proposal print editan q
TRANSCRIPT
I. Judul Penelitia
Penerapan Standart Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dalam Penyajian Laporan Keuangan pada Koperasi Pegawai
Republik Indonesia (KPRI) “Warga Sejahtera” Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Kendal.
II. Latar Belakang
Pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia
merupakan wujud dari usaha untuk mencapai tujuan nasional.
Tujuan nasional bangsa Indonesia tercermin dalam Undang –
Undang Dasar 1945. Dalam bidang ekonomi pada Undang-
Undang pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa “Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.” Dalam penjelasan Undang- Undang Dasar 1945
disebutkan bahwa usaha yang sesuai dengan pasal tersebut
adalah koperasi.
Koperasi merupakan salah satu organisasi ekonomi yang
memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang menyangkut
kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat adalah
sektor ekonomi yang ditangani dan dikerjakan oleh rakyat,
berkaitan dengan tujuan pembangunan nasional yaitu
memajukan kesejahteraan umum, yang berarti kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang
perorang dan untuk mewujudkan hal itu salah satu bentuk usaha
1
yang tepat sebagai representasi rakyat Indonesia dalam
kehidupan ekonomi nasional adalah badan usaha dalam bentuk
Koperasi (Muslimin Nasution, 2007).
Pembinaan koperasi pada dasarnya dimaksudkan untuk
mendorong agar koperasi menjalankan kegiatan usaha dan
berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat. Selain itu
perlu adanya adanya pembangunan koperasi sebagai badan
usaha yang ditujukan pada penguatan serta perluasan basis
usaha, peningkatan mutu sumber daya manusia terutama
pengurus, pengelola dan anggotanya untuk selalu meningkatkan
profesionalisme dalam kewirausahaan koperasi, sehingga
dengan kinerja yang makin sehat, kompetitif dan mandiri,
koperasi mampu menjadi bangun usaha utama dalam
perekonomian. (Yuni Maryana, 2013)
Koperasi juga merupakan suatu lembaga ekonomi dimana
didalamnya terdapat aspek-aspek yang mengatur kegiatan-
kegiatan koperasi tersebut. Aspek keuangan merupakan aspek
penting dalam perkoperasian. Aspek keuangan yang transparan
dan seimbang serta diatur dengan baik akan menjadikan
koperasi lebih berkembang. Terutama jika dilihat dari keuangan
koperasi yang pada akhirnya akan terlihat pada laporan
keuangan tiap periodenya.
2
Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan
adalah suatu pengkajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah
untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keuangan agar dapat di
jadikan dasar pengambilann keputusan serta diperbandingkan.
Laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan posisi
keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif
selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode,
laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan keuangan
yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting serta
informasi penjelasan lainnya dan laporan posisi keuangan pada
awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau
ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
Informasi keuangan atau akuntansi akan bermanfaat bila
dipenuhi tujuh kualitas yaitu relevan, dapat dimengerti, daya uji,
Netral, tepat waktu, daya banding dan lengkap. Kriteria utama
informasi akuntansi adalah harus berguna untuk pengambilan
keputusan. Agar dapat berguna, informasi itu harus mempunyai
3
dua sifat utama yaitu relevan dan dapat dipercaya (reliability).
Agar informasi itu relevan ada tiga sifat yang harus dipenuhi
yaitu mempunyai nilai prediksi, mempunyai nilai umpan balik
(feedback value) dan tepat waktu. Dan informasi yang dapat
dipercara mempunyai tiga sifat yaitu dapat di periksa, netral dan
menyajikan yang seharusnya. Di samping dua sifat utama yang
wajib ada pada informasi akuntansi, terdapat pula dua sifat
sekunder pada informasi akuntansi yaitu dapat diperbandingkan
dan konsisten. (Zaki Baridwan, 2004)
Adapun dalam penyusunan akuntansi koperasi tidak berbeda
jauh dengan penyusunan akuntansi umum (perusahaan
dagang/jasa). Laporan keuangan koperasi merupakan hasil dari
pencatatan dan pengklasifikasian dari kegiatan transaksi yang
dapat di ukur dengan nilai nominal pada koperasi selama periode
berjalan dan sebagai bahan untuk pertimbangan kebijakan yang
akan di ambil koperasi. Pada umumnya koperasi melakukan
pencatatan keuangan paling tidak satu tahun sekali dan di
laporkan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT). Laporan
keuangan koperasi terdiri atas Neraca, Laporan perhitunga hasil
usaha atau laporan SHU, Laporan Arus KAS, Laporan promosi
ekonomi anggota dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam penyusunan laporan keuangan harus memperhatikan
standar yang digunakan. Seperti penyusunan laporan keuangan
4
untuk koperasi, penyusunannya menggunakan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik atau
yang biasa disebut SAK ETAP. SAK-ETAP dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan dan tidak menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement ) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP di beberapa aspek
lebih ringan dari pada PSAK, maka ketentuan transisi dalam
SAK-ETAP ini cukup ketat (SAK ETAP, 2009).
Selain itu diterbitkannya SAK ETAP sendiri bertujuan untuk
memudahkan pengusaha kecil atau menengah untuk menyusun
laporan keuangan sendiri sehingga dapat berguna bagi intern
atau untuk mendapatkan dana. Untuk itu setiap koperasi
diharapkan dapat menggunakan SAK ETAP ini sebagai pedoman
dalam teknik penyusunan laporan keuangannya dengan di
tambahi informasi dari PSAK No. 27 agar pencatatan semakin
baik dan sesuai standart yang berlaku.
Penelitian tentang koperasi yang telah dilakukan oleh para
peneliti. Di antaranya adalah :
5
1. Yuni Maryana, dengan judul penelitian “Penerapan
Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Perkoperasian Pada
Koperasi Simpan Pinjam Berau Kaltim di Tanjung Redeb”.
Dan hasil penelitiannya adalah
a. Pihak manajemen koperasi dalam menyajikan laporan
keuangannya tidak mengacu pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 27 Akuntansi Perkoperasian
karena hanya menyajikan Neraca dan Perhitungan
Hasil Usaha (PHU), yang seharusnya terdiri dari
neraca, perhitungan hasil usaha (PHU), laporan arus
kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan
atas laporan keuangan.
b. Dalam penyajian neraca koperasi masih terdapat
kekeliruan dalam penulisan nama akun pada penulisan
juga tidak sesuai dengan tata urutan dalam standar
akuntansi keuangan.
c. pada penyajian perhitungan hasil usaha juga terdapat
kesalahan penafsiran nama akun, ada beberapa akun
yang seharusnya ikut mengurangi pendapatan dalam
perhitungan hasil usaha akan tetapi tidak dicatat
koperasi dalam beban perkoperasian dan dalam
perhitungan hasil usaha juga tidak ada pemisahan
pendapatan anggota dan non anggota serta beban
6
usaha dan beban perkoperasian.
2. Supriyono, dengan judul “Pengaruh Besarnya Pinjaman Anggota
Terhadap Eksistensi Kelangsungan KPRI Nusantara IAIN Walisongo,
Semarang”. Hasil dari penilitianna adalah Terdapat Pengaruh yang
signifikan antara Besarnya pinjaman Anggota Terhadap eksistensi
Kelangsungan Koperasi.
3. Dani Cahyono, Dengan judul “ Analisis Pengaruh Modal
Kerja, Aktiva Tetap dan Hutang Terhadap SHU pada
Koperasi “Tirta Usaha” Semarang. Dan hasil Penelitiannya
:
a. Secara bersama- sama atau keseluruhan hubungan
antara variabel-variabel bebas yang meliputi modal
kerja (X1), Aktiva Tetap (X2), dan Hutang (X3) dengan
SHU (Y) pada KPRI “Tirta Usaha” Balai PSDA Wilayah
Sungai Jragung Tuntang Semarang memiliki tingkat
hubungan yang sangat kuat dengan koefisien korelasi
atau multiple R = 0,868. Sehingga perubahan Variabel
Modal kerja (X1), Aktiva Tetap (X2), dan Hutang (X3)
akan menyebabkan perubahan SHU (Y).
b. Secara Individual hubungan antar variabel X1 dengan
Y atau r (x1y) = 0,728. Hal ini menunjukkan bahwa
antara modal kerja dengan SHU memiliki hubungan
yang sangat kuat dan positif.
7
c. Hubungan Individual Antara variabel X2 dengan Y atau
r (x2y) = - 0,659, hal ini menunjukkan bahwa antara
aktiva tetap dengan SHU memiliki hubungan kuat
negatif.
d. Hubungan Individual antara Variabel X3 dengan Y atau
r (x3y) =-0,557, hal ini menunjukkan bahwa antara
aktiva tetap dengan SHU memiliki hubungan kuat
negatif.
e. Secara bersama-sama pengaruh variabel-variabel
bebas modal kerja (X1), aktiva tetap (X2) dan hutang
(X3) terhadap SHU (Y) pada KPRI “tirta Usaha” Balai
PSDA Wilayah sungai Jragung Tuntang Semarang
ditujukan dengan besarnya koefisien determinasi atau
adjusted r square = 0,722. Hal ini berarti besarnya
SHU pada koperasi tersebut (Y) dipengaruhi oleh
ketiga variabel bebas yaitu X1, X2 dan X3 sebesar
72,2%. Sedangkan sisanya ( 27,8%) dipengaruhi oleh
faktor-faktor diluar dari ketiga variabel tersebut.
Dengan referensi penelitian-penelitian diatas penulis
mengadakan penelitian dengan menggunakan standart dan
objek yang berbeda. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
“Warga Sejahtera” Madrasah Aliyah Negeri Kendal memiliki aset
maupun ekuitas yang cukup besar, oleh karena itu dengan apa
8
yang telah dimiliki oleh koperasi seharusnya didukung dengan
penyajian laporan keuangan yang baik. Dengan adanya laporan
keuangan yang baik sangat membantu koperasi dalam
menjalankan usahanya.
Pelaporan keuangan yang baik harus disertai dengan
pengembngan sistem yang baik pula karena salah satu harta
yang paling berharga bagi organisasi bisnis modern adalah
sebuah sistem informasi yang berorientasi pada pemakai dan
responsif. Sebuah sistem yang dirancang dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, mengurangi persediaan,
menghilangkan aktivitas yang tidak menambah nilai,
memperbaiki pelayanan pelanggan dan keputusan manajemen
serta mengkoordinasi aktivitas- aktivitas di seluruh organisasi.
(James A Hall, 2002)
Untuk mencapai laporan keuangan dan sistem yang baik
tentunya harus mengacu pada standar akuntansi keuangan yang
berlaku pada saat ini yang sesuai dengan jenis usaha
perkoperasian. Dan adapun standart yang dapat di jadikan
pedoman adalah Standart Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP).
Dari latar belakang tersebut maka penulis menuangkan
pemikirannya pada penelitian ini yang berjudul : PENERAPAN
STANDART AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA
9
AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) DALAM PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK
INDONESIA (KPRI) “WARGA SEJAHTERA” MADRASAH
ALIYAH NEGERI (MAN) KENDAL.
III. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : “ Apakah
Koperasi Pegawai Republik Indonesia “Warga Sejahtera” MAN Kendal telah
menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dalam penyajian laporan keuangan koperasi”.
IV. Tinjauan Pustaka
4.1 Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari bahasa latin “coopere” yang dalam
bahasa inggris disebut cooperation. Co berarti bersama dan
operation berarti bekerja, jadi berarti bekerja bersama-sama.
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 dinyatakan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan.
Hal ini mengandung arti bahwa kemakmuran masyarakat
yang diutamakan dan bukan kemakmuran orang seorang.
Sedangkan menurut PSAK nomor 27 tahun 2009 (revisi 1998 )
Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan
dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya
10
atas dasar prinsip-prinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi
untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan
masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian
koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokok guru
perekonomian nasional. Dan koperasi menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) adalah badan
usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang
berdasar atas asas kekeluargaan (Supriyono, 2009).
Adapun pengertian koperasi menurut Undang-Undang No. 17
Tahun 2012 yaitu koperasi merupakan badan hukum yang didirikan oleh
orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan
para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi
dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai
dan prinsip koperasi.
Pengertian Koperasi menurut beberapa ahli
(http://candranopitasari. blogspot.com /2013/01/ pengertian-
tujuan-dan-prinsip-prinsip_12.html) :
1. Definisi Chaniago (2002)
Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum, yang memberikan
kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar,
11
dengan bekerja secara kekeluargaan menjalankan usaha
untuk mencapai kesejahteraan anggotanya.
2. Definisi Dooren
Dooren menyatakan tidak ada satu pun definisi koperasi
yang diterima dan sekaligus menambahkan definisi yaitu
koperasi bisa juga kumpulan badan-badan hukum.
3. Definisi Hatta
Menurut Pendapat Moh. Hatta “Koperasi adalah usaha
bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong-
menolong tersebut didorong oleh keinginan member jasa
kepada kawan berdasarkan ‘semua buat seorang seorang
buat semua’.”
4. Definisi Munker
Koperasi adalah organisasi yang menjalankan “urusniaga”
secara kumpulan, yang berazaskan konsep tolong-
menolong.
5. Definisi Dr. Fay
Koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan
berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah
dan di usahakan selalu dengan semangat tidak
memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga
masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya
12
sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding
dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.
6. Definisi Margono Djojohadikoesoemo
Menurut Margono Djojohadikoesoemo yang merupakan
inspektur koperasi pada cooperatie en binnenlansche
handel di departement van economische zaken di batavia
(Jakarta) serta pendiri Bank National Indonesia (BNI)
koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang
yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk
memajukan ekonominya.
7. Definisi Prof. R.S. Soeriaatmadja
Koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-oang yang
atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan
tidak memandang haluan agama dan politik secara
sukarela masuk untuk sekedar memenuhi kebutuhan
bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan
bersama.
8. Definisi Prof. Marvin, A.Schaar
Definisi menurut Prof. Marvin, A. Schaarz, seorang guru
besar dari University of Wisconsin, Madison USA yang
mengatakan : a Cooperative is a business voluntary
owned and controlled by its member patrons, and
operated for them and by them on a nonprofit or cost
13
basis (koperasi adalah suatu badan usaha yang secara
sukarela dimiliki dan di kendalikan oleh anggota yang
juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan
untuk mereka atas dasar nirlaba atau atas dasar biaya.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
koperasi merupakan wadah bagi perseorangan, organisasi,
perkumpulan ataupun badan usaha untuk melakukan kegiatan
usaha yang berlandaskan hukum dan berdasar aspek-aspek
sosial tanpa mengurangi sifat perekonomiannya dengan tujuan
mensejahterakan para anggotanya.
Untuk mencapai tujuan koperasi, maka koperasi koperasi
tidak dapat dilepas dari usaha-usaha untuk mendapatkan
keuntungan tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip yang
dimilikinya. Manfaat yang diterima anggota lebih diutamakan
daripada laba, meskipun demikian harus diusahakan agar
koperasi tidak menderita kerugian. Tujuan ini dicapai dengan
karya dan jasa para anggotanya. (Dani Cahyono, 2006).
Oleh karena itu koperasi tetap harus punya sistem
pengelolaan dan pengembangan baik usaha ataupun manajemen
agar eksistensi koperasi tetap meningkat dan kesejahteraan
anggotanya tetap terjaga. Dengan sistem yang baik, laba yang
terus meningkat serta manajemen pengelolaan yang maksimal
14
maka akan dapat dipastikan bahwa kesehatan kinerja koperasi
semakin baik dan tujuan koperasi dapat terwujud.
4.2 Sejarah dan Perkembangan Koperasi
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20
yang pada umumnya merupakan hasil dari usaha yang tidak
spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya.
Meraka mempersatukan diri untuk memperkaya dirinya sendiri,
seraya ikut mengembangkan kesejahteraan masyarakat di
sekitarnya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika
penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang di
timbulkan oleh sistem kapitalisme demikian memuncaknya.
Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan
kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan
beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan diri
untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria
Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para
pegawai negri (priyayi). Ia terdorong oleh keinginanmya untuk
menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat
oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang
tinggi Maksud Patih tersebut untuk mendirikan koperasi kredit
model seperti di Jerman Ia dibantu oleh seorang asisten Residen
Belanda (Pamong Praja Belanda) Assisten-Residen itu sewaktu
15
cuti berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan
mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi
Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian Selain pegawai
negeri juga para petani perlu dibantu karena mereka makin
menderita karena tekana para pengijon (pelepan uang). Ia juga
menganjurkan merubah Bank tersebut menjadi koperasi Di
samping itu ia pun mendirikan lumbung-lumbung desa yang
menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen
dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim
paceklik Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu
menjadi Koperasi Kredit Padi. Tetapi Pemerintah Belanda pada
waktu itu berpendirian lain. Bank Pertolongan, Tabungan dan
Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi
Pemerintah Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru,
bank –bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas yang kemudian
menjadi Bank Rakyak Indonesia (BRI).Semua itu adalah badan
usaha Pemerntah dan dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.
Pada zaman Belanda pembentuk koperasai belum dapat
terlaksana, karena:
1. Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non
pemerintah yang memberikan penerangan dan
penyuluhan tentang koperasi
16
2. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan
koperasi
3. Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu
menganjurkan koperasi karena pertimbangan politik,
khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik
untuk tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan
itu.
Koperasi menjamur kembali, tetapi pada tahun 1933 keluar
UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi
untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki
Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya
koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis
dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan
menyengsarakan rakyat.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947,
pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi
yang pertama di Tasikmalaya Hari ini kemudian ditetapkan
sebagai Hari Koperasi Indonesia. (Alfian Hayqal,
http://alfianhayqal.wordpress.com/2011/09/29/koperasi/)
Pada dasarnya lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia
memang sudah diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat.
Eksistensi koperasi memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak
satu lembaga sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus
17
diharapkan menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga
koperasi oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata
kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong diri
sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan beberapa
esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang koperasi meski
belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi
bangsa ini yang mampu berkoperasi secara benar dan konsisten. Sejak
kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu memperoleh tempat sendiri dalam
struktur perekonomian dan mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat ditilik dari sisi
usianya, sudah relatif matang. Sampai dengan bulan November 2001, berdasarkan
data Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah koperasi
di seluruh Indonesia tercatat sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah
keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan
jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali
lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup
menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180
unit (88,14 persen). Hingga tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif
mencapai 28,55%, sedangkan yang menjalan rapat tahunan anggota (RAT) hanya
35,42% koperasi saja. Data terakhir tahun 2006 ada 138.411 unit dengan anggota
27.042.342 orang akan tetapi yang aktif 94.708 unit dan yang tidak aktif sebesar
43.703 unit.
18
Namun uniknya, kualitas perkembangannya selalu menjadi bahan perdebatan
karena tidak jarang koperasi dimanfaatkan di luar kepentingan generiknya. Juga,
secara makro pertanyaan yang paling mendasar berkaitan dengan kontribusi
koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pengentasan kemiskinan, dan
penciptaan lapangan kerja. Sedangkan secara mikro pertanyaan yang mendasar
berkaitan dengan kontribusi koperasi terhadap peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan anggotanya. Di Indonesia, setelah lebih dari 50 tahun
keberadaannya, lembaga koperasi yang diharapkan menjadi pilar atau soko guru
perekonomian nasional dan lembaga gerakan ekonomi rakyat ternyata tidak begitu
berkembang baik seperti di negara-negara maju. Di Indonesia pengenalan
koperasi memang dilakukan oleh dorongan pemerintah, bahkan sejak
pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai diperkenalkan. Pengalaman di tanah
air kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah tumbuh secara
alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan diperbaharui dan
diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-undang dasar.
Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus
mengembangkan koperasi (Soetrisno, 2003).
Dari hasil survey kondisi koperasi di Indonesia saat ini sangat
memperihatinkan. Sebanyak 27 persen dari 177.000 koperasi yang ada di
Indonesia atau sekitar 48.000 koperasi kini tidak aktif. Hal itu mengindikasikan
kondisi koperasi di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Beberapa faktor
penyebab banyaknya koperasi tidak aktif, di antaranya pengelolaan yang tidak
profesional. Namun demikian hingga kini kementerian masih melakukan
19
pendataan untuk mengetahui hal tersebut. Dalam hal ini, kementrian terus
melakukan pengkajian. Rencananya koperasi yang tidak sehat tersebut akan
dipilah sesuai kondisinya. Namun bila sudah tidak ada pengurusnya, koperasi
yang tidak aktif tersebut akan dibubarkan.
(http://dewirahmiati.blogspot.com/2011/11/perkembangan-koperasi-di-
indonesia.html)
4.3 Landasan dan Asas, Prinsip, Karakteristik serta Tujuan
Koperasi
4.3.1 Landasan Dan Asas Koperasi
1. Koperasi mempunyai landasan :
a. Landasan Idiil/ideologi/dasar adalah : Pancasila.
b. Landasan Struktural UUD 45 pasal 33 ayat 1 yang
berbunyi " Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan"
c. Landasan Operasional adalah : GBHN tentang arah
pembangunan koperasi
d. Landasan Mental adalah : setia kawan dan kesadaran
pribadi.
e. UU No. 070/SK III/1966
f. UU No.12/1967 tentang pokok-pokok Perkoperasian
g. UU No. 25 tahun 1992
h. UU No.14/1965
i. UU No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
20
2. Azas Koperasi
Rochdale atau lebih dikenal “The Rochdale Society of
Equitable Pioneers “ terdaftar pada tanggal 24 Oktober 1844 dan
memulai usahanya pada tanggal 21 Desember 1844, cita-cita
dari Rochdale Pionners, yang dinyatakan sebagai perkumpulan
kemudian dikenal sebagai asas asas Rochdale atau Rochdale
Principles, telah menghilhami cara kerja dari gerakan-gerakan
koperasi sedunia (Hendrojogi,2003)
Adapun Asas Rochdale tersebut adalah :
a. Pengendalian secara demokrasi (Democratic control)
b. Keanggotaan yang terbuka) (Open membership)
c. Bunga terbatas atas modal (Limited interest on
capital)
d. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota
proporsional dengan pembeliannya.
e. Pembayaran secara tunai atas transanksi
perdagangan.
f. Tidak boleh menjual barang-barang palsu
g. Mengadakan pendidikan bagi anggota-anggotanya
tentang asas-asas koperasi dan perdagangan yang
saling membantu.
h. Netral dalam aliran agama dan politik.
4.3.2 Prinsip Koperasi
21
Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip
koperasi, yaitu:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi).
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5. Kemandirian.
6. Pendidikan perkoprasian.
7. kerjasama antar koperasi.
Prinsip Munkner :
1. Keanggotaan bersifat sukarela
2. Keanggotaan terbuka
3. Manajemen dan pengawasan dilaksanakan secara
demokratis
4. Efisiensi ekonomi dari perusahaan koperasi
5. Pendistribusian hasil ekonomi yang adil dan merata
6. Kebebasan dalam pengambilan keputusan dan penetapan
tujuan.
22
Menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2012 Tentang
perkoperasian. Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi yang
meliputi:
1. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka
2. pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara
demokratis
3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi
koperasi
4. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom,
dan independen
5. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi
Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya serta
memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri,
kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi
6. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan
memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama
melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional,
regional, dan internasional; dan
7. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi
lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang
disepakati oleh Anggota.
4.3.3 Karakteristik Koperasi
23
Sesuai dengan ketentuan umum yang tercantum dalam UU RI
No 25 tahun 1992 tentang perekonomian Bab I pasal 1 bahwa
koperasi adalah badan hukum yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas
kekeluargaan serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional.
Ciri-Ciri dalam koperasi adalah :
1. Berasas kekeluargaan.
2. Keanggotaan sukarela dan terbuka bagi setiap Warga
Negara Republilk Indonesia.
3. Rapat anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi.
4.3.4 Tujuan Koperasi
Tujuan koperasi Indonesia, seperti tertuang dalam pasal 3
Bab II Undang-undang nomor 25 tahun 1992, yakni, memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan ekonomi nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan
makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
4.4 Fungsi dan Peranan Koperasi
24
Fungsi dan peran koperasi menurut Undang-undang No. 25
tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi
sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi
kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar
kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan
koperasi sebagai soko-gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
5. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa
berorganisasi bagi para pelajar bangsa.
4.5 Keanggotaan, Kewajiban dan Hak Anggota.
4.5.1 Anggota koperasi:
1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi
anggota koperasi;
25
2. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi
anggota koperasi yang memiliki lingkup lebih luas.
Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27
(Revisi 1998), disebutkan bahwa karateristik utama koperasi
yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota
koperasi memiliki identitas ganda, Identitas ganda maksudnya
anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa
koperasi.
Menurut UU. No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian
keanggotaan koperasi bersifat terbuka, Keanggotaan koperasi
tidak bisa di pindah tangankan, KSP wajib mendaftarkan non-
anggota menjadi anggota koperasi paling lambat 3 (tiga) bulan.
4.5.2 Hak anggota
Adapun hak seorang anggota adalah sebagai berikut.
1. Menghadiri, berpendapat, dan memberikan suara dalam
rapat anggota.
2. Memilih atau dipilih menjadi pengurus atau pengawas.
3. Memberikan pendapat atau saran kepada pengurus dan
pengawas di luar rapat anggota.
4. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang
sama antar sesama anggota.
5. Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi
menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
26
4.5.3 Kewajiban anggota
Kewajiban seorang anggota adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
serta keputusan yang telah disepakati.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang
diselenggarakan.
3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan atas asas
kekeluargaan.
Antara hak dan kewajiban haruslah seimbang dan berjalan
beriringan. Hal ini sesuai dengan status keanggotaannya yang
telah diatur dan disepakati dalam anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga maupun peraturan khusus.
4.6 Perangkat dalam Organisasi Koperasi
Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota
dalam suatu rapat anggota. Ada kalanya rapat anggota tersebut
tidak berhasil memilih seluruh anggota Pengurus dari kalangan
anggota sendiri Hal demikian umpamanya terjadi jika calon-calon
yang berasal dari kalangan-kalangan anggota sendiri tidak
memiliki kesanggupan yang diperlukan untuk memimpin
koperasi yang bersangkupan, sedangkan ternyata bahwa yang
dapat memenuhi syarat-syarat ialah mereka yang bukan anggota
atau belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh
koperasi akan tetapi resminya belum meminta menjadi anggota).
27
Dalam hal dapatlah diterima pengecualian itu dimana yang
bukan anggota dapat dipilih menjadi anggota pengurus koperasi.
Perangkat organisasi koperasi sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Perkoperasian Nomor 17 tahun 2012 terdiri
atas :
1. Rapat Anggota
Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
dalam Koperasi. Rapat Anggota berwenang:
a. Menetapkan kebijakan umum Koperasi;
b. Mengubah Anggaran Dasar;
c. Memilih, mengangkat, dan memberhentikan Pengawas
dan Pengurus;
d. Menetapkan rencana kerja, rencana anggaran
pendapatan dan belanja koperasi;
e. Menetapkan batas maksimum pinjaman yang dapat
dilakukan oleh pengurus untuk dan atas nama
koperasi;
f. Meminta keterangan dan mengesahkan
pertanggungjawaban Pengawas dan Pengurus dalam
pelaksanaan tugas masing-masing;
g. Menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha;
h. Memutuskan penggabungan, peleburan, kepailitan,
dan pembubaran koperasi; dan
28
i. Menetapkan keputusan lain dalam batas yang
ditentukan oleh Undang-Undang ini.
2. Pengurus merupakan orang yang dipilih baik dari Anggota
maupun non-Anggota. Calon pengurus harus memenuhi
persyaratan:
a. mampu melaksanakan perbuatan hukum;
b. memiliki kemampuan mengelola usaha Koperasi;
c. tidak pernah menjadi Pengawas atau Pengurus suatu
koperasi atau komisaris atau direksi suatupe rusahaan
yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan
Koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit; dan
d. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana yang merugikan korporasi, keuangan
negara,dan atau yang berkaitan dengan sektor
keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatan.
e. Persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi Pengurus
diatur dalam Anggaran Dasar.
Pengurus dipilih dan diangkat pada Rapat Anggota atas
usul Pengawas. Pengangkatan Pengurus dilakukan dengan
mencantumkan susunan dan nama Pengurus dalam Akta
Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud. Pengurus
29
diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan
kemungkinan diangkat kembali. Ketentuan mengenai tata
cara pencalonan, pemilihan, pengangkatan, jangka waktu
kepengurusan, pemberhentian, penggantian Pengurus,
susunan, pembagian tugas, dan wewenang Pengurus
diatur dalam Anggaran Dasar. Gaji dan tunjangan setiap
Pengurus ditetapkan oleh Rapat Anggota atas usul
Pengawas.
3. Pengawas adalah orang yang dipilih dari dan oleh
Anggota pada Rapat
Anggota. Dengan persyaratan meliputi:
a. Tidak pernah menjadi Pengawas atau Pengurus suatu
koperasi atau komisaris atau direksi suatu perusahaan
yang dinyatakan bersalah karena menyebabkan
koperasi atau perusahaan itu dinyatakan pailit; dan
b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana yang merugikan korporasi, keuangan negara,
dan atau yang berkaitan dengan sektor keuangan,
dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.
c. Persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi Pengawas
diatur dalam Anggaran Dasar.
30
Susunan dan nama pengawas dicantumkan dalam
Akta Pendirian Koperasi dan dalam Anggaran Dasar.
Jumlah imbalan bagi Pengawas ditetapkan dalam
Rapat Anggota. Pengawas diangkat untuk jangka
waktu tertentu dan dapat diangkat kembali. Pengawas
dilarang merangkap sebagai Pengurus.
Selain perangkat koperasi yang disebutkan di atas,
sumber lain menyatakan bahwa terdapat beberapa
perangkat koperasi lainnya yaitu :
a. Dewan Penasehat atau Badan Pembina
Badan penasehat yang di perlukan oleh koperasi.
Biasanya di jabat oleh personil dari kantor koperasi
atau dari pemda.
b. Manajer
Merupakan pimpinan dari semua karyawan yang
dimiliki oleh koperasi yang disserahi tugas dan
tanggung jawab oleh pengurus. Tugasnya yaitu
mengelola dan menjalankan usaha koperasi sebagai
organisasi ekonomi.
c. Stuktur Eksternal Koperasi
Merupakan sebuah ikatan antar koperasi. Misalnya,
koperasi primer, koperasi pusat, koperasi gabungan
dan induk koperasi. (ir. Sumardi, M. Si, 2011)
31
4.7 Laporan Keuangan
4.7.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya oleh para pemilik perusahaan atau badan usaha.
Disamping itu laporan keuangan juga digunakan untuk
memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada
pihak-pihak di luar perusahaan. Menurut Harahap (2009), laporan
keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan
pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
4.7.2 Karakteristik Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan yang berguna
bagi pemakai informasi bahwa harus terdapat empat karakteristik kualitatif pokok
yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
2. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan.
32
3. Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal
jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat
diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
a. Penyajian jujur
Informasi harus digambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
b. Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka
peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi
dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
c. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan dan keinginan pihak
tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan
merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
d. Pertimbangan sehat
33
Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan
piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat prabrik serta
peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul.
Ketidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat
serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat
dalam penyusunan laporan keuangan.
e. Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan beban.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
antara periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan.
4.7.3 Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010), keterbatasan laporan keuangan antara lain:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya
sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang
mungkin berbeda atau berubah-ubah.
34
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu
dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding
dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan
yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau
mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan
tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin
juga diikuti kenaikan harga-harga.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-
faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang.
4.7.4 Komponen Laporan keuangan
Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran
yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus di
dasarkan pada prinsip keuangan yang lazim. Di Indonesia prinsip
akuntansi disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang di
implementasikan pada Stadart Akuntansi Keuangan. Pada
Standart Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa laporan
keuangan yang lengkap meliputi Neraca, Laporan laba Rugi,
Laporan Perubahan Equitas, Laporan Arus Kas, Catatan Atas
laporan Keuangan.
Berikut penjelasan tentang komponen laporan keuangan :
1. Neraca
35
Menurut Harahap (2009), neraca atau daftar neraca
disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan.
Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan
ekuitas pada saat tertentu. Neraca atau balance sheet
adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber
ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-
kewajibannya atau utang, dan hak para pemilik
perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut
atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus
disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan
gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan. Oleh
karena itu neraca tepatnya dinamakan statements of
financial position.
Menurut Riyanto (2010), aset dapat dibagi atas dua kelompok besar,
yaitu aset lancar adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam
proses produksi dan proses berputarnya adalah dalam waktu yang pendek
(umumnya kurang dari satu tahun). Dalam perputarannya yang satu kali
ini, elemen-elemen dari aset lancar tidak sama cepatnya ataupun tingkat
perputarannya, misalnya piutang menjadinya kas adalah lebih cepat
daripada inventory (apabila penjualan dilakukan secara kredit), karena
piutang menjadi kas hanya membutuhkan satu langkah saja, sedangkan
inventory melalui piutang dahulu barulah menjadi kas. Dengan kata lain,
aset lancar ialah aset yang dapat diuangkan dalam waktu yang pendek.
36
Sedangkan aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau secara
berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Syarat lain
untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki
perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen
(aset tersebut mempunyai umum kegunaan jangka panjang atau tidak
akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan).
Menurut Munawir (2010), hutang adalah semua kewajiban-kewajiban
perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini
merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari
kreditur. Hutang atau kewajiban-kewajiban perusahaan dapat dibebankan
ke dalam kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan kewajiban
jangka panjang. Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah
kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya
akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca)
dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan, sedangkan
kewajiban jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka
waktu pembayaran (jatuh temponya) jangka panjang (lebih dari satu
tahun sejak tanggal neraca).
Menurut Riyanto (2010), modal sendiri merupakan ekuitas yang berasal
dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu
yang tidak tertentu lamanya. Ekuitas dari sumber ini merupakan dana
yang berasal dari pemilik perusahaan atau dapat pula bersumber dari
pendapatan atau laba yang ditahan.
37
2. Laporan Laba-Rugi
Menurut Munawir (2010), laporan laba-rugi merupakan
suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan,
beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu. Walaupun belum ada
keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-
tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya
diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang
diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan
barang dagangan atau memberikan service) diikuti
dengan harga pokok dari barang yang dijual, sehingga
diperoleh laba kotor.
b. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional
yang terdiri dari beban penjualan dan beban
umum/administrasi (operating expenses).
c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh
di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan
beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok
perusahaan (non operating/financial income dan
expenses).
d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang
insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga
38
akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak
pendapatan.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Hasil Operasi Perusahan yang berupa laba atau rugi akan
berpengaruh terhadap modal pemilik. Apabila Perusahaan
memperoleh laba maka laba tersbut akan menambah
modal pemilik. Begitu juga sebaliknya, kemudian ketika
pemilik modal mengambil harta perusahaan untuk
keperluan pribadi (pengambilan prive) maka itu akan
mengurangi modal atau ekuitas perusahaan. Informasi
tentang modal pemilik biasanya di tuangkan dalam
sebuah laporan yang disebut laporan perubahan ekuitas.
(Al. Haryono Jusup, 2005).
4. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Catatan atas laporan keuangan disusun dengan maksud
untuk mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan
kebijakan akuntansi yang penting digunakan sebagai
dasar penyusunan laporan keuangan, rincian dan
penjelasan masing-masing pos laporan keuangan serta
informasi tambahan lainnya yang diperlukan untuk
memberikan penjelasan lebih lanjut atas pos laporan
keuangan tertentu.(IAI, 2009).
39
Salah satu komponen catatan atas laporan keuangan
adalah laporan arus kas, arus kas merupakan ikhtisar arus
kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format
laporanya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan
operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan.
(Sofyan Syafri Harahap 2008)
Saat ini standart keuangan di Indonesia mengacu pada
Standart Keuangan Internasional yaitu International Financial
Reporting Stadards (IFRS). Laporan keuangan IFRS terdiri atas
neraca gabungan, laporan laba rugi, laporan kas, laporan
perubahan ekuitas ( laporan laba rugi dan pengeluaran yang
diakui) dan catatan penjelasan. Ungkapan catatan harus
mencakup : kebijakan akuntans yang diikuti, penilaian yang di
buat oleh manajemen dalam menerapkan kebijakan akuntansi
yang penting dan asumsi utama mengenai masa depan dan
sumber-sumber penting tentang ketidakpastian estimasi.
(Frederick D.S Choi dan Gary K. Meek , 2008)
Namun pada umumnya laporan keuangan koperasi yang
disajikan adalah laporan sisa hasil usaha dan neraca. Laporan
sisa hasil usaha adalah laporan jumlah pendapatan koperasi
yang didapat pada satu periode akuntansi. Sedangkan laporan
neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan tentang
40
kondisi akun aset,kewajiban, dan ekuitas atau modal koperasi
pada akhir periode akuntansi
4.8 Standart Akuntansi Keuangan
Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan
pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian
materi di dalamnya mencakup hampir semua aspek yang
berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya
melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam
bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang
dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain,
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku
petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang
segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mencakup konvensi,
peraturan dan prosedur yang sudah disusun dan disahkan oleh
lembaga resmi (standard setting body) pada saat tertentu.
Pernyataan di atas memberikan pemahaman bahwa
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan
buku petunjuk tentang akuntansi yang berisi konvensi atau
kesepakatan, peraturan dan prosedur yang telah disahkan oleh
suatu lembaga atau institut resmi. Dengan kata lain Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)merupakan sebuah
41
peraturan tentang prosedur akuntansi yang telah disepakati dan
telah disahkan oleh sebuah lembaga atau institut resmi.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh
lembaga Ikatan Akuntan Indonesia selalu mengacu pada teori-
teori yang berlaku dan memberikan tafsiran dan penalaran yang
telah mendalam dalam hal praktek terutama dalam pembuatan
laporan keuangan dalam memperolah informasi yang akurat
sehubungan data ekonomi.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) mengacu pada
penafsiran dan penalaran teori-teori yang “berlaku” dalam hal
praktek “pembuatan laporan keuangan” guna memperoleh
inforamsi tentang kondisi ekonomi.
Pemahaman di atas memberikan gambaran bahwa
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisi “tata cara
penyusunan laporan keuangan” yang selalu mengacu pada teori
yang berlaku, atau dengan kata lain didasarkan pada kondisi
yang sedang berlangsung.
Hal ini menyebabkan tidak menutup kemungkinan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dapat
mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke waktu sejalan
dengan perubahan kebutuhan informasi ekonomi.
42
Dari keseluruhan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan
suatu buku petunjuk dari prosedur akuntansi yang berisi
peraturan tentang perlakuan, pencatatan, penyusunan dan
penyajian laporan keuangan yang disusun oleh lembaga IAI yang
didasarkan pada kondisi yang sedang berlangsung dan telah
disepakati (konvensi) serta telah disahkan oleh lembaga atau
institut resmi.
Sebagai suatu pedoman, Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) bukan merupakan suatu kemutlakan bagi
setiap perusahasan dalam membuat laporann keuangan. Namun
paling tidak dapat memastikan bahwa penempatan unsur-unsur
atau elemen data ekonomi harus ditempatkan pada posisi yang
tepat agar semua dat ekonomi dapat tersaji dengan baik,
sehingga dapat memudahkan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam menginterpretasikan dan megevaluasi
suatu laporan keuangan guna mengambil keputusan ekonomi
yang baik bagi tiap-tiap pihak.
(http://ichsannur.blogspot.com/2012/12/pengertian-standar-
akuntansi-keuangan.html)
Standart Akuntansi Keuangan mengacu pada Standart
Akuntansi Internasional atau International Financial Roporting
Standart (IFRS).
43
Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS
untuk pertama kalinya melalui suatu pernyataan eksplisit tanpa
syarat tentang kesesuaian dengan IFRS. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa laporan keuangan keuangan perusahaan
yang pertama kalinya berdasarkan IFRS (termasuk laporan
keuangan interim untuk periode pelaporan tertentu)
menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada
para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang seluruh
periode disajikan. Program dan Sasaran Konvergensi IFRS Dua
puluh Sembilan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) masuk dalam
program konvergensi IFRS yang dicanangkan DSAK IAI tahun
2009 dan 2010. Sasaran konvergensi IFRS yang telah
dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar
secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang
berlaku efektif tahun 2011/2012.
(
http://gracebannepabutungan.wordpress.com/2012/05/07/perlun
ya-sak-konvergen-ke-ifrs/)
4.9 Standart Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik atau
SAK ETAP (IAI,2009) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas
publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
44
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal
adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,
kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan
SAK ETAP.
Dalam koperasi tentu tidak lepas dari laporan keuangan koperasi. Penyusunan
laporan keuangan tentu berdasarka standar yang telah ditetapkan. Standar yang
berlaku saat ini yaitu Standar akuntansi entitas tanpa akuntanbilitas publik (SAK
ETAP) merupakan standar baru yang mulai efektif digunakan pada tanggal 1
januari 2011. Standar ini merupakan pengganti dari PSAK no 27 yang mengatur
tentang pelaporan laporan keuangan pada koperasi.
SAK-ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
yang bertujuan untuk memudahkan usaha kecil atau menengah atau Entitas tanpa
akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement ) untuk mampu membuat
pelaporan keuangn sendiri. Selain itu SAK ETAP lebih sederhana dibandingkan
dengan PSAK – IFRS sehingga lebih mudah dalam implementasinya tetapi tetap
memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.
45
Dalam beberapa hal SAK-ETAP dinilai lebih mudah dipahami karena dalam
SAK-ETAP terdiri dari seratus halaman dengan menyajikan 30 bab. SAK ETAP
ini disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai kondisi
di Indonesia dan dibuat lebih ringkas. Sehingga lebih mudah dalam penerapan
atau praktik pada penyusunan laporan keuangan.
SAK ETAP dimaksudkan agar konvergensi IFRS dapat segera diwujudkan
secara penuh. Sehingga perusahaan maupun badan usaha yang kesulitan untuk
menerapkan SAK penuh, dapat mengadopsi SAK ETAP sebagai standar keuangan
yang lebih sederhana. Perbedaan yang paling terlihat antara PSAK no. 27 dengan
SAK ETAP adalah tidak ada kewajiban koperasi menyusun dan menyajikan
Laporan Promosi Ekonomi Anggota (LPEA).
4.10 Laporan Keuangan Koperasi
Laporan keuangan adalah laporan keuangan yang disusun
untuk dapat menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha dan
arus kopeasi secara keseluruhan sebagai pertanggung jawaban
pengurus atau pengelolaan keuangan koperasi yang terutama di
tujukan kepada anggota (Hiro Tugiman, 1996). Laporan
keuangan koperasi yang disusun berdasarkan PSAK, akan
membuat informasi yang disajikan menjadi lebih mudah
dipahami, mempunyai relevansi, keandalan, dan mempunyai
daya banding yang tinggi.
Pelaporan Keuangan Koperasi setelah tahun buku Koperasi
ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum diselengggarakan
46
rapat anggota tahunan, Pengurus menyusun laporan keuangan
tahunan yang memuat sekurang-kurangnya :
1. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun
buku yang baru lampau dan perhitungan hasil usaha dari
tahun yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen
tersebut.
2. Keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dapat
dicapai.
3. Laporan keuangan tersebut harus ditandatangani oleh
semua anggota pengurus. Apabila salah seorang
pengurus tidak menandatangani laporan tahunan
tersebut, anggota yang bersangkutan harus menjelaskan
alasannya secara tertulis.
Persetujuan terhadap laporan tahunan termasuk pengesahan
perhitungan tahunan merupakan penerimaan
pertanggungjawaban pengurus oleh rapat anggota. Bentuk dan
format laporan keuangan koperasi telah diatur oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) nomor 27 tentang Akuntansi Perkoperasian
(Revisi 1998), sebagai berikut :
Laporan keuangan Koperasi meliputi :
1. Neraca
47
Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban,
dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu. Aktiva yang
diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaannya
dan tidak dapat dijual untuk menutup kerugian koperasi
diakui sebagai aktiva lain-lain. Sifat keterikatan
penggunaan tersebut dijelaskan dalam catatan laporan
keuangan. Aktiva-aktiva yang dikelola oleh koperasi tetapi
bukan milik koperasi, tidak diakui sebagai aktiva, dan
harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
Simpanan anggota yang tidak berkarakteristik sebagai
ekuitas diakui sebagai kewajiban jangka pendek atau
jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh temponya
dan dicatat sebesar nilai nominalnya.
Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk
simpanan pokok, impanan wajib, simpanan lain yang
memiliki karaketeristik yang sama dengan simpanan
pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal
sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha belum dibagi.
Ekuitas ini dicatat sebesar nilai nominalnya. Simpanan
pokok dan simpanan wajib yang belum diterima disajikan
sebagai piutang simpanan pokok dan piutang simpanan
wajib. Kelebihan setoran simpanan pokok dan simpanan
wajib anggota baru di atas nilai nominal simpanan pokok
48
dan simpanan wajib anggota pendiri diakui sebagai Modal
Penyetaraan Partisipasi Anggota.
2. Perhitungan Hasil Usaha
Perhitungan hasil usaha (PHU) harus memuat hasil usaha
dengan angggota dan laba atau rugi kotor dengan non-
anggota
3. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
Dalam hal sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi,
maka manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dari
pembagian sisa hasil usaha pada akhir tahun buku dapat
dicatat sebesar taksiran jumlah sisa hasil usaha yang
akan dibagi untuk anggota.
Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang
memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh
anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan
tersebut mencakup 4 (empat) unsur yaitu :
a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau
pengadaan jasa bersama.
b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan
bersama.
c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.
d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil
usaha
49
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Salah satu komponen dari catatan atas laporan keuangan
adalah laporan arus kas yang menyajikan informasi
mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal,
sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir
kas pada periode tertentu. Dan adapun catatan atas
laporan keuangan menyajikan pengungkapan yang
memuat:
a. Perlakuan akuntansi mengenai pengakuan
pendapatan dan beban sehubungan dengan tansaksi
koperasi dengan anggota dan non-anggota, kebijakan
akuntansi tentang aktiva teetap, penilaian persediaan,
piutang, dan sebagainya, dasar penetapan harga
pelayanan kepada anggota dan non-anggota.
b. Pengungkapan informasi lain seperti kegiatan atau
pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang
tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga maupun dalam praktek, atau yang telah
dicapai oleh koperasi, ikatan koperasi dalam
pengembangan sumber daya dan mempromosikan
usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan
perkoperasian dan sebagainya
50
Menurut Tatik Suryani, Sri Lestari dan Wiwik Lestari (2008),
selain laporan keuangan pada umumnya, koperasi juga
memerlukan laporan kinerja keuangan. Laporan kinerja
keuangan yaitu laporan keuangan yang umumnya digunakan
untuk menilai kinerja manajemen. Tampilannya bisa berbeda
dengan laporan keuangan untuk pihak luar. Dan adapun
karakteristik pelaporan keuangan adalah
1. Pengurus bertanggung jawab dan wajib melaporkan
kepada rapat anggota segala sesuatu yang menyangkut
aktivitas koperasi.
2. Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari
sistem pelaporan keuangan koperasi. Laporan keuangan
lebih ditujukan kepada pihak-pihak di luar pengurus
koperasi dan tidak dimaksudkan untuk pengendalian
usaha.
3. Para pemakai laporan keuangan adalah anggota koperasi
itu sendiri dan para pejabat di dalamnya.
4. Kepentingan utama para pemakai laporan keuangan
koperasi adalah
a. Mengetahui manfaat yang diperoleh dengan menjadi
anggota koperasi.
b. Mengetahui prestasi keuangan koperasi
c. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki.
51
d. Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang
mengubah sumber daya ekonomi, kewajiban dan
kekayaan bersih.
5. Modal koperasi adalah Modal sendiri dan dipupuk dari
simpanan-simpanan, piutang-piutang, penyisihan dari
hasil usahanya termasuk cadangan dari sumber-sumber
lain.
6. Pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi penyusutan-penyusutan dan beban-beban
dari tahun buku yang bersangkutan disebut Sisa Hasil
Usaha (SHU).
4.11 Penerapan SAK ETAP Pada Koperasi
Dalam penerapan SAK ETAP terdapat permasalahan tentang
keterterapan SAK ETAP pada koperasi dikarenakan pada SAK
ETAP tidak mengatur secara khusus terhadap laporan keuangan
koperasi. Dalam buletin teknis 6 tentang keterterapan SAK ETAP
untuk entitas koperasi(IAI,2011;1) disebutkan dalam SAK ETAP
Bab 1 tentang ruang lingkup mengatur bahwa entitas yang dapat
menerapkan SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement).
52
Dan dalam SAK ETAP Bab 9 tentang kebijakan dan estimasi
akuntansi dan kesalahan dinyatakan bahwa entitas yang menerapkan
SAK ETAP, dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan
akuntansi, untuk mempertimbangkan persyaratan dan panduan dalam
SAK non-ETAP yang berhubungan dengan isu serupa dan terkait.
Berdasarkan pengaturan di atas, jika ada entitas koperasi yang
memenuhi syarat untuk menerapkan SAK ETAP, maka entitas tersebut
dapat menerapkan SAK ETAP. Untuk hal-hal yang tidak diatur secara
spesifik dalam SAK ETAP, entitas dapat mengacu pada SAK non-ETAP.
Misalnya, entitas koperasi yang menggunakan SAK ETAP dapat
mengacu pada PSAK 27.
Berikut ini merupakan perlakuan akuntansi menurut PSAK
no.27 yang tidak diatur dalam SAK ETAP :
NO KOMPONEN SAK ETAP
1. ASET Aktiva yang diperoleh dari sumbangan
yang terikat penggunaannya dan tidak
dapat dijual untuk menutup kerugian
koperasi diakui sebagai aktiva lain-
lain. Sifat keterikatan penggunaan
tersebut dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan.
53
Aktiva-aktiva yang dikelola oleh
koperasi, tetapi bukan milik koperasi,
tidak diakui sebagai aktiva dan harus
dijelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan.
2. KEWAJIBAN Simpanan anggota yang tidak
berkarakteristik sebagai ekuitas diakui
sebagai kewajiban jangka pendek
atau jangka panjang sesuai dengan
tanggal jatuh temponya dan dicatat
sebesar nilai nominalnya.
3. EKUITAS Simpanan pokok, simpanan wajib dan
simpanan lain yang memiliki
karakteristik yang sama dengan
simpanan pokok atau simpanan wajib
diakui sebagai ekuitas koperasi dan
dicatat sebesar nilai nominalnya.
Kelebihan setoran simpanan pokok
dan simpanan wajib anggota baru di
atas nilai nominal simpanan pokok
dan simpanan wajib anggota pendiri
diakui sebagai Modal Penyetaraan
Partisipasi Anggota.
54
Modal penyertaan diakui sebagai
ekuitas dan dicatat sebesar jumlah
nominal setoran. Dalam hal modal
penyertaan yang diterima selain uang
tunai, maka modal penyertaan
tersebut dinilai sebesar harga pasar
yang berlaku pada saat diterima.
Modal sumbangan yang diterima oleh
koperasi yang dapat menutup risiko
kerugian diakui sebagai ekuitas,
sedangkan modal sumbangan yang
substansinya merupakan pinjaman
diakui sebagai kewajiban jangka
panjang dan dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Pembayaran tambahan kepada
anggota yang keluar dari keanggotaan
koperasi di atas jumlah simpanan
pokok, simpanan wajib dan simpanan
lain-lain dibebankan pada cadangan.
4. PENDAPATA
N
Pendapatan koperasi yang timbul dari
transaksi dengan anggota diakui
sebesar partisipasi bruto.
55
Pendapatan koperasi yang berasal
dari transaksi dengan non-anggota
diakui sebagai pendapatan
(penjualan) dan dilaporkan terpisah
dari partisipasi anggota dalam laporan
perhitungan hasil usaha sebesar nilai
transaksi. Selisih antara pendapatan
dan beban pokok transaksi dengan
non-anggota diakui sebagai laba atau
rugi kotor dengan non anggota.
5.
BEBAN Beban usaha dan beban-beban
perkoperasian harus disajikan terpisah
dalam laporan perhitungan hasil
usaha.
6. LABA/SHU Sisa hasil usaha tahun berjalan dibagi
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku pada koperasi. Dalam hal jenis
dan jumlah pembagian sisa hasil telah
diatur secara jelas maka bagian yang
tidak menjadi hak koperasi diakui
sebagai kewajiban. Apabila jenis dan
jumlah pemba-giannya belum diatur
56
secara jelas, maka sisa hasil usaha
tersebut dicatat sebagai sisa hasil
usaha belum dibagi dan harus
dijelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan.
7. LAPORAN
KEUANGAN
Laporan keuangan koperasi meliputi
Neraca, Perhitungan Hasil Usaha,
Laporan Arus Kas, Laporan Promosi
Ekonomi Anggota, dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Perhitungan hasil
usaha harus memuat hasil usaha
dengan anggota dan laba atau rugi
kotor dengan non anggota.
Laporan promosi ekonomi anggota
adalah laporan yang memperlihatkan
manfaat ekonomi yang diperoleh
anggota koperasi selama satu tahun
tertentu. Laporan tersebut mencakup
empat unsur, yaitu:
a. Manfaat ekonomi dari pembelian
barang atau pengadaan jasa bersama.
b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan
pengolahan bersama.
57
c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam
lewat koperasi.
d. Manfaat ekonomi dalam bentuk
pembagian sisa hasil usaha
4.12 Pendapatan Koperasi
Pendapatan Koperasi terbagi menjadi dua yaitu
1. Pendapatan koperasi dari transaksi anggota disebut
partisipasi bruto. Jika transaksinya berupa pengadaan
barang/jasa untuk anggota, maka partisipasi bruto
dihitung dari harga yang diterima atau dibayar oleh
anggota mencakup beban pokok dan partisipasi neto. Jika
transaksinya dalam pemasaran hasil produksi anggota,
partisipasi bruto dihitung dari beban jual hasil produksi
anggota baik kepada nonanggota maupun ke anggota.
2. Pendapatan dari kegiatan transaksi dengan nonanggota
disebut pendapatan (penjualan) dan dilaporkan terpisah
dari partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil
usaha sebesar nilai transaksi. Selisih antara pendapatan
dan beban pokok transaksi dengan nonanggota diakui
sebagai laba atau rugi kotor dengan nonanggota.
4.13 Sisa Hasil Usaha (SHU)
Menurut UU No.17 tahun 2012 tentang perkoperasian
menekankan bahwa mengacu pada ketentuan Anggaran Dasar
58
dan keputusan Rapat Anggota, Surplus Hasil Usaha disisihkan
terlebih dahulu untuk Dana Cadangan dan sisanya digunakan
seluruhnya atau sebagian untuk:
1. Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang
dilakukan oleh masing-masing Anggota dengan Koperasi;
2. Anggota sebanding dengan Sertifikat Modal Koperasi yang
dimiliki;
3. Pembayaran bonus kepada Pengawas, Pengurus, dan
karyawan Koperasi;
4. Pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan
Koperasi dan kewajiban lainnya; dan/atau;
5. Penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar
6. Koperasi dilarang membagikan kepada Anggota Surplus
Hasil Usaha yang berasal dari transaksi dengan non-
Anggota.
7. Surplus Hasil Usaha yang berasal dari non-Anggota
sebagaimana dimaksud pada ayat dapat digunakan untuk
mengembangkan usaha Koperasi dan meningkatkan
pelayanan kepada Anggota.
Penghitungan SHU bagian anggota dapat dilakukan bila
beberapa informasi dasar diketahui sebagai berikut :
1. SHU Total Koperasi pada satu tahun buku
2. Bagian (persentase) SHU anggota
59
3. Total simpanan seluruh anggota
4. Total seluruh transaksi usaha (volume usaha atau omzet)
yang bersumber dari anggota
5. Omzet atau volume usaha per anggota
6. Jumlah simpanan per anggota
7. Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota
8. Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota
Rumus Pembagian SHU
Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar
koperasi yang menyebutkan bahwa pembagian SHU dilakukan
secara adil sebanding denagn besarnya jasa usaha masing-
masing anggota. Untuk koperasi Indonesia, dasar hukumnya
adalah pasal 5 ayat 1 ; UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian yang dalam penjelasannya mengatakan bahwa
“pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi,
tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota
terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan
kekeluargaan dan keadilan.
Dengan demikian, SHU koperasi yang diterima oleh anggota
bersumber dari 2 kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota
sendiri, yaitu :
1. SHU atas jasa modal
60
Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota
sebagai pemilik ataupun investor, karena jasa atas
modalnya (simpanan) tetap diterima dari koperasinya
sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada
tahun buku yang bersangkutan.
2. SHU atas jasa usaha
Jasa ini menegaskan bahwa anggota koperasi selain
pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan. Secara
umum SHU Koperasi dibagi sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga Koperasi sebagai berikut :
a. Cadangan koperasi
b. Jasa anggota
c. Dana pengurus
d. Dana karyawan
e. Dana pendidikan
f. Dana sosial
g. Dana untuk pembangunan lingkungan.
V. Metode Penelitian
5.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian terdapat banyak jenis penelitian yang digunakan. Dalam
penelitian ini penulis memilih jenis penelitian studi kasus, yaitu suatu penelitian
61
yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna dan memperoleh
pemahaman dari suatu kasus tersebut. (Sukmadinata, 2010)
5.2 Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2011) objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang
ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Objek yang penulis gunakan
dalam penelitian adalah laporan keuangan KPRI “Warga Sejahtera” MAN
Kendal. Penelitian dilakukan di Koperasi Pegawai Republik Indonesia “Warga
Sejahtera” MAN Kendal yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta Komplek
Islamic Center Kotak pos 18 Bugangin Kendal 51314 dengan
tujuan agar penyajian laporan keuangan KPRI “ Warga Sejahtera”
MAN Kendal sesuai dengan standart yang baru karena dalam
penyajian laporan keuangannya masih belum sepenuhnya
menggunakan standart baru .
5.3 Jenis Data
Dalam penelitian ini diperlukan data sebagai bahan informasi untuk dijadikan
alat analisis, diantaranya sebagai berikut :
1. Data kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau dinyatakan
dengan bentuk angka sebagai data yang banyak dipergunakan dalam
penelitian. Data ini dapat diperoleh dari laporan keuangan.
2. Data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau
uraian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil wawancara dimana
gambaran keadaan umum koperasi yang menjadi objek penelitian.
62
5.4 Sumber Data
Sumber data dapat dibedakan menjadi dua yaitu
1. Data Primer
Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.
Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam
bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam
istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek
penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan
informasi ataupun data. (Umi Narimawati,SE.,M.Si, 2008)
2. Data Sekunder.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah
ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat
Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
(http://csuryana.wordpress.com/2010/03/25/data-dan-
jenis-data-penelitian/)
Pada penelitian ini data diperoleh dari data laporan keuangan KPRI
“Warga Sejahtera” MAN Kendal dengan dibantu dengan Study Kepustakaan .
5.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan tahap pengumpulan data
yaitu :
1. Survey Pendahuluan
63
Penulis melakukan survey pendahuluan dengan cara mendatangi koperasi
yang merupakan objek penelitian dengan tujuan untuk mengetahui dan
mendapatkan gambaran umum dan khusus koperasi yang bersangkutan.
2. Studi pustaka
Penulis melakukan penelitian pustaka dengan membaca dan mempelajari
teori dan konsep yang relevan, dimana akan digunakan sebagai pedoman
untuk pemecahan masalah.
3. Survey lapangan
Penelitian secara langsung terhadap objek dengan menggunakan
beberapa teknik yaitu :
a. Wawancara : yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan tanya
jawab dengan narasumber yang bersangkutan.
b. Dokumentasi : yaitu dengan cara mempelajari catatan dan buku-
buku yang terdapat dalam koperasi yang bersangkutan untuk
mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian.
5.6 Metode Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1. Editing
Yaitu meneliti kembali data-data yang dikumpulkan untuk mengetahui
apakah data-data tersebut sesuai dengan masalah yang penulis bahas.
2. Coding
64
Yaitu memberikan kode-kode atau mengalokasikan data ke masing-
masing elemen.
3. Verifikasi
Yaitu dengan melakukan perbandingan data-data yang diperolaeh peneliti
dari koperasi yang bersangkutan dengan teori-teori yang ada sebagai
landasan.
5.7 Analisis data
Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan
rumus atau aturan-aturan yang sesuai dengan pendekatan penelitian. Analisis data
ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan
kesimpulan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Menginventarisasi laporan keuangan yang telah disajikan oleh KPRI
“Warga Sejahtera” MAN Kendal
2. Mempelajari penerapan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan.
3. Menganalisis penerapan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan
KPRI “Warga Sejahtera” MAN Kendal.
5.8 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : diduga bahwa
KPRI “Warga Sejahtera” MAN Kendal belum sepenuhnya menerapkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) dalam penyajian laporan keuangan koperasi.
VI. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
65
6.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah KPRI “Warga Sejahtera” MAN Kendal telah
menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
dalam menyajikan laporan keuangan koperasi.
6.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Pihak KPRI “Warga Sejahtera” MAN Kendal. Dengan hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi pihak manajemen
koperasi dalam menyajikan laporan keuangan dengan benar yang sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
2. Bagi Peneliti, dengan skripsi ini diharapkan dapat digunakan untuk
menambah dan mengembangkan pengetahuan dan wawasan khususnya
tentang seluk beluk dunia usaha berupa koperasi serta merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata 1 Akuntansi pada Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Dharmaputra Semarang.
3. Bagi Peneliti Lain diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
dalam melakukan penelitian dengan tema yang sejenis untuk yang akan
datang.
4. Bagi STIE Dharmaputra, sebagai referensi yang menambah bahan bacaan
ilmiah di perpustakaan.
VII. Sitematika Penulisan
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
66
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.4 Sistematika Penyusunan Skripsi
1.5 Lokasi Penelitian
Bab II LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Koperasi
2.1.2 Sejarah atau tahapan Koperasi
2.1.3 Landasan dan asas, Prinsip, Karakteristik dan
Tujuan Koperasi
2.1.3.1 Landasan dan Asas
2.1.3.2 Prinsip Koperasi
2.1.3.3 Karakteristik Koperasi
2.1.3.4 Tujuan Koperasi
2.1.4 Fungsi Dan Peranan Koperasi
2.1.5 Keanggotaan, Kewajiban, dan Hak Anggota
2.1.5.1 Anggota Koperasi
2.1.5.2 Hak Anggota
2.1.5.3 Kewajiban Anggota
2.1.6 Perangkat dalam Organisasi Koperasi
2.1.7 Macam-Macam Koperasi
67
2.1.7.1 Berdasarkan Sejarah Timbulnya
Koperasi
2.1.7.2 Berdasarkan Keanggotaannya
2.1.7.3 Berdasarkan Tingkatanya
2.1.8 Laporan Keuangan
2.1.8.1 Pengertian Laporan Keuangan
2.1.8.2 Karakteristik laporan Keuangan
2.1.8.3 Keterbatasan Laporan keuangan
2.1.8.4 Komponen laporan Keuangan
2.1.9 Standart Akuntansi Keuangan (SAK)
2.1.10 Standart Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
2.1.11 Laporan Keuangan Koperasi
2.1.12 Peranan SAK ETAP Untuk Koperasi
2.1.13 Pendapatan Koperasi
2.1.14 Sisa Hasil Usaha
2.2 Hipotesis
Bab III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Objek Penelitian
3.3 Jenis Data
3.4 Sumber Data
3.5 Jangkauan Penelitian
68
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.7 Metode Analisis Data
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisa Data Laporan keuangan KPRI
“Warga Sejahtera” MAN Kendal
4.2.2 Pemrosesan Data
4.2.2.1 Neraca
4.2.2.2 Laporan Perhitungan Hasil Usaha
4.2.2.3 Laporan Arus Kas
4.2.2.4 Laporan Promosi Ekonomi Anggota
4.2.3 Interprestasi
Bab V PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
VIII. Time Scedule
No KeteranganBulan
Agustus September Oktober
69
1 Proposal X X X
2 Bab I X
3 Bab II X
4 Bab III X
5 Bab IV X X
6 Bab V X
7 Penjilidan X
70