proposal skripsi
TRANSCRIPT
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 1/27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Walikota bandung Nomor 112 Tahun 2008 tentang
pengelolaan pasar di Lingkungan Perusahaan Daerah Pasar Bermartabat. Perlu
ditetapkan mekanisme dan pengaturan jasa pelayanan fasilitas pasar.
Pasar tradisional sebagai salah satu tempat perputaran uang, yang berarti
penguat bagi struktur ekonomi tingkat mikro. Pasar tradisional tempat usaha bagi
para pedagang kecil memiliki banyak nilai-nilai strategis. Pasar tradisional secara
nyata mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang
berpenghasilan rendah, sehingga tercipta suatu kondisi pemerataan hasil-hasil
pembangunan.
Di pasar tradisional nilai-nilai kekeluargaan dibangun dari hasil interaksi dankomunikasi antar masyarakat. Di pasar tradisional pula interaksi antara penjual dan
pembeli menemukan eksistensinya dalam proses tawar-menawar antara penjual dan
pembeli. Tawar-menawar tesebut menghilangkan monopoli harga oleh penjual yang
menjadi ciri dari sistem ekonomi kapitalis. Selain itu, pola bangunan pasar tradisional
sangatlah khas dimana pasar tradisional memiliki los-los yang memungkinkan
interaksi antara penjual dan pembeli berlangsung dengan terbuka. Dengan kata lain,
bagi bangsa Indonesia, pasar tradisional tidak saja merupakan penyangga ekonomi
namun juga merupakan aset budaya yang harus dilestarikan.
Bahkan pasar tradisional, secara nyata mampu memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga dengan
demikian tercipta suatu kondisi pemerataan hasil-hasil pembangunan. Selain itu,
1
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 2/27
sebagai sarana perputaran ekonomi, pasar tradisional terbukti efektif. Salah satu
buktinya adalah perputaran uang di pasar tradisional yang setiap hari bisa mencapai
milyaran rupiah. Dengan nilai perputaran ekonomi yang mencapai milyaran rupiah.
Sebagai akibat dari longgarnya pengelolaan pasar berdampak pada munculnya
masalah persaingan yang tidak seimbang antara pasar tradisional dengan pasar
modern. Pasar tradisional telah kalah segala-galanya, diantaranya penerapan
harga,\kenyamanan tempat, dan kelengkapan produk yang ditawarkannya. Pada sisi
lain, pasar modern semakin melengkapi diri dengan segala fasilitas yang
memudahkan dan membuat konsumen nyaman. Selain itu tentu saja kemampuanmodal pasar modern yang kuat membuat mereka mampu menekan harga jual pada
konsumen.
Pemerintah Daerah sebenarnya telah berupaya memperbaiki penampilan pasar
tradisional yang selama kondisinya kumuh dan semrawut. Pemerintah Kota Bandung
merenovasi bangunan pasar untuk menarik kembali minat pembeli untuk berbelanja
di pasar tradisional. Dengan menjalin kerjasama bersama investor, Pemerintah Kota
telah melakukan renovasi fisik di sejumlah pasar tradisional, seperti Pasar Kosambi,
Pasar\ Kebon Kelapa, Pasar Baru, dan Pasar Gedebage, agar terlihat lebih modern.
Namun, upaya ini ternyata berujung pada permasalahan baru karena banyak pedagang
lama yang tersingkir akibat tidak mampu membeli kios baru. Ada pula pedagang
yang memilih berjualan di luar kompleks pasar karena di dalam tidak laku, terutama
di pasar yang bangunannya lebih dari satu lantai.
Alih-alih meningkatkan daya saing para pedagang tradisional, kenyataannya
program renovasi pasar tradisional justru menyebabkan para pedagang tradisional
menjadi semakin termarginalkan di tengah derasnya arus kapitalisme. Kondisi inilah
yang melatarbelakangi perlunya pengkajian mengenai kebijakan pengelolaan pasar
yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung.
2
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 3/27
Carut marutnya permasalahan pengelolaan pasar di Kota
Bandung tidak terlepas dari kondisi normatif yang telah ada. Oleh
karena itu penting kiranya untuk melihat bagaimana evaluasi
terhadap kebijakan pengelolaan pasar di Kota Bandung. Sementara
itu, saat ini diperlukan suatu model alternatif yang dapat
memberikan solusi agar pasar tradisional dapat terevitalisasi,
sehingga mereka mampu bersaing di tengah-tengah keberadaan
pasar modern.
Sehubungan hal tersebut peneliti melakukan mengajukanpenelitian dengan judul “Pengaruh Evaluasi Pelayanan
Pengelolaan Pasar Terhadap Kepuasan Warga Pedagang Di
Pasar Sederhana Kota Bandung”.
1.2 Pokok Permasalahan
1.2.1 Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari Latar Belakang, Permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini berfokus pada Pengaruh Kualitas Pelayanan Pengelolaan
Pasar Terhadap Kepuasan Warga Pedagang Di Pasar Sederhana
Kota Bandung. Secara rinci, focus masalah tersebut dirumuskan dalam sejumlah
pertanyaan kajian sebagai berikut :
A. Bagaimana evaluasi pelayanan pengelolaan di pasar Sederhana Bandung ?
B. Bagaimana kepuasan warga pedagang di pasar Sederhana Bandung ?
C. Bagaimana pengaruh evaluasi pelayanan pengelolaan pasar terhadap kepuasan
warga pedagang di pasar Sederhana kota Bandung ?
3
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 4/27
2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari evaluasi terhadap pelayanan pengelolaan pasar meliputi Lingkup
jasa pelayanan fasilitas pasar, mekanisme jasa pelayanan fasilitas pasar, untuk
mengelola perkembangan pasar agar dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dan sekaligus peningkatan perekonomian masyarakat. Tujuan dari upaya
peningkatan pelayanan pasar terhadap pedagang diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi pengkajian evaluasi kebijakan publik, khususnya yang menyangkut
kebijakan pengelolaan pasar di pasar Sederhana Bandung.
4
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 5/27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Publik
Kebijakan publik pada umumnya dibuat berlandaskan hukum
dan kewenangan tertentu. Para warga masyarakat menerima
kebijakan pemerintah sebagai suatu produk hukum yang absah.Dengan demikian, kebijakan publik memiliki daya ikat yang kuat
terhadap publik secara keseluruhan dan memiliki daya paksa
tertentu yang tidak dimiliki oleh kebijakan yang dibuat oleh
organisasi-organisasi swasta.
Kebijakan publik dibedakan dari kebijakan-kebijakan lain yang
dikeluarkan oleh individu atau kelompok. Bambang Sunggono
mengutip pendapat A. Hoogerwerf (dalam Sunggono, 1994: 24)
yang mengemukakan adanya dua unsur yang membedakan
kebijakan publik dari kebijakan yang dikeluarkan oleh aktor-aktor
lain, yakni :
Kebijakan publik mengenai langsung atau tidak langsung
semua anggota masyarakat di daerah kekuasaan tertentu.
Kebijakan publik mengikat bagi anggota masyarakat daerah
kekuasaan tertentu, jugadisebabkan karena kebijakan publik
mengikat, maka selalu timbul pertanyaan apa yang menjadi
ukuran kebijakan itu.
5
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 6/27
Selain berlaku atau mengikat sebagian atau seluruh anggota
masyarakat,
kebijakan publik juga dirumuskan dan disahkan oleh suatu lembaga
resmi dalam hal ini lembaga-lembaga pemerintah. Mengenai hal ini,
Thomas R. Dye menjelaskan bahwa suatu kebijakan tidak dapat
menjadi kebijakan publik kalau tidak dirumuskan, disahkan dan
dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan seperti legislatif,
eksekutif, dan yudikatif (dalam Sunggono, 1994: 25).
Irfan Islamy selanjutnya mengemukakan empat ciri penting dari
kebijakan publik,
sebagai berikut: Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuknya berupa
penetapan tindakantindakan pemerintah;
Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan
tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata;
Bahwa kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu mempunyai dan dilandasi dengan maksud
dan tujuan tertentu;
Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi
kepentingan seluruh anggota masyarakat.
Sebagai suatu penuntun, maka kebijakan publik memberikan
arah tindakan bagi perilaku di masa depan sekaligus merupakan
suatu kesatuan arah bagi sejumlah program dan proyek yang
membutuhkan keputusan-keputusan besar dan kecil. Arah tindakan
ini dihasilkan melalui proses pemilihan oleh pengambil kebijakan
dari sejumlah alternative pilihan yang tersedia sehingga tindakan
ini merupakan tindakan yang disengaja. Pilihan tersebut tidak
6
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 7/27
bermaksud memecahkan semua masalah, tetapi memberikan solusi
dari suatu situasi yang terbatas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang ditetapkan
dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang
mempunyai tujuan tertentu berkenaan dengan masalah tertentu
yang diorientasikan pada kepentingan masyarakat. Dengan
demikian, kebijakan public merupakan suatu fenomena yang
kompleks karena ada variasi kompleksitas, melibatkan multiaktor
dengan beragam kepentingan di mana masing-masing pihakmencermati kebijakan dari perspektifnya masing-masing.
Mengingat kompleksitas konteks kebijakan publik, maka
pemerintah sebagai pihak yang memiliki otoritas untuk mengambil
keputusan dituntut untuk mampu memilih alternatif keputusan
secara tepat dengan berorientasi pada sebesar mungkin
kepentingan masyarakat.
2.2 Evaluasi Kebijakan Publik
Untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan kebijakan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka tahap terakhir dari
proses kebijakan adalah melakukan evaluasi kebijakan. Evaluasi
kebijakan implementasi, pencapaian tujuan, dan dampak dari
kebijakan tersebut, bahkan evaluasi juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan suatu kebijakan, sehingga hasil pengkajian tersebut
dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan apakah
kebijakan tersebut akan dilanjutkan, diubah, diperkuat atau diakhiri
(Anderson, 1997: 272).
7
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 8/27
Evaluasi biasanya didefinisikan sebagai kegiatan untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan kebijakan. Adapun kriteria lain
dalam rangka mengevaluasi suatu kebijakan adalah:
Efisiensi : suatu kebijakan dikatakan efisien, jika hasil (output
atau outcomes) lebih besar (berarti) dari pada biaya untuk
implementasi serta penegakan hukuk kebijakan tersebut.
Artinya, yang digunakan adalah kriteria “costeffectiveness” ,
dengan kata lain, suatu kebijakan bersifat efisien, maka pasti
“cost-effectiveness” , tetapi tidak sebaliknya
Keadilan : yang dimaksud dengan keadilan adalah
pembagian (penyebaran) keuntungan, yang diperoleh dari
suatu kebijakan, di antara kelompok masyarakat
(stakeholders).
Insentif untuk perbaikan : kebijakan yang baik adalah
kebijakan yang mendorong para “stakeholders” untuk
mencari dan menerapkan pendekatan atau teknologi untuk
perbaikan.
Kemudahan untuk penegakan hukum (enforceability) :
dapat atau tidaknya suatu kebijakan diimplementasikan serta
ditegakkan.
Pertimbangan Moral.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasikebijakan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur
sejauhmana suatu kebijakan dapat mencapai hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pengukuran ini didasarkan pada
8
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 9/27
tercapainya indikator-indikator pelaksanaan kebijakan, yang dapat
diukur dari sisi efisiensi, efektivitas, maupun outcome kebijakan.
2.3 Pemaknaan Pasar
Secara sosiologis dan kultural, makna filosofis sebuah pasar
tidak hanya merupakan arena jual beli barang atau jasa, namun
merupakan tempat pertemuan warga untuk saling interaksi sosial
atau melakukan diskusi informal atas permasalahan kota (Wahyudi
dan Ahmadi, 2003). Pemaknaan ini merefleksikan fungsi pasar yang
lebih luas, namun selama ini kurang tergarap pengelolaannya
dalam berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang terkait denganpengelolaan pasar, seperti kebijakan perdagangan, tata ruang, dan
perizinan lebih banyak berorientasi pada dimensi ekonomi dari
konsep pasar. Pengabaian terhadap fungsi sosial-kultural pasar
inilah yang kemudian melahirkan bentuk-bentuk pasar modern
yang bernuansa kapitalistik, yang lebih menonjolkan kenyamanan
fisik bangunan, kemewahan, kemudahan, dan kelengkapan fasilitas
namun menampilkan sisi lain yang individualistis, “dingin”, dan
anonim.
Keunggulan pasar tradisional mungkin juga didapat dari
lokasi. Masyarakat akan lebih suka berbelanja ke pasar-pasar yang
lokasinya lebih dekat. Akan tetapi pusat-pusat perbelanjaan modern
terus berkembang memburu lokasi-lokasi potensial. Dengan
semakin marak dan tersebarnya lokasi pusat perbelanjaan modern
maka keunggulan lokasi juga akan semakin hilang. Kedekatan
lokasi kini tidak lagi dapat dijadikan sumber keunggulan bagi pasar
tradisional. Upaya untuk menyeimbangkan kedudukan pasar
tradisional dengan pasar modern belum secara konkret dilakukan
9
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 10/27
karena tidak ada kebijakan yang mendukung pasar tradisional,
misalnya dalam hal pembelian produk pertanian tidak ada subsidi
dari pemerintah sehingga produk yang masuk ke pasar tradisional
kalah bersaing dalam hal kualitas dengan produk yang masuk ke
pasar modern. Bahkan dewasa ini berkembang pengkategorian
pasar yang cenderung memarginalkan masyarakat, seperti pasar
tradisional untuk masyarakat berdaya beli menengah ke bawah tapi
kualitas barang yang dijual tidak sesuai standar, sementara pasar
modern untuk masyarakat menengah ke atas dengan kualitas
produk sesuai bahkan melebihi standar minimal.
2.4 Kondisi Pasar Tradisioanal
Perda No. 19 Tahun 2001 dibuat dengan maksud untuk
mengelola perkembangan pasar agar dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dan sekaligus peningkatan
perekonomian masyarakat. Namun, maksud ini belum sepenuhnya
tercakup dalam materi muatan perda karena perda ini hanyamengatur pengklasifikasian pasar menurut golongan dan jenis;
ketentuan mengenai pendirian/pembangunan pasar dan
penghapusan pasar; penunjukan dan pemakaian tempat berjualan;
penyelenggaraan reklame, parkir, dan kebersihan di areal pasar;
retribusi; kewajiban dan larangan; sanksi; dan ketentuan
penyidikan.
Sekalipun penamaan perda ini adalah pengelolaan pasar,
pada kenyataannya tidak tercantum konsep pengelolaan pasar
yang diterapkan di Kota Bandung. Pengklasifikasian pasar tidak
disertai dengan mekanisme pengelolaan bagi setiap golongan dan
10
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 11/27
jenis pasar, padahal pengelolaan pasar induk tentu akan berbeda
dengan pasar eceran, tapi dalam perda ini tidak dibahas mengenai
perbedaan pengelolaan tersebut. Substansi perda juga tidak
membahas mengenai pengelolaan pasar tradisional dan pasar
modern, bahkan dalam perda sama sekali tidak termuat mengenai
pasar modern, baik pengertian maupun pengelolaannya.
Pendefinisian pasar yang digunakan dalam perda ini sangat
limitatif, hanya bersumber dari perspektif ekonomi dan cenderung
bersifat normatif. Dalam pasal 1 huruf f perda tersebut, dinyatakan
bahwa “pasar adalah tempat yang disediakan dan/atau ditetapkanoleh Walikota sebagai tempat berjualan umum atau sebagai tempat
memperdagangkan barang dan atau jasa yang berdiri di lahan
milik/dikuasai Pemerintah Daerah”. Selanjutnya ditegaskan bahwa
yang dimaksud dengan pasar tradisional adalah “pasar yang
dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi atau
Swadaya Masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios dan
meja
yang dimiliki/dikelola oleh pedagang dengan usaha skala kecil dan
modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar menawar”.
Kedua definisi di atas tidak menempatkan pasar dalam
konsepsi dan pemaknaan yang sesungguhnya, sebagai tempat
berlangsungnya interaksi lintas strata sosial dalam suatu
masyarakat, tapi sebatas tempat berjualan umum. Bahkan
pendefinisian pasar tradisional semakin tereduksi dengan kriteria
serba “marginal”, seperti tempat usaha berskala kecil, modal kecil,
dan proses transaksinya melalui tawar-menawar. Berdasarkan
definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa paradigma
11
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 12/27
pengelolaan pasar yang terkandung dalam perda tersebut sangat
bernuansa ekonomi-kapitalistik. Paradigma inilah yang kemudian
mendasari model revitalisasi pasar tradisional yang diterapkan di
Kota Bandung selama ini, yakni model yang berbasis pada
penguasaan kapital.
Permasalahan yang paling krusial dalam pengelolaan pasar
tradisional dan modern di Kota Bandung meliputi: (1) pembatasan
perkembangan pusat belanja di wilayah pusat kota; (2) mendorong
pengembangan pusat belanja di wilayah timur dan tenggara
(pinggiran) kota sesuai dengan arahan struktur ruang kota; (3)belum ada pengembangan sektor penunjang dan mekanisme
insentif disinsentif; serta (4) prioritas pengembangan pusat belanja
di wilayah luar pusat kota. Untuk menangani
permasalahanpermasalahan tersebut, upaya yang telah dilakukan
Pemerintah Kota Bandung adalah melalui pembatasan pusat
perdagangan di pusat kota
Konflik kepentingan merupakan kewajaran dalam proses
kebijakan, namun pada saat yang sama harus direspon secara baik
oleh pengambil keputusan. Pemerintah Kota sebagai pemegang
otoritas seyogianya dapat berperan lebih besar dalam mencari
konsensus untuk mengelola kepentingan pihak-pihak yang terkait
dalam pengelolaan pasar. Konsensus tersebut dapat diperbaharuhi
untuk memastikan agar misi kebijakan tercapai dan pada saat yang
sama, pihak yang menerima dampak dapat merelakannya.
Pemerintah Kota menggunakan mekanisme perizinan sebagai alat
untuk meredam konflik kepentingan, namun dalam
pelaksanaannya, perizinan dalam pendirian ataupun pengelolaan
12
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 13/27
pasar hanya sebatas formalitas. Kewenangan untuk memberikan
izin semestinya tidak hanya dimaknai secara legaladministratif, tapi
juga secara politis. Kewenangan secara legal-administratif hanya
dapat ditegakan manakala dianggap legitimate oleh mereka yang
terkena dampak kebijakan, terutama oleh mereka yang terkena
dampak negatif. Munculnya protes terhadap keputusan yang
diambil pemerintah sesungguhnya mencerminkan bahwa
keputusan tersebut tidak legitimate, meskipun memenuhi
persyaratan administrative
1. Lingkup Jasa Pelayanan Fasilitas PasarLingkup jasa pelayanan pasar terdiri atas :
Jasa pelayanan SPTB dan atau SSTU, meliputi :
1. Permohonan pembuatan SPTB dan atau SSTU;
2. Perpanjangan SPTB dan atau SSTU;
3. Permohonan pemindahan hakj sewa/balik nama
SPTB dan atau SSTU;
4. Permohonan pembuatan rekomendasi penjaminanSPTB dan atau SSTU
Jasa Pelayanan fasilitas harian pasar;
Jasa pelayanan fasilitas kebersihan pasar;
Jasa pelayanan fasilitas ketertiban pasar;
Jasa pelayanan fasilitas Listrik dan atau air;
Jasa pelayanan fasilitas Mandi cuci kakus ( MCK );
Jasa pelayanan fasilitas parker;
Jasa pelayanan fasilitas bongkar muat;
Jasa pelayanan fasilitas reklame;
2. Kewajiban dan Larangan
Kewajiban
13
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 14/27
Setiap pedagang atau pemakai tempat usaha/tempat
berjualan wajib untuk :
Tempat usaha atau tempat berjualan harus dipakai dan
dipergunakan sesuai fungsinya
Jenis barang yang diperdagangkan harus sesuai dengan
jenis yang telah ditetapkan berdasarkan SPTB dan atau
SSTU
Mengatur, menata, dan menempatkan barang juaklan
denhan tertib dan rapi, tidak membahayakan
keselamatan umum, dan tidak melebihi batas rampung
ruang dagangMenyediakan alat pemadam kebakaran, tempat
sampah, dan alat kebersihan lainnya di ruang dagang
Menjaga dan memelihara ketertiban, kebersihan, dan
keindahan ruang dagang dang lingkungannya
Membayar tariff jasa pelayanan pasar yang telah
ditetapkan oleh peraturan Walikota an Direksi PD. Pasar
Bermartabat
Membayar biaya langganan listrik, air, pajak Bumi
bangunan, dan fasilitas lainnya bagi pedagang yang
mempergunakan sesuai ketentuan yang berlaku
Larangan
Tanpa seizing Direksi perusahaan daerah pasar bermartabat,
para pedagang dilarang untuk :
Mendirikan, mengubah bentuk/konstruksi serta
menambah/mengubah bentuk/konstruksi dan atau
memperkecil tempat berjualan dan mengubah jenis
dagang
14
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 15/27
Menempatkan atau mempergunakan mesin generator,
sumur bor di dalam dan sekitar tempat usaha/berjualan
Menjual, menyimpan barang-barang lain yang
mengganggu kesehatan dan dilarang oleh pemerintah
Memanfaatkan lahan, arena, barang milik perusahaan
daerah pasar Bermartabat
Menjual atau memindahtangankan hak pakai/hak sewa
tempat berjualan/tempat usaha
Menjual atau memindahtangankan hak pengelolaan
MCK dan pengelolaan listrik di areal pasar kepada pihak
lainMenggunakan alat-alat pembangkit api antara lain
kompor, tungku api, dan sejenisnya
Melakukan penyambungan, penambahan, dan
pemasangan daya listrik dan atau air
Menyimpan gerobak, roda dagangan dan barang-barang
lain di tempat yang bukan peruntukannya di areal
pasar.
Setiap orang dan atau badan hukum dilarang untuk :
Bertempat tinggal, menginap atau bermalam di toko,
kios, los dan lapak dio areal pasar
Mengotori dan merusak tempat/bangunan pasar dan
atau barang-barang milik perusahaan daerah pasar
bernmartabat
Menyampah dan membuang sampah tidak pada
tempatnya
Memasuki dan membuat onar atau keribuatan di areal
pasar
15
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 16/27
Memasuki areal pasar bagi yang menderita penyakit
menular
Melakukan usaha atau kegiatan di areal pasar yang
dapat mengganggu ketertiban umum dan
membahayakan pedagang dan pengunjng pasar.
Dalam melakukan pengelolaan pasar diperlukan beberapa
paradigma, pertama pasar harus bergeser dari tempat bertransaksi
ekonomi menjadi ruang publik tempat berlangsungnya interaksi
social. Kedua, model revitalisasi pasar tradisional difokukan pada
upaya memperbaiki jalur distribusi komoditas yang diperjual-belikandi pasar-pasar tradisional. Ketiga, pembangunan pasar jangan
dihambat oleh kepentingan mencari keuntungan finansial karena
pembangunan pasar selain memiliki tujuan sosial juga berperan
untuk mereduksi biaya sosial, di mana revitalisasi pasar tradisional
harus dipandang sebagai investasi jangka panjang dalam kerangka
pengembangan properti kota ( property development ). Keempat ,
modernisasi pasar juga merupakan langkah untuk meningkatkan
perekonomian pedagang kecil. Kelima, model kemitraan menjadi
penting untuk dirumuskan bersama karena APBD Provinsi Jawa
Barat maupun Kota Bandung tidak pernah membuat pos khusus
untuk penataan pasar, sehingga mau tidak mau pemerintah kota
selalu melibatkan pengembang untuk
merevitalisasi pasar. Keenam, pasar tradisional harus dikelola
secara kreatif untuk memecahkan persoalan ruang usaha bagi
masyarakat.
Dengan menerapkan paradigma dalam upaya meningkatkan
penerapan kewajiban serta larangan dan sanksi yang telah
16
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 17/27
diterapkan pemerintah, akan sejalan dengan kebutuhan para
pedagang sekarang khususnya pedagang pasar tradisional dalam
meningkatkan pelayanan terhadap konsumen maupun menghadapi
persaingan dengan pasar modern. Peran serta pemerintah daerah
sangat berperan penting dalam pengelolaan pelayanan terhadap
pedagang pasar tradisional berupa peraturan pemerintah daerah
yang melindungi pedagang pasar tradisional serta mempermudah
semua pelayanan di semua aspek pelayanan yang dibutuhkan yang
meliputi prinsip pelayanan sebagai berikut :
Prinsip kesederhanaan
Prinsip keamanan, kejelasan dan kepastianPrinsip keterbukaan
Prinsip Efisiensi dam ekonomis
Prinsip Keadilan
Prinsip Kecepatan dan ketepatan waktu
Upaya sosialisasi perlu ditingkatkan untuk memberikan
informasi yang sangat penting bagi pedagang gunamenginformasikan Birokrasi atau peraturan/persyaratan yang
diperlukan untuk kebutuhan pedagang sehingga mempermudah
pelayanan.
2.5 Pengertian Kepuasan
Tjiptono (2005:20) berpendapat bahwa kepuasan atau ketidak
puasan merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi
ketidakpuasan kinerja atau tindakan yang dirasakan sebagai
akibat dari tidak terpenuhinay harapan.
Menurut Irawan kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa dari seseorang ynag mendapat kesan dari
17
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 18/27
membandingkan hasil pelayanan kinerja dengan harapan
harapannya.
Untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan perlu adanya
indeks kepuasan. Indeks kepuasan adalah data dan informasi
tentang tingkat kepuasan pelanggan yang diperoleh dari hasil
pengukuran kuantitatif dan kialitatif atas pendapat pelanggan
dalam memperoleh pelayanan public dengan membandingkan
antara harapan dan kebutuhan. Indeks kepuasan pelanggan
tesebut mharus memiliki 14 unsu yang relevan, valid dan reliable
sebagai unsure yang harus ada, 14 unsur tersebut adalah :
a. Prosedur pelayananb. Persyaratan pelayanan
c. Kejelasan petugas pelayanan
d. Kedisiplinan petugas pelayanan
e. Tanggung jawab petugas pelayanan
f. Kemampuan petugas pelayanan
g. Kecepatan pelayanan
h. Keadilan dalam mendapatkan pelayanan
i. Kesopanan dan keramahan petugas
j. Kewajaran biaya
k. Kepastian biaya
l. Kepastian jadwal pelayanan
m. Kenyamanan lingkungan
n. Keamanan pelayanan
2.6 Pengaruh Evaluasi Pelayanan Terhadap Kepuasan
Warga Pedagang
Kepuasan adalah salah satu hal terpenting untuk mengetahui
seberapa tingkat pelayanan yang telah dilakukan suatu instansi
18
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 19/27
atau organisasi. Kepuasan akan tercapai apabila pelayanan
sudah memenuhi standar yang baik, namun bila dalam
melakukan pelayanan tidak dilakukan evaluasi terhadap
pelayanan maka pelayanan yang dilakukan pun akan kacau
balau dan tiak akan menimbulkan kepuasan terhadap
pelanggan.
2.7 Model Penelitian
Model penelitian adalah paradigm penelitian yang bertujuan
untuk menemukan fakta dan interprestasi yang tepat pada
variable – variable yang akan diteliti, kemudian membuat
variable satu dengan yang lainnya.Adapun model penelitian sebagai berikut:
Evaluasi Pelayanan
( Variabel X )
Efesiensi
Keadilan
Insentif untuk
perbaikan
Pertimbangan moral
→Kepuasan
(Variabel Y )
Mutu produk / jasa
Mutu pelayanan
Harga
Waktu penyerahan
Keamanan
2.8 Hipotesis
MenurutSugiyono (2000 : 39 ) Hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Artinya
sementara karena jawaban yang diberikan belum didasarkan
pada fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Jadi
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
19
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 20/27
terhadap perumusan masalah penelitian, tetapi belum
merupakan jawaban empiris.
Adapun hipotesis dari proposal ini adalah:
Ho : ρ = 0 tidak terdapat hubungan variable evaluasi pelayanan
terhadap kepuasan warga pedagang
HI : ρ ≠ 0 terdapat hubungan antara variable evaluasi pelayanan
terhadap kepuasan warga pegdagang
20
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 21/27
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah atau komponen yang
terlihat langsung dalam memecahkan masalah penelitian karena
berkenan dengan cara memperoleh data yang diperlukan dan
akhirnya dapat memecahkan masalah dengan baik. Metode
penelitian menurut Sugiyono (2011 : 2) adalah :
“Metode penelitian pada adasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuandan
kegunaan teetentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat
empat kata kunci yang diperhatikan, yaitu : cara
ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan”,.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif, dengan tipe explamatory yaitu penelitian yang
menjelaskan pengaruh antara variable-variable penelitian melalui
pengujian hipotesis (Singarimbun, 1986).
Penelitian Cross Sectional meruopakan penelitian yangpengumpulandatanya dilakukan melalui proses kompromi (silang)
terhadap beberapa kelompok subjek penelitian dan diamati/diukur
satu kali untuk tiap kelompok sujek penelitian tersebut sebagai
21
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 22/27
wakil perkembangan dari setiap tahapan perkembangan subjek
(menembak satu kali terhadapsatu kasus) (Marzuki, 1999).
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1Populasi
Populasi menurut Arikanto (1989 :102) adalah “keseluruhan
objek penelitian sampel.”
Mengenai populasi menurut Sudjana (1990 : 6)
mengemukakan sebagai berikut :
“Totalitas semua nilai yang mungkin,. Hasilperhitubgan ataupun pengukuran, kuantitasif dan
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek
yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-
sifatnya.”
Berdasarkan definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
memenuhi syarat tertentu dan merupakan sumber pengambilan
sampel.
3.2.1. Karakteristik Responden
Jumlah Kuisioner dalam penelitian ini sebanyak 45 kuisioner
yang disebarkan secara acak ke seluruh warga pasar Sederhana.
Adapun karakteristik responden yang penulis teliti
berdasarkan jenis kelamin, dan usia sebagai berikut:
a. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Table 3.1
Jenis Kelamin Jumlah responden Presentase %Laki – laki 52 48,15%
22
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 23/27
Perempuan 56 51,85% Total 108 10
b. Karakteristik berdasarkan usia
Usia Jumlah responden Presentase %20 - 30 tahun 25 23,15%31 - 40 tahun 43 39,81%41 - 50 tahun 40 37.04%
Total 108 100%
3.2.2. Teknik Sampling dan Sampel
Menurut sugiyono definisi sampel adalah bagian
dari jumlah karakteristik yang di miliki oleh populasi .Sedangkan menurut Suharsini Arikuntoro (1998 :117) sampel
merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik
pengambilan sampel yang dilakukan adalah random sampling
yaitu sampel yang dilakukan berdasarkan kaidah teori
peluang. Yang termasuk dalam kategori ini adalah sampling
acak sederhana, karena cara pengambilan sampel dari semua
anggota populasi, Budi Setiawan (2006:21). Apabila anggota
populasi dianggap homogeny maka cara pengambilan sampel
dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
melihat strata yang ada dalam anggota populasi itu. Untuk
mengetahui besarnya sampel yang akan diambil digunakan
rumus sebagai berikut :
n = N
N (d) 2 + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
23
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 24/27
N = Jumlah Populasi
d = NIlai ktritis( tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar
5% atau 10%)
Sesuai dengan rumus tersebut,maka jumlah sampel peneliti
sebagai berikut:
n = N
N (d) 2 + 1
n = 108 = 108 = 51,93 ≈ 52 responden
108 (0,1)2 +1 2,08
3.2.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara cara yang
dugunakan utuk mengumpulkan data dan keterangan –
keterangan lainnya dalam penelitian terhadap objek
penelitian adapun untuk menunjang penulisan mengunakan
teknik pengumpulan data langsung pada objek penelitian
sebagai berikut ;
a. Studi lapangan, pencarian data langsung dari lokasi
dengan cara menyebarkan angket, wawancara, obsevasi.
b. Studi literature yaitu mengumpulkan data dengan
menggunakan bahan yang di dapat dari pendapat para ahli
yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang di
bahas.
3.2.4.Defiisi OPersional Variabel Dan Indikator Indikatornya
Dalam penulisan ini , variable diartikan sebagai segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.
24
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 25/27
Berdasarkan judul penelitian Pengaruh Evaluasi Pelayanan
Terhadap Kepuasan Warga Pedagang di Pasar Sederhana
Kota Bandung, maka terdapat dua variable yaitu
1. Variable Bebas
Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi
variable lainnya. Yang menjadi variable bebas dalam
penelitian ini adalah evaluasi pelayanan.
2. Variable Terikat
Variable terikat adalah variable yang dipengaruhi oleh
variable lainya. Dalam kaitannya dengan masalah yang
diteliti maka yang menjadi variable terikat adalahkepuasan warga pedagang.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka definisi
opersionalnya adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi pelayanan
Evaluasi biasanya didefinisikan sebagai kegiatan untuk
mengukur keberhasilan pelaksanaan pelayanan. Adapun
kriteria lain dalam rangka mengevaluasi suatu kebijakan
adalah:
Efisiensi : suatu kebijakan dikatakan efisien, jika hasil (output
atau outcomes) lebih besar (berarti) dari pada biaya untuk
implementasi serta penegakan hukuk kebijakan tersebut.
Artinya, yang digunakan adalah kriteria “costeffectiveness” ,
dengan kata lain, suatu kebijakan bersifat efisien, maka pasti
“cost-effectiveness” , tetapi tidak sebaliknya
Keadilan : yang dimaksud dengan keadilan adalah
pembagian (penyebaran) keuntungan, yang diperoleh dari
suatu kebijakan, di antara kelompok masyarakat
(stakeholders).
25
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 26/27
Insentif untuk perbaikan : kebijakan yang baik adalah
kebijakan yang mendorong para “stakeholders” untuk
mencari dan menerapkan pendekatan atau teknologi untuk
perbaikan.
Kemudahan untuk penegakan hukum (enforceability) :
dapat atau tidaknya suatu kebijakan diimplementasikan serta
ditegakkan.
Pertimbangan Moral.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
kebijakan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur
sejauhmana suatu kebijakan dapat mencapai hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pengukuran ini didasarkan pada
tercapainya indikator-indikator pelaksanaan kebijakan, yang dapat
diukur dari sisi efisiensi, efektivitas, maupun outcome kebijakan.
b. Kepuasan Warga Pedagang
Tjiptono (2005:20) berpendapat bahwa kepuasan atau ketidak
puasan merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi
ketidakpuasan kinerja atau tindakan yang dirasakan sebagai
akibat dari tidak terpenuhinya harapan.
26
5/13/2018 Proposal Skripsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-55a74fd63b01d 27/27
DAFTAR PUSTAKA
Irfan Islamy, 1988, Materi Pokok Kebijakan Public. Jakarta Karunika
Imawan, Riswandha. 1999. Kebijakan Publik . Yogyakarta : Program
Pascasarjana Magister Administrasi Publik UGM.
Anderson, James E. 1997. Public Policy-Making. Third Edition. New York :
Holt, Rinehart and Winston
Barata, Ateb adya 2004. Dasar – dasar pelayanan prima. Jakarta : Elex
Media Komputindo
Supranto, 2006.Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Cetakan ketiga.
Jakarta:PT.Rineka Cipta.
27