proposal pkm-p lolos dikti 2012 didanai 2013

17
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MENINGKATKAN POTENSI GERAK KASAR ANAK TUNADAKSA RINGAN MELALUI PENDEKATAN BERMAIN BIDANG KEGIATAN PKM Penelitian Disusun oleh: Ketua Kelompok: Zandra Dwanita Widodo (K4611116/2011) Anggota kelompok: Eka Ahmad Malik Parwaka (K4611036/2011) Indarto Wijanarko (K4611060/2011) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: zandra

Post on 02-Jan-2016

20.021 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

PENJAS ADAPTIF

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MENINGKATKAN POTENSI GERAK KASAR

ANAK TUNADAKSA RINGAN

MELALUI PENDEKATAN BERMAIN

BIDANG KEGIATAN

PKM Penelitian

Disusun oleh:

Ketua Kelompok:

Zandra Dwanita Widodo (K4611116/2011)

Anggota kelompok:

Eka Ahmad Malik Parwaka (K4611036/2011)

Indarto Wijanarko (K4611060/2011)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013
Page 3: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

1

A. JUDUL

Meningkatkan Potensi Gerak Kasar Anak Tunadaksa Ringan Melalui

Pendekatan Bermain.

B. LATAR BELAKANG MASALAH

IBK adalah orang yang memerlukan penyesuaian (adaptation) sebelum

dapat bertindak secara normal. Istilah berkebutuhan khusus (Unique/special need)

lebih ditujukan kepada individu yang mengalami gangguan atau ketidakmampuan

baik secara fisik atau mental, dalam tanda kutip ada juga individu dari kalangan

normal yang ingin diperlakukan secara khusus. Dan beberapa literatur ditemukan

beberapa IBK, yaitu kelompok kekacauan berfikir yang terdiri dari kelainan

intelektual/Tunagrahita (Intelektual disoders); kelainan tingkah laku/Tunalaras

(Behavior disability); ketidak mampuan menyerap pelajaran (Pervasipe

developmental disoders); kesulitan belajar khusus (Spesific learning disabilities);

kelainan penglihatan/Tunanetra (Visual impairment); ketulian dan

kebutatulian/Tunarungu (Deafness and deaf blindness); kelumpuhan syaraf otak

(Cerebral Palsy/CP); cedera otak traumatis (Traumatic brain injury); struk (Stroke);

amputasi (Amputations); (dwarfism); les avtres; kelainan pada tulang belakang

(Spinal cord disabilities); tingkat kesehatan rendah (Health impaired student).

Salah satu kategori IBK ialah Tunadaksa. Tunadaksa berasal dari kata

“Tuna” yang berarti rugi atau kurang. Dan “Daksa” yang berarti tubuh. Menurut

derajat kecacatan Tunadaksa dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongan

sedang dan golongan berat. Golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan

tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam

kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal

lainya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.

Biasanya IBK Tunadaksa ringan memiliki ketrampilan gerak motorik kasar

yang kurang. Gerak motorik kasar merupakan ketrampilan gerak atau gerakan

tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama gerakanya. Ketrampilan

motorik kasar ini meliputi pola lokomotor (gerakan yang menyebabkan

perpindahan tempat) seperti berjalan, berlari, menendang, naik turun tangga,

meloncat,dsb. Juga ketrampilan menguasai bola seperti melempar, menendang, dan

memantulkan bola. Kurangnya ketrampilan gerak kasar yang tidak berkembang

secara baik bisa menyebabkan rusaknya perhatian terhadap lingkungan, maka dari

itu peningkatan gerak motorik kasar sangat diperlukan.

Bermain merupakan salah satu pendekatan yang paling mudah

diperkenalkan dan diajarkan kepada anak-anak, karena dalam bermain terkandung

beberapa nilai yang dibutuhkan untuk anak berkebutuhan khusus yaitu edukatif,

leadership, team work, dsb. Sehingga bermain merupakan sebuah pendekatan yang

cocok untuk meningkatkan ketrampilan gerak motorik kasar anak Tunadaksa

ringan.

Bermain merupakan salah satu strategi pembelajaran yang sesuai untuk

anak. Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa

memikirkan hasil akhir, yang harus diperhatikan oleh orangtua dan guru, bermain

haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Tidak boleh ada paksaan

pada anak untuk melakukan kegiatan bermain.

Bermain memiliki arti penting bagi anak untuk mengekspresikan,

mengeksplorasi dan menemukan banyak aspek kehidupan diluar dirinya sendiri.

Page 4: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

2

Bermain dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan keterampilan dasar fisik

dan dalam waktu yang sama memungkinkan anak untuk belajar kerjasama,

berkompetisi, berkomunikasi, berrelasi, menghargai kesetaraan, dan belajar

mengerti arti keberhasilan. Bermain akan memberikan efek yang besar bila

digunakan sebagai alat belajar, namun permainan yang sekedar dilakukan untuk

bermain bukan cara yang efektif untuk membantu siswa belajar, guru harus

memastikan bahwa permainan yang digunakan dalam mengajar memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berlatih keterampilan gerak dasar.

Pengembangan keterampilan gerak dasar dirancang untuk mengidentifikasi

kebutuhan dan kepentingan anak-anak, melibatkan mereka dalam dalam konteks

berbagai pengalaman gerak, dengan penekanan pada menyenangkan dan belajar

melalui bermain.Di atas sudah dijelaskan bahwa bermain yang bertujuan dapat

digunakan sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak, oleh karenanya

aktivitas yang dilakukan harus aktivitas yang terpilih. Untuk mengembangkan

potensi keterampilan gerak kasar anak tunadaksa, dipilih aktivitas yang

mengandung unsur berjalan, melompat, melempar, menendang, dan rotasi tubuh.

Gerakan-gerakan tadi dilakukan mulai dari gerak yang sederhana menuju ke

gerakan yang kompleks.

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan alasan pemilihan judul di atas, maka permasalahan yang

muncul adalah “Bagaimanakah pendekatan bermain dapat meningkatkan potensi

gerak kasar anak tuna daksa?”

D. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan meningkatkan potensi gerak kasar anak tuna daksa

ringan.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran dari penelitian yang dilakukan adalah artikel ilmiah dan manual

bermain untuk meningkatkan potensi gerak motorik kasar anak tuna daksa ringan.

F. KEGUNAAN PROGRAM

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Potensi gerak motorik kasar anak tunadaksa ringan meningkat.

2. Memberikan informasi kepada pihak terkait dalam meningkatkan potensi gerak

motorik kasar anak tunadaksa ringan melalui pendekatan bermain.

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Pustaka

1.1 Tunadaksa

Anak berkebutuhan khusus (IBK), adalah anak yang memiliki gangguan

pada fisik, mental, tingkah laku atau indrana yang sedemikian rupa sehingga

untuk mengembangkan secara maksimum kemampuanya membutuhkan

Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang berbentuk program dan layanan yang

berhubungan dengan PLB. Salah satu jenis individu berkbutuhan khusus adalah

tuna daksa.

Page 5: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

3

Tunadakasa berasal dari kata “ Tuna “ yang berarti rugi, kurang dan

“daksa“ berartitubuh. Dalam banyak literatur cacat tubuh atau kerusakan tubuh

tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai

judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan

kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan.

Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada

sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu

pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang

terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran,

menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita).

Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian besar, yaitu (a) kelainan pada sistem serebral (Cerebral

System), dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal

System) Menurut derajat kecacatan, Tunadaksa ringan dalam cerebal palsy

termasuk dalam golongan ringan, yaitu mereka yang dapat berjalan tanpa

menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam

kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal

lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan

pendidikannya.

Derajat kecacatan akan mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri

dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada

halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan

derajat kecacatannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan

tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.

Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu,

rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disamping

karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tunadaksa

antara lain: (1) Kelainan perkembangan/intelektual , (2) Ganguan pendengaran,

(3) Gangguan penglihatan, (4) Gangguan taktik dan kinestetik, (5) Gangguan

pesepsi, (6) Gangguan emosi.

1.2 Gerak Motorik Kasar

Studi tentang motorik (gerak) manusia tidak terlepas dengan ilmu gerak,

kinesiology, performance manusia, pendidikan jasmani, dan bodi movement.

Perilaku gerak (motor behavior) merupakan sub disiplin yang menekankan

pada investigasi mengenai prinsip-prinsip perilaku manusia.

Motorik dapat diuraikan dengan kata seperti otomatis, cepat, dan akurat

atau dengan kata lain titik beratnya adalah pada ketelitian dan ketepatan.

Menurut Hurlock (1998) – perkembangan motorik: perkembangan

pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan

otot yang terkoordinasi.Pengendalian berasal dari perkembangan refleksi dan

kegiatan massa yang ada pada waktu lahir.

Gerak motorik dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu (1) gerak motorik

kasar (2) gerak motorik halus. Gerak motorik kasar adalah gerak yang

memacu kemampuan anak saat beraktivitas dengan menggunakan otot-otot

besarnya.

Gerak kasar ini dikelompokkan menjadi 3 (Sport New Zeland), yakni:

Page 6: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

4

Keterampilan Lokomotor melibatkan gerak tubuh ke segala arah dari satu

titik ke titik yang lain. Yang termasuk keterampilan lokomotor ini adalah:,

berjalan, berlari, menghindar, meloncat, melompat, dan melompat-lompat.

Keterampilan stabilitas melibatkan baik keseimbangan statis (dalam

keadaan diam) maupun dinamis (dalam keadaan bergerak), dan rotasi

(putaran).

Keterampilan manipulative melibatkan memegang dan mengendalikan alat

dengan tangan, kaki atau menggunakan (tongkat, pemukul atau raket).

Yang terkategori dalam keterampilan manipulatih adalah: melempar, dan

menangkap, memukul dengan tangan, kaki dan aplikasinya (misalnya:

menendang, memvoli, memukul, dan mendribling)

Gerak motorik kasar dapat ditingkatkan dengan pendekatan bermain

yang dikombinasikan, misalnya lari sambil melempar dan menangkap bola.

Dengan demikian, pola gerak adalah gerak dasar yang berhubungan dengan

pelaksanaan suatu tugas tertentu. Oleh karena itu, banyak anak yang bisa

melaksanakan pola gerak dasar dengan kecakapan yang bermacam-macam.

Pengaruh latihan yang dilakukan pada gerak motorik kasar yaitu

pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot besar

yang digunakan untuk gerak lokomor, nonlokomotor, dan manipulatif seperti :

berlari, melompat, mendorong, meregang, menarik, dan sebagainya. Dengan

melakukan gerakan gerakan tersebut akan terjadi adaptasi dalam tubuh yang

berupa meningkatnya kemampuan lokomotor, nonlokomotor dan

manipulatif..Dengan adanya adaptasi tersebut, maka potensi gerak motorik

kasar anak tunadaksa ringan akan meningkat.

1.3 Bermain

Bermain, menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan

dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima

pengertian bermain, yaitu: 1). Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai

intrinsik pada anak, 2). Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih

bersifat intrinsik, 3). Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur

keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak, 4). Melibatkan peran aktif

keikutsertaan anak, dan 5). Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan

sesuatu yang bukan bermain, seperti; kreativitas, pemecahan masalah, belajar

bahasa, perkembangan sosial, dan sebagainya.

Bermain memiliki nilai-nilai yang sangat berharga bagi pertumbuhan

dan perkembangan fisik dan sosial-psikologis anak. Melalui bermain (play) dan

permainan (games), anak akan memperolah beberapa manfat, diantaranya;

bermasyarakat, mengenal diri sendiri, imajinasi dapat bertumbuh, menahan

gejolak emosi, memperoleh kegembiraan, dan belajar taat pada aturan

(AndangIsmail, 2006).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi

kesenangan, baik dengan tujuan maupun tanpa ada tujuan. Dari definisi

tersebut, satu syarat mutlak ketika anak melakukan kegiatan bermain adalah

bahwa aktivitas yang dilakukan anak harus dapat menimbulkan efek

menyenangkan pada diri anak. Melalui bermain anak dapat mengembangkan

seluruh aspek perkembangannya. Bagi anak, bermain adalah belajar. Bila orang

dewasa membangun pengetahuannyaa lewat membaca, maka anak membangun

pengetahuannya lewat bermain. Melalui berbagai macam aktivitas bermain,

Page 7: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

5

anak melatih kemampuan fisik dan motoriknya, mematangkan emosi dan

mengasah kepekaan sosialnya, memperlancar komunikasinya, serta

mengembangkan kognitifnya. Menurut Landreth (2001), bermain adalah bagian

integral dari masa kanak-kanak, media yang unik untuk memfasilitasi

perkembangan ekspresi bahasa, keterampilan komunikasi, perkembangan

emosi, keterampilan sosial, keterampilan pengambilan keputusan, dan

perkembangan kognitif pada anak-anak.

Berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan, salah satu jenis

bermain adalah permainan olahraga, baik tradisional maupun modern. Melalui

permainan ini, anak banyak menggunakan fisik dan energinya, sehingga bisa

membantu perkembangan fisik, penampilan, dan kebugaran jsamaninya,

mendorong sosialisasi lewat kerjasama, kepemimpinan, menilai diri dan

kemampuannya secara realistis dan sportif.

Bermain memiliki arti penting bagi anak untuk mengekspresikan,

mengeksplorasi dan menemukan banyak aspek kehidupan diluar dirinya sendiri.

Bermain dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan keterampilan dasar fisik

dan dalam waktu yang sama memungkinkan anak untuk belajar kerjasama,

berkompetisi, berkomunikasi, berrelasi, menghargai kesetaraan, dan belajar

mengerti arti keberhasilan (Sport New Zeland: 2012). Bermain akan

memberikan efek yang besar bila digunakan sebagai alat belajar, namun

permainan yang sekedar dilakukan untuk bermain bukan cara yang efektif untuk

membantu siswa belajar, guru harus memastikan bahwa permainan yang

digunakan dalam mengajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berlatih keterampilan gerak dasar.

1.4 Permainan untuk meningkatkan potensi gerak anak tunadaksa

Pengembangan keterampilan gerak dirancang untuk mengidentifikasi

kebutuhan dan kepentingan anak-anak, melibatkan mereka dalam dalam

konteks berbagai pengalaman gerak, dengan penekanan pada menyenangkan

dan belajar melalui bermain. Dalam memilih permainan harus

mempertimbangkan:

Anak-anak belajar dan mengembangkan keterampilan gerakan dengan cara

yang berbeda dan pada tingkat yang berbeda-beda.

Perkembangan keterampilan motorik anak-anak berhubungan dengan -

tetapi tidak tergantung pada usia pengalaman mereka.

Ketika anak-anak sudah siap (yaitu ketika mereka memiliki prasyarat fisik,

sosial dan keterampilan kognitif) dan tertarik (dan termotivasi), mereka

akan belajar.

Anak cenderung mengembangkan keterampilan geraknya dalam urutan

progresif, belajar dari yang sederhana sebelum mempelajari keterampilan

yang kompleks (misalnya berjalan dan melompat pola gerakan sederhana

dan menggabungkan untuk membuat gerak meloncat-loncat).

Anak-anak cenderung untuk mengembangkan kontrol tubuh mereka dari

tengah (trunk=badan) ke bagian yang lebih jauh (lengan, tangan dan kaki),

(misalnya anak-anak mengembangkan gerakan rotasi badan misalnya

melempar sebelum mereka mengembangkan keterampilan motorik

misalnya menulis tangan).

Permainan yang dipilih untuk meningkatkan keterampilan gerak kasar anak

tunadaksa ringan adalah gerak yang mengandung unsur berjingkat,

Page 8: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

6

menyongklang dan lompat tali, menyepak, menangkap, memantul-mantulkan

bola, memukul, dan koordinasi gerak.

Berjingkat

Gerakan berjingkat lebih sukar dibandingkan dengan gerakan meloncat.

Berjingkat adalah gerakan meloncat dimana loncatan dilakukan dengan

tumpuan satu kaki dan mendarat dengan menggunakan satu kaki yang sama.

Artinya, pada saat kaki tumpu meloncat, kaki yang diangkat mengayun ke

depan menunjang lajunya gerakan. Dengan bentuk gerakan itu jelas

diperlukan kekuatan kaki yang lebih besar, di samping perlunya

keseimbangan dan koordinasi yang lebih baik.

Menyongklang dan lompat tali

Gerakan mencongklang atau lari seperti langkah kuda dan lompat tali

merupakan variasi dari gerakan berjalan atau berlari dengan meloncat;

sedangkan lompat tali terbentuk dari kombinasi gerakan melangkah dengan

berjingkat. Karena gerakan mencongklang dan lompat tali merupakan

variasi dari gerakan berjalan, berlari, meloncat, dan berjingkat maka kedua

gerakan tersebut baru dikuasai sesudah dikuasainya gerakan-gerakan yang

divariasikan. Materi pembelajaran loncat dengan dan tanpa alat adalah

loncat dengan tumpuan dua kaki, loncat ke depan, ke belakang, ke samping

kiri atau kanan, ke atas, ke bawah, dan berputar, sedangkan alat yang dapat

digunakan dalam pembelajaran, antara lain loncat menggunakan tali, balok,

kotak, simpai, dan bangku swedia.

Menyepak Gerakan menyepak mulai bisa dilakukan setelah siswa mampu

mempertahankan keseimbangan tubuhnya dalam posisi berdiri pada satu

kaki sementara satu kaki lainnya diangkat dan diayun ke depan.

Mekanisme keseimbangan tubuh dalam sikap berdiri sudah baik, sudah

mampu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan bertumpu pada satu

kaki, dan satu kaki yang lain melakukan gerakan mengayun menyerupai

gerakan menyepak. Gerakan menyepak bisa dilakukan dengan ayunan kaki.

menyepak berupa ayunan ke depan, langsung dari posisi menapak dengan

awalan yang berupa gerak mengayun ke belakang sebelum diayun ke depan.

Menangkap

Awal dari usaha untuk menangkap yang dilakukan adalah berupa gerakan

tangan untuk menghentikan suatu benda yang mengulir di lantai dan benda

yang ada di dekatnya. Siswa yang bermain-main bola akan berusaha

menangkap bola yang menggulir di dekatnya. Apabila aktivitas seperti itu

dilakukan berulang-ulang maka kemampuan menangkap akan terbentuk.

Dengan melakukan gerakan menangkap berulang-ulang akan terjadi

sinkronisasi gerakan tangan dengan kecepatan bola yang datang atau

mengulir di dekatnya. Perkembangan ini menjadikan anak mampu

menangkap.

Menangkap bola menggulir lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan

menangkap benda yang melambung. Oleh karena itu, kemampuan

menangkap benda yang dilambungkan akan berkembang dengan baik

sesudah anak mampu menangkap benda yang digulirkan. Dalam usaha

menangkap benda yang dilambungkan, anak hanya menjulurkan tangannya

lurus ke depan dengan telapak tangan terbuka menghempas ke atas.

Page 9: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

7

Kemampuan menyesuaikan posisi tubuh dan tangan dengan posisi di mana

benda datang masih belum dimiliki. Oleh karena itu, usaha menangkap yang

dilakukan biasanya gagal.

Memantul-mantulkan Bola

Gerakan memantul-mantulkan bola bisa dilakukan anak apabila ia

memperoleh kesempatan bermain-main dengan bola. Gerakan ini terbentuk

mula-mula dari gerakan menjatuhkan bola yang dipegang. Apabila bola itu

memantul ke atas maka, ia akan berusaha menangkapnya. Pada mulanya ia

belum berhasil menangkapnya, tetapi dengan melakukan berulang-ulang ia

akan berhasil. Begitu berhasil, ia akan makin senang mengulanginya.

Kemampuan memantul-mantulkan bola berulang kali tanpa menangkap

berkembang sejalan dengan kemampuan mengontrol kekuatan tangan dan

arah tegaknya bola. Pada mulanya anak berusaha memantul-mantulkan bola

menggunakan satu tangan.

Penguasaan gerakan memantul-mantulkan bola menggunakan satu tangan

berkembang lebih awal dibanding menggunakan dua tangan. Penggunaan

dua tangan lebih sukar dibanding menggunakan satu tangan karena cara

tersebut membutuhkan koordinasi dan sinkronisasi antara tangan kanan dan

tangan kiri serta masih sulitnya anak mengatur posisi badan. Besarnya bola

yang digunakan ada pengaruhnya terhadap tingkat penguasaan gerakan. Hal

ini berkaitan dengan ukuran dan kekuatan tangan.

Memukul Gerakan memukul, misalnya memukul bola, dilakukan dengan cara sebagai

berikut: mula-mula anak berusaha mengayunkan tangannya dengan lengan

lurus ke arah depan atas. Selanjutnya gerakan akan berkembang dan mampu

memukul dari samping ke arah depan serta memukul bola di atas kepala.

Perkembangan kemampuan memukul bola mulai tampak pada usia yang

makin bertambah, dan kemampuan memukul akan semakin timbul dan

berkembang apabila anak memperoleh kesempatan untuk melakukannya

berulang-ulang.

Koordinasi Gerakan Koordinasi gerakan yang dimaksud di sini bukanlah bagian-bagian aksi

motorik yang pengkoordinasiannya dalam suatu gerakan. Tidak mungkin di

sini akan membahas gerak tentang koordinasi gerak, di mana gerak yang

dilaksanakan hanyalah berupa kegiatan gerak yang dilakukan dengan

memperkaya berbagai macam gerakan yang digabungkan menjadi satu

penggabungan atau pengkoordinasian.

Bila membicarakan teknik gerakan, maka dengan sendirinya sekurang-

kurangnya harus membahas tentang koordinasi dasar gerakan yang terdiri

dari beberapa komponen, di antaranya adalah berikut ini. (1) Struktur dasar

gerakan (2) Irama gerakan (3) Hubungan gerakan (4) Luas gerakan (5)

Kelancaran gerakan (6) Kecepatan gerakan (7) Ketepatan gerakan (8)

Kekonstanan gerakan

2. Kerangka berfikir

Tunadaksa ringan adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan

alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat

tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.

Page 10: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

8

Derajat kecacatan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan

lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan

tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat

kecacatannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku

sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.

Potensi fisik Tunadaksa ringan masih dapat ditingkatkan melalui beberapa

pendekatan, diantaranya bermain. Bermain dapat digunakan untuk meningkatkan

potensi gerak motorik kasar IBK Tunadaksa Ringan karena bermain memiliki

nilai-nilai yang sangat berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

sosial-psikologis anak. Melalui bermain (play) dan permainan (games), anak akan

memperolah beberapa manfat, diantaranya; bermasyarakat, mengenal diri sendiri,

imajinasi dapat bertumbuh, menahan gejolak emosi, memperoleh kegembiraan,

dan belajar taat pada aturan (Andang Ismail, 2006).

Permainan yang dipilih untuk meningkatkan keterampilan gerak kasar anak

tunadaksa ringan adalah gerak yang mengandung unsur berjingkat, menyongklang

dan lompat tali, menyepak, menangkap, memantul-mantulkan bola, memukul, dan

koordinasi gerak

Dengan melakukan gerakan gerakan tersebut akan terjadi adaptasi dalam

tubuh yang berupa meningkatnya kemampuan lokomotor, nonlokomotor dan

manipulatif .Dengan adanya adaptasi tersebut, maka potensi gerak motorik kasar

anak tunadaksa ringan akan meningkat.

H. METODE PELAKSANAAN

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 8 minggu di SLB D YPAC Surakarta,

Jawa Tengah.

2. Metode Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Preexperimental Design

(Thomas dan Nelson: 1990), dengan rancangan One Group Pretest-Post

Test Design. Berikut ini adalah rancangan penelitiannya:

Keterangan:

O1 = Pre Test (tes awal)

T = Treatment (perlakuan)

O2 = Post Test (tes akhir)

b. Variabel

Jenis variabel :

1) Variabel bebas

Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang

mempengaruhi variabel terikat, dalam penelitian ini adalah pendekatan

bermain.

2) Variabel terikat

Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi variabel

bebas Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gerak motorik kasar

anak tunadaksa ringan.

O1 T O2

Page 11: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

9

Definisi operasional variable:

a). Pendekatan bermain

Yang dimaksud dengan pendekatan bermain dalam penelitian ini adalah;

aktivitas bermain baik yang dilakukan secara individu maupun

kelompok untuk meningkatkan potensi gerak motorik kasar anak

tunadaksa ringan. Aktivitas tersebut berisi gerakan berjalan, berlari,

melompat, melempar, rotasi tubuh; yang disusun dari gerakan sederhana

ke yang lebih kompleks dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik

masing-masing anak.

b). Gerak motorik kasar

Yang dimaksud dengan gerak motorik kasar adalah keterampilan gerak

atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama

gerakanya. Dalam penelitian ini, gerak motorik kasar yang akan

ditingkatkan adalah gerak non-lokomotor, lokomotor, dan gerak

manipulatif

3) Subjek penelitian

Subjek penelitian yang akan ditingkatkan gerak motorik kasarnya adalah siswa

SDLBD YPAC Sukarata

4) Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik tes dan pengukuran.

Instrumen atau tes yang digunakan adalah Test Of Gross Motor Development-2

(TGMD-2)

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes dan

pengukuran yaitu Test of Gross Motor Development-2.

5) Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui peningkatan potensi gerak motorik kasar anak tunadaksa,

dihitung t-test; yakni dengan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan

sesudah perlakuan.

I. JADWAL KEGIATAN

Kegiatan penelitian akan dilakukan selama tiga bulan dengan rincian kegiatan

sebagai berikut:

No RINCIAN KEGIATAN Bulan ke

1 2 3

1 Persiapan

- Perijinan,Koordinasi dg

pihak terkait

- Tes awal

- Penyusunan Program

Latihan dan persiapan alat

2 Pelaksanaan Program

- Treatment

- Test Akhir

- Analisis Data

3 Penyusunan Laporan

Page 12: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

10

J. RANCANGAN BIAYA

1. Rekapitulasi Biaya Penggunaan Biaya

NO Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)

1

2

3

4

5

Pembelian Alat Tulis

Bahan dan Peralatan Penelitian

Biaya Pengujian

Perjalanan

Lain-lain

1.670.000

4.020.000

3.600.000

1.200.000

2.000.000

Jumlah Total 12.500.000

2. Rincian Pengeluaran

a. Alat Tulis

No Uraian Volume Harga(Rp)

Satuan Jumlah

1 Kertas HVS 4 Rim 40.000 160.000

2 Cartide printer hitam 1 Buah 250.000 250.000

3 Cartide printer

berwarna

2 Buah 250.000 500.000

4 Fotocopy Dokumen 2 Paket 200.000 200.000

5 Bolpoint 2 Lusin 60.000 120.000

6 Tinta Printer 3 Buah 35.000 60.000

7 Flashdisk 1 Buah 130.000 130.000

9 Kaset Video 2 Buah 125.000 250.000

Jumlah 1.670.000

b. Bahan dan Peralatan Penelitian

No Uraian Volume Harga(Rp)

Satuan Jumlah

1 Selotip 5 Buah 10.000 50.000

2 Kawur 5 Kg 15.000 75.000

3 Cone 3 Set 150.000 450.000

4 Bendera Mini 30 Buah 8.000 240.000

5 Bola Ringan 10-15

cm

30 Buah 15.000 450.000

6 Pemukul Plastik 15 Buah 25.000 375.000

7 Bola Spons 15-20 cm 30 Buah 15.000 450.000

8 Bola Tenis 30 Buah 10.000 300.000

9 Bola Plastik 20-25

cm

30 Buah 8.000 240.000

10 Kaos Praktek 30 Buah 45.000 1.350.000

11 Batting tee 1 buah 50.000 50.000

Jumlah 4.030.000

Page 13: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

11

c. Biaya Pengujian

No Uraian Volume Harga(Rp)

Satuan Jumlah

1 Latihan 8 x pertemuan 375.000 3.000.000

2 Tes Perkembangan

Gerak Kasar

2 x 300.000 600.000

Jumlah 3.600.000

d. Perjalanan

No Uraian Volume Harga(Rp)

Satuan Jumlah

1 Perjalanan dalam kota

untuk pengumpulan

data dan uji coba

10x 100.000 1.000.000

2 Perjalanan membeli

alat

2x 200.000 200.000

Jumlah 1.200.000

e. Lain-lain

No Uraian Volume Harga(Rp)

Satuan Jumlah

1 Dokumentasi 2 paket 300.000 600.000

2 Penelusuran Pustaka 3 x 100.000 300.000

3 Pembuatan laporan 1 paket 350.000 350.000

4 Analisis data 1 paket 750.000 750.000

Jumlah 2.000.000

Page 14: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

12

K. DAFTAR PUSTAKA

Heri, Rahyubi.,Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Jawa Barat:

Nusa Media, 2012

Landreth Garry L., 2001. Innovations in Play Therapy, New York: Brunner Roudledge

Panggung, Sutapa. Pengamatan Skill Motorik dan Fisik dalam Upaya menjadikan

Sosok Manusia Berkualitas. Yogyakarta: FIK UNY

Yudy, Hendrayana. 2007. Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Criced :

University of Tsukuba

Thomas, J.R., Nelson, J.K., 1990. Research Methods in Physical Activity. Champaign:

Human Kinetics Books

Winnick, Joseph P. 2005. Adapted Physical Education and Sport. Champaign, IL :

Human Kinetics.

Sport New Zeland, 2012. Developing Fundamental Movement Skills Manual online

.sportnz.org.nz

Sugiyanto dan Sudjarwo. 1992. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

-----.2002. Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah. Jakarta:

Ditjen Olahraga Depdiknas.

Page 15: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

13

Page 16: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

14

1. Biodata Dosen Pembimbing

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Diri

Nama/NIP : Dra. Ismaryati, M.Kes/NIP. 19630505 198903 2 001

Tempat dan Tanggal

Lahir

: Magelang, 5 Mei 1963

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Golongan/Pangkat/Jaba

tan

: IV-a/Pembina/ Lektor Kepala

Alama Rumah : Perum Dosen Griyan Baru Gg-1 No 142-G Rt-01 Rw-13

Baturan Colomadu Karanganyar Telp (0271) 741528 HP

0818431963

Alamat e-mail : [email protected]

2. Pengalaman Penelitian (5 tahun terakhir) Tahun Judul Penelitian Peran Sumber Dana

2012

Pengembangan dan Penyusunan Buku Ajar

Anatomi Fungsional Gerak Olahraga untuk

Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Jurusan

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS

(Penelitian Hibah Bersaing)

Ketua DIPA BLU UNS

2012

Model Pendidikan Jasmani Adaptif untuk Anak

Cerebral Palsy Di Sekolah Luar Biasa (Penelitian

Hibah Bersaing) Anggota DIPA BLU UNS

2011

Peran DPRD dalam Evaluasi Kinerja Berbasis

Gender & Strategi Meningkatkan Kesetaraan

Gender dalam Program Pembangunan Daerah

(Studi Kasus Kota Surakarta & Kab. Karanganyar

Ketua

Kementerian

Pemberdayaan

Perempuan dan

Perlindungan

Anak

2011

Aplikasi Interval Training dan Sirkuit-Weight

Training untuk Meningkatkan Daya Tahan Erobik

Serta Kekuatan Otot Atlet Panahan Surakarta Ketua

Kementerian

Pemuda dan

Olahraga

2010

Implementasi Cooperative Learning dan Tutor

Teman Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Mahasiswa dalam Mata Kuliah Anatomi pada

Materi Myologi

Ketua DIPA BLU UNS

2008 Integrasi Perspektif Gender dalam Penyusunan

Program dan Kebijakan Umum Penganggaran di Ketua

Kementerian

Pemberdayaan

Page 17: Proposal PKM-P LOLOS Dikti 2012 DIDANAI 2013

15

Daerah Perempuan

2008

Aplikasi STAD untuk Meningkatkan Kompetensi

Mahasiswa JPOK UNS dalam Matakuliah Anatomi

Materi Myologi Ketua DIPA PNBP

3. Makalah/Artikel

Tahun Judul Penerbit/Jurnal

2012

Interval and Cirkuit-Weight Training

Increase Endurance Aerobic and Archer

Muscular Strength

Makalah Seminar Internasional

UNNES-Kemenpora

2010 Busur Panahan yang Standar Jurnal IPTEK OLAHRAGA,

Kementerian Pemuda dan Olahraga

2009

Increasing Motor Potency Cerebral Palsy

Childs Through Adapted Physical

Education and Sport

Makalah Seminar Internasional

UNY-Kemenpora

2009 Pendekatan Teknis-Taktis Meningkatkan

Keterampilan Memanah Pemanah Pemula

Jurnal Sport Smart, Prodi Penkepor

Jurusan POK FKIP UNS

Surakarta, 7 November 2012

(Dra. Ismaryati, M.Kes)

NIDN 0005056308