proposal skripsi yahdiyanur
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan sering kali ada istilah alat bantu atau media
pembelajaran digunakan sebagai bahan ajar dalam rangka memudahkan
siswa-siswi dalam menangkap materi pelajaran. Hal ini tentu membutuhkan
sebuah keuletan seorang pengajar atau guru dalam membimbing murid di
dalam kelas, supaya siswa lebih mudah untuk cepat tanggap dalam
menghadapi permasalahan-permasalahan dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan Belajar mengajar di dalam kelas, setiap siswa tentu memiliki
intelegensi yang berbeda-beda baik laki-laki maupun perempuan, itulah
sebabnya mengapa media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
Karena media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembelajaran. Melalui media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan
menyenangkan. Selain itu juga, membantu memperjelas pesan pembelajaran.
Informasi yang disampaikan secara lisan terkadang tidak dipahami
sepenuhnya oleh siswa, apalagi ketika guru kurang cakap dalam menjelaskan
kepada siswa.
Menurut buku Grabowski, 1991;206, yang dikutip oleh Drs. Mazrur
M.Pd dalam bukunya Teknologi pembelajaran desain pesan melibatkan
-
2
perencanaan untuk mengatur bentuk fisik pesan itu (Grabowski, 1991;206).
Desain pesan mencakup prinsip perhatian, persepsi, dan ritensi yang
mengatur spesifikasi bentuk fisik pesan yang dimaksudkan untuk
berkomunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Fleming dan Levie
(1993) membatasi pesan kedalam pola sinyal atau simbol yang memodifikasi
prilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Desain pesan lebih banyak
berhubungan dengan level mikro melalui unit-unit kecil seperti visual, urutan
penyajian, halaman, dan layar. Karakteristik lain desain pesan ialah bahwa
desain haruslah bersifat spesifikasi baik dalam medianya maupun dalam tugas
belajarnya. Hal ini berarti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda,
tergantung pada apakah medianya bersifat statis, dinamis atau panduan
keduanya (misalnya foto, film, atau grafis komputer).1
Masalah pendidikan Agama adalah menjadi tanggung jawab pemerintah,
masyarakat dan orang tua, serta berlangsung seumur hidup (long life
education). Masalah ini cukup kompleks, karena yang menjadi sasaran dan
pelaksanaannya adalah manusia. Demikian pula sistem pengajarannya yang
merupakan bagian pendidikan selalu mengalami perubahan dan
penyempurnaan, terutama yang menyangkut metode dan sarana yang dipakai
dalam proses belajar mengajar.2
Pengembangan media pembelajaran yaitu suatu usaha penyusunan
program media pembelajaran yang lebih teruju pada perencanaan media,
1 Mazrur, Teknologi Pembelajaran, Malang : Intimedia, 2011, h. 22
2 Mahfudh Shalahudin, Media Pendidikan Agama, Surabaya :PT. Bina Ilmu, 1986, h. 1
-
3
dimana media yang akan di tampilkan atau digunakan dalam proses belajar-
mengajar terlebih dahulu direncanakan dan di rancang sesuai dengan
kebutuhan lapangan atau siswanya. Guru hendaknya mampu melaksanakan
kegiatan instruksional atau pembelajaran yaitu kegiatan mengatur atau
mengelola informasi dan sumber belajar untuk memfasilitasi kegiatan belajar.
Karena itu diperlukan penguasaan terhadap sumber dan media pembelajaran.
Penguasaan yang dimaksudkan bukan saja dari penentuan sumber dan media
pembelajaran tapi juga ketepatan antara materi yang disampaikan dengan
kriteria sumber dan media yang digunakan.
Seiring dengan perkembangan IPTEK, maka alternatif pemilihan sumber
belajar dan media pembelajaran menjadi lebih beragam seperti : buku teks,
modul, overhead transparansi, film, video, televisi, tape recorder, internet,
penggunaan computer dan sebagainya. Keberadaan media pembelajaran
tersebut tentunya harus selaras dengan variable kondisi pembelajaran.
Dengan demikian guru professional dituntut harus mampu merencanakan,
memilih dan menggunakan berbagai media pembelajaran yang tersedia
disekitarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Media pendidikan Agama bukanlah istilah baru dalam dunia pendidikan.
Sebab tersebar luasnya suatu agama, tentulah melalui kegiatan pendidikan,
baik pendidikan formal, informal maupun non formal. Ini berarti bahwa para
Nabi Tuhan dahulu disamping sebagai Nabi/Rasul Tuhan, mereka juga
sebagai guru-guru yang baik atau pendidik agama yang agung.
-
4
Maka dapat dipahami bahwa media pembelajaran agama adalah semua
aktifitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik
berupa alat (peraga), sarana, teknik maupun metodenya yang secara efektif
dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka untuk mencapai tujuan
tertentu, dan tidak bertentangan dengan syariat agama itu sendiri.
Adapun yang menjadi dasar pemikiran dalam penggunaan media
pembelajaran agama, dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru
perlu mendasari langkah-langkahnya dengan sumber ajaran agama, sesuai
dengan firman Allah dalam surat An- Nahl ayat 44 :
3
Artinya : Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka
memikirkan. (Q.S. An Nahl 44)4
Berdasarkan observasi pendahuluan di kelas VII MTsN 1 dan 2
Palangka Raya, nampaknya guru mata pelajaran Quran Hadis masih sangat
kurang dalam mendesain media pembelajaran di kelas. Untuk itu guru mata
3 An-Nahl {16} : 44
4 Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, Banjarmasin :Antasari Press, 2009, h. 1-5
-
5
pelajaran Quran Hadis di sekolah dalam mengajar hanya menggunakan
media papan tulis maupun buku LKS saja tanpa adanya mendesain media
pembelajaran baik itu mendesain media pembelajaran yang baru maupun
memodifikasi media pembelajaran yang sudah ada. 5
Berdasarkan pernyataan di atas penulis tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian yang berjudul : Kreatifitas Guru Dalam Mendesain Media
Pembelajaran Alquran Hadis Kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan/ Sebelumnya
Penelitian oleh Tri Rahayu Ulandari (0601110772) pada tahun 2011
dengan judul : Kreatifitas Guru dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran
PAI di SMAN-1 Palangka Raya.
Di SMAN-1 Palangka Raya salah satu sekolah yang memanfaatkan
media pembelajaran termasuk didalamnya media pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : di
SMAN-1 Palangka Raya terdapat berbagai media selain caption yaitu hanya
tersedia satu media dalam bentuk slide yang dapat digunakan guru dalam
mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan bagaimana guru dapat
kreatif dalam memanfaatkan media-media yang ada pada sekolah tersebut.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kreatifitas guru dalam merencanakan Media Pembelajaran PAI
2. Bagaimana kreatifitas guru dalam menggunakan media pembelajaran PAI
5 Observasi Guru yang sedang mengajar di kelas VII MTsN 2 Palangka Raya, 23
Okt 2013 dan MTsN 1 Palangka Raya, 20 Maret 2014
-
6
Adapun pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif subjek penelitian ini adalah berjumlah 3 orang
guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama Islam. Hasil dari
penelitian yang diperoleh adalah :
1. kreatifitas guru dalam merencanakan media pembelajaran PAI di SMAN-1
Palangka Raya, hal-hal yang dilakukan oleh guru PAI dalam
merencanakan media pembelajaran yaitu menyediakan berbagai bahan
yang berhubungan dengan media pembelajaran dari ketiga orang guru
tersebut dapat dikatakan merencanakan.
2. Kreatifitas guru dalam menggunakan media pembelajaran PAI, yaitu
dalam menggunakan media pembelajaran ketiga orang guru dapat
menggunakan media pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan sehingga pembelajaran dapat disampaikan dengan mudah
diterima oleh siswanya.6
Dari penelitian Tri Rahayu Ulandari diatas jelas bahwasanya
penelitian yang ia lakukan lebih terfokus pada kreatifitas guru dalam
memanfaatkan media pembelajaran PAI. Guru PAI dalam proses belajar
mengajar dapat dikatakan memanfaatkan, selama media itu ada, bagi
materi yang tidak ada medianya maka guru hanya menggunakan metode
ceramah dan Tanya jawab saja.
Berbeda halnya dengan penelitian ini yakni Kreatifitas Guru
Dalam Mendesain Media Pembelajaran Alquran Hadis Kelas VII MTsN 1
6 Tri Rahayu Ulandari, Kreatifitas Guru dalam Memanfaatkan Media
Pembelajaran PAI di SMAN-1 Palangka Raya, Skripsi, Palangka Raya : STAN P. Raya, 2011, h. 7. t.d
-
7
dan 2 Palangka Raya. Penelitian ini lebih pada mendesain media yang
akan digunakan pada saat mengajar. Mendesain media pembelajaran tidak
hanya membuat media baru untuk digunakan tetapi dengan memodifikasi
media yang sudah ada itu juga sudah dikatakan mendesain media. Jadi,
dapat disimpulkan penelitian ini tidak terfokus kepada menggunakan
media tetapi lebih kepada mendesain media pembelajaran. Seorang guru
dituntut tidak hanya bisa dalam memanfaatkan media namun seorang guru
tentunya juga harus bisa merencang ataupun mendesain media
pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan materi yang ingin
disampaikan. Oleh sebab itu dalam penelitia ini peniliti ingin mengetahui
sejauh mana guru mampu merancang ataupun mendesain media
pembelajaran.
C. Fokus Penelitian
Dalam Penelitian kali ini, peneliti akan mengfokuskan pada Kreatifitas guru
dalam mendesain media pembelajaran pada mata pelajaran Quran Hadis
kelas VII.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana desain media pembelajaran guru pada mata pelajaran Quran
Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
2. Bagaimana Kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran mata
pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
-
8
3. Alasan apa yang mendasari guru dalam mendesain media pembelajaran
mata pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui desain media pembelajaran guru pada mata pelajaran
Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
2. Untuk mengetahui kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran
mata pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
3. Untuk mengetahui alasan yang mendasari guru dalam mendesain media
pembelajaran mata pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2
Palangka Raya
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Menambah wawasan keilmuan tentang pentingnya mendesain media
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Quran Hadis agar materi
pelajaran yang akan disampaikan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung didalam kelas dapat memudahkan penerimaan dan
pemahaman siswa untuk mencapai hasil yang maksimal.
2. Partisipasi dan kontribusi penulis dalam dunia pendidikan.
3. Masukan bagi guru-guru baik dalam mendesain media pembelajaran yang
baru maupun memodifikasi media pembelajaran yang sudah ada.
-
9
4. Bahan acuan kepada para penulis selanjutnya untuk menyempurnakan
hasil penelitian.
G. Definisi Oprasional
1. Kreatifitas adalah menciptakan sesuatu yang baru atau juga
mengembangkan yang sudah ada.
2. Mendesain merupakan proses menspesifikasi kondisi untuk belajar.
3. Media pembelajaran adalah media-media yang membawa pesan-pesan
atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengandung maksud-
maksud pembelajaran.
H. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penelitian ini agar lebih terarah nantinya maka peneliti
membuat sistematika penelitian sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan meliputi : berisikan latar belakang, hasil penelitian
sebelumnya, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penelitian
BAB II : Telaah Teori meliputi : Diskripsi teori, kerangka fikir dan
pertanyaan penelitian
BAB III
:
Metode Penelitian meliputi : Alasan menggunakan metode
kualitatif, waktu dan tempat penelitian, sumber data penelitian,
instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
pengabsahan data, teknik analisis data.
-
10
Pemaparan Data meliputi : Temuan penelitian, pembahasan hasil
penelitian
Pembahasan meliputi : sambungan pada BAB IV
Penutup meliputi : Kesimpulan dan Saran
BAB IV :
:
BAB V :
BAB VI :
:
-
11
BAB II
TELAAH TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Kreatifitas Guru
a) Kreatifitas
Pada saat sekarang kita sangat membutuhkan seorang guru yang
kreatif. Pandai saja tidak cukup, tetapi dia harus pandai dalam
mengembangkan keterampilan dan mencari bahan-bahan ajar yang
betul-betul sesuai dengan peserta didik. Pendidikan tidak hanya
bergantung kepada buku atau bahan ajar dan alat peraga yang telah ada,
alam semesta sesungguhnya merupakan sumber belajar yang tidak ada
habisnya. Bagaimana memberdayakan dan memanfaatkan alam semesta
sebagai sumber belajar yang sangat bergantung pada kreatifitas guru
dalam memotivasi dan memberikan teladan kepada peserta didik.
Menurut pendapat Hasan langguulung dalam bukunya yang
berjudul kreatifitas pendidikan Islam menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan kreatifitas adalah : dapat diartikan sebagaii salah satu
sifat Tuhan Al Khaliq yang dapat dikembangkan pada diri manusia,
dan menurut pendapat filosof islam, dianggap ibadat dalam
pengertiannya yang sangat luas.7
7 Hasan Langgulung, Kreatifitas Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka. Al-
Husna, 1991, h. 171
-
12
Menurut pendapat Meer dan Stein, yang di kutip oleh Hasan
Langgulung menyatakan bahwa Kreatifitas adalagh proses yang
mengandung pengetahuan terperinci ttentang bidang dan pengetahuan
asas yang terkandung di dalamnya.
Menurut pendapat Hart yang dikutip oleh Hasan Langgulung
dimana ia menyatakan kreatifitas adalah : kekuatan yang tersembunyi di
belakang ke paduan manusia. Ia berdiri atas kasih sayang dan
kebebasan menyatakan penggerak-penggerak yang ada pada manusia,
walaupun penggerak-penggerak ini dalam aktivitas yang dapat diterima
sedangkan orang yang menyatakannya merasa tidak berdosa.
Menurut pendapat Imam Musbikin dalam bukunya mendidik
anak kereatif ala Einstein mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
kreatifitas adalah :
Kemamupuan melalui ide, melihat hubungan yang baru atau tak di
duga sebelumnya kemampuan mempormulasikan konsep yang tak
sekedar menghapal, menciptakan, jawaban baru untuk soal-soal
yang ada dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab.8
Kreatifitas adalah proses mencipta sesuatu yang sebelumnya
tidak ada hal ini melibatkan element-element dan pengalaman-
pengalaman yang ada saat ini untuk di proses didalam otak guna
menghasilkan sesuatu yang baru.9
8 Imam Musbikin, Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein, Jakarta: Mitra Pustaka,
2006. H. 36 9 Ibid, h. 6
-
13
Jadi dapat disimpulkan dari semua pengertian tentang kreatifitas
adalah sesuatu yang tersembunyi dibelakang kepaduan manusia atau
kemampuan daya cipta yang dimiliki oleh seseorang yang sebelumnya
tidak ada dan melibatkan element-element dan pengalaman-pengalaman
yang ada saat ini untuk diproses didalam otak guna menghasilkan
sesuatu yang baru.
b) Teori-teori yang Melandasi Pengembangan Kreatifitas
Menurut Utami Munandar dalam bukunya Pengembangan
kreatifiitas Anak Berbakat, ada beberapa teori yang melandasi
pengembangan dan pembentukan pribadi kreatif antara lain sebagai
berikut :
1) Teori Psikoanalisis
Pada umunya teori-teori psikoanalisis melihat kreatifitas
sebagai hasil mengatasi suatu masalah yang biasanya dimulai dari
masa anak-anak, pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang
pernah mempunyai pengalaman traumatic, yang dihadapi dengan
kemunginan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari
bercampur jadi pemecahan inovatif dari trauma. Tindakan kreatif
mentransformasi keadaan psikis yang tidak sehat menjadi sehat.
2) Teori Frued
Menurut beberapa pakar psikologi kemampuan kreatif
merupakan ciri kepribadian yang mantap pada lima tahun pertama
dari kehidupan. Singmund Frued adalah tokoh utama yang menganut
-
14
pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme
pertahanan, yang merupakan upaya tak dasar untuk menghindari
kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau tidak
dapat diterima.
3) Teori Jung
Carl Jung, juga percaya bahwa ketidak sadaran memainkan
peranan yang amat penting dalam kreatifitas tingkat tinggi. Alam
pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi.
Disamping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman seluruh
umat manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar kita mengingat
pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek
moyang kita. Dari ketidak sadaran kolektif ini timbul pertemuan,
teori, seni dan karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang
menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
4) Teori Humanistik
Berbeda dari psikoanalisis, teori humanistik melihat kreatifitas
sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Kreatifitas
dapat berkembang selama hidup, dan tidak terbatas pada lima tahun
pertama.
5) Teori Maslow
Menurut Abraham Maslow, pendukung utama dari teori
Humanistik, manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi
nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini harus di penuhi dalam
-
15
urutan tertentu. Kebutuhan primitif muncul pada saat manusia lahir
dan kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai proses
pematangan.
6) Teori Rogers
Menurut Carl Rogers, tiga kondisi pribadi yang kreatif ialah :
a) Kebutuhan terhadap pengalaman
b) Kemampuan untuk menilai situasi dengan patokan pribadi
seseorang (internal locus of evaluation) dan
c) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan
konsep.
Setiap orang yang memiliki ketiga ciri kesehatan
psikologisnya sangat baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya,
menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif.10
Dari beberapa teori di atas mengenai kreatifitas dapat ditarik
kesimpulan yaitu bahwa semuanya merupakan teori yang mengarah
kepada kreatifitas, alangkah baiknya jika semua orang bisa memiliki
daya kreatif yang tinggi sehngga mampu untuk menciptakan sesuatu
yang baru terutama menciptakan media-media pembelajaran yang
bisa menunjang dan membantu proses belajar mengajar terutama
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga dengan itu
dapat mempermudah guru dan menarik perhatian siswa.
10
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta:
Rineka Cipta, 1999, h. 32-34
-
16
c) Ciri-ciri orang kreatif
Tentang ciri-ciri pribadi yang dimiliki oleh orang yang
berkemampuan kreatif adalah :
1) Keterbukaan terhadap pengalaman
Yang dimaksud dengan keterbukaan terhadap pengalaman
adalah, kesediaan seseorang menerima rangsangan yang dihadapai
dalam pengalaman-pengalaman nya dengan bebas tanpa berbagai
helah beta diri, dimana ia membenarkan rangsangan ini menyerap
masuk kedalam jaringan syarap tanpa dirasakan oleh helah bela diri
juga rangsangan ini ditanggapi tanpa berangka-angka yang berwujud
terlebih dahulu atau dengan kata lain dan menanggapi sebagaimana
ia sebenarnya.
2) Penilaian Dalaman
Roger berpendapat bahwa syarat terpenting kreatifitas adalah
bahwa sumber penialaian karya itu bersifat dalaman bukan
berkenaan dengan hal-hal yang berwujud diluar, tampak disini Roger
berpendapat bahwa kreatifitas dalam bidang seni dan sastra dimana
orang kreatif dalam penilaian terhadap karyanya.
3) Kesanggupan berinteraksi secara bebas dengan konsep-konsep dan
unsur-unsur.
Disini Roger juga berpendapat tentang suatu ciri yang
dianggap ciri pokok pada pribadi orang kreatif, yaitu kesanggupan
orang kreatif berinteraksi bebas dan serta merta dengan pikiran-
-
17
pikiran, konsep -konsep dan hubungan-hubungan yang ada dalam
bidangnya.11
2. Desain
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa
Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang
mengartikan dengan persiapan. Di dalam ilmu manajaemen pendidikan
atau ilmu administrasi pendidikan,perencanaan disebut dengan istilah
planning yaitu persiapan menyusun suatu keputusan berupalangkah-
langkah penyelesaian suatumasalah atau pelaksanaan suatupekerjaan yang
terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Secara sederhana ada sebagian
ahli yang mengatakan bahwa perencanaan adalah pemikiran sebelum
pelaksanaan suatu tugas. Reigeluth (1983) mengibaratkan pengertian
desain dengan cetak biru yang dirancang oleh arsitek sedangkan
pembangunan/ pengembangan sesuatu gedung haruslah sesuai mengikuti
cetak biru tersebut.
Dengan demikian, desain atau perencanaan adalah suatu pemikiran
atau persiapan untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan atau untuk
mengambil suatu keputusan terhadap apa yang akan dilaksanakan oleh
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu sebagai yang telah ditetapkan
dengan melalui prosedur atau langkah-langkah yang sistematis dan
memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan tugas/pekerjaan tersebut.
Desain atau perencanaan merupakan sesuatu hal yang begitu penting bagi
11
Hasan Langgulung, Kreatifitas Pendidikan Islam, 1991, h. 180
-
18
seseorang yang akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya, termasuk
guru yang memiliki tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran).12
Menurut Herbert Simon dalam buku yang ditulis oleh Prof. Dr. H.
Wina Sanjaya, M.Pd desain adalah sebagai proses pemecahan masalah.
Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam
memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang
tersedia. Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan
manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang
bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu
persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya
adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan
kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons
kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut di uji cobakan dan
akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang
efektivitas rancangan (desain) yang disusun. Desain sebagai proses
rangkaian kegiatan yang bersifat linear.13
Ellington dan Harris, 1998 ; Reigrluth, 1983; Richey, 1986 dalam
buku Drs. Mazrur, M.Pd desain merupakan proses menspesifikasi kondisi
untuk belajar. Tujuan desain ialah untuk menciptakan strategi dan produk
pada level makro, seperti program dan kurikulum, dan pada level mikro
seperti satuan pembelajaran dan modul. Definisi ini sesuai dengan definisi
12 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2004,
h. 66-67
13
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta :
Prenada Media Group, 2008, h. 65-66
-
19
desain masa kini yang mengacu pada penciptaan spesifikasi. Definisi itu
berbeda dengan definisi-definisi terdahulu dalam hal penekanannya pada
kondisi untuk belajar dan bukanya pada komponen-komponen sistem
pembelajaran.14
Desain merupakan suatu hasil karya kreatif yang menggabungkan
berbagai seni dan arsitektur. Proses desain bukan hanya sekadar
perancangan bernilai estetika, akan tetapi untuk melahirkan suatu desain,
dibutuhkan pertimbangan pemikiran, rasa, gagasan juga pendapat dari
pihak lain. Selain itu penting juga melibatkan faktor internal (yaitu jiwa
seni, ide dan kreativitas perancang) atau pun faktor eksternal (berupa hasil
penelitian dari berbagai bidang ilmu, teknologi, lingkungan, budaya dan
sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa untuk menghasilkan suatu
desain dibutuhkan suatu proses pemikiran yang terstruktur rapi sehingga
mendapatkan hasil yang dapat diukur.\
Keterlibatan banyak faktor untuk membangun suatu desain yang
berwawasan luas menuntut seorang desainer harus ditopang minimal oleh
lima dimensi keilmuan lain seperti:
a) Wawasan Teknologi
Wawasan ini dapat membuat seorang desainer mempunyai
pemahaman ke arah sistem industri, bahan dan proses, manajemen,
kesadaran akan kelebihan dan keterbatasan manusia sebagai pemakai
dan ketrampilan teknis. Teknologi yang digunakan terutama teknologi
14
Mazrur, Teknologi Pembelajaran, Malang; Intimedia, 2011, h. 20
-
20
mekanik, teknologi produksi, teknologi bahan, ergonomi dan wawasan
ilmu-ilmu enjinering.
b) Wawasan Sains
Wawasan ini dapat membuat seorang desainer mempunyai
tanggung-jawab ilmiah yang tinggi serta mampu merumuskan persoalan
yang dihadapi secara sistematis. Ilmu sains yang terutama digunakan
adalah Fisika, Metodelogi Riset dan Logika Matematika.
c) Wawasan Seni
Wawasan ini dapat membuat seorang desainer mempunyai
pemahaman estetika dan kreatifitas yang tinggi.
d) Wawasan Sosial dan Budaya
Wawasan ini akan membuka pemikiran seorang desainer ke arah
wawasan budaya, sejarah persoalan sosial dan permasalahan manusia
lainnya. Karena itu seorang desainer minimal memiliki wawasan
terutama di bidang Sosiologi, Sikologi, Ekonomi, Komunikasi dan
Antropologi.
e) Wawasan Filsafat dan Etika
Wawasan ini dapat membangun pola pikir mendalam dari seorang
desainer yang dilandasi oleh sikap etis yang tinggi. Filsafat yang terlibat
terutama filsafat seni dan desain.
Jadi, dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa desain
adalah sebagai proses pemecahan masalah, proses menspesifikasi
kondisi untuk belajar. Artinya dengan desain dalam hal ini seorang guru
-
21
bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk merancang
maupun merencanakan suatu media yang akan nantinya dipakai dalam
proses pembelajaran.15
3. Media Pembelajaran
a) Pengertian Media Pembelajaran
Apabila dilihat dari segi etimologi, kata media berasal dari
bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium: yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar, maksudnya adalah
sebagai perantara atau alat untuk menyampaikan sesuatu. Sedang dalam
kepustakaan asing ada sementara ahli yang menggunakan istilah : Audio
Visual Aids (AVA), untuk pengertian yang sama. Banyak pula para ahli
yang menggunakan istilah : Teaching Material atau Instructional
Material, yang artinya identik dengan pengertian keperagaan yang
berasal dari kata raga artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat,
didengar dan yang dapat dipahami melalui panca indera kita.
Selain pengertian diatas, ada juga yang berpendapat bahwa media
pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software)16
. Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantar pesan
seperti Over Head Projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan
Software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi
yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan
15 Teori dasar tentang desain, file:///F:/89-teori-dasar-tentang-desain.htm (online
1 April 2014)
16
Mahfudh Shalahudin, Media Pendidikan Agama , h. 3
-
22
lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang
disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya.17
b) Media Pendidikan Agama
Para Nabi menyebarkan agama kepada kaumnya atau kepada umat
manusia bertindak sebagai guru-guru yang baik dan sebagai pendidikan
keagamaan yang agung. Usaha Nabi dalam menanamkan aqidah agama
yang dibawanya dapat diterima deengan mudah oleh umatnya, dengan
menggunakan media yang tepat yakni melalui media perbuatan Nabi
sendiri, dan dengan jalan memberikan contoh teladan yang baik.
Sebagai contoh teladan yang bersifat uswatun hasanah, Nabi selalu
menunjukan sifat-sifat terpuji. Hal ini diungkapkan dalam Alquran
Surat Al Ahzab : 21 :
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.18
17
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta :
Prenada Media Group, 2008, h. 205.
18
Al Ahzab {33} ; 21
-
23
Nabi selalu memberikan contoh tauladan atau menjadikan
dirinya sebagai model dalam mendawahkan seruan Allah. Sebagai
contoh : sewaktu meletakan Hajarul Aswad ketika membangun kembali
kabah, disaat Nabi mendirikan Masjid Quba diluar Madinah, atau
sewaktu membuat parit pertahanan dalam perang Tabuk, Nabi selalu
memimpin langsung dan ikut serta bekerja dengan para sahabat. Contoh
teladan yang baik tersebut sangat besar pengaruhnya dalam misi
pendidikan Islam dan dapat menjadi faktor yang menentukan terhadap
keberhasilan dan perkembangan tujuan pendidikan secara luas.
Melalui suri teladan atau model perbuatan dan tindakan yang
baik oleh seorang pendidik, maka guru agama akan dapat menumbuh
kembangkan sifat dan sikap yang bak pula terhadap anak didik.
Bilamana sebaliknya, apa yang dilihat dan didengar oleh siswa atau
anak didik bertolak belakang dengan kenyataan, maka hasil pendidikan
tidak akan tercapai dengan baik dan dapat melumpuhkan daya didik
seorang guru. Sehubungan dengan hal ini Muhammad Athiyah Al
Abrasyi dalam Humaidi Tatapangrasa (1974: 170) mengemukakan ;
perbandingan antara guru dan murid, adalah ibarat tongkat dan
bayangannya, kapankah banyangan tersebut akan lurus kalau
tongkatnya sendiri yang bengkok.
Istilah Uswatun Hasanah barangkali dapat diidentifikasikan
dengan demonstrasi yaitu memberikan contoh dan menunjukan
tentang cara berbuat atau melakukan sesuatu. Media uswatun
-
24
hasanah ini selalu digunakan oleh Nabi dalam mengajarkan ajaran-
ajaran agama kepada umatnya, misalnya dalam memperaktekan shalat
sebagaimana sabda beliau :
Artinya : Shalatlah kamu sebagaimana kamu menyaksikan caranya
aku shalat (Riwayat Bukhari)19
Media pendidikan agama ialah semua aktivitas yang ada
hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat
yang dapat diragakan maupun teknik/metode yang secara efektif dapat
digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan
tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Semua alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
mengennai pendidikan dan pengajaran agama kepada orang lain, segala
sesuatu atau benda dapat dipakai sebagai media pengajaran agama
seperti :
1) Papan tulis
2) Buku pelajaran
19
HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad, hadits ini telah ditakhrij dalam Irwaul Ghalil penjelasan hadits ke 213
-
25
3) Bulletin board dan display
4) Film atau gambar hidu
5) Radio pendidikan
6) Televisi pendidikan
7) Komuputer
8) Karyawisata, dan lain-lain.20
c) Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Aktifitas pembelajaran merupakan sistem, yang terdiri dari
beberapa komponen meliputi ; tujuan, isi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, manusia (pembelajar dan pebelajar), media/ sumber
belajar, serta lingkungan. Secara terorganisir komponen-komponen
tersebut saling bekerja sama sesuai dengan fungsi masing-masing. Bila
salah satu komponen terganggu, akan mempengaruhi kerja komponen
lain sehigga hasilnya tidak sesuai lagi dengan harapan semula.
Dari sini tampak bahwa media merupakan salah satu komponen
dalam pembelajaran. Sehingga kedudukan media tidak hanya sekedar
sebagai alat bantu mengajar, tetapi sebagai bagian integral dalam proses
pembelajaran. Kedudukan media ini sudah jelas dalam uraian tentang
hubungan antara media pembbelajaran dengan komponen sistem
pembelajaran sebagai wujud pemecahan masalah belajar.21
d) Klasifikasi Media
20
Asnawir & Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat
Pers, 2002, h. 115-117 21
Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, h. 13
-
26
Pada era teknologi media tampil dalam berbagai jenis dan format
(modul cetak, film, TV, video, slide, program radio dan komputer)
masing-masing memiliki ciri-ciri dan bkemampuannya sendiri. Dengan
bertambahnya jenis media maka timbul pemikiran untuk mengadakan
pengelompokan atau klasifikasi media pembelajaran berdasarkan tujuan
pemakaian dan karakteristik tiap jenis media, maka dapat
diklasfikasikan sebagai berikut;
1) Media pembelajaran menurut bentuk bendanya
Media pembelajaran menurut bentuk bendanya dapat diklasifikasi
menjadi dua bagian yaitu ; media dua dimensi dan media tiga
dimensi. Media dua dimensi yaitu media yang berbentuk bidang
datar, hanya memiliki ukuran panjang dan lebar saja. Yang
termasuk dalam kelompok media pembelajaran dua dimensi antara
lain; gambar dengan berbagai jenis, grafik, peta, poster, bagan,
kabar, majalah, kliping, kartun, sketsa, foto dan buku-buku. Salah
satu media pembelajaran dua dimensi yang sering digunakan
adalah media grafis, yaitu media yang mengkombinasikan fakta
dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi
pengungkapan kata-kata, dan gambar-gambar. Bentuk media
pembelajaran dua dimensi ada yang langsung dapat digunakan
dalam pembelajaran dan ada yang langsung dapat digunakan alat-
alat bantu untuk memvisualisasikannya.
2) Media pembelajaran menurut perangkatnya
-
27
Media pembelajaran diklasifikasikan menurut perangkatnya dapat
dibedakan menjjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software)
3) Media pembelajaran menurut indera penerimanya
Media visual yaitu media yang pesannya hanyya dapat diamati
dengan indera penglihatan. Media ini merupakan jenis mmemdia
yang mempunyai informasi secara visual, tetapi tidak dapat
menampilkan suara maupun gerak misalnya gambar, foto, grafik
dan poster.
4) Media pembelajaran menurut cara kerjanya
Media pembelajaran menurut cara kerjanya diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu media proyektabel dan non proyektabel. Media
proyektabel yaitu media yang cara kerjanya dengan menggunakan
sistem proyeksi sedangkan media non proyektabel yaitu media
yang dapat diamati tanpa menggunakan sistem proyeksi dan
langsung dapat diamati
5) Media pembelajaran menurut sifatnya
Media pembelajaran menurut sifatnya diklasifikasikan menjadi
media bergerak dan media diam. Media yang dapat bergerak yaitu
media yang dapat menghasilkan pesan/gambar yang dapat
bergerak, misalnya gambar hidup/bergerak yang terlihat pada
gambar yang ada di film gambar pada video/televsi. Sedangkan
media diam yaitu pesan yang diperoleh dari media tersebut hanya
-
28
diam saja tidak bergerak. Misalnya gambar dalam slides, gambar
dari transparan pada OHP, film rangkai, halaman cetak, video film
dan microform.
6) Media pembelajaran menurut kelompok penggunanya
Media pembelajaran menurut kelompok penggunanya dibedakan
menjadi media individual, kelompok dan kelompok besar. Media
individual yaitu media yang hanya dapat digunakan secara
perorangan, sebagai contoh ; mikroskop, lensa, kamera. Media
kelompok media tersebut dapat digunakan secara perorangan juga
dapat digunakan secara kelompk misalnya papan tulis, slide, film
dll. Sedangkan media kelompok besar yaitu media tersebut dapat
digunakan oleh kelompok masa yang lebih besar, misalnya
penyuluhan dilapangan dengan menggunakan film lebar dan
pengeras suara dan televisi umum.22
Rudi Bretz (1977) mengklasifikasi ciri utama media pada tiga
unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri
dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis
(linergrafhic) dan simbol. Disamping itu dia juga membedakan
media siar (transmisi) dan media rekam (recording), sehingga
terdapat 8 klasifikasi media ;
1. Media audio visual gerak
2. Media audio visual diam
22
Ibid, h. 45-51
-
29
3. Media audio semi gerak
4. Media visual gerak
5. Media visual diam
6. Media visual semi ggerak
7. Media audio, dan
8. Media cetak.
Menurut Oemar Hamalik (1985; 63) dan 4 4 klasifikasi media
pengajaran, yaitu :
1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip,
transparansi, micro projection, papan tulis, buletin board, gamba-
gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan globe.
2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hhanya dapat didengar misalnya
phonograph record, transkripsi electris, radio, rekaman pada tape
recorder.
3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi,
benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan, misalnya ;
model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama.
4. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka dan
sebagainya.23
e) Fungsi Media Pembelajaran
23
Basyiruddin & Asnawir, Media Pembelajaran, h. 27-29
-
30
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan
belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.24
Ditinjau dari proses pembelajaran maka fungsi media dalah sebagai
pembewa informasi dari sumber (pembelajar/guru) ke enerima
(pebelajar/siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu
siswa dalam menerima dan memperoleh informasi guna mencapai
tujuan pembelajaran.
Menurut, S. Gerlach dan P. Ely dalam buku Rodhatul Jennah
menjelaskan bahwa fungsi media dalam pembelajaran dapat;
1) Bersifat Fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk
menangkap, menyimpan dan kemudian menampilkan kembali
suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini suatu obyek dan
kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian
hasilnya dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukan
dan diamati kembali, atau dapat ditamilkan kembali.
2) Bersifat Manipulatif, artinya menampilkan kembali obyek atau
kejadian dengan berbagai macam perubahan manipulasi sesuai
keperluan, misalnya dirubah : ukurannya, benda yang besar dapat
dikecilkan benda yang kecil dapat dibesarkan, kecepatannya,
warnanya, serta dapat juga diulang-ulang penyajiannya, sehingga
semuanya dapat diatur keruangan kelas.
`
24 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada, 2011, h. 15
-
31
3) Bersifat Distributif, artinya hbahwa dengan menggunakan media
dapat menjangkau sasaran yang lebih luas atau media mampu
menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali
penyajian secara serempak. Misalnya siaran televisi, radio, dan
surat kabar.25
f) Manfaat Media Pembelajaran
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam
pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil
belajar yang tercapainya. Ada beberapa alasan, mengaa media
pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa.26
Berbagai
manfaat media pembelajaran teah dibahas oleh banyak ahli. Sudjana &
Rivai dalam buku Azhar Arsyad mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu,
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penutuuran kata-kata oleh guru,
sehinggga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
25
Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, h. 18-19 26
Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Bandung; Sinar Baru
Algensindo, 2002, h. 2
-
32
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, dan lain-lain.27
Sedangkan menurut Kemp & Dayton dalam buku Rodhatul Jennah
mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak
positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di
kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagi berikut :
1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pebelajar yang
melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan
yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan
cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil
tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat
disampaikan kepada pebelajar sebagai landasan untuk pengkajian,
latihan, dan aflikasi lebih lanjut.
2) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat disosialisasikan
sebagai penarik perhatian dan membuat pebelajar tetap terjaga
dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntunan pesan, daya tarik
image yyang berubah-rubah, penggunaan efek khusus dapat
menimbulkan keingintahuan menyebabkan pebeajar tertawa dan
berfikir, yang kesemuanya menunjukan bahwa media memiliki
aspek motivasi dan meningkatkan minat.
27
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,
2001, h. 24-25
-
33
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan diterapkannya
teori beajar dan prinsif-prinsif psikologis yang diterima dalam hal
partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
4) Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersiingkat.
Karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat
untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah
yang cukup banyak dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa.
5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan. Bilamana integrasi kata
dan gambar sebagai media pembelajaran dapat
mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara
terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas
6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau
diperlukan. Terutama jika media pembelajaran dirancang untuk
penggunaan secara individu.
7) Sikap positif pebelajar. Terhadap apa yang mereka pelajari dan
terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8) Peran pembelajar dapat berubah kearah yang lebih positif. Beban
pembelajar untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi
pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehinggan ia ndapat
memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses
belajar mengajar, misalnya konsultan atau penasehat siswa.28
g) Prinsip pemanfaatan Media Pengajaran
28
Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, h. 23-24
-
34
Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu
harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya antara lain :
1) Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai
bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya
sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang
digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-
waktu dibutuhkan.
2) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar
yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses belajar mengajar.
3) Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu
media pengajaran yang digunakan.
4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan
suatu media pengajaran.
5) Penggunaan media pengajaran harus diorgannisir secara sistematis
bukan sembarang menggunakannya.
6) Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam
media, maka guru dapat memanfaatkan multy media yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan
juga dapat merangsang siswa dalam belajar.29
h) Kriteria Pemilihan Media
29
Basyiruddin & Asnawir, Media Pembelajaran, h. 19-20
-
35
Ada 4 faktor kriteria pemilihan yang perlu diperhatikan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Dick dan Carey dalam buku
Arief S. Sadiman dkk. Pertama ; ketersediaan sumber setempat,
artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-
sumber yang ada maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua ;
apakah untuk membeli atau diproduksi sendiri telah tersedia dana,
tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga ; faktor yang menyangkut keluwesan,
kepraktisan, dan ketahanan media yang digunakan untuk jangka waktu
yang lama, artinya bila digunakan dimana saja dengan peralatan yang
ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dibawa (fortable).
Keempat ; efektivitas dan efesiensi biaya dalam jangka waktu yang
cukup panjang, sekalipun nampak mahal namun mungkin lebih murah
dibanding media lainnya yang hanya dapat digunakan sekali pakai.
Namun bila dilihat kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-
ulang untuk jangka waktu yang panjang program film bingkai
mungkin lebih murah dari media yang biaya produksinya murah
misalnya brosur tetapi setiap waktu materinya berganti.30
4. Pembelajaran Alquran Hadis
Pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang banyak
dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak
dipengaruhi oleh aliran psikologi Kognitif-holistik, yang menempatkan
siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi
30
Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,
2010, h. 86
-
36
oleh perkembangan teknologi yang di asumsikan dapat mempermudah
siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti
bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio fan lain sebagainya,
sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar
menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Oleh karena itu
menurut Gagne dalam buku Wina Sanjaya, mengajar atau teaching
merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), dimana peran guru
lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen
berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau
dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.
Sedangkan Alquran dan Hadis merupakan pedoman dan landasan
bagi kaum muslimin dalam menjalani kehidupan karena didalamnya
terdapat berbagai aturan, baik yang berhubungan dengan aturan duniawi
maupun ukhrawi. Dengan sinar dan petunjuk ajarannya dapat
membimbing manusia ke jalan benar dan tidak tersesat sehingga seseorang
atau masyarakat akan memiliki keperrcayaan dan akidah yang benar dan
lurus, peraturan hukum yang baik, serta akhlak mulia dan terpuji dalam
mencapai kebahagiaan dunia dan di akhirat. Pemahaman terhadap Alquran
dan Hadis wajib dilakukan oleh seluruh umat yang mengimaninya terlebih
sejak dini agar lebih mmembakas dan mengen. Oleh karena itu, kalian
akan membahas Alquran dan Hadis beserts ruang lingkupnya. Alquran
adalah firman Allah swt yang mutlak kebenarannya. Tidak ada keraguan
-
37
didalamnya dan sekaligus merupakan petunjuk bagi orang yang beriman
dan bertakwa kepada Allah swt. Hadis bukan buatan Rasulullah
Muhammad saw, dan para sahabatnya, melainkan wahyu dari Allah swt
yang langsung diterima didalam jiwa nabi sehingga beliau menyampaikan
sedikit demin sedikit sesuai dengan kondisinya.31
5. Materi Alquran Hadis Madrasah Tsanawiyah Semester I
NO Materi Ajar Standar
Kompetensi
Media/Sumber
Belajar
1
Alquran dan
Hadis sebagai
Pedoman Hidup
Memahami Alquran
dan Hadis sebagai
pedoman hidup
Buku paket Alquran
Hadis, LKS, papan
tulis, LCD
2
Mencintai
Alquran dan
Hadis
Mencintai Alquran
dan Hadis
Buku paket Alquran
Hadis, LKS, papan
tulis, LCD
3
Tauhid
Rububiyah dan
Uluhiyah
Menerapkan Alquran
surah-surah pendek
pilihan dalam
kehidupan sehari-
hari tentang tauhid
rububiyah dan
uluhiyah
Buku paket Alquran
Hadis, LKS, papan
tulis, LCD
4
Hadis Tentang
Keimanan dan
Ibadah
memahami hadis
tentang ciri iman dan
ibadah yang diteria
Allah
Buku paket Alquran
Hadis, LKS, papan
tulis, LCD
Sumber Data :32
B. Kerangka Berfikir dan Pertanyaan Penelitian
31
Ahmadi, Alquran dan Hadits, Solo; Putra Kertonantan, 2008, h. 2 32
Dokumentasi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Madrasah Tsanawiyah
-
38
1. Kerangka Pikir
Begitu pentingnya media pendidikan pembelajaran Alquran Hadis bagi
kelangsungan pengajaran di dalam kelas untuk memudahkan pemahaman
siswa dalam menangkap dan menerima pelajaran. Guru Alquran Hadis
berupaya dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan
ataupun mendesain media pembelajaran tersebut agar membuat siswa
lebih mudah menerima dan bersemangat serta aktif dalam belajar.
Sebagaimana yang telah di jelaskan terdahulu bahwa Guru merupakan
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak
bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru.
Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi
seorang guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk
pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang
perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Jadi sangat jelas
bahwa tugas seorang guru harus bisa menempatkan dan mengembangkan
media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman siswa dalam
menerima dan menangkap penjelasan guru di depan kelas.
2. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Desain media pembelajaran
1) Persiapan yang bagaimana yang dilakukan guru dalam mendesain
media pembelajaran
-
39
2) Bahan-bahan apa yang dipersiapkan sebelum mendesain media
pembelajaran
b. Kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran
1) Media yang di desain apakah dibuat sendiri atau oleh orang lain.
2) Apakah desain media yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
3) Apakah guru terampil dalam mendesain media tersebut.
4) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam mendesain media
pembelajaran.
-
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
Penelitian ini menggunakan penilitian kualitatif, dalam penelitian
kualitatif data yang dikumpulkan bersifat kualitatif yag mendeskripsikan
setting penelitian, baik situasi maupun informan/ responden yang umumnya
berbentuk narasi melalui perantaran lisan seperti ucapan atau penjelasan
responden, dokumen pribadi, ataupun catatan lapangan.33
Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry menurut Bogdan dan Guba
dalam buku yang ditulis oleh Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd dalam bukunya
Metode Penelitian (Kuantitatif, kualitatif, dan Tindakan 2012) Penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat
diamati.34
Hal ini digunakan karena ingin memperoleh data dengan menangkap
gejala-gejala atau permasalahan yang dipancarkan oleh objek dan subjek yang
diteliti dilokasi attau dilapangan penelitian. Peneliti mengkaji setiap peristiwa
yang terjadi dengan maksud agar peneliti dapat mengetahui dan mendapat
menggambarkan secara jelas sesuai dengan data dan fakta yang terjadi
dilapangan yang berkaitan dengan desain Media Pembelajaran Alquran Hadis
33 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan tindakan, Bandung;
PT Refika Aditama, 2012, h. 188 34
Ibid, h. 181
-
41
di MTsN 1 dan 2 Palangka Raya pada kelas VII, serta berusaha menganalisa
aspek-aspek lain yang ada hubungannya dengan permasalahan
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Menurut Sugiono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan
pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena
tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar
pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun demikian
kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek,
bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh.35
Alokasi waktu penelitian ini kurang lebih 6 bulan. 2 bulan
membuat desain proposal seminar yang terhitung dari bulan februari 2014,
2 bulan penelitian lapangan dan 2 bulan pengolahan data. Karena dalam
waktu tersebut telah cukup untuk mengumpulkan data yang diperlukan
peneliti.
2. Tempat Penelitian
Penelitian yang dilakukan berlokasi di MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
Provinsi Kalimantan Tengah.
Alasan peneliti memilih tempat penelitian karena MTsN 1 dan 2
Palangka Raya adalah sekolah berbasis Islam Negeri di kota Palangka
Raya. Di sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri dilihat dari pengajaran
berbeda dengan sekolah-sekolah umum lainnya karena dilihat dari mata
35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 37
-
42
pelajaran agamanya lebih banyak dan salah satunya ada mata pelajaran
Alquran Hadis. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran Alquran Hadis.
Sedangkan subjek nya adalah guru mata pelajaran Alquran hadis. MTsN 1
Palangka Raya pada kelas VII berjumlah 6 kelas sedangkan MTsN 2
Palangka Raya pada kelas VII berjumlah 8 kelas dan masing-masing kelas
berjumlah kurang lebih 30 siswa.
Sedangkan pada mata pelajaran Alquran hadis hanya di pegang oleh
seorang guru. Maka untuk itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana guru
dalam mendesain media pembelajaran Alquran hadis baik itu sifatnya
membuat media pembelajaran baru atau memodifikasi media yang sudah
ada.
C. Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu ada beberapa jenis data yang
diperlukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Sumber Tertulis
Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari
sumber tertulis dapat dibagi menjadi atas sumber buku. Dalam penelitian
ini buku yang diperlukan adalah buku paket/LKS Alquran Hadis MTs
untuk kelas VII, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dll.
-
43
2. Sumber tidak tertulis
Dalam penelitian ini sumber tidak tertulis berupa foto. Foto
menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan
untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya secara induktif. Dalam
penelitian ini maka foto yang diperlukan adalah;
a) Foto sekolah tempat penelitian
b) Foto pada saat wawancara
c) Foto siswa-siswi dalam mengikuti proses pembelajaran. dll
D. Instrument Penelitian
1. Pengertian Instrumen Penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai
instruen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi
terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhada bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara
akademik mapun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti
sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode
kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
-
44
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Berdasarkan pernyatan-pernyataan diatas dapat dipahami bahwa,
dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas
dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi
setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan
suatu instrumen.36
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini di MTsN 1 dan 2 Palangka
Raya, ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek
alam lain.
Sutrisno Hadi (1986) dalam buku yang ditulis oleh Sugiyono yang
berjudul penelitian pendidikan mengemukakan bahwa, observasi
erupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2012, h. 305-307.
-
45
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua yang terpenting adalah
proses-proses pengaatan dan ingatan37
Adapun data yang akan di gali dalam teknik penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana desain media pembelajaran guru pada mata pelajaran
Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
b. Bagaimana Kreatifitas guru dalam mendesain media pembelajaran mata
pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
c. Alasan apa yang mendasari guru dalam mendesain media pembelajaran
mata pelajaran Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri
pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.38
Adapun data yang akan di gali dalam teknik penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana desain media pembelajaran guru pada mata pelajaran
Quran Hadis kelas VII MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
37 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 203
38
Ibid, h. 194
-
46
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang.39
Data yang dikumpulkan dari dokumentasi ini adalah :
a. Gambaran umum lokasi MTsN 1 dan 2 Palangka Raya
b. Gambaran subjek penelitian yang terdiri dari nama atau inisial, status.
F. Teknik Pengabsahan Data
Keabsahan data di gunakan untuk menunjukan bahwa semua data
yang telah diperoleh dan di teliti relevan dengan apa yang sesungguhnya. Hal
ini di lakukan untuk menjamin bahwa data dan informasi yang di himpun dan
dikumpulkan itu benar adanya. Untuk memperoleh keabasahan data, peneliti
berpedoman pada pendapat Qodir.40
Yang menyatakan bahwa data yang di
olah mesti bersifat absah (valid) atau menunjukan derajat ketepatan antara
data yang di terjadi pada objek dengan data yang di kumpulkan oleh peneliti
yaitu dengan Trianggulasi.
Menurut Moleong dalam Bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif
menyatakan bahwa trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.41
39 Ibid, h. 329
40
Abdul Qodir, Metode Riset Kualitatif Panduan Dasar Melakukan Penelitian
Kancah, h. 40
41
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 178.
-
47
Adapaun langkah-langkah yang ditempuh malalui teknik
trianggulasi sumber adalah sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan secara langsung terhadap subjek
penelitian dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang di katakannnya secara pribadi.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.42
G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, ada beberapa data yang di tempuh
dengan berpedoman kepada pendapat Miles dan Huberman sebagaimana
yang di kutip oleh Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan
yang menjelaskan bahwa teknik analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukuan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Data Collection atau pengumpulan data ialah peneliti mengumpulkan data
dari sumber sebanyak mungkin untuk dapat diproses menjadi bahasan
dalam penelitian tentunya dengan hal yang berhubungan dengan desain
media pembelajaran Alquran Hadis.
2. Data Reduction atau pengurangan data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.
42
Ibid, hal. 178.
-
48
3. Data Display atau penyajian data ialah data yang didapat dari penelitian
dipaparkan secara ilmiah oleh peneliti dengan tidak menutup-nutupi
kekurangannya.
4. Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan), yaitu paparan
yang dilakukan dengan melihat kembali kepada reduksi data (pengurangan
data) sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data yang
diperoleh. Ini dilakukan agar hasil penelitian dapat dipahami sesuai dengan
keadaan yang terjadi dilapangan.43
Sesuai dengan deskriptif kualitatif, maka teknik yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan tahapan pertama analisis kalitatif yang
menganalisis hasil wawancara dan observasi dengan membuat kesimpulan
dari subjek penelitian.
43
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 337-345.
-
49
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qodir, Metode Riset Kualitatif Panduan Dasar Melakukan
Penelitian Kancah., Palangka Raya, 1999.
Ahmadi, Alquran dan Hadits, Solo; Putra Kertonantan, 2008
Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,
2011
http://blogkatte.blogspot.com/2009/12/menentukan-instrumen-
penelitian.html
Jennah Rodhatul, Media Pembelajaran, Banjarmasin :Antasari Press, 2009
Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Jakarta, 1971
Langgulung Hasan, Kreatifitas Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka. Al-
Husna, 1991
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuualitatif, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2002
Marimba Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Bandung : al-Maarif,
1989
Mazrur, Teknologi Pembelajaran, Malang; Intimedia, 2011
Munandar Utami, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta:
Rineka Cipta, 1999
Musbikin Imam, Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein, Jakarta: Mitra
Pustaka, 2006
Nata Abuddin, IlmuPendidikan Islam Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2009
Noer Hery Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam Jakarta Utara:
Friska Agung Insani, 2003
Rahayu Tri Ulandari, Kreatifitas Guru dalam Memanfaatkan Media
Pembelajaran PAI di SMAN-1 Palangka Raya, Skripsi,
Palangka Raya : STAN P. Raya, 2011, t.d
Rohani Ahmad, Pengelolaan Pembelajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta,
2004
-
50
Sadiman S,Arief, dkk Media Pendidikan, Jakarta; PT RajaGrafindo
Persada, 2010
Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran Jakarta :
Prenada Media Group, 2008
Shalahudin Mahfudh, Media Pendidikan Agama, Surabaya : PT. Bina
Ilmu, 1986
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,Bandung : Alfabeta, 2012
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2007
Teori dasar tentang desain, file:///F:/89-teori-dasar-tentang-desain.htm
Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam Bandung : Pustaka Setia, 1997
Usman Basyiruddin & Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta; Delia Citra
Utama, 2002