proposal skripsi event study henky
DESCRIPTION
keuanganTRANSCRIPT
ANALISIS REAKSI PASAR MODAL ATAS PENGUMUMAN KENAIKAN
BI RATE TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME
ACTIVITY (TVA)
(Studi Kasus Pada Saham Perusahaan Anggota Indeks LQ45)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :Nidya Arum Cahyasani
NIM. 7311410046
JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2014
1
1. JUDUL
Analisis Reaksi Pasar Modal Atas Pengumuman Kenaikan BI Rate
Terhadap Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA).
(Studi Kasus Pada Saham Perusahaan Anggota Indeks LQ45)
2. PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
Pasar modal pada prinsipnya merupakan sarana bertemunya
pihak yang memerlukan modal dengan pemilik modal, baik perorangan
maupun kelompok dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan
tingkat keuntungan atau return dengan risiko yang berbeda. Fungsi ini
menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang
perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Di
samping itu, pasar modal juga mendorong terciptanya alokasi dana
yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang
kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang
memberikan return yang paling optimal. (Tandelilin,2010:26).
Investor memiliki berbagai pilihan jenis sekuritas untuk
berinvestasi selain pada saham. Alasan pemilihan saham untuk
berinvestasi oleh investor adalah agar memperoleh return yang lebih
besar dibanding berinvestasi di tempat lainnya seperti meletakkan dana
pada sektor perbankan. Adanya informasi baru pada pasar modal akan
2
mempengaruhi harga saham perusahaan dan lebih lanjut akan
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh investor. Informasi dapat
digunakan investor untuk menentukan langkah-langkah investasi yang
tepat dengan membaca dan memperoleh informasi yang tersedia dapat
membimbing investor untuk mencapai transaksi yang sukses dan
pengalokasian investasi yang tepat (Linawati,2009). Agar pengambilan
keputusan investor rasional, dibutuhkan suatu informasi yang relevan
sehingga mampu mengidentifikasi kinerja perusahaan. Dengan kata
lain, keputusan investasi yang dilakukan oleh investor merupakan
reaksi atas informasi yang mereka terima (Rokhman dkk, 2009).
Pada pasar modal, informasi merupakan kebutuhan utama bagi
investor, karena informasi tersebut digunakan investor untuk
mengambil keputusan investasi. Tingkat kecepatan pasar modal dalam
merespon atau menyerap informasi baru merupakan salah satu indikator
tingkat efisien. Semakin cepat pasar modal melakukan reaksi terhadap
informasi baru maka pasar tersebut semakin efisien.
Pasar modal dikatakan efisien apabila dapat mewujudkan suatu
kondisi dimana harga-harga saham mampu mencerminkan seluruh
informasi yang tersedia. Tandelilin (2010 : 218) Menjelaskan efisiensi
dalam konteks investasi juga dapat diistilahkan “ no one can beat the
market”. Artinya jika pasar efisien dan semua informasi bisa diakses
secara mudah dan dengan biaya yang murah oleh semua pihak dipasar,
maka harga yang terbentuk adalah harga keseimbangan sehingga tidak
3
seorang investor pun yang bisa memperoleh keuntungan tak normal
(abnormal return) dengan memanfaatkan informasi yang dimilikinya.
Dalam konsep pasar efisien pergerakan harga sekuritas emiten
sangat bergantung pada faktor informasi, informasi tersebut dapat
berupa informasi masa lalu, informasi yang dipublikasikan maupun
informasi privat. Adanya informasi baru pada pasar modal akan
mempengaruhi harga saham perusahaan dan lebih lanjut akan
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh para investor. Informasi
sendiri dibagi menjadi dua yaitu informasi internal dan informasi
eksternal (Fama,1997). Informasi internal merupakan informasi yang
berasal dari dalam perusahaan seperti informasi yang terdapat dari
laporan keuangan perusahaan. Sedangkan informasi eksternal
merupakan semua informasi yang mencerminkan semua kondisi
perekonomian nasional, regional, internasional, maupun peristiwa-
peristiwa penting di bidang lain yang mampu memberikan dampak
positif atau negatif terhadap transaksi di lantai bursa.
Perbedaan reaksi pasar terhadap informasi ini dimungkinkan
terjadi. Signaling theory mengungkapkan bahwa pasar akan bereaksi
positif jika informasi yang dipublikasikan mengindikasikan sinyal yang
menguntungkan. Sebaliknya, pasar akan bereaksi negatif terhadap
informasi yang dirasa tidak menguntungkan (Jogiyanto, 2013:587).
Informasi yang direspon pasar ini akan berdampak terhadap keputusan
pembelian yang dilakukan investor. Jika banyak investor berpandagan
4
pesimis akibat sinyal negatif dari informasi yang diterima, maka ia akan
mengurangi jumlah pembelian yang terjadi dan akan menambah
penawaran di pasar sehingga, harga akan terdorong turun. Sebaliknya
jika investor memandang optimis akibat sinyal positif dari informasi
yang diterima, maka ia akan menambah jumah pembelian yang terjadi
dan akan terdorong naik (Sharpe dkk, 2005) dalam (Yanti, 2012).
Bagi investor, investasi pada saham biasa menjanjikan return
yang tidak terbatas . Konsekuensinya, investor juga akan selalu disertai
risiko yang tidak terbatas. Salah satu risiko yang tidak terlepas dari
dunia pasar modal ialah risiko sistematis, yaitu risiko yang terjadi di
pasar secara keseluruhan dan akan mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi (Tandelilin, 2010). Dengan kata lain apabila risiko
sitematis muncul dan terjadi, maka semua jenis saham akan terkena
dampaknya sehingga investasi dalam 1 jenis saham atau lebih tidak
dapat mengurangi kerugian. Contoh risiko sistematis adalah kenaikan
inflasi yang tajam, kenaikan tingkat bunga, dan siklus ekonomi. Untuk
mengurangi risiko sistematis, investor dapat melakukan lindung nilai
(hedging) di futures market atau option market. Cara lain utuk
mengurangi risiko sistematis adalah dengan memahami perilaku siklus
ekonomi dan tanda – tanda awal (leading indicator) pergantian siklus
ekonomi (Samsul, 2006 : 285). Indikator ekonomi makro seringkali
dihubungkan dan berkaitan dengan pasar modal, sehingga seorang
investor harus mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro
5
yang bisa membantu investor dalam membuat keputusan investasinya
(Kewal, 2012). Secara teori, tingkat bunga dan harga saham memiliki
hubungan yang negatif (Tandelilin, 2010 :343). Tingkat suku bunga
yang meningkat akan menyebabkan peningkatkan suku bunga yang
disyaratkan atas investasi pada suatu saham. Di sisi lain tingkat suku
bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik lagi
investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa
tabungan ataupun deposito.
Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) kebijakan pemerintah seperti
tingkat suku bunga ikut memberikan pengaruh terhadap transaksi yang
terjadi di lantai bursa. Kenaikan BI rate sangat berpengaruh terhadap
penyesuaian tingkat bunga dasar kredit. Hal ini kemungkinan
disebabkan kenaikan biaya bunga seiring dengan kenaikan BI rate yang
mengakibatkan penurunan kemampuan membayar debitur (kajian
Stabilitas keuangan No. 8 Maret 2007-BI). Pengumuman pemerintah
tentang tingkat suku bunga akan mempengaruhi pengeluaran
perusahaan untuk membayar hutangnya. Semakin tinggi tingkat suku
bunga maka akan semakin tinggi pula perusahaan harus
mengalokasikan dananya untuk membayar bunga dari hutangnya.
Berdasarkan pengumuman Bank Indonesia Tertanggal 12 November
2013, untuk mempertahankan laju inflasi dan mempertimbangkan
kondisi ekonomi global, Bank Indonesia menetapakan suku bunga di
6
angka 7.5%. Tabel 1.1 menunjukkan pergerakan BI Rate selama tahun
2013.
Tabel 2.1
Pergerakan BI rate dari bulan Januari 2013 sampai November 2013
Tanggal
Pengumuman
BI Rate
(%)
10 Jan 2013 5.75%
12 Feb 2013 5.75%
7 Maret 2013 5.75%
11 April 2013 5.75%
14 Mei 2013 5.75%
13 Juni 2013 6.00%
11 Juli 2013 6.50%
15 Agust 2013 6.50%
29 Agust 2013 7.00%
12 Sept 2013 7.25%
8 Okt 2013 7.25%
12 Nov 2013 7.50%
Sumber : www.bi.go.id
BI rate sebesar 7.5% yang diumumkan pada tanggal 12
November 2013 merupakan BI rate tertinggi dibandingkan bulan-bulan
sebelumnya. Tahun 2013 merupakan tahun dengan ekspektasi inflasi
tahunan dengan prediksi tertinggi sebesar 9,8 persen dan kenaikan BI
7
Rate sebesar 25 basis poin ini bertujuan untuk menekan defisit dan
menyehatkan transaksi berjalan dalam jangka panjang agar nilai tukar
rupiah akan stabil ke depannya untuk menghindari gejolak nilai tukar
yang semakin tajam. Dengan dikeluarkannya pengumuman tersebut
pasar menanggapi informasi tersebut setelah tanggal tanggal 12
November 2013 indeks LQ45 mengalami penurunan dibanding hari-
hari sebelumnya. Hal ini berarti bahwa pasar menanggapi secara negatif
pengumuman kenaikan BI rate tanggal 12 November 2013 yang
mencapai titik tertinggi selama tahun 2013.
Perubahan kebijakan suku bunga acuan yang dilakukan oleh
bank sentral tidak hanya terjadi di Indonesia, di Amerika The Federal
Reserve Bank (FED) juga melakukan koreksi atas suku bunga acuan
untuk menjaga stabilitas ekonomi Amerika. Beberapa penelitian juga
dilakukan menghasilkan hasil penelitian yang berbeda seperti penelitian
yang dilakukan Bernanke & Kuttner (2005) menjelaskan pengurangan
25 basis poin tingkat bunga The FED menyebabkan kenaikan pada
harga saham index sebesar 1 % yang berarti pasar modal merespon
adanya informasi baru. Namun pada penelitian yang dilakukan Birru &
Figlewski (2010) adanya pengumuman tingkat suku bunga acuan yang
baru tidak direspon pasar modal dibuktikan tidak ada perubahan
sebelum dan sesudah pengumuman yang dilihat dari return.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia juga terdapat
ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pasar efisien dalam
8
bentuk setengah kuat dengan melihat dampak dari suatu pengaruh
pengumuman kondisi makro ekonomi yang menunjukkan beberapa
perbedaan. Penelitian oleh I Wayan Nuka Lantara (2004) mengenai
perubahan suku bunga dan kinerja pasar modal Indonesia menunjukkan
penurunan suku bunga berdampak reaksi positif terhadap return pasar
dan kenaikan suku bunga menimbulkan reaksi negatif terhadap return
pasar. Penelitian I Wayan Nuka Lantara (2004) menyimpulkan bahwa
pasar bereaksi terhadap pengumuman perubahan suku bunga. Penelitian
lain yang menyatakan bahwa suku bunga mampu mempengaruhi pasar
adalah penelitian Heru Kurniawan Tjahjono (2004) yang menyatakan
bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap indeks saham LQ45.
Hal yang sama terdapat pada penelitian Linawati (2009) mengenai
dampak pengumuman kenaikan BI Rate di respon oleh pasar dengan
ditunjukan adanya perbedaan rata- rata trading volume activity sebelum
dan sesudah pengumuman namun respon pasar tersebut tidak
ditunjukkan dengan adanya abnormal return sebelum dan sesudah
pengumuman kenaikan BI Rate.
Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian oleh Iswardono
(1999). menyatakan bahwa suku bunga yang diturunkan tidak
menjadikan investasi meningkat. Penelitian Ulumuddin (2010)
mengenai dampak pengumuman penurunan BI Rate oleh Bank
Indonesia juga menunjukkan bahwa pasar menganggap pengumuman
tersebut sebagai “no news” karena tidak terdapat return realisasi yang
9
signifikan pada hari sebelum dan sesudah pengumuman tersebut, yang
berarti juga pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman tentang
penurunan tingkat suku bunga acuan.
Dari uraian yang telah dikemukakan tersebut, mendorong
peneliti untuk mengetahui bagaimana dampak pengumuman kenaikan
BI Rate tanggal 12 November 2013 terhadap beberapa indikator yang
biasa digunakan untuk melihat reaksi pasar. Reaksi ini biasa tercermin
dari tingkat keuntungan yang diukur dengan variabel abnormal return
serta tingkat likuiditas saham yang dikur dengan aktivitas volume
perdagangan atau Trading Volume Activity (TVA).
2.2. Perumusan Masalah
Peristiwa makro ekonomi yang memiliki kandungan informasi
akan membuat investor memperhitungkan kembali tingkat risiko dan
return terhadap dana yang telah ditanamkan pada pasar modal.
Beberapa event study menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa ekonomi
mempunyai dampak bagi perdagangan saham di bursa dan
menunjukkan hasil yang bervariasi pada abnornal return dan TVA.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas
yang menyatakan bahwa penelitian bertujuan untuk menganalisis
keterkaitan dan pengaruh dari pengumuman kenaikan BI Rate tanggal
12 November 2013 terhadap reaksi pasar yang diukur dengan
menggunakan variabel abnormal return dan Trading Volume Activity
10
(TVA) , dan untuk lebih memperjelas arah dari penelitian ini maka
peneliti merumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat reaksi pasar yang diukur dengan abnormal
return pada periode sebelum dan sesudah pengumuman BI Rate
pada Indeks LQ45?
2. Apakah terdapat reaksi pasar yang diukur dengan trading volume
activity (TVA) pada periode sebelum dan sesudah pengumuman
BI Rate pada Indeks LQ45?
2.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, dan tujuan tersebut
antara lain adalah:
1. Menguji dan menganalisis reaksi pasar yang diukur dengan
abnormal return pada periode sebelum dan sesudah pengumuman
kenaikan BI Rate pada Indeks LQ45.
2. Menguji dan menganalisis reaksi pasar yang diukur dengan
trading volume activity (TVA) pada periode sebelum dan sesudah
pengumuman kenaikan BI Rate pada Indeks LQ45.
2.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
berbagai pihak, investor, perusahaan maupun masyarakat umum
berkaitan dengan manfaat investasi pada pasar modal khususnya pasar
11
modal Indonesia yaitu pada perusahaan yang termasuk dalan anggota
Indeks LQ45 . Kontribusi penelitian yang diharapkan oleh penulis
tersebut antara lain adalah:
1. Bagi perusahan, memberikan kesempatan manajer untuk
mengamati harga saham perusahaan mereka dan bagaimana reaksi
pasar atas suatu pengumuman ekonomi sehingga dapat
memperkirakan dampaknya di masa yang akan datang.
2. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
analisis investasi di pasar modal Indonesia sehingga dapat
menentukan strategi investasi yang tepat.
3. Bagi pihak akademis, sebagai tambahan bukti empiris dan
sumbagan pemikiran bagi penelitian yang berbasis event study
khususnya, dan penelitian tentang pasar modal pada umumnya.
3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Efisiensi Pasar
Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar modal
yang sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang
mungkin terjadi dengan cepat dan akurat. Jika pasar bereaksi dengan
cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang
sepenuhnya mencerminkan informasi. Efisiensi seperti ini disebut
dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient
market). Fama (1970) dalam Jogiyanto (2013: 548-552) menyajikan
12
tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan informasi,
yaitu :
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga
dari sekuritas mencerminkan secara penuh (fully reflect) informasi
masa lalu. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai
masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga
sekarang, sehingga investor tidak dapat menggunakan informasi
masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat apabila harga-harga
sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang dipublikasikan termasuk laporan keuangan emiten.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga- harga
sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar
efisien dalam bentuk kuat maka tidak ada individual investor atau
grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak
normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
3.2. Signaling Theory
Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dan pelaku
bisnis karena dari sebuah informasi investor dan pelaku bisnis akan
13
mendapatkan gambaran mengenai keadaan pasar baik di masa yang lalu
maupun di masa yang akan datang. Kelengkapan, keakuratan dan
ketepatan waktu suatu informasi dapat membantu investor dan pelaku
bisnis dalam pengambilan keputusan investasi. Informasi yang lengkap,
relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor sebagai
alat analisis untuk mengambil keputusan berinteraksi (Linawati, 2009).
Menurut Jogiyanto (2013: 557) informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada
waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Menurut Abdullah (2002) dalam Linawati (2009) tidak semua
signal ditangkap sepenuhnya oleh pasar, signal dari suatu pengumuman
dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur
dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga atau
dengan menggunakan abnormal return. Suatu pengumuman dianggap
mempunyai kandungan informasi jika memberikan abnormal return
yang signifikan terhadap pasar. ditangkap sepenuhnya oleh pasar.
Kenaikan BI rate merupakan signal dimana keadaan ekonomi
memburuk. Tahun 2013 merupakan tahun dimana perekonomian
Indonesia mengalami pelemahan. Dengan naiknya BI rate maka
investor akan melihat bahwa pasar modal bukan merupakan tempat
14
yang tepat untuk berinvestasi dan akan memindahkan dana ke sektor
perbankan.
Bunga (interest) adalah satu produk dalam sistem perekonomian
yang memanfaatkan uang sebagai alat penyimpan nilai . tingkat suku
bunga dimaknai sebagai harga yang didapatkan dari penggunaan uang
dalam periode tertentu atau dengan kata lain Tingkat suku bunga
menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di
atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase
dalam kurun waktu tertentu.
Dalam website resmi Bank Indonesia dijelaskan bahwa BI Rate
sebagai suku bunga acuan adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan
oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional
kebijakan moneter.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI
Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang
telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate
15
apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang
telah ditetapkan.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum
dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang
dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran
utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran
kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga
dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga
menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai
tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level
tertentu.
Menuut (Kewal,2012) Suku bunga mempengaruhi laba
perusahaan dalam dua cara yaitu:
a. Karena bunga merupakan biaya, maka makin tinggi suku bunga,
makin rendah laba perusahaan apabila hal lain tetap konstan.
b. Suku bunga mempengaruhi tingkat aktivitas ekonomi sehingga
mempengaruhi laba perusahaan.
16
Suku bunga yang mempengaruhi laba perusahaan, dapat
mempengaruhi harga saham (common stock) dengan tiga cara yaitu:
a. Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi kondisi perusahaan,
kondisi bisnis secara umum dan tingkat profitabilitas perusahaan
yang tentunya akan mempengaruhi harga saham di pasar modal.
b. Perubahan suku bunga juga akan mempengaruhi hubungan
perolehan dari obligasi dan perolehan dividen saham, oleh
karena itu daya tarik yang relatif kuat antara saham dan obligasi.
c. Perubahan suku bunga juga akan mempengaruhi psikologis para
investor sehungan dengan investasi kekayaan, sehingga
mempengaruhi harga saham.
Kenaikan tingkat bunga memiliki dampak negatif terhadap
setiap emiten, karena akan meningkatkan beba bunga kredit dan
menurunan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba
per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat turunnya harga
saham di pasar. Disisi lain naiknya suku bunga akan mendorong
investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan
ini dalam deposito. Oleh karena itu kenaikan suku bunga akan
mengakibatkan turunnya harga saham. Sebaliknya, penurunan tingkat
bunga akan menaikan harga saham di pasar dan laba bersih per saham,
sehingga mendorong harga saham meningkat. Penurunan bunga
deposito akan mendorong investor mengalihkan investasinya dari
perbankan ke pasar modal . investor akan mendorong saham sehingga
17
harga saham terdorong naik akibat meningkatnya permintaan. (Samsul,
2006).
3.3. Event Study
Event study (studi peristiwa) merupakan studi yang mempelajari
reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat
digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content)
dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji
efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2013 :585).
Secara lebih spesifik studi peristiwa menyelidiki respons pasar
terhadap kandungan informasi dari suatu pengumuman atau publikasi
peristiwa tertentu. Kandungan informasi dapat berupa berita baik (good
news) atau berita buruk (bad news). Hipotesis pasar efisien
memprediksikan bahwa pasar akan memberi respons positif untuk
berita baik, dan respons negatif untuk berita buruk. Respons pasar
tersebut tercermin dari return tak normal (abnormal return) positif
(berita baik) dan return tak normal negatif (berita buruk) (Tandelilin,
2010 :565).
Pengujian kandungan informasi bertujuan untuk melihat reaksi
dari suatu peristiwa. Apabila pengumuman tersebut mengandung suatu
informasi, maka pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari
18
sekuritas. Investor selalu menggunakan tolok ukur return yaitu
perbandingan antara harga saham saat ini dengan harga saham
sebelumnya. Khusus dalam event studies yang mempelajari peristiwa
spesifik, tolok ukur yang digunakan adalah abnormal return (Linawati,
2009).
Menurut (Tandelilin, 2010: 572-576) Standar metodologi yang
biasanya digunakan dalam event study, yaitu:
1. Mengidentifikasi bentuk, efek, dan waktu peristiwa (i) peristiwa
apa yang memiliki nilai informasi; (ii) apakah nilai informasi
peristiwa memiliki efek negatif atau positif terhadap return tak
normal perusahaan tertentu; dan (iii) bilamana peristiwa terjadi atau
publikasi.
2. Menentukan rentang waktu estimasi dan periode pengamatan.
Periode pengamatan biasanya dihitung dalam hari. Apabila
penelitian menghitung 21 hari sekitar pengumuman maka 10 hari
sebelum pengumuman ditandai dengan t-10,t-9,t-8,......,t-1.
Sedangkan hari pengumuman akan ditandai dengan t0 dan 10 hari
sesudahnya ditandai dengan t+1,t+2,t+3,.....,t+10.
3. Menentukan metode penyesuaian return yang digunakan untuk
menghitung return tak normal. Terdapat tiga metode yang secara
luas digunakan dalam penelitian studi peristiwa meliputi model
statistika, model disesuaikam dengan pasar, dan model ekonomika.
4. Menghitung abnormal return
19
Abnormal return dihitung dengan mengurangi return aktual dengan
return yang diharapkan.
Menghitung rata-rata return abnormal semua sampel setiap hari.
Dari data yang diperoleh, kita dapat menggambarkan adanya
pengaruh event terhadap perubahan harga selama periode
pengamatan yang ditentukan.
5. Merumuskan hipotesis statistik
6. Menguji apakah return tak normal rata-rata atau return tak normal
kumulatif yang telah dihitung antara sebelum dan sesudah
peristiwa.
7. Simpulan hasil studi didasarkan pada probabilitas signifikansi
kurang dari probabilitas yang disyaratkan (missalnya 0,01 ; 0,05;
atau 0,10).
3.4. Penelitian Terdahulu
Pada beberapa penelitian seperti yang telah dilakukan I Wayan
Nuka Lantara (2004), Ben Bernake & Kenneth Kutter (2005), Sri Dewi
Yusuf dan Atim Djazuli (2009), Rica Syafitri Sirait dkk (2012), M.
Taufiq Noor Rokhman dkk (2009), Firga Yanti (2012), Diana Linawati
(2009), Liu Hua & Skanthavrathar Ramesh (2013), menyatakan bahwa
pengumuman atau isu memiliki kandungan informasi yang dapat
mempengaruhi pasar, hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan
hasil antara sebelum dan sesudah hari pengumuman.
20
Sedangkan pada beberapa penelitian lainnya seperti yang telah
dilakukan oleh Justin Birru (2010), Ahmad Syahirul Ulumuddin (2010),
Azwar Harahap (2012), dan Anastasya Milsa Komaling
(2012), ,menyatakan bahwa didak selalu pengumuman dipandang
sebagai suatu informasi yang akan direaksi oleh pasar, sehingga tidak
mempengaruhi reaksi pasar saham.
Hasil penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No NamaPengarang
Th Judul Variabel Hasil Penelitian
1 I Wayan NukaLantara
2004 Perubahan Tingkat Suku Bunga dan Kinerja PasarModal Indonesia
MeanAdjustedReturn (MAR)& CMAR
Kenaikan suku bunga berdampak reaksi negatif dan Penurunan berdampak reaksi positif
2 Ben Bernanke & Kenneth Kuttner
2005 What Explains The Sthock Market’s Reaction to Federal Reserve Policy?
Return Pengurangan 25 basis poin tingkat bunga The FED menyebabkan kenaikan pada harga saham index sebesar 1 % yang berarti pasar modal merespon adanya informasi baru.
3 Diana Linawati
2009 Dampak PengumumanKenaikan BI Rate Tanggal 07 Oktober2008 Terhadap Abnormal Return danTrading
Abnormal Return, Trading Volume Activity, Debt to Equity Ratio(DER)
Berdasarkan uji statistik terhadap rata-rata abnormal return danrata-rata trading volume activity pada perusahaan dengan DER < 1 dan DER > 1 diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah pengumuman
21
Volume Activity(Studi Komparasi Pada PerusahaanManufaktur Terdaftar Di BEI DenganDER < 1 Dan DER > 1)
kenaikan BI Rate.Berdasarkan uji statistik terhadap perbedaan rata-rata TVA padaperusahaan dengan DER < 1 dan DER > 1 menunjukkan bahwaterdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata TVA antaraperusahaan DER < 1 dan DER > 1.
4 Sri Dewi Yusuf, Atim Djazuli, H.M. Harry Susanto
2009 Analisis Reaksi Investor Terhadap Pengumuman Right Issue Di Bursa Efek Jakarta
Return, Abnormal Return, TVA, Bid-Ask Spread
Terdapat perbedaan antara rata-rata abnormal return sebelum dengan saat dan antara saat dengan sesudah pengumuman right issue. Sedangkan abnormal return saham pada pasangan periode sebelum dengan sesudah ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan.Pengujian terhadap aktivitas volume perdagangan saham untuk pasangan periode (sebelum-saat) dan (saat-se-sudah) menyimpulkan terdapat per-bedaan yang signifikan. Akan tetapi untuk pengamatan yang diperpanjang yaitu pada pasangan periode sebelum dengan sesudah menyimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
5 M. Taufiq Noor Rokhman, Didied P. Affandy Dan S.M. Kiptiyah
2009 Analisis Return, Abnormal Return, Aktivitas Volume Perdagangan dan Bid-Ask Spread Saham Di
Return, Abnormal return, TVA and Bid-ask Spread
Rata-rata abnormal return sebelum berbeda dengan saat stock split; dan rata-rata abnormal return saat stock split berbeda dengan sesudah stock split. Sedangkan abnormal return saham pada pasangan periode sebelum dengan sesudah menghasilkan suatu
22
Seputar Pengumuman Stock Split
kesimpulan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.Aktivitas volume perdagangan saham untuk pasangan periode sebelum dengan saat dan saat dengan sesudah, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Akan tetapi untuk peng-amatan yang diperpanjang yaitu pada pasangan periode sebelum dengan sesudah memperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.
6 Justin Birru & Stephen Figlewski
2010 The Impact of the Federal Reserve’s Interest Rate Target Announcement on Stock Price : A Closer Look at How the Market Impounds New Information
Return, Neutral Density Risk
pengumuman tingkat suku bunga acuan yang baru tidak direspon pasar modal dibuktikan tidak ada perubahan sebelum dan sesudah pengumuman yang dilihat dari return
7 Ahmad Syahirul Ulumuddin
2010 Pengaruh Pengumuman Penuruan BI Rate Terhadap Return dan Risiko Saham Sektor Perbankan Indonesia Juni 2009
Return, Risiko Saham
Dampak pengumuman penurunan BI Rate oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa pasar menganggap pengumuman tersebut sebagai “no news” karena tidak terdapat return realisasi yang signifikan pada hari sebelum dan sesudah pengumuman tersebut, yang berarti juga pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman tentang penurunan tingkat suku bunga acuan.
8 Firga Yanti 2012 Pengujian Abnormal
return tidak normal
hasil penelitian secara jelastampak bahwa abnormal
23
Return Saham Sebelum Dan Sesudah PeluncuranIndeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
return hanya terjadipada periode pengamatan 15 hari sebelum ISSI.Sedangkan untuk periode setelahnya tidaktampak adanya abnormal return.
9 Azwar Harahap
2012 Analisis Perbedaan Return Dan Abnormal Return Saham Sebelum Dan Setelah Pengumuman Right Issue Pada Lembaga Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Return, Abnormal Return Saham, Pengumuman Right Issue
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return saham yang signifikan sebelum pengumuman dengan setelah pengumuman.
10 Rica Syafitri Sirait, Wiwik Tiswiyanti, Fitrini Mansur
2012 Dampak Pergantian Menteri Keuangan Ri Tahun 2010 TerhadapAbnormal Return Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI
Average Abnormal Return (AAR),
Terdapat perbedaan antara AverageAbnormal Return (AAR) yangsignifikan pada saat- sebelum peristiwa saat- sesudah, sebelum-sesudah peristiwapergantian menteri keuangan.
11 Liu Hua,Skanthavrathar Ramesh
2013 A Study on Stock Split Announcements and its Impact o Stock Prices
Average abnormal returns, cumulative average abnormal
Menunjukan reaksi paar yang signifikan di hari pengumuman stockspit, mengindikasikan informasi efisien karena pasar merespon di hari
24
in Colombo Stock Exchange (CSE) of Sri Langka
return pengumuman
12 Anastasya Milsa Komaling
2013 Reaksi Pasar Atas Secondary Right Issue Pada Perusahaan Yang Go Publik Di Indonesia
Secondary Right Issue, return saham, abnormal return saham
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Abnormal Return sebelum dan Sesudah Right Issue.
3.5. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
3.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
BI Rate adalah suku bunga acuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia untuk mengatasi kenaikan tingkat inflasi negara,
Maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa suku bunga adalah
hasil jasa yang diberikan oleh pihak bank kepada investor yang
telah menanamkan sejumlah modalnya pada bank tersebut.
Adapun dalam menentukan kebijakan moneter, BI Rate
berperan sebagai suku bunga acuan yang dapat menjadi patokan
perbankan lainnya dalam. menetapkan suku bunga kreditnya.
(Ulumuddin, 2010).
Menurut Tandelilin (2010:571) Abnormal return saham
atau return tak normal (RTNi) adalah selisih (positif atau
negatif) dari return aktual diseputar pengumuman (Ri) dengan
return harapan E(Ri).
25
Trading volume activity (TVA) adalah aktifitas volume
atau jumlah perdagangan harian dari suatu saham perusahaan.
Semakin tinggi dan semakin sering saham perusahaan
diperdagangkan maka semakin baik pula tingkat likuiditas dari
saham tersebut.
Kenaikan BI Rate merupakan signal dimana keadaan
ekonomi memburuk. Tahun 2013 merupakan tahun dimana
terjadi krisis global yang juga berdampak pada perekonomian
Indonesia. Dengan naiknya BI Rate maka investor akan melihat
bahwa pasar modal bukan merupakan tempat yang tepat untuk
berinvestasi dan akan memindahkan dana ke sektor perbankan
dalam bentuk tabungan atau deposito. Apabila pengumuman
kenaikan BI Rate berpengaruh pada reaksi pasar, berarti bahwa
pengumuman kenaikan bunga tersebut memiliki kandungan
informasi yang penting bagi investor dan pasar, sedangkan
apabila pengumuman kenaikan BI Rate tidak bereaksi terhadap
pasar maka informasi pengumuman kenaikan suku bunga acuan
BI Rate tidak dianggap penting oleh pasar.
26
Kerangka Pemikiran Teoritis
TVA & Abnormal Return TVA & Abnormal Return
Sebelum Sesudah
t-10 t=0 t+10
Gambar 2.1
Periode pengamatan dan Event Window pada Peristiwa Pengumuman Kenaikan
BI Rate
Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka dapat
diasumsikan bahwa pada periode sebelum dan sesudah
pengumuman kenaikan BI Rate (t=0) terdapat perbedaan hasil.
Adapun untuk melihat reaksi yang terjadi akibat pengumuman
kenaikan BI Rate dilakukan dengan menggunakan variabel
abnormal return dan Trading Volume Activity (TVA) selama
periode peristiwa, diambil periode pengamatan 21 hari yaitu dari
10 hari perdagangan saham sebelum terjadinya peristiwa (t-10)
hingga 10 hari perdagangan saham sesudah terjadinya peristiwa
(t-10).
3.5.2. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, landasan teori, dan kerangka
berfikir yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis yang
dapat dikembangkan pada penelitian ini antara lain adalah:
27
H1 : Terdapat reaksi pasar yang diukur dengan abnormal
return pada periode sebelum dan sesudah pengumuman
kenaikan BI Rate pada Indeks LQ45.
H2 : Terdapat reaksi pasar yang diukur dengan trading
volume activity (TVA) pada periode sebelum dan
sesudah pengumuman kenaikan BI Rate pada Indeks
LQ45.
4. METODE PENELITIAN
4.1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis Penelitian pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif
yaitu merupakan suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Arikunto,
2010:3). Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat
atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah
berlangsung. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan variabel abnormal return dan trading
volume activity untuk melihat fenomena yang terjadi di pasar modal
28
atas adanya pengumuman kenaikan BI Rate tanggal 12 November 2013
pada objek indeks LQ45.
4.2. Periode Penelitian
Tanggal suatu peristiwa dipublikasikan untuk pertama kali
ditetapkan sebagai event day (t0). Tanggal Pengumuman kenaikan BI
Rate merupakan tanggal pada saat Bank Indonesia mempublikasikan
kebijakan baru atas kenaikan suku bunga acuan kepada publik yaitu
pada tanggal 12 November 2013.
Periode peristiwa (event period) dalam penelitian ini adalah
berupa periode pengamatan harian disekitar hari pengumuman kenaikan
BI Rate. Periode peristiwa (event period) yang diambil adalah dari
sepuluh hari perdagangan saham sebelum terjadinya peristiwa (t-10)
hingga sepuluh hari perdagangan saham setelah terjadinya peristiwa
(t+10). Penggunaan Periode pengamatan 21 hari disekitar tanggal
pengumuman BI Rate (t=0) diambil dengan harapan reaksi pasar sudah
dapat terlihat selama periode tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam
(Hua & Ramesh, 2013), apabila event period yang diambil terlalu
panjang dikhawatirkan terdapat peristiwa lain selain peristiwa yang
ditinjau yang juga menimbulkan reaksi investor, sehingga terjadi bias.
4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode penelitian. Penggunaan indeks LQ45 sebagai objek dalam
29
penelitian ini dikarenakan dianggap indeks yang terdiri dari 45 saham
perusahaan tercatat yang memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi
pasar yang baik, sehingga perusahaan yang termasuk di LQ45 aktif
diperdagangkan di pasar modal, sehingga diharapkan saham yang aktif
akan lebih mudah dilihat perubahan atas event atau informasi baru.
Teknik pengambilan pada penelitian ini adalah dengan metode
purposive sampling dengan menggunakan beberapa kriteria tertentu.
Pada penelitian ini kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
antara lain adalah:
1. Perusahaan yang termasuk dalam anggota Indeks LQ 45 periode
Agustus 2013 - Januari 2014
2. Setiap hari diperdagangkan selama periode penelitian.
3. Selama periode pengamatan 21 hari terhadap pengumuman kenaikan
BI Rate 12 November 2013, perusahaan tidak melakukan corporate
action dan kebijakan lainnya yang diperkirakan dapat berpengaruh
terhadap return saham.
4. Memiliki data yang lengkap yang diperlukan dalam penelitian ini.
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Trading Volume Activity (TVA)
Trading volume activity (TVA) atau sering disebut
sebagai aktifitas volume perdagangan adalah jumlah saham yang
diperdagangkan pada hari tertentu. TVA adalah alat yang
30
digunakan untuk melihat tingkat likuiditas saham dan juga untuk
melihat apakah informasi pengumuman kenaikan BI Rate dinilai
sebagai sesuatu yang informatif bagi investor.
Pergerakan volume perdagangan saham juga dapat
mencerminkan reaksi pasar terhadap dikeluarkannya suatu
pengumuman baru. Apabila pasar menanggapi secara positif
suatu informasi baru maka volume perdagangan saham juga
akan mengalami kenaikan positif pula. Reaksi pasar ditunjukkan
dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada
waktu informasi diumumkan oleh semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut.
Trading Volume Activity (TVA) dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
4.4.2. Abnormal Return
Menurut Tandelilin (2010:609) Abnormal return saham
atau return tak normal (RTNi) merupakan selisih (positif atau
negatif) dari return aktual terhadap return normal. Return
normal merupakan return ekspektasian (return yang diharapkan
oleh investor). Untuk menghitung abnormal return dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
ARit = Rit – Rmt
31
Keterangan:
ARit = Abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ket
Rit = Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i
pada periode peristiwa ke-t
Rmt = Return ekpektasi pasar untuk periode peristiwa ke-t.
Untuk menghitung return ekspektasi (expected return)
menurut Brown dan Walner (1985) dalam Jogiyanto (2010:610)
dapat menggunakan tiga bentuk model, yaitu:
1. Mean Adjusted Model
Model ini menganggap bahwa return ekspektasi
bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return
realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Periode
estimasi merupakan periode sebelum peristiwa.
2. Market Model
Perhitungan return ekspektasi dengan market model
dilakukan dengan membentuk model ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan
kemudian menggunakan model ekspektasi tersebut untuk
mengestimasi return ekspektasinya di periode peristiwa
(event period)
3. Market Adjusted Model
Model ini menganggap bahwa untuk
mengestimasikan return suatu peristiwa akan lebih baik
32
bila menggunakan return indeks pasar pada saat tersebut.
Pada model ini tidak digunakan periode estimasi untuk
membentuk model estimasi karena return sekuritas yang
diestimasikan sama dengan return indeks pasar.
Dalam penelitian ini menggunakan model disesuaikan
pasar (marketadjusted model) yang menganggap bahwa penduga
terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return
indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model
ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi, karena
return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return
indeks pasar (Jogiyanto, 2013:612). Berikut adalah rumus
menghitung Market Adjusted Model :
Rmt = ( IHSGt – IHSGt-1 )
IHSG t-1
Keterangan :
Rmt = Return pasar
IHSGt = Indeks harga saham gabungan penutupan pada
peride t
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan penutupan pada
periode sebelumnya (t-1)
33
Untuk menghitung return sesungguhnya yang terjadi
maka digunakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya yang diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto,
2010: 236):
Rit = Pit - Pit-1
Pit-1
Keterangan:
Rit = Return realisasi sekuritas I pada hari ke-t
Pit = Harga saham sekarang relatif
Pit = Harga saham hari sebelumnya
Selanjutnya untuk menghitung average abnormal return
untuk mengestimasi rata-rata dari semua jenis saham secara
harian sehingga dapat dilihat reaksi yang paling kuat dari
seluruh jenis saham pada hari-hari di periode jendela. Average
Abnormal Return adalah rata-rata dari selisih antara return
sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
AARt = Rata-rata Return Tidak Normal (Average
Abnormal Return) pada hari ke t.
34
ARit = Return Tidak Normal (Abnormal Return) untuk
sekuritas ke-i pada hari ke t
k =Jumlah saham yang terpengaruh oleh
pengumuman peristiwa.
4.5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi
kepustakaan dan dokumentasi. Menurut Akis (2012) studi kepustakaan
merupakan metode yang digunakan dengan dengan cara mencari dan
mempelajari buku, jurnal dan penelitian lainnya yang memiliki kaitan
dengan penelitian ini yang dapat dijadikan landasan teori, sedangkan
metode dokumentasi merupakan metode yang dilakukan dengan
mempelajari dokumen-dokumen atau data yang dibutuhkan melalui
literatur-literatur yang berkaitan maupun diambil melalui situs website
yang menyediakan data tersebut.
Kedua metode diatas disebut juga dengan metode pengumpulan
data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara
tidak langsung melalui perantara, seperti melalui orang lain atau
dokumen (Akis, 2012). Data sekunder yang diambil berupa :
1. Data harga penutupan harian (closing price) pasar saham
perusahaan anggota LQ45 pada 21 hari pengamatan yang
tersedia pada www.idx.co.id.
35
2. Data volume perdagangan (Trading Volume Activity) harian
saham perusahaan anggota LQ45 yang tersedia pada Indonesia
Capital Market Directory (ICMD) .
3. Data harga penutupan (closing price) harian IHSG yang
tersedia pada www.idx.co.id
4.6. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis event study
yang bertujuan untuk mengamati pergerakan harga saham di pasar
modal sebagai akibat informasi mengenai pengumuman meningkatnya
BI Rate tertanggal 12 November 2013. Metode yang digunakan adalah
model analisis Paired Sample T Test atau Mann-Whitney Test
tergantung dengan distribusi datanya, analisis dilakukan dengan
menggunakan bantuan program software SPSS 19.0. Sebelumnya data
yang terkumpul akan dianalisis secara bertahap dengan dilakukan
analisis statistik deskriptif terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan
pengujian statistik dengan uji distribusi normal dengan menggunakan
uji kolmogorov-smirnov. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan
pengujian hipotesis parsial untuk masing-masing variabel penelitian
dengan menggunakan uji analisis Paired Sample T-Test apabila data
berdistribusi normal dan model uji analisis Mann-Whitney Test apabila
data berdistribusi tidak normal. Untuk tingkat signifikansi atau nilai alfa
(α), menurut Ghozali (2009:106) nilai alfa yang umum dipakai adalah
36
0,05 dan 0,01, kemudian data ditetapkan berdistribusi normal jika
signifikansinya lebih dari 0,05 atau 5%. Penjelasan tahapan
pengujiannya adalah sebagai berikut:
4.6.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, dan varian dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menentukan tingkat rata-rata (mean), standar deviasi, dan
varian dari Trading Volume Activity atau volume
perdagangan saham dan abnormal return sebelum dan
sesudah pengumuman kenaikan BI Rate ditinjau dari
perusahaan anggota index LQ45.
2. Menentukan perbedaan mean (naik atau turun) dari
Trading Volume Activity atau volume perdagangan saham
dan abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah
pengumuman kenaikan BI Rate.
4.6.2. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah
data yang digunakan pada penelitian ini telah terdistribusi secara
normal atau tidak. Menurut Ghozali (2009:107) Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model, variabel
penggangu atau residual mempunyai distribusi normal. Kalau
37
hal ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Terdapat dua cara mendeteksi apakah
residual terdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik.
Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan
dengan uji kolmogorov-smirnov test. Uji statisitik kolmogorov-
smirnov dipilih karena lebih peka untuk mendeteksi normalitas
data dibandingkan dengan pengujian dengan menggunakan
grafik yang memiliki risiko salah yang tinggi jika tidak teliti.
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau
tidak. Sampel berdistribusi normal apabila Asymptotic sig >
tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian, dalam hal
ini adalah 95% atau α=5%. Sebaliknya dikatakan tidak normal
apabila asymptotic sig < tingkat keyakinan. Jika hasil uji
menunjukan sampel berdistribusi normal maka uji beda yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametrik
(paired sampel t-test). Tetapi jika sampel tidak berdistribusi
normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah uji non parametrik (Mann-Whitney Test)
4.6.3. Uji Hipotesis
Hasil uji normalitas data digunakan untuk menentukan
alat uji apa yang paling sesuai digunakan dalam pengujian
38
hipotesis. Apabila data berdistribusi normal maka digunakan uji
parametrik Paired Sample T-Test. Sementara apabila data
berdistribusi tidak normal maka digunakan uji non-parametrik
yaitu Mann-Whitney Test yang lebih sesuai digunakan. Kedua
model uji beda tersebut popular digunakan untuk menganalisis
model penelitian pre-post atau sebelum dan setelah. Uji beda
digunakan untuk mengevaluasi perlakuan (treatment) tertentu
pada satu sampel yang sama pada dua periode pengamatan yang
berbeda. Pengamatan tertentu pada penelitian ini adalah
peristiwa pengumuman kenaikan BI Rate. Jika perlakuan
tersebut tidak berpengaruh terhadap objek maka nilai rata-rata
pengukurannya adalah sama antara sebelum dan sesudah maka
pasar menganggap bahwa pengumuman kenaikan BI Rate bukan
merupakan informasi yang ditanggapi para investor di pasar
modal.
1. Paired Sample T-Test (Uji T Sampel Berpasangan)
Paired Sampel T Test atau uji T sampel berpasangan
merupakan uji parametrik yang digunakan untuk menguji
hipotesis sama atau tidak berbeda antara dua variabel.
Data berasal dari dua pengukuran atau dua periode
pengamatan yang berbeda yang diambil dari subjek yang
dipasangkan. dengan tingkat keyakinan yang digunakan
pada penelitian ini adalah (1-α) sebesar 95% dan derajat
39
kebebasan (n-1) dengan tingkat signifikansi 5% (0,05).
Data yang digunakan diolah dengan program SPSS 19 dan
Microsoft Excel.
Pengkajian statistik dengan menggunakan uji-t
berpasangan mempunyai tujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan rata-rata antara abnormal return dan
volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
pengumuman, dalam hal ini adalah pengumuman kenaikan
BI Rate. Signifikansi tersebut digunakan untuk menentukan
apakah abnormal return dan volume perdagangan saham
secara statistik menolak atau menerima hipotesis yang telah
di tetapkan.
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai
berikut:
1. Hipotesis diterima apabila nilai t hitung > t tabel
atau –t hitung < -t tabel, artinya terdapat perbedaan
abnormal return dan trading volume activity
sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan BI
Rate.
2. Hipotesis ditolak apabila nilai t hitung < t tabel atau
–t hitung > -t tabel, artinya tidak terdapat perbedaan
abnormal return dan trading volume activity
40
sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan BI
Rate.
3. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat
signifikansi α = 5% atau 0,05. Apabila hasil
signifikansi hasil dari statistik di bawah 0,05 berarti
terdapat perbedaan abnormal return dan trading
volume activity sebelum dan sesudah pengumuman
kenaikan BI Rate, yang artinya hipotesis diterima.
Sementara itu, apabila hasil signifikansi hasil dari
statistik di atas 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan
abnormal return dan trading volume activity
sebelum dan sesudah pengmuman kenaikan BI Rate,
yang artinya hipotesis ditolak.
2. Mann-Whitney Test
Statistic non-parametric dijadikan alternatif
apabila data penelitian yang digunakan sulit dianalisis
dengan statistic parametric, seperti :
1. Sampel yang dipakai untuk analisis tidak terdistribusi
normal.
2. Jenis data yang dianalisis adalah data kualitatif
(nominal dan ordinal).
3. Jumlah populasi atau sampel sangat kecil
41
Uji Mann-Whitney digunakn untuk menguji
hipotesis komperatif dua sampel independen yang datanya
berbentuk ordinal dan dapat digunakan apabila data tidak
normal. Data yang digunakan diolah dengan bantuan
program SPSS 19, dengan tingkat keyakinan yang
digunakan pada penelitian ini adalah (1-α) sebesar 95%
dan derajat kebebasan (n-1) dengan tingkat signifikansi
5% (0,05).
Pengambilan keputusan dilihat pada nilai Sig. pada
ouput SPSS, apabila pada output nilai Sig. menujukkan >
5% maka Hipotesis tidak dapat diterima karena
menujukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal
return dan trading volume activity antara sebelum dan
sesudah pengumuman kenaikan BI Rate. Sebaliknya,
apabila nilai Sig. pada output < 5% maka menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan abnormal return dan trading
volume activity sebelum dan sesudah pengumuman
kenaikan BI Rate, sehingga dapat dikatakan bahwa
informasi kenaikan BI Rate tersebut merupakan sinyal
bagi investor yang menyebabkan pasar modal bereaksi.
42
DAFTAR PUSTAKA
Akis, Aldair Rorin. 2012. Pengaruh Pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) Terhadap Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham. Skripsi. Semarang :Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Bernanke, Ben & Kuttner, Kenneth. 2005. “What Explains The Sthock Market’s Reaction to Federal Reserve Policy?”. The Journal of Finance. Vol. LX, No.3.
Birru, Justin & Figlewski, Stephen. 2010. The Impact of the Federal Reserve’s Interest Rate Target Announcement on Stock Price : A Closer Look at How the Market Impounds New Information. Script. New York University Stren School of Business.
Fama, F. Eugene. 1997. Market Efficiency, Long-Term Return, and Behavioral Finance. Journal of Finance Economics, Vol.49, pp: 283-306.
Ghozali,Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Harahap, Azwar. 2012. Analisis Perbedaan Return Dan Abnormal Return Saham Sebelum Dan Setelah Pengumuman Right Issue Pada Lembaga Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi, Volume 20, Nomor 3.
http://bi.go.id
http://www.idx.co.id
Hua, Liu & Ramesh, Skanthavrathar. 2013. A Study on Stock Split Announcements and its Impact on Stock Prices in Colombo Stock Exchange (CSE) of Sri Langka. Global Journal of Management and Business Research Finance, Vol. 13 Issue. 6.
Iswardono, 1999, Suku Bunga Diturunkan Investasi Akan Meningkat?, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol 14
Jogiyato, Hartono. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE
43
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia, Vol. 8 No. 1 Hal : 53-64
Komaling, Anastasya Milsa. 2013. Reaksi Pasar Atas Secondary Right Issue Pada Perusahaan yang Go Publik di Indonesia. Jurnal EMBA, Vol.1 No.3, Hal:118-128.
Linawati, Diana. 2009. “Dampak Pengumuman Kenaikan BI Rate Tanggal 07 Oktober 2008 Terhadap Abnormal Return dan Trading Volume Activity”. Tesis. Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP.
Rokhman, M. Taufiq Noor ; Afandy, Didied P ; dan Kiptiyah, S.M. “Analisis Return, Abnormal Return, Aktivitas Volume Perdagangan dan Bid-Ask Spread Saham di Seputar Pengumuman Stock Split”. Wacana, Vol.12 No. 4 Hal: 662-677.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga
Sirait, Rica Syafitri; Tiswiyanti, Wiwik & Mansur, Fitrini. 2012. Dampak Pergantian Menteri Keuangan Ri Tahun 2010 Terhadap Abnormal Return Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. E-Jurnal Binar Akuntansi Vol. 1 No. 1, Hal : 14-22.
Tandelilin, Eduardus.2010.Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.
Tjahjono, Heru Kurnianto. 2004. Pengaruh Kurs dan Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham LQ 45. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan Vol 5
Ulumuddin, Ahmad Syahirul. 2010. “Pengaruh Pengumuman Penuruan BI Rate Terhadap Return dan Risiko Saham Sektor Perbankan Indonesia Juni 2009”. Skripsi. Malang : Fakultas Ekonomi UIN MMI.
Yanti, Firga. 2012. “Pengujian Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Peluncuran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”. Jurnal Manajemen, Vol.01 No. 1 Hal: 1-17.
Yusuf, Sri Dewi ; Djazuli, Atim & Susanto, H.M. Harry. 2009. “Analisis Reaksi Investor Terhadap Pengumuman Right Issue Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Wacana Vol. 12 No. 4, Hal: 792-814.
44