proposal skripsi
TRANSCRIPT
A. Latar Belakang Masalah
Social networking atau dalam bahasa Indonesia jejaring sosial, merupakan
tren baru-baru ini. Social networking memberi kemudahan dalam berinteraksi
sosial melalui internet seperti : saling memberi komentar, membuat profil,
mengutarakan pendapat, membentuk grup serta menambah teman.
Sebagaimana di rilis dalam Press Room Official situs Facebook, dinyatakan
bahwa web jejaring sosial ini pertama kali diluncurkan pada tahun 6 Februari
2004 dan bertujuan untuk memudahkan interaksi antar individu tanpa harus terikat
oleh jarak dan sekat-sekat geografis.
Terhitung sampai 10 Oktober 2010, 27.953.300 user Indonesia telah terdaftar
di Facebook dan ini menjadikan Indonesia berada pada peringkat dua pengguna
Facebook di dunia. Sekitar 62.9% (17.561.820 orang) di antaranya adalah user
usia produktif (18-34 tahun). Dilihat dari gender, pengguna Facebook 16.570.480
adalah user laki-laki dan 11.266.300 adalah user perempuan (Allfacebook.com).
Hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukan bahwa terjadi pergeseran
terhadap pembentukan modal sosial di dalam masyarakat. Pada masa lalu, modal
sosial dibangun melalui kegiatan interaktif antara anggota masyarakat. Tetapi
dengan berkembangnya internet, maka modal sosial juga dibentuk melalui
interaksi dengan menggunakan internet 1.
1 Kittilson dan Dalton, ‘The Internet and Virtual Civil Society’, The New Frontier of Social Capital, April 2008, h. 16
1
Menurut Putnam modal sosial adalah ”karakteristik organisasi sosial, seperti
jejaring, norma-norma dan kepercayaan sosial yang memudahkan koordinasi dan
kerjasama untuk manfaat bersama” 2.
Pola pembentukan yang tradisional yaitu interaksi sosial secara langsung
melalui kegiatan tatap muka langsung tidak lagi menjadi sesuatu yang sangat
berperan penting (crux) dalam pembentukan modal sosial pada masa sekarang.
Perkembangan internet dengan aplikasi yang memungkinakan terjadinya interaksi
antar masyarakat telah mampu menggantikan sebagian dari peran itu 3.
Sara Ferlader juga melakukan penelitian di Swedia yang menunjukan bahwa
perkembangan internet mampu membentuk modal sosial pada masyarakat lokal di
sana melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam membahas berbagai isu
sosial (social participations), meningkatkan integrasi sosial (social integration),
bertukar pikiran atau berdiskusi (exchange information), serta melakukan kegiatan
kolektif sosial (social actions) 4.
Penelitian yang dilakukan oleh Bode (2008) pada 834 pelajar SMA dan
mahasiswa di Amerika Serikat yang menggunakan Facebook, ternyata
menunjukan bahwa Facebook sebagai aplikasi jaringan sosial memberikan
kontribusi dalam pembentukan modal sosial melalui :
1. Social integration sehingga mereka menjadi mengenal satu dengan yang lain,
mengenal lebih banyak dan lebih mendalam
2 Robert D. Putnam, “The Properous Community : Social Capital and Public Life”, 1993, http://xroads.virginia.edu/~HYPER/DETOC/assoc/13putn.html3 Kittilson dan Dalton, loc. cit.4 Sara Ferlander, The Internet, Social Capital and Local community, Januari 2003, h. 233-234
2
2. Social participation dalam membahas suatu permasalahan, sehingga suatu topik
didiskusikan oleh banyak pihak, sehingga merka menjadi sangat pedulidengan
isu-isu sosial yang muncul 5.
Kehadiran universitas-universitas di Batam telah memberikan akses bagi
pelajar-pelajar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Akses
ini tidak hanya bagi yang berada di Batam saja, tapi dari pulau-pulau lain banyak
yang melanjutkan pendidikannya di Batam.
Jika kita lihat, semua universitas-universitas di Batam membuka kelas
malam, ini dikarenakan rata-rata mahasiswa di Batam adalah pekerja penuh
waktu. Berbeda dengan universitas-universtitas kota lain yang kebanyakan
mahasiswanya adalah murni mahasiswa. Menurut Emler dan McNamara, pekerja
penuh waktu hanya memiliki sedikit kontak dengan orang lain di banding
mahasiswa penuh waktu dan mahasiswa (khususnya yang jauh dari rumah)
mempunyai akses jaringan terluas dan paling sering melakukan kontak dengan
orang lain6.
Di kampus, mahasiswa tidak hanya mengisi aktivitas dengan belajar.
Mahasiswa dengan berbagai peran sosialnya dapat melakukan aktivitas-aktivitas
sosial-politik melalui kegiatan mahasiswa, BEM dan insititusi kegiatan lainnya.
Kegiatan mahasiswa, BEM dan insititusi kegiatan mahasiswa lainnya selain dari
sebagai wadah aktualisasi diri, wadah aspirasi dan pembelajaran (politik,
organisasi dsb) merupakan satu kurikulum yang tersembunyi dari satu universitas
5 L. Bode, ‘Facebooking it to the Pools’, A Study in Online Social Networking, Social capital, and Political Berhaviour,Agustus 2009. Unpublished Manuscript6 F. Jhon Field, ‘Social Capital’, 2008, h. 54
3
untuk dapat membangun modal sosialnya disamping pendidikan formal seperti :
kuliah.
Muara akhir tujuan dari suatu pendidikan adalah penguatan modal sosial
(Suyono, 2007) dan salah satu fungsi kegiatan mahasiswa, BEM dan lainnya
adalah untuk dapat menjembatanin dan mengorganisasi peran mahasiswa sebagai
agen perubahan sosial.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa pada dasarnya berupaya
mewujudkan sikap inklusif dalam kehidupan sehari-hari yang sekaligus berupaya
membangun modal sosial.7 Tetapi dengan struktur sosial mahasiswa Batam yang
pekerja penuh waktu memungkinkan mereka memiliki sedikit kontak dengan
orang lain dan memiliki sedikit waktu dalam menjalankan kegiatan mahasiswa,
BEM dan lainnya.
Sebuah studi mahasiswa di Amerika menunjukan bahwa mereka yang
menggunakan Facebook sangat mungkin untuk tetap berhubungan dengan orang-
orang yang telah mereka kenal.8 Facebook juga di gunakan oleh para mahasiswa
di Batam sebagai jembatan dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, contohnya :
UBI Computer Community, Buddhist Youth of UIB, BEM Putra Batam, Senat
GICI Business Batam dan lainnya. Fenomena ini memberi gambaran kuat bahwa
terjadinya pergeseran pembentukan modal sosial.
7 L. Ida, ‘NU Muda : Kaum Progresif dan Sekularisme Baru’, 2004, h. 368 F. John, loc. cit.
4
Penelitian yang dilakukan oleh Faris menyimpulkan bahwa dampak internet
(dalam hal ini aplikasi jaringan sosial yaitu blog dan Facebook) ternyata mampu
memainkan peranan besar 9.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti bermaksud untuk meneliti pengaruh
pemakaian Facebook terhadap pembentukan modal sosial, dengan judul:
”Analisis Pengaruh Pemakaian Facebook Terhadap Pembentukan Modal
Sosial di ka Sosial di Kalangan Mahasiswa Batam”
9 Faris. David, Revolutions Without Revoulutionaries? Network Theory, Facebook and the Egyptian Blogosphere, September 2008, h. 6-7
5
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah ini dispesifikasi ke dalam 7
pertanyaan mendasar, yaitu:
1. Apakah intensitas penggunaan Facebook positif berhubungan dengan
individuals’ perceived bridging social capital?
2. Apakah intensitas penggunaan Facebook positif berhubungan dengan
individuals’ perceived bonding social capital?
3. Apakah hubungan antara intensitas penggunaan Facebook dan bridging social
capital akan tergantung pada tingkat harga diri (self esteem) seseorang?
4. Apakah hubungan antara intensitas penggunaan Facebook dan bridging social
capital akan tergantung pada tingkat kepuasan hidup (sastisfaction life)
seseorang?
5. Apakah hubungan antara intensitas penggunaan Facebook dan bonding social
capital akan tergantung pada tingkat harga diri (self esteem) seseorang
6. Apakah hubungan antara intensitas penggunaan Facebook dan bonding social
capital akan tergantung pada tingkat kepuasan hidup (sastisfaction life)
seseorang?
7. Apakah intensitas penggunaan Facebook akan positif berhubungan dengan
individuals’ perceived maintained social capital?
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuktikan bahwa intensitas penggunaan Facebook positif berhubungan
dengan individuals’ perceived bridging social capital.
2. Membuktikan bahwa intensitas penggunaan Facebook positif berhubungan
dengan individuals’ perceived bonding social capital.
3. Membuktikan bahwa hubungan antara intensitas penggunaan Facebook dan
bridging social capital akan tergantung pada tingkat harga diri (self esteem)
seseorang.
4. Membuktikan bahwa hubungan antara intensitas penggunaan Facebook dan
bridging social capital akan tergantung pada tingkat kepuasan hidup
(sastisfaction life) seseorang.
5. Membuktikan bahwa hubungan antara intensitas penggunaan Facebook dan
bonding social capital akan tergantung pada tingkat harga diri (self esteem)
seseorang.
6. Membuktikan bahwa hubungan antara intensitas penggunaan Facebook dan
bonding social capital akan tergantung pada tingkat kepuasan hidup
(sastisfaction life) seseorang.
7. Membuktikan bahwa intensitas penggunaan Facebook akan positif
berhubungan dengan individuals’ perceived maintained social capital.
7
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademis penelitian ini berkaitan dengan studi tentang modal sosial
(social capital) di kalangan mahasiswa Batam. Diharapkan penelitian ini
bermanfaat dalam memberikan kontribusi terhadap ruang penelitian sosial
dan budaya dalam sistem informasi, khususnya dalam kajian kajian modal
sosial (social capital)
2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberkan masukan atau
sumbangan dalam bentuk data-data yang dapat digunakan bagi kajian-kajian
atau penelitian yang berkaitan.
3. Secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan bagi
mahasiswa di Batam dalam meningkatkan modal sosial (social capital)
melalui jejaring sosial (social networking).
8
E. Model Penelitian
Sumber: Ellison,Steinfield dan Lampe (2007).
F. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah mahasiswa di Batam yang memiliki
account Facebook. Sampel yang di ambil dari populasi mahasiswa di Batam
adalah : mahasiswa UIB, mahasiswa Putra Batam, mahasiswa GICI. Sampel ini di
ambil dengan asumsi bahwa Facebook juga di gunakan oleh para mahasiswa di
Batam sebagai jembatan dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, contohnya :
UBI Computer Community, Buddhist Youth of UIB, BEM Putra Batam, Senat
9
GICI Business Batam dan lainnya. Saat ini Facebook di jadikan sebagai jembatan
dalam pembentukan modal sosial di kalangan mahasiswa Batam.
2. Metode Pengumpulan Data
Karena tidak memungkinkan peneliti dalam mengetahui ukuran populasi
yang tepat maka teknik pengambilan sampel adalah nonprobability sampling yang
artinya setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk
di jadikan sampel. Teknik nonprobability sampling yang lebih spesifik dalam
pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling yaitu penentuan
sampel berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti
10). Kriteria mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
mahasiswa yang menggunakan Facebook sebagai media sosial.
10 Siagian, Dergibson, & Sugiarto, Metode Statistika (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002), h. 120
10