proposal penelitian - tinjauan pustaka

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Efektivitas Efektivitas adalah ukuran dari kualitas output dan berhubungan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik. Menurut Deva dkk (1989 : 279) efektivitas adalah hasil guna kegiatan pemerintah dalam mengurus keuangan daerah sedemikian rupa, sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah dengan biaya yang serendah-rendahnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Efektivitas mengandung pengertian kesesuaian antara output dengan tujuan yang ditetapkan (Subagyo, 2000:23), artinya efektivitas mencerminkan keberhasilan kinerja aparat dalam mencapai rencana yang telah ditetapkan. Efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi telah mencapai tujuannya,maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan secara efektif (Mardiasmo 2000:134). Efektivitas kegiatan diartikan

Upload: agus

Post on 16-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

efektifitas

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori2.1.1 Konsep EfektivitasEfektivitas adalah ukuran dari kualitas output dan berhubungan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik. Menurut Deva dkk (1989 : 279) efektivitas adalah hasil guna kegiatan pemerintah dalam mengurus keuangan daerah sedemikian rupa, sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah dengan biaya yang serendah-rendahnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.Efektivitas mengandung pengertian kesesuaian antara output dengan tujuan yang ditetapkan (Subagyo, 2000:23), artinya efektivitas mencerminkan keberhasilan kinerja aparat dalam mencapai rencana yang telah ditetapkan. Efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi telah mencapai tujuannya,maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan secara efektif (Mardiasmo 2000:134). Efektivitas kegiatan diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu kegiatan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan.2.1.2 Konsep KreditKredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (UU Perbankan nomor 10 tahun 1998 dalam Kasmir, 2007 : 92). Menurut Gilarso 1992 : 246) kredit adalah pemberian uang, barang atau jasa kepada pihak lain, tanpa menerima imbalan (pembayaran) langsung atau bersamaan tetapi dengan percaya bahwa pihak yang menerima uang atau barang tersebut akan mengembalikan atau melunasi hutangnya sesuai jangka waktu tertentu. Menurut Undang-undang no. 14 Tahun1967 Pasal 1c, mengenai pokok-pokok perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain. Dalam hal mana, pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.Menurut Kasmir (2007 : 94), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit yaitu.1) KepercayaanKepercayaan dari si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikannya (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa yang akan datang.2) KesepakatanKesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.3) Jangka waktuSuatu masa yang memisahkan antara pemberi kredit dengan penerima kredit yang mana dana tersebut akan diterima pada masa yang akan datang. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, biasaberbentuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.4) ResikoAdanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit.Suatu resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberi kredit dengan penerima kredit yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama jangka waktu pemberian kredit, maka semakin besar tingkat resikonya. Dengan adanya resiko dalam pemberian kredit, maka dapat menimbulkan jaminan dalam pemberian kredit.5) Balas JasaMerupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan nama bunga.Pendapat (Kasmir, 2007 : 95) tujuan pemberian kredit tidak terlepas dari misi pendirian suatu bank. Adapun tujuan utama pemberian kredit yaitu.1) Mencari keuntunganTujuannnya untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.2) Membantu usaha nasabahTujuannya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.3) Membantu pemerintahBagi pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.Kemudian disamping tujuan tersebut, suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut:(1) Untuk meningkatkan daya guna uang.(2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.(3) Untuk meningkatkan daya guna barang.(4) Meningkatkan peredaran barang.(5) Sebagai alat stabilitas ekonomi.(6) Untuk meningkatkan kegairahan usaha.(7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.(8) Untuk meningkatkan hubungan internasional.Dalam pemberian kredit oleh bank, perlu dilakukan melalui prosedur penilaian yang benar. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 4C. Adapun penjelasan untuk analisis dengan 4C kredit, (Kasmir, 2007 : 104) adalah sebagai berikut: Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang diberikan kredit benar-benar dipercaya(1) CapacityUntuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.(2) CapitalPenggunaan modal ditinjau dari laporan keuangannya melalui pengukuran seperti likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.(3) CollateralMerupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan serta harus diteliti keabsahannya.(4) ConditianDalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan.2.1.4 Konsep Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)1) Pengertian Usaha MikroSesuai dengan PBI Nomor : 7/39/PBI 2005 tanggal 18 Oktober 2005, yang dimaksud dengan usaha mikro adalah suatu usaha produktif milik keluarga atau perseorangan WNI (Warga Negara Indonesia), secara individu atau tergabung dalam koperasi dan memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh usaha mikro yaitu.(1) Usaha dijalankan oleh anggota keluarganya, sehingga tidak ada pemisahan rumah tangga dan bisnis.(2) Skala usaha relatif kecil, dan umumnya tidak ada pencatatan tentang kegiatan bisnis.(3) Sumber dana bersifat lokal, padat karya dan menggunakan teknologi yang sederhana.(4) Tidak adanya lisensi bisnis (informal) dan informasi terbatas (credit history).(5) Bersifat multi Income Activities.(6) Nilai asset (agunan) relatif rendah (unmar ketable).2)Pengertian Usaha KecilSesuai dengan PBI Nomor : 7/39/PBI 2005 tanggal 18 Oktober 2005 yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria sebagai berikut:(1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 dan tidak termasuk tanah dan bangunan tinggal usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).(2) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah, atau usaha besar.(3) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.Menurut surat edaran Bank Indonesia Nomor : 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit usaha kecil (Pandji Anoraga 1997 : 45) yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang memiliki total asset maksimum Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah), sedangkan berdasarkan undang-undang Nomor : 9 tahun 1995, usaha kecila adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan, seperti kepemilikikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud ini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional.Menurut Panji Anoraga (1997 : 46) sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan.2) Margin usaha yang cenderung tipis, mengingat persaingan yang sangat tinggi.3) Modal terbatas.4) Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.5) Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta divesifikasi pasar sangat terbatas.7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk memperolehlaba di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.Karakteristik yang dimiliki Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah, terutama yang berkaitan dengan pendanaan yang tampak sangat sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas. Kelemahan usaha kecil ini adalah investasi awal dapat saja mengalami kerugian, beberapa resiko diluar kendali wirausahawan seperti: perubahan mode, peraturan pemerintah, persaingan dan masalah tenaga kerja dapat menghambat bisnis, dan beberapa jenis juga cenderung menghasilkan pendapatan yang cenderung tidak teratur, sehingga pemilik modal mungkin tidak memperoleh laba/profit.Bagi pengembangan usaha kecil, masalah modal merupakan kendala besar yang dihadapi. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan biaya sebagai modal dasar, maupun untuk langkah-langkah pengembangan usahanya, yaitu melalui kredit perbankan. Pinjaman lembaga keuangan buka bank, modal ventura, pinjaman dari dana penyisihan sebagian laba milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hibah dan jenis-jenis pembiayaan lainnya.Pada umumnya, pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan dirasakan oleh usaha kecil sangat memberatkan, terutama karena tingkat bunga yang cukup tinggi. Dilain pihak mengingat di sektor usaha kecil memiliki skala usaha yang juga kecil, dengan tingkat pendapatan yang sering kali tidak teratur. Pihak bank sering kali merasa was-was, apabila pinjaman yang diberikan tidak mampu dikembalikan oleh usaha kecil, oleh karena itu diciptakan instrumen pembayaran yang sesuai dengan karakteristik usaha kecil, yaitu modal ventura.

Modal ventura merupakan kegiatan yang dilakukan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan, pasangan usaha dengan beberapa tujuan, antara lain untuk mengembangkan perusahaan, yang pada tahap awal mengalami kesulitan modal membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan, dan membantu perusahaan yang ada dalam tahap kemunduran usaha. Akan tetapi, walaupun usaha kecil banyak memanfaatkan modal ventura dan pinjaman kredit dari perbankan, masih banyak digunakan oleh pemilik usaha kecil.3)Pengertian Usaha MenengahSesuai dengan PBI Nomor : 7/39/2005 tanggal 18 Oktober 2005, yang dimaksud UMKM adalah usaha dengan kriteria sebagai berikut:(1) Memiliki kekayaan lebih dari Rp. 200.000.000,00 (dua us juta rupiah) sampai paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah), tidak termasuk dengan tanah dan bangunan tempat usaha.(2) Milik Warga Negara Indonesia (WNI).(3) Berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berfiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar.(4) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum.2.1.5 Peran UMKM Dalam Pembangunan Ekonomi IndonesiaBerdasarkan hasil penelitian Bapedda Provinsi Bali, kebijakan ekonomi kedepan harus didesain kearah penguatan UMKM, sehingga mampu menekan jumlah pengangguran dan angka kemiskinan. Pemerintah perlu melakukan promosi besar untuk mengarahkan masyarakat bahwa wiraswasta mempunyai kedudukan sama dan menjadi pegaai negeri, memberikan pelatihan pemasaran, bagaimana UMKM bisa mengakses pasar internasional. UMKM dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia, sebab sekitar 80 juta lebih orang Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa UMKM mampu meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia.Pembangunan UMKM yang progresif dimungkinkan karena berbagai faktor yaitu.1) Sebagian besar UMKM mengandalkan bahan baku lokal untuk mengembangkan usahanya.2) Tidak memerlukan sumber daya manusia yang terlatih.3) Perkembangan teknologi yang bersifat spesifik lokasi akam membantu meningkatkan efisiensi daya saing.4) Fluktuasi nilai tukar dolar Amerika terhadap Rupiah tidak mempengaruhi proses produksi karena bahan baku lokal.Dengan adanya pembangunan UMKM yang progresif diharapkan UMKM sangat berperan di dalam perekonomian Indonesia yang didasarkan atas realitas, antara lain:1) UMKM merupakan sektor ekonomi yang telah tebbbrbukti tangguh dan menyangga terakhir dan menyelamatkan perekonomian Indonesia dari kebangkrutan.2) Sektor UMKM sangat kuat di dalam menghadapi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan yang belum pulih.3) Jenis usaha yang tidak berbadan hukum ini akan menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi tradisional maupun regional.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian SebelumnyaPenelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:Dwi Prima (2009) dalam skripsinya yang berjudul Efektivitas Kredit Tanpa Anggunan (KTA) Dalam Peningkatan Volume Produksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Denpasar menyimpulkan dari ketiga variabel tersebut, baik variabel input, proses dan output, maka kesimpulan yang didapat mengatakan bahwa Program Pemberian Kredit Tanpa Anggunan (KTA) Terhadap Peningkatan Volume Produksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Denpasar adalah kurang efektif, yaitu dengan nilai pencapaian sasaran sebesar 68,67 persen.Sepiantini (2010) dalam skripsinya yang berjudul Efektivitas Program Bantuan Kredit Usaha Rakyat Terhadap Peningkatan Pendapatan dan KesempatanKerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Desa/Kelurahan Dalung Kecamatan Kuta Utara. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa program bantuan Kredit Usaha Rakyat di Desa/Kelurahan Dalung Kecamatan Kuta Utara di katakan cukup efektif yaitu sebesar 75,5 persen dan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja UMKM.Persamaan penelitian sekarang dan ketiga penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti mengenai UMKM Kredit. Untuk penelitian Zesmaertha terdapat kesamaan menganalisis kredit dan pendapatan UMKM, sedangkan perbedaanya kesempatan kerja, waktu dan lokasi penelitian. Untuk penelitian Edy Putra dan Dwi Prima, persamaannya dengan penelitian sekarang adalah meneliti mengenai efektivitas kredit UMKM, sedangkan perbedaannya terletak pada program kredit dan lokasi penelitian. Untuk Penelitian Agus Anugerah Wisaputra terdapat kesamaan menganalisis kredit dan tingkat pendapatan, sedangkan perbedaannya terletak pada program kredit dan lokasi penelitian.2.3 Rumusan HipotesisBerdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah diuraikan, maka dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut:1) Program bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan UMKM di Desa Pemogan Kecamatan Denpasar Selatan.2) Program bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdampak positif terhadap kesempatan kerja UMKM di Desa Pemogan Kecamatan Denpasar Selatan.