proposal pengajuan lo lengkap

65
1 A. PENDAHULUAN Hipertensi atau yang lebih dikenal sebagai tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler dengan angka kejadian cukup tinggi di negara-negara maju dan negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Hipertensi dikenal juga sebagai pembunuh terselubung atau silent killer karena sifatnya yang tidak menimbulkan gejala sehingga sebagian besar penderita tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu 10% (Sugianto, 2007). Komite Nasional Gabungan Amerika Seikat untuk prevensi, deteksi, evaluasi dan pengobatan tekanan darah tinggi (Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, yang selanjutnya disingkat JNC) 1 mendefinisikan bahwa hipertensi adalah bila tekanan darah sistolik mencapai 140 mm Hg atau lebih atau tekanan darah diastolik melebihi 90 mm Hg atau lebih. Hipertensi menurut penyebabnya digolongkan menjadi dua, yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer

Upload: endip

Post on 10-Jun-2015

1.577 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

1

A. PENDAHULUAN

Hipertensi atau yang lebih dikenal sebagai tekanan darah tinggi merupakan

salah satu penyakit kardiovaskuler dengan angka kejadian cukup tinggi di negara-

negara maju dan negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Hipertensi

dikenal juga sebagai pembunuh terselubung atau silent killer karena sifatnya yang

tidak menimbulkan gejala sehingga sebagian besar penderita tidak menyadari

bahwa dirinya menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup

tinggi yaitu 10% (Sugianto, 2007). Komite Nasional Gabungan Amerika Seikat

untuk prevensi, deteksi, evaluasi dan pengobatan tekanan darah tinggi (Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure, yang selanjutnya disingkat JNC)1 mendefinisikan bahwa

hipertensi adalah bila tekanan darah sistolik mencapai 140 mm Hg atau lebih atau

tekanan darah diastolik melebihi 90 mm Hg atau lebih.

Hipertensi menurut penyebabnya digolongkan menjadi dua, yaitu hipertensi

esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Penyebab pasti dari

hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kurang lebih

95% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 5% nya

tergolong hipertensi sekunder2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang

penyebabnya karena penyakit lain antara lain kelainan kardiovaskuler, gangguan

endokrin, gangguan renal (ginjal), dan gangguan neurogenik.

Hipertensi esensial atau primer adalah penyakit yang disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu faktor predisposisi (genetik) dan faktor lingkungan seperti

asupan garam, komsumsi alkohol, komsumsi kopi, obesitas, merokok, dan

sebagainya3. Timbulnya hipertensi tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja,

Page 2: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

2

melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak berdiri sendiri tetapi

secara bersama-sama. Faktor keturunan atau faktor riwayat keluarga merupakan

faktor utama yang berperan dalam patofisiologi hipertensi. Williams et al3 juga

melaporkan bahwa seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi memiliki resiko

terkena penyakit hipertensi empat kali lebih besar daripada orang tanpa riwayat

keluarga hipertensi pada umur 50 tahun. Riwayat keluarga hipertensi yang

dimaksud terutama yang berasal dari keluarga terdekat atau first degree, seperti

orang tua atau saudara kandung. Jika seseoarang memiliki dua atau lebih keluarga

terdekat yang menderita hipertensi pada umur kurang dari 55 tahun, maka

seseorang tersebut memiliki resiko 3,8 kali terkena hipertensi pada umur 20-49

tahun.

Dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, masyarakat

Indonesia semakin menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan. Banyak cara

yang dapat dilakukan untuk selalu menjaga kesehatan, salah satunya adalah

dengan berolahraga secara teratur dan terukur. Ada dua olahraga yang

menimbulkan kontraksi otot, yaitu isotonik dan isometrik4. Pada kontraksi

isotonik, ketegangan otot tetap konstan ketika panjang otot berubah. Pada

kontraksi isometrik, otot dicegah untuk memendek sehingga terjadi pembentukan

ketegangan pada panjang otot yang konstan. Kontraksi isotonik diartikan sebagai

kontraksi otot tanpa perubahan berarti pada daya kontraksinya, jarak diantara

region dan insersio mengecil atau memendek5. Kerja merupakan hasil perkalian

gaya dan jarak, maka kontraksi isotonik meghasilkan kerja6. Kontraksi isometrik

terjadi apabila kita mencoba mengangkat benda yang terlalu berat, yaitu ketika

Page 3: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

3

ketegangan yang dapat diciptakan di lengan-lengan otot kurang dari yang

dibutuhkan untuk mengangkat benda tersebut. Dalam hal ini, otot tidak dapat

memendek dan mengangkat benda, tetapi tetap berada dalam panjang konstan

walaupun terjadi ketegangan.

Kerja fisik seperti olahraga dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah.

Pada orang dewasa normal, tekanan sistolik adalah sekitar 120 mm Hg. Dan pada

titik yang paling rendahnya, yaitu tekanan diastolik, adalah sekitar 90 mm Hg.

Selama olahraga sistem sirkulasi tubuh berusaha menyediakan aliran darah yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan otot dengan tiga efek utama yang sangat

penting7. Efek-efek tersebut adalah peningkatan perangsangan simpatis yang

besar, kenaikan tekanan arteri, dan peningkatan curah jantung.

Peningkatan tekanan darah ketika otot berkontraksi diduga terutama

dikarenakan pada saat yang bersamaan di mana area motorik sistem saraf

teraktivasi untuk mengakibatkan kontraksi, sebagian besar sistem pengaktivasi

retikuler pada batang otak juga teraktivasi, yang melibatkan peningkatan

perangsangan sangat besar pada daerah vasokonstriktor. Keadaan ini

mengakibatkan peningkatan tekanan darah arteri dengan segera untuk

menyetarakan besarnya peningkatan aktivitas otot7.

Ketika seseorang berolahraga akan terjadi perubahan pada sistem

kardiovaskuler, salah satunya peningkatan tekanan darah. Bila seseorang

melakukan olahraga isotonik misalnya berlari atau berenang, kenaikan tekanan

darah seringkali hanya sebesar 20 mm Hg sampai 40 mm Hg. Hal ini disebabkan

karena pada olahraga isotonik banyak otot yang dilibatkan sehingga terjadinya

Page 4: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

4

vasodilatasi hebat pada otot7. Dalam beberapa detik kontraksi otot isometrik

tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat tajam. Isi sekuncup tidak banyak

berubah, dan aliran darah berkurang pada otot yang berkontraksi secara tetap

akibat kompresi pada pembuluh-pembuluh darahnya.7

Bond Jr et al9 pernah melaporkan bahwa orang dengan tekanan darah normal

tetapi punya riwayat keluarga hipertensi, ketika berolahraga isotonik dengan

menggunakan sepeda ergometer mengalami tekanan darah yang berlebihan serta

kapasitas vasodilatasi otot skelet yang terbatas. Selain itu, seseorang dengan

riwayat keluarga hipertensi juga mengalami peningkatan tekanan darah selama

berolahraga isotonik.. Hal ini dikarena peningkatan resistensi tahanan perifer

pada otot yang digunakan untuk berolahraga

Saat melakukan olahraga isometrik dengan menggunakan handgrip pada satu

penelitian didapatkan hasil peningkatan tekanan sistolik yang cukup tinggi pada

subjek normotensif dengan riwayat keluarga hipertensi jika dibandingkan dengan

subjek normotensif tanpa riwayat keluarga hipertensi. Tekanan darah diastolik dan

denyut nadi juga meningkat cukup besar. Walau begitu tidak terdapat perbedaan

yang dapat dikatakan signifikan pada pada subjek dengan dan tanpa riwayat

keluarga hipertensi.10

Pada hakekatnya Allah SWT menciptakan tubuh manusia dengan sangat

sempurna dan seimbang seperti Firman Allah SWT:

“ Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan

menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang”. (QS. Al-Infithar: 7)

Page 5: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

5

Sesuai dengan Firman Allah SWT pada Surat Al-Infithar ayat 7, maka

sesungguhnya manusia diciptakan Allah SWT dengan sangat seimbang, jadi

sudah kewajiban manusia untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit.

Begitu pula dengan seseorang dengan riwayat hipertensi, apabila seseorang itu

tetap hidup sehat dan olahraga teratur maka kemungkinan untuk menderita

penyakit hipertensi akan semakin kecil.

Faktor genetik merupakan faktor resiko yang paling penting dalam terjadinya

hipertensi. Perlu adanya deteksi dini pada orang yang mempunyai riwayat

keluarga hipertensi agar dapat dilakukan terapi dan pencegahan secara aktif untuk

prognosis lebih baik.

B. PERUMUSAN MASALAH

Disadari oleh latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

diambil perumusan masalah adalah sebagai berikut :

Adakah hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan respon tekanan darah

terhadap olahraga isotonik dan isometrik?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum :

1. Mengetahui respon tekanan darah pada subjek dewasa muda normotensif

yang memiliki riwayat keluaga hipertensi terhadap olahraga isotonik dan

isometrik.

Page 6: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

6

Tujuan khusus :

1. Membandingkan respon tekanan darah sistolik terhadap olahraga isotonik

dan isometrik antara subjek dewasa muda normotensif dengan atau tanpa

riwayat keluarga hipertensi.

2. Membandingkan respon tekanan darah diastolik terhadap olahraga isotonik

dan isometrik antara subjek dewasa muda normotensif dengan atau tanpa

riwayat keluarga hipertensi.

3. Membandingkan respon tekanan darah rata-rata terhadap olahraga isotonik

dan isometrik antara subjek dewasa muda normotensif dengan atau tanpa

riwayat keluarga hipertensi.

4. Membandingkan respon tekanan nadi terhadap olahraga isotonik dan

isometrik antara subjek dewasa muda normotensif dengan atau tanpa

riwayat keluarga hipertensi

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dasar peneletian ini adalah dapat memberikan informasi tentang

pengaruh riwayat hipertensi terhadap peningkatan tekanan darah setelah

berolahraga isotonik dan isometrik.

Manfaat klinis dari penelitian ini adalah dapat mendeteksi secara dini

resiko terjadinya hipertensi pada dewasa muda normotensif dengan riwayat

hipertensi.

Page 7: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

7

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

a. Hipertensi

1) Definisi

Definisi hipertensi adalah bila tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg

atau lebih atau tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih1. Dalam

keadaan istirahat bila tekanan arteri rata-rata lebih tinggi dari 110 mmHg

(normalnya sekitar 90 mmHg) maka keadaan ini disebut hipertensi7.

Sedangkan menurut Kaplan10 hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

arteri yang dihubungkan dengan perbedaan usia dan jenis kelamin. Tekanan

darah sistolik adalah tekanan maksimum yang timbul di arteri sewaktu darah

masuk kedalam arteri. Tekanan diastolik adalah tekanan minimum di dalam

arteri sewaktu darah mengalir keluar ke pembuluh perifer.

2) Epidemiologi

Prevalensi hipertensi dalam masyarakat Indonesia cukup tinggi sekitar

10% 11. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang usia di atas 40

tahun, namun saat ini tidak menutup kemungkinan penderita hipertensi adalah

orang yang berusia 25-45 tahun dan hanya 20% yang terjadi pada seseorang

berusia dibawah 20 tahun dan diatas 50 tahun12. Dari Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) 199513, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3%. Survei

faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) oleh proyek World Health

Page 8: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

8

Organization (yang selanjutnya akan disingkat WHO) di Jakarta,

menunjukkan bahwa angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90

pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5% (1993), dan 12,1% (2000) sedangkan

pada wanita adalah 16% (1988), 17% (1993), dan 12,2% (2000). Secara

umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun berkisar antara

15%-20%. Survei di pedesaan Bali (2004) menemukan prevalensi pria sebesar

46,2% dan wanita sebesar 53,9%. Boedhi Darmojo14 dalam tulisannya

melaporkan bahwa 1,8-28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah

pasien hipertensi. Prevalensi yang terendah yang dikemukakan berasal dari

desa Kalirejo, Jawa Tengah, yaitu sebesar 1,8%. Sedangkan prevalensi

tertinggi tercatat di daerah Sukabumi dan diikuti daerah Silungkang Sumbar,

yaitu 19,4%.

3) Klasifikasi

(a). Menurut etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Hipertensi Esensial atau Primer

Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya. Kira-kia 95% penderita hipertensi merupakan hipertensi esensial.

Walaupun berbagai faktor telah dihubungkan dengan hipertensi esensial namun

sampai saat ini belum ada keterangan pasti yang dapat menjelaskan penyebabnya.

Faktor yang menyebabkan timbulnya hiperetensi esensial adalah genetik,

lingkungan, sensitivitas garam, dan resistensi insulin15.

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer, sehingga

semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer juga akan

Page 9: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

9

mempengaruhi tekanan darah. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa

gejala. Apabila terdapat gejala, peningkatan tekanan darah merupakan gejala satu-

satunya16.

(b). Hipertensi Sekunder

Hipertensi yang penyebabnya karena penyakit lain atau yang disebut

hipertensi sekunder, diderita kira-kira 5% dari penderita hipertensi. Penyebab

hipertensi sekunder dapat digolongkan menjadi empat4. Pertama, karena kelainan

kardiovaskuler. Hipertensi akibat kelainan kardiovaskuler biasanya disebabkan

oleh peningkatan tahanan perifer pada penyakit aterosklerosis. Kedua, hipertensi

yang diakibatkan oleh gangguan pada ginjal. Hipertensi ginjal ini dapat

diakibatkan oleh dua hal, yaitu oklusi parsial arteri renalis dan penyakit jaringan

ginjal. Pada oklusi parsial arteri renalis, aliran darah ke ginjal berkurang sehingga

ginjal berespon dengan mengaktifkan angiostensin II yang akan merangsang

kortek adrenal untuk mensekresikan aldosteron. Dengan adanya hormon

aldosteron, reabsorpsi natrium akan meningkat. Selain itu, angiostensin II

merupakan vasokonstriktor yang kuat. Kedua efek ini memang dapat

memperbaiki aliran darah pada arteri renali, tetapi keduanya juga mengakibatkan

peningkatan tekanan darah. Hipertensi renal juga dapat terjadi akibat kerusakan

pada ginjal itu sendiri. Apabila terjadi gangguan pada ginjal, ginjal tidak mampu

mengeliminasi beban garam normal. Terjadi retensi garam sehingga timbul

hipertensi. Ketiga, hipertensi akibat gangguan endrokrin. Hipertensi endokrin

timbul akibat dari feokromositoma (tumor pada medulla adrenal) dan sindrom

Conn. Hanya 0,1% dari penderita hipertensi yang menderita hipertensi akibat

Page 10: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

10

feokromositoma16. Gejala pada penyakit ini ditandai oleh peningkatan

norepinefrin dan epinefrin. Peningkatan epinefrin menyebabkan peningkatan

curah jantung. Produksi aldosteron korteks adrenal yang berlebihan ditemukan

pada sindrom Conn. Efek dari aldosteron adalah menyerap natrium dan

mengeluarkan kalium. Hal inilah yang menyebabkan hipertensi16. Keempat,

hipertensi akibat gangguan neurogenik karena adanya lesi pada sistem saraf

otonom.

(b). Klasifikasi menurut WHO-ISH (International Society of Hypertension)

tahun 1996 sebagai berikut17

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah (WHO)

Klasifikasi Sistolik (mm Hg) Diastolik (mm Hg)

Tekanan Darah Optimal < 120 < 80

Tekanan Darah Normal 120-129 80-84

Tekanan Darah Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi Ringan 140-159 90-99

Hipertensi Sedang 160-179 100-109

Hipertensi Berat > 180 > 110

(c). JNC VI membuat klasifikasi hiperensi sebagai berikut

JNC VII mengklasifikasikan hipertensi pada orang berusia 18 tahun keatas

sebagai berikut18

Table 2. Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa 18 tahun ke atas

(JNC VIII).

Page 11: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

11

Klasifikasi Sistolik (mm Hg) Diastolik (mm Hg)

Normal ≤ 120 mm Hg dan < 80 mm Hg

Prehipertensi 120-139 mm Hg atau 80-90 mm Hg

Hipertensi Derajat 1 140-159 mm Hg atau 90-99 mm Hg

Hipertensi Derajat 2 ≥160 m Hg atau ≥ 100 mm Hg

4) Tanda dan Gejala

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Sebagian besar penderita

hipertensi tidak menydari bahwa dirinya menderita hipertensi karena penyakit

ini tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun. Bila terdapat gejala,

biasanya tidak spesifik, seperti sakit kepala atau pusing2. Sedangkan jika

simtomatik biasanya timbul setelah terjadi komplikasi pada organ target

seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung16. Gejala lain yang dapat

ditimbulkan oleh hipertensi adalah jantung berdebar-debar, mudah lelah, sesak

napas, sakit dada (pada iskemia miokard), sakit pada daerah tengkuk16.

5) Faktor Resiko

Banyak faktor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi

diantaranya yaitu :

(a). Genetik

Telah lama disimpulkan bahwa faktor genetik mempunyai peranan

penting dalam terjadinya hipertensi. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai

fakta yang dijumpai, seperti adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih

banyak dijumpai pada pasien kembar monozigot daripada heterozigot, jika

Page 12: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

12

salah satu diantaranya menderita hipertensi16. Peranan faktor genetik juga

pernah dilaporkan pada penelitian yang dilakukan Williams et al3. Pada

penelitian tersebut dijelaskan bahwa interaksi antara faktor predisposisi berupa

genetik dan faktor lingkungan adalah penyebab timbulnya hipertensi.

Seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi memiliki kemungkinan 3,8 kali

lebih besar terkena hipertensi daripada seseorang tanpa riwayat keluarga

hipertensi pada umur di bawah 55 tahun. Selain itu pada penelitian yang

dilakukan oleh Wilson et al19 didapatkan bahwa seseorang dengan riwayat

hipertensi ketika berolahraga mengalami peningkatan tekanan darah.

(b). Asupan garam

Faktor lingkungan yang mendapat perhatian paling besar adalah asupan

garam. Asupan garam yang tinggi adalah asupan garam yang melebihi asupan

maksimal yang dianjurkan. Asupan garam yang dianjurkan adalah kurang dari

100 mmol atau 2,4 gram Na atau NaCl sebanyak 6 gram per hari. Asupan

garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah arterial karena kadar

natrium dalam darah yang tinggi dapat meningkatkan volume darah. Hal ini

disebabkan oleh sifat Na yang menyerap air sehingga tekanan darah dan

denyut jantung meningkat12.

(c). Obesitas

Penyelidikan epidemiologi membuktikan bahwa ada hubungan antara

obesitas dan hipertensi. Obesitas merupakan ciri khas dari pasien hipertensi16.

Belum diketahui mekanisme yang pasti untuk menjelaskan hubungan obesitas

dan hipertensi. Terdapat bukti bahwa curah jantung dan volume darah

Page 13: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

13

sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada dengan

penderita yang memiliki berat badan normal dengan tekanan darah yang

setara16.

(d). Merokok

Telah diketahui bahwa rokok mengandung zat karsinogenik yang

berbahaya bagi tubuh manusia. Resiko merokok berkaitan dengan jumlah

rokok yang dihisap tiap hari bukan pada lama merokok. Penyebabnya diduga

nikotin yang terkandung dalam rokok. Nikotin berpengaruh pada pelepasan

katekolamin oleh system saraf otonom2. Katekolamin inilah yang dapat

mengakibatkan peningkatan frekuensi denyut jantung serta gangguan irama

jantung.

(e). Alkohol

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara alkohol

dan timbulnya hipertensi. Peminum alkohol berat akan cenderung hipertensi

meskipun mekanismenya belum diketahui secara pasti16.

(f). Stres

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis

yang meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres

berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan peningkatan

tekanan darah16.

(g). Usia

Hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hipertensi pada

usia lanjut adalah apabila tekanan darah ≥ 140/90 mm Hg. Terdapat hubungan

Page 14: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

14

antara hipertensi dan bertambahnya usia penah dilaporkan oleh Dhianingtyas

dan Hendrati12 dalam penelitiannya yang meyatakan bahwa hipertensi diderita

oleh subjek yang sebagian besar berumur 41-60 tahun (78,1%). Subjek yang

tidak menderita hipertensi sebagian besar berumur 18-40 tahun (53,1%).

Dengan bertambahnya usia juga terjadi penurunan elastisitas arteri sehingga

dapat menyebabkan peningkatan tekanan perifer.

(h). Jenis Kelamin

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhianingtyas dan Hendrati12

menunjukkan bahwa subjek yang menderita hipertensi sebagian besar berjenis

kelamin laki-laki. Subjek yang tidak menderita hipertensi sebagian besar

berjenis kelamin perempuan. Pada usia dini terdapat bukti adanya perbedaan

tekanan darah antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja, batas rata-

rata tekanan darah laki-laki lebih tinggi. Perbedan ini lebih jelas pada orang

dewasa muda dan setengah baya. Pada usia tua perbedaan itu menyempit dan

polanya bahkan dapat berbalik. Banyak kajian yang sedang dilakukan untuk

membuktikan bahwa estrogen dapat melindungi kenaikan relatif tekanan darah

pada masa tua wanita.

b. Olahraga

1) Olahraga Isotonik

Salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh adalah dengan berolahraga

secara teratur dan terukur. Ada dua olahraga yang menghasilkan kontraksi

otot, isotonik dan isometrik4. Ketegangan otot tetap konstan ketika panjang

otot berubah terjadi pada kontraksi isotonik. Kontraksi isotonik sering kita

Page 15: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

15

lakukan di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika berlari, berenang,

bersepeda, ataupun ketika kita mengangkat atau menggerakkan suatu benda.

Selama melakukan suatu gerakan, otot dapat berpindah-pindah antara

kontraksi isotonik dan isometrik.

Terdapat dua jenis kontraksi isotonik, yaitu konsentrik dan eksentrik. Pada

kedua kontraksi isotonik ini, otot mengalami perubahan panjang pada

ketegangan tetap. Tetapi terdapat perbedaan pada kedua kontraksi isotonik ini.

Pada kontraksi konsentrik otot mengalami pemendekan, sedangkan pada

kontraksi eksentrik otot tidak mengalami pemendekan. Sebabai contoh dari

kontraksi konsentrik adalah ketika kita mengangkat suatu benda. Ketika kita

menurunkan suatu benda, terjadi kontraksi eksentrik. Kontraksi isotonik juga

terjadi pada otot rangka yang tidak melekat ke tulang pada kedua ujungnya,

contohnya otot-otot lidah. Kontraksi isotonik pada otot-otot lidah bertujuan

untuk menggerakkan bagian lidah yang bebas dan tidak melekat untuk

memudahkan kita berbicara dan makan4.

Salah satu penentu penting pada kecepatan kontraksi isotonik adalah

beban. Semakin besar beban, semakin rendah kecepatan otot untuk melakukan

kontraksi isotonik, dan sebaliknya, semakin kecil beban maka semakin tinggi

kecepatan otot untuk melakukan kontraksi isotonik. Otot dikatakan melakukan

kerja apabila benda dipindahkan. Kerja adalah gaya dikali dengan jarak4. Gaya

dapat dipersamakan dengan ketegangan otot yang diperlukan untuk mengatasi

berat benda atau beban. Dengan demikian, jumlah kerja yang dilakukan oleh

suatu otot yang berkontraksi tergantung pada berat benda dan seberapa jauh

Page 16: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

16

jarak benda yang akan dipindahkan. Efisiensi otot yang mengalami kontraksi

isotonik adalah 25%. Dari energi yang digunakan oleh otot selama

berkontraksi, 25% direalisasikan sebagai kerja, sedangkan 75% diubah

menjadi panas. Panas yang dihasilkan tidak dibuang percuma tetapi digunakan

untuk mempertahankan suhu tubuh4.

Di dalam dunia kedokteran, olahraga isotonik banyak digunakan untuk

ilmu pengetahuan dan kesehatan. Olahraga isotonik, contohnya dengan

treadmill dan sepeda ergometer, digunakan untuk membuktikan adanya

hubungan antara timbulnya hipertensi dan riwayat hipertensi dalam keluarga.

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa tekanan darah subjek

normotensif dengan riwayat keluarga hipertensi akan meningkat lebih tinggi

setelah melakukan olahraga isotonik daripada subjek normotensif tanpa

riwayat keluarga hipertensi3,9,19,. Selain itu, kontraksi isotonik juga digunakan

untuk membuktikan bahwa seseorang yang mengalami peningkatan tekanan

darah yang berlebihan (exaggerated) setelah berolahraga dengan treadmill

mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita hipertensi pada masa

yang akan datang. Hal ini dijelaskan pada penelitian yang dilakukan oleh

Stewart et al20.

Selain itu, olahraga isotonik banyak digunakan untuk menjaga kesehatan.

Seseorang yang melakukan olahraga teratur maka akan meningkatkan

elastisitas jantung. Selain itu, olahraga isotonik yang teratur dan terukur juga

dianjurkan pada penderita hipertensi karena berguna untuk menurunkan

tekanan darah8.

Page 17: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

17

2) Olahraga Isometrik

Sistem kontraksi isometrik merekam secara tepat perubahan pada kekuatan

kontraksi otot itu sendiri. Karena itu, sistem isometrik adalah sistem yang

paling sering digunakan bila hendak membandingkan gambaran khas

fungsional dari berbagai jenis otot.3

Kontraksi isometrik terjadi apabila kita mencoba mengangkat benda yang

terlalu berat, yaitu ketika ketegangan yang dapat diciptakan di lengan-lengan

otot kurang dari yang dibutuhkan untuk mengangkat benda tersebut. Dalam

hal ini, otot tidak dapat memendek dan mengangkat benda, tetapi tetap berada

dalam panjang konstan walaupun terjadi ketegangan. Kontraksi isometrik juga

terjadi apabila ketegangan di otot secara sengaja diperkecil dari yang

diperlukan untuk mengangkat beban. Hal ini bertujuan untuk menahan otot

pada panjang tertentu walaupun otot mampu menciptakan ketegangan yang

lebih besar. Kontraksi isometrik seperti ini penting untuk mempertehankan

postur dan untuk menahan benda pada posisi-posisi tetap.6

Kontraksi isometrik meningkatkan kekuatan hanya pada sendi yang

spesifik saja berbeda dengan kontrasi dinamik yang membuat seluruh sendi

bergerak dalam waktu normalnya. Kontraksi dinamik 5% lebih baik dalam

usaha membesarkan otot dari pada kontraksi isometrik. Kontraksi isometrik

32% lebih baik dari pada kontraksi dinamik dalam meningkatkan kekuatan

otot.21

Page 18: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

18

Pada kontraksi otot isometrik, kecepatan denyut jantung meningkat.

Dalam beberapa detik kontraksi otot isometrik, tekanan darah sistolik

meningkat tajam. Isi sekuncup tidak banyak berubah dan aliran darah

berkurang pada otot yang berkontraksi secara tetap akibat kompresi pembuluh

darah.7

c. Tekanan darah

1) Fisiologi

Jantung secara bergantian berkontraksi untuk memompa darah ke dalam arteri

dan bereaksi untuk menerima pemasukan dari darah dari vena. Peristiwa pada

jantung disebut dengan siklus jantung yang berawal dari sebuah denyut jantung

sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya7. Siklus jantung terdiri dari sistol

yaitu periode ketika jantung berkontraksi dan diastol yaitu periode ketika jantung

relaksasi dan darah mengisi jantung.

Tekanan darah berarti kekuatan yang dihasilkan oleh oleh darah setiap satuan

luas dinding pembuluh. Tekanan maksimum yang timbul di arteri sewaktu darah

masuk ke dalam arteri selama sistol atau yang disebut tekanan sistolik, adalah 120

mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu darah mngalir ke luar ke

pembuluh perifer selama diastol atau yang disebut tekanan diastolik, rata-rata 80

mmHg. Perbedaan antara kedua tekanan ini sekitar 40 mmHg disebut tekanan

nadi. Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan sistolik di atas

tekanan diastolik6. Tekanan rata-rata adalah tekanan rata-rata selama siklus

jantung. Apabila volume darah yang masuk arteri sama dengan volume darah

Page 19: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

19

yang meninggalkan arteri selama periode yang sama maka tekanan darah arteri

akan konstan6.

Tekanan darah arteri rata-rata dijaga secara konstan oleh reflek baroreseptor7.

Pada dasarnya, reflek ini dimulai oleh reseptor regang yang disebut baroreseptor

atau presoreseptor. Baroreseptor merupakan ujung saraf yang terletak di dinding

arteri dan akan terangsang bila baroreseptor ini teregang. Pada dinding hampir

semua arteri besar yang terletak di daerah toraks dan leher dapat dijumpai

beberapa baroreseptor. Jumlah baroreseptor sangat banyak ditemukan dalam

dinding setiap arteri karotis interna yang terletak agak di atas bifurkasio karotis,

suatu daerah yang dikenal sebagai sinus karotis serta pada dinding arkus aorta7.

Sinyal yang dijalarkan dari sinus karotis akan melewati saraf Hering yang sangat

kecil kemudian ke saraf glossofaringeal dan menuju ke traktus solitarius yang

terletak di daerah medulla batang otak. Sinyal dari arkus aorta dijalarkan melalui

nervus vagus dan menuju daerah yang sama di medulla batang otak.

Sinus karotikus dan arkus aorta merupakan reseptor terpenting dalam

mengatur tekanan darah secara terus-menerus4. Reseptor ini memiliki letak yang

sangat statergis untuk menyediakan informasi penting mengenai tekanan darah

arteri di pembuluh-pembuluh yang mengalir ke otak (baroreseptor sinus

karotikus) dan di arteri utama sebelum bercabang untuk memberikan suplai darah

pada bagian tubuh yang lain (baroreseptor lengkung aorta). Potensial reseptor

pada kedua baroreseptor ini akan meningkat jika tekanan darah meningkat

sehingga peningkatan potensial aksi di neuron aferen juga meningkat. Begitu juga

sebaliknya, jika tekanan darah turun maka potensial reseptor di kedua

Page 20: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

20

baroreseptor akan menurun dan mengakibatkan pembentukan potensial aksi di

neuron aferen menurun

Pusat integrasi yang menerima impuls aferen mengenai perubahan tekanan

darah adalah pusat kontrol kardiovakuler. Pusat kontrol kardiovaskuler ini terletak

di dalam batang otak4. Tugasnya untuk mengubah aktivitas simpatis dan

parasimpatis pada jantung dan pembuluh darah. Jadi ketika terjadi peningkatan

tekanan darah akan terjadi peningkatan pembentukan potensial aksi pada neuron

aferen. Kemudian impuls ini akan diteruskan ke pusat kontrol kardiovaskuler. Di

pusat kontrol kardiovaskuler, impuls tadi direspon dengan cara mengurangi

aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis. Hal ini

mengakibatkan penurunan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, dam

menimbulkan vasodilatasi pada arteriola dan vena sehingga pada akhirnya akan

mengakibatkan penurunan curah jantung dan tahanan perifer.

Baroreseptor dapat bekerja dengan dua cara, yaitu dengan penyesuaian jangka

pendek dan jangka panjang. Penyesesuaian jangka pendek yang terjadi dalam

beberapa detik dilakukan dengan mengubah curah jantung dan tahanan perifer.

Penyesesuaian jangka panjang yang terjadi dalam beberapa menit sampai hari

mengubah volume darah dengan memulihkan keseimbangan garam dan air

melalui mekanisme pengeluaran urin dan rasa haus.

stimulasi parasimpatis

Jantung ↓ kecepatan denyut jantung

Page 21: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

21

Gambar 1. Efek Sistem Parasimpatis Pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tekanan Darah Arteri Rata-Rata4.

Gambar 2. Efek Sistem Saraf Simpatis pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tekanan Darah Arteri Rata-Rata4.

2) Respon Tekanan Darah pada Olahraga Isotonik dan Isometrik

Selama kerja fisik, contohnya olahraga isotonik, sistem sirkulasi tubuh

berusaha menyediakan aliran darah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan otot

dengan tiga efek utama yang sangat penting7. Efek-efek utama inilah yang

stimulasi simpatis

jantung

↑ kecepatan denyut jantung↑ kekuatan

kontraksi jantung

↑ volume sekuncup

↑ curah jantung

arteriola vasokontriksi Resistensi perifer total

vena ↑venokontriksi ↑aliran balik vena

↑ volume sekuncup

↑ curah jantung

↓curah jantung

↓tekanan darah

↑ tekanan darah

Page 22: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

22

berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah selama berolahraga. Efek-efek

tersebut adalah :

(a). Pengeluaran Rangsangan Simpatis yang Besar

Pada awal kerja fisik selain terjadi penjalaran impuls dari otak ke otot untuk

menimbulkan kontraksi otot, juga terjadi penjalaran impuls dari otak ke pusat

vasomotor untuk pengeluaran rangsangan simpatis serta penghambatan

rangsangan parasimpatis pada jantung sehingga terjadi tiga pengaruh pada

sirkulasi. Pertama, akibat pengaruh rangsangan simpatis dan tidak adanya

hambatan rangsangan parasimpatis, denyut jantung dan kekuatan kontraksi

jantung meningkat sangat tinggi. Kedua, sebagian besar arteriola pada sirkulasi

perifer mengalami kontraksi kecuali arteriola pada otot yang mengalami

vasodilatasi karena akibat pegaruh vasodilator local pada otot tersebut. Hal ini

menyebabkan jantung menyediakan banyak aliran darah pada otot yang memang

dibutuhkan selama kerja fisik. Tetapi terdapat dua sistem yang terhindar dari

pengaruh vasokonstriktor yaitu sistem koroner dan sistem serebral karena

persyarafan vasokontriksi pada kedua daerah ini memeng sedikit. Ketiga, dinding

otot pada vena dan daerah kapasitatif lainnya mengalami kontraksi kuat yang

mengakibatkan tekanan pengisisan sistemik rata-rata meningkat sehingga curah

jantung meningkat7.

(b). Kenaikan Curah Jantung

Peningkatan curah jantung yang terjadi selama kerja fisik bertujuan untuk

menyediakan oksigen dan nutrisi yang cukup pada otot-otot yang bekerja.

(c). Kenaikan Tekanan Darah Arteri

Page 23: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

23

Kenaikan tekanan arteri dipengaruhi oleh beberapa perangsangan, yaitu karena

vasokontriksi arteriola dan arteri kecil pada organ tubuh selain otot, peningkatan

kontraksi jantung, dan peningkatan tekanan pengisian sistemik rata-rata akibat

dari kontraksi vena. Kenaikan tekanan arteri dapat terjadi sebesar 20 mm Hg

sampai 80 mm Hg tergantung keadaan sewaktu melakukan kerja fisik. Bila

seseorang melakukan kerja fisik menggunakan seluruh tubuhnya, misalnya

berlari, kenaikan tekanan arteri seringkali hanya sebesar 20 mm Hg sampai 40

mm Hg. Hal ini disebabkan oleh vasodilatasi hebat pada otot.

Selama berolahraga isotonik, terjadi peningkatan tekanan darah seperti yang

sudah dijelaskan. Yang harus diperhatikan adalah peningkatan tekanan sistolik

berbeda dengan tekaan diastolik21. Tekanan sistolik dapat meningkat sebesar 80

mmHg pada saat olahraga, peningkatan tekanan darah ini diperlukan agar

kebutuhan darah yang besar pada otot dapat terpenuhi. Peningkatan tekanan

sistolik disebabkan oleh peningkatan dari cardiac output. Peningkatan tekanan

diastolik pada saat olahraga normalnya lebih rendah daripada tekanan sistolik.

Jika mencapai 15 mmHg atau lebih, hal ini menunjukkan keabnormalan dan

merupakan keadaan yang berbahaya sehingga olahraga harus segera dihentikan.

Pada saat olahraga bersepeda tangan dan kaki (arm and leg cycling), terdapat

perbedaan peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada tangan dan

kaki21. Perbedaan ini disebabkan karena massa otot pada kaki lebih besar daripada

massa otot pada tangan. Peningkatan tekanan darah sistolik serta diastolik pada

tangan dan kaki dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Page 24: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

24

Gambar 3. Respon Tekanan Darah Pada Olahraga Sepeda Tangan Dan Kaki

Terhadap Komsumsi Oksigen22.

Ketika olahraga isotonik dilakukan secara stabil dan dalam waktu yang lama

tekanan darah diastolik akan tetap konstan, sedangkan tekanan darah sistolik akan

menurun. Penurunan tekanan sistolik ini merupakan respon yang normal dan

disebabkan oleh reflek peningkatan dilatasi arteri dan diikuti oleh penurunan

tahanan perifer22.

Respon kardiovaskuler sistemik terhadap olahraga bergantung apakah

kontraksi otot terutama bersifat isometrik atau isotonik. Respon tekanan darah

pada olahraga yang dijelaskan di atas merupakan respon terhadap kontraksi

isotonik. Pada kontraksi isometrik, kecepatan denyut jantung meningkat. Hal ini

juga terjadi dengan hanya berpikir tentang melakukan kontraksi otot, sehingga

Page 25: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

25

peningkatan tersebut mungkin terjadi akibat rangsang psikis pada medulla

oblongata.7

Dalam beberapa detik kontraksi otot isometrik tekanan darah sistolik dan

diastolik meningkat tajam. Isi sekuncup tidak banyak berubah, dan aliran darah

berkurang pada otot yang berkontraksi secara tetap akibat kompresi pada

pembuluh-pembuluh darahnya.7

Ketegangan otot dan tekanan pada pembuluh darah intra muscular semakin

besar selaras dengan semakin besarnya beban. Aktifitas isometrik seperti latihan

beban dapat meningkatkan tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah

latihan dilakukan.23,24 Meskipun tekanan darah sistolik dapat meningkat dengan

cepat pada aktivitas isometrik, sebuah studi meta analisis menyatakan bahwa

aktivitas isometrik menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik sebanyak

3 mmHg.

Gambar 4. Respon Tekanan Darah Pada Olahraga Isometrik 21.

Page 26: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

26

3) Respon Tekanan Darah pada Pasien Hipetensi Terhadap Olahraga Isotonik

dan Isometrik

Ishikawa-Takata8 melaporkan bahwa olahraga isotonik seperti jogging,

berjalan, dan berenang yang dilakukan secara teratur direkomendasikan untuk

pasien hipertensi esensial karena dengan berolahraga isotonik secara teratur dapat

membantu menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi selain dengan obat-

obatan. Didapatkan bahwa tekanan darah sistolik menurun secara signifikan

setelah berolahraga isotonik. Sedangkan tekanan darah diastolik tidak

menunjukkan penurunan yang besar. Tetapi penurunan tekanan darah sistolik

tidak bertambah besar jika menambah durasi olahraga. Ishikawa-Takata dalam

penelitiannya mendapatkan bahwa berolahraga secara teratur sebanyak 61-90

menit per minggu merupakan waktu yang paling baik untuk menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi. Ridjab22 melaporkan bahwa penderita hipertensi

sebaiknya berolahraga yang lebih mementingkan dinamisme dan daya tahan tubuh

yaitu olahraga isotonik seperti lari, renang, atau bersepeda secara teratur.

Penurunan tekanan darah melalui olahraga isotonik yang teratur dapat dijelaskan

dengan adanya efek langsung terhadap hemodinamik dengan melambatnya

frekuensi jantung, penurunan resistensi pembuluh darah perifer, peningkatan

parasimpatikotonus, berkurangnya respon pembuluh darah terhadap rangsangan

serta pengaruh positif terhadap aktivitas baroreseptor.

Selama berolahraga tubuh berusaha menyediakan darah yang cukup sebagai

kebutuhan otot. Untuk menyediakan darah yang cukup, terjadi perubahan

kardiovaskuler salah satunya peningkatan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah

Page 27: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

27

dapat terjadi tergantung keadaan sewaktu melakukan olahraga. Pada saat

berolahraga isometrik terjadi peningkatan tekanan denyut jantung. Peningkatan ini

menyebabkan vasokonstriksi pada arteri pada otot skelet yang tidak berkontraksi

dan meningkatkan cardiac output dengan sedikit peningkatan isi sekuncup.16

Tekanan darah meningkat tajam saat awal kontraksi.7 Tekanan darah sistolik yang

dikatakan meningkat sangat tajam pada saat kontraksi isometrik. Oleh karena itu

penderita hipertensi tidak disarankan untuk melakukan olahraga isometrik.15

Pada penderita hipertensi awalnya peningkatan tekanan darah merujuk pada

peningkatan curah jantung sedangkan tahanan perifer normal. Pada tahap

selanjutnya curah jantung kembali normal dan tahanan perifer pada penderita

hipertensi meningkat yang disebabkan refleks autoregulasi.18

Penelitian yang dilakukan Parfrey PS et al8 yang membandingkan tekanan

darah setelah berolahraga isometrik antara subjek hipertensi dengan normotensif

didapatkan hasil peningkatan yang tidak berbeda secara signifikan antara

keduanya. Penelitian tersebut juga menyatakan tidak terdapat adaptasi sirkulasi

yang signifikan pada olahraga isometrik jika dibandingkan olahraga yang dinamis.

4) Respon Tekanan Darah pada Orang Normotensif yang Memiliki Riwayat

Keluarga Hipertensi Terhadap Olahraga Isotonik dan Isometrik

Telah banyak penelitian yang melaporkan bahwa ada hubungan antara riwayat

keluarga hipertensi dan timbulnya hipertensi. Ada bukti kuat bahwa pada individu

normotensif dengan riwayat hipertensi terdapat perubahan morfologi jantung dini

berupa penebalan dan perbesaran dinding ventrikel kiri serta perubahan kapasitas

pembuluh darah perifer.21 Dilaporkan bahwa remaja yang memiliki ibu

Page 28: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

28

normotensif didapatkan hasil bahwa tekanan darah sistol dan tekanan darah

diastol remaja tersebut lebih rendah ketika diberi beban dengan menggunakan

sepeda ergometer daripada remaja yang memiliki ibu yang hipertensi.

Pada penelitian yang dilakukan guna mengetahui morfologi dan fisiologi

system jantung pada subjek normotensif dengan riwayat hipertensi, didapatkan

adanya bukti kuat bahwa pada individu normotensif dengan riwayat hipertensi

terdapat perubahan morfologi jantung dini berupa penebalan dan perbesaran

dinding ventrikel kiri serta perubahan kapasitas pembuluh darah perifer. Cardiac

ouput dan aktifitas system saraf simpatis tidak terdapat peningkatan yang berarti

dibandingkan subjek normotensif tanpa riwayat hipertensi.19

Williams et al3 melaporkan juga bahwa timbulnya hipertensi sangat

dipengaruhi oleh faktor predisposisi berupa riwayat keluarga hipertensi yang

positif. Hubungan riwayat keluarga dengan hipertensi merupakan faktor yang

utama dibandingkan faktor lingkungan dalam timbulnya penyakit hipertensi.

Riwayat keluarga dengan hipertensi yang kuat atau first degree, dapat

meramalkan dewasa muda yang memiliki resiko hipertensi akan menderita

hipertensi empat kali lebih besar pada umur 50 tahun. Dalam penelitiannya,

setengah dari jumlah pasien yang memiliki satu atau lebih keluarga terdekat

seperti kakak, adek atau orangtua yang menderita hipertensi. Tujuh puluh persen

dari seseorang dengan tekanan darah tinggi pada umur kurang dari 55 tahun

memiliki keluarga terdekat yang mnderita hipertensi.

Peningkatan tekanan darah pada yang lebih tinggi pada seseorang riwayat

keluarga hipertensi pernah diteliti oleh Wilson et al19. Dalam penelitiannya

Page 29: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

29

didapatkan seseorang dengan riwayat hipertensi merupakan faktor resiko tinggi

menderita hipertensi. Resiko ini dilihat dari riwayat hipertensi dari orang tua dan

dari tekanan darah ketika seseorang itu istirahat. Pada penelitiannya, 35% dari

subjek yang normotensif tetapi memiliki riwayat hipertensi setelah melakukan

olahraga isotonik dengan menggunakan sepeda mengalami tekanan darah yang

dipaksakan atau exaggerated (≥230/100 mm Hg). Selain itu, pada waktu

pemulihan setelah berolahraga isotonik, subjek normotensif dengan riwayat

hipertensi menunjukkan tekanan diastol yang lebih tingi dari pada subjek yang

normotensif tanpa riwayat keluarga hipertensi.

Penelitian lainnya juga pernah dilakukan oleh Vernon Bond Jr et al9.

Dilaporkan bahwa orang dengan tekanan darah normal tetapi punya riwayat

keluarga hipertensi, ketika berolahraga isotonik dengan menggunakan sepeda

ergometer mengalami tekanan darah yang dipaksakan serta kapasitas vasodilatasi

otot skelet yang terbatas. Dalam penelitian ini juga menyatakan bahwa seseorang

dengan riwayat keluarga hipertensi juga mengalami peningkatan tekanan darah

selama berolahraga isotonik. peningkatan tekanan darah ini dikarena peningkatan

resistensi tahanan perifer pada otot yang digunakan untuk berolahraga seta

meningkatnya frekuensi denyut jantung yang bertujuan untuk meningkatkan

curah jantung agar aliran darah ke otot dapat terpenuhi. sehingga peningkatan

tekanan darah setelah melakukan olahraga isotonik. respon tekanan darah yang

tinggi karena meningkatnya heart rate. Kedua hal inilah yang mengakibatkan

orang normotensif dengan riwayat keluarga hipertensi mengalami peningkatan

tekanan darah yang lebih tinggi

Page 30: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

30

Saat melakukan olahraga isometrik dengan menggunakan handgrip pada satu

penelitian didapatkan hasil peningkatan tekanan sistolik yang cukup tinggi pada

subjek normotensif dengan riwayat keluarga hipertensi jika dibandingkan dengan

subjek normotensif tanpa riwayat keluarga hipertensi. Tekanan darah diastolik dan

denyut nadi juga meningkat cukup besar. Walau begitu tidak terdapat perbedaan

yang dapat dikatakan signifikan pada pada subjek dengan dan tanpa riwayat

keluarga hipertensi.19

Perbedaan respon tekanan darah pada seseorang riwayat keluarga

hipertensi juga diteliti oleh Manuck SB and Proietti JM.15 Dalam penelitianya dia

membandingkan respon cardiovaskuler setelah berolahraga isometrik yang terjadi

pada subjek yang memiliki riwayat keluarga hipertensi dengan yang tidak

memiliki riwayat hipertensi. Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya

perbedaan peningkatan tekanan darah sistolik antara kedua subjek. Subjek dengan

riwayat keluarga hipertensi menunjukan peningkatan yang lebih tinggi. Tekanan

darah diastolik dan denyut nadi juga meningkat cukup besar tetapi tidak ada

perbedan antara kedua kelompok subjek.

McCann BS and Matthews KA16 yang meneliti tentang pengaruh riwayat

orangtua hipertensi terhadap respon cardiovaskuler setelah berolahraga isometrik

menunjukan hasil peningkatan tekanan darah sistolik, tekanandarah diastolik dan

denyut nadi. Bila dibandingkan dengan subjek tanpa riwayat orangtua hipertensi

hanya peningkatan tekanan diastolik saja yang dianggap memiliki perbedaan

peningkatan. Subjek dengan riwayat keluarga hipertensi menunjukan peningkatan

yang lebih tinggi.

Page 31: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

Merokok

Obesitas

Riwayat keluarga hipertensi

Stres

Jenis kelamin

Usia

↑ Tahanan perifer

Perubahan morfologi jantung dan

pembuluh darahdini

Olahraga

Isotonik

Isometrikk

↑Tekanan darah yang lebih tinggi daripada normotensif tanpa riwayat keluarga hipertensi

normotensif

Hipertensi

Asupan garam

Tekanan darah

>140/90 mm Hg

Curah jantung

Tahanan perifer

31

2. Kerangka Konsep

Tekanan darah

Curah jantung

Page 32: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

32

3. Hipotesis

Dengan memperhatikan uraian tinjauan pustaka maka duraikan hipotesis

penelitiannya adalah:

1. Adanya perbedaan respon tekanan darah sistolik terhadap olahraga isometrik

antara subjek dewasa muda normotensif dengan dan tanpa riwayat keluarga

hipertensi.

2. Adanya perbedaan respon tekanan darah diastolik terhadap olahraga isometrik

antara subjek dewasa muda normotensif dengan dan tanpa riwayat keluarga

hipertensi.

3. Adanya perbedaan respon tekanan darah rata-rata terhadap olahraga isometrik

antara subjek dewasa muda normotensif dengan dan tanpa riwayat keluarga

hipertensi.

4. Adanya perbedaan respon tekanan nadi terhadap olahraga isometrik antara

subjek dewasa muda normotensif dengan dan tanpa riwayat keluarga

hipertensi.

F. METODE PENELITIAN

1. Disain Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh riwayat kelurga hipertensi terhadap peningkatan

tekanan darah setelah berolahraga isotonik dan isometrik, maka penelitian ini

menggunakan jenis penelitian semieksperimental.

Page 33: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

33

2. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Nopember 2008 di laboratorium

Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Populasi, Sampel, Besar Sampel

a. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah dewasa muda normotensif.

b. Sampel

Sampel yang diambil adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY yang

memenuhi semua kriteria inklusi. Kriteria sampel ada dua yaitu kriteria inkusi dan

eksklusi.

1) Kriteria Inklusi

(a). Dewasa muda usia antara 20 tahun lebih 6 bulan-30 tahun

(b). Tekanan darah 110/70-139/98 mmHg (JNC VII 2003)

(c). Frekuensi denyut jantung 60-100 kali/menit (Guyton dan Hall, 1997)

2) Kriteria Eksklusi

Body Mass Index (BMI) lebih dari 25. Hal ini dikarenakan semakin tinggi

BMI akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis (Guyton and Hall, 1997).

4. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus:

n =

Page 34: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

34

Zα : batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas

kemaknaan

Zβ : batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk

batas kemaknaan

S : standar deviasi

X1-X2 : perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna

Nilai Zα yang digunakan dalam penelitian kedokteran adalah 1,96. Niai Zβ yang

digunakan adalah 1,64.23 Dari penelitian sebelumnya didapatkan perbedaan rerata

minimal yang dianggap bermakna adalah 4 dan dengan standar deviasi

4,3.10Berdasarkan rumus di atas didapatkan jumlah sampel penelitian ini sebanyak

30,12. Besar sampel setiap kelompok dibulatkan menjadi 30 orang, sehingga

jumlah seluruh sampel pada penelitian ini adalah 60 orang

5. Variabel

Jenis variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas (pengaruh): riwayat keluarga hipertensi.

b. Variabel terikat (terpengaruh): respon tekanan darah setelah berolahraga

isotonik.

c. Variabel perancu: merokok, suhu lingkungan, meminum kopi sebelum

penelitian.

6. Definisi Operasional

a. Riwayat kelarga hipertensi adalah seseorang yang memiliki salah satu

atau kedua orang tua yang menderita hipertensi atau yang

mengkomsumsi obat antihipertensi.

Page 35: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

35

b. Olahraga isotonik adalah olahraga yang menimbulkan kontraksi otot

dengan pengurangan panjang otot.

c. Olahraga isometrik adalah olahraga dengan melakukan kontraksi otot

tanpa pengurangan panjang otot.

d. Respon tekanan darah setelah berolahraga isotonik adalah perubahan

tekanan darah akibat olahraga isotonik.

e. Tekanan darah sistolik adalah tekanan maksimum yang timbul di arteri

sewaktu darah masuk kedalam arteri.

f. Tekanan diastolik adalah tekanan minimum di dalam arteri sewaktu

darah mengalir keluar ke pembuluh perifer.

g. Tekanan darah arteri rata-rata adalah tekanan arteri rata-rata selama

siklus jantung.

h. Tekanan nadi adalah perbedaan antara tekanan darah sistolik dan

tekanan darah diastolik.

7. Instrumen Penelitian

a. Sepeda ergometer

b. Handgrip

c. Timbangan berat badan

d. Sphygmomanometer

e. Stopwatch

8. Cara Kerja

a. Penelitian dilakukan pada pagi hari sampai dengan tengah hari

Page 36: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

36

b. Subyek ditanya kapan terakhir makan (seharusnya paling sedikit 2 – 3 jam

sebelum tes); Subyek juga ditanya kapan terakhir berolahraga (seharusnya

paling sedikit 12 jam sebelum tes)

c. Subyek diberi keterangan mengenai prosedur tes. Apabila subyek setuju

untuk mengikuti jalannya penelitian, subyek dipersilakan menandatangani

inform consent

d. Subyek diukur berat badan dan tinggi badan.

e. Subyek bersiap menjalani tes

f. Tes dilakukan di ruangan penyimpanan alat di Laboratorium Fisiologi; Tes

yang dilakukan meliputi tes olahraga isometrik (handgrip) kemudian

dilanjutkan dengan tes olahraga isotonik (ergometer)

g. Tes olahraga isometrik:

1) Subyek duduk dengan tenang selama 5 menit (stopwatch dihidupkan).

Tangan kanan subyek diletakkan di atas meja. Manset dipasang pada

lengan kanan atas subyek (1 – 2 cm dari fossa cubiti; lengan atas

dibebaskan dari kain lengan) sehingga letaknya sejajar dengan ketinggian

jantung (atrium). Pada akhir menit ke-5, tekanan darah dan frekuensi nadi

diukur dengan menggunakan Omron sebanyak 1 kali. Hasil digunakan

sebagai nilai sebelum olahraga isometrik

2) Masih dalam posisi duduk, subyek meremas handgrip secara maksimal

dan kontinu dengan menggunakan tangan kiri (lengan tidak boleh

bergerak) selama 1 menit (stopwatch dihidupkan). Pada detik ke-30,

tekanan darah dan frekuensi nadi diukur dengan menggunakan Omron.

Page 37: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

37

Selama pengukuran, subyek tetap dalam keadaan meremas handgrip secara

maksimal dan kontinu. Pengukuran tekanan darah dan frekuensi nadi

dilakukan sebanyak 1 kali. Hasil digunakan sebagai nilai selama olahraga

isometrik

3) Subyek melepas handgrip kemudian duduk dengan tenang selama 3 menit

(stopwatch dihidupkan). Pada akhir menit ke-3, tekanan darah dan

frekuensi nadi diukur sebanyak 1 kali dengan menggunakan Omron. Hasil

digunakan sebagai nilai setelah olahraga isometrik

h. Subyek istirahat, sementara itu diganti subyek berikutnya akan menjalani

tes olahraga isometrik

i. Subyek yang pertama menjalani tes olahraga isotonik setelah subyek yang

kedua selesai menjalani tes olahraga isometrik

j. Tes olahraga isotonik:

1) Subyek duduk dengan tenang selama 5 menit (stopwatch

dihidupkan). Tangan kanan subyek diletakkan di atas meja.

Manset dipasang pada lengan kanan atas subyek (1 – 2 cm dari

fossa cubiti; lengan atas dibebaskan dari kain lengan) sehingga

letaknya sejajar dengan ketinggian jantung (atrium). Pada akhir

menit ke-5, tekanan darah dan frekuensi nadi diukur dengan

menggunakan Omron sebanyak 1 kali. Hasil digunakan sebagai

nilai sebelum olahraga isotonik.

2) Subyek menempatkan dan menyesuaikan diri pada sepeda

Ergometer Monark. Manset masih terpasang pada lengan kanan

Page 38: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

38

atas subyek. Subyek mengayuh pedal 50 rpm atau 50 siklus

(metronom dihidupkan pada angka 100; lutut turun pada saat

hitungan/ ketukan metronom) dengan beban ½ kp selama 6 menit

(stopwatch kembali dihidupkan). Pada akhir menit ke-6, tekanan

darah dan frekuensi nadi diukur dengan menggunakan Omron

(subyek berhenti mengayuh namun tetap duduk pada Ergometer

dan metronom belum dimatikan). Pengukuran tekanan darah dan

frekuensi nadi dilakukan sebanyak 1 kali. Hasil digunakan sebagai

nilai selama olahraga isotonik

3) Subyek berhenti mengayuh pedal kemudian subyek beranjak dari

sepeda menuju ke tempat semula (kursi yang telah disiapkan dan

dipakai sebelumnya). Subyek duduk dengan tenang selama 5

menit (stopwatch dihidupkan). Tangan kanan subyek diletakkan di

atas meja; manset dipasang pada lengan kanan atas subyek. Pada

akhir menit ke-5, tekanan darah dan frekuensi nadi diukur dengan

menggunakan Omron. Pengukuran dilakukan sebanyak 1 kali.

Hasil digunakan sebagai nilai setelah olahraga isotonik

9. Analisis Data

Korelasi data pada penelitian ini adalah korelasi antara variabel bebas (riwayat

keluarga hipertensi) dan variabel terikat (respon tekanan darah setelah berolahraga

isotonik) sehingga penelitian ini menggunakan uji one-way Anova 2x3 table.

Page 39: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

39

G. JADWAL PELAKSANAAN

Uraian Bulan ke-

1 2 3

Persiapan

Pelaksanaan

Pembuatan proposal

Analisis data

Laporan

H. PERSONALIA PENELITIAN

1. Ketua Tim Penelitian

Nama Lengkap : Sisti Meiryisha

Nomer Mahasiswa : 20050310009

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Kedokteran Umum

Waktu untuk Penelitian ini : 5 jam/minggu

2. Anggota Tim Penelitian

Nama Lengkap : Fitria Rahmawati

Nomer Mahasiswa : 20050310009

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Kedokteran Umum

Waktu untuk Penelitian ini : 5 jam/minggu

I. PERSONALITI PEMBIMBING

J. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Rekapitulasi biaya penelitian adalah sebagai berikut:

Page 40: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

40

No Uraian Biaya

1 Honorarium Rp. 100.000,00

2 Penelitian Rp. 300.000,00

3 Pembimbing Rp. 100.000,00

4 Transportasi Rp. 30.000,00

5 Laporan penelitana. Printb. Fotokopic. Jilidd. ATK

Rp. 25.000,00Rp. 20.000,00Rp. 35.000,00Rp. 30.000,00

6 Seminar Rp. 100.000,00

7 Lain-laina. Sewa labb. Fee teknisi

Rp. 50.000,00Rp. 50.000,00

Total Rp. 840.000,00

K. DAFTAR PUSTAKA

1. National Institutes of Health. The Sixth of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. NIH Publication. 1997

2. Price, S.A., Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 9. Jakarta: EGC. 1997

3. Williams, R.R., Hunt, S.C., Hasstedt, S.J., Hopkin, P.N., Wu, L.L., Berry, D.T., et al. Are There Interaction and Relations Between Genetic and Environment Factor Predisposing to High Blood Pressure?, Hypertension 1991 Sep; 18(3): 1-29-1-37

4. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1997

Page 41: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

41

5. Dorland. Kamus Kedokteran, Edisi 29. Jakarta: EGC. 2002

6. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. 2003

7. Guyton, A.C., Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 1997

8. Ishikawa-Takawa, K., Ohta, T., Tanaka, H. How Much Exercise Is Required to Reduce Blood Pressure in Essential Hypertension: A Dose-Response Study, The American Journal of Hypertension 2003; 16(8): 629-633

9. Bond, V.Jr., Frank, B.D., Tearney, R.J., Wood, B., Melendez, M.A., Johnson, L., et al. Exercise Blood Pressure and Skeletal Muscle Vasodilator Capacity in Normotensives with Positive and Negative Family History of Hypertension, Journal of Hypertension 1994; 12: 285-290

10. Muldon MF, Terrell DF, Bunker CH, Manuck SB. Family History Studies in Hypertension Resecah, Review of the Literature. AJH. 1993; 6:76-88

11. Kaplan, Robert M., James R., Sallio, Je., and Thomas L., Patterson, 1993, Helath and Human Behavior, Mc.Graw-Hill, Inc, New York

12. Sugiyanto, E. Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskuler, Cermin Dunia Kedokteran 2007 Jul; 34(4): 173-175

13. Dhianingtyas, Y., Hendrati, L.Y. Resiko Obesitas, Kebiasaan Merokok, dan Komsumsi Garam Terhadap Kejadian Hipertensi pada Usia Produktif, The Indonesian Journal of Public Health 2006 Mar; 2(3): 105-109

14. Survey Kesehatan Rumah Tangga. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi 2007 Jan. available from: URL: http://www.dinkes-kotasemarang.go.id/dinkes%20semarang.htm

15. Darmojo, B. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia. available from: URL: http:// www.tempointeraktif.com/medika/arsip/072001/pus-3.htm - 33k

16. Isselbacher, K.J., Braunwald, E., Wilson, J.D., Martin, J.B., Fauci, A.S., Kasper, D.L. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: EGC. 2000

Page 42: Proposal Pengajuan Lo Lengkap

42

17. Suyono, S. (editors). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 2. Jakarta: FKUI. 2001

18. World Health Organization – International Society of Hypertension Guidelines for the Management of Hypertension. Guidelines Subcommittee. J Hypertens 1999, 17:151–183.

19. Joint National Committee and Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure., 2003, The JNC Report of The Joint National Committee, Arch Intern Med, 289: 2560-2570.

20. Wilson, M.F., Sung, B.H., Pincomb, G.A., Lovallo, W.R. Exaggerated Pressure Respone to Exercise in Men at Risk for Systemic Hypertension, The American Journal of Cardiology 1990 Sep; 66: 731-736

21. The Wikipedia Foundation, Inc. 2008, 30 April. Isometric Exercise, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Isometric_exercise

22. Stewart, K.J., Sung, J., Silber, H.A., Fleg, J.L., Kelemen, M.D., Turner, K.L., et al. Exaggerated Exercise Blood Pressure Is Related to Improve Endothelial Vasodilator Function, The American Journal of Hypertension 2004; 17(4): 314-320

23. EB Stinson et al. Left ventricular response to isometric exercise in patients with denervated and innervated hearts. Circulation 1980;61;897-901.

24. Jianhuai L, Zhang Qi, Guo Hui. The influence of long duration of isometric contraksion on blood pressure. 2007. 19:111-115.

25. Wilmore, J.H., Costill, D.L. Physiology of Sport and Exercise. 3 rd ed. Hong Kong. 2004

26. Ridjab, D.A. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhada Tekanan Darah, Majalah Kedokteran Atma Jaya 2005 May; 4: 73-7