proposal permohonan skripsibatupasir

37
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Batupasir menempati 20 - 25 % dari total batuan sedimen yang ada di bumi (Bogg,Jr 2006).Batupasir merupakan batuan sedimen dengan komposisi penyusun butiran berupa material klastika terigen yang berukuran butir 2 – 1/16 mm. Batupasir menjadi penting untuk dipelajari karena batuan ini berperan untuk kepentingan eksplorasi dan produksi dalam dunia industry,khususnya studi mengenai lingkungan pengendapannya. Studi mengenai lingkungan pengendapan mempunyai kegunaan di dalam mengkaji dan merekronstrusikan suatu tubuh batuan yang mana dari hal tersebut dapat mengetahui proses maupun faktor yang mendukung terjadinya pengendapan saat itu sehingga menghasilkan suatu fasies yaitu produk dari lingkungan pengendapan . Jika melihat dari penjelasan diatas khususnya lingkungan pengendapan batupasir maka penulis mengusulkan melakukan penelitian dengan judul “Lingkungan Pengendapan batupasir Formasi Warukin dan Formasi Tanjung Daerah Kintap Kalimantan Selatan 1

Upload: annas-rifai-kuncoro

Post on 08-Nov-2015

313 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Proposal Skripsi

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Batupasir menempati 20 - 25% dari total batuan sedimen yang ada di bumi (Bogg,Jr 2006).Batupasir merupakan batuan sedimen dengan komposisi penyusun butiran berupa material klastika terigen yang berukuran butir 2 1/16 mm. Batupasir menjadi penting untuk dipelajari karena batuan ini berperan untuk kepentingan eksplorasi dan produksi dalam dunia industry,khususnya studi mengenai lingkungan pengendapannya.Studi mengenai lingkungan pengendapan mempunyai kegunaan di dalam mengkaji dan merekronstrusikan suatu tubuh batuan yang mana dari hal tersebut dapat mengetahui proses maupun faktor yang mendukung terjadinya pengendapan saat itu sehingga menghasilkan suatu fasies yaitu produk dari lingkungan pengendapan .Jika melihat dari penjelasan diatas khususnya lingkungan pengendapan batupasir maka penulis mengusulkan melakukan penelitian dengan judul Lingkungan Pengendapan batupasir Formasi Warukin dan Formasi Tanjung Daerah Kintap Kalimantan Selatan

1. 2. Maksud dan TujuanMaksud dari penelitian geologi ini adalah ingin mengetahui lingkungan pengendapan batupasir pada Formasi Tanjung dan Formasi WarukinTujuan penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan akademik gelar Sarjana Geologi (S1) pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, yaitu:1. Mengetahui kondisi geologi detil (geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi) pada lokasi penelitian.2. Mengetahui proses dan sejarah geologi daerah telitian3. Mengetahui lingkungan pengendapan batupasir pada Formasi Warukin dan Formasi Tanjung ?

1. 3. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dikaji dalam Lingkungan pengendapan batupasir,meliputi : Bagaimana keadaan geologi (geomorfologi, struktur geologi, dan stratigrafi) daerah telitian ? Bagaimana proses pengendapan daerah telitian ? Bagaimana fasies daerah telitian ? Dimana lingkungan pengendapan batupasir Formasi Warukin dan Formasi Tanjung ? Bagaimanakah model geologi daerah bila ditinjau dari data lapangan?

1. 4. Metodologi PenelitianUntuk mencapai tujuan penelitian skripsi ini digunakan metode pendekatan, sebagai berikut :1. Studi Literatur dan Observasi AwalMerupakan tahapan pengumpulan data melalui kajian pustaka dan laporan-laporan hasil penelitian terdahulu dengan mengambil pokok pikiran yang terkandung didalamnya, dikaitkan dengan daerah telitian, bertujuan untuk mendapatkan gambaran geologi secara umum di daerah telitian. Tahapan ini juga meliputi kegiatan interpretasi peta topografi secara terbatas dan persiapan peralatan. Observasi awal lapangan merupakan kegiatan awal menuju lapangan guna untuk mengetahui letak pasti daerah telitian.

2. Penelitian LapanganPenelitian dilakukan dengan pencarian serta pengumpulan data primer meliputi cek lapangan dan pemetaan geologi kembali daerah telitian serta pengambilan sampel batuan. 3. Analisisa. Analisis Bentuk lahanAnalisis ini dilakukan melakukan konsep pembagian satuan bentuklahan yang mengacu pada klasifikasi Verstappen (1985). Di dalam pembagian bentuklahan terdapat empat aspek utama yaitu Morfologi, Morfometri, Morfogenesa, dan Morfoasosiasi.Sedangkan untuk penggolongan satuan geomorfologi yang didasarkan pada kelerengan dan relief mengacu pada klasifikasi Van Zuidam (1983).b. Analisis StrukturAnalisis ini dilakukan untuk mengetahui struktur yang berkembang pada daerah telitian berupa sesar,kekar,maupun lipatan dengan mengacu klasifikasi Rickard (1947).c. Analisis Petrografi Batuan sedimenAnalisis ini dilakukan untuk menentukan jenis mineral-mineral penyusun litologi dan penamaan batuan secara mikroskopis.d. Analis GranulometriAnalisis ini bertujuan untuk mengetahui proses proses sedimentasi yang bekerja serta menafsirkan lingkungan pengendapane. Analsis Petrografi BatubaraAnalisis ini dilakukan untuk mengetahui jenis jenis maseral maupun mineral lainnya sehingga dapat diketahui peringkat batubara maupun lingkungan pengendapannya f. Analisis Lingkungan pengendapan batupasirAnalisis lingkungan pengendapan ini didapatkan dari penampang stratigrafi terukur maupun dari hasil analisa granulometri

4. Pengolahan Data Pengolahan data ini merupakan tahapan lanjutan dari tahapan analisis yang mana dari hasil analisis tersebut kita dapat mengolah data tersebut ke dalam sebuah peta geologi,peta geomorfologi,peta kelerengan,dan maupun penampang geologinya.5. Interpretasi hasil penelitianMerupakan tahap akhir penelitian dengan menyimpulkan keadaan geologi daerah telitian, mengetahui fasies batupasir Formasi Warukin dan fasies batupasir Formasi Tanjung sehingga mengetahui lingkungan pengendapannya

1. 5. Diagram Alir

Gambar 1.1 Diagram alir penelitian1. 6. Hasil yang Diharapkan1. Laporan Resmi Penelitian2. Peta Lintasan dan Lokasi Pengamatan3. Peta Geologi 4. Peta Geomorfologi dan Pola Pengaliran5. Penampang Stratigrafi Terukur (Measured Section)6. Mengetahui lingkungan pengendapan 7. Dapat menyusun model geologi dan sebaran batupasir pada daerah telitian.

1. 7. Manfaat PenelitianHasil penelitian skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan, mahasiswa yang melakukan penelitian, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan skripsi ini.

Manfaat bagi Perusaahan :1. Tersedianya peta geologi detil 2. Pemahaman tentang model geologi dan batubara sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pengembangan eksplorasi.3. Mengetahui proses pengendapan dan lingkungan pengendapan

Manfaat bagi mahasiswa :1. Dapat mengetahui dan memahami studi fasies batupasir serta mampu menginterpretasi lingkungan pengendapan 2. Dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dibangku kuliah ke dalam dunia kerja dan mengetahui kondisi nyata dunia kerja pertambangan batubara.3. Dapat menyelesaikan kurikulum Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta dan mendapatkan gelar sarjana pada program pendidikan strata satu (S1).

1. 8. Lokasi Penelitian SkripsiLokasi pelaksanaan penelitian sebagai tugas akhir ialah di daerah Kintap Kalimantan Selatan Penetuan kapling menyesuaikan dengan ketentuan dari perusahaan yang dilakukannya penelitian yang memungkinkan

1.9. Waktu Pelaksanaan SkripsiPelaksanaan penelitian skripsi ini direncanakan selama bulan April Mei 2015.Sedangkan penelitian lapangan di PT Arutmin Indonesia dimulai tanggal April 2015 sampai dengan Juni 2015 dengan ulasan kegiatan sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Waktu AprilMeiJuni

Kegiatan Minggu 4Minggu 1Minggu 2Minggu 3Minggu 4Minggu 1Minggu 2Minggu 3

Persiapan

Penelitian Lapangan

Checking Lapangan

Pengolahan Data

Analisa Laboratorium dan Studio

Konsultasi dan Penyusunan Laporan

1.10. Sarana dan PrasaranaSelama pelaksanaan penelitian, mahasiswa memerlukan beberapa sarana dan fasilitas pendukung, yaitu:1. Perizinan untuk memasuki daerah pertambangan dan pemetaan.2. Tiket Pesawat Yogyakarta Banjarmasin PP3. Akomodasi dan Transportasi selama melaksanakan skripsi.4. Perlengkapan penelitian seperti: Peta topografi, gps,palu dan kompas geologi, Data-data milik perusahaan yang bersangkutan dengan penelitian.5. Data-data perusahaan yang diperlukan untuk kelancaran penelitian. (analisa polen,analisa petrografi,analisa petrografi batubara dll)6. Fasilitas Komputer dan Internet7. Fasilitas penggandaan data 8. Asuransi9. Pembimbing dari PT. Arutmin selama penelitian berangsung

BAB 2GEOLOGI REGIONAL

2.1. Fisiogafi Regional

Gambar 2.1 Peta fisiografi pulau Kalimantan (Duncan Witss, 2011)

Berdasarkan Van Bemelen (1949) Pulau Kalimantan dibagi menjadi beberapa zona fisiografi yaitu :1. Blok Schwaner yang merupakan sebagai bagian dari dataran sunda2. Blok Paternoster yang merupakan pelataran Paternoster yang terletak dilepas Pantai Kalimantan Tenggara dan sebagian di dataran Kalimantan yang merupakan sub cekungan Pasir.3. Maratus Graben,yang terletak diantara blok Schwaner dan Paternoster yang merupakan sebagian dari cekungan kutai4. Tinggian Kuching merupakan sumber pengendapan cekungan Kalimantan selama Neogen yang mana arah pengendapannya Barat laut dan Tenggara.Cekungan tersebut diantaranya :a. Cekungan Kutai yang mana terletak pada bagian selatan dari Tinggian Kuching yang merupakan lingkungan pengendapan dari Tinggian Kuching selama Tersier.Cekungan ini dipisahkan oleh Paternoster Cross Hight dari cekungan Baritob. Cekungan Tarakan merupakan cekungan yang terletak pada bagian utara dari Kalimantan Timur yang mana bagian utara dari cekungan ini dibatasi oleh Semporna HighDaerah telitian terletak di Cekungan barito (Gambar 2.1) yang terdiri dari lapisan tebal dan tersingkap baik suksesi sedimen kenozoikumnya. Cekungan Barito dipisahkan dengan Cekungan Kutai oleh Sesar Adang. Sedangkan di bagian timur dipisahkan dengan Cekungan Asem-asem oleh Tinggian Meratus yang memanjang dari arah Baratdaya samapi Timurlaut. Di bagian selatan merupakan batas tidak tegas dengan Cekungan Jawa Timur Utara dan di bagian barat berbatasan dengan Komplek Schwaner yang merupakan basement. Formasi tanjung mewakili bagian tertua dari bagian suksesinya, dan terendapkan di dataran yang luas lalu di ikuti oleh peristiwa transgresi hingga ke lautan dangkal. Formasi ini tersingkap dengan sangat baik di sepanjang batas cekungan sebelah timur, dan merupakan kesempatan yang langka untuk dipelajari dan umur dari tahap awal pembentukan basin tersebut.

2.2. Kerangka Tektonik dan Struktur Geologi Regional

Struktur geologi yang berkembang di Kalimantan Selatan beupa struktur antiklin,sinklin,sesar naik,sesar mendatar,dan sesar turun yang mana arah umum dari sumbu lipatannya timurlaut baratdaya dan umumnya sejajar dengan arah sesar normal.Kegiatan Tektonik daerah ini menyebabkan bercampurnya batuan ultramafic dan batuan malihan yang mana kegiatan ini telah berlangsung sejak zaman Jura.Sedangkan pada Zaman Kapur Awal atau sebelumnya terjadi penerobosan granit dan diorite yang menerobos batuan ultramafic dan batuan malihan.Pada akhir Kapur Awal terbentuk Kelompok Alino yang sebagian merupakan olisostrom yang diselingi dengan kegiatan gunungapi Kelompok Pitanak.Pada awal Kapur kegiatan tektonik menyebabkan tersesarkannya batuan ultramafic dan malihan ke atas Kelompok Alino.Pada Kala Paleosen kegiatan tektonik menyebabkan terangkatnya batuan Mesozoikum,disertai penerobosan batuan andesit porfiri.Pada awal Eosen terendapkan Formasi Tanjung dalam lingkungan paralas (Sikumbang dan Heryanto,2009).Pada saat bersamaan Kompleks Maratus telah ada, namun hanya berupa daerah yang sedikit lebih tinggi di bagian cekungan dan diendapkan berupa lapisan sedimen yang lebih tipis dari daerah sekitarnya (Hamilton, 1979).Pada Kala Oligosen terjadi genang laut yang membentuk Formasi Berai.Kemudian pada Kala Miosen terjadi susut laut yang membentuk Formasi Warukin (Sikumbang dan Heryanto, 2009).Gerakan tektonik yang terakhir terjadi pada Kala Miosen yang menyebabkan batuan yang tua terangkat membentuk Tinggian Maratus dan melipat kuat batuan Tersier dan Pra Tesier.Sejalan dengan itu tejadilah persesaran naik dan geser yang diikuti sesar turun dan pembentukan Fomasi Dahor pada Kala Pliosen.

BAB 3DASAR TEORI

3. 1. Definisi BatupasirBatupasir merupakan jenis Batupasir merupakan jenis batuan sedimen klastik. Menurut klasifikasi Wenworth, batupasir adalah batuan yang mempunyai ukuran butir antara 1/16 mm 2 mm. Batupasir ini berdasarkan teksturnya adalah klastik terigen, artinya berasal dari transportasi daratan. Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk oleh proses pembentukan kembali segala macam sumber batuan pada kondisi tekanan (P) dan temperatur (T) normal di permukaan bumi. Proses pembentukan batuan sedimen klastika ini secara alami dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:1. Proses pelapukan baik mekanis (proses penghancuran batuan secara desintegratif) maupun secara kimiawi (dekomposisi).2. Proses erosi dan transportasi atau pengangkutan material sedimentasi dari sumbernya melalui beberapa media, yaitu berupa air, angin, ataupun es.3. Proses pengendapan, yang merupakan tahap terakhir dari perjalanan material yang terangkut dari hasil pengangkutan batuan asal yang dikenal juga dengan bahan-bahan allogenik.

3. 2. Klasifikasi Batupasir

Gambar 3.1. Segitiga Klasifikasi Pettyjhon (1987)

Klasifikasi batupasir menurut Pettyjohn (1987) dan Folk (1974) didasarkan pada komposisi batupasir tersebut, dimana komposisinya ada butiran yang terdiri dari fragmen batuan, kuarsa, maupun feldspar; matriks; dan semen. Berdasarkan komposisi inilah dihasilkan beberapa jenis penamaan seperti batupasir kuarsa (quartz arenite), batupasir arkose (arkoses), batupasir litik (litharenites), batupasir wacke (greywacke).Sedangkan klasifikasi Dalam Pettyjohn memakai dasar komposisi dari batupasir tersebut. Klasifikasi ini menggunakan dasar segitiga sama sisi (Gambar 3.1) dimana setiap sudutnya terdiri dari kuarsa, fielspar (plagioklas + K. fieldspar) dan fragmen batuan.

3. 3. Lingkungan Pengendapan Delta

Gambar 3.1. Morfologi dan lingkungan pengendapan delta (Allen,GP 1998)

Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot, 1986). Menurut Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh pengaruh laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta.

Syarat terbentuk lingkungan pengendapan delta yaitu a. Adanya sungai yang mengalir ke hilirb. Tidak ada gerakan tektonik yang mengakibatkan penurunan dasar laut atau danau yang besar.c. Proses pengendapan >> Proses pada laut ex: pasang surutd. Material yang diendapkan cukup besar

Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta plain, delta front dan prodelta (gambar 3.2)a. Delta PlainDelta plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel yang sudah ditinggalkan. Delta plain merupakan bagian daratan dari delta dan terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara. Pada kondisi iklim yang cenderung kering (semi-arid) sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan evaporit. Daratan delta plain tersebut digerus oleh channel pensuplai material sedimen yang disebut fluvial distributaries dan membentuk suatu percabangan. Gerusan-gerusan tersebut biasanya mencapai kedalaman 5-10 meter dan menggerus sampai pada sedimen delta front. Sedimen pada channel tersebut disebut sandy channel dan membentuk distributary channel yang dicirikan oleh batupasir lempungan. Sublingkungan delta plain dibagi menjadi :1. Upper Delta PlainPada bagian ini terletak diatas area tidal atau laut dan endapannya secara umum terdiri dari : Endapan distributary channel yang terdiri dari endapan braided dan meandering, levee dan endapan point bar. Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung. Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee alami berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan interdistributary channel. Sedimen pada bagian ini berupa pasir halus dan rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan material selama terjadi banjir.

Gambar 3.3. Fluvial distributary channel (Walker, 1992)

Lacustrine delta fill dan endapan interdistributary flood plainEndapan interdistributary channel merupakan endapan yang terdapat diantara distributary channel. Lingkungan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak berelief dan proses akumulasi sedimen lambat. Pada interdistributary channel dan flood plain area terbentuk suatu endapan yang berukuran lanau sampai lempung yang sangat dominan. Struktur sedimennya adalah laminasi yang sejajar dan burrowing structure endapan pasir yang bersifat lokal, tipis dan kadang hadir sebagai pengaruh gelombang.

2. Lower Delta PlainLower delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara sungai dengan laut, yaitu dari low tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-surut. Pada lingkungan ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit) meliputi interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan crevasse splay, serta endapan pengisi distributary yang ditinggalkan.

b. Delta FrontDelta front merupakan sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara tetap dipengaruhi oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai dan aksi gelombang. Delta front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi sedimennya berasal dari distributary channel. Batupasir yang diendapkan dari distributary channel tersebut membentuk endapan bar yang berdekatan dengan teluk atau mulut distributary channel tersebut. Pada penampang stratigrafi, endapan bar tersebut memperlihatkan distribusi butiran mengkasar ke atas dalam skala yang besar dan menunjukkan perubahan fasies secara vertikal ke atas, mulai dari endapan lepas pantai atau prodelta yang berukuran butir halus ke fasies garis pantai yang didominasi batupasir. Endapan tersebut dapat menjadi reservoir hidrokarbon yang baik. Diantara bar pada mulut distributary channel akan terakumulasi lempung lanauan atau lempung pasiran dan bergradasi menjadi lempung ke arah laut.Menurut Coleman (1969) dalam Fisher (1969), lingkungan pengendapan delta front dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan dengan karakteristik asosiasi fasies yang berbeda, yaitu : Subaqueous LeveesMerupakan kenampakan fasies endapan delta front yang berasosiasi dengan active channel mouth bar. Fasies ini sulit diidentifikasi dan dibedakan dengan fasies lainnya pada endapan delta masa lampau.

ChannelChannel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification, scoure and fill. Distributary Mouth BarPada lingkungan ini terjadi pengendapan dengan kecepatan yang paling tinggi dalam sistem pengendapan delta. Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan melalui proses fluvial. Strukur sedimen yang dapat dijumpai antara lain : current ripple, cross bedding dan massive graded bedding Distal BarPada distal bar, urutan fasies cenderung menghalus ke atas, umumnya tersusun atas pasir halus. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai antara lain : laminasi, perlapisan silang siur tipe through.

c. ProdeltaProdelta merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan normal marine shelf yang berada di luar delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta front ke arah laut dengan perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung dan selalu ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan lempung dan biasanya sendiri serta fasies mengkasar ke atas memperlihatkan transisi dari lempungan prodelta ke fasies yang lebih batupasir dari delta front. Litologi dari prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan laut. Struktur sedimen bioturbasi bermacam-macam sesuai dengan ukuran sedimen dan kecepatan sedimennya. Struktur deformasi sedimen dapat dijumpai pada lingkungan ini, sedangkan struktur sedimen akibat aktivitas gelombang jarang dijumpai. Prodelta ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan (shelf), tetapi pada prodelta ini sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut yang tegas.Proses yang berperan membentuk delta adalah1. Fluvial Dominated DeltaTerjadi ketika delta tersebut didominasi oleh sistem sungai yang proses pasang surut atau gelombangnya sedikit sehingga proses pengendapan lebih intens dan sedimen terus tersuplai. Membuat delta ini berbentuk seperti kaki burung (birds foot delta).Endapan yang terjadi adalah lempung, lanau, pasir. Model stratigrafi yang terdapat pada delta model ini adalahcoarsening upward sequence.

2.Wave Dominated DeltaProses pengendapan pada delta ini masih terjadi namun gelombang memiliki dominansi untuk mengerosi tepi luar struktur delta sehingga memudahkan untuk memberikan gambaran tentang delta itu sendiri. Bentuk delta tipe ini adalah Arcuate dan endapannya kebanyakan pasir. Contoh tipe ini adalah Delta Sungai Nil.. Model stratigrafi tipe ini juga menunjukkancoarsening upward sequencetapi mungkin bedanya pada sekuen-sekuennya, kalo yang sebelumnya ada yang mengalami coarsening pada sekuen tebal dan kecil/tipis akan tetapi pada tipe ini hampir di seluruhnya.

3.Tidal (Pasang Surut) Dominated DeltaProses pengendapan delta yang didominasi oleh pasang surut. Biasa terjadi pada suatu daerah pasang surut yang cukup luas atau kecepatan pasang surut yang tinggi. Dengan kondisi seperti itu maka suplai sedimen lebih didukung oleh pasang surut yang kuat dan kecenderungan membentuk delta menjadi kecil. Fitur lain yang dihasilkan adalah bahwa ia memiliki banyak struktur linier sejajar dengan arus pasang surut dan tegak lurus ke lepas pantai. Model stratigrafinya juga sama yaitucoarsening upward sequenceyang tersusun atas interbedded sand, lempung, lanau, pasir halus, pasir kasar.

3. 4. Lingkungan pengendapan Tidal - Flat

Tidal-Flat merupakan suatu sistem dataran yang terbentuk ketika tidak ada aktifitas gelombang besar. Ketika masih ada aktifitas gelombang yang energi relatif besar maka tidak akan terbentuk tidal-flat karena tenaga air dari gelombang akan terus menggerus permukaan sedimen di sekitarnya, akibatnya sedimen di permukaan tersebut tidak sempat membentuk menjadi dataran karena terus mengalami pergerakan sesuai dengan arah gelombang membawanya. Tidal-flat dapat dibagi kedalam tiga zona, yaitu zona subtidal, zona intertidal dan zona supratidal. Ketiga zona ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda

3. 5. Fasies dan Litofasies

Selley (1970), mendefinisikan fasies sedimen sebagai suatu massa batuan yang dapat ditentukan dan dibedakan dengan lainnya oleh geometri, litologi, struktur sedimen, pola arus purba dan fosilnya. Sedangkan Webster mendefinisikan bahwa fasies sedimen merupakan karakter dari total tekstur, komposisi, dan struktur sedimen yang dihasilkan dari akumulasi dan modifikasi yang khas.Dalam Iqbal (2009), litofasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki karakter fisik (litologi, struktur sedimen, serta jenis ukuran butir), kimia

Tabel 3.1 Karakteristik dan litofasies endapan Miosen Delta Mahakam

(Modifikasi Penulis dari Payenberg, 2003).

Kode

LitofasesDeskripsi

LitofasiesUkuran

ButirKarakter dan Urutan

lapisan batuanInterpretasi

PcBatupasir kerikilan berstruktur silangsiur (cross-stratified pebbly sanstonePasir sangat kasar hingga kerikilPerlapisan umumnya berlapis dan bergradasi dengan tebal kurang dari 1 meter. Kontak lapisanpada bagian bawah adalah kontak erosional kuat. Pada bagian bawah dapat lebih tebal (dari beberapa cm-m yang terdiri dari urutan-urutan batupasirLapisan kerikil yang bersilang siur terbentuk pada dasar suatu channel atau suatu bentukan baryang lebih besar (flood even).

HstBatupasir berstruktur

silang siur mangkok curam (high angle through cross-stratified sandstone)Pasir halus-

pasir sedangSilang siur mangkok

memiliki jarak yang kecil

5-20 cm, dengan kemiringan set (>10) di setiap dasar mangkok dibatasi oleh konkresi FeOx. Umumnya berselang-seling dengan fasies Fs&Lt dan SmDengann mekanisme

saltasi yang dominan serta atus bolak-balik yang turbulen menghasilkan jenis bedform ripples yang selanjutnya akan bermigrasi

menjadi struktur trough cross bed. Merupakan ciri dari endapan fluvial distributary channel.

LstBatupasir berstruktur

silang siur mangkok landai (low angle through cross-stratified sandstone)Pasir sedang

hingga pasir kasarSilang siur mangkok

memiliki jarak yang kecil

3-10 cm. Dengan kemiringan set (