proposal penyuluhan skizofrenia disusun oleh abdul wahab rasyid fathina nisa rabbani linda...

65
PROPOSAL PENYULUHAN SKIZOFRENIA DISUSUN OLEH Abdul Wahab Rasyid Fathina Nisa Rabbani Linda Mahardhika STASE ILMU KESEHATAN JIWA

Upload: rafika-ulandari

Post on 21-Jan-2016

143 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PROPOSAL PENYULUHANSKIZOFRENIA DISUSUN OLEHAbdul Wahab RasyidFathina Nisa RabbaniLinda MahardhikaSTASE ILMU KESEHATAN JIWARUMAH SAKIT JIWA ISLMA KLENDER2013 KATA PENGANTARDengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat allahSWT yang telah memberikan petunjukNya, akhirnya dengan ini kami menyelesaikan proposal penyuluhan tentang Skizofrenia sesuai pada waktu yang telah ditentukan. Proposal penyuluhan yang telah kita susun ini dikerjakan penulis, serta tambahan masukan dan bantuan dari rekan rekan dan dosen pembimbing sehingga kami mendapat banyak inspirasi dan tambahan wawasan.Tujuan disusunnya proposal penyuluhan ini adalah sebagai dasar kewajiban dari suatu proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktiknya sebagai proses pembelajaran secara kolaboratif dalam diskusi pleno, sehingga kami dapat melihat, mengetahui, menerima dan menyerap materi dalam diskusi kelompok secara baik dan sistematis.Penyusunan proposan penyuluhan ini dimasukan sebagai syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik stase Ilmu Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.Melalui laporan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, yang sudah memberi kesempatan kepada kami untuk menjalankan dan mengikuti kepaniteraan klinik.2. dr. Frendly Ahdimar sebagai pembimbing dalam menyelesaikan proposal penyuluhan dan memberikan masukan dan arahan saat diskusi berlangsung.3. Kepada seluruh tenaga medis dan nonmedis di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu juga kepada rekan-rekan satu kelompokJakarta, 10 Desember 2013Penulis  SATUAN ACARA PENYULUHANSKIZOFRENIAI. IDENTITASTopik : SkizofreniaSub Topik : Mengenali apa itu skizofreniaHari/Tanggal : Desember 2013Waktu : Jam 08.00 – 09.00Sasaran : Pasien dan keluarga pasien yang berkunjung ke poliklinikTempat : Ruang tunggu poliklinikII. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUMSetelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui apa itu skizofrenia, diharapkan pasien dan keluarga pasien yang merupakan sasaran dari penyuluhan ini memahami apa itu skizofrenia. III. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUSSetelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit, diharapka peserta dapat:1. Memahami tentang skizofrenia2. Memahami pentingnya dan maksud dari pemeriksaan skizofreniaIV. MATERI (terlampir)V. MEDIA1. Laptop2. LCD3. Microphone4. Leaflet VI. METODE1. Ceramah2. Diskusi3. Tanya jawabKEGIATAN PENYULUHANNo. Kegiatan Penyuluhan Audience Waktu1. Pembukaan - Mengucapkan salam- Memperkenalkan diri - Menjawab salam- Memperhatikan 5 menit2. Isi - Pengertian Skizofrenia secara umum dan factor yang mempengaruhi- Penyebab skizofrenia- Penatalaksanaan skizofrenia - Menyampaikan pengetahuan- Mendengarkan dan memperhatikan penyampaian materi. 45 menit3. Penutup - Menyimpulkan materi- Memberikan kesempatan kepada audience untuk bertanya- Menutup dan mengucapkan salam - Mendengarkan dan memperhatikan- Aktif mengajukan pertanyaan- Menjawab salam 10 menit DAFTAR ISIKATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….. iSATUAN ACARA PENYULUHAN………………………………………………………… iiDAFTAR ISI ………………………………………………………………………..iiiBAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………...... 1BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………………………...... 2DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 7LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………………………… 8 o POWER POINT o LEAFLET  BAB IPENDAHULUANDalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan

TRANSCRIPT

PROPOSAL PENYULUHAN

SKIZOFRENIA

DISUSUN OLEH

Abdul Wahab Rasyid

Fathina Nisa Rabbani

Linda Mahardhika

STASE ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA ISLMA KLENDER

2013

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat allahSWT yang telah memberikan

petunjukNya, akhirnya dengan ini kami menyelesaikan proposal penyuluhan tentang Skizofrenia

sesuai pada waktu yang telah ditentukan. Proposal penyuluhan yang telah kita susun ini

dikerjakan penulis, serta tambahan masukan dan bantuan dari rekan rekan dan dosen

pembimbing sehingga kami mendapat banyak inspirasi dan tambahan wawasan.

Tujuan disusunnya proposal penyuluhan ini adalah sebagai dasar kewajiban dari suatu

proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktiknya

sebagai proses pembelajaran secara kolaboratif dalam diskusi pleno, sehingga kami dapat

melihat, mengetahui, menerima dan menyerap materi dalam diskusi kelompok secara baik dan

sistematis.

Penyusunan proposan penyuluhan ini dimasukan sebagai syarat dalam mengikuti

kepaniteraan klinik stase Ilmu Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.

Melalui laporan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, yang sudah memberi kesempatan

kepada kami untuk menjalankan dan mengikuti kepaniteraan klinik.

2. dr. Frendly Ahdimar sebagai pembimbing dalam menyelesaikan proposal

penyuluhan dan memberikan masukan dan arahan saat diskusi berlangsung.

3. Kepada seluruh tenaga medis dan nonmedis di Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu juga kepada rekan-rekan

satu kelompok

Jakarta, 10 Desember 2013

Penulis

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SKIZOFRENIA

I. IDENTITAS

Topik : Skizofrenia

Sub Topik : Mengenali apa itu skizofrenia

Hari/Tanggal : Desember 2013

Waktu : Jam 08.00 – 09.00

Sasaran : Pasien dan keluarga pasien yang berkunjung ke poliklinik

Tempat : Ruang tunggu poliklinik

II. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui apa

itu skizofrenia, diharapkan pasien dan keluarga pasien yang merupakan sasaran dari

penyuluhan ini memahami apa itu skizofrenia.

III. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit, diharapka peserta dapat:

1. Memahami tentang skizofrenia

2. Memahami pentingnya dan maksud dari pemeriksaan skizofrenia

IV. MATERI (terlampir)

V. MEDIA

1. Laptop

2. LCD

3. Microphone

4. Leaflet

VI. METODE

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab

KEGIATAN PENYULUHAN

No. Kegiatan Penyuluhan Audience Waktu

1. Pembukaan - Mengucapkan salam

- Memperkenalkan diri

- Menjawab salam

- Memperhatikan

5 menit

2. Isi - Pengertian skizofrenia

secara umum dan factor

yang mempengaruhi

- Klasifikasi skizofrenia

- Penyebab skizofrenia

- Penatalaksanaan

skizofrenia

- Menyampaikan

pengetahuan

- Mendengarkan dan

memperhatikan

penyampaian materi.

45 menit

3. Penutup - Menyimpulkan materi

- Memberikan kesempatan

kepada audience untuk

bertanya

- Menutup dan

mengucapkan salam

- Mendengarkan dan

memperhatikan

- Aktif mengajukan

pertanyaan

- Menjawab salam

10 menit

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………., ( )

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ( )

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………...... ( )

BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………………………...... ( )

II.1. PENGERTIAN SKIZOFRENIA ………………………………………………... ( )

II.2. KLASIFIKASI SKIZOFRENIA …………………………………………………( )

II.3. PENATALAKSANAAN …………………………………………………………( )

BAB III. PENUTUP ……………………………………………………………………….. ( )

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. ( )

LAMPIRAN POWER POINT ……………………………………………………………….. ( )

LAMPIRAN LEAFLET ……………………………………………………………………….( )

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh

psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan

gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses

kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri

diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya

perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan

ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A

antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk

dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika.Skizofrenia lebih sering

terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan pada kelompok

sosial ekonomi rendah.

Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia seringkali

ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan untuk merawat diri,

hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap. Kedatangan diruang gawat

darurat atau tempat praktek disebabkan oleh halusinasi yamg menimbulkan ketegangan

yang mungkin dapat mengancam jiwa baik dirinya maupun orang lain, perilaku kacau,

inkoherensi, agitasi dan penelantaran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau

“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau

ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia

dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan

gangguan dalam hubungan interpersonal.

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum

diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang

luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik,

dan sosial budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik

dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul

(blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang

kemudian.

II.2 EPIDEMIOLOGI

Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu

dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar

dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari

sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu

hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia.Perkiraan angka ini disampaikan

Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan.

Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16

sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap

pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara

anggota keluarga sedarah.

II.3 ETIOLOGI

1. Model Diatesis-stres

Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan.

Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik

(diatesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan

stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.

Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis

(missal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis

selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat,

stress psikososial , dan trauma.

Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat menerangkan

mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren.Semakin besar kerentanan seseorang

maka stressor kecilpun dapat menyebabkan menjadi skizofren.Semakin kecil

kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya menjadi penderita

skizofren. Sehingga secara teoritis seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang

menjadi skizofren, walau sebesar apapun stressornya.

2. Faktor Neurobiologi

Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya

kerusakan pada bagian otak tertentu.Namun sampai kini belum diketahui bagaimana

hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom

skizofrenia.

Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat

seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan

ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada

satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal

yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis

muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan

dan sosial.

Hipotesa Dopamin

Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas

neurotransmitter dopaminergik.Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari

meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya

nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-

faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :

a. Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan

kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.

b. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat

menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.

3. Faktor Genetika

Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan

merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren.

Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota

keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga

dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik

melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami skizofrenia.

Populasi umum 1%

Saudara kandung pasien skizofren 8%

Anak dengan salah satu orangtua skizofren 12%

Kembar dua telur dari pasien skizofren 12%

Anak dengan kedua orangtua skizofren 40%

Kembar satu telur dari pasien skizofren 47 %

4. Faktor Psikososial

4.1 Teori Tentang Individu Pasien

a. Teori Psikoanalitik

Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi

perkembangan, yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis.Jika

neurosis merupakan konflik antara id dan ego, maka psikosis merupakan

konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud, kerusakan ego (ego defect)

memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia. Disintegrasi

ego yang terjadi pada pasien skizofrenia merepresentasikan waktu dimana ego

belum atau masih baru terbentuk.

Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta

kerusakan ego-yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk-

turut memperparah symptom skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang

skizofrenia adalah dekateksis obyek dan regresi sebagai respon terhadap

frustasi dan konflik dengan orang lain.

Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia

disebabkan oleh kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya,

terutama yang berhubungan dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu yang

salah, yaitu cemas berlebihan.

Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia,

kerusakan ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol

terhadap dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi.Gangguan tersebut

terjadi akibat distorsi dalam hubungan timbal balik ibu dan anak.

Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi

masing-masing pasien.Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin

mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya telah

hancur.Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari ketidakmampuan pasien

untuk menghadapi realitas yang obyektif dan mungkin juga merepresentasikan

ketakutan atau harapan terdalam yang dimilikinya.

b. Teori Psikodinamik

Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan

psikodinamik setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap

berbagai stimulus. Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan

kesulitan dalam setiap fase perkembangan selama masa kanak-kanak dan

mengakibatkan stress dalam hubungan interpersonal.

Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan

dengan onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat

kaitannya dengan adanya konflik.Simptom negatif berkaitan erat dengan

faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi

tertentu.Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin

timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan

kerusakan ego yang mendasar.

Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik

dibangun berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom psikotik memiliki

makna dalam skizofrenia.Misalnya waham kebesaran pada pasien mungkin

timbul setelah harga dirinya terluka.Selain itu, menurut pendekatan ini,

hubungan dengan manusia dianggap merupakan hal yang menakutkan bagi

pengidap skizofrenia.

c. Teori Belajar

Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-

kanak ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir

yang tidak rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga

memiliki masalah emosional.

4.2 Teori Tentang Keluarga

Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami

nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang

patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus

dihadapi oleh pasien skizofrenia. Antara lain:

Double Bind

Konsep yang dikembangkan oleh Gregory Bateson untuk menjelaskan

keadaan keluarga dimana anak menerima pesan yang bertolak belakang dari

orangtua berkaitn dengan perilaku, sikap maupun perasaannya. Akibatnya anak

menjadi bingung menentukan mana pesan yang benar, sehingga kemudian ia

menarik diri kedalam keadaan psikotik untuk melarikan diri dari rasa konfliknya

itu.

Schims and Skewed Families

Menurut Theodore Lidz, pada pola pertama, dimana terdapat perpecahan

yang jelas antara orangtua, salah satu orang tua akan menjadi sangat dekat dengan

anak yang berbeda jenis kelaminnya. Sedangkan pada pola keluarga skewed,

terjadi hubungan yang tidak seimbang antara anak dengan salah satu orangtua

yang melibatkan perebutan kekuasaan antara kedua orangtua, dan menghasilkan

dominasi dari salah satu orang tua.

Pseudomutual and Pseudohostile Families

Dijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa keluarga men-suppress ekspresi

emosi dengan menggunakan komunikasi verbal yang pseudomutual atau

pseudohostile secara konsisten. Pada keluarga tersebut terdapat pola komunikasi

yang unik, yang mungkin tidak sesuai dan menimbulkan masalah jika anak

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

Ekspresi Emosi

Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis, kejam dan

sangat ingin ikut campur urusan pasien skizofrenia. Banyak penelitian

menunjukkan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (dalam hal apa yang

dikatakan maupun maksud perkataan) meningkatkan tingkat relapse pada pasien

skizofrenia.

4.3 Teori Sosial

Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak

berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia.Meskipun ada data pendukung, namun

penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya

onset dan keparahan penyakit.

II.4 GEJALA KLINIS

Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu

primer dan sekunder.

Gejala-gejala primer :

1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).

Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang

terganggu terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan,

sudah timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya

“tani” tetapi dikatakan “sawah”.

Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan “merah” bila

dimaksudkan “berani”. Atau terdapat “clang association” oleh karena pikiran sering

tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau “…dulu waktu hari,

jah memang matahari, lalu saya lari…”.Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada

skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti.Hal ini dinamakan

inkoherensi.Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah inkoherensinya.

Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal,

umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada

disampingnya juga dimarahi dan dipukuli.

Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi.Keadaan ini

dinamakan “blocking”, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-

kadang sampai beberapa hari.

Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya

yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau “pressure

of thoughts”. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan

preseverasi atau stereotipi pikiran.

Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi.Pada inkoherensi

sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada

efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada

pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.

2. Gangguan afek dan emosi

Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :

Kedangkalan afek dan emosi (“emotional blunting”), misalnya penderita menjadi

acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan

keluarganya dan masa depannya.Perasaan halus sudah hilang.

Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada

penderita timbul rasa sedih atau marah.

Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.

Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan

“incongruity of affect” dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan “inadequat”.

Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,

umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi

mulutnya tertawa.Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas

untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :

Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti

penderita yang sedang bermain sandiwara.

Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk

melakukan hubungan emosi yang baik (“emotional rapport”).Karena itu sering

kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.

Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan

mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu

orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini

dinamakan ambivalensi pada afek.

3. Gangguan kemauan

Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka

tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan.

Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat,

umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa

tiduran terus.Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.

Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-

bulan.Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.

Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu

permintaan.

Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang

sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk

berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk

kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi

sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.

Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga

dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.

4. Gejala psikomotor

Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok

gejala ini oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder

sebab didapati juga pada penyakit lain.

Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan.Bila

gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes

atau yang agak kaku. Penderita dalma keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan

sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang-

kadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang menahun.Mungkin penderita

mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia

bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan

penderita dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin

mengatakan apa-apa lagi.

Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan

hiperkinesa, ia terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-

kadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.

Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi;

umpamanya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok

piring dulu beberapa kali.Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai

beberapa tahun.Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat

diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang

dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.

Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang

lama. Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan

seperti pada lilin.

Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa

yang disuruh. Otomatisme komando (“command automatism”) sebetulnya merupakan

lawan dari negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana

ganjilpun.Termasuk dalam gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata

yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau

pergerakan orang lain).

Gejala-gejala sekunder :

1. Waham

Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi

penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak

dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang

bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main

dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross

membagi waham dalam dua kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder,

waham sistematis atau tafsiran yang bersifat waham (delutional interpretations).

Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa

dari luar. Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat skizofrenia.

Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan

dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata “dunia akan kiamat sebab ia

melihgat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.

Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan

cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham

dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik,

waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan sebagainya.

2. Halusinasi

Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan

gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan

sskizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi

barang-barang atau siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman

(olfaktorik), halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil).

Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang

menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun dalammakanannya

Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih sering pada psikosa akut

yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat maka biasanya pada

stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka

orang yang menakutkan.

Diatas telah dibicarakan gejala-gejala.Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak

menurun pada skizofrenia.Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas

pengalamannya dan perasaannya.Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau “double

personality”, misalnya penderita mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah meja dan

menganggap dirinya sudah tidak adalagi. Atau pada double personality seakan-akan

terdapat kekuatan lain yang bertindak sendiri didalamnya atau yang menguasai dan

menyuruh penderita melakukan sesuatu.

Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia luar

ia seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di

sekitarnya.

Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai gejala

primer.Tetapi ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya

afek dan kemauan.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis

skizofrenia adalah:

(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia. Artinya

tidak ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia.Tiap simptom

skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf

lainnya.Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan

status mental saat ini.Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk

menegakkan diagnosis skizofrenia.

(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari

perawatan sebelumnya (yang lalu).Bahkan dalam satu kali perawatanpun diagnosis

subtipe mungkin berubah.

(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang

sosial budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya

tertentu mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain.

Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan

dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan

gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien.

II.5 DIAGNOSIS

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :

(a) - “Thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,

namun kulitasnya berbeda; atau

- “Thought insertion or withdrawal”: isi pikiran yang asingdari luar masuk kedalam

pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari

luar (withdrawal); dan

- “Thought broadcasting”: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya;

(b) - “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dati luar; atau

- “delusion of influence”: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivity”: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

suatu kekuatan dari luar;

(tentang ‘dirinya”: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke

pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);

- “delusional perception”: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

(c) Halusinasi auditorik :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,

atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang

berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama

atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa

(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan

makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan-bulan terus menerus;

(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation),

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

neologisme;

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh

tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

(h) Gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja

social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi

atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,

sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

II.6 KLASIFIKASI

Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka,

dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai

spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Skizofrenia Paranoid

Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia

Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau

halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau

bunyi tawa.

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-

lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion

of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of

passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang

paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik

secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien

skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama

penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai

kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan

ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien

skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya,

respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak

ramah.Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif.Pasien skizofrenik paranoid

kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi

social.Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan

tetap intak.

2. Skizofrenia Hebefrenik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau

dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri

(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan

kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang

khas berikut ini memang benar bertahan :

- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme;

ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan

hampa tujuan dan hampa perasaan;

- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh

cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-

absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa

menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks),

keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta

inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya

menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol

(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations).Dorongan kehendak (drive)

dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga

perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan

tanpa maksud (empty of purpose).Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat

dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar

orang memahami jalan pikiran pasien.

Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

3. Skizofrenia Katatonik

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam

gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):

(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak

dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua

perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang

berlawanan);

(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

menggerakkan dirinya);

(f) Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh

dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

(g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis

terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan

katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang

memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik

untuk skizofrenia.Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan

metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan

afektif.

Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan

yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan

medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau

cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).

Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan

kedalam salah satu tipe.PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak

terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau

katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia

Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum

skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi

gambaran klinisnya); dan

(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria

untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode

depresif.Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus

tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia Residual

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi

semua :

(a) Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan

psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan

inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal

yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi

tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang

memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;

(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan

frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang

(minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;

(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi

kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus

adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala

yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan

social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan

adalah sering ditemukan pada tipe residual.Jika waham atau halusinasi ditemukan maka

hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.

7. Skizofrenia Simpleks

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada

pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :

- gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat

halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan

- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,

bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu,

tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utama pada

jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses

berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat.Jenis ini

timbulnya perlahan-lahan sekali.Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang

memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin

mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila

tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau

penjahat.

8. Skizofrenia lainnya

9. Skizofrenia YTT

Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak

berdasarkan DSM IV TR), antara lain :

Bouffe delirante (psikosis delusional akut).

Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama

gejala yang kurang dari tiga bulan.Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan

skizofreniform didalam DSM-IV.Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat

puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya

diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.

Skizofrenia laten.

Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat

konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit

mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik

skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat

mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering

merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal.

Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan

pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik.Sindroma juga

dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.

Oneiroid.

Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin

pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan

tempat.Istilah “skizofrenik oneiroid” telah digunakan bagipasien skizofrenik yang

khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan

didalam dunia nyata.Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam

memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala

tersebut.

Parafrenia.

Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk “skizofrenia paranoid”.

Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk

secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini

menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.

Pseudoneurotik.

Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti

kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan

pikiran dan psikosis.Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia,

panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau.Tidak seperti pasien yang

menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas

(free-floating) dan yang sering sulit menghilang.Didalam penjelasan klinis pasien,

mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.

Skizofrenia Tipe I.

Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif

yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya

pembicaraan.Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif

baik terhadap pengobatan.

Skizofrenia tipe II.

Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom

negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi

pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi,

anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan

kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.

II.7 DIAGNOSIS BANDING

Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat

Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan

medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat.Jika psikosis atau

katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat,

diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum, atau

gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis

nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum

perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan berbagai

macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis, bahkan tanpa

adanya gejala fisik yang jelas.Pada umumnya, pasien dengan gangguan neurologist

mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita akibat gejala

psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat membantu klinisi

untuk membedakan kedua kelompok tersebut.

Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman

umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik.Pertama, klinisi harus cukup agresif

dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala yang

tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara.Kedua, klinisi harus

berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap, termasuk riwayat

gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik.Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan

kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis

skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang sama

untuk menderita tumor otak yang menyebabkan gejala psikotik dibandingkan dengan

seorang pasien skizofrenik.

Berpura-pura dan Gangguan buatan

Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis

yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita

skizofrenia.Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan diobati di rumah

sakit psikiatrik.Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi gejalanya mungkin

memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut biasanya memilki alasan

financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila.Pasien yang kurang mengendalikan

pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan buatan

(factitious disorder).Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia seringkali secara palsu

mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih banyak

atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.

Gangguan Psikotik Lain

Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang

terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan

skizoafektif.Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama

(durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam

bulan.Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala

berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak

kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya.Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang

tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama

skizofrenia.

Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh

(nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia

lainnya atau suatu gangguan mood.

Gangguan Mood

Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting

karena tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi.Gejala

afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala

primer.Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus

menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya

membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.

Gangguan Kepribadian

Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia;

gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan kepribadian

dengan gejala yang paling mirip.Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia,

mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup

pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.

II.8 PERJALANAN PENYAKIT

Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid.Biasanya

simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya

simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa bulan.Adanya

perubahan social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom gangguan.Masa

prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom

psikotik yang terlihat.

Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi.Setelah sakit

yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi),

keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan.Namun yang terjadi biasanya adalah

pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien

mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh.

Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, dan ini bisa berlangsung

seumur hidup.

Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada,

sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah.

Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai

anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang

tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu

persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam

perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri,

tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir

idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap paranoid

dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan bola mata yang abnormal,

menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain, Mempunyai riwayat

epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh

yang jelek dan tonus otot yang jelek.

II.9 PROGNOSIS

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10

tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya

kira-kira 10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50%

pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit

yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri.

Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu

memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan

prognosis yang baik.

Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60%

dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia

mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus

mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna

oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:

1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.

2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.

3. Tipe

skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.

4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.

5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.

6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.

7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.

8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

II.10 PENATALAKSANAAN

Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat

Faktor pencetus yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik

Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Sistem pendukung yang baik

Gejala positif

Onset muda

Tidak ada factor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat social dan pekerjaan premorbid yang buruk

Prilaku menarik diri atau autistic

Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologist

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian saat

mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu :

1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang mempunyai sifat

individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.

2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar monozigotik

adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk menyarankan

bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak diketahui tetapi kemungkinan

spesifik telah berperan dalam perkembangan gangguan.

3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan terapetik

tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan gangguan yang

memiliki berbagai segi.

Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,

penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikkan

klinis.

Perawatan di Rumah Sakit

Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :

1. Untuk tujuan diagnostik.

2. Menstabilkan medikasi.

3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.

4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.

5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan

system pendukung masyarakat.

Sejak diperkenalkan diawal tahun 1950-an medikasi antipsikotik telah

menyebabkan revolusi dalam pengobatan skizofrenia.Tetapi, antipsikotik mengobati

gejala gangguan dan bukan suatu penyembuhan skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka

menyusun aktivitas harian mereka.Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada

keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.

Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah

masalah kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan dan hubungan

sosial. Perawatan di rumah sakit harus di arahkan untukk mengikat pasien dengan

fasilitas pasca rawat termasuk keluarganya, keluarga angkat, board and care homes, dan

half way house. Pusat perawatan di siang hari ( day care center ) dan kunjungan rumah

kadang-kadang dapat membantu pasien tetap di luar rumah sakit untuk periode waktu

yang lama dan dapat memperbaiki kualitas kahidupan sehari-hari pasien.

Terapi Somatik

Antipsikotik

Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu:

1. Antagonis reseptor dopamine

2. Risperidone ( ris perdal )

3. Clozapine ( clozaril )

Pemilihan Obat

1. Antagonis Reseptor Dopamin

Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia. Obat

ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:

1.a. Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah

fungsi mental yang cukup normal.

b. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial adalah tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.

“ Remoxipride “ adalah antagonis reseptor dopamin dari kelas yang berbeda dari pada

antagonis reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia.Awalnya obat ini disertai efek

samping neurologist yang bermakna, tetapi akhirnya remoxipride disertai dengan

anemia aplastik, jadi membatasi nilai klinisnya.

2. Risperidone

Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna

pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ).

Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena

kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor

dopaminergik yang tipikal.

3. Clozapine

Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif.Mekanisme kerjanya belum

diketahui secara pasti.Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap reseptor D2

tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas

antagonistic pada reseptor serotogenik.Agranulositosis merupakan suatu efek

samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks

darah.Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive

dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai

dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut.

Prinsip-Prinsip Terapetik

1. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati

2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus

digunakan lagi.

3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu pada dosis

yang adekuat.

4. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah jarang

diindikasikan.

5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang diperlukan

untuk mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik.

Pemeriksaan Awal

Obat antipsikotik cukup aman jika diberikan selama periode waktu yang cukup

singkat.Dalam situasi gawat, obat ini dapat diberikan kecuali clozapine, tanpa melakukan

pemeriksaan fisik atau laboratorium pada diri pasien. Pada pemeriksaan biasa harus

didapatkan hitung darah lengkap dengan indekss sel darah putih, tes fungsi hati dan ECG

khususnya pada wanita yang berusia lebih dari 40 tahun dan laki-laki yang berusia lebih

dari 30 tahun.

Kontraindikasi Utama Antipsikotik:

1. Riwayat respon alergi yang serius

2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi dengan

antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.

3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.

4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan aktivitas

antikolinergik yang bermakna.

Kegagalan Pengobatan

1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alas an utama untuk terjadinya relaps

dan kegagalan percobaan obat.

2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.

Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi antipsikotik,

dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang berbeda dari obat yang

pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi antipsikotik dengan lithium (eskalith),

suatu antikonvulsan seperti carbamazepine atau valproate (depakene), atau suatu

benzodiazepine. Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan, karena

hamper tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.

Obat Lain

Lithium

Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50 persen pasien

dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk dicoba pada pasien

yang tidak mampu menggunakan medikasi antipsikotik.

Antikonvulsan

Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam kombinasi

dengan lithium atau suatu antipsikotik.Walaupun tidak terbukti efektif dalam

menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika digunakan sendiri-sendiri

mungkin efektif dalam menurunkan episode kekerasan pada beberapa pasien

skizofrenia.

Benzodiazepin

Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi pasien yang tidak

berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan pasien skizofrenia yang berespon

terhadap dosis tinggi diazepam ( valium ) saja. Tetapi keparahan psikosis dapat di

eksaserbasi seteloah putus dari benzodiazepine.

Terapi Somatik Lainnya

Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi

pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik ( kurang efektif ).

Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah yang paling mungkin

berespon.

Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma yang di timbulkan insulin (insulin-

induced coma) dan koma yang ditimbulkan barbiturat (barbiturate-induced coma).

Terapi Psikososial

Terapi Perilaku

Tehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social untuk

meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,

dan komunikasi interpersonal.

Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk

hal-hal yang diharapkan.Dengan demikian frekuensi perilaku mal adaptif atau

menyimpang dapat diturunkan.

Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning )

Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi ini dapat

secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan alami

bagi terapi farmakologis. Latihan keterampilan ini melibatkan penggunaan kaset

videon orang lain dan pasien permainan simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan

pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah dilakukan.

Terapi Berorientasi Keluarga

Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasik dan

menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan.Jika masalah memang

timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah

secara cepat.

Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga

adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.

Di dalam session keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus mengendalikan

intensitas emosional dari session.

BAB III

KESIMPULAN

1. Skizofrenia adalah suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

1. Psikopatologi skizofrenia:

- Faktor Ditesis-stress

- Neurobiologi

- Genetika

- Faktor Psikososial

1. Klasifikasi skizofrenia:

- Skizofrenia paranoid

- Skizofrenia hebefrenik

- Skizofrenia katatonik

- Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)

- Depresi pasca skizofrenia

- Skizofrenia residual

- Skizofrenia simpleks

- Skizofrenia lainnya

- Skizofrenia YTT

1. Diagnosis Skizofrenia:

- Gejala karakteristik : dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian

waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan

berhasil) waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau

katatonik yang jelas, gejala negative

- Sosial / Pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan , satu atau

lebih fungsi utama seperti pekerjaan, disfungsi hubungan interpersonal, atau perawatan

diri, adalah jelas dibawah tingkat yang dicapai sebelum onset.

- Durasi :tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan, termaksud

sekurangnya satu bulan gejala.

- Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood.

- Penyingkiran zat/ kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis

langsung dari suatu zat (mis: obat yang disalahgunakan).

- Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive jika terdapat riwayat adanya

gangguan autistic atau gangguan perkembangn pervasive lainnya, diagnosis tambahan

skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan

untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika berhasil diobati).

5. Gejala klinik skizofrenia:

Gejala-gejala khas yang meliputi berrbagai hal psikologis yaitu :

Isi pikiran: gangguan utama isi pikiran adalah waham yang majemuk, terpecah atau aneh,

misalny berupa waham kejar dan waham yang menyangkut dirinya (delusion of

reference).

Bentuk pikiran : adanya gangguan pikiran formal, berbentuk sebagai asosiasi longgar,

inkoherensi, kemiskinana pembicaraan, dll.

Persepsi : Gangguan utama adalah berbagai jenis halusinasi, tetapi yang paling sering

adalah halusinasi dengar.

Afek : Sering kali berupa afek datar atau tidak serasi.

Rasa kesadaran diri : Sering bermanifestasi sebagai rasa perpleksitas yang parah tentang

identitas dirinya dan makna eksistensinya.

Dorongan kehendak(“volition “) : Gangguan dapat berupa minat atau dorongan yang tidak

adekuat.

Hubungan dengan dunia luar : sering terjadi kecenderungan untuk menarik diri dari dunia

luar, berpreokupasi pad aide dan egosentrik dan apabila keadaanya parah maka jatuh

kedalam autisme.

Tingkah laku psikomotor : Ganggaun tingkah laku psikomotor bisa beraneka ragam, dapat

berupa berkurangnya gerakan dan aktivitas spontan atau dapat pula berupa gerakan

motorik yang berlebihan.

Gambaran penyerta : Hampir semua gejala dapat timbul sebagai gambaran penyerta,

misalnya : individu tampak kehilangan akal (perplexed), berpakaian atau berdandan

eksentrik, aktivitas motorik yang tidak wajar, afek yang tidak menyenangkan,

depersonalisasi, derealisasi dan gagasan yang mirip waham yang menyangkut dirinya.

1. Diagnosis banding skizofrenia:

- Gangguan mood

- Gangguan kepribadian

- Gangguan psikotik lainnya

- Gangguan psikotik sekunder dan akibat obat

1. Penatalaksanaan skizofrenia:

- Perawatan rumah sakit

- Terapi somatik

- Terapi psikososial

- Terapi blitzkrieg

1. Prognosis : tergantung dari berbagai factor, antara lain : onset, factor pencetus, riwayat keluarga, system pendukung, gejala, riwayat sosial, seksual,dll

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock: ”Skizofrenia” dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729.

2. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal 46-51.

3. W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Airlangga,1980, hal:215-35

4. Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3, Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001, hal 14-23.

5. Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa, Penerbit FKUI, Jakarta, 2003.

6. http://www.schizophrenia.com

7. http://www.e-psikologi.com

8. http://www.savalintar.com

9. http://www.idionline.org/infoidi-

10. http://www.medicastore.com/cybermed

z