proposal skripsi

42
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS EKONOMI PALEMBANG PROPOSAL SKRIPSI ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA PINJAMAN DAN EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2000-2009 Diajukan Oleh: MARLIN ASTRIT UTAMI 51071002003 Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Upload: ramadhiannugraha

Post on 27-Dec-2015

112 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

proposal

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Skripsi

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

PALEMBANG

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA PINJAMAN DAN EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2000-2009

Diajukan Oleh:

MARLIN ASTRIT UTAMI

51071002003

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat

Guna Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi

2011

Page 2: Proposal Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peranan Bank dalam mendukung kegiatan dunia usaha kecil dan menengah sangat

besar. Perbankan bekerja untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Perkembangan

dunia perbankan merupakan bagian utama dari sisi keuangan kita, tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan pemerintah dalam menggalakkan sistem perkreditan bagi masyarakat. Jasa yang

diberikan bank adalah jasa lalu lintas peredaran uang. Melalui bank kita dapat memperoleh

kredit atau pinjaman uang untuk operasi usaha kecil dan menengah yang dijalankan.

Tujuan daripada Perbankan Indonesia yaitu, menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

nasional kearah peningkatan dari kesejahteraan rakyat banyak. Berdasarkan dari uraian ini,

dapat disimpulkan bahwa dunia Perbankan tidak akan terlepas dari pembangunan Nasional

Negara kita.

Menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 21 ayat 11, Kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembangian keuntungan (Manurung,

2004:185).

Selanjutnya peran bank dalam mendukung kegiatan bisnis pasti akan sangat besar

pula. Dimana kita ketahui, bahwa bank bekerja dalam menyalurkan kredit bagi masyarakat.

Kredit bank diperlukan bagi pengusaha kecil, pengusaha menengah, dan juga pengusaha yang

telah memiliki modal besar.

Page 3: Proposal Skripsi

Sehubungan dengan usaha pemerintah dalam meningkatkan fungsi dari dunia bisnis di

Indonesia untuk memacu laju perekonomian Negara, maka dalam hal ini Pemerintah harus

memperhatikan peran dan fungsi dari perbankan Indonesia. Sistem perbankan di Indonesia

diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992 (di ubah dengan UU No. 10 Tahun 1998) Tentang

perbankan di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan

Rakyat.

Semakin besar tingkat atau proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan,

maka semakin besar pula jumlah investasi kredit yang dimiliki perusahaan. Dengan besarnya

volume penjualan kredit setiap tahunnya, berarti perusahaan tersebut harus menyediakan

investasi yang lebih besar lagi. Dengan adalahnya penjualan kredit yang dilakukan, maka

akan timbul kemungkinan resiko yang dihadapi seperti munculnya berbagai biaya seperti,

menambah pegawai yang mengurus dan mengawasi administrasi kredit. Saat semua masalah

ini bermunculan, maka secara otomatis akan menghambat kelancaran operasional perusahaan

yang harus di capai. Prinsip – prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C yaitu (kasmir,

2004: 91-92):

1. Character

Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur.

Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak

dari orang – orang yang akan diberikan kredit bener – bener dapat dipercaya.

2. Capacity (capability)

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan

dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba,

sehingga pada akhirnya terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang

disalurkan.

Page 4: Proposal Skripsi

3. Capital

Capital adalah untuk mengetahui sumber – sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah

terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun

non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di

masa yang akan datang sesuai sektor masing – masing.

Sementaran itu penelitian dengan 7P kredit adalah (Kasmir, 2004: 93):

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari – hari

maupun masa lalu.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan –

golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

3. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis

kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect

Yaitu menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau

tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

Page 5: Proposal Skripsi

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil

atau dari sumber nama saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank, namun

melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang

atau jaminan asuransi.

Dengan memperhatikan kelima konsep ini, maka perusahaan selalu selektif dalam hal

melakukan pemberian kredit kepada pelanggan (costumer).

Oleh karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung banyak resiko, maka

dibutuhkan suatu pengelolaan, dan pengaturan dalam pemberian kredit agar tingkat resiko

yang ditanggung oleh bank bisa sekecil mungkin. Akhir-akhir ini perbankan Indonesia

mengalami kesulitan menghadapi kredit bermasalah sejak kondisi ekonomi yang belum pulih

dari krisis global saat ini. Tentu banyak hal yang menjadi penyebab masalah-masalah tersebut

ditambah dengan perubahan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah atau justru peraturan

bank sendiri yang telah digariskan sebelumnya, serta pengaruh dari keadaan sosial politik

yang kurang baik dan tidak mendukung keamanan secara nasional, misalnya dalam

menetapkan tingkat suku bunga per periode tertentu berdasarkan kondisi tadi. Begitupun

dengan masalah yang dihadapi para pelaku ekonomi dan masyarakat yang cukup

mengandalkan kredit dalam mengembangkan usaha mereka.

Page 6: Proposal Skripsi

Perkreditan merupakan tulang punggung di dalam usaha bank. Bila diamati dalam

neraca, maka portofolio perkreditan merupakan kelompok earning asset yang mendominasi

sisi aktiva dalam neraca. Oleh karena itu pengolaan kredit harus sebaik mungkin mengingat

kredit merupakan asset utama dan sekaligus sebagai sumber pendapatan bank.

Kelancaran pemberian kredit sangatlah tergantung pada peranan bank itu sendiri maupun

kesadaran dari pihak nasabah untuk menyelesaikan kreditnya sebagaimana yang telah

disepakati. Dengan adanya prosedur pemberian kredit yang efisien dan efektif diharapkan

dapat terpenuhinya kebutuhan dana yang diperlakukan baik oleh perusahaan maupun

masyarakat luas. Dari analisa diatas dapat terlihat seperti terdapat hubungan yang terkait

antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi. Atas dasar ini maka penulis mencoba

meneliti keterkaitan antara dua variable secara parsial. Maka penulis mengambil judul untuk

penelitian ini adalah “ Analisis Pengaruh Suku Bunga Pinjaman dan Ekspor Non Migas

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 2000-2009 ”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana pengaruh suku bunga pinjaman dan ekspor non migas terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2000 – 2009?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suku bunga pinjaman

dan ekspor non migas terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2000 – 2009.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian, yaitu :

Page 7: Proposal Skripsi

a. Hasil penelitian ini dapat mengetahui pengaruh suku bunga pinjaman dan ekspor non

migas terhadap pertumbuhan ekonomi.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu ekonomi khususnya untuk bidang

moneter dan dapat membuktikan sumbangan bagi perkembangan ilmu ekonomi pada

umumnya dan ilmu ekonomi moneter pada khususnya. Hasil kajian ini juga dapat

menjadi referansi bagi peneliti selanjutnya.

c. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah untuk meninjau

pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

d. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengambil

kebijakan terkait dengan meningkatkan ekspor non migas Indonesia.

BAB II

Page 8: Proposal Skripsi

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan

dalam suatu negara (Sukirno, 2008, hal:36). Pengertian berbeda dituliskan dengan huruf besar

P dan N, dimana Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor

produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu

(Sukirno, 2008, hal : 36). Terdapat beberapa cara yang digunakan dalam perhitungan

pendapatan nasional, yaitu pendapatan nasional bruto dan pendapatan domestik bruto.

Gross National Product (GNP) atau disebut juga dengan Pendapatan Nasional Bruto

(PNB) merupakan nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-

faktor produksi milik warga negara tersebut, termasuk nilai produksi yang diwujudkan oleh

faktor produksi yang digunakan di luar negri, namun tidak menghitung produksi yang

dimiliki penduduk atau perusahaan dari negara lain yang digunakan di dalam negara tersebut

(Sukirno, 2008, hal:35).

Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Pendapatan Domestik Bruto

(PDB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa final yang diproduksi dalam sebuah

negara pada suatu periode (Mankiw, 2006, hal:6), meliputi faktor produksi milik warga

negaranya sendiri maupun milik warga negara asing yang melakukan produksi di dalam

negara tersebut.

2.1.2.Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan

Menurut teori ini garis besar proses pertumbuhan mirip dengan teori Harrod-Domar,

dimana asumsi yang melandasi model ini yaitu:

Page 9: Proposal Skripsi

1. Tenaga kerja (atau penduduk) tumbuh dengan laju tertentu, misalnya P pertahun.

2. Adanya fungsi produksi Q = f (K, L) yang berlaku bagi setiap periode.

3. Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh masyarakat yang

dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output (Q). Tabungan masyarakat S =

sQ; bila Q naik S juga naik, dan sebaliknya.

4. Semua tabungan masyarakat di investasikan S = I = ∆K.

Sesuai dengan anggapan mengenai kecenderungan menabung, maka dari output

disisakan sejumlah proporsi untuk ditabung dan kemudian di investasikan. Dengan

begitu, maka terjadi penambahan stok kapital (Nelly, 2007, hal:15).

b. Teori Klasik (Adam Smith)

Dalam perekonomian seperti yang digambarkan oleh Adam Smith, penentuan harga

menurut biaya tenaga kerja saja dapat diterapkan tanpa harus memperdulikan berapa jumlah

barang yang ada, pada abad keemasan ini penawaran dan permintaan tetap berlaku, tetapi

situasinya demikian sederhana sehingga kita tidak memerlukan teori yang rumit untuk

menerangkan hal ini.

Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Adam Smith ada tiga, yaitu :

1. Sumber daya alam yang tersedia (atau faktor produksi ’’tanah’’).

2. Sumber daya manusiawi (atau jumlah penduduk).

3. Stok barang modal yang ada.

Menurut Smith, sumber daya alam merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan

produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya alam yang tersedia merupakan ’’batas

maksimum’’ bagi pertumbuhan suatu perekonomian. Maksudnya, apabila sumber daya ini

belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan modal yang ada memegang

Page 10: Proposal Skripsi

peranan dalam pertumbuhan output. Akan tetapi, pertumbuhan output tersebut akan berhenti

jika semua sumber daya alam telah digunakan secara penuh.

Sumber daya manusiawi (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam

pertumbuhan output. Maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan

kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

Stok modal, menurut Smith, merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan

tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan output. Jumlah dan

tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal (sampai ’’batas

maksimum’’ dari sumber alam). Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa

secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah karena

pertambahan modal (sebagai input) akan langsung meningkatkan output. Sedangkan

pengaruh tidak langsung maksudnya adalah peningkatan produktivitas perkapita yang

dimungkinkan oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Makin

besar stok modal, makin besar kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan pembagian kerja

yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas per kapita.

Menurut Smith, potensi pasar akan dapat dicapai secara optimal apabila setiap

masyarakat diberi kebebasan untuk melakukan pertukaran dan melakukan kegiatan

ekonominya. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan pembenahan atau

penghilangan peraturan – peraturan, undang – undang yang jadi penghambat kebebasan

berusaha dari kegiatan ekonomi, baik antara warga negara di suatu negara maupun antara

warga masyarakat antar negara.

c. Teori Keynesian (Harold – Domar)

Page 11: Proposal Skripsi

Teori Harold-Domar ini merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan

ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap

karena tidak membicarakan mengenai masalah – masalah ekonomi jangka panjang. Dengan

kata lain teori ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian dapat

tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth) dalam jangka panjang.

Teori Harold-Domar ini mempunyai beberapa asumsi, yaitu :

Perekonomian dalam keadaan full employment (tenaga kerja penuh dan barang –

barang modal yang terdiri dalam msyarakat digunakan secara penuh. Perekonomian terdiri

dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Besarnya tabungan

masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional.

Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity of save = MPS) besarnya

tetap, demikian juga rasio antara modal-output (capital output ratio = COR) dan rasio

pertambahan modal-output (incremental capital output ratio = ICOR). Dengan demikian

seperti yang terdapat dalam analisis Harold-Domar, pertumbuhan ekonomi yang teguh akan

mencapai kapasitas tenaga kerja penuh (full employment) dalam jangka panjang.

2.1.3. Teori Tingkat Bunga Klasik

Tingkat bunga adalah salah satu indikator dalam membuat sebuah keputusan apakah

seseorang akan melakukan investasi atau menabung. Menurut teori klasik, bunga adalah

”harga” dari (penggunaan) loanable funds. Bunga adalah ”harga” yang terjadi di pasar dana

investasi. Dalam suatu periode, ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi

apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini

adalah kelompok penabung (Boediono; 2001: 77).

Secara total tabungan mereka membentuk penawaran loanable funds. Di lain pihak

dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, salah satunya

Page 12: Proposal Skripsi

untuk konsumsi lebih atau untuk tambahan dana operasi atau perluasan usahanya. Mereka ini

adalah investor dan jumlah keseluruhan kebutuhan permintaan mereka akan membentuk

permintaan loanable funds. Selanjutnya penabung dan investor ini bertemu di pasar dan dari

proses permintaan dan penawaran akhirnya membentuk tingkat bunga keseimbangan.

Menurut teori harga barang terbentuk antara permintaan dan penawaran, begitu juga harga

uang (tingkat bunga) terbentuk oleh permintaan dan penawaran. Dalam teori klasik yang

berkaitan dengan permintaan yaitu investasi, sedangkan yang berhubungan dengan

penawaran adalah tabungan yang dilakukan oleh masyarakat. Kapan orang mau menabung

dan berinvestasi tergantung pada tingkat bunga, sehingga dari pertemuan antara penawaran

(orang yang mau menabung) maka terbentuklah tingkat harga uang yaitu tingkat bunga.

Untuk jelasnya proses tersebut dapat dilihat pada gambar kurva berikut ini :

Gambar 2.1

Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga

Penawaran (orang yang mau menabung) ditunjukan oleh kurva S dan permintaan

(orang yang mau berinvestasi) ditunjukan oleh kurva I. Keseimbangan tingkat bunga terjadi

pada titik r0, di mana jumlah tabungan sama dengan jumlah investasi S0. Jika tingkat bunga di

atas r0 maka jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi,

sehingga para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya pada investor, hal

ini akan menekan tingkat bunga turun ke posisi r0.

2.1.4. Teori Keynes

Lain halnya dengan Keynes yang mengatakan bahwa harga uang (tingkat bunga)

terbentuk oleh pertemuan antara permintaan uang dengan penawaran uang. Penawaran uang

ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia dan merupakan variabel oksogen, yang

besar kecil nilainya ditentukan oleh pemerintah melalui kebijakan moneter dan disebut

Page 13: Proposal Skripsi

likuiditas perekonomian. Artinya uang itu diciptakan oleh pemerintah untuk memperlancar

perekonomian. Sementara itu permintaan uang ditentukan oleh masyarakat melalui 3 motif,

yaitu motif tramsaksi, berjaga – jaga, dan spekulasi.

Menurut Keynes uang merupakan salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki seseorang

seperti halnya kekayaan dalam bentuk tabungan di bank, saham atau surat berharga lainnya.

Keputusan masyarakat mengenai berapa besar dari kekayaan mereka akan diwujudkan dalam

bentuk uang kas, tabungan atau surat berharga akan menentukan tingginya tingkat bunga.

Keynes (dalam Nopirin; 1986: 99) menyederhanakan modelnya dengan membagi kekayaan

dalam dua bentuk, yaitu uang kas dan surat berharga (obligasi). Keuntungan apabila

kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas adalah kemudahan dalam melakukan transaksi

sebab uang kas merupakan alat pembayaran yang paling likuid. Akan tetapi bentuk kekayaan

dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan berupa bunga. Sebaliknya kekayaan

dalam bentuk surat berharga di mana harganya dapat naik dan turun sehingga terdapat

kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau gain (Nopirin; 1986:

100).

Gambar 2.2

Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga

Gambar 2.2 berikut ini menggambarkan penjelasan Keynes di atas. Oleh karena

penawaran uang ditentukan oleh pemerintah maka kurvanya tegak lurus (inelastis sempurna),

sedangkan permintaan akan uang menurut Keynes mempunyai hubungan yang negative

dengan tingkat bunga (Nopirin; 1986: 102). Selanjutnya Keynes menyatakan, pertama

masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat

bunga turun di bawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan

kembali lagi ke tingkat normal. Jika mereka memegang surat berharga pada waktu tingkat

Page 14: Proposal Skripsi

bunga naik mereka akan menderita kerugian, sehingga untuk meghindari kerugian ini mereka

mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang kas

yang dipegang. Hubungan ini disebut motif spekulasi permintaan uang kas sebab mereka

melakukan spekulasi tentang harga surat berharga di masa yang akan datang. Kedua,

berkaitan dengan biaya memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin

tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan

masyarakat untuk memegang uang kas turun. Sebaliknya apabila tingkat bunga turun maka

ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik

(Nopirin; 1986: 101).

Apabila pada tingkat bunga di bawah tingkat keseimbangan, masyarakat akan

mengingginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang

dipegangnya. Usaha menjual surat berharga ini akan mendorong tingkat bunga naik kembali

sampai ke tingkat keseimbangan di titik E. sebaliknya apabila tingkat bunga berada di atas

keseimbangan, maka masyarakat menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli

surat berharga. Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga sehingga

tingkat bunga turun sampai keseimbangan tercapai (Nopirin; 1986: 102).

2.1.5. Teori Neo Keynesian

Teori ini merupakan gabungan daripada teori bunga klasik dan teori Keynesian.

Menurut teori klasik, uang dikatakan produktif apabila dana yang ada ditangan pengusaha

bias menambah modal dan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi, sedangkan

menurut Keynesian, uang dikatakan produktif apabila dapat digunakan seseorang untuk

berspekulasi di pasar surat berharga dengan kemungkinan memperoleh keuntungan

(Boediono; 2001: 83).

Ekonom terkemuka asal Inggris Sir John Hicks mengemukakan bahwa tingkat bunga

menjadi keseimbangan bagi perekonomian adalah apabila tingkat bunga memenuhi

Page 15: Proposal Skripsi

keseimbangan di pasar dana investasi sekaligus keseimbangan di pasar uang (Boediono;

2001: 84). Tingkat bunga keseimbangan umum inilah yang disebut dengan tingkat bunga

murni (rm). Alat analisis yang digunakan adalah kurva IS-LM.

Kurva IS adalah kurva yang menunjukan hubungan antara tingkat bunga dan

pendapatan yang sesuai dengan keseimbangan di pasar barang. Kurva LM ialah kurva yang

menunjukan hubungan antara tingkat bunga dan pendapatan yang sesuai dengan

keseimbangan di pasar uang (Roswita; 2001: 154).

Hicks (dalam Boediono; 2001: 84) menyatakan bahwa tabungan tidak hanya

ditentukan oleh tingkat bunga, tetapi juga pendapatan. Tabungan akan naik apabila

pendapatan nasional meningkat. Pendapatan nasional naik apabila investasi naik dan investasi

akan cenderung naik apabila tingkat bunga turun. Interaksi tersebut dapat dilihat pada gambar

2.3

Gambar 2.3

Tingkat Bunga Keseimbangan Hicks

Keterangan:

rm = Tingkat Bunga keseimbangan pada pasar dana investasi

Y = Pendapatan Nasional

Ye = Posisi keseimbangan pendapatan nasional

2.1.6. Teori Paritas Tingkat Bunga

Page 16: Proposal Skripsi

Teori ini adalah salah satu teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga

dalam sistem devisa bebas yaitu bila penduduk masing – masing negara bebas menjualkan

devisa. Pokok dari teori ini adalah bahwa system devisa bebas tingkat bunga di negara satu

akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan

mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu dengan negara alain. Hal ini dapat

dijabarkan menjadi:

In = If + E* atau If + E + biaya transaksi

dimana:

In = tingkat bunga nominal dalam negeri

If = tingkat bunga nominal di luar negeri

E* = laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing di

perkirakan akan terjadi.

Apabila tingkat bunga pinjaman dalam negeri lebih rendah dari tingkat bunga

pinjaman luar negeri, maka akan lebih menguntungkan bagi pemilik dana untuk

meminjamkan uangnya di luar negeri. Hal ini akan menyebabkan permintaan terhadap mata

uang asing meningkat dan membuat nilai tukar rupiah terdepresiasi. Dana akan mengalir ke

luar negeri dan ini mendorong tingkat bunga di dalam negeri naik (Roswita; 2000: 158).

2.1.7. Hubungan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dengan Suku Bunga Pinjaman

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang

diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem

diskonto (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia; 2006: 89).

Sertifikat Bank Indonesia adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk

menerapkan kebijakan moneter operasi terbuka yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Sertifikat Bank Indonesia ini pembeliannya dilakukan melalui sistem perbankan yang berupa

penempatan atau pencarian kembali dana – dana yang dimiliki perbankan BUMN (Badan

Page 17: Proposal Skripsi

Usaha Milik Negara) maupun perusahaan – perusahaan milik negara. Hasil penerimaan yang

diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia dinyatakan sebagai

tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.

Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering kali dipersepsikan sebagai suku bunga

kebujakan Bank Indonesia, baik oleh pelaku pasar maupun oleh masyarakat secara umum.

Bukti empiris ini misalnya terlihat dari hasil survei Bank Indonesia yang menunjukan bahwa

pembentukan suku bunga deposito perbankan sangat dipengaruhi oleh suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia (Anggaraini; 2007: 21).

Pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia yang cukup kuat terhadap

pembentukan suku bunga yang lain menjadi dasar pertimbangan untuk mengambil variabel

tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sebagai salah satu faktor penting yang

mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman.

2.1.8. Teori Suku Bunga Pinjaman Secara Mikro

Dalam industri perbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga kredit

menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Bank – bank yang mampu

mengendalikan pokok dalam penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) akan mampu

menentukan bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan bank – bank lainnya.

Adapun komponen dalam menentukan suku bunga pinjaman menurut Kasmir (2002;

137) antara lain:

a) Laba yang diinginkan yaitu laba atau keuntungan yang ingin diperoleh bank

dan biasanya dalam persentase tertentu. Penentuan besarnya laba juga sangat

mempengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini biasanya bank disamping

melihat kondisi persaing juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama

atau bukan dan juga melihat sektor – sektor yang dibiayai, misalnya jika

Page 18: Proposal Skripsi

proyek pemerintah untuk pengusaha kecil, maka labanya pun berbeda dengan

komersil.

b) Cadangan Resiko Kredit Macet yaitu cadangan terhadap macetnya kredit yang

diberikan karena setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko

tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja.

Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga

menghadapinya.

c) Biaya Operasi ialah biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan

kegiatan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji, biaya administrasi, biaya

pemeliharaan, dan biaya – biaya lainnya.

d) Pajak ialah iuran yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan

fasilitas kredit kepada nasabahnya.

Bunga pinjaman tidak hanya didapat dalam bentuk kredit saja, tetapi pada setiap

kegiatan pinjam meminjam selalu terjadi pemungutan biaya sebagai imbalan dari peminjam.

Kebijaksanaan perbankan tentang bunga pinjaman tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor

(Murharsyah; 1989: 15),yaitu:

1) Keadaan ekonomi dan keuangan.

Dalam hal ini diperhatikan adalah pasar uang. Apabila uang serta

pengedarannya terus meningkat, maka tingkat suku bunga perlu dinaikkan dan

sebaliknya apabila peredarannya lambat maka tingkat suku bunga harus

diturunkan.

2) Degree of risk

Dalam penyalurannya kredit mempunyai resiko, maka perlu diperhatikan

tentang jatuh tempo, nilai jaminan yang disediakan, dan prospek usaha dari

usaha yang bersangkutan selama kredit berjalan. Semakin tinggi resiko maka

Page 19: Proposal Skripsi

semakin tinggi pula tingkat suku bunga yang dikenakan dan sebaliknya rendah

resiko maka semakin rendah pula tingkat suku bunganya.

3) Hubungan rekening nasabah.

Hungan antara nasabah dan bank tercermin dalam mutasi keuangan yang

disalurkan melalui giro dan rekening pinjaman.

4) Kemampuan perusahaan nasabah dalam persaingan.

Baik terhadap barang buatan dalam negeri atau barang impor, bila

perdagangan menunjukan trend yang terus meningkat, maka tingkat suku

bunga perlu dipertimbangkan untuk diturunkan dan bila trend menurun maka

tingkat suku bunga perlu dinaikkan.

5) Cost of money dari bank.

Dana – dana yang dioperasikan oleh bank dalam bentuk penyaluran kredit

sebagian besar berasal dari luar bank yaitu dana masyarakat, maka bank

mengeluarkan biaya atas penggunaan dana itu yang disebut cost of money

sehingga tingkat suku bunga semakin tinggi.

2.1.9. Teori Permintaan Uang

Permintaan uang adalah istilah yang digunakan oleh para ekonomi untuk menerangkan

mengapa individu dan perusahaan memegang uang (mengapa bukan mempertahankan aset

yang lain). Ada dua alasan untuk itu:

- Transaction demand (kebutuhan untuk melakukan transaksi), yang menunjukkan

bahwa orang perlu uang untuk membeli sesuatu.

- Asset demand (kebutuhan untuk berjaga-jaga), yang menunjukkan keinginan untuk

memiliki harta/aset yang sangat lancar dan bebas resiko.

Page 20: Proposal Skripsi

Dengan kata lain, permintaan uang adalah jumlah unit moneter (berupa uang kartal

maupun uang giral) yang ingin dipegang sebagai harta tunai (yang mudah untuk dibelanjakan

segera).

2.1.10. Teori Penawaran Uang

Penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian. Kita

telah mengenal kebijakan moneter, yaitu kebijakan yang bertujuan untuk mengatur

penawaran uang / mengatur jumlah uang yang beredar. Jadi penawaran uang merupakan

tugas pemerintah melalui bank sentral (Bank Indonesia).

2.2.Penelitian Terdahulu

2.3. Kerangka Pikir

Page 21: Proposal Skripsi

2.4. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan – penjelasan diatas, maka dapat dibuat hipotesis penelitian

sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang negatif antara suku bunga pinjaman dan pertumbuhan

ekonomi.

2. Terdapat hubungan yang positif antara ekspor non migas dan pertumbuhan

ekonomi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Suku Bunga Pinjaman

Cadangan Devisa

Ekspor

Permintaan Kredit

Investasi

Pendapatan

Nasional

Page 22: Proposal Skripsi

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini mengemukakan selama 10 tahun antara tahun 2000 - 2009 pengaruh

suku bunga pinjaman dan ekspor non migas terhadap pertumbuhan ekonomi. Suku bunga

diukur dalam persentase, ekspor non migas dipakai dengan ukuran dollar AS dan

pertumbuhan ekonomi diukur dengan persentase.

3.2. Variabel Penelitian

Pada proposal kali ini penulis menggunakan tiga variabel, yang terdiri dari dua

variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari suku bunga pinjaman dan

ekspor non migas sedangkan variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi.

Batas – batas variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pertumbuhan Ekonomi

Tujuan dari pertumbuhan ekonomi yang stabil berkaitan erat dengan tujuan penyediaan

lapangan kerja yang tinggi karena dunia usaha lebih mungkin menginvestasikan pada

peralatan modal untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi ketika

pengangguran rendah. Sebaliknya, jika pengangguran tinggi dan pihak – pihak pabrik tidak

digunakan, kondisi ini tidak menandakan suatu perusahaan untuk berinvestasi dalam pabrik –

pabrik dan peralatan tambahan. Meskipun, dua tujuan ini berkaitan erat, kebijakan dapat

secara khusus ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan secara langsung

mendorong perusahan untuk berinvestasi atau dengan mendorong orang untuk menabung,

yang akan memberikan lebih banyak dana bagi perusahaan untuk berinvestasi. Pada

kenyataannya, ini merupakan tujuan yang dinyatakan dari kebijakan ekonomi sisi penawaran

(supply-side economics), yang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan

menyediakan insentif pajak bagi dunia usaha untuk berinvestasi dalam fasilitas dan

Page 23: Proposal Skripsi

perlengkapan dan bagi pembayar pajak untuk menabung lebih banyak (Mishkin, 2008,

hal:59). Ada juga debat aktif mengenai apa peranan kebijakan moneter dalam mendorong

perekonomian:

1. Stabilitas Pasar Keuangan (Stability of Financial Market).

2. Stabilitas Suku Bunga (Interest-Rate Stability).

3. Stabilitas di Pasar Valuta Asing (Stability in Foreign Exchange Market).

b. Suku Bunga Pinjaman

Suku bunga pinjaman adalah suku bunga yang didalamnya telah menampung

besarnya spread yang dikehendaki oleh bank.

c. Ekspor

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara

lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah

tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya

ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea

cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan

internasional, lawannya adalah impor (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang diolah

dari Badan Pusat Statistik, Laporan Bank Indonesia dan buku-buku serta artikel-artikel yang

berhubungan dan berkaitan dengan penelitian ini.

3.4. Instrumen Penelitian

Dalam menganalisis pengaruh suku bunga pinjaman dan ekspor non migas terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2000 – 2009 digunakan teknis analisis kualitatif

Page 24: Proposal Skripsi

dan teknis kuantitatif dengan menggunakan data time series. Teknis analisis kualitatif

dilakukan dengan menganaslisi permasalahan berdasarkan teori-teori yang digunakan dalam

penelitian ini sedangkan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode regresi berganda

yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang memperngaruhi pertumbuhan ekonomi yang

ditunjang dari sisi suku bunga pinjaman dan ekspor non migas Indonesia periode 2000 –

2009.

Hubungan antara variable dan dependen sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2

Pe = α + β1i + β2Nx + e

Dimana : α : konstanta

β : parameter

i : suku bunga pinjaman

Y = Pe : pertumbuhan ekonomi

Nx : ekspor non migas

e : error

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Kualitatif

Analisis secara kualitatif untuk menjelaskan pengaruh suku bunga pinjaman dan

ekspor non migas terhadap pertumbuhan ekonomi, selain itu untuk menjelaskan angka-angka

dari yang disajikan dalam bentuk diagram. Analisis kualitatif juga digunakan untuk

Page 25: Proposal Skripsi

menjelaskan hubungan antara variabel dengan melihat perkembangan data-data yang

digunakan dalam penelitian ini.

3.5.2. Analisis Kuantitatif

Teknik analisis kuantitatif deskriptif digunakan untuk mengukur hubungan antar

variable yang mana dapat dilihat apakah variabael – variable independen tersebut

mempengaruhi variable dependen secara signifikan.

3.5.2.1. Analisis Secara Ekonometrika

Pengujian secara ekonometrika dilakukan dengan cara yakni :

a. Uji Multikolineritas

Mutikolineritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel

independen dapat dinyatakan dari variabel dependen lainnya atau

menunjukkan derajat kolineritas yang tinggi diantara varabel-variabel bebas.

Akibat adanya multikolineritas adalah:

1) Dugaan parameter sangat sensitif terhadap perubahan observasi.

2) Interval koefisien terjadi sangat besar.

3) Standar deviasi (error) dengan koefisien sangat tinggi, ada

kecenderungan hipotesis nol untuk selalu diterima walaupun

sesungguhnya harus ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa penguji

tidak sah.

Deteksi adanya multikolineritas dapat dilihat dari :

a) Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolineritas adalah :

- Mempunyai nilai VIF sekitar angka 1

- Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1

Page 26: Proposal Skripsi

a) Besaran kolerasi antar variable independen

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolineritas adalah koefisien korelasi antar

variable independent haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasi kuat maka terjadi

problem multikolineritas.

b. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamat. Dengan

adanya heterokedastisitas maka penaksiran (estimator) yang diperoleh menjadi tidak

efisien dan kesalahan baku koefisien regresi akan terpengaruh, sehingga memberikan

indikasi yang salah dan koefisien determinasi memperlihatkan daya penjelasan yang

terlalu besar. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

Deteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik (scatter plot) dari penguji model regresi. Jika ada pola tertentu, seperti titik e

(point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,

melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedastisitas. Namun jika tidak

ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 sumbu Y, maka

tidak terjadi heterokedastisitas.

Penguji gejala heterokedastisitas pada model regesi awal regersi berganda pada

penelitian ini menunjukkan grafik (scatter plot) dengan pola yang jelas membentuk

seperti kurva maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model ini ada

problem tersebut, langkah yang dapat dilakukan antara lain dengan mengeluarkan salah

satu variabel bebas.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi

dengan gangguan pada periode yang lain. Untuk pengujian autokorelasi ini digunakan Uji

Page 27: Proposal Skripsi

Durbin Watson (DW), dengan hipotesis nol tidak ada autokorelasi pada model baik

autokorelasi positif maupun negatif.

2. Analisis Secara Statistik

Pengujian secara statistik dilakukan dengan cara, yaitu :

a. Uji t-Statistik

Pada penelitian ini dilakukan Uji T untuk menguji signifikansi atau pengaruh dari kredit

modal kerja terhadap ekspor di Indonesia dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%

atau α (level of significant) sebesar 5% (0,05).

Hipotesis :

Ho : Koefisien regresi tidak significant

H1 : Koefisien regresi significant

Pengambil keputusan (berdasarkan probabilitas )

- Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima

- Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

Selain itu pengujian secara parsial menggunakan Uji T juga dapat dilakukan melalui uji

dua sisi dengan tetap menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau α = 5% (0,05) dan

derajat kebebasan (df) sebesar n – k sehingga akan didapat nilai t-tabel. Nilai t-tabel

diperoleh dengan menentukan derajat kebebasan sebesar n – k, dimana n adalah banyak

tahun observasi, k ialah banyaknya koefisien yang terdapat dalam persamaan (tidak

termasuk intersept) pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

- Apabila t hit > t table maka Ho ditolak, artinya variable bebas berpengarh terhadap

variable terikat (significant)

Page 28: Proposal Skripsi

- Apabila t hit < t table maka Ho diterima, artinya variable bebas tidak berpengaruh

terhadap variable terikat (tidak signifikan).

b. Uji R2 dan Adjusted R2

Koefisien determinan R2 sebagai ukuran ketetapan penaksiran (goodes of fit) yang

menunjukkan proporsi variasi yang diterangkan oleh regresi. Koefisien determinasi R2

juga menjelaskan proporsi atau presentasi sumbangan variable independent terhadap naik

turunya variable dependen.

Jika variable bebas yang digunakan lebih dari satu, maka R2 harus disesuaikan guna

memperhitungkan derajat kebebasan karena penaksiran variabel bebas yang lebih dari

satu memakai adjusted R2 (koefisien determinasi yang disesuaikan). Semakin mendekati

nol maka tingkat kemampuan menerangkan hasil estimasi semakin tinggi.

3. Analisis Secara Ekonomi

Analisis ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip dari teori ekonomi. Jika nilai maupun

tanda taksiran parameter tidak sesuai dengan kriteria ekonomi, maka taksiran-taksiran itu

harus ditolak kecuali kalau ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa dalam kasus ini

prinsip-prinsip ekonomi tidak berlaku. Analisis ekonomi dapat dijelaskan melalui koefisien

masing-masing variabel bebas.