proposal pengajuan tugas akhir

Upload: riza-yudha-niks

Post on 30-Oct-2015

126 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tugas akhir teknik sipil

TRANSCRIPT

  • USULAN PENELITIAN

    1. a. Judul Penelitian : Pengaruh Penggunaan Tulangan Bambu Pitung

    Terhadap Kuat Lentur Beton

    b. Bidang Ilmu : Teknik Sipil, Sub Bidang Teknik Beton

    2. Peneliti

    Nama : Wira Purnomo

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    NIM : 077 011 021

    Fakultas/Jurusan : Teknik/Sipil

    3. Alamat Peneliti : Laboratorium Teknik Sipil Fakultas

    TeknikUniversitas Siliwangi Tasikmalaya

    4. Lokasi Penelitian : Laboratorium Teknik Sipil Fakultas

    TeknikUniversitas Siliwangi Tasikmalaya

    5. Lama Penelitian : 4 (empat) bulan

    Tasikmalaya, Juli 2012

    Peneliti,

    Wira Purnomo

  • A. JUDUL PENELITIAN

    Pengaruh Penggunaan Tulangan Bambu Pitung Terhadap Kuat Lentur

    Beton.

    B. BIDANG ILMU

    Teknik Sipil, Beton

    C. PENDAHULUAN

    Beton mempunyai kekuatan tekan yang cukup besar, namun sangat lemah

    terhadap tarik. Karena itu penggunaan beton selalu dipadukan dengan bahan yang

    mempunyai kuat tarik tinggi yaitu baja. Beton dengan tulangan baja adalah

    perpaduan yang sangat kuat, sehingga beton bertulang banyak digunakan sebagai

    bahan bangunan. Fenomena diatas ternyata menimbulkan permasalahan baru yaitu

    baja yang selama ini dijadikan sebagai tulangan merupakan bahan tambang yang

    tidak dapat diperbaharui, sehingga keberadaannya suatu saat akan habis.

    Dalam upaya pencarian alternatif, dilakukan penelitian-penelitian, antara

    lain terhadap material pengganti berupa hasil alam yaitu bambu. Bambu

    merupakan hasil alam yang dapat diperoleh dengan mudah dan mempunyai

    kekuatan tarik yang sangat tinggi.

    Dengan memanfaatkan bambu sebagai pengganti tulangan dalam beton ini

    dimaksudkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kuatlentur beton.

    Penambahan bambu ini tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan untuk

    menekan biaya pembuatannya dan memanfaatkan bambu yang sudah tersedia di

    alam, tapi perlu dilakukan dengan uji coba di Laboratorium.

  • D. PERUMUSAN MASALAH

    Pencampuran bahan beton berdasarkan langkah-langkah SNI dan kuat

    lentur beton direncanakan sebesar K 225 / 19,3 Mpa.

    E. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Air

    Air adalah alat untuk mendapatkan kelecakan yang perlu untuk penuangan

    beton. Jumlah air yang diperlukan untuk kelecakan tertentu tergantung pada sifat

    material yang digunakan. Hukum kadar air konstan mengatakan: Kadar air yang

    diperlukan untuk kelecakan tertentu hampir konstantanpa tergantung pada jumlah

    semen, untuk kombinasi agregat halus dan kasar tertentu. Hukum ini tidak

    sepenuhnya berlaku untuk seluruh kisaran ( range), namun cukup praktis untuk

    penyesuaian perencanaan dan koreksi.

    Air yang diperlukan dipengaruhi faktor-faktor dibawah ini :

    a. Ukuran agregat maksimum : diameter membesar kebutuhan air menurun (

    begitu pula jumlah mortar yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit ).

    b. Bentuk butir : bentuk bulat kebutuhan air menurun ( batu pecah perlu lebih

    banyak air ).

    c. Gradasi agregat : gradasi baik kebutuhan air menurun untuk kelecakan yang

    sama.

    d. Kotoran dalam agregat : makin banyak silt, tanah liat dan lumpur kebutuhan

    air meningkat.

    e. Jumlah agregat halus ( dibandingkan agregat kasar, atau h/k ) : agregat halus

    lebih sedikit kebutuhan air menurun.

  • Pada pengerjaan beton, air mempunyai peranan yang menentukan untuk

    keberhasilan dari perencanaan beton. Perbandingan jumlah air dan semen sangat

    mempengaruhi mutu beton itu sendiri, jika perbandingan air tidak proporsional,

    kualitas air harus diperhatikan, air yang kotor dapat mempengaruhi pengikatan

    semen, pengurangan kekuatan beton dan korosi pada tulangan.

    Dimana :

    Ws : Berat semen

    Wa : Bertar air (table terlampir )

    Fas : faktor air semen dalam penelitian ini fas diambil = 0,5

    2. Semen

    Peranan semen dalam beton berfungsi sebagai bahan pengikat antara

    agregat kasar dengan agregat halus, sehingga menghasilkan bentuk yang

    direncanakan.Semen akan berreaksi dan akan mengeras bila tercampur air, oleh

    karena itu semen tersebut dinamakan semen hidrolis.

    Adapun tipe-tipe semen adalah sebagi berikut :

    Tipe I

    Semen biasa ( normal cemen ). Digunakan untuk pembuatan beton bagi

    konstruksi beton yang tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat lingkungan yang

    mengandung bahan-bahan sulfat. Pemakaian semen tipe 1 umumnya dipakai

    pada kontruksi beton untuk pembangunan : jalan, bangunan, beton bertulang,

    jembatan, waduk.

  • Tipe II

    Semen tipe II digunakan untuk pemecahan serangan sulfat dari lingkungan,

    seperti dipakai pada sistem drainase, waduk dengan kadar konsentrasi sulfat

    tinggi didalam air tanah.

    Tipe III

    Semen tipe III adalah jenis semen dengan waktu pengerasan yang cepat ( high

    earlt-strenght Portland cement ), umumnya pada waktu kurang dari seminggu

    digunakan pada struktur bangunan yang acuan perencanaannya harus segera

    dibuka dan akan segera dipakai.

    Tipe IV

    Semen tipe IV adalah semen dengan hidrasi panas rendah, yang digunakan

    pada struktur-struktur bangunan air seperti : Dam, Bendungan dimana panas

    yang terjadi waktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi kebutuhan beton.

    Tipe V

    Semen tipe V adalah semen penangkal sulfat. Digunakan pada lingkungan

    yang mengandung sulfat, terutama pada tanah atau air yang mengandung kadar

    sulfat yang tinggi.

    3. Agregat

    Agregat mempunyai peranan yang sangat penting, baik terhadap harga

    maupun kualitas dari beton, karena tidak kurang dari 65% - 70% dari volume total

    beton adalah terdiri dari volume agregat. Oleh karena itu dengan menggunakan

    komposisi agregat semaksimal mungkin, maka akan diperoleh harga beton yang

    murah dengan kualitas yang baik. Berdasarkan distribusi kumpulam butirannya,

  • agregat dapat dibedakan berdasarkan dua macam yaitu agregat kasar dan agregat

    halus. Sifat dan karakteristik agregat sangat menentukan kualitas akhir dari beton

    yang akan dikerjakan. Agregat dengan ukuran yang lebih halus memerlukan

    pemakaian semen yang lebih banyak bila dibandingkan dengan penggunaan

    butiran yang berukuran lebih besar.

    a. Agregat Halus

    Agregat halus adalah pasir alam atas hasil dari diseintegrasi butiran alam (

    natural sand ). Sekarang ini sudah ada pasir batuan dengan cara memecahkan

    batuan dengan ukuran tertentu seperti halnya pasir alam ( dertifical sand ).

    Pasir alam dinamakan berdasarkan asal pembentukannya. Adapun jenis-jenis

    pasir diantaranya sebagai berikut :

    1. Pasir sungai.

    2. Pasir laut.

    3. Pasir galian.

    4. Pasir dune (bukit-bukit pasir yang dibawa angin ketepi pantai).

  • DAERAH SUSUNAN BUTIR NO 1

    Bera

    t K

    onkula

    tif agre

    gat lo

    los s

    aringan (

    %)

    (# 100) (50) (30) (16) (8) (4) (3/8") (3/4")

    UKURAN MATA AYAKAN

    10

    34

    70

    20

    90

    5

    15

    30

    60

    95

    DAERAH SUSUNAN BUTIR NO 2

    Be

    rat

    Ko

    nku

    latif

    ag

    reg

    at

    lolo

    s s

    ari

    ng

    an

    (%

    )

    (# 200) (# 100) (50) (30) (16) (8) (4) (3/8") (3/4")

    UKURAN MATA AYAKAN

    10

    55

    90

    30

    90

    5

    35

    59

    75

  • Sumber :Syaefei Amri,1991

    DAERAH SUSUNAN BUTIR NO 3

    Be

    rat

    Ko

    nku

    latif

    ag

    reg

    at

    lolo

    s s

    ari

    ng

    an

    (%

    )

    (# 200) (# 100) (50) (30) (16) (8) (4) (3/8") (3/4")

    UKURAN MATA AYAKAN

    10

    75

    90

    40

    12

    85

    50

    79

    DAERAH SUSUNAN BUTIR NO 4

    Be

    rat K

    onku

    latif

    agre

    gat

    lolo

    s s

    arin

    gan

    (%

    )

    (# 200) (# 100) (50) (30) (16) (8) (4) (3/8") (3/4")

    UKURAN MATA AYAKAN

    15

    85

    95

    12

    95

    50

    70

  • Dalam penelitian ini landasan yang dipakai untuk pemeriksaan agregat

    harus mengacu pada SNI dimana pemeriksaan agregat halus meliputi :

    1. Bobot Isi

    Dalam pemeriksaan bobot isi terdiri dari dua pemeriksaan yaitu bobot isi

    lepas serta padat dengan ketentuan rumus yang diberlakukan adalah :

    2. Berat jenis dan Peresapan

    Untunk ketentuan rumus yang diberlakukan terhadap berat jenis adalah :

    Untuk rumus yang diberlakukan pada peresapan adalah :

    Dimana:

    Bj : Berat Contoh JKP

    Ba : Berat Piknometer + air

    Bt : Berat Piknometer + air + Contoh

    Bk : Berat Contoh Kering

  • 3. Kadar Lumpur

    Perhitungan kadar lumpur ini menggunakan dua cara :

    - Menggunakan saringan 200

    Dimana:

    A : Berat kering sebelum dicuci

    B : Berat kering tertahan saringan No 200 setelah dicuci

    - Dengan menggunakan gelas ukur

    Dimana :

    V1 : Tinggi lumpur

    V2 : Tinggi pasir

    4. Analisa Saringan

    Pemberlakuan rumus adalah :

    Dimana :

    A : Nomor saringan

    B : Berat saringan

    C : Berat saringan + tertahan

    D : Berat tertahan

  • b. Agregat Kasar

    Agregat kasar adalah kerikil sebagai disintegrasi secara alami dari batu asli

    atau berupa batuan pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu. Menurut

    asalnya kerikil dapat dibedakan atas :

    Kerikil galian, kerikil sungai dan kerikil pantai.

    Berdasarkan bentuk dan faktor permukaan agregat kasar pada umumnya dapat

    dibedakan sebagai berikut :

    Bundar

    Persegi

    Bundar memanjang

    Pipih dan memanjang

    Bentuk tidak beraturan (irregular)

    Dalam pelaksanaannya pemeriksaan agregat memakai rumus berdasarkan SNI

    yang meliputi sebagai berikut :

    1. Bobot Isi

    Dalam pemeriksaan bobot isi terdiri dari dua pemeriksaan yaitu bobot isi

    lepas serta padat dengan ketentuan rumus yang diberlakukan adalah :

    2. Berat jenis dan Peresapan

    Untuk ketentuan rumus yang diberlakukan terhadap berat jenis adalah :

  • Untuk rumus yang diberlakukan pada peresapan adalah :

    Dimana:

    Bj : Berat Contoh JKP

    Ba : Berat Piknometer + air

    Bt : Berat Piknometer + air + Contoh

    Bk : Berat Contoh Kering

    3. Analisis saringan Agregat Kasar

    Tabel Persyaratan batas-batas susunan besar butir agregat kasar

    Ukuran Mata Ayakan

    (mm)

    Presentase Berat bagian Yang Lewat Ayakan

    Ukuran Normal Agregat (mm)

    11/2"

    (40 mm) 3/4" (20mm) 3/8" (10mm)

    11/2" 95-100 100

    3/4" 37-70 95-100 100

    3/8" 10-40 30-60 50-85

    No 4 0-5 0-10 0-10

    Sumber : PBI-1971

    4. Kualitas agregat kasar

    Pemeriksaan dilakukan dengan tiga pelaksanaan pemeriksaan yaitu :

    Abrasi ( keausan )

    Rumus yang diberlakukan adalah :

    Dimana :

    A : Berat beban uji sebelum diuji

    B : Berat benda uji setelah diuji tertahan saringan no

  • 4. Bambu

    Bambu merupakan tanaman ordo Bambooidae yang pertumbuhannya

    cepat dan dapat dipanen pada umur sekitar 3 tahun. Pada masa pertumbuhan,

    bamboo dapat tumbuh vertical 5 cm perjam atau 120 cm perhari (Morisco, 1996).

    Umur panen yang relative singkat tersebut memberikan optimism bahwa

    pemakaian bamboo berbagai keperluan dapat dengan mudah tercukupi.

    5. Beton secara umum

    Beton dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Beton sederhana

    diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air , agregat halus dan

    agregat kasar dan dituangkan dalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan

    mengeras menjadi seperti batuan atau disebut beton. Dalam adukan beton air dan

    semen membentuk pasta yang mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat

    halus juga bersifat sebagai pengikat dalam proses pengerasan sehingga butiran-

    butiran agregat saling terikat dengan kuat dan membentuk suatu massa yang

    padat.

  • Sebagai bahan kontruksi, beton mempunyai kelebihan dan kekurangannya

    dibandingkan dengan bahan lainnya. Kelebihan beton menurut Kardiyono

    Tjokrodimuljo,1995 adalah sebagi berikut :

    1. Harganya relatif murah karena bahan-bahannya dari bahan lokal.

    2. Kekuatan Lenturnya tinggi.

    3. Beton segar mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk yang bervariasi

    sesuai dengan keinginan.

    4. Dikombinasikan dengan tulangan baja dapat menahan gaya tarik.

    5. Beton segar dapat disemprotkan kepermukaan beton lama.

    6. Beton segar dapat dipompa sehingga memungkinkan untuk dituangkan pada

    tempat yang sulit dijangkau.

    7. Tahan aus dan kebakaran sehingga perawatannya mudah.

    Kekurangan-kekurangan dari beton antara lain sebagai berikut :

    1. Mempunyai kuat Lentur yang rendah sehingga mudah retak.

    2. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang saat

    basah.

    3. Beton keras mengembang karna pengaruh suhu.

    4. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna.

  • a. Sifat Beton

    Sifat beton adalah sangat baik menahan gaya Lentur dan sangat lemah

    menahan gaya tarik. Untuk mengatasi masalah diatas perlu menambahkan bahan

    yang dapat menahan gaya tarik yang biasa digunakan adalah dengan penulangan

    baja. Sifat beton yang diharapkan setelah mengering ( Mosley dan Bungey,1989

    )adalah sebagai berikut :

    1. Mempunyai sifat mekanik yang tinggi.

    2. Kekompakan baik.

    3. Volume yang stabil.

    4. Kekedapan yang baik.

    Pada saat pembuatan campuran bahan, beton memiliki sifat plastis,

    sedangkan bila campuran itu telah kering maka akan terjadi keras dan kaku.

    Campuran beton segar dapat dikatakan memiliki sifat yang baik bila memenuhi

    persyaratan campuran yang utama yaitu mempunyai kemampuan mudah untuk

    dikerjakan ( workability ). Kemudahan campuran bahan-bahan pembekuan beton

    tidak dapat dirumuskan secara pasti untuk semua bahan baku, semua jenis

    lingkungan dan cuaca disekitar lokasi pekerjaan. Dengan demikian dapat

    dipahami bahwa sifat kemudahan untuk dikerjakan merupakan permasalahan yang

    komplek, dimana bergabung sifat-sifat alami dan faktor-faktor lain yang secara

    kebetulan terjadi pada saat pengerjaan.

    Pengecoran beton pada bekisting sering diikuti dengan mekanisme

    pemisahan air dari campuran ( bleeding ) akibat proses pengendapan butiran-

    butiran agregat kasar dan air mengambang pada permukaan cetakan. Setelah dicor

  • partikel semen akan terus mengendap mengikat agregat kasar, agregat halus dan

    bahan pengisi lainnya yang akan menjadikan beton keras. Dalam perawatan beton

    setelah pengecoran sering disiramkan air, bahan untuk penelitian di Laboratorium

    beton direndam sebelum diuji.

    b. Kualitas beton

    Kualitas beton tergantung dari bahan pembentukannya disamping juga

    sangat dipengaruhi dalam proses pembentukannya. Dengan bahan yang berbeda

    kadang kualitas beton yang dihasilkan berbeda. Dalam proses pembuatan beton

    cuaca dan keadaan lingkungan juga mempengaruhi kualitas beton. Secara umum

    faktor-faktor yang mempengaruhi beton sebagai berikut :

    - Faktor air semen dan kepadatan.

    - Gradasi agregat.

    - Kekerasan agregat.

    - Jenis dan kualitas semen.

    - Cara pemadatan.

    - Pemeliharaan.

    - Umur beton.

    1. Kualitas Beton Basah

    a) Workability

    Isitilah workability dalam campuran beton masih memberikan istilah

    yang umum. Untuk dapat mengetahui sifat lebih lanjut, ada tiga buah

    istilah yang identik dengan istilah workability.

  • Kompactibilityadalah sifat kemampuan beton untuk

    dipadatkan dan rongga-rongga udara diambil.

    Mobilitasadalah sifat beton untuk dialirkan kedalam cetakan

    sekitar baja dan dituangkan kembali.

    Stabilitasadalah sifat beton untuk tetap sebagi massa yang

    bersifat homogen, kohesi dan stabil selama dikerjakan dan

    digetarkan tanpa terjadi segregasi/ pemisahan butiran

    agregat dari bahan-bahan yang halus.

    b) Segregasi

    Adalah pemisahan dari berbagai pilihan campuran yang disebabkan

    oleh ukuran partikel dari berat jenis relatif yang berbeda. Segregasi

    berhubungan erat dengan ketidak sempurnaan dalam kontruksi beton

    seperti keropos, lemah lapisan yang berpori, permukaan bersisik dan

    goresan pasir. Pengaruh segregasi dapat diatasi dengan mengatur

    butiran gradasi agregat atau dengan cara menurunkan perbandingan

    air, semen dengan mengeratkannya dengan mengubah susunan

    gradasi dan kadar semen. Dengan cara ini campuran yang dihasilkan

    masih tetap mempunyai kemudahan untuk dikerjakan.

    c) Bleeding

    Adalah mekanisme pemisahan air dari campuran. Penyebab

    pemisahan air dari campuran diakibatkan proses pengendapan

    butiran agregat sehingga air mengambang dipermukaan campuran.

    Proses pemisahan terjadi setelah setelah proses pengecoran beton

  • pada bekisting. Proses bleeding akan menghasilkan campuran beton

    dengan kualitas yang rendah.Proses bleeding dapat dikurangai

    dengan menambahkan kadar semen, menggunakan semen yang

    berbutir sangat halus atau dengan menambahkan pozzolana. Akan

    tetapi penambahan kadar semen dengan berbutir yang sangat halus

    akan berpengaruh terhadap penyusutan kering dan retakan setelah

    beton mengeras.Tindakan lain yang harus dilakukan adalah

    menurunkan kadar air. Penurunan kadar air ini dapat menurunkan

    sifat kemudahan dalam pengerjaan, akan tetapi ini dapat diatasi

    dengan memberikan bahan pembentukan gelembung-gelembung

    udara. Tindakan ini sekaligus akan mengaruhi pengaruh susut kering

    dan retakan setelah beton mengeras. Akan tetapi yang menarik

    adalah bahwa ukuran agregat tidak mempengaruhi proses bleeding.

    d) Uniform ( Pemerataan Penyebaran )

    Dalam pembuatan campuran beton, terjadi perataan penyebaran

    diantara bahan-bahan campuran beton tersebut. Misalnya agregat

    menyebar secara merata, tidak mengumpul atau tidak mengumpul

    pada salah satu bagian beton. Bila terjadi penyebaran tidak merata,

    maka beton tersebut tidak akan sama kekuatannya disetiap bagian

    dari beton tersebut.

  • 2. Beton Kualitas Kering

    a) Kekuatan

    Kekuatan beton ditentukan dengan cara menghitung beberapa beban

    aksial maksimum yang dipikul oleh suatu penampang beton. Beban

    aksil yang mungkin terjadi pada suatu penampang adalah aksial tarik

    dan Lentur. Biasanya penentuan kemampuan beton menerima beban

    aksial dilakukan dengan melakukan benda uji yang berbentuk kubus

    atau silinder yang dibuat dari campuran beton yang sedang

    dikerjakan atau campuran uji ketika merancang campuran beton.

    Benda uji yang akan diperiksa harus direndam didalam air untuk

    menjaga suhu beton dan baru akan dikeluarkan ketika akan

    dilakukan pengujian. Pengujian dapat dilakukan pada saat benda uji

    dalam keadaan jenuh kering permukaan ( SSD ).

    b) Keawetan

    Untuk kegunaan beton biasanya dibatasi oleh pengaruh-pengaruh

    yang berusaha untuk memecahkannya ( Kardiyono

    Tjokrodimulyo,1955 ), seperti :

    1. Pengaruh cuaca berupa hujan dan pembekuan pada musim

    dingin, saat pengembangan dan penyusutan yang disebabkan

    basah dan kering silih berganti.

    2. Polusi atmosfir yang biasa disebabkan oleh pembuangan asap

    batubara, gas, asap kendaraan, dan gas asam dari cerobong

    pabrik.

  • 3. Daya perusak kimiawi oleh bahan-bahan seperti air laut,

    kontruksi tanah yang rusak , rawa-rawa dan air limbah lainnya.

    4. Mengalami kikisan dari orang yang berjalan kaki dan

    lalulintas, gerakan ombak laut oleh partikel-partikel air dan

    angin.

    6. Perencanaan campuran ( mix design )

    Tujuan utama mempelajari sifat-sifat beton adalah perencanaan campuran

    ( mix design ), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai, serta

    menentukan proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang

    ekonomis dengan kualitas yang baik.

    Syarat-syarat beton keras ditentukan oleh jenis struktur dan teknik

    pengecoran ( peletakan , pengangkutan, dan pemadatan ). Kedua hal ini

    menentukan komposisi dari campuran dengan memperhatikan derajat pengawasan

    dilapangan.

    a. Prosedur umum

    Prosedur perencanaan meliputi 3 tahap. Tahap pertama adalah

    mengumpulkan persyaratan penggunaan struktur beton tersebut, kondisi

    lingkungannya, ukuran penampang, dsb. Dari persyaratan tersebut ditentukan data

    tahap kedua yang merupakan dasar perencanaan campuran, yaitu kuat rencana,

    slump, ukuran butir terbesar dsb. Dari dasar inilah perhitungan dibuat yaitu tahap

    ketiga. Ada berbagai metode yang bisa digunakan pada tahap ini.

  • Sebelum suatu campuran diproporsi, perlu informasi tentang tujuan

    penggunaan beton, kondisi exposure, ukuran dan bentuk section, sifat fisik beton (

    seperti kekuatan ) yang dibutuhkan untuk struktur. Tidak hanya kekuatan dan

    workability saja. Beton yang terekspose kepada kelengasan, frost atau bahan

    agresif dalam tanah, misalnya harus direncanakan pada Faktor air-semen yang

    lebih rendah, untuk membuat kedap air dan mempunyai ketahanan.

    Persyaratan

    1. Jenis struktur

    2. Kondisi lingkungan

    3. Ukuran penampang

    4. Kualitas material

    5. Koefisien variasi

    Dasar perencanaan

    1. Ukuran butir terbesar

    2. Slump

    3. Kekuatan rencana

    4. Ketahanan

    5. Kelecakan

    6. Kekuatan semen

    7. Jenis admixture

  • Perhitungan

    1. Faktor air-semen

    2. Jumlah air

    3. Faktor semen-agregat

    4. Hitung semua proporsi

    Ekonomis

    Mix design selain harus memenuhi syarat-syarat diatas, juga harus ekonomis.

    Mengingat harga semen beberapa kali lebih mahal dari agregat, maka

    perencanaan campuran mengarah kepada pemakaian semen sesedikit

    mungkin. Batas bawah kebutuhan semen sering disebut kadar semen

    minimum. Ia memberi keyakinan untuk workability dan ketahanan.

    Supaya ekonomis, jumlah semen harus minimum tanpa mengorbankan

    kualitas. Karena kualitas terutama tergantung pada Faktor air-semen, maka

    kadar air juga harus minimum untuk mengurangi kebutuhan semen.

    Jadi langkah untuk meminimalisasi kebutuhan air dan semen adalah

    menggunakan :

    1. Campuran yang sekaku mungkin

    2. Agregat terbesar sebesar mungkin

    3. Faktor agregat halus/agregat kasar yang optimum

  • 7. Kuat Tarik Beton

    Untuk menguji kuat tarik beton, digunakan benda uji pada umur 28 hari,

    sedang proporsi campurannya dirancang berdasarkan perancangan adukan.

    Pengujian kuat tarik beton lebih sulit disbanding dengan pengujian kuat tekan

    beton. Tersedia beberapa metode, dan yang paling sering digunakan untuk

    pengujian ini adalah pengujian belah silinder (Nawy, 1990). Menurut ASTM

    C496, pengujian tersebut dilakukan dengan memberikan pembebanan pada sisi

    silinder sampai pecah atau terbelah. Tegangan tarik yang timbul sesaat benda uji

    terbelah disebut split cylinder strength, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    fct = (2P) / (LD)

    Keterangan : fct = kuat tarik silinder

    P = pembebanan

    = 3,14

    L = panjang silinder beton

    D = diameter silinder

    8. Kuat Lentur Beton

    Pembebanan pada pengujian kekuatan Lentur uniaksial termasuk jenis

    pembebanan static monotonic (beban relative konstan). Pengujian kekuatan

    Lentur menggunakan standar ASTM c39-86 Standard Test Method For

    Compressive Cylindrical Concrete Specimens (ASTM, 1993).

    Kuat Lentur beton pada umur tertentu dapat dihitung dengan menggunakan

    persamaan:

    F =

    Dimana: F = Kuat Lentur beton pada umur tertentu (kg/cm2)

    M = Momen Maksimal (kg.cm)

    C = jarak garis netral ketepi beton (cm2)

    I= Inersia Penampang (cm4)

  • F. TUJUAN PENELITIAN

    - Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kuat beton

    terhadap gaya Lentur dengan penambahan bahan tulangan bambu.

    - Manfaat kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan:

    a. Bagi Penulis

    Untuk penulis sendiri manfaat yang dihasilkan bisa dijadikan suatu bahan

    perbandingan study antara teori dan pelaksanaan dilapangan dan

    merupakan suatu bahan tersendiri dengan hasil yang diharapkan sesuai

    dengan rancangan.

    b. Bagi Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Siliwangi

    Hasil yang diperoleh dari penelitian beton dengan menggunakan tulangan

    bambuini bisa dijadikan suatu bahan dasar bagi kelanjutan penelitian

    yang akan dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam kegiatan penelitian

    khususnya generasi mahasiswa fakultas Teknik Universitas Siliwangi.

    c. Bagi Lembaga Fakultas Teknik

    Hasil yang diperoleh dapat dijadikan tolak ukur kemajuan fakultas serta

    dapat dijadikan referensi maupun tinjauan pustaka bagi yang

    memerlukan dan sebagai dasar ilmu untuk penelitian sifatnya study

    banding.

    d. Bagi Masyarakat Umum

    Kesimpulan akhir dari penelitian ini dapat dijabarkan kepada masyarakat

    mengenai layak atau tidaknya tulangan bambuini untuk menekan harga

    beton tetapi mempunyai kekuatan lentur yang aman seperti beton standar.

  • G. PEMBATASAN MASALAH

    Ruang lingkup permasalahan yang dibahas pada penelitian ini yaitu :

    1. Sejauh mana pengaruh tulangan bambuterhadap lentur beton.

    H. KONTRIBUSI PENELITIAN

    Hasil penelitian dan analisa ini yang membahas tentang perbandingan kuat

    lentur beton dengan menggunakan tulangan bambu nantinya diharapkan dapat

    memberikan suatu penyelesaian yang paling tepat untuk acuan perencanaan

    pekerjaan suatu bangunan yang menggunakan bahan dari alam

    I. METODE PENELITIAN

    Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah :

    1. Kajian teoritis (literatur), yaitu mengkaji teori yang diperlukan dari buku-

    buku pegangan yang menunjang dan berhubungan dengan pelaksanaan

    penelitian ini.

    2. Penelitian, yaitu meneliti perbandingan kuatlentur beton dengan

    menggunakan tulangan bambu.

  • J. TABULASI

    Umur

    Beton /

    Jenis

    Bambu

    Kuat Tarik/Silinder Kuat Lentur/Balok

    Pilin Polos Pilin Polos

    3

    Hari

    14

    Hari

    28

    Hari

    3

    Hari

    14

    Hari

    28

    Hari

    3

    Hari

    14

    Hari

    28

    Hari

    3

    Hari

    14

    Hari

    28

    Hari

    Apus/Tali 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

    Indeks K 225 / 1 m3

    * Sement 371 kg

    * Pasir 698 kg

    * Kerikil (maksimum 30mm) 1047 kg

    * Air 215 Liter

    Tabulasi Bahan

    V= (12*(0.15*0.15*0.6) + (12*(3.14*0.1252*0.3) = 0.340 m

    3

    Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini :

    * Sement 127 kg

    * Pasir 238 kg

    * Kerikil (maksimum 30mm) 356 kg

    * Air 74 Liter

    K. DAFTAR PUSTAKA

    1. Slamet Harto,1998, Kajian perbandingan kuat Lenturlentur beton

    dengan menggunakan campuran semen bata merah, Universitas

    Siliwangi

    2. Direktorat Jendral Binamarga,1997, Manual campuran beton dan

    langkah-langkah kerja, Departemen pekerjaan umum,Jakarta

    3. Direktorat Jendral Binamarga ,1995 , Teknologi beton ,Universitas gajah

    mada,Yogyakarta.