proposal skripsi
DESCRIPTION
Contoh Proposal SkripsiTRANSCRIPT
ANALISIS GEOKIMIA BATUAN INDUK DAN MINYAK
BUMI SERTA KORELASI MINYAK DARI
SUMBERNYA DI LAPANGAN “X”
Usulan Penelitian Skripsi : Studi Geokimia
Oleh :
Hafizh Pangestu Aji
NPM : 270110090006
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
JATINANGOR
2013
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sejalan dengan kebutuhan energi terutama energi fosil yang semakin
meningkat sementara produksi minyak akan semakin berkurang, perusahaan-
perusahaan minyak dan gas bumi memerlukan suatu usaha pencarian prospek
lapangan hidrokarbon baru serta meningkatkan dan mempertahankan angka produksi
lapangan-lapangan yang telah ada. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pada saat ini memungkinkan dilakukannya penerapan berbagai konsep pengetahuan
geologi dan geokimia dalam mengevaluasi batuan induk penghasil hidrokarbon
beserta minyak dan gas bumi yang dapat menjawab proses terbentuknya minyak pada
suatu cekungan hidrokarbon.
Eksplorasi minyak dan gas bumi selalu berfokus utama kepada evaluasi di
reservoir dan trap, sedangkan evaluasi pengisian hidrokarbon meliputi evaluasi pada
dapur hidrokarbon dan migrasinya sering disederhanakan atau kurang diperhatikan,
padahal evaluasi ini bisa menjawab waktu (kapan) dan jumlah minyak yang terbentuk
pada suatu cekungan hidrokarbon (Awang, 2010) . Evaluasi ini menerapkan ilmu
geokimia minyak dan gas bumi yang menggunakan prinsip kimia organik untuk
mempelajari asal-mula, kematangan, migrasi, dan akumulasi hidrokarbon yang
dikaitkan dengan eksplorasi migas berkelanjutan (Hunt, 1996). Hal inilah yang
menjadi topik utama pada penelitian ini.
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
1.2 Perumusan Masalah
Data yang digunakan menggunakan data geokimia batuan induk dan minyak
bumi juga sebagian data geofisika untuk menjawab permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana karaktesristik geokimia batuan induk?
2. Bagaimana karaktesristik minyak buminya?
3. Korelasi minyak bumi dan batuan induk.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian dimaksudkan untuk menyelesaikan mata kuliah skripsi yang
merupakan salah satu syarat kurikulum pada Fakultas Teknik Geologi, Universitas
Padjadjaran.
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kualitas dan kuantitas batuan induk.
2. Mengetahui genesis minyak.
3. Mengetahui korelasi minyak bumi dan batuan induk.
1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian berada di Cekungan Sumatera Tengah yang merupakan salah satu
lapangan PT.Pertamina EP. Kegiatan Tugas Akhir ini diajukan untuk dilaksanakan selama
kurang lebih dua bulan pada interval waktu bulan November 2013, minggu ke-1 sampai
dengan bulan Januari 2013 minggu ke-2, atau sesuai waktu yang dijadwalkan perusahaan.
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Ilmu geokimia petroleum atau geokimia minyak bumi adalah ilmu yang
menerapkan prinsip kimia untuk mempelajari asal-mula, migrasi, akumulasi, dan
alterasi petroleum yang dikaitkan dengan eksplorasi minyak dan gas bumi.
Menggunakan ilmu geokimia, akan dapat diketahui secara pasti berbagai faktor yang
mengontrol pembentukan, proses migrasi dan akumulasi petroleum.
Di dalam eksplorasi migas, geokimia minyak bumi sangat berguna dalam
memprediksi beberapa hal berikut:
1. Fluida dari suatu prospek pemboran, apakah itu berupa air, minyak atau gas
beserta parameter komposisinya.
2. Volume hidrokabon yang telah digenerasikan, termigrasi dan terakumulasi
pada suatu cekungan.
3. Kelompok/famili minyak atau gas yang terdapat pada suatu cekungan
beserta korelasinya dengan batuan induk penghasil hidrokarbon dan
kondisi geologinya.
4. Alterasi pada reservoir seperi biodegradasi, pemecah fraksi minyak menjadi
gas.
5. Variasi litologi dan overpressure pada pengeboran.
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
2.1.1 Batuan Induk
Minyak bumi dihasilkan dari material organik yang terkandung di dalam sedimen
berbutir halus (batulempung, batulanau, dan serpih yang berwarna kelabu gelap,
hitam atau coklat gelap), dimana tertimbun dalam keadaan reduksi dan diendapkan di
lingkungan berenergi rendah. Batuan induk Hidrokarbon adalah suatu litologi
sedimen yang mengandung material organik dalam jumlah cukup, dengan rasio
hidrogen atau karbon tertentu. Pembentukan batuan induk dipengaruhi oleh faktor
tingkat produktivitas biologis yang cukup untuk dapat membentuk material organik
dengan kuantitas yang cukup dan kondisi pengendapan yang sesuai untuk
pengakumulasian dan pengawetan material organik tersebut. Beberapa ahli geokimia
juga memiliki pengertian sendiri mengenai batuan induk, seperti yang telah di
rumuskan oleh Waples (1985), yaitu:
1. Batuan induk efektif; Batuan induk yang telah membentuk dan
mengeluarkan Hidrokarbon.
2. Batuan induk yang mungkin (possible); Setiap batuan sedimen yang belum
pernah dievaluasi potensialnya, tetapi mempunyai kemungkinan membentuk
dan mengeluarkan Hidrokarbon.
3. Batuan induk potensial; Setiap batuan sedimen belum matang yang
mempunyai kemampuan membentuk dan mengeluarkan Hidrokarbon jika
kematangannya bertambah tinggi.
Peters dan Cassa (1994), menyatakan bahwa dalam menganalisis batuan induk
diperlukan 3 faktor yang harus dipenuhi seperti :
1. Jumlah kandungan bahan organik.
2. Kualitas bahan organik.
3. Kematangan termal (maturity).
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
2.1.2 Tinjauan Material Organik dan Kerogen
Komposisi utama material organik yang terkandung dalam sedimen adalah
bakteri, fitoplankton, zooplankton (terutama foraminifera dan sejenis udang-udangan)
juga tumbuhan tingkat tinggi (higher plant). Pada dasarnya semua organisme
mempunyai kandungan kimia yang sama, antara lain lipid, protein, karbohidrat dan
lignin pada tumbuhan tingkat tinggi, namun terdapat beberapa perbedaan
karakteristik pada sejumlah kandungan utamanya dan pada detail struktur kimianya.
Kerogen secara khusus didefinisikan sebagai material organik yang terdapat
dalam batuan sedimen yang tidak larut dalam pelarut organik biasa dan larutan alkali
(NaOH) karena molekulnya berukuran besar (Tissot dan Welte, 1984). Klasifikasi
kerogen sangatlah berfariasi, dapat dibagi berdasarkan analisis mikroskopis dan
material organik (maseral), analisis kimia (elemental) dan produk dari pemecahan
kerogen (breakdown).
Berdasarkan analisis mikroskopis dari material organik (maseral), maka
kerogen dapat dibagi kedalam 4 kelompok :
a) Grup alginit
Didominasi oleh maseral alginit yang merupakan alga air tawar, bersifat
menghasilkan minyak (oil-prone)
b) Grup eksinit
Didominasi oleh maseral eksinit (spora, pollen), kutinit (kutikula tumbuhan
darat), resinit, liptinit. Bersifat oil-gas prone.
c) Grup vitrinit
Didominasi maseral vitrinit (material selulosa dari tumbuhan berkayu)
bersifat gas-prone.
d) Grup Inertinit
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
Didominasi oleh arang kayu (charcoal), material organik yang teroksidasi
dan terbawa dari tempat lain (reworked), sulit menghasilkan hidrokarbon.
Berdasarkan analisis kimia, Institut Francais du Petrole (IFP) membagi
kerogen menjadi 4 tipe yaitu :
a) Tipe I
Sangat jarang, berasal dari alga danau. Kehadiran kerogen tipe ini terbatas
pada danau yang anosik dan jarang dilingkungan laut. Kerogen tipe ini
memiliki kapasitas yang tinggi untuk menggenerasikan hidrokarbon cair.
b) Tipe II
Berasal dari beberapa sumber yang berbeda, yaitu alga laut, polen, dan
spora, lapisan lilin tanaman, dan fosil resin. Kebanyakan kerogen tipe II
ditemukan dalam sedimen laut dengan kondisi reduksi. Kerogen tipe II
dapat dibandingkan dengan jenis exinit dari batubara dan biasa
menghasilkan hidrokarbon cair dan gas.
c) Tipe III
Terdiri dari material organik darat, sedikit zat lilin atau lemak. Selulosa dan
lignin lebih dominan. Kerogen tipe ini mempunyai kapasitas produksi
hidrokarbon cair lebih rendah daripada kerogen tipe II, dan jika tanpa
campuran kerogen tipa II biasanya kerogen tipe III ini menghasilkan gas.
d) Tipe IV
Berasal dari rombakan material teroksidasi yang berasal dari berbagai
sumber. Tidak memilik potensi menghasilkan hidrokarbon.
Berdasarkan produk yang dihasilkan, kerogen dapat digolongkan menjadi:
a. Oil-prone kerogen
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
Kerogen yang kaya akan komponen lipid dan hidrogen serta cenderung
menggenerasikan minyak (C6+) ketimbang gas (C1-5), suhunya berkisar
antara 100-150 0C dibawah permukaan bumi.
b. Gas-prone kerogen
Kerogen yang didominasi lignin dan miskin hidrogen serta cenderung
menggenerasikan gas (C1-5) pada suhu berkisar antara 150-230 0C
dibawah permukaan bumi.
2.1.3 Oil – Source correlation
Oil-source correlation didefinisikan sebagai hubungan kausal antara minyak
dengan fasies batuan sumbernya berdasarkan integrasi data geologi dan geokimia
(Jones, 1987). Hubungan kausal ini didasarkan pada kondisi saat batuan induk
menghasilkan minyak, bukan didasarkan pada perubahan yang terjadi terhadap
komposisi batuan induk dan minyak. Jadi, tugas dari seorang ahli geokimia dalam
melakukan oil-source correlation adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi
perubahan komposisi yang terjadi baik pada batuan induk maupun minyak setelah
minyak meninggalkan batuan induknya serta membuat kompensasi dari perubahan
tersebut yaitu pada saat belum terjadi perubahan komposisi (Curiale, 1993).
Suatu korelasi batuan induk dengan minyak yang baik harus dapat
memperkirakan volume minyak yang dihasilkan serta menentukan jalur migrasinya.
Apabila peta-peta lokasi dan geokimia minyak baik yang didapat dari indikasi
permukaan (oil seep), sumur, dan akumulasi minyak yang komersial tersebut
dibandingkan dan ternyata memiliki kesamaan, maka dapat disimpulkan bahwa
seluruh minyak yang terdapat di lokasi tersebut berasal dari sumber yang sama.
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
Apabila data geokimia mengindikasikan hubungan genetik antara minyak
dengan batuan induk, atau jika hasil korelasinya positif, maka dapat ditentukanlah
petroleum system di suatu tempat. Peta distribusi daripada minyak dan batuan induk
ini menunjukkan lingkup stratigrafi dan geografi dari petroleum system tersebut.
Sedangkan jalur migrasi berada diantara batuan induk dan lingkup geografi dari
sistem tersebut dan volume dari minyak yang dihasilkan dapat diperkirakan.
Dalam melakukan korelasi minyak dengan batuan induk, fosil geokimia atau
biomarker memiliki peranan yang sangat penting. Data tersebut diperoleh dari hasil
analisis Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Selain itu informasi
penting untuk melakukan korelasi juga didapat dari data rasio isotop karbon.
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk membantu kelancaran dalam pengerjaan penelitian, maka dilakukan
pembagian tahapan pengerjaan penelitian. Tahapan penelitian tersebut diantaranya
adalah:
1. Tahap persiapan penelitian
2. Tahap pelaksanaan penelitian
3. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian dan penyajian
3.1 Tahap Persiapan Penelitian
Hal-hal yang dilakukan pada tahapan persiapan penelitian diantaranya adalah
pembuatan usulan penelitian serta pengurusan masalah perijinan pelaksanaan
penelitian di tempat yang dituju, dalam hal ini adalah PT.Pertamina EP. Selain itu
juga dilakukan studi pustaka, diantaranya dilakukan pengkajian materi penelitian
dengan memanfaatkan berbagai literatur yang telah ada, baik itu berupa text book,
diktat, laporan penelitian ataupun makalah.
3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap ini diantaranya adalah
pengumpulan dan pengorganisasian data hasil analisis geokimia terhadap batuan
induk maupun terhadap minyak bumi dari beberapa sumur pemboran di Lapangan X.
Ditambah data geofisika untuk membantu analisis penelitian.
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
Tahap Persiapan Penelitian
Usulan Penelitian – Perizinan – Studi Pustaka
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan dan pengorganisasian data geokimia dan geofisika
Evaluasi Batuan induk Evaluasi Minyak Bumi
Karakteristik batuan induk Karakteristik minyak bumi
Analisis Pendukung
Data Seismik dan Well Log
Korelasi
Genesis Minyak
Tahap Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
Tahap Penyajian Hasil Penelitian
Gambar 3.2. Bagan alir pelaksanaan penelitian
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
Data yang digunakan sebagai objek penelitian meliputi data geokimia,
geofisika, lalu data geokimia yang merupakan objek utama dari penelitian ini
meliputi data minyak dan batuan induk.
3.2.1 Karakteristik Batuan induk
Dalam menganalisis batuan induk, diperlukan beberapa analisis yang
menyangkut kuantitas, kualitas, dan kematangan material organik pada batuan induk.
Selain itu analisis mengenai asal-usul dan lingkungan pengendapan material organik
diperlukan dalam studi karakterisasi batuan induk. Berikut ini akan dibahas analisis-
analisis yang digunakan dalam karakterisasi batuan induk.
a. Analisis Kuantitas Material Organik
Pada prinsipnya jumlah hidrokarbon yang dihasilkan berhubungan dengan
kandungan material organik dalam batuan induk. Oleh karena itu, faktor kuantitas
material organik sering disebut dengan karbon organik total (TOC).
Tingkat kandungan karbon organik dapat diketahui dengan melakukan
pemanasan contoh batuan yang telah bebas kandungan karbonat pada temperatur
tinggi dan melakukan pengukuran terhadap jumlah CO2 yang dilepaskan selama
pemanasan tersebut. Sampel batuan dengan kandungan TOC rendah biasanya
dianggap tidak mampu membentuk hidrokarbon yang komersial dan karena itu
sampel batuan semacam ini biasanya tidak dianalisis lebih lanjut ( terdiskualifikasi
). Titik batas diskualifikasi untuk batuan induk berpotensi sekitar 0.5 % untuk
batuan induk berupa serpih ( batuan non-karbonat ) dan 0.3 % untuk batuan
karbonat (Tissot dan Welte, 1984 ).
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
b. Analisis Kualitas Material Organik
Dasar dari pentingnya mengetahui kualitas material organik yang terkandung
pada batuan yang dianalisis adalah mengetahui secara pasti kemampuan batuan
tersebut untuk menghasilkan minyak bumi atau gas bumi karena jenis hidrokarbon
yang dihasilkan biasanya akan berasosiasi dengan tipe material organik.
Untuk mengetahui kualitas material organik dari batuan induk, maka
dilakukan 2 pendekatan yaitu :
i) Analisis Rock-Eval Pyrolisis
Analisis ini merupakan metode pendekatan langsung terhadap kualitas dan
tipe hidrokarbon yang dilakukan dengan membakar sejumlah kecil contoh batuan
tanpa melibatkan unsur oksigen pada temperatur tinggi untuk lebih mendekati
peristiwa pembentukan hidrokarbon yang sesungguhnya terjadi di alam.
Ada tiga kali pencatatan utama yang dilakukan selama proses pirolisis
berlangsung. Pencatatan yang pertama berlangsung pada temperatur 2500 C yang
mencatat jumlah hidrokarbon yang sudah ada dalam batuan (S1) dan merupakan
hidrokarbon yang dianggap setara dengan jumlah bitumen dalam batuan tersebut.
Seiring dengan menerusnya pemanasan, aliran hidrokarbon yang pertama mulai
berkurang. Pencatatan kedua ditandai dengan munculnya aliran hidrokarbon yang
terbentuk dari penguraian termal kerogen pada temperatur 3500 C dan dinotasikan
dengan S2. Aliran hidrokarbon ini akan mencapai maksimum saat temperatur
pirolisis berkisar antara 4200 - 460
0C (Tmax) dan akan menurun sampai akhir proses
pirolisis. S2 merupakan indikator penting dalam penentuan kualitas material organik
karena mengindikasikan kemampuan kerogen dalam memproduksi hidrokarbon pada
saat ini. Selain mengeluarkan hidrokarbon, proses pirolisis kerogen juga
mengeluarkan sejumlah karbon dioksida dengan notasi S3. Karbon dioksida ini akan
ditangkap oleh suatu perangkap selama pirolisis berlangsung dan kemudian dilepas
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
pada detektor kedua setelah semua pengukuran hidrokarbon selesai. Jumlah karbon
dioksida dalam kerogen dapat dikorelasikan dengan jumlah oksigen sehingga
tingginya oksigen dapat dianggap sebagai indikator negatif potensial sumber
hidrokarbon. Hal ini dikarenakan adanya kaitan antara jumlah oksigen yang tinggi
dengan material organik yang berasal dari kayu-selulosa yang menunjukkan
terjadinya oksidasi tinggi selama diagenesis.
ii) Analisis Komposisi Maseral
Analisis ini dilakukan dengan mengeplotkan data hasil pengamatan
mikroskopis terhadap kerogen yang telah terkonsentrasi dalam sayatan tipis.
Penentuan tipe kerogen didasari pada persentase kehadiran maseral alginit, kutinit,
sporinit, resinit, suberinit, liptodetrinit, vitrinit, dan inertinit yang masing-masing
mewakili kerogen dengan tipe tertentu.
Selain itu terdapat maseral amorf (tidak memiliki bentuk) yang disebut
amorfinit, biasanya dianggap sebagai kerogen kaya hidrogen dan cenderung
menghasilkan minyak bumi, tetapi ternyata tidak semua amorfinit mampu
menghasilkan minyak bumi. Hal ini tergantung intensitas pantulan sinar ultraviolet
yang jatuh pada kerogen amorf sebagai pembeda kerogen amorf kaya hidrogen yang
cenderung menghasilkan minyak bumi (fluorescent) dengan kerogen amorf miskin
hidrogen yang cenderung menghasilkan gas (non-fluorescent). Oleh karena itu dalam
pengklasifikasian maseral, amorfinit digolongkan dalam tipe kerogen I-III/IV.
Setelah diperoleh persentase masing-masing maseral, kemudian dilakukan
penentuan jumlah persentase tiap kerogen yang diwakili oleh satu atau lebih maseral
tersebut hingga berjumlah 100%. Nilai persentase tipe kerogen tersebut selanjutnya
diplotkan dalam diagram segitiga untuk mengetahui kecenderungan jenis
hidrokarbon yang dihasilkan kerogen dalam contoh batuan yang dianalisis
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
c. Penentuan Kematangan Material Organik
Analisis kematangan material organik yang digunakan pada penelitian ini
dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu :
i) Analisis Pemantulan Vitrinit
Pengukuran pemantulan vitrinit dilakukan dengan mengamati vitrinit pada
sinar langsung yang kemudian diukur pantulannya dengan menggunakan sebuah alat
fotometer. Untuk mencegah sinar tidak menyebar, sumbat (plug) harus ditetesi
minyak imersi (oil immersion).
Itulah sebabnya pemantulan vitrinit dinotasikan dengan R0, yang berarti
reflectivity of oil immersion. Pengukuran R0 dilakukan secara statistik. Oleh karena
itu, jumlah pengukuran diusahakan berkisar antara 10-100 bacaan. Setelah
pengukuran mencapai jumlah maksimal, nilai-nilai bacaan tersebut diplotkan dalam
suatu kurva histogram dan profil kematangan dari data R0 dan kedalaman.
ii) Analisis Tmax pada Rock-Eval Pyrolisis
Hidrokarbon akan mulai terbentuk apabila temperatur maksimumnya telah
tercapai. Oleh sebab itu, temperatur maksimum (Tmax) dapat digunakan sebagai
salah satu indikator kematangan. Nilai Tmax diperoleh bersamaan dengan pencatatan
parameter S1, S2, dan S3 pada analisis rock-eval pyrolisis, dimana Tmax adalah
puncak S2 yang terjadi pada temperatur 4200 - 460
0C.
iii) Analisis Penentuan Carbon Preference Index (CPI)
CPI merupakan salah satu indikator kematangan material organik yang
diperoleh melalui analisis kromatografi gas (GC). CPI merupakan rasio antara n-
alkana bernomor ganjil dengan n-alkana bernomor genap. N-alkana yang berasal dari
asam lemak, alkohol, ester, dan daun tanaman tingkat tinggi yang memiliki lapisan
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
lilin umumnya akan menunjukkan dominasi n-alkana bernomor ganjil pada sedimen
yang diendapkan di lingkungan dangkal. Dominasi ini akan berkurang seiring dengan
penambahan kematangan sampai jumlah n-alkana ganjil seimbang dengan jumlah n-
alkana genap, yaitu pada CPI = 1.0 yang menunjukkan tingkat kematangan late
mature sampai post mature.
d. Penentuan Asal Material Organik
Untuk menentukan asal atau lingkungan pengendapan dari material organik
pada batuan induk dapat digunakan dua pendekatan yaitu analisis data alkana normal
dan isoprenoid dari kromatografi gas (GC) serta data isotop karbon stabil :
i) Analisis Kromatografi Gas (GC)
Kromatografi gas adalah suatu metode pemisahan komponen – komponen
penyusun suatu zat berdasarkan selang waktu (retention time) antara waktu
pemasukan (injection) zat tersebut dengan waktu pembakarannya dalam suatu
kromatograf dengan medium gas lembam. Kromatograf dilengkapi dengan
komputer sehingga pencatatan data dalam bentuk kromatogram dilakukan secara
terprogram, hasil pencatatan tersebut dikenal dengan nama sidik jari (finggerprint).
Kromatogram merupakan sederetan garis lurus yang berpotongan pada bagian atas
membentuk puncak – puncak lancip dengan ketinggian dan kerapatan tertentu.
Ketinggian suatu puncak menunjukan jumlah relatif suatu komponen sedangkan
posisinya pada garis horisontal merupakan selang waktunya (dalam satuan menit).
Pola distribusi garis – garis menyudut vertikal sangat spesifik antara satu zat dengan
yang lain diakibatkan pekanya kemampuan pemisahan antar komponen dari
kromatograf ini. Perbandingan (rasio) frekuensi relatif sutau nomor atom tertentu
dengan nomor atom lainnya dapat menerangkan banyak hal, meliputi jenis
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
komposisi, jenis bahan organik asal, lingkungan pengendapan, faktor migrasi dan
indikasi proses biodegradasi.
ii) Analisis Isotop Karbon
Analisis isotop karbon stabil biasanya dilakukan bersamaan dengan analisis
gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Secara klasik dikatakan bahwa
kerogen yang memiliki isotop berat kemungkinan berasal dari lingkungan air
dalam, sedangkan yang berisotop ringan menunjukkan lingkungan
pengendapan air dangkal (Lewan, 1986).
3.2.2 Karakterisasi Minyak Bumi
Karakteristik kuantitas, kualitas, kematangan serta pengelompokan minyak
bumi dapat diketahui berdasarkan analisis sifat fisik (physical properties), distribusi
molekuler (biomarker), dan isotopik. Distribusi biomarker dianalisis dari data
kromatografi gas (GC) dan gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS).
a. Analisis Sifat Fisik Minyak Bumi
Untuk menganalisis kualitas dari minyak bumi dilakukan pada data sifat fisik
(physical properties) yang terdiri atas besar densitas minyak (API), jumlah
kandungan wax atau lilin dan sulfur juga nilai pour pointnya.
b. Analisis Biomarker
Analisis biomarker melibatkan data yang berasal dari kromatografi gas (GC)
serta kromatografi gas dan spektrometri massa (GC-MS). Kromatografi gas adalah
cara untuk melihat distribusi alkana normal dan isoprenoid untuk menentukan tipe
asal hidrokarbon dan tingkat kematangan matterial organik. Hasil akhir dari proses
ini adalah kromatogram gas yang menunjukkan semua komponen hidrokarbon
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
jenuh yang berhasil melewati kolom, sama seperti halnya pada analisis
kromatografi gas pada batuan induk.
Metode kromatografi gas dan spektrometri massa dipergunakan dalam
pemisahan dan identifikasi khususnya untuk senyawa dengan berat molekul
tertinggi antara lain siklik alkana, aromatik steroid dan porfirin. Setiap puncak
kromatografi gas (GC) mengandung molekul–molekul tunggal dari suatu senyawa
dan tidak satupun yang berhenti tepat pada saat yang sama sehingga dicapai sebuah
spektrum fragmen. Variasi dari molekul lengkap yang dikenal sebagai ion
molekular hingga fragmen non–diagnostik terkecil. Fragmen–fragmen tersebut
terdeteksi dan dikelompokan berdasarkan perbandingan m/e atau m/z, yang
merupakan perbandingan massa terhadap muatannya. Senyawa dengan tipe yang
berbeda memiliki pola fragmentasi tertentu tergantung pada diagnostik ion.
Fragmen triterpana mempunyai nilai dominan m/z 191, sedangkan sterana m/z 217.
Pada saat tertentu intensitas relatif suatu fragmen dengan harga m/z masing -masing
dapat direkam.
Prinsip dari metode ini adalah menghubungkan antara batuan induk dengan
minyak dengan cara mengidentifikasi high mollecular weight biological marker
(biomarker) yang didapat dari material sumber original. Biomarker merupakan
karakteristik senyawa yang terdapat dalam minyak bumi atau ekstrak batuan yang
menjadi indikasi hubungan dengan keterjadian alamiahnya.
c. Analisis Isotop Karbon
Seperti halnya dalam analisis isotop karbon pada batuan induk, kerogen yang
memiliki isotop berat kemungkinan berasal dari lingkungan air dalam,
sedangkan yang berisotop ringan menunjukkan lingkungan pengendapan air
dangkal (Lewan, 1986).
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
Dalam interpretasi lingkungan pengendapan purba, penggunaan Isotop karbon
biasanya menggunakan hasil analisis statistik yang dirumuskan oleh Sofer (1991)
dengan memisahkan percontoh minyak berdasarkan komposisi fraksi jenuh dengan
aromatik yang terkandung di dalamnya.
Dari perhitungan Sofer tersebut, dapat dipisahkan bahwa minyak yang
mempunyai harga CV lebih besar dari 0.47 dapat diinterpretasikan berasal dari
lingkungan terestrial yang kaya akan lilin, sedangkan harga CV yang lebih kecil dari
0.47 diinterpretasikan berasal dari lingkungan laut terbuka dengan kontribusi material
darat yang terbatas.
3.2.3 Subsurface Imaging
Data seismik digunakan untuk mengetahui pelamparan lateral batuan induk
dan analisis struktur geologi bawah permukaan secara regional. Pelamparan batuan
induk secara lateral ditunjukkan oleh kemenerusan horizon-horizon seismik pada
suatu formasi. Posisi suatu formasi dalam horizon seismik diketahui dengan
mengikatkan data sumur dengan data seismik (well seismic tie). Langkah penelitian
yang menggunakan data seismik adalah picking sesar dan horizon serta pemetaan
bawah permukaan. Identifikasi pantulan (picking) biasanya disebut sebagai
kemampuan untuk mengidentifikasi lapisan batuan pada penampang seismik yang
biasa diberi nama top formasi. Ada dua dasar yang digunakan dalam melakukan
picking, yaitu dengan menggunakan sintetik seismogram dan menggunakan data
checkshot (Tearpock dan Biscke, 1991).
Peta struktur (structure map) dan peta ketebalan (isopach map atau isochron
map) dibuat setelah melakukan picking horizon. Pemetaan dilakukan dengan cara
memplot harga waktu suatu horizon dari setiap shotpoint (sp) atau dari setiap interval
shotpoint tertentu pada garis lintasan seismic yang sesuai di peta dasar. Setelah
pemplotan selesai dilanjutkan pengkonturan dengan menggunakan interval kontur
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
tertentu. Peta bawah permukaan pada umumnya menggunakan garis kontur untuk
menggambarkan titik-titik yang mempunyai nilai atau elevasi yang sama. Pada
umumnya nilai-nilai tersebut mempunyai bidang referensi, misalnya muka air laut
untuk peta struktur bawah permukaan. Setiap peta yang menggunakan garis kontur
sebagai cara untuk menggambarkan permukaan tiga dimensi dalam bentuk dua
dimensi pada bidang datar.
3.2.4 Korelasi batuan induk dengan minyak bumi
Korelasi geokimia antara minyak dengan batuan induk didasarkan atas
kesamaan komposisinya, yaitu dengan perbandingan statistik parameter geokimia
yang beberapa diantaranya dihitung dari GC atau GC-MS. Perbandingan statistik data
geokimia tersebut ditampilkan dalam bentuk diagram/plot silang senyawa-senyawa
tertentu, seperti misalnya plot silang Pr/nC17 dengan Ph/nC15 dan plot silang isotop
karbon jenuh dengan pristana/fitana. Cara yang lain yaitu dengan mengenali identitas,
kesamaan dan perbedaan pola fingerprint yang ditunjukkan oleh sterana. Semua data
tersebut merupakan parameter yang menunjukkan asal usul minyak dan batuan induk
sehingga dari hasil korelasi tersebut dapat diketahui hubungan genetik minyak
dengan batuan induk.
Jika minyak pada sampel yang dianalisis tersebut tidak sama dengan
kelompok minyak yang telah ada maka kemungkinan terdapat lebih dari satu batuan
induk yang aktif pada cekungan dan akan membuka kesempatan membuat eksplorasi
baru.
Teknik korelasi geokimia secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 metode
utama yaitu bulk methods dan molecular methods. Bulk methods meliputi
karakteristik fisik, fraksinasi komposisi, konsentrasi elemen dan rasio isotop.
Sedangkan molecular method melibatkan paramater fosil geokimia atau yang sering
disebut biomarker.
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
Dari data karakteristik batuan induk, karakteristik minyak, dan hasil
subsurface imaging akan didapat gambaran tentang proses dan lingkungan
pengendapan yang mungkin terjadi dari batuan induk. Dengan memadukan konsep
geologi regional yang terdapat di literatur-literatur, maka dapat dibuat suatu bentuk
pemodelan perkembangan batuan induk di suatu cekungan
3.3 Tahap Penyusunan laporan
Hal ini merupakan tahap akhir dari seluruh proses penelitian yang dilakukan
bersamaan dengan tahap pengolahan data dilanjutkan dengan penulisan laporan dan
penarikan kesimpulan dengan bimbingan dari pembimbing teknis di PT.Pertamina
EP maupun dosen pembimbing di Jurusan Geologi Universitas Padjadjaran
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
BAB 4
RENCANA PENELITIAN
Kegiatan
November
2013
Desember
2013
Januari
2014
I II III IV I II III IV I II III IV
TAHAP
PERSIAPAN
Studi Literatur
Pengumpulan
Data
TAHAP
ANALISIS
GEOKIMIA
Kuantitas
material
Organik
Kualitas
material
Organik
Kematangan
material
Organik
TAHAP
KORELASI
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
Bulk
correlation
Mollecular
correlation
TAHAP
PENYELESAIAN
AKHIR
Integrasi data
dan Evaluasi
Pembuatan
Laporan akhir
Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjadjaran
Proposal
Skripsi
Fakultas Teknik Geologi, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 , Jatinangor
Telp. (022) 7796646 Fax. (022) 7796545
Email : [email protected] . Contact : Hafizh (0856 2403 7136)
Penutup
Proposal Tugas Akhir ini saya ajukan dengan harapan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengajuan Program Tugas Akhir. Kami mengucapkan terima
kasih atas perhatian yang telah diberikan. Semoga Allah S.W.T memberkahi
kegiatan ini sehingga dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi
semua pihak.
Jatinangor, Oktober 2013
Hormat Saya,
Hafizh Pangestu Aji
270110090006