proposal quality control pesawat x-ray

Upload: asujiatmoko

Post on 14-Jul-2015

2.206 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAHQUALITY CONTROL PESAWAT TOSHIBA KXO-50F DI RUMAH SAKIT TEBET DAN SHIMADZU FLUOROMAX CIRCLEX DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

DISUSUN OLEH : ALMI SUJIATMOKO P2.31.30.0.08.008

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam bidang kesehatan, radiologi merupakan salah satu unit penunjang yang memanfaatkan penggunaan radiasi pengion khususnya sinar x untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit pasien. Hasil dari pelayanan radiologi akan menentukan diagnosa penyakit pasien sehingga dapat ditentukan perencanaan pengobatan bagi pasien tersebut dengan lebih akurat, tepat dan optimal. Radiografer sebagai tenaga kesehatan yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi dengan pemanfaatan radiasi pengion di instalasi radiologi harus mampu menjamin keakurasian dan keamanan pesawat sehingga dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan di bidang radiologi yang aman bagi pasien, radiografer dan lingkungan. Pengendalian mutu (quality control) merupakan kegiatan

mengendalikan mutu dengan memeriksa (inspeksi) hasil produksi apakah mutu telah seperti yang dikehendaki yang sesuai standar (Wijono, 2000: 241). Sedangkan tujuan quality control adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan dari suatu jasa atau produk yang ditawarkan dengan cara memeriksa hasil produksi, memonitor dan menilai produk yang bermutu (Vidiani, 2009: 8). Kegiatan inilah yang seharusnya dilakukan para radiografer untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

Sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di instalasi radiologi yaitu pesawat sinar x, film, kaset, alat processing dan kamar gelap. Sarana dan prasarana tersebut harus diperhatikan, terutama pesawat sinar x karena merupakan komponen utama dalam pelayanan radiologi. Sebagai komponen utama dalam pelayanan radiologi, pesawat sinar x harus dalam keadaan layak untuk digunakan. Jika pesawat tersebut dalam keadaan tidak layak atau tidak memenuhi standar-standar keselamatan maka pesawat tersebut dapat membahayakan bagi radiografer, pasien dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan Radiological Council of Western Australia, untuk mengetahui apakah pesawat tersebut layak untuk digunakan maka diperlukan kegiatan pengendalian mutu berupa pengukuran keakurasian kolimasi, pengukuran keakurasian tegangan tabung (kV), pengukuran keakurasian waktu eksposi, pengukuran linearisasi mA, pengukuran titik fokus efektif, pengukuran ketepatan pusat grid, pengukuran kebocoran tabung pesawat sinar x dan paparan radiasi hambur. Jika hasil pengukuran tidak sesuai dengan standar yang diperbolehkan maka pesawat tersebut tidak layak untuk digunakan. Berdasarkan pengalaman penulis ketika Praktek Kerja Lapangan, ditemukan bahwa proses pengendalian mutu terhadap pesawat-pesawat jarang dilakukan secara intensif, sehingga penulis berkeinginan untuk melakukan proses pengujian kendali mutu pesawat tersebut untuk mengetahui apakah sudah memenuhi standar-standar keselamatan sehingga layak untuk digunakan.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana proses kendali mutu pesawat Toshiba KXO - 50F di Rumah Sakit Tebet dan Shimadzu Fluoromax Circlex di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui uji kelayakan dan keselamatan pesawat Toshiba KXO - 50F di Rumah Sakit Tebet dan Shimadzu Fluoromax Circlex di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui nilai keakurasian kolimasi pada pesawat Toshiba KXO - 50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex. b. Untuk mengetahui nilai keakurasian tegangan tabung (kV) pada pesawat Toshiba KXO - 50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex. c. Untuk mengetahui nilai keakurasian waktu eksposi pada pesawat Toshiba KXO - 50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex. d. Untuk mengukur keluaran radiasi dan linearitas keluaran pada pesawat Toshiba KXO - 50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex. e. Untuk mengetahui seberapa besar terjadinya kebocoran tabung pada pesawat Toshiba KXO-50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex.

f.

Untuk mengetahui seberapa besar terjadinya radiasi hambur pada ruangan pemeriksaan radiologi di Rumah Sakit Tebet dan Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng.

g.

Untuk mengetahui ukuran titik fokus efektif pada pesawat Toshiba KXO-50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex.

h.

Untuk mengetahui ketepatan pusat grid pada pesawat Toshiba KXO50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang proses

pengendalian mutu suatu pesawat sinar x. 2. Institusi Dapat diajukan sebagai salah satu bahan pertimbangan terhadap pentingnya dilakukan pengendalian mutu untuk meningkatkan

keselamatan bagi pasien, radiografer dan lingkungan sekitar. 3. Penulis Dapat menambah pengalaman penulis tentang proses pengendalian mutu suatu pesawat sinar x sehingga pesawat tersebut aman bagi pasien, radiografer dan lingkungan sekitar.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPA. Kajian Teori 1. Jaminan Mutu (Quality Assurance) a. Pengertian Quality assurance terdiri dari segala macam aktivitas yang bertujuan untuk memberikan kepercayaan terhadap pelayanan radiologi yang selalu konsisten, baik dalam pelayanan maupun dalam hal pemberian gambar yang berkualitas tinggi. Quality assurance meliputi evaluasi terhadap aktivitas seperti interpretasi hasil pemeriksaan, perawatan peralatan, standar prosedur, pencatatan film, perbaikan kerja, penjadwalan pemeriksaan dan lain-lain. Proses quality assurance bekerja dengan melakukan identifikasi masalah atau daerah potensial yang bermasalah, memonitor masalah dan kemudian memecahkan masalah (Charlton, 1992: 439). Beberapa definisi quality assurance dikemukakan sebagai berikut: 1) Menurut WHO (1982), quality assurance adalah upaya yang teratur oleh staf yang mengoperasikan fasilitas untuk menjamin bahwa image diagnostic yang dihasilkan oleh fasilitas prima secara konsisten memberikan informasi diagnostik yang tepat dengan paparan radiasi serendah mungkin terhadap pasien dan personil.

2) Bethesda MD, Quality Assurance for Diagnostic Imaging: Quality Assurance adalah seluruh pemasukan program termasuk kualitas control dengan penyampaian secara administratif, berpendidikan dan metode yang ekonomis termasuk

pengeluaran secara terus-menerus sesuai dengan kemampuan dan efektif, semua program imaging dengan memastikan suatu kebenaran berdasarkan kebutuhan. 3) Dr. Heater Palmar quality (1983) dari Universitas adalah suatu Howard proses

mendefinisikan

assurance

pengukuran mutu, menganalisa kekurangan yang ditemukan dan membuat kegiatan untuk meningkatkan penampilan yang diikuti dengan pengukuran mutu kembali untuk menentukan apakah peningkatan telah tercapai. Jaminan mutu atau quality assurance adalah suatu program yang termasuk di dalamnya kualitas kontrol, untuk proses perbaikan dengan memberikan informasi diagnostik yang tepat untuk mengurangi paparan radiasi dan meningkatkan citra radiodiagnostik dengan biaya serendah mungkin dan meminimalisasi suatu kesalahan dengan membuat program kegiatan agar dapat mengukur kembali untuk menentukan apakah peningkatan mutu telah tercapai. b. Tujuan Tujuan dari dibentuknya quality assurance dalam bidang radiologi yaitu untuk memberikan pelayanan yang berkualitas, lebih

efektif dan efisien, dengan informasi diagnostik yang setinggi mungkin dan paparan radiasi yang serendah-rendahnya serta biaya yang sewajarnya (Bryan, 1987: 28). Dengan tercapainya tujuan dari QA dalam bidang radiologi maka diharapkan pelayanan radiologi yang diberikan kepada pasien dapat terus ditingkatkan sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pasien. 2. Kendali Mutu (Quality Control) a. Pengertian 1) Kendali mutu adalah teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas. (Gaspers, 2006: 2) 2) Kendali mutu adalah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya dalam mengendalikan mutu. (Charlton, 1992: 439) b. Tujuan Tujuan dari kendali mutu adalah memberikan kepuasan kebutuhan kepada pelanggan dari suatu jasa atau produk yang ditawarkan dengan cara memeriksa hasil produksi, memonitor, dan menilai produk yang bermutu.

3.

Linearisasi kV

Linearisasi kV atau kesetaraan kV merupakan pengukuran nilai kV pada pesawat radiodiagnostik dengan cara mengukur nilai densitas yang dihasilkan secara objektif pada variasi nilai kV (kiloVoltage) dengan besaran mAs sama, untuk menilai keakuratan besaran nilai kV yang tertera pada control table dengan kualitas foton sinar x yang dihasilkan. Linearisasi juga dapat dilihat dengan nilai densitas yang naik atau turun secara gradual. Menurut Bushong (1988), ada beberapa metode dalam melakukan uji linearisasi kV yaitu menggunakan: a. Metode dengan stepwedge Metode ini mengguanakan alat bantu stepwedge sebagai nilai densitas dari beberapa jenis ketebalan yang dihasilkan dari varisi kV dengan mAs tetap, yang kemudian dihitung dengan densitometer dari densitas yang dihasilkan. b. Metode dengan spinning top Metode ini menggunakan alat yang disebut spinning top, yang berbahan Pb berbentuk melingkar dengan lubang yang melingkari lubang tersebut. Caranya membagi kaset radiografi dalam empat bagian yang setiap bagiannya diekspose dengan kV yang berbeda dan spinning top tersebut ditaruh diatas kaset yang akan di ekspose, setelah itu hitung nilai densitas dari nilai yang dihasilkan.

c.

Metode dengan kVp meter

Metode ini menggunakan kVp meter sebagai alat ukurnya. Caranya dengan mengekspose kVp meter dan kolimasi diatur sesuai luas sensor dengan mengguanakan variasi kV dan nilai mA tetap. d. Metode dengan kVp kaset Metode ini menggunakan kaset yang khusus untuk menguji kV, kaset ini terdiri dari beberapa nilai uji kV mulai dari 60 kV, 80 kV, 100 kV, 120 kV yang setiap bagiannya terdiri dari 20 titik.

Dengan cara film dimasukkan ke dalam kaset tersebut, kemudian di ekspose sesuai nilai kV yang diuji dengan mengatur kolimasi dan ditutupi dengan lead rubber pada bagian yang tidak ingin terkena ekspose. 4. Linearisasi mA Linerisasi mA atau kesetaraan mA merupakan pengukuran nilai mA pada pesawat radiodiagnostik dengan cara mengukur nilai densitas gambar yang dihasilkan secara objektif pada variasi penggunaan nilai mA (miliAmpere) dan s (second) dalam besaran nilai mAs yang sama, untuk menilai keakuratan besaran nilai mA yang tertera pada control table dengan intensitas foton sinar-X yang dihasilkan. Pengujian linearisasi mA menerapkan hukum kesebandingan (Reciprocity Law), yang menyatakan bahwa: Ketika dilakukan eksposi secara langsung padanya konstan sedangkan nilai mA dan sekonnya bervariasi maka akan dihasilkan efek densitas radiografi yang sama selama faktor yang lainnya konstan (Chesney, 1971: 294). Jadi dapat

ditarik kesimpulan bahwa nilai mAs yang konstan, misalnya 20 mAs akan menghasilkan nilai densitas yang sama ketika dilakukan eksposi pada 20 mA dan 1 s, pada 40 mA dan 0,5 s, pada 80 mA dan 0,25 s, pada 200 mA dan 0,1 s serta pada 500 mA dan 0,04 s. Ketika tabir penguat (Intensifying Screen) digunakan maka efek pencahayaan pada film ditentukan oleh emisi cahaya tampak yang dipancarkan akibat respon screen terhadap radiasi sinar x. Dalam hal ini maka hukum kesebandingan tidak berlaku, nilai mA yang tinggi untuk second yang rendah dan nilai mA yang rendah untuk second yang tinggi tidak akan menghasilkan efek densitas radiografi yang sama walaupun nilai mAs dan faktor lainnya (jenis film, kV, cairan processing) tetap. Pengaturan nilai mA cenderung diikuti pengaturan nilai second. Hal ini bertujuan untung memperpanjang umur tabung. Keakuratan nilai mAs sangat penting untuk menjaga kualitas gambar karena nilai densitas tidak dapat diprediksikan kecuali nilai mA akurat. Pengukuran nilai mA tidak dapat dilakukan secara terpisah melainkan harus digabungkan dengan nilai s sehingga dilakukan pengujian mAs, tentu saja setelah dilakukan pengujian nilai kV dan second akurat. Pengukuran linearisasi dilakukan dengan nilai mAs yang sama pada nilai mA dan s berbeda, dimana nilai mA harus terpelihara dalam batas ketidaklinieran kurang lebih 10% dari nilai densitas yang dihasilkan (Hendree, 1990: 445). 5. Tabung Pesawat sinar-X a. Glass Envelope atau Tube Insert

1.

Katoda Katoda pada dasarnya adalah suatu filamen yang terbentuk dari lilitan kawat yang memiliki tahanan tinggi agar mampu menahan panas yang dihasilkan dari pemanasan arus filamen yaitu 5 Ampere. Diameter lilitan filamen katoda 0.2 cm 0.5 cm dan memiliki panjang lilitan 1 cm. Bentuk ukuran filamen katoda akan menentukan ukuran fokus. Untuk menahan panas tinggi biasanya kawat lilitan katoda terbuat dari logam tungsten yang memiliki titik lebur tinggi yaitu sekitar 3370 C.

2.

Anoda Anoda atau target terbuat dari material yang memiliki nomor atom tinggi karena intensitas sinar-X sebanding dengan nomor atom target yang memiliki titik lebur tinggi untuk menahan panas yang tinggi akibat tumbukan dengan elektron proyektil sehingga dapat meminimalkan kerusakan anoda sebagai penghantar panas yang baik agar mampu melepaskan panas dengan cepat sedikit mungkin mengalami penguapan bahkan pada temperatur sangat tinggi sehingga atom-atom tidak terlepas (boiled off) dari material anoda yang akan menyebabkan permukaan anoda menjadi rusak, biasanya terbuat dari tungsten yang memiliki titik lebur 3370 C disamping tungsten juga dapat dikombinasikan dengan bahan lain, misalnya tembaga berbentuk

batang yang tersambung keluar tabung untuk melepaskan ekses panas. b. Fokus Efektif Fokus efektif didefinisikan sebagai refleksi dari daerah target tempat tumbukan dengan elektron proyektil dimana besarnya fokus efektif dipengaruhi oleh besarnya ukuran sudut antara target dengan sumbu bidang elektron proyektil. Berkas sinar utama yang tegak lurus dengan sepanjang sumbu tabung sinar-X dan berkas elektron digambarkan dalam bidang central ray. c. Pelindung Tabung (Tube Envelope) Pada umumnya terbuat dari dinding kaca yang sangat kuat, dapat dikondisikan hampa udara 10-6 mm Hg dan dapat memberikan isolasi yang baik antara katoda dan anoda, terdapat window sebagai tempat lewatnya sinar-X menuju objek

pemeriksaan. Untuk menunjang hal tersebut, dipilih suatu bahan yang memiliki titik lebur tinggi untuk menahan panas selama proses pembangkitan sinar-X dan mudah dibentuk untuk konstruksi pabrik. d. Rumah Tabung (Tube Housing) Rumah tabung pada umumnya dilapisi timah hitam (Pb) untuk menahan berkas sinar-X yang tidak searah dengan window, terdapat window yang juga berfungsi sebagai filter untuk menahan energi rendah radiasi sinar-X sebagai tempat sumber daya (power source). Untuk tabung jenis anoda putar terdapat terminal tegangan

tinggi, isolator terhadap tegangan tinggi, dapat dipasangkan secara tepat dengan pelindung tabung (tube envelope), dapat dipasangkan peralatan kolimator dan berisi minyak pendingin (cooling oil) untuk menyerap panas tinggi selama proses pembangkitan. e. Filamen Terdiri dari bahan tungsten yang mempunyai titik lebur 3370 C dengan nomor atom 74. Filamen berfungsi sebagai sumber elektron dan juga terbagi 2 yaitu: 1) Katoda direct / langsung. 2) Katoda indirect katoda bisa berupa single focus atau double focus. 6. Kolimator a. Pengertian Kolimator adalah alat pembatas radiasi yang umumnya digunakan pada radiografi yang terdiri dari dua set penutup (shutter) timbal yang saling berhadapan dan bergerak dengan arah berlawanan secara berpasangan (Carlton, 1992: 231) Alat ini mempunyai dua keuntungan yaitu dilengkapi dengan pembatas luas lapangan penyinaran yang dapat diatur dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan titik tengah (central point) sinar-X yang keluar dari bidang target. Kolimator dilengkapi oleh bola lampu, cermin dan dua penutup jendela (shutter) yaitu shutter 1 dan shutter 2. Bola lampu

dan cermin berfungsi sebagai penunjuk berkas sinar-X yang akan tergambar pada film radiografi. Berkas sinar tersebut dibelokkan oleh sebuah cermin yang dipasang pada jalur didalam berkas sinar-X dengan sudut 45. Antara target tabung sinar-X dan sinar lampu harus memiliki jarak yang tepat dan sama dari pusat cermin sehingga, berkas sinar yang melewati shutter kedua yang telah terbuka terkolimasi secara tepat dengan berkas sinar-X.

Gambar 1. Bagian-bagian kolimator (Sumber: Charlton, 1992) Dua penutup jendela (shutter) kolimator yaitu S1 dan S2 terbuat dari Pb dan dapat digerakkan atau diatur secara bersamasama, dengan shutter itu luas daerah penyinaran sinar x yang keluar dapat diatur sesuai dengan objek dan kriteria yang diinginkan.

b.

Fungsi Pembatas Kolimator Kolimator dan alat pembatas berkas sinar-X lainnya, mempunyai dua fungsi dasar yaitu untuk meminimalkan paparan radiasi yang diterima oleh pasien dan untuk mengurangi radiasi hambur (Curry, 1990: 96).

7.

Grid Radiasi hambur yang dihasikan oleh sinar-x apabila sampai ke film dapat menyebabkan penurunan kontras. Oleh sebab itu maka diperlukan suatu alat filtrasi yang bisa mengurangi radiasi hambur yang sampai ke film. Salah satu cara yang sangat efektif dalam mengurangi radiasi hambur adalah dengan menggunakan grid. Grid terdiri dari bahan grid (grid material), yaitu timbal (Pb) dan bahan pemisah yang berupa alumunium atau plastik fiber yang disusun sacara selang-seling. Kontruksi seperti ini memungkinkan grid hanya dapat meneruskan

sinar-x secara tegak lurus dari sumber ke penerima gambar (film) sehingga radiasi hambur dapat diserap dengan baik. Garis-garis timbal dibutuhkan untuk menyerap radiasi hambur yang terbuat dari bahan atom yang memiliki nomor atom yang tinggi dan juga harganya yang relatif murah dan mudah untuk dibentuk. Sedangkan bahan pemisahnya (interspace) biasanya menggunakan alumunium atau plastik fiber sehingga radiasi primer dapat menembusnya.

Gambar 2. Grid (Sumber: www.google.com) a. Jenis Grid 1. Grid menurut tipenya Menurut tipenya (kontruksi lead strip dan interspace), grid dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu : 1. 2. 3. 4. Grid linier (linier grid) Grid terpusat (focused grid) Grid terpusat semu (pseudufocused grid) Grid berpotongan (cross grid)

1) Grid linier (linier grid) Grid linier merupakan grid yang paling sederhana dan yang paling sering digunakan. Tipe ini juga yang paling mudah dibentuk. Grid jenis ini mempunyai lempengan-lempengan timbal dan interspace material yang sejajar satu sama lain. Penggunaan grid jenis ini memungkinkan sebagian sinar yang arahnya tidak tegak lurus dengan bidang grid (oblique) akan diserap oleh lapisan timbal (lead strip), sehingga densitas yang dihasilkan pada tepi film akan

lebih rendah, fenomena penyerapan sinar primer yang tidak diinginkan ini seperti ini disebut cut off. Cut off sering terjadi apabila penggunan FFD yang terlalu dekat. Oleh sebab itu, maka penggunaan grid harus memperhatikan jarak FFD yang digunakan.

Gambar 3. Grid linier (Sumber : Bushong, 1988) 2) Grid terpusat (focused grid) Grid terpusat merupakan yang mempunyai susunan dari lempengan-lempengan timbal yang membentuk sudut dan mengarah ke suatu fokus. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalm penggunaan grid ini,antara lain : a. b. c. Memiliki FFD tertentu Penggunaan tidak boleh terbalik Tidak boleh off center

Gambar 4. Grid terpusat (Sumber: Bushong, 1988) 3) Grid terpusat semu (pseudufocused grid) Grid terpusat semu hampir sama dengan grid linier, akan tetapi tinggi dari lempengan timbal makin ke tepi makin rendah/pendek. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya cut off ,sehingga sinar yang arahnya oblique dapat menembus film.

Gambar 5. Grid terpusat semu (Sumber: www.google.com) 4) Grid berpotongan (cross grid) Grid berpotongan merupakan grid yang mempunyai kontruksi lempengan timbal paralel yang saling menyilang satu sama

lain, sehingga garis-garis lead strip saling tegak lurus antara satu sama lain. Grid ini biasanya dibuat dengan cara menempel satu grid linier dengan linier lain yang arah stripnya berbeda (saling berlawanan). Grid berpotongan lebih efesien dalam menyerap radiasi hambur, bahkan memiliki faktor peningkatan kontras yang lebih tinggi dibandingkan dengan grid linier dengan rasio yang sama.

Gambar 6. Grid berpotongan (Sumber: Bushong, 1988) 2. Grid menurut pergerakannya Ditinjau dari segi pergerakannya,grid dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Grid diam (stationary grid) 2. Grid bergerak (moving grid) 1) Grid diam (stationary grid) Grid diam adalah grid yang dalam penggunaannya diam pada saat dilakukan exsposi. Grid diam diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Gustav Bucky pada tahun 1913. Dengan grid diam, bayangan lead strip akan overlap dengan gambaran yang diinginkan yang biasa disebut garis grid.. Grid jenis ini

biasanya lebih sering digunakan diruang gawat darurat. Hal ini dikarenakan grid ini lebih praktis dan dapat digunakan untuk berbagai macam objek dengan berbagai macam proyeksi serta dapat dipindahkan sesuai dengan kebutuhan. 2) Grid bergerak (moving grid) Dr. Hollis E. Potter menunjukan bahwa pola grid diam dapat dikurangi dengan menggunakan grid yang dibuat sejajar dengan meja pemeriksaan yang bergerak bersamaan dengan dilakukannya exsposi. Pergerakan itu mengaburkan garis grid dan membuatnya tak dapat dibedakan.

B. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan penjelasan mengenai alur dari konsep penelitian yang dilakukan seperti gambar di bawah ini:

Pengujian Kendali Mutu Pesawat Toshiba KXO-50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex

Persiapan pesawat sinar x, kaset, film, collimator dan beam aligment test tool, multimeter Piranha, focal spot test tool, grid alignment test tool serta survei meter

Pengukuran titik fokus efektif

Pengukuran keakurasian kolimasi

Pengukuran keakurasian tegangan tabung (kV)

Pengukuran keakurasian waktu eksposi

Pengukuran linearitas mA

Pengukuran kebocoran tabung pesawat sinar x dan radiasi hambur

Pengukuran ketepatan pusat grid

Batas toleransi yaitu 0.6 mm untuk fokus kecil dan 1.2 mm untuk fokus besar

Batas toleransi yaitu 2% dari FFD

Batas toleransi yaitu 6% dari nilai kV yang diatur pada kontrol panel

Batas toleransi yaitu 10% dari nilai waktu eksposi yang diatur pada kontrol panel

Batas toleransi yaitu nilai koefisien linearitas harus 0.1

Batas toleransi yaitu 100 mR/Jam

Batas toleransi yaitu nilai densitas tertinggi ada pada lubang yang ditengah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Desain Penelitian Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif tentang penjaminan mutu pesawat Toshiba KXO-50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex. Data-data diperoleh melalui pengukuran langsung di Rumah Sakit Tebet Jakarta dan Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng.

B.

Tempat dan Waktu Penelitian Uji penjaminan mutu pesawat Toshiba KXO-50F Shimadzu Fluoromax Circlex dilakukan di Rumah Sakit Tebet dan Rumah Sakit

Umum Daerah Cengkareng yang dilakukan pada bulan Juni 2011. C. Metode Pengumpulan Data Untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam karya tulis ini dilakukan dengan pengumpulan data yaitu dengan cara: 1. Pengukuran Langsung Penulis melakukan pengukuran langsung di Rumah Sakit Tebet dan Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng. 2. Studi Pustaka Pada studi kepustakaan ini penulis mengambil data-data literatur dari beberapa buku yang terdapat di perpustakaan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

D.

Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memerlukan alat-alat untuk

mengumpulkan data. Alat yang digunakan adalah aturan menurut Radiological Council of Western Australia, National Electrical

Manufactures Association, Gammex RMI serta lembar pengukuran dan alat tulis untuk mencatat data. E. Pengolahan dan Analisa Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisa secara kuantitatif dan dideskripsikan dengan tabel tentang hasil penjaminan mutu pesawat Toshiba KXO-50F dan Shimadzu Fluoromax Circlex di Rumah Sakit Tebet Jakarta dan Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng dengan tetap mengacu pada teori yang telah ada.