proposal skripsi
DESCRIPTION
proposalTRANSCRIPT
![Page 1: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/1.jpg)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI
PALEMBANG
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA PINJAMAN DAN EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2000-2009
Diajukan Oleh:
MARLIN ASTRIT UTAMI
51071002003
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi
2011
![Page 2: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peranan Bank dalam mendukung kegiatan dunia usaha kecil dan menengah sangat
besar. Perbankan bekerja untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Perkembangan
dunia perbankan merupakan bagian utama dari sisi keuangan kita, tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan pemerintah dalam menggalakkan sistem perkreditan bagi masyarakat. Jasa yang
diberikan bank adalah jasa lalu lintas peredaran uang. Melalui bank kita dapat memperoleh
kredit atau pinjaman uang untuk operasi usaha kecil dan menengah yang dijalankan.
Tujuan daripada Perbankan Indonesia yaitu, menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional kearah peningkatan dari kesejahteraan rakyat banyak. Berdasarkan dari uraian ini,
dapat disimpulkan bahwa dunia Perbankan tidak akan terlepas dari pembangunan Nasional
Negara kita.
Menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 21 ayat 11, Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembangian keuntungan (Manurung,
2004:185).
Selanjutnya peran bank dalam mendukung kegiatan bisnis pasti akan sangat besar
pula. Dimana kita ketahui, bahwa bank bekerja dalam menyalurkan kredit bagi masyarakat.
Kredit bank diperlukan bagi pengusaha kecil, pengusaha menengah, dan juga pengusaha yang
telah memiliki modal besar.
![Page 3: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/3.jpg)
Sehubungan dengan usaha pemerintah dalam meningkatkan fungsi dari dunia bisnis di
Indonesia untuk memacu laju perekonomian Negara, maka dalam hal ini Pemerintah harus
memperhatikan peran dan fungsi dari perbankan Indonesia. Sistem perbankan di Indonesia
diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992 (di ubah dengan UU No. 10 Tahun 1998) Tentang
perbankan di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat.
Semakin besar tingkat atau proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan,
maka semakin besar pula jumlah investasi kredit yang dimiliki perusahaan. Dengan besarnya
volume penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan tersebut harus menyediakan
investasi yang lebih besar lagi. Dengan adalahnya penjualan kredit yang dilakukan, maka
akan timbul kemungkinan resiko yang dihadapi seperti munculnya berbagai biaya seperti,
menambah pegawai yang mengurus dan mengawasi administrasi kredit. Saat semua masalah
ini bermunculan, maka secara otomatis akan menghambat kelancaran operasional perusahaan
yang harus di capai. Prinsip – prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C yaitu (kasmir,
2004: 91-92):
1. Character
Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur.
Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak
dari orang – orang yang akan diberikan kredit bener – bener dapat dipercaya.
2. Capacity (capability)
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan
dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba,
sehingga pada akhirnya terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang
disalurkan.
![Page 4: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/4.jpg)
3. Capital
Capital adalah untuk mengetahui sumber – sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah
terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun
non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di
masa yang akan datang sesuai sektor masing – masing.
Sementaran itu penelitian dengan 7P kredit adalah (Kasmir, 2004: 93):
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari – hari
maupun masa lalu.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan –
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
3. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis
kredit yang diinginkan nasabah.
4. Prospect
Yaitu menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau
tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
![Page 5: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/5.jpg)
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil
atau dari sumber nama saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank, namun
melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang
atau jaminan asuransi.
Dengan memperhatikan kelima konsep ini, maka perusahaan selalu selektif dalam hal
melakukan pemberian kredit kepada pelanggan (costumer).
Oleh karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung banyak resiko, maka
dibutuhkan suatu pengelolaan, dan pengaturan dalam pemberian kredit agar tingkat resiko
yang ditanggung oleh bank bisa sekecil mungkin. Akhir-akhir ini perbankan Indonesia
mengalami kesulitan menghadapi kredit bermasalah sejak kondisi ekonomi yang belum pulih
dari krisis global saat ini. Tentu banyak hal yang menjadi penyebab masalah-masalah tersebut
ditambah dengan perubahan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah atau justru peraturan
bank sendiri yang telah digariskan sebelumnya, serta pengaruh dari keadaan sosial politik
yang kurang baik dan tidak mendukung keamanan secara nasional, misalnya dalam
menetapkan tingkat suku bunga per periode tertentu berdasarkan kondisi tadi. Begitupun
dengan masalah yang dihadapi para pelaku ekonomi dan masyarakat yang cukup
mengandalkan kredit dalam mengembangkan usaha mereka.
![Page 6: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/6.jpg)
Perkreditan merupakan tulang punggung di dalam usaha bank. Bila diamati dalam
neraca, maka portofolio perkreditan merupakan kelompok earning asset yang mendominasi
sisi aktiva dalam neraca. Oleh karena itu pengolaan kredit harus sebaik mungkin mengingat
kredit merupakan asset utama dan sekaligus sebagai sumber pendapatan bank.
Kelancaran pemberian kredit sangatlah tergantung pada peranan bank itu sendiri maupun
kesadaran dari pihak nasabah untuk menyelesaikan kreditnya sebagaimana yang telah
disepakati. Dengan adanya prosedur pemberian kredit yang efisien dan efektif diharapkan
dapat terpenuhinya kebutuhan dana yang diperlakukan baik oleh perusahaan maupun
masyarakat luas. Dari analisa diatas dapat terlihat seperti terdapat hubungan yang terkait
antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi. Atas dasar ini maka penulis mencoba
meneliti keterkaitan antara dua variable secara parsial. Maka penulis mengambil judul untuk
penelitian ini adalah “ Analisis Pengaruh Suku Bunga Pinjaman dan Ekspor Non Migas
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 2000-2009 ”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana pengaruh suku bunga pinjaman dan ekspor non migas terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2000 – 2009?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suku bunga pinjaman
dan ekspor non migas terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2000 – 2009.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian, yaitu :
![Page 7: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/7.jpg)
a. Hasil penelitian ini dapat mengetahui pengaruh suku bunga pinjaman dan ekspor non
migas terhadap pertumbuhan ekonomi.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu ekonomi khususnya untuk bidang
moneter dan dapat membuktikan sumbangan bagi perkembangan ilmu ekonomi pada
umumnya dan ilmu ekonomi moneter pada khususnya. Hasil kajian ini juga dapat
menjadi referansi bagi peneliti selanjutnya.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah untuk meninjau
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
d. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengambil
kebijakan terkait dengan meningkatkan ekspor non migas Indonesia.
BAB II
![Page 8: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/8.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan
dalam suatu negara (Sukirno, 2008, hal:36). Pengertian berbeda dituliskan dengan huruf besar
P dan N, dimana Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor
produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu
(Sukirno, 2008, hal : 36). Terdapat beberapa cara yang digunakan dalam perhitungan
pendapatan nasional, yaitu pendapatan nasional bruto dan pendapatan domestik bruto.
Gross National Product (GNP) atau disebut juga dengan Pendapatan Nasional Bruto
(PNB) merupakan nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-
faktor produksi milik warga negara tersebut, termasuk nilai produksi yang diwujudkan oleh
faktor produksi yang digunakan di luar negri, namun tidak menghitung produksi yang
dimiliki penduduk atau perusahaan dari negara lain yang digunakan di dalam negara tersebut
(Sukirno, 2008, hal:35).
Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa final yang diproduksi dalam sebuah
negara pada suatu periode (Mankiw, 2006, hal:6), meliputi faktor produksi milik warga
negaranya sendiri maupun milik warga negara asing yang melakukan produksi di dalam
negara tersebut.
2.1.2.Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan
Menurut teori ini garis besar proses pertumbuhan mirip dengan teori Harrod-Domar,
dimana asumsi yang melandasi model ini yaitu:
![Page 9: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/9.jpg)
1. Tenaga kerja (atau penduduk) tumbuh dengan laju tertentu, misalnya P pertahun.
2. Adanya fungsi produksi Q = f (K, L) yang berlaku bagi setiap periode.
3. Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh masyarakat yang
dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output (Q). Tabungan masyarakat S =
sQ; bila Q naik S juga naik, dan sebaliknya.
4. Semua tabungan masyarakat di investasikan S = I = ∆K.
Sesuai dengan anggapan mengenai kecenderungan menabung, maka dari output
disisakan sejumlah proporsi untuk ditabung dan kemudian di investasikan. Dengan
begitu, maka terjadi penambahan stok kapital (Nelly, 2007, hal:15).
b. Teori Klasik (Adam Smith)
Dalam perekonomian seperti yang digambarkan oleh Adam Smith, penentuan harga
menurut biaya tenaga kerja saja dapat diterapkan tanpa harus memperdulikan berapa jumlah
barang yang ada, pada abad keemasan ini penawaran dan permintaan tetap berlaku, tetapi
situasinya demikian sederhana sehingga kita tidak memerlukan teori yang rumit untuk
menerangkan hal ini.
Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Adam Smith ada tiga, yaitu :
1. Sumber daya alam yang tersedia (atau faktor produksi ’’tanah’’).
2. Sumber daya manusiawi (atau jumlah penduduk).
3. Stok barang modal yang ada.
Menurut Smith, sumber daya alam merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan
produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya alam yang tersedia merupakan ’’batas
maksimum’’ bagi pertumbuhan suatu perekonomian. Maksudnya, apabila sumber daya ini
belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan modal yang ada memegang
![Page 10: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/10.jpg)
peranan dalam pertumbuhan output. Akan tetapi, pertumbuhan output tersebut akan berhenti
jika semua sumber daya alam telah digunakan secara penuh.
Sumber daya manusiawi (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam
pertumbuhan output. Maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan
kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.
Stok modal, menurut Smith, merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan
tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output. Jumlah dan
tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal (sampai ’’batas
maksimum’’ dari sumber alam). Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa
secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah karena
pertambahan modal (sebagai input) akan langsung meningkatkan output. Sedangkan
pengaruh tidak langsung maksudnya adalah peningkatan produktivitas perkapita yang
dimungkinkan oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Makin
besar stok modal, makin besar kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan pembagian kerja
yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas per kapita.
Menurut Smith, potensi pasar akan dapat dicapai secara optimal apabila setiap
masyarakat diberi kebebasan untuk melakukan pertukaran dan melakukan kegiatan
ekonominya. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan pembenahan atau
penghilangan peraturan – peraturan, undang – undang yang jadi penghambat kebebasan
berusaha dari kegiatan ekonomi, baik antara warga negara di suatu negara maupun antara
warga masyarakat antar negara.
c. Teori Keynesian (Harold – Domar)
![Page 11: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/11.jpg)
Teori Harold-Domar ini merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan
ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap
karena tidak membicarakan mengenai masalah – masalah ekonomi jangka panjang. Dengan
kata lain teori ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian dapat
tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth) dalam jangka panjang.
Teori Harold-Domar ini mempunyai beberapa asumsi, yaitu :
Perekonomian dalam keadaan full employment (tenaga kerja penuh dan barang –
barang modal yang terdiri dalam msyarakat digunakan secara penuh. Perekonomian terdiri
dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Besarnya tabungan
masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional.
Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity of save = MPS) besarnya
tetap, demikian juga rasio antara modal-output (capital output ratio = COR) dan rasio
pertambahan modal-output (incremental capital output ratio = ICOR). Dengan demikian
seperti yang terdapat dalam analisis Harold-Domar, pertumbuhan ekonomi yang teguh akan
mencapai kapasitas tenaga kerja penuh (full employment) dalam jangka panjang.
2.1.3. Teori Tingkat Bunga Klasik
Tingkat bunga adalah salah satu indikator dalam membuat sebuah keputusan apakah
seseorang akan melakukan investasi atau menabung. Menurut teori klasik, bunga adalah
”harga” dari (penggunaan) loanable funds. Bunga adalah ”harga” yang terjadi di pasar dana
investasi. Dalam suatu periode, ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi
apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini
adalah kelompok penabung (Boediono; 2001: 77).
Secara total tabungan mereka membentuk penawaran loanable funds. Di lain pihak
dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, salah satunya
![Page 12: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/12.jpg)
untuk konsumsi lebih atau untuk tambahan dana operasi atau perluasan usahanya. Mereka ini
adalah investor dan jumlah keseluruhan kebutuhan permintaan mereka akan membentuk
permintaan loanable funds. Selanjutnya penabung dan investor ini bertemu di pasar dan dari
proses permintaan dan penawaran akhirnya membentuk tingkat bunga keseimbangan.
Menurut teori harga barang terbentuk antara permintaan dan penawaran, begitu juga harga
uang (tingkat bunga) terbentuk oleh permintaan dan penawaran. Dalam teori klasik yang
berkaitan dengan permintaan yaitu investasi, sedangkan yang berhubungan dengan
penawaran adalah tabungan yang dilakukan oleh masyarakat. Kapan orang mau menabung
dan berinvestasi tergantung pada tingkat bunga, sehingga dari pertemuan antara penawaran
(orang yang mau menabung) maka terbentuklah tingkat harga uang yaitu tingkat bunga.
Untuk jelasnya proses tersebut dapat dilihat pada gambar kurva berikut ini :
Gambar 2.1
Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga
Penawaran (orang yang mau menabung) ditunjukan oleh kurva S dan permintaan
(orang yang mau berinvestasi) ditunjukan oleh kurva I. Keseimbangan tingkat bunga terjadi
pada titik r0, di mana jumlah tabungan sama dengan jumlah investasi S0. Jika tingkat bunga di
atas r0 maka jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi,
sehingga para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya pada investor, hal
ini akan menekan tingkat bunga turun ke posisi r0.
2.1.4. Teori Keynes
Lain halnya dengan Keynes yang mengatakan bahwa harga uang (tingkat bunga)
terbentuk oleh pertemuan antara permintaan uang dengan penawaran uang. Penawaran uang
ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia dan merupakan variabel oksogen, yang
besar kecil nilainya ditentukan oleh pemerintah melalui kebijakan moneter dan disebut
![Page 13: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/13.jpg)
likuiditas perekonomian. Artinya uang itu diciptakan oleh pemerintah untuk memperlancar
perekonomian. Sementara itu permintaan uang ditentukan oleh masyarakat melalui 3 motif,
yaitu motif tramsaksi, berjaga – jaga, dan spekulasi.
Menurut Keynes uang merupakan salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki seseorang
seperti halnya kekayaan dalam bentuk tabungan di bank, saham atau surat berharga lainnya.
Keputusan masyarakat mengenai berapa besar dari kekayaan mereka akan diwujudkan dalam
bentuk uang kas, tabungan atau surat berharga akan menentukan tingginya tingkat bunga.
Keynes (dalam Nopirin; 1986: 99) menyederhanakan modelnya dengan membagi kekayaan
dalam dua bentuk, yaitu uang kas dan surat berharga (obligasi). Keuntungan apabila
kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas adalah kemudahan dalam melakukan transaksi
sebab uang kas merupakan alat pembayaran yang paling likuid. Akan tetapi bentuk kekayaan
dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan berupa bunga. Sebaliknya kekayaan
dalam bentuk surat berharga di mana harganya dapat naik dan turun sehingga terdapat
kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau gain (Nopirin; 1986:
100).
Gambar 2.2
Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga
Gambar 2.2 berikut ini menggambarkan penjelasan Keynes di atas. Oleh karena
penawaran uang ditentukan oleh pemerintah maka kurvanya tegak lurus (inelastis sempurna),
sedangkan permintaan akan uang menurut Keynes mempunyai hubungan yang negative
dengan tingkat bunga (Nopirin; 1986: 102). Selanjutnya Keynes menyatakan, pertama
masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat
bunga turun di bawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan
kembali lagi ke tingkat normal. Jika mereka memegang surat berharga pada waktu tingkat
![Page 14: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/14.jpg)
bunga naik mereka akan menderita kerugian, sehingga untuk meghindari kerugian ini mereka
mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang kas
yang dipegang. Hubungan ini disebut motif spekulasi permintaan uang kas sebab mereka
melakukan spekulasi tentang harga surat berharga di masa yang akan datang. Kedua,
berkaitan dengan biaya memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin
tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan
masyarakat untuk memegang uang kas turun. Sebaliknya apabila tingkat bunga turun maka
ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik
(Nopirin; 1986: 101).
Apabila pada tingkat bunga di bawah tingkat keseimbangan, masyarakat akan
mengingginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang
dipegangnya. Usaha menjual surat berharga ini akan mendorong tingkat bunga naik kembali
sampai ke tingkat keseimbangan di titik E. sebaliknya apabila tingkat bunga berada di atas
keseimbangan, maka masyarakat menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli
surat berharga. Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga sehingga
tingkat bunga turun sampai keseimbangan tercapai (Nopirin; 1986: 102).
2.1.5. Teori Neo Keynesian
Teori ini merupakan gabungan daripada teori bunga klasik dan teori Keynesian.
Menurut teori klasik, uang dikatakan produktif apabila dana yang ada ditangan pengusaha
bias menambah modal dan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi, sedangkan
menurut Keynesian, uang dikatakan produktif apabila dapat digunakan seseorang untuk
berspekulasi di pasar surat berharga dengan kemungkinan memperoleh keuntungan
(Boediono; 2001: 83).
Ekonom terkemuka asal Inggris Sir John Hicks mengemukakan bahwa tingkat bunga
menjadi keseimbangan bagi perekonomian adalah apabila tingkat bunga memenuhi
![Page 15: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/15.jpg)
keseimbangan di pasar dana investasi sekaligus keseimbangan di pasar uang (Boediono;
2001: 84). Tingkat bunga keseimbangan umum inilah yang disebut dengan tingkat bunga
murni (rm). Alat analisis yang digunakan adalah kurva IS-LM.
Kurva IS adalah kurva yang menunjukan hubungan antara tingkat bunga dan
pendapatan yang sesuai dengan keseimbangan di pasar barang. Kurva LM ialah kurva yang
menunjukan hubungan antara tingkat bunga dan pendapatan yang sesuai dengan
keseimbangan di pasar uang (Roswita; 2001: 154).
Hicks (dalam Boediono; 2001: 84) menyatakan bahwa tabungan tidak hanya
ditentukan oleh tingkat bunga, tetapi juga pendapatan. Tabungan akan naik apabila
pendapatan nasional meningkat. Pendapatan nasional naik apabila investasi naik dan investasi
akan cenderung naik apabila tingkat bunga turun. Interaksi tersebut dapat dilihat pada gambar
2.3
Gambar 2.3
Tingkat Bunga Keseimbangan Hicks
Keterangan:
rm = Tingkat Bunga keseimbangan pada pasar dana investasi
Y = Pendapatan Nasional
Ye = Posisi keseimbangan pendapatan nasional
2.1.6. Teori Paritas Tingkat Bunga
![Page 16: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/16.jpg)
Teori ini adalah salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga
dalam sistem devisa bebas yaitu bila penduduk masing – masing negara bebas menjualkan
devisa. Pokok dari teori ini adalah bahwa system devisa bebas tingkat bunga di negara satu
akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan
mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu dengan negara alain. Hal ini dapat
dijabarkan menjadi:
In = If + E* atau If + E + biaya transaksi
dimana:
In = tingkat bunga nominal dalam negeri
If = tingkat bunga nominal di luar negeri
E* = laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing di
perkirakan akan terjadi.
Apabila tingkat bunga pinjaman dalam negeri lebih rendah dari tingkat bunga
pinjaman luar negeri, maka akan lebih menguntungkan bagi pemilik dana untuk
meminjamkan uangnya di luar negeri. Hal ini akan menyebabkan permintaan terhadap mata
uang asing meningkat dan membuat nilai tukar rupiah terdepresiasi. Dana akan mengalir ke
luar negeri dan ini mendorong tingkat bunga di dalam negeri naik (Roswita; 2000: 158).
2.1.7. Hubungan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dengan Suku Bunga Pinjaman
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem
diskonto (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia; 2006: 89).
Sertifikat Bank Indonesia adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk
menerapkan kebijakan moneter operasi terbuka yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Sertifikat Bank Indonesia ini pembeliannya dilakukan melalui sistem perbankan yang berupa
penempatan atau pencarian kembali dana – dana yang dimiliki perbankan BUMN (Badan
![Page 17: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/17.jpg)
Usaha Milik Negara) maupun perusahaan – perusahaan milik negara. Hasil penerimaan yang
diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia dinyatakan sebagai
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.
Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering kali dipersepsikan sebagai suku bunga
kebujakan Bank Indonesia, baik oleh pelaku pasar maupun oleh masyarakat secara umum.
Bukti empiris ini misalnya terlihat dari hasil survei Bank Indonesia yang menunjukan bahwa
pembentukan suku bunga deposito perbankan sangat dipengaruhi oleh suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (Anggaraini; 2007: 21).
Pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia yang cukup kuat terhadap
pembentukan suku bunga yang lain menjadi dasar pertimbangan untuk mengambil variabel
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sebagai salah satu faktor penting yang
mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman.
2.1.8. Teori Suku Bunga Pinjaman Secara Mikro
Dalam industri perbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga kredit
menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Bank – bank yang mampu
mengendalikan pokok dalam penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) akan mampu
menentukan bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan bank – bank lainnya.
Adapun komponen dalam menentukan suku bunga pinjaman menurut Kasmir (2002;
137) antara lain:
a) Laba yang diinginkan yaitu laba atau keuntungan yang ingin diperoleh bank
dan biasanya dalam persentase tertentu. Penentuan besarnya laba juga sangat
mempengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini biasanya bank disamping
melihat kondisi persaing juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama
atau bukan dan juga melihat sektor – sektor yang dibiayai, misalnya jika
![Page 18: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/18.jpg)
proyek pemerintah untuk pengusaha kecil, maka labanya pun berbeda dengan
komersil.
b) Cadangan Resiko Kredit Macet yaitu cadangan terhadap macetnya kredit yang
diberikan karena setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko
tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja.
Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga
menghadapinya.
c) Biaya Operasi ialah biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan
kegiatan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji, biaya administrasi, biaya
pemeliharaan, dan biaya – biaya lainnya.
d) Pajak ialah iuran yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan
fasilitas kredit kepada nasabahnya.
Bunga pinjaman tidak hanya didapat dalam bentuk kredit saja, tetapi pada setiap
kegiatan pinjam meminjam selalu terjadi pemungutan biaya sebagai imbalan dari peminjam.
Kebijaksanaan perbankan tentang bunga pinjaman tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
(Murharsyah; 1989: 15),yaitu:
1) Keadaan ekonomi dan keuangan.
Dalam hal ini diperhatikan adalah pasar uang. Apabila uang serta
pengedarannya terus meningkat, maka tingkat suku bunga perlu dinaikkan dan
sebaliknya apabila peredarannya lambat maka tingkat suku bunga harus
diturunkan.
2) Degree of risk
Dalam penyalurannya kredit mempunyai resiko, maka perlu diperhatikan
tentang jatuh tempo, nilai jaminan yang disediakan, dan prospek usaha dari
usaha yang bersangkutan selama kredit berjalan. Semakin tinggi resiko maka
![Page 19: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/19.jpg)
semakin tinggi pula tingkat suku bunga yang dikenakan dan sebaliknya rendah
resiko maka semakin rendah pula tingkat suku bunganya.
3) Hubungan rekening nasabah.
Hungan antara nasabah dan bank tercermin dalam mutasi keuangan yang
disalurkan melalui giro dan rekening pinjaman.
4) Kemampuan perusahaan nasabah dalam persaingan.
Baik terhadap barang buatan dalam negeri atau barang impor, bila
perdagangan menunjukan trend yang terus meningkat, maka tingkat suku
bunga perlu dipertimbangkan untuk diturunkan dan bila trend menurun maka
tingkat suku bunga perlu dinaikkan.
5) Cost of money dari bank.
Dana – dana yang dioperasikan oleh bank dalam bentuk penyaluran kredit
sebagian besar berasal dari luar bank yaitu dana masyarakat, maka bank
mengeluarkan biaya atas penggunaan dana itu yang disebut cost of money
sehingga tingkat suku bunga semakin tinggi.
2.1.9. Teori Permintaan Uang
Permintaan uang adalah istilah yang digunakan oleh para ekonomi untuk menerangkan
mengapa individu dan perusahaan memegang uang (mengapa bukan mempertahankan aset
yang lain). Ada dua alasan untuk itu:
- Transaction demand (kebutuhan untuk melakukan transaksi), yang menunjukkan
bahwa orang perlu uang untuk membeli sesuatu.
- Asset demand (kebutuhan untuk berjaga-jaga), yang menunjukkan keinginan untuk
memiliki harta/aset yang sangat lancar dan bebas resiko.
![Page 20: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/20.jpg)
Dengan kata lain, permintaan uang adalah jumlah unit moneter (berupa uang kartal
maupun uang giral) yang ingin dipegang sebagai harta tunai (yang mudah untuk dibelanjakan
segera).
2.1.10. Teori Penawaran Uang
Penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian. Kita
telah mengenal kebijakan moneter, yaitu kebijakan yang bertujuan untuk mengatur
penawaran uang / mengatur jumlah uang yang beredar. Jadi penawaran uang merupakan
tugas pemerintah melalui bank sentral (Bank Indonesia).
2.2.Penelitian Terdahulu
2.3. Kerangka Pikir
![Page 21: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/21.jpg)
2.4. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan – penjelasan diatas, maka dapat dibuat hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang negatif antara suku bunga pinjaman dan pertumbuhan
ekonomi.
2. Terdapat hubungan yang positif antara ekspor non migas dan pertumbuhan
ekonomi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Suku Bunga Pinjaman
Cadangan Devisa
Ekspor
Permintaan Kredit
Investasi
Pendapatan
Nasional
![Page 22: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/22.jpg)
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengemukakan selama 10 tahun antara tahun 2000 - 2009 pengaruh
suku bunga pinjaman dan ekspor non migas terhadap pertumbuhan ekonomi. Suku bunga
diukur dalam persentase, ekspor non migas dipakai dengan ukuran dollar AS dan
pertumbuhan ekonomi diukur dengan persentase.
3.2. Variabel Penelitian
Pada proposal kali ini penulis menggunakan tiga variabel, yang terdiri dari dua
variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari suku bunga pinjaman dan
ekspor non migas sedangkan variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi.
Batas – batas variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Pertumbuhan Ekonomi
Tujuan dari pertumbuhan ekonomi yang stabil berkaitan erat dengan tujuan penyediaan
lapangan kerja yang tinggi karena dunia usaha lebih mungkin menginvestasikan pada
peralatan modal untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi ketika
pengangguran rendah. Sebaliknya, jika pengangguran tinggi dan pihak – pihak pabrik tidak
digunakan, kondisi ini tidak menandakan suatu perusahaan untuk berinvestasi dalam pabrik –
pabrik dan peralatan tambahan. Meskipun, dua tujuan ini berkaitan erat, kebijakan dapat
secara khusus ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan secara langsung
mendorong perusahan untuk berinvestasi atau dengan mendorong orang untuk menabung,
yang akan memberikan lebih banyak dana bagi perusahaan untuk berinvestasi. Pada
kenyataannya, ini merupakan tujuan yang dinyatakan dari kebijakan ekonomi sisi penawaran
(supply-side economics), yang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan
menyediakan insentif pajak bagi dunia usaha untuk berinvestasi dalam fasilitas dan
![Page 23: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/23.jpg)
perlengkapan dan bagi pembayar pajak untuk menabung lebih banyak (Mishkin, 2008,
hal:59). Ada juga debat aktif mengenai apa peranan kebijakan moneter dalam mendorong
perekonomian:
1. Stabilitas Pasar Keuangan (Stability of Financial Market).
2. Stabilitas Suku Bunga (Interest-Rate Stability).
3. Stabilitas di Pasar Valuta Asing (Stability in Foreign Exchange Market).
b. Suku Bunga Pinjaman
Suku bunga pinjaman adalah suku bunga yang didalamnya telah menampung
besarnya spread yang dikehendaki oleh bank.
c. Ekspor
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara
lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah
tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya
ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea
cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan
internasional, lawannya adalah impor (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia).
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang diolah
dari Badan Pusat Statistik, Laporan Bank Indonesia dan buku-buku serta artikel-artikel yang
berhubungan dan berkaitan dengan penelitian ini.
3.4. Instrumen Penelitian
Dalam menganalisis pengaruh suku bunga pinjaman dan ekspor non migas terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2000 – 2009 digunakan teknis analisis kualitatif
![Page 24: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/24.jpg)
dan teknis kuantitatif dengan menggunakan data time series. Teknis analisis kualitatif
dilakukan dengan menganaslisi permasalahan berdasarkan teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini sedangkan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode regresi berganda
yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang memperngaruhi pertumbuhan ekonomi yang
ditunjang dari sisi suku bunga pinjaman dan ekspor non migas Indonesia periode 2000 –
2009.
Hubungan antara variable dan dependen sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2
Pe = α + β1i + β2Nx + e
Dimana : α : konstanta
β : parameter
i : suku bunga pinjaman
Y = Pe : pertumbuhan ekonomi
Nx : ekspor non migas
e : error
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Kualitatif
Analisis secara kualitatif untuk menjelaskan pengaruh suku bunga pinjaman dan
ekspor non migas terhadap pertumbuhan ekonomi, selain itu untuk menjelaskan angka-angka
dari yang disajikan dalam bentuk diagram. Analisis kualitatif juga digunakan untuk
![Page 25: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/25.jpg)
menjelaskan hubungan antara variabel dengan melihat perkembangan data-data yang
digunakan dalam penelitian ini.
3.5.2. Analisis Kuantitatif
Teknik analisis kuantitatif deskriptif digunakan untuk mengukur hubungan antar
variable yang mana dapat dilihat apakah variabael – variable independen tersebut
mempengaruhi variable dependen secara signifikan.
3.5.2.1. Analisis Secara Ekonometrika
Pengujian secara ekonometrika dilakukan dengan cara yakni :
a. Uji Multikolineritas
Mutikolineritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel
independen dapat dinyatakan dari variabel dependen lainnya atau
menunjukkan derajat kolineritas yang tinggi diantara varabel-variabel bebas.
Akibat adanya multikolineritas adalah:
1) Dugaan parameter sangat sensitif terhadap perubahan observasi.
2) Interval koefisien terjadi sangat besar.
3) Standar deviasi (error) dengan koefisien sangat tinggi, ada
kecenderungan hipotesis nol untuk selalu diterima walaupun
sesungguhnya harus ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa penguji
tidak sah.
Deteksi adanya multikolineritas dapat dilihat dari :
a) Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolineritas adalah :
- Mempunyai nilai VIF sekitar angka 1
- Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1
![Page 26: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/26.jpg)
a) Besaran kolerasi antar variable independen
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolineritas adalah koefisien korelasi antar
variable independent haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasi kuat maka terjadi
problem multikolineritas.
b. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamat. Dengan
adanya heterokedastisitas maka penaksiran (estimator) yang diperoleh menjadi tidak
efisien dan kesalahan baku koefisien regresi akan terpengaruh, sehingga memberikan
indikasi yang salah dan koefisien determinasi memperlihatkan daya penjelasan yang
terlalu besar. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
Deteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik (scatter plot) dari penguji model regresi. Jika ada pola tertentu, seperti titik e
(point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedastisitas. Namun jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 sumbu Y, maka
tidak terjadi heterokedastisitas.
Penguji gejala heterokedastisitas pada model regesi awal regersi berganda pada
penelitian ini menunjukkan grafik (scatter plot) dengan pola yang jelas membentuk
seperti kurva maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model ini ada
problem tersebut, langkah yang dapat dilakukan antara lain dengan mengeluarkan salah
satu variabel bebas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi
dengan gangguan pada periode yang lain. Untuk pengujian autokorelasi ini digunakan Uji
![Page 27: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/27.jpg)
Durbin Watson (DW), dengan hipotesis nol tidak ada autokorelasi pada model baik
autokorelasi positif maupun negatif.
2. Analisis Secara Statistik
Pengujian secara statistik dilakukan dengan cara, yaitu :
a. Uji t-Statistik
Pada penelitian ini dilakukan Uji T untuk menguji signifikansi atau pengaruh dari kredit
modal kerja terhadap ekspor di Indonesia dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%
atau α (level of significant) sebesar 5% (0,05).
Hipotesis :
Ho : Koefisien regresi tidak significant
H1 : Koefisien regresi significant
Pengambil keputusan (berdasarkan probabilitas )
- Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
- Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Selain itu pengujian secara parsial menggunakan Uji T juga dapat dilakukan melalui uji
dua sisi dengan tetap menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau α = 5% (0,05) dan
derajat kebebasan (df) sebesar n – k sehingga akan didapat nilai t-tabel. Nilai t-tabel
diperoleh dengan menentukan derajat kebebasan sebesar n – k, dimana n adalah banyak
tahun observasi, k ialah banyaknya koefisien yang terdapat dalam persamaan (tidak
termasuk intersept) pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
- Apabila t hit > t table maka Ho ditolak, artinya variable bebas berpengarh terhadap
variable terikat (significant)
![Page 28: Proposal Skripsi](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022103005/55cf968e550346d0338c4506/html5/thumbnails/28.jpg)
- Apabila t hit < t table maka Ho diterima, artinya variable bebas tidak berpengaruh
terhadap variable terikat (tidak signifikan).
b. Uji R2 dan Adjusted R2
Koefisien determinan R2 sebagai ukuran ketetapan penaksiran (goodes of fit) yang
menunjukkan proporsi variasi yang diterangkan oleh regresi. Koefisien determinasi R2
juga menjelaskan proporsi atau presentasi sumbangan variable independent terhadap naik
turunya variable dependen.
Jika variable bebas yang digunakan lebih dari satu, maka R2 harus disesuaikan guna
memperhitungkan derajat kebebasan karena penaksiran variabel bebas yang lebih dari
satu memakai adjusted R2 (koefisien determinasi yang disesuaikan). Semakin mendekati
nol maka tingkat kemampuan menerangkan hasil estimasi semakin tinggi.
3. Analisis Secara Ekonomi
Analisis ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip dari teori ekonomi. Jika nilai maupun
tanda taksiran parameter tidak sesuai dengan kriteria ekonomi, maka taksiran-taksiran itu
harus ditolak kecuali kalau ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa dalam kasus ini
prinsip-prinsip ekonomi tidak berlaku. Analisis ekonomi dapat dijelaskan melalui koefisien
masing-masing variabel bebas.