proposal penelitian formulasi gel steril propolis trigona sp
DESCRIPTION
Sediaan Gel Steril PropolisTRANSCRIPT
USULAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
I. Latar Belakang
Kulit berfungsi sebagai barrier atau pelindung tubuh manusia dari
pengaruh lingkungan luar, di samping fungsi lainnya yakni menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi tersebut dapat terganggu oleh kerusakan kulit, contohnya luka
bakar. Luka bakar merupakan bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi (Moenajat,2003).
Derajat kedalaman luka bakar dibagi menjadi tiga yaitu derajat I, derajat
II, dan derajat III. Pada luka bakar derajat II kerusakan kulit yang terjadi meliputi
epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Sedangkan pada luka bakar derajat III kerusakan kulit meliputi seluruh tebal kulit
dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang
(Kartohatmodjo, 2009).
Proses penyembuhan luka merupakan proses biologis yang dinamis
meliputi fase pembekuan darah, fase inflamasi, proliferasi sel, dan fase
1
Judul Penelitian : Desain dan Evaluasi Formula Sediaan Gel Steril Luka Bakar dari Propolis Trigona sp.
Nama/NPM : Ratu Nida F. / 260110090095
Pembimbing : 1. Yoga Windhu W, M.Si., Apt
2. Insan Sunan K., S.Si., Apt
3. Mahani, SP., M.Si
2
penyembuhan (Ibrahim, 2006). Untuk mempercepat proses penyembuhan luka,
dapat digunakan obat atau bahan yang merangsang sistem pertahanan tubuh dalam
menanggulangi kerusakan yang terjadi atau yang dapat meredakan nyeri setempat
dan mencegah terjadinya infeksi (Hidayati, 2009).
Propolis Trigona sp., suatu resin alami yang dikumpulkan dan digunakan
oleh lebah Trigona sp untuk membangun sekaligus mempertahankan sarangnya,
merupakan kandidat yang baik untuk mengobati luka bakar. Propolis digunakan
sebagai agen penyembuh luka sejak abad ke-19 dalam peperangan (Ramos, et al.,
2005). Hal ini disebabkan oleh sifat antivirus, antioksidan, antimikroba, serta anti-
inflamasi yang dikandung propolis (Seidel, et al., 2008).
Dalam studi lain, salep propolis dapat menyembuhkan tikus yang
menderita luka bakar lebih cepat dibandingkan tikus yang diobati secara
konvensional dengan sulfadiazin perak (Gregory, et al., 2008). Kandungan asam
ferulat agglutinating (zat yang mempercepat pembekuan darah) serta arginin (zat
yang memperlancar sirkulasi dan pernafasan sel untuk regenarasi) dalam propolis
konsentrasi 4-5% terbukti dapat mempercepat perbaikan jaringan, menurunkan
peradangan lokal, serta merangsang produksi serat kolagen (Pessolato, et al.,
2011).
Potensi aktivitas penyembuhan luka yang dihasilkan dari propolis perlu
dikembangkan dengan memanfaatkan ekstrak propolis menjadi bentuk sediaan
steril yang mudah digunakan dan bekerja sinergis dengan khasiatnya dalam
penyembuhan luka bakar.
3
Sediaan yang ideal untuk mengobati pasien luka bakar harus rendah biaya,
aman, relatif tidak sakit, dan mencegah infeksi untuk meningkatkan penerimaan
fungsi obat (Gerding, et al., 1990). Sediaan yang biasa digunakan untuk
mengobati luka bakar biasanya berupa sediaan topikal, misalnya gel. Sediaan gel
mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki viskositas dan daya lekat
tinggi sehingga tidak mudah mengalir pada permukaan kulit, memiliki sifat
tiksotropi sehingga mudah merata bila dioles, tidak meninggalkan bekas, hanya
berupa lapisan tipis seperti film saat pemakaian, mudah tercucikan dengan air, dan
memberikan sensasi dingin setelah digunakan (Lund, 1994).
International Pharmaceutical Federation (FIP) menetapkan bahwa
sediaan untuk pengobatan luka bakar harus bebas dari mikroba. Sedangkan
menurut Halls (1994), sediaan yang digunakan untuk menembus barrier fisik
tubuh, seperti ointment untuk luka terbuka harus dibuat steril. Untuk mencapai
kondisi bebas mikroba, perlu dilakukan sterilisasi. Tujuan dari sterilisasi adalah
menjamin sterilitas maupun kualitas termasuk stabilitas produk (Ansel, 1989).
Berkenaan dengan informasi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
desain formula sediaan gel steril dari Propolis Trigona sp. Dalam upaya
mendapatkan pengobatan alternatif serta memberikan pemahaman yang lebih baik
akan khasiat propolis untuk luka bakar, dilakukan evaluasi efektivitas produk
akhir sediaan gel steril secara in vivo dengan metode Morton.
4
II. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Bagaimana desain formula sediaan gel steril ekstrak Propolis Trigona sp.
yang memenuhi persyaratan farmasetik?
2. Bagaimana sterilitas dari gel steril yang telah dibuat?
3. Bagaimana efektivitas sediaan gel steril yang telah dibuat?
III. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula gel steril yang
mengandung ekstrak Propolis Trigona sp. yang diuji efektivitas dan sterilitasnya
sehingga diperoleh sediaan yang efektif, memenuhi persyaratan farmasetik dan
aman digunakan.
IV. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
pemanfaatan ekstrak Propolis Trigona sp. untuk dijadikan sediaan gel steril luka
bakar dalam pengobatan formal.
V. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
laboratorik dengan tahapan kerja sebagai berikut :
1. Persiapan alat dan bahan
5
2. Uji kandungan ekstrak Propolis Trigona sp. dengan Kromatografi Lapis
Tipis
3. Desain formula
4. Formulasi sediaan gel steril dari Ekstrak Propolis Trigona sp.
5. Pengujian sediaan gel steril (meliputi uji sterilitas dan kualitas sediaan
termasuk evaluasi sifat fisik gel, meliputi organoleptis, pH, dan viskositas
selama penyimpanan)
6. Analisis kualitatif sediaan gel steril yang dibuat
7. Uji efektivitas sediaan gel steril yang mengandung ekstrak Propolis
Trigona sp. dengan metode Morton terhadap hewan percobaan
8. Analisis data secara statistik menggunakan metode Analysis of Variance
(ANOVA)
VI. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013 sampai dengan selesai di
Laboratorium Teknologi dan Formulasi Sediaan Steril, Laboratorium
Farmakognosi dan Fitokimia, Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
6
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk-bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke empat. Jakarta: UI Press. Hal. 441-464.
Gerding, R. L., C.L. Emerman, D. Effron, T. Lukens, A.L. Imbembo, R. B. Fratianne. 1990. Outpatient management of partial-thickness burns: Biobrane® versus 1% silver sulfadiazine. Ann Emerg Med. 19:121-124.
Gregory, S. C., N. Piccolo, M.T. Piccolo, M.S. Piccolo, J.P. Heggers. 2002. Comparison of Propolis Skin Cream to Silver Sulfadiazine: a Naturopathic Alternative to Antibiotics in Treatment of Minor Burns. J Altern Complement Med. 8: 77-83
Halls, A. N. 1994. Achieving Sterility in Medical and Pharmaceutical Products. New York: Marcel Dekker Inc.
Hidayati, Isnaini. 2009. Uji Aktivitas Salep Extract Daun Binahong (Anredera cordifolia Steenis) Sebagai Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah.
Ibrahim, N. 2006. Aplikasi Terapi Stem Cell pada Luka Bakar. Cermin Dunia Kedokteran. 153:20
Lund, Walter. 1994. The Pharmaceutical Codex, 12th Ed., Principle and Practice of Pharmaceutics. London: The Pharmaceutical Press. p. 595-599.
Moenadjat, Y. 2003. Luka Bakar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 4-7.
Pessolatto, A. G., D.S. Martins, C.E. Ambrocio, C.A. Mancanares, and A.F. Carvalho. 2011. Propolis and amnion reepithelialise second-degree burns in rats. Burns. 37: 1192-1201.
Ramos, M. F. S., E.P. Santos, A.B. Silva, A.C. Leita˜o, G.M. Dellamora-Ortiz. 2005. Phototoxic evaluation and mutagenic screening of propolis extracts, Aloe spp. and Hamamelis virginiana. Rev Cienc Farmac Bas Aplic. 26:105–11.
Seidel, V., E.Peyfoon, D.G. Watson, J. Fearnley. 2008. Comparative Study of the Antibacterial Activity of Propolis from Different Geographical and Climatic Zones. Phytother. Res. 22: 1256-1263.