proposal ph gizi balita new

43
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi. Sbaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. 1 Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2007, berdasarkan jumlah anak yang ditimbang menunjukkan bahwa persentase anak balita gizi buruk di Indonesia sebesar 5,4% (Depkes RI, 2007). Di tahun yang sama kasus gizi buruk di Sumatera Utara sebesar 8,7%. 2 Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahan pangan di

Upload: eni-maqfirah-maqfirah

Post on 02-Jan-2016

121 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal PH Gizi Balita New

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi

kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan

oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas

lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu

seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi. Sbaliknya masalah gizi

lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu

disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan

kesehatan.1

Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2007, berdasarkan

jumlah anak yang ditimbang menunjukkan bahwa persentase anak balita gizi

buruk di Indonesia sebesar 5,4% (Depkes RI, 2007). Di tahun yang sama kasus

gizi buruk di Sumatera Utara sebesar 8,7%.2

Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu

pendekatannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Pada kasus tertentu,

seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis

ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahan pangan di tingkat rumah

tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua

anggotanya.

Masalah gizi kurang di indonesia dan di negara berkembang pada

umumnya didominasi oleh masalah kurang energi protein (KEP), masalah

defisiensi zat besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY),

masalah kurang vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota

besar.3

Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi sangat dipengaruhi

oleh faktor pejamu, agen dan lingkungan. Faktor pejamu meliputi zat gizi yaitu

zat makro seperti karbohidrat, protein dan lemak, serta zat mikro seperti vitamin

Page 2: Proposal PH Gizi Balita New

2

dan mineral. Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan makanan, pengolahan,

penyimpanan, perhidangan dan higienis, serta sanitasi makanan. Kaitan faktor

pejamu, agens dan lingkungan4.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Beberapa Faktor yang Berpengaruh Dengan Status Gizi Balita

di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan Tahun 2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut : “Belum diketahuinya faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi

balita di Puskesmas Simpang Limun”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya beberapa fakor yang mempengaruhi status gizi balita di

Puskesmas Simpang Limun Kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Diketahuinya status gizi balita, pola asuh ibu terhadap balitanya, tingkat

pendidikan ibu,serta tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi responden

Dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang gizi seimbang pada

balita sehingga bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan yang salah terhadap

pemberian makanan pada balita dan akhirnya dapat mengurangi kejadian

kurang gizi.

2. Bagi peneliti

3. Dapat dijadikan sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian serta

dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh dari kampus dengan yang ada di

masyarakat.

Page 3: Proposal PH Gizi Balita New

3

4. Bagi tenaga kesehatan

Dapat memberikan informasi tentang permasalahan gizi pada balita dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat dilakukan upaya

perbaikan gizi.

5. Bagi Instititusi Pendidikan

Dapat dipergunakan untuk menambahkan sumber kepustakaan sebagai bahan

bacaan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 4: Proposal PH Gizi Balita New

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian

Menurut Depkes RI, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tunggal di

suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya, keluarga adalah dua

atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan

perkawinan atau pengikatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan

serta mempertahankan kebudayaan.4

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :

a. Unit terkecil masyarakat

b. Terdiri dari dua orang atau lebih

c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah

d. Hidup dalam satu rumah tangga

e. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga

f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga

g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing

h. Menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

2.1.2 Peranan keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

Page 5: Proposal PH Gizi Balita New

5

a. Peran ayah

Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,

pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung

dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta menjadi anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.1.3 Fungsi keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan sebagai berikut :

a. Fungsi biologis

1. Untuk meneruskan keturunan.

2. Memelihara dan membesarkan anak.

3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

b. Fungsi psikologis.

1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga.

2. Memberikan perhatian diantara keluarga.

3. Memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga.

4. Memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi sosialisasi

1. Membina sosialisasi pada anak.

Page 6: Proposal PH Gizi Balita New

6

2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing.

3. Meneruskan nilai-nilai keluarga.

d. Fungsi pendidikan.

1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan danmembentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalammemenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

(Mubarak Wahit Iqbal)

2.2 Konsep Balita

Bawah lima tahun atau sering disingkat dengan balita merupakan salah

satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Balita dibedakan :

1. Bayi (0-12 bulan).

2. Anak batita (13-36 bulan).

3. Anak balita (37-60 bulan).

(Wijono Djoko).

2.3 Gangguan Kesehatan Akibat Kurang Gizi

Konsumsi gizi sangat mempengaruhi status gizi kesehatan seseorang yang merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Asupan gizi yang slah atau tidak sesuai akan menimbulkan masala kesehatan. Istilah malnutrisi (gizi salah) diartikan sebagai keadaan asupan gizi yang salah, dalam bentuk asupan berlebih atau kurang, sehingga menyebabkan ketidak seimbangan antara kebutuhan dengan asupan.5

Ada beberapa gangguan kesehatan yang sering kali dialami oleh anak-anak indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut :

A. Gangguan kesehatan akibat kurang Energi dan protein (KEP)Kurangnya energi dan protein berpotensi menimbulkan penyakit pada

anak. Hal ini merupakan kondisi yang paling banyak jumpai di banyak negara

Page 7: Proposal PH Gizi Balita New

7

berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit yang dimaksud ialah protein calorie malnutrition atau PCM. Pada umumnya, penyakit ini menyerang anak berusia 6 bulan sampai 4 tahun.

Penyakit ini banyak diselidiki di afrika, dan di benua tersebut KEP dikenal dengan Kwashiorkhor yang berarti rambut merah. Ada juga penyakit lain akibat KEP yang di sebut dengan marasmus, tetapi penyakit ini karena defisiensi zat gizi dan energi, sedangkan kwashiorkhor disebabkan karena defisiensi protein.

B. Gangguan kesehatan akibat kekurangan Vitamin AGejala –gejala defisiensi vitamin ini yang menimbulkan kekhawatiran

pada ahli kesehatan dan gizi adalah berhubungan dengan kondisi mata, sedangkan gejala – gejala yang menyerang sistem tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang menggugah kekhawatiran. Gejala awal yang terlihat pada anak yang kekurangan Vitamin A ialah berkurangnya kemampuan melihat dalam cahaya samar. Sebenarnya, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan gangguan ini, diantaranya adalah ibu hamil kekurangan vitamin A, dan pemenuhan vitamin tersebut tidak ditindak lanjuti hingga ibu melahirkan.

C. Gangguan kesehatan akibat kekurangan zat besiZat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk

hemoglobin(Hb) dalam tubuh. Dalam tubuh,zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan, dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam bentuk hemoglobin, mioglobin, cytochrom. Biasanya zat besi banyak terkandung dalam sayur-sayuran. Bisa jadi, anak yang kekurangan zat besi dikarenakan ia kurang makan sayur-mayur atau tidak suka mengkomsumsi sayur-sayuran. Atau, dapat pula disebabkan oleh ia terlahir dari ibu yang saat mangandung kurang mengkomsumsi sayur- sayuran ataupun makanan lain yang banyak mengandung zat besi. Sejumlah zat besi memegang peranan dalam pembentukan darah merah (hemopoiesis). Zat – zat yang berperan dalam hemopoiesis adalah protein, berbagai vitamin dan mineral. Di antara vitamin – vitamin ialah asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan Vitamin E. sedangkan diantara mineral ialah zat besi (Fe) dan Cu. Defisiensi zat besi bisa menyebabkan anemia, yaitu suatu keadaan hemoglobin lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.

D. Gangguan kesehatan akibat kekurangan iodiumKekurangan iodium bisa mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok.

Biasanya, seorang ibu yang menderita pembesaran gondok berpotensi melahirkan bayi yang juga menderita kekurangan yodium. Kejadian pembesaran kelenjar

Page 8: Proposal PH Gizi Balita New

8

gondok terbanyak ditemukan pada usia 9-13 tahun pada anak laik-laki dan usia 12-18 tahun pada anak perempuan.6,7,8

2.4 Konsep Status Gizi Balita

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara nornal melalui proses digesti, absorbsi transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi.3,9

Gizi merupakan “batu bata” yang menopang penambahan tinggi badan

anak. Tinggi badan yang ideal tidak terpisahkan dari gizi yang sesuai. Peningkatan

yang utama pada tinggi badan sangat tergantung pada pertumbuhan dan

perkembangan tulang panjang, serta endapan bone geltatin matriks dan substansi

mineral yang dihasilkan.6

Anak balita juga termasuk kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita

akibat gizi (KKP).8

Pertumbuhan yang cepat dari masa bayi di ikuti dengan penurunan

kecepatan pada anak-anak pra sekolah dan anak – anak. Pertambahan berat badan

sekitar 1,8-2,7 kg pertahun. Pertambahan panjang badan 7,6 cm pertahun hingga

pacu tumbuh pada masa remaja.

2.4.1 Penilaian status gizi dengan Antropometri

Tujuan yang hendak di capai dalam pemeriksaan antropometri adalah

besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.10

Page 9: Proposal PH Gizi Balita New

9

1. Pengertian Status Gizi

Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari

keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut

Almatsier (2001) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya

berada pada garis merah atau dibawah garis merah pada KMS

( Depkes RI,2005).

Jumlah BGM dirinci menurut :

1. Gizi Buruk (BB/U < - 3 SD) atau ada tanda klinis.

2. Gizi Kurang (BB/U < - 2 SD)

( Depkes RI 2003)

2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi sangat penting untuk mengetahui keadaan gizi

penduduk. Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok

masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal

Antropometri. Antropometri telah dikenal sebagai indikator untuk penilaian status

gizi perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran Antropometri dapat dilakukan

oleh siapa saja dengan hanya memerlukan latihan sederhana.

Di Indonesia jenis Antropometri yang banyak digunakan baik dalam

kegiatan program maupun penelitian adalah Berat Badan dan Tinggi Badan. Yang

menjadi obyek penelitian antropometri pada umumnya anak-anak di bawah umur

lima tahun (Balita). Dalam pemakaian untuk penelitian status gizi, antropometri

disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variasi lain, seperti : berat

badan menurut umur (BB / U), panjang badan menurut umur (BB / PB) dan

sebagainya. Masing-masing indeks antropometri tersebut memiliki buku tujuan

atau nilai patokan untuk memperkirakan status gizi seseorang atau masyarakat

(Depkes RI, 1994)

Penilaian status gizi dianjurkan pertama kali oleh WHO pada tahun 1979.

Pada semiloka Antropometri, Ciloto, Jawa Barat 4 – 7 Februari 1991, telah

Page 10: Proposal PH Gizi Balita New

10

disepakati Z-Skor untuk penilaian status gizi anak balita. Penilaian status gizi

berdasarkan Z – Skor dilakukan dengan melihat distribusi median dalam unit

simpang baku dengan asumsi distribusi normal.

Perhitungan dengan rumus,

Z – Skor = X−M

SB

Keterangan : X : BB atau TB aktual / hasil pengukuran

M : Nilai Baku Median BB atau TB

SB : Nilai Simpang Baku

Jika BB aktual yang diketahui berada di atas nilai median maka SB yang

digunakan adalah jarak antara 0 SD dengan 1 SD tetapi, jika BB actual yang

diketahui berada dibawah nilai median maka SB yang digunakan adalah jarak

antara 0 SD dengan - 1 SD ( Supariasa dkk,2002 )

3. Indeks Berat Badan Menurut Umur

Penggunaan indeks BB/ U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan

dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Kelebihan indeks BB / U antara

lain :

a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.

b. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

c. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.

d. Dapat mendeteksi kegemukan ( over weight ).

Kelemahan indeks BB/U antara lain:

a. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat

odema maupun asites.

b. Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak di bawah usia lima

tahun.

c. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau

gerakan anak pada saat penimbangan.

Page 11: Proposal PH Gizi Balita New

11

Mengingat karakteristik berat badan yang labil,maka indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang saat ini ( Supariasa dkk,2002 )

4. Klasifikasi Status Gizi

Pada diskusi pakar dibidang gizi yang diselenggarakan oleh PERSAGI

bekerja sama dengan UNICEF, Indonesia dan LIPI menyepakati bahwa:

1. Baku antropometri yang digunakan adalah WHO NCHS

2. Istilah Status gizi

a)BB/ U : Gizi lebih = > +2 SD

Gizi baik = ≥ -2 SD s/d + 2 SD

Gizi kurang = < -2 SD sampai ≥ - 3SD

Gizi buruk = < -3 SD

b)TB / U : Normal = ≥ 2 SD

Pendek = < -2 SD

c)BB / TB : Gemuk = > + 2 SD

: Normal = ≥ -2 SD s/d + 2 SD

: Kurus = < -2 SD sampai ≥ -3 SD

: Sangat Kurus = < -3 SD

(Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII, 2000)

Page 12: Proposal PH Gizi Balita New

12

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor yang mempengaruhi :

1. Tingkat Pendidikan2. Tingkat pengetahan3. Pola asuh

Gizi balita

Variabel DependenVariabel Independen

Page 13: Proposal PH Gizi Balita New

13

3.2 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi operasional

Alat dan Cara Pengukuran

Hasil Pengukuran

Skala pengukuran

Gizi balita Keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utiliasasi nya.

Data rekam medis

BaikBuruk

Skala Ordinal

Pendidikan Suatu proses pelatihan dan pengajaran di sekolah, perguruan tinggi, dll yang d rancang untuk memberikan pengetahuan dan pengembangan keterampilan

Kuesioner dan wawancara

BaikBuruk

Skala Ordinal

Pengetahuan

Hasil dar tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu

Kuesioner dan wawancara

BaikBuruk

Skala Ordinal

Pola Asuh Prilaku yang di terapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Prilaku yang di terapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu.

Kuesioner dan wawancara

BaikBuruk

Skala Ordinal

Page 14: Proposal PH Gizi Balita New

14

3.3 Hipotesis

1. H0

a. tidak ada hubungan tingkat pendidikan terhadap status gizi

b. tidak ada hubungan pengetahuan terhadap status gizi

c. tidak ada hubungan pola asuh terhadap status gizi

Page 15: Proposal PH Gizi Balita New

15

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan metode cross-

sectional yaitu yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat.12

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan Puskesmas Simpang Limun Medan.

4.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April 2013.

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Seluruh Ibu yang memiliki Balita dan datang ke Puskesmas Simpang

Limun Medan dari tanggal 22 April 2013 sampai 10 Mei 2013.

4.4.2 Sampel

Sebagian dari populasi Ibu yang memiliki Balita dan datang ke Puskesmas

Simpang Limun Medan dari tanggal 22 April-10 Mei 2013 dan memenuhi

kriteria inklusi.

Kriteria Inklusi :

1. Ibu yang mempunyai Balita datang datang ke Puskesmas pada tanggal

22 April-10 Mei 2013

2. Ibu yang mempunyai Balita yang bersedia diteliti dan menandatangani

inform consent.

3. Ibu yang mempunyai balita dan bisa membaca dan menulis.

Page 16: Proposal PH Gizi Balita New

16

Kriteria Eksklusi :

1. Ibu yang mempunyai Balita tetapi tidak berkunjug ke Pusekesmas

Simpang Limun.

2. Ibu yang mempunyai Balita tetapi tidak bersedia untuk di teliti dan

menandatangani inform consent.

3. Ibu yang mempunyai Balita tetapi tidak bisa membaca dan menulis

4.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, yang menjadi sebagai bahan informasi dari

responden adalah berbentuk rekam medis dan kuesioner.

4.6 Pengolahan Data dan Analisis Data

4.6.1 Pengolahan Data

Data dioleh secara manual dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dengan tahapan :

a. Editing yaitu data yang diperiksa kebenarannya

b. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan

member kode tertentu

c. Tabulasi yaitu data yang terkumpul ditabulasikan dalam bentuk tabel

4.6.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan :

a. Analisis Univariat yang dilakukan terhadap setiap variabel dari setiap

penelitian pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

dan presentase dari steiap variabel

b. Analisa Bivariat digunakan untuk mencari hubungan diantar 2 variabel.

Dalam penelitian ini digunakan chi-square dengan menggunakan

Statistical Product and Service Solution (SPSS)

1. Jika nilai p ≤ α maka H0 ditolak. Berarti ada hubungan antara variabel

Dependen dan variabel independen

Page 17: Proposal PH Gizi Balita New

17

2. Jika nilai p > α maka H0 diterima. Berati tidak ada hubungan antara

variabel dependen dan variabel independen.

Dengan ketentuan α = 0.05

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang diapakai adalah rekam medis dan kuesioner.

4.8 Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran yang dilakukan berdasarkan data dari rekam medis

dan hasil kuesioner. Setelah semua data diolah dengan meggukan Ratio

Prevalency kemudian dikategorikan dengan pengujian chi-square.

Page 18: Proposal PH Gizi Balita New

18

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Puskesmas Simpang Limun, yang terletak di

Jalan Kemiri I No.33, Kelurahan Sudirejo II Kecamatan Medan Kota, Kode Pos

20218. Peskesmas ini memiliki luas bangunan 197 m2, dan luas bangunan rumah

dinas 80 m2.

Puskesmas Simpang Limun mempunyai wilayah kerja dengan luas 210,60

Ha, dengan jumlah penduduk 30.910 jiwa. Cakupan wilayah Puskesmas Simpang

Limun terdiri dari 3 kelurahan, yaitu : Sudirejo I di Jalan Santun, Sudirejo II di

Jalan kemiri I. dan Sitirejo I di Jalan Pintu Air.

Batas-batas daerah Puskesmas Simpang Limun setiap kelurahannya terdiri

dari 4 batas. Pada sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Teladan Timur,

pada sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sudirejo II, pada sebelah barat

berbatasan dengan Kelurahan Teladan Barat, dan pada sebelah timur berbatasan

dengan Kelurahan Binjai-Denai.

5.2 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian di Puskesemas Simpang Limun Kota Medan

dengan jumlah responden 34 orang dan menggunakan instrument pengumpulan

data berupa kuesioner dan wawancara terlebih dahulu, maka hasil penelitian di

dapati sebagai berikut :

Page 19: Proposal PH Gizi Balita New

19

5.3 Status Gizi Balita

Tabel 5.3.1. Distribusi status gizi balita di Puskesmas Simpang Limun

Status Gizi Frekuensi Persentase

Baik 32 94,1%

Buruk 2 5,9%

Total 34 100%

Dari tabel 5.3.1 di atas, balita dengan gizi baik lebih banyak, dengan

jumlah 32 orang (94,1%), di bandingkan balita dengan gizi buruk dengan jumlah

2 orang (5,9%).

5.4 Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 5.4.1 Distribusi tingkat pendidikan ibu di Puskesmas Simpang Limun

Pendidikan ibu Frekuensi Persentase

Tidak sekolah 0 0%

Tidak tamat SD 0 0%

SD 2 5,9%

Tamat SMP 10 29,4%

Tamat SMA 9 26,47%

Akademi(S1) 13 38,23%

Total 34 100%

Dari tabel 5.4.1 di atas, didapati tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat

SMA yaitu 13 orang ( 38,23%), dan paling sedikit di pendidikan SD yaitu 2 orang

(5,9%).

Page 20: Proposal PH Gizi Balita New

20

Tabel 5.4.2 Distribusi pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap status gizi balita

di Puskesmas Simpang Limun

Status Gizi Balita

Pendidikan Ibu

Baik Buruk Total

Ratio

prevalencyUji Chi -

Square

Baik 22 1 23 1,05 Person Chi –

Square = 0,302

P (Asymp. Sig)

= 0,582

Buruk 10 1 11

Total 32 2 34

Berdasarkan tabel diatas, di dapati nilai ratio prevalency 1,05, maka faktor resiko ibu dengan pendidikan yang baik mempunyai balita dengan gizi baik lebih tinggi di bandingkan dengan ibu yang pendidkan yang rendah. Dan berdasarkan nilai p = 0.582, maka ditidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan ibu dan status gizi balita.

5.5 Tingkat PengetahuanTabel 5.5.1 Distribusi tingkat pengetahuan ibu terhadap status gizi balita di Puskesmas Simpang Limun

Tingkatan Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik 32 94,1%

Buruk 2 5,9%

Total 34 100%

Dari tabel 5.5.1di atas di dapati lebih banyak ibu dengan pengetahuan

yang baik entang gizi balita dengan jumlah 32 orang (94,1%) di bandingkan

dengan ibu yang mempunyai pengetahuan yang buruk yaitu 2 orang (5,9%).

Page 21: Proposal PH Gizi Balita New

21

Tabel 5.5.2 Distribusi pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap status gizi balita

di Puskesmas Simpang Limun

Status Gizi Balita

Pengetahuan IbuBaik Buruk Total

Ratio

prevalency

Uji Chi -

Square

Baik 32 0 32 RP=0 Person Chi –

Square = 34,00

P (Asymp. Sig)

= 0,00

Buruk 0 2 2

Total 32 2 34

Dari tabel 5.5.2 tersebut didapati bahwa terdapat pengaruh tingkat

pengetahuan ibu terhadap gizi balita tidak ada.

5.6 Pola Asuh

Tabel 5.6.1. Distribusi tingkat pola asuh ibu terhadap gizi balita di Puskesmas

Simpang Limun.

Tingkat Pola Asuh Frekuensi Persentase

Baik 32 94,1%

Buruk 2 5,9 %

Total 34 100%

Dari tabel 5.6.1 di atas didapati jumlah ibu dengan tingkat pola asuh yang

baik berjumlah 32 orang (94,1%) dan buruk berjumlah 2 orang (5,9%).

Page 22: Proposal PH Gizi Balita New

22

Tabel 5.6.2. Distribusi pengaruh pola asuh ibu terhadap status gizi balita di

Puskesmas Simpang Limun

Status Gizi Balita

Pola AsuhBaik Buruk Total

Ratio

prevalency

Uji Chi - Square

Baik 32 0 32 RP=0 Person Chi – Square = 34,00

P (Asymp. Sig) = 0,00Buruk 0 2 2

Total 32 2 34

Dari tabel 5.6.2 tersebut didapati adanya pengaruh pola asuh ibu terhadap

gizi balita,

Page 23: Proposal PH Gizi Balita New

23

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian tentang “Beberapa Faktor yang Berpengaruh

dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013”, di

dapatkan beberapa faktor dari banyak faktor yang mempengaruhi gizi balita yaitu

tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan pola asuh

6.1 Tingkat Pendidikan

Jumlah responden dengan tingkat pendidikan baik,yaitu yang memiliki

pendidikan minimal tamat SMA adalah 22 orang (64,7%), sedangkan jumlah

responden dengan tingkat pendidikan yang buruk, yaitu pendidkan di bawah SMA

adalah 12 orang (35,3%)

Dari pengaruh tingkat pendidikan dengan status gizi balita di Puskesmas

Simpang Limun, di dapati adanya pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap status

gizi balita. mungkin di karenakan mulai banyaknya informasi tentang gizi balita

yang disebarkan olah pihak pelayanan kesehatan maupun pemerintahan, sehingga

informasi tersebut mudah di jangkau tanpa harus melalui jalur pendidikan.

Menurut penelitian Fardiasih Dwi Astuti (2012), hasil analisis tingkat

pendidikan ibu dengan status gizi, menunjukkan tidak adanya hubungan antara

tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak di TK ABA Jowah dan SD

Muhammadiah Sangonan IV.

Dari uraian diatas, terlihat jelas bahwa keadaan gizi balita tidak di

pengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu.

Page 24: Proposal PH Gizi Balita New

24

6.2 Tingkat Pengetahuan

Dari tingkat pengetahuan responden, didapati jumlah responden dengan

pengetahuan yang baik tentang gizi balita berjumllah 32 orang (94,1%) dan

responden dengan pengetahuan yang buruk tentang gizi balita berjumlah 2 orang

(5,9%).

Dari pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap gizi balita di Puskesmas

Simpang Limun, di dapati adanya pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu

terhadap status gizi. Hal itu dikarenakan minimnya pengetahuan ibu terhadap

kebutuhan makanan balita dan variasi makanan dengan gizi yang sama.

Menurut penelitian Miftahul Munir(2011) didapati responden dengan

pengetahuan baik sebagian besar mempunyai balita dengan status gizi baik

sebanyak 45 orang(86,53%), responden yang mempunyai pengetahuan yang

cukup sebagian besar mempunyai balita dengan status gizi baik sebesar 25 orang

(73,52%), dan responden yang mempunyai pengetahuan kurang mempunyai balita

dengan status gizi kurang sebanyak 6 orang (54,54%)

Dari uraian diatas didapati bahwa keadaan gizi balita di pengaruhi oleh

tingkat pengetahuan ibu.

6.2 Pola asuh

Dari pola asuh, didapati responden yang memberikan pola asuh yang baik

terhadap gizi balita berjumlah 32 orang (94,2%), sedangkan yang memberikan

pola asuh dengan buruk berjumlah 2 orang (5,9%).

Dari pengaruh tingkat pola asuh ibu terhadap gizi balita, didapat adanya

hubungan antara tingkat pola asuh ibu terhadap status gizi balita, hal itu d

karenakan kurangnya perhatian ibu dalam memberikan makanan balita.

Menurut penelitian Ritayani Lubis (2008), dari hasil pengukuran terhadap

status gizi balita dengan menggunakan indek BB/TB yang disesuaikan dengan

standard WHO-NCHS ditemukan sebagian besar anak mempunyai status gizi

Page 25: Proposal PH Gizi Balita New

25

yang normal yaitu sebesar 77%, anak yang mempunyai status gizi yang gemuk

17%, dan anak yang mempunyai status gizi yang kurus 6%. Hal ini disebabkan

karena ibu selalu memperhatikan keadaan gizi gizi dan kesehatan anaknya.

Dari uraian diatas di dapati bahwa keadaan gizi balita dipengaruhi oleh

tingkat pola asuh ibu.

Page 26: Proposal PH Gizi Balita New

26

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa :

1. Jumlah anak dengan gizi baik yang berkunjung ke Puskesmas Simpang

Limun lebih banyak yaitu 32 orang (94,1%) di bandingkan dengan

jumlah anak dengan gizi buruk yang berjumlah 2 orang (5,9%)

2. Tingkat pendidikan responden dalam tingkat yang baik berjumlah 22

orang (64,7%), dan dengan tingkat yang buruk 12 orang ( 35,3%). Dan

tidak ada pengaruh tingkat pendidikan responden terhadap gizi balita.

3. Tingkat pengetahuan responden terhadap gizi balita dengan baik

berjumlah 32 orang(94,1%), dan tingkat pengetahuan yang buruk

berjumlah 2 orang (5,9%). Dan terdapat pengaruh tingkat pengetahuan

responden terhadap gizi balita.

4. Tingkat pola asuh responden dalam tingkat yang baik berjumlah 32

orang (94,1%), dan dengan tingkat yang buruk berjumlah 2 orang

(5,9%). Dan terdapat pengaruh antara tingkat pola asuh responden

terhadap gizi balita,

7.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dijalani dalam menyelesaikan penelitian ini

dan dari hasil yang di dapatkan dari penelitian ini, maka dapat di ungkapkan

saran:

Page 27: Proposal PH Gizi Balita New

27

1. Bagi pihak Pelayanan Kesehatan

Agar meningkatkan perhatian mengenai gizi balita dengan bermacam

program, agar terjadi pengingkatan status gizi balita.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Dengan masalah yang sama diharapkan agar memperdalam cakupan

penelitiannya, khususnya dalam faktor yang berpengaruh dengan

keadaan gizi balita.

Page 28: Proposal PH Gizi Balita New

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16927/5/Chapter%20I.pdf 3. Supariasa, Bakri dan Ibnu Fajar. 2008:I:1-14. Penilaian Status Gizi. Jakarta:

EGC.4. www.scribe.com/doc/29551686/KTI-AAT-Sosial-Ekonomi-Keluarga-

Dengan-Status-Gizi-Balita halaman 5-24.5. Sulistyoningsih, Haariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.

Yogyakarta: Graha Ilmu. 6. Fida dan Maya. 2012:I:5-112. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta:

D-Medika.7. Santoso dan Anne. 2004:I:77-82. Kesehatan & Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. 8. Adriani, Meeyana, dan Wirjadmadi. 2012:I. Pengantar Gizi Masyarakat.

Jakarta: Kencana.9. Ahmad Syafiq. et al. 2011. Gizi dan Kesehatan Msyarakat. Jakarta: Rajawali

Pers.10. Arisman, M.B. 2010:II:215-232. Buku Ajar Imu Gizi. Gizi Dalam Daur

Kehidupan. Jakarta: EGC.11. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007:231,235-236. Kesehatan Masyarakat Ilmu &

Seni. Jakarta: Rineka Cipta.12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010:37. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.