proposal program kreativitas mahasiswa - core.ac.uk · pemilihan sample apotek dilakukan dengan...

25
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG IRASIONAL PADA RESEP DOKTER DARI APOTEK-APOTEK DI KOTA SURAKARTA BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN DIUSULKAN OLEH : SafiraNurullita NIM:G0013209 / ANGKATAN: 2013 PrismaCahyaning R. NIM: G0013189 / ANGKATAN: 2013 Septiana C. NIM: G0013215 / ANGKATAN: 2013 AriniAlhaqq NIM: G0014044 / ANGKATAN: 2014 FauziyaDzakirani NIM: G0014098 / ANGKATAN: 2014 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Upload: others

Post on 20-Sep-2019

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG IRASIONAL PADA RESEP

DOKTER DARI APOTEK-APOTEK DI KOTA SURAKARTA

BIDANG KEGIATAN:

PKM PENELITIAN

DIUSULKAN OLEH :

SafiraNurullita NIM:G0013209 / ANGKATAN: 2013

PrismaCahyaning R. NIM: G0013189 / ANGKATAN: 2013

Septiana C. NIM: G0013215 / ANGKATAN: 2013

AriniAlhaqq NIM: G0014044 / ANGKATAN: 2014

FauziyaDzakirani NIM: G0014098 / ANGKATAN: 2014

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

ii

iii

DAFTAR ISI

Halaman sampul ................................................................................................. i

Lembar Pengesahan ........................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................. iii

Daftar Tabel ........................................................................................................ iv

Ringkasan ........................................................................................................... v

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 LatarBelakang ................................................................................. 1

1.2 PerumusanMasalah ......................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................. 2

1.4 Kegunaan ........................................................................................ 2

1.5 Luaran ............................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

BAB 3. METODA PENELITIAN ..................................................................... 6

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ................................................. 8

4.1 Anggaran Biaya ............................................................................. 8

4.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota ............................................................ 10

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ........................................................ 17

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ............... 19

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti ..................................................... 20

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P .................................................. 8

Tabel 4.2.Jadwal Kegiatan PKM-P .................................................................... 8

v

RINGKASAN

Pada tahun 2013, Centers for Disease and Prevention (CDC) menemukan bahwa

setiap tahunnya setidaknya 2 juta manusia terkena infeksi bakteri yang resisten

terhadap satu atau beberapa jenis antibiotik. Hal ini semakin diperparah dengan

data yang menunjukkan bahwa sekitar 23.000 orang meninggal setiap tahunnya

karena infeksi bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik.

Tingginya angka resistensi antibiotik, salah satunya diakibatkan oleh penggunaan

terapi antibiotik irasional yang diresepkan oleh dokter.Berbagai studi menemukan

bahwa sekitar 40-60 % antibiotik digunakan secara tidak tepat. Pada penelitian

kualitas penggunaan antibiotik di berbagai rumah sakit ditemukan 30-80 %

antibiotik digunakan tanpa indikasi. Oleh karena itulah, perlu diteliti mengengai

penggunaan antibiotik yang irasional pada resep dokter dari apotek-apotek di

Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevelensi penggunaan antibiotik yang

irasional pada resep dokter pada apotek-apotek di Surakarta, baik dokter umum

dan dokter spesialis. Data diambil tiga bulan berturut-turut kemudian akan

dianalisis dengan menggunakan standart rasionalitas terapi antibiotik dari

Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2011. Pemilihan sample apotek dilakukan

dengan mengambil 2 apotek tiap kecamatan Surakarta, agar lebih merata dan

tidak hanya berasal dari pusat kota. Dua apotek yang dipilih merupakan 2 apotek

paling besar di kecamatan tersebut agar jumlah resep yang masuk memadai untuk

dianalisis. Analisis dibandingkan dengan sumber pustaka manajemen terapi

standart dari Departemen Kesehatan. Hasil berupa persentase pravelensi

penggunaan antibiotik yang irasional dibanding dengan total resep yang masuk.

Kata Kunci: antibiotik, irasional.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah,

mengobati, mendiagnosis penyakit/ gangguan, atau menimbulkan suatu

kondisi tertentu (Setiawati, et al, 2009). Obat tidak hanya memiliki efek

positif, namun juga memiliki efek negatif (efek samping) bagi tubuh. Oleh

sebab itu, pemakaian obat harus sesuai dengan kriteria terapi rasional.

Kriteria pemakaian obat secara rasional telah ditetapkan oleh Departemen

Kesehatan RI (1975) meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat penderita, tepat

dosis dan cara pemakaian, serta waspada efek samping (Wilianti, 2009).

Antibiotik merupakan salah satu jenis obat yang sering digunakan secara

irasional. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-60 % antibiotik

digunakan secara tidak tepat. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik

di berbagai rumah sakit ditemukan 30-80 % antibiotik digunakan tanpa

indikasi (Hadi, 2009).

Penggunaan obat irasional, khususnya antiobiotik akan menimbulkan

terjadinya resistensi. Resistensi antibiotik adalah perubahan kemampuan

bakteri hingga menjadi kebal terhadap antibiotik (World Health Organization,

2011). Berdasarkan survei yang dilakukan CDC (Centers for Disease Control

and Prevention) pada tahun 2013, setiap tahunnya setidaknya 2 juta manusia

terkena infeksi bakteri yang resisten terhadap satu atau beberapa jenis

antibiotik. Hal ini semakin diperparah dengan data yang menunjukkan bahwa

sekitar 23.000 orang meninggal setiap tahunnya karena infeksi bakteri yang

telah resisten terhadap antibiotik.

Infeksi bakteri yang seharusnya mudah untuk diobati dengan antibiotik

menjadi susah untuk diterapi karena adanya resistensi antibiotik. Hal tersebut

akan meningkatkan mortalititas dan mordibitas pasien. Selain itu, juga

berdampak pada segi ekonomi karena diperlukan antibiotik yang lebih kuat

untuk mengobati infeksi bakteri, yang tentunya lebih mahal. Hingga saat ini,

belum ada penelitian mengenai penggunaan terapi antibiotik irasional pada

resep dokter yang menjadi salah satu penyebab resistensi antibiotik. Oleh

sebab itulah, diperlukan penelitian mengenai penggunaan terapi antibiotik

irasional pada resep dokter dari apotek-apotek di Surakarta.

1.2 Rumusan masalah

1. Berapa pravelensi penggunaan antibiotik yang irasional dari resep dokter

umum di Kota Surakarta?

2. Berapa pravelensi penggunaan antibiotik yang irasional dari resep dokter

spesialis di Kota Surakarta?

2

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pravelensi penggunaan antibiotik yang irasional dari

resep dokter umum di Kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui pravelensi penggunaan antibiotik yang irasional dari

resep dokter spesialis di Kota Surakarta.

1.4 Manfaat

1. Memberikan informasi kepada dokter mengenai pravelensi penggunaan

antibiotik yang irasional di kota Surakarta, dengan harapan dokter lebih

berhati-hati dalam memberikan terapi kepada pasien.

2. Memberikan informasi kepada pembuat kebijakan kesehatan dalam

pengawasan dan pengendalian obat, khususnya antibiotik.

1.5 Luaran

Penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan dalam bentuk artikel ilmiah

skala internasional, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk dokter dan

pembuat kebijakan kesehatan dan memiliki konstribusi terhadap

perkembangan ilmu kesehatan.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antibiotik

Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang

merugikan manusia. Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,

tertutama fungi, yang dapat menghambat, atau dapat membasmi mikroba

jenis lain (Setiabudy, 2008). Singkatnya, antibiotik adalah antimikroba yang

dihasilkan oleh suatu mikroba.

Antibiotik yang dipilih, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang

tinggi, artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi

tidak terlalu toksik untuk tubuh pasien. Berdasarkan sifat toksisitasnya,

antibiotik dibagi menjadi dua jenis, yaitu bakteriostatik dan bakterisid.

Bakteriostatik adalah antibiotik yang menghambat pertumbuhan bakteri,

sedangkan bakterisid adalah antibiotik yang menbunuh mikroba (Setiabudy,

2008).

Agar dapat menunjukkan aktivitasnya sebagai bakterisida maupun

bakteriostatik, antibiotik harus memiliki beberapa sifat berikut ini

(Permenkes, 2011):

a) Aktivitas mikrobiologi. Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan

spesifiknya (misalnya ribosom atau ikatan penisilin pada protein).

b) Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi

kadar antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri.

c) Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang

cukup memadai agar diperoleh efek yang adekuat.

d) Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat

yangdiperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Secara umum terdapat dua kelompok antibiotik berdasarkan sifat

farmakokinetikanya, yaitu;

a) Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam

kadar di atas KHM (Kadar Hambat Minimal) sangat penting untuk

memperkirakan outcome klinik ataupun kesembuhan. Pada kelompok ini

kadar antibiotik dalam darah di atas KHM paling tidak selama 50%

interval dosis. Contoh antibiotik yang tergolong timedependent killing

antara lain penisilin, sefalosporin, dan makrolida).

b) Concentration dependent. Semakin tinggi kadar antibiotika dalam darah

melampaui KHM maka semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap

bakteri. Untuk kelompok ini diperlukan rasio kadar/KHM sekitar 10. Ini

mengandung arti bahwa rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki

kadar dalam serum atau jaringan 10 kali lebih tinggi dari KHM. Jika

gagal mencapai kadar ini di tempat infeksi atau jaringan akan

mengakibatkan kegagalan terapi. Situasi inilah yang selanjutnya menjadi

4

salah satu penyebab timbulnya resistensi.

2.2 Rasionalitas Penggunaan Antibiotik

Rasionalitas penggunaan antibiotik dapat diartikan sebagai pemberian

antibiotik yng tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, dan

waspada terhadap efek samping antibiotik (Depkes RI, 1975 dalam Wilianti,

2009).

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2011 tentang pedoman

umum penggunaan antibiotik, dijelaskan mengenai prinsip-prinsip

penggunaan antibiotik secara bijak (prudent), yaitu :

1. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan

spectrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat,

interval dan lama pemberian yang tepat.

2. Kebijakan penggunaan antibiotik (antibiotic policy) ditandai dengan

pembatasan penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan

antibiotik lini pertama.

3. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan

pedoman penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik secara

terbatas (restricted), dan penerapan kewenangan dalam penggunaan

antibiotik tertentu (reserved antibiotics).

4. Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan

diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil

pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang

lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-

limited).

5. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada:

a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola

kepekaan kuman terhadap antibiotik.

b. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab

infeksi.

c. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.

d. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi

dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.

e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan

aman.

2.3 Dampak Penggunaan Antibiotik yang Irasional

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan kriteria-kriteria rasional

dan prinsip-prinsip di atas akan memberikan dampak berupa resistensi

antibiotik terhadap mikroba. Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk

menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi

5

dengan beberapa cara, yaitu (Permenkes, 2011):

1) Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi.

2) Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.

3) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.

4) Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat

dinding sel bakteri.

5) Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari

dalam sel melalui mekanisme transport aktif keluar sel.

Resistensi antibiotik terhadap mikroba dapat mengakibatkan

perpanjangan penyakit (prolonged illness), meningkatnya resiko kematian

(greater risk of death) dan masa rawat inap di rumah sakit menjadi lebih lama

(length of stay). Selain itu, dapat mengakibatkan pasien menjadi infeksius

dalam waktu yang lama (carrier). Hal ini dapat meningkatkan peluang

penyebaran infeksi bakteri yang resisten kepada orang lain, yang pada

akhirnya meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi dalam komunitas

(Deshpande et al, 2011).

Resistensi antibiotik juga membawa dampak dari segi ekonomi. Hal ini

terlihat dari meningkatnya biaya kesehatan karena dibutuhkannya antibiotik

baru yang lebih kuat yang tentunya lebih mahal. Tetapi sayangnya, tidak

semua lapisan masyarakat dapat menjangkau antibiotik generasi baru

tersebut. Sehingga infeksi bakteri resisten tidak dapat terobati (Utami, 2011).

6

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan pelaksanaan

i. Penentuan Metode

Penelitian observational ini menggunakan analisis deskriptif, Dianalisis

dengan menggunakan resep dokter dari aporek-aporek di Surakarta.

ii. Pemilihan sample

Surakarta memiliki 5 kecamatan, setiap kecamatan akan diambil dua

apotek yang paling besar agar mendapat jumlah sample resep yang

memadai.

iii. Mengirim proposal dan mengurus izin kerja sama dengan apotek yang

terpilih menjadi sample.

Mengirim proposal kepada apotek-apotek yang telah terpilih menjadi

sample. Apabila apotek yang terpilih tidak bersedia, maka akan

digantikan oleh apotek dibawahnya (urutan berdasarkan besarnya

apotek).

iv. Mengumpulkan data dan analisis data

Pengumpulan data dilakukan tiap bulan selama tiga bulan berturut-turut

(pada bulan ke-2, ke-3 dan ke-4). Analisis rasionalitas didasarkan pada

manajemen terapi standart dari Departemen Kesehatan. Analisis data dan

penulisan laporan dilakukan pada bulan ke 5.

3.2 Luaran

Penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan dalam bentuk artikel ilmiah

skala internasional, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk dokter dan

pembuat kebijakan kesehatan dan memiliki konstribusi terhadap

perkembangan ilmu kesehatan.

3.3 Indikator capaian

Bulan ke-1: Tercapaianya 10 apotek di Surakarta yang mau bekerja sama

untuk penelitian ini.

Bulan ke-2, 3, 4 : Pengambilan data resep yang mengandung antibiotik dari

apotek yang telah bekerja sama.

Bulan ke-5 : Analisis data dan penulisan laporan.

3.4 Teknik pengumpulan data dan analisis data

Penggumpulan data dilakukan dengan retroprospektif. Analisis dilakukan

secara deskriptif terhadap tepat indikasi, tepat obat, tepat penderita, tepat

dosis dan cara pemakaian, serta waspada efek samping, dibandingkan dengan

sumber pustaka manajemen terapi standart dari Departemen Kesehatan.

7

3.5 Cara penafsiran dan penyimpulan data

Data yang telah dianalisis dikonversi menjadi persentase antara resep

antibiotik dari dokter umum dan spesialis yang irasional dibandingkan dengan

jumlah resep yang masuk.

Pravelensi penggunaan antibiotik yang irasional dokter umum =

resep antibiotik dokter umum yang irasional

resep antibiotik dokter umum yang masuk

Pravelensi penggunaan antibiotik yang irasional dokter spesialis =

resep antibiotik dokter spesialis yang irasional

resep antibiotik dokter spesialis yang masuk

8

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-P

No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp.)

1 Peralatan penunjang

1.500.000

2 Bahan habis pakai

2.400.000

3 Perjalanan

1.500.000

4 Lain-lain

- Administrasi publikasi artikel ilmiah 600.000

Jumlah 6.000.000

4.2 Jadwal Kegiatan

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan PKM-P

N

o. Kegiatan

Bulan

ke-1

Bulan

ke-2

Bulan

ke-3

Bulan

ke-4

Bulan

ke-5

1 Survei dan follow up

apotek yang akan diteliti

2 Pengambilan data

berupa resep dari apotek

3 Analisis data

4 Membuat laporan dan

artikel ilmiah

9

DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention.Antibiotic Resistent Treat. 2013.

http://www.cdc.gov/drugresistance/threat-report-2013/.Diakses September

2015r

Deshpande, J. D., Joshi, M. 2011. Antimicrobial resistance: the

global public health challenge. International Journal of Student

Research.Volume I. Issue 2.

Hadi U. 2006. Resistensi Antibiotik. Dalam :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Edisi 5 Jilid 3, Jakarta, 2206: 1725-8.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406 tahun 2011.

Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Menkes RI.

Setiawati, Arini, et al. 2007. Pengantar Farmakologi. Dalam: Farmakologi dan

Terapi. Edisi 5.Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Setyabudi, Rianto. 2007. Pengantar Antimikroba. Dalam :Farmakologi dan

Terapi. Edisi 5, Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Utami, E.R. 2011. Antibiotika, resistensi dan rasionalitas terapi.

El-Hayah, vol. 1, no. 4, hh. 191-198.

Wilianti, Novi Praktika. 2009. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik padaPasien

Infeksi Saluran Kemih pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP Dr.Kariadi

Semarang Tahun 2008. Skripsi: Univesitas Diponegoro.

World Health Organization. 2011. Combats Drugs Resistance.

http://www.who.int/world-health-day/2011/WHD201_FS_EN.pdf. Diakses

September 2015.

10

11

12

13

14

15

Biodata Dosen Pembimbing

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Setyo Sri Rahardjo, dr., M.Kes

2 Jenis Kelamin L

3 Program Studi Farmakologi dan Toksikologi

4 NIDN 0018076503

5 Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta, 18 Juli 1965

6 E-mail [email protected]

7 Nomor Telepon/HP 0271 718361/08122989781

B. Riwayat Pendidikan

S1 S2 S3

Nama Institusi Universitas

Sebelas Maret

Universitas Gajah

Mada

Universitas Seblas

Maret (sedang

studi)

Jurusan Kedokteran

Umum

Kedokteran Dasar

Minat

Farmakologi

Ilmu Lingkungan

minat Kesehatan

Lingkungan

(Toksikologi

Lingkungan)

Tahun Masuk-Lulus 1992 2004

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No. Nama Pertemuan Ilmiah /

Seminar

Judul Artikel

Ilmiah

Waktu dan

Tempat

1 KONAS XI IKAFI (Ikatan Ahli

Farmakologi Indonesia), Denpasar

Bali

Pengaruh Ekstrak

Etanol Daun Jati

Belanda

(Guazuma

ulmifoia Lamk.)

Terhadap

Aktivitas Enzim

Lipase Serum

Rattus norvegicus

2004

2 Seminar Nasional Tumbuhann

Obat Indonesia XXIX, SOLO

Jawa Tengah

Daya Anti Bakteri

Sari Buah Merah

(Pandaus

conodeus Lam)

Terhadap Infeksi

Salmonella Typhi

Pada Tifus Putih

Rattus norvegicus

2006

3 Seminar Nasional Tumbuhann

Obat Indonesia XXX, Makasar

Sulawesi Selatan

Pengaruh Ekstrak

Etanol Daun Jati

Belanda

(Guazuma

ulmifoia Lamk.)

Terhadap

Frekuensi dan

Lama Diare serta

Kadar Air Feses

Mencit

2006

4 Seminar Nasional Tanaman Obat

dan Obat Tradisional, Solo Jawa

Tengah

Efek Ekstrak

Kulit Pohon Jati

Belanda

(Guazuma

ulmifoia Lamk.)

Terhadap Kadar

Kolesterol Total

Serum tikus Putih

2007

5

Seminar Nasional POKJANAS

Tumbuhann Obat Nasional,

Yogyakarta

Profil Lemak

Rattus norvegicus

Yang Mendapat

Diet Tinggi

Lemak Akibat

Pemberian

Ekstrak Kulit

Batang Jati

Belanda

(Guazuma

ulmifoia Lamk.)

2008

6 Seminar Nasional POKJANAS

Tumbuhann Obat Nasional

XXXIV, LIPI Serpong Jakarta

Efek

Hepatoprotektor

Perasan Bawang

Merah (Allium

cepa L) Pada

Tifus Putih

(Rattus

norvegicus)

dengan Induksi

Minyak Sawit

Pemanasan

Berulang

2008

7 Simposium PERHIPBA XV dan

Konggres TOI IV, Solo, Indonesia

Efek Ekstrak

Daun Krokot

(Portulaca

oleracea L.)

sebagai Anti

Oksidan Alami

terhadap Kadar

Alanin

Transaminase

(ALT) dan

9-10 November

2011

8 Simposium Penelitian Bahan

Alami ke XVI Muktamar Nasional

PERHIPBA XII Tahun 2014:

Solo, Indonesia

Pengaruh

Pemberian

Topikal Daun

Binahong

(Anredera

cordifolia (Ten.)

Steenis) Tumbuk

terhadap

Penyembuhan

23-24 April, 2014

16

17

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan penunjang (15-25%)

Material Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga

Satuan (Rp)

Keterangan

Flashdisk Pindah -

simpan data

hasil analisis

dan laporan

2 biji 50.000 100.000

Sewa Kamera

Digital

Dokumentasi

sebagai bukti

dalam

laporan

5 kali

pertemuan

240.000 1.200.000

Pulsa Internet Penunjang

dalam

pembuatan

laporan

1 paket 200.000 200.000

SUB TOTAL (Rp) 1.500.000

2. Bahan Habis Pakai (30-40%)

Material Justifikasi Pemakain Kuantitas Harga

Satuan

(Rp.)

Keterangan

Cetak

proposal dan

surat izin

Mencetak proposal

dan surta izin

sebelum digandakan

1 bendel 50.000 50.000

Penggandaan

proposal dan

surat izin

Penawaran kerja

sama ke apotek

10 bendel 30.000 300.000

Vandel Ucapan terima kasih

untuk apotek

10 biji 150.000 1.500.000

ATK Keperluan tulis

menulis

5 pack 40.000 200.000

Cetak laporan Mencetak laporan 1 bendel 50.000 50.000

Penggandaan

laporan

Pertanggungjawaban

ke apotek

10 bendel 30.000 300.000

SUB TOTAL (Rp) 2.400.000

3. Perjalanan (15-25%)

Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga

Satuan

Keterangan

18

(Rp.)

Bensin ke

apotek

1. Survei dan kerja

sama

2. Pengambilan

resep bulan 2

3. Pengambilan

resep bulan 3

4. Pengambilan

resep bulan 4

5. Pengembalian

resep dan

penyerahan

vendel

50

(5 x 10

apotek)

30.000

SUB TOTAL (Rp) 1.500.000

4. Lain-lain (administrasi, publikasi, seminar, laporan, lainnya, maks 10%)

Material Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga Satuan

(Rp.)

Keterangan

Administrasi

Perizinan

Untuk

perizinan ke

apotek

10 kali 20.000 200.000

Administrasi

Publikasi

Untuk

publikasi

artikel ilmiah

1kali 400.000 400.000

SUB TOTAL (Rp) 600.000

TOTAL (KESELURUHAN) (Rp.) 6.000.000

19

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No. Nama / NIM Program

Studi

Bidang

Ilmu

Alokasi

Waktu

Uraian Tugas

1 Safira Nurullita

/ G0013209

Kedokteran Kedokteran 3 jam per

minggu

Memimpin

diskusi dan

pembagian

tugas,

bertanggung

jawab dengan

pelaksaan

penelitian ke 2

apotek,

mengkoordinasi

anggota.

2 Prisma C.R. /

G0013189

Kedokteran Kedokteran 2,5 jam per

minggu

Bertanggung

jawab dengan

pelaksaan

penelitian ke 2

apotek.

3 Septiana C. /

G0013215

Kedokteran Kedokteran 2,5 jam per

minggu

Bertanggung

jawab dengan

pelaksaan

penelitian ke 2

apotek.

4 Arini Alhaqq /

G0014044

Kedokteran Kedokteran 2,5 jam per

minggu

Bertanggung

jawab dengan

pelaksaan

penelitian ke 2

apotek.

5 Fauziya D. /

G0014098

Kedokteran Kedokteran 2,5 jam per

minggu

Bertanggung

jawab dengan

pelaksaan

penelitian ke 2

apotek.

20