imam, Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein, Jakarta: Mitra

    Pustaka, 2006

    Nata Abuddin, IlmuPendidikan Islam Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2009

    Noer Hery Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam Jakarta Utara:

    Friska Agung Insani, 2003

    Rahayu Tri Ulandari, Kreatifitas Guru dalam Memanfaatkan Media

    Pembelajaran PAI di SMAN-1 Palangka Raya, Skripsi,

    Palangka Raya : STAN P. Raya, 2011, t.d

    Rohani Ahmad, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta,

    2004

  • 50

    Sadiman S,Arief, dkk Media Pendidikan, Jakarta; PT RajaGrafindo

    Persada, 2010

    Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran Jakarta :

    Prenada Media Group, 2008

    Shalahudin Mahfudh, Media Pendidikan Agama, Surabaya : PT. Bina

    Ilmu, 1986

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,Bandung : Alfabeta, 2012

    Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Bandung : Remaja

    Rosdakarya, 2007

    Teori dasar tentang desain, file:///F:/89-teori-dasar-tentang-desain.htm

    Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam Bandung : Pustaka Setia, 1997

    Usman Basyiruddin & Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta; Delia Citra

    Utama, 2002