proposal ph gizi balita new
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi
kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan
oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas
lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi. Sbaliknya masalah gizi
lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu
disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan.1
Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2007, berdasarkan
jumlah anak yang ditimbang menunjukkan bahwa persentase anak balita gizi
buruk di Indonesia sebesar 5,4% (Depkes RI, 2007). Di tahun yang sama kasus
gizi buruk di Sumatera Utara sebesar 8,7%.2
Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
pendekatannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Pada kasus tertentu,
seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis
ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahan pangan di tingkat rumah
tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua
anggotanya.
Masalah gizi kurang di indonesia dan di negara berkembang pada
umumnya didominasi oleh masalah kurang energi protein (KEP), masalah
defisiensi zat besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY),
masalah kurang vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota
besar.3
Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi sangat dipengaruhi
oleh faktor pejamu, agen dan lingkungan. Faktor pejamu meliputi zat gizi yaitu
zat makro seperti karbohidrat, protein dan lemak, serta zat mikro seperti vitamin
2
dan mineral. Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan makanan, pengolahan,
penyimpanan, perhidangan dan higienis, serta sanitasi makanan. Kaitan faktor
pejamu, agens dan lingkungan4.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ Beberapa Faktor yang Berpengaruh Dengan Status Gizi Balita
di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan Tahun 2013”.
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : “Belum diketahuinya faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi
balita di Puskesmas Simpang Limun”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya beberapa fakor yang mempengaruhi status gizi balita di
Puskesmas Simpang Limun Kota Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Diketahuinya status gizi balita, pola asuh ibu terhadap balitanya, tingkat
pendidikan ibu,serta tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi responden
Dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang gizi seimbang pada
balita sehingga bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan yang salah terhadap
pemberian makanan pada balita dan akhirnya dapat mengurangi kejadian
kurang gizi.
2. Bagi peneliti
3. Dapat dijadikan sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian serta
dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh dari kampus dengan yang ada di
masyarakat.
3
4. Bagi tenaga kesehatan
Dapat memberikan informasi tentang permasalahan gizi pada balita dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat dilakukan upaya
perbaikan gizi.
5. Bagi Instititusi Pendidikan
Dapat dipergunakan untuk menambahkan sumber kepustakaan sebagai bahan
bacaan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian
Menurut Depkes RI, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tunggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya, keluarga adalah dua
atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengikatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan.4
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri dari dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
h. Menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
2.1.2 Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
5
a. Peran ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta menjadi anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.1.3 Fungsi keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan sebagai berikut :
a. Fungsi biologis
1. Untuk meneruskan keturunan.
2. Memelihara dan membesarkan anak.
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
b. Fungsi psikologis.
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga.
2. Memberikan perhatian diantara keluarga.
3. Memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga.
4. Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak.
6
2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing.
3. Meneruskan nilai-nilai keluarga.
d. Fungsi pendidikan.
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan danmembentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalammemenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
(Mubarak Wahit Iqbal)
2.2 Konsep Balita
Bawah lima tahun atau sering disingkat dengan balita merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Balita dibedakan :
1. Bayi (0-12 bulan).
2. Anak batita (13-36 bulan).
3. Anak balita (37-60 bulan).
(Wijono Djoko).
2.3 Gangguan Kesehatan Akibat Kurang Gizi
Konsumsi gizi sangat mempengaruhi status gizi kesehatan seseorang yang merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Asupan gizi yang slah atau tidak sesuai akan menimbulkan masala kesehatan. Istilah malnutrisi (gizi salah) diartikan sebagai keadaan asupan gizi yang salah, dalam bentuk asupan berlebih atau kurang, sehingga menyebabkan ketidak seimbangan antara kebutuhan dengan asupan.5
Ada beberapa gangguan kesehatan yang sering kali dialami oleh anak-anak indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Gangguan kesehatan akibat kurang Energi dan protein (KEP)Kurangnya energi dan protein berpotensi menimbulkan penyakit pada
anak. Hal ini merupakan kondisi yang paling banyak jumpai di banyak negara
7
berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit yang dimaksud ialah protein calorie malnutrition atau PCM. Pada umumnya, penyakit ini menyerang anak berusia 6 bulan sampai 4 tahun.
Penyakit ini banyak diselidiki di afrika, dan di benua tersebut KEP dikenal dengan Kwashiorkhor yang berarti rambut merah. Ada juga penyakit lain akibat KEP yang di sebut dengan marasmus, tetapi penyakit ini karena defisiensi zat gizi dan energi, sedangkan kwashiorkhor disebabkan karena defisiensi protein.
B. Gangguan kesehatan akibat kekurangan Vitamin AGejala –gejala defisiensi vitamin ini yang menimbulkan kekhawatiran
pada ahli kesehatan dan gizi adalah berhubungan dengan kondisi mata, sedangkan gejala – gejala yang menyerang sistem tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang menggugah kekhawatiran. Gejala awal yang terlihat pada anak yang kekurangan Vitamin A ialah berkurangnya kemampuan melihat dalam cahaya samar. Sebenarnya, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan gangguan ini, diantaranya adalah ibu hamil kekurangan vitamin A, dan pemenuhan vitamin tersebut tidak ditindak lanjuti hingga ibu melahirkan.
C. Gangguan kesehatan akibat kekurangan zat besiZat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk
hemoglobin(Hb) dalam tubuh. Dalam tubuh,zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan, dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam bentuk hemoglobin, mioglobin, cytochrom. Biasanya zat besi banyak terkandung dalam sayur-sayuran. Bisa jadi, anak yang kekurangan zat besi dikarenakan ia kurang makan sayur-mayur atau tidak suka mengkomsumsi sayur-sayuran. Atau, dapat pula disebabkan oleh ia terlahir dari ibu yang saat mangandung kurang mengkomsumsi sayur- sayuran ataupun makanan lain yang banyak mengandung zat besi. Sejumlah zat besi memegang peranan dalam pembentukan darah merah (hemopoiesis). Zat – zat yang berperan dalam hemopoiesis adalah protein, berbagai vitamin dan mineral. Di antara vitamin – vitamin ialah asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan Vitamin E. sedangkan diantara mineral ialah zat besi (Fe) dan Cu. Defisiensi zat besi bisa menyebabkan anemia, yaitu suatu keadaan hemoglobin lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.
D. Gangguan kesehatan akibat kekurangan iodiumKekurangan iodium bisa mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok.
Biasanya, seorang ibu yang menderita pembesaran gondok berpotensi melahirkan bayi yang juga menderita kekurangan yodium. Kejadian pembesaran kelenjar
8
gondok terbanyak ditemukan pada usia 9-13 tahun pada anak laik-laki dan usia 12-18 tahun pada anak perempuan.6,7,8
2.4 Konsep Status Gizi Balita
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara nornal melalui proses digesti, absorbsi transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.3,9
Gizi merupakan “batu bata” yang menopang penambahan tinggi badan
anak. Tinggi badan yang ideal tidak terpisahkan dari gizi yang sesuai. Peningkatan
yang utama pada tinggi badan sangat tergantung pada pertumbuhan dan
perkembangan tulang panjang, serta endapan bone geltatin matriks dan substansi
mineral yang dihasilkan.6
Anak balita juga termasuk kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita
akibat gizi (KKP).8
Pertumbuhan yang cepat dari masa bayi di ikuti dengan penurunan
kecepatan pada anak-anak pra sekolah dan anak – anak. Pertambahan berat badan
sekitar 1,8-2,7 kg pertahun. Pertambahan panjang badan 7,6 cm pertahun hingga
pacu tumbuh pada masa remaja.
2.4.1 Penilaian status gizi dengan Antropometri
Tujuan yang hendak di capai dalam pemeriksaan antropometri adalah
besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.10
9
1. Pengertian Status Gizi
Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut
Almatsier (2001) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya
berada pada garis merah atau dibawah garis merah pada KMS
( Depkes RI,2005).
Jumlah BGM dirinci menurut :
1. Gizi Buruk (BB/U < - 3 SD) atau ada tanda klinis.
2. Gizi Kurang (BB/U < - 2 SD)
( Depkes RI 2003)
2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi sangat penting untuk mengetahui keadaan gizi
penduduk. Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
Antropometri. Antropometri telah dikenal sebagai indikator untuk penilaian status
gizi perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran Antropometri dapat dilakukan
oleh siapa saja dengan hanya memerlukan latihan sederhana.
Di Indonesia jenis Antropometri yang banyak digunakan baik dalam
kegiatan program maupun penelitian adalah Berat Badan dan Tinggi Badan. Yang
menjadi obyek penelitian antropometri pada umumnya anak-anak di bawah umur
lima tahun (Balita). Dalam pemakaian untuk penelitian status gizi, antropometri
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variasi lain, seperti : berat
badan menurut umur (BB / U), panjang badan menurut umur (BB / PB) dan
sebagainya. Masing-masing indeks antropometri tersebut memiliki buku tujuan
atau nilai patokan untuk memperkirakan status gizi seseorang atau masyarakat
(Depkes RI, 1994)
Penilaian status gizi dianjurkan pertama kali oleh WHO pada tahun 1979.
Pada semiloka Antropometri, Ciloto, Jawa Barat 4 – 7 Februari 1991, telah
10
disepakati Z-Skor untuk penilaian status gizi anak balita. Penilaian status gizi
berdasarkan Z – Skor dilakukan dengan melihat distribusi median dalam unit
simpang baku dengan asumsi distribusi normal.
Perhitungan dengan rumus,
Z – Skor = X−M
SB
Keterangan : X : BB atau TB aktual / hasil pengukuran
M : Nilai Baku Median BB atau TB
SB : Nilai Simpang Baku
Jika BB aktual yang diketahui berada di atas nilai median maka SB yang
digunakan adalah jarak antara 0 SD dengan 1 SD tetapi, jika BB actual yang
diketahui berada dibawah nilai median maka SB yang digunakan adalah jarak
antara 0 SD dengan - 1 SD ( Supariasa dkk,2002 )
3. Indeks Berat Badan Menurut Umur
Penggunaan indeks BB/ U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan
dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Kelebihan indeks BB / U antara
lain :
a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
b. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
c. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.
d. Dapat mendeteksi kegemukan ( over weight ).
Kelemahan indeks BB/U antara lain:
a. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat
odema maupun asites.
b. Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak di bawah usia lima
tahun.
c. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan anak pada saat penimbangan.
11
Mengingat karakteristik berat badan yang labil,maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini ( Supariasa dkk,2002 )
4. Klasifikasi Status Gizi
Pada diskusi pakar dibidang gizi yang diselenggarakan oleh PERSAGI
bekerja sama dengan UNICEF, Indonesia dan LIPI menyepakati bahwa:
1. Baku antropometri yang digunakan adalah WHO NCHS
2. Istilah Status gizi
a)BB/ U : Gizi lebih = > +2 SD
Gizi baik = ≥ -2 SD s/d + 2 SD
Gizi kurang = < -2 SD sampai ≥ - 3SD
Gizi buruk = < -3 SD
b)TB / U : Normal = ≥ 2 SD
Pendek = < -2 SD
c)BB / TB : Gemuk = > + 2 SD
: Normal = ≥ -2 SD s/d + 2 SD
: Kurus = < -2 SD sampai ≥ -3 SD
: Sangat Kurus = < -3 SD
(Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII, 2000)
12
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Faktor yang mempengaruhi :
1. Tingkat Pendidikan2. Tingkat pengetahan3. Pola asuh
Gizi balita
Variabel DependenVariabel Independen
13
3.2 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi operasional
Alat dan Cara Pengukuran
Hasil Pengukuran
Skala pengukuran
Gizi balita Keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utiliasasi nya.
Data rekam medis
BaikBuruk
Skala Ordinal
Pendidikan Suatu proses pelatihan dan pengajaran di sekolah, perguruan tinggi, dll yang d rancang untuk memberikan pengetahuan dan pengembangan keterampilan
Kuesioner dan wawancara
BaikBuruk
Skala Ordinal
Pengetahuan
Hasil dar tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu
Kuesioner dan wawancara
BaikBuruk
Skala Ordinal
Pola Asuh Prilaku yang di terapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Prilaku yang di terapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu.
Kuesioner dan wawancara
BaikBuruk
Skala Ordinal
14
3.3 Hipotesis
1. H0
a. tidak ada hubungan tingkat pendidikan terhadap status gizi
b. tidak ada hubungan pengetahuan terhadap status gizi
c. tidak ada hubungan pola asuh terhadap status gizi
15
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan metode cross-
sectional yaitu yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat.12
4.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan Puskesmas Simpang Limun Medan.
4.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April 2013.
4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Populasi
Seluruh Ibu yang memiliki Balita dan datang ke Puskesmas Simpang
Limun Medan dari tanggal 22 April 2013 sampai 10 Mei 2013.
4.4.2 Sampel
Sebagian dari populasi Ibu yang memiliki Balita dan datang ke Puskesmas
Simpang Limun Medan dari tanggal 22 April-10 Mei 2013 dan memenuhi
kriteria inklusi.
Kriteria Inklusi :
1. Ibu yang mempunyai Balita datang datang ke Puskesmas pada tanggal
22 April-10 Mei 2013
2. Ibu yang mempunyai Balita yang bersedia diteliti dan menandatangani
inform consent.
3. Ibu yang mempunyai balita dan bisa membaca dan menulis.
16
Kriteria Eksklusi :
1. Ibu yang mempunyai Balita tetapi tidak berkunjug ke Pusekesmas
Simpang Limun.
2. Ibu yang mempunyai Balita tetapi tidak bersedia untuk di teliti dan
menandatangani inform consent.
3. Ibu yang mempunyai Balita tetapi tidak bisa membaca dan menulis
4.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, yang menjadi sebagai bahan informasi dari
responden adalah berbentuk rekam medis dan kuesioner.
4.6 Pengolahan Data dan Analisis Data
4.6.1 Pengolahan Data
Data dioleh secara manual dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dengan tahapan :
a. Editing yaitu data yang diperiksa kebenarannya
b. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan
member kode tertentu
c. Tabulasi yaitu data yang terkumpul ditabulasikan dalam bentuk tabel
4.6.2 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan :
a. Analisis Univariat yang dilakukan terhadap setiap variabel dari setiap
penelitian pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
dan presentase dari steiap variabel
b. Analisa Bivariat digunakan untuk mencari hubungan diantar 2 variabel.
Dalam penelitian ini digunakan chi-square dengan menggunakan
Statistical Product and Service Solution (SPSS)
1. Jika nilai p ≤ α maka H0 ditolak. Berarti ada hubungan antara variabel
Dependen dan variabel independen
17
2. Jika nilai p > α maka H0 diterima. Berati tidak ada hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen.
Dengan ketentuan α = 0.05
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen yang diapakai adalah rekam medis dan kuesioner.
4.8 Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran yang dilakukan berdasarkan data dari rekam medis
dan hasil kuesioner. Setelah semua data diolah dengan meggukan Ratio
Prevalency kemudian dikategorikan dengan pengujian chi-square.
18
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Puskesmas Simpang Limun, yang terletak di
Jalan Kemiri I No.33, Kelurahan Sudirejo II Kecamatan Medan Kota, Kode Pos
20218. Peskesmas ini memiliki luas bangunan 197 m2, dan luas bangunan rumah
dinas 80 m2.
Puskesmas Simpang Limun mempunyai wilayah kerja dengan luas 210,60
Ha, dengan jumlah penduduk 30.910 jiwa. Cakupan wilayah Puskesmas Simpang
Limun terdiri dari 3 kelurahan, yaitu : Sudirejo I di Jalan Santun, Sudirejo II di
Jalan kemiri I. dan Sitirejo I di Jalan Pintu Air.
Batas-batas daerah Puskesmas Simpang Limun setiap kelurahannya terdiri
dari 4 batas. Pada sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur,
pada sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sudirejo II, pada sebelah barat
berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat, dan pada sebelah timur berbatasan
dengan Kelurahan Binjai-Denai.
5.2 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian di Puskesemas Simpang Limun Kota Medan
dengan jumlah responden 34 orang dan menggunakan instrument pengumpulan
data berupa kuesioner dan wawancara terlebih dahulu, maka hasil penelitian di
dapati sebagai berikut :
19
5.3 Status Gizi Balita
Tabel 5.3.1. Distribusi status gizi balita di Puskesmas Simpang Limun
Status Gizi Frekuensi Persentase
Baik 32 94,1%
Buruk 2 5,9%
Total 34 100%
Dari tabel 5.3.1 di atas, balita dengan gizi baik lebih banyak, dengan
jumlah 32 orang (94,1%), di bandingkan balita dengan gizi buruk dengan jumlah
2 orang (5,9%).
5.4 Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 5.4.1 Distribusi tingkat pendidikan ibu di Puskesmas Simpang Limun
Pendidikan ibu Frekuensi Persentase
Tidak sekolah 0 0%
Tidak tamat SD 0 0%
SD 2 5,9%
Tamat SMP 10 29,4%
Tamat SMA 9 26,47%
Akademi(S1) 13 38,23%
Total 34 100%
Dari tabel 5.4.1 di atas, didapati tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat
SMA yaitu 13 orang ( 38,23%), dan paling sedikit di pendidikan SD yaitu 2 orang
(5,9%).
20
Tabel 5.4.2 Distribusi pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap status gizi balita
di Puskesmas Simpang Limun
Status Gizi Balita
Pendidikan Ibu
Baik Buruk Total
Ratio
prevalencyUji Chi -
Square
Baik 22 1 23 1,05 Person Chi –
Square = 0,302
P (Asymp. Sig)
= 0,582
Buruk 10 1 11
Total 32 2 34
Berdasarkan tabel diatas, di dapati nilai ratio prevalency 1,05, maka faktor resiko ibu dengan pendidikan yang baik mempunyai balita dengan gizi baik lebih tinggi di bandingkan dengan ibu yang pendidkan yang rendah. Dan berdasarkan nilai p = 0.582, maka ditidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan ibu dan status gizi balita.
5.5 Tingkat PengetahuanTabel 5.5.1 Distribusi tingkat pengetahuan ibu terhadap status gizi balita di Puskesmas Simpang Limun
Tingkatan Pengetahuan Frekuensi Persentase
Baik 32 94,1%
Buruk 2 5,9%
Total 34 100%
Dari tabel 5.5.1di atas di dapati lebih banyak ibu dengan pengetahuan
yang baik entang gizi balita dengan jumlah 32 orang (94,1%) di bandingkan
dengan ibu yang mempunyai pengetahuan yang buruk yaitu 2 orang (5,9%).
21
Tabel 5.5.2 Distribusi pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap status gizi balita
di Puskesmas Simpang Limun
Status Gizi Balita
Pengetahuan IbuBaik Buruk Total
Ratio
prevalency
Uji Chi -
Square
Baik 32 0 32 RP=0 Person Chi –
Square = 34,00
P (Asymp. Sig)
= 0,00
Buruk 0 2 2
Total 32 2 34
Dari tabel 5.5.2 tersebut didapati bahwa terdapat pengaruh tingkat
pengetahuan ibu terhadap gizi balita tidak ada.
5.6 Pola Asuh
Tabel 5.6.1. Distribusi tingkat pola asuh ibu terhadap gizi balita di Puskesmas
Simpang Limun.
Tingkat Pola Asuh Frekuensi Persentase
Baik 32 94,1%
Buruk 2 5,9 %
Total 34 100%
Dari tabel 5.6.1 di atas didapati jumlah ibu dengan tingkat pola asuh yang
baik berjumlah 32 orang (94,1%) dan buruk berjumlah 2 orang (5,9%).
22
Tabel 5.6.2. Distribusi pengaruh pola asuh ibu terhadap status gizi balita di
Puskesmas Simpang Limun
Status Gizi Balita
Pola AsuhBaik Buruk Total
Ratio
prevalency
Uji Chi - Square
Baik 32 0 32 RP=0 Person Chi – Square = 34,00
P (Asymp. Sig) = 0,00Buruk 0 2 2
Total 32 2 34
Dari tabel 5.6.2 tersebut didapati adanya pengaruh pola asuh ibu terhadap
gizi balita,
23
BAB 6
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian tentang “Beberapa Faktor yang Berpengaruh
dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013”, di
dapatkan beberapa faktor dari banyak faktor yang mempengaruhi gizi balita yaitu
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan pola asuh
6.1 Tingkat Pendidikan
Jumlah responden dengan tingkat pendidikan baik,yaitu yang memiliki
pendidikan minimal tamat SMA adalah 22 orang (64,7%), sedangkan jumlah
responden dengan tingkat pendidikan yang buruk, yaitu pendidkan di bawah SMA
adalah 12 orang (35,3%)
Dari pengaruh tingkat pendidikan dengan status gizi balita di Puskesmas
Simpang Limun, di dapati adanya pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap status
gizi balita. mungkin di karenakan mulai banyaknya informasi tentang gizi balita
yang disebarkan olah pihak pelayanan kesehatan maupun pemerintahan, sehingga
informasi tersebut mudah di jangkau tanpa harus melalui jalur pendidikan.
Menurut penelitian Fardiasih Dwi Astuti (2012), hasil analisis tingkat
pendidikan ibu dengan status gizi, menunjukkan tidak adanya hubungan antara
tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak di TK ABA Jowah dan SD
Muhammadiah Sangonan IV.
Dari uraian diatas, terlihat jelas bahwa keadaan gizi balita tidak di
pengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu.
24
6.2 Tingkat Pengetahuan
Dari tingkat pengetahuan responden, didapati jumlah responden dengan
pengetahuan yang baik tentang gizi balita berjumllah 32 orang (94,1%) dan
responden dengan pengetahuan yang buruk tentang gizi balita berjumlah 2 orang
(5,9%).
Dari pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap gizi balita di Puskesmas
Simpang Limun, di dapati adanya pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu
terhadap status gizi. Hal itu dikarenakan minimnya pengetahuan ibu terhadap
kebutuhan makanan balita dan variasi makanan dengan gizi yang sama.
Menurut penelitian Miftahul Munir(2011) didapati responden dengan
pengetahuan baik sebagian besar mempunyai balita dengan status gizi baik
sebanyak 45 orang(86,53%), responden yang mempunyai pengetahuan yang
cukup sebagian besar mempunyai balita dengan status gizi baik sebesar 25 orang
(73,52%), dan responden yang mempunyai pengetahuan kurang mempunyai balita
dengan status gizi kurang sebanyak 6 orang (54,54%)
Dari uraian diatas didapati bahwa keadaan gizi balita di pengaruhi oleh
tingkat pengetahuan ibu.
6.2 Pola asuh
Dari pola asuh, didapati responden yang memberikan pola asuh yang baik
terhadap gizi balita berjumlah 32 orang (94,2%), sedangkan yang memberikan
pola asuh dengan buruk berjumlah 2 orang (5,9%).
Dari pengaruh tingkat pola asuh ibu terhadap gizi balita, didapat adanya
hubungan antara tingkat pola asuh ibu terhadap status gizi balita, hal itu d
karenakan kurangnya perhatian ibu dalam memberikan makanan balita.
Menurut penelitian Ritayani Lubis (2008), dari hasil pengukuran terhadap
status gizi balita dengan menggunakan indek BB/TB yang disesuaikan dengan
standard WHO-NCHS ditemukan sebagian besar anak mempunyai status gizi
25
yang normal yaitu sebesar 77%, anak yang mempunyai status gizi yang gemuk
17%, dan anak yang mempunyai status gizi yang kurus 6%. Hal ini disebabkan
karena ibu selalu memperhatikan keadaan gizi gizi dan kesehatan anaknya.
Dari uraian diatas di dapati bahwa keadaan gizi balita dipengaruhi oleh
tingkat pola asuh ibu.
26
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa :
1. Jumlah anak dengan gizi baik yang berkunjung ke Puskesmas Simpang
Limun lebih banyak yaitu 32 orang (94,1%) di bandingkan dengan
jumlah anak dengan gizi buruk yang berjumlah 2 orang (5,9%)
2. Tingkat pendidikan responden dalam tingkat yang baik berjumlah 22
orang (64,7%), dan dengan tingkat yang buruk 12 orang ( 35,3%). Dan
tidak ada pengaruh tingkat pendidikan responden terhadap gizi balita.
3. Tingkat pengetahuan responden terhadap gizi balita dengan baik
berjumlah 32 orang(94,1%), dan tingkat pengetahuan yang buruk
berjumlah 2 orang (5,9%). Dan terdapat pengaruh tingkat pengetahuan
responden terhadap gizi balita.
4. Tingkat pola asuh responden dalam tingkat yang baik berjumlah 32
orang (94,1%), dan dengan tingkat yang buruk berjumlah 2 orang
(5,9%). Dan terdapat pengaruh antara tingkat pola asuh responden
terhadap gizi balita,
7.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dijalani dalam menyelesaikan penelitian ini
dan dari hasil yang di dapatkan dari penelitian ini, maka dapat di ungkapkan
saran:
27
1. Bagi pihak Pelayanan Kesehatan
Agar meningkatkan perhatian mengenai gizi balita dengan bermacam
program, agar terjadi pengingkatan status gizi balita.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Dengan masalah yang sama diharapkan agar memperdalam cakupan
penelitiannya, khususnya dalam faktor yang berpengaruh dengan
keadaan gizi balita.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16927/5/Chapter%20I.pdf 3. Supariasa, Bakri dan Ibnu Fajar. 2008:I:1-14. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC.4. www.scribe.com/doc/29551686/KTI-AAT-Sosial-Ekonomi-Keluarga-
Dengan-Status-Gizi-Balita halaman 5-24.5. Sulistyoningsih, Haariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 6. Fida dan Maya. 2012:I:5-112. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta:
D-Medika.7. Santoso dan Anne. 2004:I:77-82. Kesehatan & Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. 8. Adriani, Meeyana, dan Wirjadmadi. 2012:I. Pengantar Gizi Masyarakat.
Jakarta: Kencana.9. Ahmad Syafiq. et al. 2011. Gizi dan Kesehatan Msyarakat. Jakarta: Rajawali
Pers.10. Arisman, M.B. 2010:II:215-232. Buku Ajar Imu Gizi. Gizi Dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: EGC.11. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007:231,235-236. Kesehatan Masyarakat Ilmu &
Seni. Jakarta: Rineka Cipta.12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010:37. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.