proposal skripsi

29
PROPOSAL SKRIPSI PEMANFAATAN KULIT JERUK SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ETANOL DENGAN METODE FERMENTASI MENGGUNAKAN BAKTERI ZYMOMONAS MOBILIS NAMA : ABDI WAHYUDI NIM : F1C114051 KELAS : KIMIA A PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Upload: abdiwahyudi

Post on 17-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Belajar membuat proposal skripsi dan inilah hasilnya.

TRANSCRIPT

PROPOSAL SKRIPSIPEMANFAATAN KULIT JERUK SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN ETANOL DENGAN METODE FERMENTASI MENGGUNAKAN BAKTERI ZYMOMONAS MOBILIS

NAMA:ABDI WAHYUDINIM:F1C114051KELAS:KIMIA A

PROGRAM STUDI KIMIAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS JAMBI2015

ii

RINGKASAN

Buah jeruk adalah buah yang sangat banyak di produksi di indoneisa yaitu dimana pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Pada kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen sepeti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Rincian komponen kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinaol (0,5%), oktanal (0,5%), decanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), -sinnsial (0,02%), dan sinensial (0,01%). Bakteri Fusarium oxsysporum dan Aspergillus niger dapat menguraikan molekul atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk, karena jamur-jamur ini dapat menghasilkan enzim pektinase. Molekul galakturonan di dalam pektin akan dikatabolis oleh enzim pektinase menjadi 5-keto-4-deoksi-uronat. Pada reaksi selanjutnya, molekul itu akan diubah menjadi piruvat dan 3-fosfogliseraldehida (Poliana, J., MacCabe AP.,2007). Piruvat inilah yang menjadi bahan dasar untuk tahap selanjutnya yaitu tahap fermentasi secara anaerob oleh Saccharomyces cerevisiae untuk menghasilkan etanol.Keywords: etanol dari kulit jeruk, fermentasi anaerob piruvat menjadi etanol.

DAFTAR ISI

RINGKASANiDAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2 Permasalahan21.3 Rumusan Masalah21.4 Tujuan Penelitian31.5 Maafaat Penelitian31.6 Kerangka Berfikir3

BAB II LANDASAN TEORI2.1 Penelitian yang Relevan42.2 Kajian Pustaka7

BAB III METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian113.2 Populasi dan Sampel123.3 Teknik Pengumpulan Data123.4 Teknik Analisis Data12

DAFTAR PUSTAKA13

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangHampir semua orang mengenal tanaman jeruk, terutama bagian buahnya yang sangat digemari. Tanaman jeruk ini semula hanya berupa vegetasi alami yang menempati areal cukup luas di Asia Timur dan Asia Selatan mulai dari Cina sampai India, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Kaledonia Baru. Namun saat ini tanaman itu telah dibudidayakan dihampir semua negara tropis dan sub tropis.Tanaman jeruk tidak hanya disukai oleh masyarakat karena rasa buahnya yang segar dan manis, namun tanaman ini mempunyai begitu banyak manfaat antara lain beberapa produk makanan yang dibuat dari jeruk, misalnya kulit buah untuk selai dan permen. Pektin dibuat juga dari kulit buah jeruk dan asam sitrat dari jeruk lemon serta jeruk nipis. Bunga, buah dan daun jeruk yang harum itu diekstrak menjadi minyak atsiri. Kulit buahnya merupakan sumber yang baik, tetapi hanya bunga jeruk asam yang menghasilkan wewangian yang paling mahal.Di Indonesia sendiri jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting setelah pisang dan mangga. Produksi jeruk Indonesia sendiri rata-rata setiap tahun sejak 2004-2012 sebanyak 2 juta ton. Namun dengan jumlah yang sebegitu banyak pun Indonesia masih mengimpor buah jeruk sekitar 10% dari produksi nasional.Melihat kebutuhan akan tanaman jeruk cukup tinggi baik karena kandungan gizinya maupun manfaat lain yang bisa diambil, maka dilakukan penggalian potensi lain dari buah jeruk yang sebenarnya hampir terlupakan oleh kita, yaitu pemanfaatan kulit jeruk sebagai sumber energi terbaharukan. Kulit jeruk yang mengandung minyak atsiri dapat diolah menjadi etanol dan dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar fosil serta dapat mengurangi polusi udara akibat emisi kedaraan bermotor, emisi yang berkurang akan membantu mencegah global warming.

1

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, ternyata selama ini kulit jeruk kurang dimanfaatkan terutama oleh masyarakat konsumen buah jeruk. Umumnya para konsumen hanya memakan buah jeruk saja dan kulitnya hanya dijadikan limbah terbuang. Padahal sebenarnya kulit jeruk mempunyai potensi yang sangat besar. Salah satunya adalah potensi pemanfaatan kulit jeruk yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil, karena dilihat dari beberapa tahun belakangan ini energi dan bahan bakar merupakan persoalan yang krusial di dunia.Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh petumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap Negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia yang kerap terjadi juga menjadi alasan serius yang menimpa banyak negara terutama Indonesia.1.2 PermasalahanSaat ini kondisi lingkungan semakin buruk akibat penggunaan bahan bakar fosil. Begitu banyak dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan bakar itu, salah satunya yang menjadi masalah global dan perlu penanganan segera yaitu global warming. Dampak itu tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan lingkungan saja, namun juga berdampak terhadap kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi. 1.3 Rumusan Masalah1. Seberapa banyak bahan bakar fosil yang masih tersisa?2. Berapa tahun lagi bahan bakar fosil yang tersisa akan bertahan?3. Apa saja manfaat dari kulit buah jeruk?4. Dapatkah kulit buah jeruk menggantikan bahan bakar fosil?5. Kandungan apa yang dapat diubah menjadi etanol?6. Bagaimana proses pembuatannya?

1.4 Tujuan Penelitian1. Mengatasi krisis energi karena mulai habisnya sumber bahan bakar fosil.2. Menciptakan bahan bakar baru dari bahan alami yang rendah emisi.3. Mengurangi polusi udara yang berasal dari emisi gas kendaraan bermotor.4. Membuat inovasi baru sumber energi terbaharukan yang diambil dari sumber daya alam daerah yang melimpah.5. Memanfaatkan kulit buah jeruk yang tidak dimanfaatkan dimasyarakat.6. Meningkatkan kualitas SDM di Indonesia.1.5 Maafaat Penelitian1. Berkurangnya polusi udara akibat begitu banyaknya emisi gas kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil.2. Membantu pencegahan global warming dengan menggunakan bahan bakar alami dan terbaharukan yang ramah lingkungan.3. Mengurangi limbah di lingkungan masyarakat dengan memanfaatkan kulit buah jeruk sebagai alternatif bahan bakar pengganti bahan bakar fosil.4. Menambah wawasan masyarakat bahwa kulit buah jeruk memiliki manfaat yang sangat besar sehingga diharapkan masyarakat dapat ikut mengambil peran dan membantu dalam proses penelitian ini.1.6 Kerangka BerfikirPotensi kandungan minyak atsiri dalam kulit buah jeruk yang mampu diubah menjadi etanol

Pembuatan bahan bakar rendah emisi dari minyak atsiri kulit buah jerukTingginya angka produksi buah jeruk di IndonesiaPasokan minyak bumi yang sudah mulai habis

3

BAB IILANDASAN TEORI

1. 2. 2 2.1 Penelitian yang RelevanDalam penelitian yang berjudul BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT JERUK SEBAGAI BIOENERGI DI KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA yang dilakukan oleh Muhammad Hamzah Solim seorang mahasiswa Biologi di Universitas Negeri Medan, melakukan uji coba pengkonversian limbah kulit jeruk menjadi bioetanol yang dilakukan melalui 4 tahapan yaitu ekstraksi pektin, kemudian didegradasi dengan bantuan enzim pektinase, fermentasi oleh ragi dan didistilasi menggunakan distilator laboratorium.Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap. Selain itu, gas yang terdapat dalam kulit jeruk juga mudah terbakar. Dalam kondisi yang masih segar, menyemprotkan minyak atsiri tersebut pada nyala api lilin dan ternyata yang terjadi adalah api membesar serta menimbulkan percikan-percikan api kecil. Hal itu berarti bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk berpotensi sebagai bahan bakar. Daya bakarnya juga cukup hebat, tanpa tambahan zat ataupun proses lainnya. Gas ini telah menunjukkan bahwa minyak atsiri dari kulit jeruk sangat berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.Sebelumnya telah ada pihak yang mengkaji tentang kandungan yang terdapat dalam kulit buah jeruk. Ternyata pada kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen sepeti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3. Rincian komponen kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinaol (0,5%), oktanal (0,5%), decanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), -sinnsial (0,02%), dan sinensial (0,01%).

4Tahapan-tahapan dalam pengkonversian limbah kulit jeruk menjadi bioetanol tersebut sedikit berbeda dengan tahapan-tahapan dalam proses pembuatan bioetanol berbahan dasar pati atau amilum. Perbedaannya terletak pada proses gelatinasi yang diterapkan pada bahan dasar pati atau amilum, sedangkan untuk kulit jeruk tidak dilakukan proses gelatinasi. Keempat tahapan tersebut memerlukan waktu 9-12 hari.Alat-alat yang digunakan sebagian besar menggunakan alat-alat rumah tangga, seperti lesung, tusuk gigi, blender, panci, ember, drigen, kompor dan oven. Kecuali alat distilator untuk proses distilasinya. Bahan-bahan serta medium yang digunakan juga mudah ditemukan dan digunakan. Bahan-bahannya seperti limbah kulit jeruk, arang, air, ragi Saccharomyces cerevisiae, jamur Fusarium oxysporum di cabe dan jeruk (jamur ini berwarna putih), jamur Aspergillus niger di roti busuk, tempe busuk dan gandum (jamur ini berwarna hitam).Sejauh ini pemanfaatan limbah kulit jeruk menjadi bioetanol dapat dikatan memiliki keterbatasan literatur pendukung. Hal itu dikarenakan struktur polimer yang membentuk kulit jeruk bukanlah pati atau amilum, melainkan pektin sebagai salah satu penyusunnya. Hal itu tentu menjadi suatu tantangan yang baru dalam pemecahan molekul pektin tersebut. Melalui beberapa penelitian, ternyata molekul pektin dapat hancur dan terurai oleh aktivitas jamur dekomposer. Tidak semua jamur dapat menguraikan molekul pektin menjadi bentuk yang sederhana.Disebutkan bahwa jamur Fusarium oxsysporum dan Aspergillus niger dapat menguraikan molekul tersebut karena jamur-jamur ini dapat menghasilkan enzim pektinase. Molekul galakturonan di dalam pektin akan segera dikatabolis oleh enzim pektinase menjadi 5-keto-4-deoksi-uronat. Pada reaksi selanjutnya, molekul itu akan diubah menjadi piruvat dan 3-fosfogliseraldehida (Poliana, J., MacCabe AP.,2007). Piruvat inilah yang menjadi bahan dasar untuk tahap selanjutnya yaitu tahap fermentasi secara anaerob oleh Saccharomyces cerevisiae untuk menghasilkan etanol.Adapun literatur berupa skripsi yang menjelaskan tentang limbah jeruk bisa menjadi bioetanol, yang dititikberatkan dengan penggunaan bakteri Zymomonas mobilis saat proses fermentasi. Peranan bakteri tersebut dengan Saccharomyces cerevisiae sebenarnya hampir sama, namun bakteri Zymomonas mobilis sedikit lebih tahan dari suhu, pH dan konsentrasi etanol. Bakteri ini sulit didapatkan dan belum begitu dikenal dikalangan masyarakat. Beda halnya pada Saccharomyces cerevisiae atau sering dikenal dengan sebutan ragi, maka semua orang sudah tahu dimana tempat untuk mendapatkannya, karena bakteri ini telah dikomersialkan.Mengingat pemanfaatan bioetanol beraneka ragam, sehingga grade etanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan penggunaannya. Untuk bioetanol yang mempunyai grade 90-96% volume dapat digunakan pada industry seperti industri parfum, sedangkan bioetanol yang mempunyai grade 96-99% volume dapat digunakan sebagai campuran untuk minuman keras dan bahan dasar industri farmasi. Grade bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan anhydrous supaya tidak korosif adalah bioetanol yang mempunyai grade sebesar 99-100% volume.Bioetanol dapat juga diolah dari berbagai jenis tanaman berpati dan berserat. Etanol yang diciptakan dari produk limbah jeruk dan campuran tembakau dengan cara menggunakan enzim yang berasal dari tembakau yang bisa menghancurkan kulit jeruk dan material lainnya menjadi bentuk gula. Produk gula yang dihasilkan kemudian difermentasi dan akhirnya jadilah etanol.Tembakau dipilih sebagai tanaman ideal untuk memproduksi enzim karena beberapa alasan. Pertama karena tembakau bukan produk pangan, kedua karena produksinya sangat melimpah dan ketiga, penggunaan tembakau sebagai bahan penghasil enzim yang bisa mengurangi produksi rokok dan jumlah perokok.

Kulit jeruk dipilih sebagai bahan pembuatan etanol karena dapat menyelesaikan sampah yang menggunung. Sampah merupakan penyumbang emisi, mengakibatkan sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik lalu proses itu menghasilkan gas CH4. Metana sendiri mempunyai kekuatan merusak 20-30 kali lebih besar dari CO2. Sampah menghasilkan gas CH4 dengan komposisi rata-rata tiap 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas CH4.Produktivitas rata-rata bioetanol 5.000 liter/ha per-tahun. Konsumsi seluruh bensin sebesar 16 juta kilo per-tahun (tahun 2005) dapat diproduksi dengan budidaya bahan baku seluas 3,2 juta hektar saja (1,7% dari luas daratan Indonesia). Menggunakan bioetanol dapat mengurangi pemakaian bahan bakar fosil yang menghasilkan lebih banyak emisi. Sehingga bioetanol dapat menjadi sumber energi masa depan yang terbaharukan dan ramah lingkungan.2.2 Kajian PustakaProduksi jeruk di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila kebutuhan konsumsi buah jeruk segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30 buah/kapita/tahun, maka dengan perhitungan jumlah penduduk 204,4 juta jiwa memerlukan ketersediaan buah jeruk segar sebanyak 866.247 ton. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton, sehingga total ketersediaan mencapai jumlah 817.356 ton (Dirjenhorti; 2002). Kebutuhan tersebut masih harus ditambah untuk memenuhi ekspor dan industri pengolahan.Produksi jeruk di Indonesia sejak tahun 1995 sampai 1998 mengalami penurunan yaitu: tahun 1995 produksi jeruk mencapai 1.004.631 ton. Menjadi 730.860 ton pada tahun 1996 dan 696.422 ton pada tahun 1997 serta 613.759 pada tahun 1998. Sampai saat ini produktivitas jeruk di Indonesia masih rendah yaitu berkisar 8,6-15 ton/ha/tahun (BPS; 1995), sdangkan didaerah tropik lainnya produktivitas jeruk mencapai 20 ton/ha, bahkan didaerah produsen utama jeruk dunia didaerah subtropik dapat mencapai 40 ton/ha.Di dalam kulit jeruk dan sejumlah tanaman lainnya terdapat sejenis minyak yang mudah menguap. Minyak itu disebut dengan minyak atsiri. Masing-masing minyak atsiri tersebut menghasilkan aroma yang berbeda-beda. Pada kulit jeruk aroma yang ditimbulkan adalah aroma khas kulit jeruk. Minyak atsiri yang keluar dari kulit jeruk memiliki senyawa mudah terbakar. Karena itulah ketika terkena api lilin, nyala apinya semakin besar.Minyak atsiri atau dikenal juga minyak esteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kenta pada suhu ruangan namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Para ahli biologi menganggap minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) atau sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidupnya.Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama saraf-saraf di bagian hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa biasanya bertanggung jawab atas aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpene dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.Isu bahan bakar alternatif saat ini memang tengah mengemuka tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. Prediksi bahwa bumi semakin kekurangan bahan bakar minyak sebagai bagian dari kebutuhan sehari-hari terus berkembang. Pemerintah dengan para ahli atau peneliti selalu mencoba alternatif untuk menemukan sumber lain yang bisa dijadikan bahan bakar.Professor James Clark, telah menemukan sebuah microwave berkekuatan tinggi yang mampu memisahkan molekul-molekul yang terkandung dalam kulit jeruk untuk dijadikan gas yang bisa dikumpulkan dan disuling menjadi sebuah produk minyak. Gas berharga itu kemudian bisa diubah menjadi minyak, plastic, bahan kimia dan bahkan bahan bakar.Diantara gas tersebut ada sebuah senyawa pektin yang bisa dibuat menjadi bahan bakar kendaraan dan juga karbon yang bisa digunakan dalam mesin pemurni air. Dari kulit jeruk itu juga terdapat sebuah bahan kimia bernama Limonene yang bisa digunakan untuk keperluan kosmetik dan produk kebersihan.Menurut professor Clark (2009), Limbah kulit jeruk adalah bukti pemborosan sumber daya alam. Di Brazil, yang terkenal sebagai negara penghasil jus jeruk terbesar di dunia, terdapat 8 juta ton kulit jeruk yang terbuang sia-sia, padahal bermanfaat untuk menghasilkan bahan kimia, material dan bahan bakar.Professor Clark sendiri membutuhkan biaya sekitar 200.000 pundsterling (Rp2,8 milyar) untuk membuat microwave ajaib itu, di Laboratorium Green Chemistry Center, Universitas York, Inggris. Uniknya, bentuk microwave ciptaan Professor Clark mirip seperti kebanyakan yang ada di rumah Anda. Microwave itu hanya bisa menampung sedikit limbah makanan untuk dijadikan bahan kimia. Tapi, pada Desember ia akan membuat model yang lebih canggih yang mampu menampung hingga 30 kg limbah makanan untuk diubah menjadi bahan bakar.Menurut professor Henry Daniell dan rekannya dari University of Central Florida seperti dilansir Sciencedaily, Senin 22 Februari 2010, Produk etanol kali ini bisa jadi bahan bakar kendaraan yang dapat melindungi udara dan lingkungan untuk generasi kedepannya.

Percobaan yang didanai oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat ini menggunakan enzim yang berasal dari tanaman yang bisa menghancurkan kulit jeruk dan material lainnya menjadi bentuk gula. Produk gula yang dihasilkan kemudian difermentasi dengan bantuan enzim paktinase dan jadilah etanol.Pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan -1,4 glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektinmengalami esterifikasi dengan metil (metilasi) menjadi gugus metoksin. Senyawa ini disebut dengan asam pektinat atau pektin. Polimer asam -galakturonat dimana sebagian gugus karboksilnya terterifikasi dengan metil menjadi gugus metoksil.Asam pektinat tersebut bersama gula dan asam pada suhu tinggi akan membentuk gel seperti yang terjadi pada pembuatan selai. Derajat metilasi atau jumlah gugus yang teresterifikasi dengan metil menentukan suhu pembentukan gel. Semakin tinggi derajat metil semakin tinggi suhu pembentuk gel.Etanol disebut alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna dan merupakan alkohol yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat diemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah termasuk ke dalam alkohon rantai tunggal dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan Et dari gugus C2H5.

10

BAB IIIMETODE PENELITIAN

1. 2. 3. 3 3.1 Desain PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen, dimana untuk mengkonversi minyak atsiri dari kulit buah jeruk dilakukan dengan mengekstrak pektin lalu didegradasi dengan bantuan enzim pektinase. Pektinase terlibat dalam siklus karbon di alam karena mampu mendegradasi molekul keras pektin. Wujud pektin yang diekstrak adalah bubuk putih hingga coklat terang. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektin mengalami esterifikasi dengan metil (metilasi) menjadi gugus metoksil.senyawa ini disebut sebagai asam pektinat atau pektin.Dalam proses pembuatan etanol, teknik yang dikembangkan dengan memanfaatkan campuran berbagai macam enzim untuk mengurai bimassa. Setelah diurai maka proses selanjutnya adalah dengan fermentasi. Pada proses fermentasi digunakan bakteri Zymomonas mobilis karena bakteri ini lebih tahan terhadap suhu, pH dan konsentrasi etanol dibandingkan dengan bakteri Sacchromyces cerevisiae.Bakteri itu bisa didapatkan pada tanaman mengandung gula yang dapat terfermentasi seperti anggur, apel, singkong dan masih banyak lagi. Zymomonas mobilis juga bisa didapatkan melalui isolasi minuman beralkohol. Bakteri itu hanya mampu mengubah glukosa, fruktosa dan sukrosa menggunakan jalr Entner Doudoroff menjadi etanol sebagai produk utama dan beberapa produk samping seperti asam asetat, gliserol, sorbitol dan levan.Campuran enzim yang didapat dengan metode transgenik kloroplas yang terdiri dari sepuluh enzim yang digunakan sesuai dengan struktur selulosa biomassa. Metode transgenik adalah dengan mengidentifikasi pencarian gen untuk menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan).

3.1. 11

3.2 Populasi dan SampelPada penelitian ini popilasi yang digunakan adalah seluruh buah jeruk yang ada di kabupaten Dairi, Sumatera Utara baik di perkebunan maupun di pasar. Sedangkan sampel yang digunakan adalah buah jeruk kualitas rendah yang ada di perkebunan dan buah jeruk di pasar yang tidak terjual dan sudah mulai membusuk.3.3 Teknik Pengumpulan Data1. DokumentasiTeknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang sudah ada sebelumnya baik melalui buku, jurnal maupun internet. Setelah mengumpulkan beberapa literatur, dilakukan analisi terhadap literatur tersebut kemudian melakukan seleksi pada bagian-bagian yang dianggap penting dan mendukung penelitian ini.

2. Percobaan sederhamaTeknik pengumpulan data dengan melakukan percobaan sederhana yaitu melipat kulit jeruk dan mengarahkan uap gas yang keluar kea rah nyala api. Dari pengamatan itu dilakukan pengamatan lebih lanjut mengenai kandungan apa saja yang terdapat di dalam kulit jeruk yang dapat diolah menjadi etanol sebagai pengganti bahan bakar fosil.3.4 Teknik Analisis DataTeknik menganalisis dilakukan dengan metode kuantitatif, yaitu dengan melakukan fermentasi minyak atsiri pada waktu yang berbeda-beda. Untuk kelompok pertama fermentasi dilakukan selama dua jam, kelompok kedua selama lima jam, kelompok ketiga selama delapan jam dan pada kelompok keempat selama sebelas jam.12

Setelah didapat hasil dari keempat uji coba tersebut, dilakukan analisis dan pengelompokkan berdasarkan kualitas etanol yang terkandung di dalam hasil fermentasi dan diamati pula pengaruh perbedaan suhu terhadap hasil yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA

Imama, Nur. 2013. Etanol dari Kulit Jeruk sebagai Bahan Bakar Alternatif. http://uzumakiimachan77.blogspot.com/2013/02/v-behaviorurldefaultvmlo_19.html. Diunduh 20 Januari 2015.Khusnul, Akira. 2013. Pemanfaatan Limbah Kulit Jeruk sebagai Etanol. http://khusnul1331.blogspot.com/2013/11/pemanfaatan-limbah-kulit-jeruk-sebagai.html. Diunduh 21 Januari 2015.Musdalipah, Oktarina. 2012. Selamatkan Bumi dengan Pemanfaatan Kulit Jeruk. http://oktarinablogging.blogspot.com/2012/01/makalah-tugas-kimia-organik.html. Diunduh 21 Januari 2015.Rifai, Fariz. 2011. Pemanfaatan Limbah Kulit Jeruk dan Campuran Tembakau sebagai Alternatif Sumber Energi Masa Depan. http://fariz-rifai.blogspot.com/2011/11/pemanfaatan-limbah-kulit-jeruk-dan.html. Diunduh 20 Januari 2015.Solim, Muhammad Hamzah. 2012. Bioetanol dari Limbah Kulit Jeruk sebagai Bioenergi di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Medan: Universitas Negeri Medan.Yuliyanti, Nova. 2013. Bahan Bakar Alternatif dari Kulit Jeruk. http://http://kir-ak-31.blogspot.com/2013/11/bahan-bakar-alternatif-dari-kulit-jeruk.html. Diunduh 20 Januari 2015.13