proposal penelitian
TRANSCRIPT
1
A. JUDUL PENELITIAN
“Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perkembangan Kesadaran diri Siswa
Sekolah Dasar Negeri Jatihandap Kota Bandung”
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan sempurna dengan segala
kelebihan dalam kemampuannya. Selain itu manusia dilahirkan dengan sifatnya
yang individualist sehingga terdapat begitu banyak perbedaan antara karakter
manusia yang satu dengan yang lainnya sehingga dikatakan bahwa manusia itu
makhluk yang unik.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengemban tugas
mempersiapkan SDM yang berkualitas. Sekolah dalam hal ini tidak hanya
dibebani untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam hal ranah kognitifnya
saja, akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Apalah gunanya seorang anak
yang kemampuan kognitif lebih, tetapi tidak didukung dengan sikap (afektif) dan
psikomotor yang baik pula. Dapat terjadi dengan kemampuannya yang tinggi itu
justru disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
Anak-anak adalah aset penerus bangsa yang harus dijaga agar bisa menjadi
penerus yang lebih baik dari saat ini, akan tetapi banyak kasus saat ini yang
menyatakan bahwa banyak ditemukannya kasus-kasus kriminalitas, asusila yang
dilakukan oleh anak-anak aset bangsa yang berharga ini. Contohnya banyak
sekali anak-anak jalanan yang harusnya masuk sekolah dasar ia malah harus
berkeliaran di jalanan dengan pakaian juga badan yang lusuh, banyak anak-anak
SD yang sudah mulai melakukan kegiatan seperti orang-orang dewasa seperti
merokok, bermain game yang berlebihan dan banyak hal lain yang seharusnya
tidak dilakukan oleh anak seusianya dalam proses pencarian jati diri.
Dalam hal ini kita bisa menyoroti beberapa faktor penyebab dari kerusakan
anak-anak zaman sekarang, salah satunya adalah pengaruh dari teman sebayanya
hal ini berarti pengaruh yang mengasilkan dampak yang besar adalah berasal dari
2
lingkungannya. Selain itu pula yang menjadi faktor kerusakan anak-anak zaman
saat ini adalah berasal dari faktor moral dan proses yang salah dari penanaman
kesadaran diri atau proses penanaman harga diri pada diri masing-masing
individu di sekolah.
Fenomena runtuhnya solidaritas pendidikan moral di sekolah mau tidak
mau kita harus memikirkannya. Secara teoritas dan faktual, pendidikan moral
yang pertama dan utama adalah di rumah. Faktor pertamanya adalah lingkungan
keluarga terlalu sempit sebagai tempat mendapatkan dan berlatih menerapkan
nilai-nilai moral. Dari orang tua atau significant others yang lain anak-anak
pertama kali memperoleh nilai-nilai moralitas yang digunakan sebagai acuan
untuk hidup bersama. Tetapi harus pula diakui bahwa menyerahkan pendidikan
moral sepenuhnya kepada orangtua ternyata tidaklah memadai.
Hal yang terjadi banyak orang tua masa kini hampir tidak punya waktu
untuk mendidik anak-anak. Semua diserahkan sepenuhnya pada sekolah. Fakta
disekolah seringkali nilai-nilai yang diberikan guru lebih diikuti oleh anak-anak
daripada dari orangtuanya. Faktor-faktor tersebut memberikan pendidikan moral
menjadi sebuah imperatif bagi sekolah.
Disamping itu pula Kesempurnaan moral yang bersih dari segala bentuk
kemaksiatan yang terlahir dari kesadaran diri akan pengetahuan yang sempurna
tentang Allah, menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup untuk bekal
masa depan, tidak hanya di dunia tapi sampai ke akhirat. Perubahan-perubahan
kultur yang terjadi ini mungkin salah satunya disebabkan oleh kemajuan
teknologi. Walaupun tidak dipungkiri, dengan adanya kemajuan teknologi kita
banyak sekali merasakan manfaatnya tetapi harus kita waspadai pula akibat-
akibat negatif yang ditimbulkannya.
Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial menjadi alasan anak-anak
akan mendapat pengaruh yang kuat dari lingkungan yaitu teman-temannya.
Kenakalan yang terjadi pada masa remaja hendaknya bisa dicegah saat masih di
sekolah dasar agar setidaknya bisa mengurangi tingkat kenakalan atau perilaku
3
menyimpang yang terjadi saat menginjak usia remaja. Mungkin pada usia anak
SD tidak banyak ditemukan masalah yang ditimbulkan dari pergaulanna dengan
teman sebaya, akan tetapi akan lebih baik hal itu bisa diperhatikan untuk
menjadi pencegahan yang menjadikan sinkronnya masa peralihan dari anak-anak
ke usia remaja.
Oleh karena itu perlu dilakukan sejak dini penanaman kesadaran diri atau
harga diri pada siswa agar ia lebih mengenal diri sendiri dan lebih percaya pada
diri sendiri. Dengan bantuan dan dukungan kepercayaan diri dari teman
sebayanya maka anak akan lebih mudah untuk bisa mempercayai dirinya dan
bersikap percaya pada diri sendiri. Diharapkan anak bisa dengan mudah
menemuakan harga dirinya ditengah pergaulannya dengan teman sebayanya.
Untuk anak sekolah dasar, dimana anak masih melihat lingkungan dan
menerima apapun yang ada pada lingkungannya maka dibutuhkan pula
kerjasama yang baik dengan pihak sekolah dan keluarga agar menunjang proses
pembentukan dan perkembangan kepercayaan diri siswa dalam menjalani masa
remaja khususnya bagi anak SD kelas 6 yang berada pada masa transisi antara
masa anak-anak menuju remaja.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Teman Sebaya terhadap
Perkembangan Kesadaran Diri Siswa Sekolah Dasar Negeri Jati handap”. Hasil
penelitian akan memberikan masukan dan gambaran seberapa jauh pengaruh
teman sebaya terhadap perkembangan setiap siswa sekolah dasar saat ini.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah pada penelitian
selanjutnya dirumuskan yaitu “ Bagaimana pengaruh teman sebaya terhadap
perkembangan kesadaran diri siswa SDN Jati Handap Kota Bandung?”.
4
D. BATASAN MASALAH
Masalah penelitian ini selanjutnya dibatasi sesuai dengan variable
penelitian yang akan diteliti. Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan
masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana dampak dari pengaruh pergaulan antar siswa SDN Jati Handap
terhadap proses perkembangan kesadaran diri siswa kearah yang positif?
b. Bagaimana upaya mandiri dari siswa untuk mengembangkan kesadaran
dirinya kearah yang positif?
c. Bagaimana bentuk upaya yang dilakukan pendidik dalam membantu proses
perkembangan kesadaran diri pada siswa?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini yaitu ingin menegtahui pengaruh teman sebaya
terhadap perkembangan kesadaran diri pada siswa SDN Jati Handap kota
Bandung. Secara khusus tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dampak dari pengaruh pergaulan antar siswa SDN Jati
Handap terhadap proses perkembangan kesadaran diri siswa kearah yang
positif.
2. Untuk mengetahui upaya mandiri yang dilakukan siswa untuk
mengembangkan kesadaran dirinya kearah yang positif.
3. Untuk mengetahui bentuk upaya yang dilakukan pendidik dalam membantu
proses perkembangan kesadaran diri pada siswa.
5
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai kegunaan, baik secara teoretis maupun praktis yaitu
sebagai berikut:
1. Kegunaan secara teoretis
Secara teoretis penelitian ini mempunyai kegunaan untuk mengembangkan
disiplin ilmu pendidikan humanisasi tentang pengembangan kesadaran diri.
2. Kegunaan secara praktis
Secara praktis, penelitian ini mempunyai kegunaan diantaranya sebagai berikut:
a. Kegunaan bagi siswa
Kegunaan bagi siswa yaitu untuk mengembangkan sikap kepercayaan pada
diri/harga diri siswa ke arah yang lebih baik sehingga ia mampu melewati
masa transisi dari anak-anak menuju remaja dengan sikap dan nilai positif
yang didapatnya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan
disekitarnya
b. Kegunaan bagi guru
Kegunaan bagi guru yaitu sebagi saran dan masukan agar membantu siswa
dalam mengembangkan sikap percaya diri/kesadaran diri siswa melalui
pergaulan mereka dengan teman sebayanya.
c. Kegunaan bagi sekolah
Kegunaan bagi sekolah yaitu sebagai saran dan masukan agar mengadakan
program bimbingan dan konseling bagi siswa kelas tinggi yang akan
melewati masa transisi dari anak-anak menuju remaja agar sebelumnya ia
sudah menemukan dan mengembangkan kepercayaan dirinya dan membantu
siswa untuk mengembangkannya ke arah nilai dan moral yang positif di masa
yang akan datang.
d. Kegunaan bagi keluarga
Kegunaan bagi keluarga yaitu sebagai saran agar keluarga lebih
memperhatikan proses perkembangan kesadaran diri anak dan bagaimana
mereka bergaul dengan teman dan lingkungan disekitarnya. Sehingga akan
6
ada tindakan pengembangan dan penanaman sikap percaya pada anak dan
sikap mengontrol saat anak akan bergaul dengan lingkungan disekitarnya.
e. Kegunaan bagi masyarakat
Kegunaan bagi masyarakat yaitu sebagai saran agar masyarakat lebih bisa
mengahargai bahwa setiap anak butuh rasa kepercayaan diri yang ditanamkan
padanya agar ia merasa diterima dilingkungannya dan mau mengikuti semua
aturan dan norma yang berlaku pada mayarakat saat ini.
G. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Kesadaran Diri
Kesadaran diri adalah keadaan dimana bisa memahami diri sendiri
dengan setepat-tepatnya. Seseorang disebut memiliki kesadaran diri jika
memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi
mengenai diri sendiri, dan sadar tentang diri yang nyata. Pendek kata,
kesadaran diri adalah jika sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri
yang ada dalam diri.
Orang sedang berada dalam kesadaran diri memiliki kemampuan
memonitor diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami
orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya. Orang yang bisa
memonitor diri pasti disukai orang lain. Namun jika kemampuan monitor
dirinya sangat tinggi malah bisa menjadi bunglon, alias tidak memiliki
identitas karena dimana-mana selalu berusaha menyesuaikan diri. Sebaliknya,
orang yang rendah monitor dirinya selalu berperilaku konsisten karena tidak
ada usaha untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi.
Secara ekstrem, kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni
kesadaran diri publik dan kesadaran diri pribadi. Orang yang memiliki
kesadaran diri publik berperilaku mengarah keluar dirinya. Artinya, tindakan-
tindakannya dilakukan dengan harapan agar diketahui orang lain. Orang
7
dengan kesadaran publik tinggi cenderung selalu berusaha untuk melakukan
penyesuaian diri dengan norma masyarakat. Dirinya tidak nyaman jika
berbeda dengan orang lain.
Orang dengan kesadaran diri pribadi tinggi berkebalikan dengan
kesadaran diri publik. Tindakannya mengikuti standar dirinya sendiri. Mereka
tidak peduli norma sosial. Mereka nyaman-nyaman saja berbeda dengan
orang lain. Bahkan tidak jarang mereka ingin tampil beda. Mereka-mereka
yang mengikuti berbagai kegiatan yang tidak lazim dan aneh termasuk orang-
orang yang memiliki kesadaran diri pribadi yang tinggi.
2. Konsep Harga Diri
a. Pengertian Harga Diri
Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai
peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu.
Coopersmith (dikutip dalam Burn, 1998) mengatakan bahwa : “Harga diri
merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya,
terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan
individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, keberhargaan”.
Secara singkat, harga diri adalah “Personal judgment” mengenai perasaan
berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap
dirinya”.
Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri adalah
penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat disimpulkan bahwa harga diri
menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang
yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
b. Karakteristik Harga Diri
Menurut Coopersmith (dalam Burn, 1998) harga diri mempunyai
beberapa karakteristik, yaitu : (a) harga diri sebagai sesuatu yang bersifat
umum; (b) harga diri bervariasi dalam berbagai pengalaman; dan (c) evaluasi
8
diri. Individu yang memiliki harga diri tinggi menunjukkan perilaku
menerima dirinya apa adanya, percaya diri, puas dengan karakter dan
kemampuan diri dan individu yang memiliki harga diri rendah, akan
menunjukkan perhargaan buruk terhadap dirinya sehingga tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial (Stuart dan Sundeen, 1991 dan
Keliat, 1995).
c. Pembentukan Harga Diri
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan
dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan
sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan
peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan orang yang diajak
bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri, identitas,
dan pemahaman tentang diri.
Hal ini akan membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai
orang yang berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga
individu mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998). Harga diri
mengandung pengertian”siapa dan apa diri saya”.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapat
penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang
melekat dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam
proses berinteraksi dimana proses ini dapat menguji individu, yang
memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat
dan orang lain.
d. Aspek-Aspek dalam Harga Diri
Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam empat aspek:
1) Kekuasaan (power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang
lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang
diterima individu dari orang lain.
9
2) Keberatian (significance)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu
dari orang lain.
3) Kebajikan (virtue)
Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh
ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.
4) Kemampuan (competence)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri. Menurut
Coopersmith (1967), terdapat lima faktor yang mempengaruhi harga diri
yaitu:
Faktor Jenis Kelamin
Menurut Ancok dkk. (Dalam Ghufron, 2010) Wanita selalu
merasa harga dirinya lebih rendah daripada pria, seperti perasaan
kurang mampu, kepercayaan diri yang kurang mampu, atau merasa
harus di lindungi. Hal ini terjadi mungkin karena peran orang tua dan
harapan-harapan masyarakat yang berebeda-beda baik pada pria
maupun wanita. Pendapat tersebut sama dengan penelitian dari
Coopersmith (1967) yang membuktikan bahwa harga diri wanita lebih
rendah daripada harga diri pria.
Inteligensi
Individu dengan harga diri yang tinggi akan mencapai prestasi
akademik yang tinggi daripada individu dengan harga diri yang
rendah. Dan individu yang memiliki harga diri yang tinggi memiliki
skor intelegensi yang lebih baik, taraf aspirasi yang lebih baik, dan
selalu berusaha keras.
Kondisi Fisik
10
Coopersmith (1967) menemukan adanya hubungan yang
konsisten antara daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri.
Individu dengan kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga
diri yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang
menarik. Begitu pula dengan remaja yang terlalu memikirkan masalah
ukuran dan bentuk tubuhnya. Mereka akan berusaha mati-matian
untuk bisa mempertahankan bentuk tubuh atau menurunkan berat
badannya.
Lingkungan Keluarga
Coopersmith (1967) berpendapat bahwa perlakuan adil, pemberian
kesempatan untuk aktif dan mendidik yang demokratis akan membuat
anak mendapat harga diri yang tinggi. Orang tua yang sering memberi
hukuman dan larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa
tidak berharga. Mereka yang berasal dari keluarga bahagia akan
memiliki harga diri tinggi karena mengalami perasaan nyaman yang
berasal dari penerimaan, cinta, dan tanggapan positif orang tua
mereka. Sedangkan pengabaian dan penolakan akan membuat mereka
secara otomatis merasa tidak berharga. Karena merasa tidak berharga,
diacuhkan dan tidak dihargai maka mereka akan mengalami perasaan
negatif terhadap dirinya sendiri.
Lingkungan Sosial
Klass dan Hodge (1978), (dalam Ghufron, 2010) berpendapat
bahwa pembentukan harga diri dimulai dari seseorang yang menyadari
dirinya berharga atau tidak. Hal ini merupakan hasil dari proses
lingkungan, penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain
kepadanya. Termasuk penerimaan teman dekat (peer), mereka bahkan
mau untuk melepaskan prinsip diri mereka dan melakukan perbuatan
yang sama (conform) dengan teman dekat mereka agar bisa dianggap
„sehati‟ walaupun p erbuatan itu adalah perbuatan yang negatif.
11
Sementara menurut Coopersmith (1967) ada beberapa ubahan dalam
harga diri yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep kesuksesan,
nilai, aspirasi dan mekanisme pertahanan diri. Kesuksesan tersebut
dapat timbul melalui pengalaman dalam lingkungan, kesuksesan
dalam bidang tertentu, kompetisi, dan nilai kebaikan.
f. Perkembangan Harga Diri
Harga diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir namun merupakan
faktor yang dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman hidup individu
dalam relasinya dengan dirinya sendiri maupun dengan individu yang lain.
Hal ini berkaitan dengan pendapat Rogers yang dikutib Azwar (1979) yang
menekankan bahwa perkembangan harga diri menekankan pentingnya arti
lingkungan sosial. Herbert (dalam Azwar, 1979) mengemukakan bahwa
konsep diri yang terkandung dalam harga diri berkembang sejak masa kanak-
kanak melalui orang-orang yang dianggap oleh orang tersebut. Harga diri
yang ada pada diri seseorang juga tidak muncul begitu saja melainkan melalui
proses dan perkembangan. Gejala awal muncul harga diri pada usia 2 tahun.
tapi terbentuknya lebih jelas dan dapat diamati pada usia 4 tahun (Piaget,
dalam Edwina, 1994).
Konsep diri anak yang baik merupakan puncak dari pembentukan
karakternya dan untuk menciptakan dasar yang baik pada hubungan
pribadinya. Saat anak merasa nyaman dengan dirinya sendiri secara bertahap
akan merasakan kebaikan hati dan kasih sayang terhadap orang lain. Untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak dapat dilakukan dengan usaha untuk
membiasakan mencintai, menunjukkan padanya bahwa orang tua benar-benar
percaya akan kemampuannya. Jika seorang anak mendapatkan kesan bahwa
kita tidak percaya kepadanya maka dengan sendirinva kepercayaan terhadap
dirinvapun akan berkurang. Seorang anak dapat menyadari identitas dirinya
diawali pada usia 2,5 dan 3 tahun.
12
Pada saat inilah orang tua dapat memberikan bantuan yang dapat
membangun kepercayaan dirinya. Banyak anak kurang percaya diri pada saat
menginjak usia sekolah, saat mereka mulai dapat membandingkan usahanya
dengan anak-anak yang lain, bahkan sampai dewasa mereka tidak terlalu pasti
terhadap dirinya yang ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu dan
merasa gagal. Hal ini dapat disebabkan kurangnya dukungan dan
penghargaan orang tua atas usaha anak (Thomsom, 1995).
Bradashaw (dalam Retnowati, 1993) mengemukakan bahwa
pembentukan harga diri diawali pada saat bayi merasakan tepukan yang
pertama kali diterima dari orang yang menangani proses kelahirannya
Perkembangan selanjutnya dibentuk melalui perlakuan-perlakuan yang
diperoleh anak dari lingkungannya, baik keluarga. sekolah dan masyarakat.
Pola perkembangan harga diri ditandai dengan timbulnya harga diri
primer, yang meliputi gambar diri secara fisik dan psikis, yang diperoleh
melaui interaksi individu dengan seluruh anggota keluarganya. Kemudian
dengan bertambahnya umur, anak mulai mengarahkan kontak dengan
lingkungan di luar rumah. Terbentuknva harga diri sekunder, diperoleh anak
melalui interaksi dengan orang lain dan merupakan refleksi dari perasaan atau
sikap orang lain terhadap dirinya. Remaja yang mempunyai ketrampilan
sosial seperti mudah bergaul dan mampu menyesuaian diri dengan
lingkungan sosialnya akan mempunyai harga diri yang tinggi karena ia
merasa mampu, diterima dan dihargai lingkungan sosialnya (Retnowati,
1993).
Rogers (dalam Retnowati, 1993) mengemukakan bahwa penghargaan
orang tua atas diri anak tanpa keharusan anak untuk mengikuti apa yang
diinginkan orang tua (Unconditional posotive regard) akan memberikan
dukungan yang sangat positif bagi perkembangan harga diri awal. Untuk
perkembangan selanjutnya harga diri seseorang ditentukan oleh penghargaan
orang lain terhadap kualitas dirinya.
13
Coopersmith (dalam Retnowati, 1993) mendiskripsikan ada beberapa
faktor yang dapat menyumbang perkembangan harga diri seseorang, yaitu:
1. Kualitas penghargaan penerima serta perhatian yang diterima seseorang
dari significant others dalam kehidupannya. Pada proses ini seseorang
belajar menilai seperti halnya ia dinilai dan kemudian akan diterapkan
untuk mengembangkan dirinya.
2. Sejarah keberhasilan serta status dan kedudukan yang diraih seseorang
dalam kehidupannya. Hal ini akan membentuk landasan harga diri dalam
realitas sosial. Pengalaman-pengalaman historis yang mencekam dan
dipandang merupakan suatu prahara bagi diri seseorang sangat
menentukan proses perkembangan harga diri (Bommer, dalam
Retnowati, 1993).
3. Berkaitan dengan masalah aspirasi dan tata nilai yang diperoleh lewat
penafsiran seseorang terhadap keberhasilan modifikasi pengalamannya.
Keberhasilan, kekuasaan serta perhatian tidak secara langsung dan segera
diterima namun disaring dan dipersepsi melalui tata nilai dan tujuan
seseorang (Retnowati, 1993).
g. Hambatan dalam Perkembangan Harga Diri
Menurut Dariuszky (2004) yang menghambat perkembangan harga
diri adalah : Perasaan takut , yaitu kekhawatiran atau ketakutan (fear). Dalam
kehidupan sehari-hari individu harus menempatkan diri di tengah-tengah
realita. Ada yang menghadapi fakta-fakta kehidupan dengan penuh
kebenaran, akan tetapi ada juga yang menghadapinya dengan perasaan tidak
berdaya. Ini adalah tanggapan negatif terhadap diri, sehingga sekitarnya pun
merupakan sesuatu yang negatif bagi dirinya.
Tanggapan ini menjadikan individu selalu hidup dalam ketakutan
yang akan mempengaruhi seluruh alam perasaannya sehingga terjadi
keguncangan dalam keseimbangan kepribadian, yaitu suatu keadaan emosi
yang labil. Maka dalam keadaan tersebut individu tidak berpikir secara wajar,
14
jalan pikirannya palsu, dan segala sesuatu yang diluar diri yang dipersepsikan
secara salah.
Dengan demikian tindakan-tindakannya menjadi tidak adekuat sebab
diarahkan untuk kekurangan dirinya. Keadaan ini lama kelamaan tidak dapat
dipertahankan lagi, yang akhirnya akan menimbulkan kecemasan, sehingga
jelaslah bahwa keadaan ini akan berpengaruh pada perkembangan harga
dirinya.
Perasaan salah yang pertama dimiliki oleh individu yang mempunyai
pegangan hidup berdasarkan kesadaran dan keyakinan diri, atau dengan kata
lain individu sendiri telah menentukan kriteria mengenai mana yang baik dan
buruk bagi dirinya.
Perasaan salah yang kedua adalah merasa salah terhadap ketakutan,
seperti umpamanya orangtua. Keadaan ini kemudian terlihat dalam bentuk
kecemasan yang merupakan unsur penghambat bagi perkembangan
kepercayaan akan diri sendiri.
h. Harga Diri Rendah dan Faktor Penyebabnya
Harga diri rendah atau biasa disebut dengan minder merupakan
sebuah gangguan psikologis. Biasanya orang yang mengalami harga diri
rendah cenderung menjadi pemalu, menarik diri dalam kehidupan sosial dan
lebih suka menyendiri daripada menujukkan diri dalam khalayak ramai.
Dalam memandang diri sendiri adalah sebuah proses penilaian yang kadang
bersifat subjektif, bahkan terkadang irasional.
Proses memandang dan menilai diri sendiri dipengaruhi oleh keadaan
fisik (seperti kecacatan, kecantikan, ketampanan, dan lain-lain) dan psikologis
(seperti tekanan dan pengalaman masa lalu, hasil pembelajaran dan lain-lain)
serta sosial (keberfungsian secara sosial). Dalam memandang diri sendiri, ada
dua istilah yang tidak bisa dipisahkan yaitu harga diri (self esteem) dan
konsep diri (self consept).
15
Harga diri (self esteem) adalah penilaian orang lain terhadap diri
sendiri. Penilaian ini bisa bersifat positif maupun negatif. Sedangkan Konsep
diri (self concept) di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Jadi
konsep diri adalah penilaian yang berasal dari dalam diri sendiri. Untuk lebih
jelasnya, apakah anda memiliki harga diri yang tinggi atau rendah, silahkan
baca disini.
Seseorang dengan harga diri rendah, akan membatasi gerak
pergaulannya, kurang aktif dan kurang percaya diri dalam berkomunikasi, dan
lebih jauh lagi, tidak dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Rentang penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri dapat dilihat dalam
ilustrasi dibawah ini:
Penyebab seseorang mengalami harga diri rendah, banyak faktor yang
melatarbelakanginya. Faktor-faktor itu antara lain:
Pola Asuh Keluarga
Pola asuh sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
memandang dirinya sendiri. Pola asuh yang otoriter, terkadang
mengalami masalah yang maladaptif dalam menilai diri. sebaliknya, pola
asuh yang permisif, terkadang kurang control, sehingga tidak bisa
membedakan mana perilaku yang bisa diterima oleh masyarakat dan
mana yang tidak.
Tekanan/Trauma
Trauma disini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti
kekerasan fisik dan seksual, dan kejadian lain yang mengancam individu
sehingga individu tidak bisa lepas dari bayang-bayang ancaman tersebut.
Sudah tentu trauma disini bersifat patologis.
16
Keadaan Fisik
Keadaan fisik juga mempengaruhi harga diri seseorang. Dengan
keadaan fisik yang kurang/cacat membuat individu merasa kurang
sempurna, dan akan diejek oleh orang lain karena kekurangan tersebut.
Hal ini yang kadang membuat seseorang minder dan tidak menerima
keadaannya dengan menarik diri untuk menyembunyikan kekurangan
tersebut.
Ketidakberfungsian Secara Sosial
Ketidakberfungsian secara sosial disini adalah tidak mampunya
seorang individu menempatkan dirinya dalam fungsi sosial. Misalnya
seorang kepala rumah tangga yang menganggur, akan merasa rendah diri
dalam kehidupan sosialnya. Seorang sarjana yang menganggur, akan
merasa rendah diri dan akan menarik diri dari pergaulan sosialnya,
karena merasa malu dengan statusnya (karena tidak berfungsi secara
sosial).
3. Pengertian Dukungan Sosial
Cohen dan Wills (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan
orang lain. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat
orangorang yang akan membantu apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa
yang dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan
dapat menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri. Kondisi atau
keadaan psikologis ini dapat mempengaruhi respon-respon dan perilaku individu
sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan individu secara umum.
Dukungan sosial menurut Sarafino (2006) adalah perasaan kenyamanan,
perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima dari orang atau kelompok
lain. Sarafino menambahkan bahwa orang-orang yang menerima dukungan
sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai, bernilai, dan merupakan
bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka ketika membutuhkan
17
bantuan. Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
dukungan social adalah segala bentuk bantuan yang diberikan pada individu
berupa kenyaman, perhatian, penghargaan, yang dirasakan individu dapat
memberi efek positif bagi dirinya yang diperolehnya melalui interaksi dengan
individu atau kelompok lain.
Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial menurut Sarafino (2006) di bagi
kedalam 4 bentuk, yaitu:
Dukungan Emosional (Emotional/Esteem Support)
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional
merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan
didengarkan. Kesediaan untuk mendengar keluhan seseorang akan
memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi
kecemasan, membuat individu merasa nyaman, tenteram, diperhatikan, serta
dicintai saat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka.
Dukungan Instrumental (Instrumental/Tangible Support)
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, dapat berupa jasa,
waktu, atau uang. Misalnya pinjaman uang bagi individu atau menghibur saat
individu mengalami stres. Dukungan ini membantu individu dalam
melaksanakan aktivitasnya.
Dukungan Informatif (Informational Support)
Dukungan informatif mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,
saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini membantu individu
mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman
individu terhadap masalah yang dihadapi. Informasi tersebut diperlukan
untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis.
Dukungan informatif ini juga membantu individu mengambil keputusan
karena mencakup mekanisme penyediaan informasi, pemberian nasihat, dan
petunjuk.
18
Dukungan Persahabatan (Companionship Support)
Dukungan persahabatan mencakup kesediaan waktu orang lain untuk
menghabiskan waktu atau bersama dengan individu, dengan demikian akan
memberikan rasa keanggotaan dari suatu kelompok yang saling berbagi minat
dan melakukan aktivitas sosial bersama.
4. Alasan Individu Bergabung dalam Kelompok
Kelompok merupakan kumpulan dari individu-individu yang
mempunyai kesamaan sikap, ide, cita-cita minat, hobby dan lain-lain. Menurut
Johnson, kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling berinteraksi
secara langsung, masing-masing peduli dengan hubungannya dalam sebuah
grup , masing-masing peduli dengan orang lain yang menjadi anggota grup,
dan masing-masing peduli dengan ketergantungan positif mereka sehingga
mereka dapat berusaha mencapai tujuan bersama.
Dalam lingkungan sekitar, terdapat beberapa kelompok yang
mempunyai arah, tujuan dan cita-cita yang berbeda. Adanya beberapa
kelompok disekitar individu membuat individu bisa bergabung dalam lebih
dari satu kelompok dengan berbagai alasan. Vaughan (2005), mengemukakan
beberapa alasan individu menjadi anggota suatu kelompok:
Proksimitas
Individu cenderung bergabung dengan individu lain yang
berdekatan. Misalnya, mahasiswa-mahasiswa yang tempat tinggalnya
sama akan berkelompok setidaknya untuk pulang bersama.
Kesamaan sikap, minat dan keyakinan
Indvidu-individu yang punya minat atau keyakinan yang sama
cenderung berkelopok. Misalnya kelompok mahasiswa muslim yang
mendirikan organisasi berlatar belakang agama.
19
Saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Adanya tujuan bersama beberapa individu bergabung dalam satu
kelompok. Milsanya para mahasiswa yang ingin supaya harga BBM
diturunkan akan bergabung dalam demonstrasi menentang keputusan
pemerintah menaikkan BBM.
Dukungan timbal balik yang positif
Dukungan timbal balik yang positif (mutual positive support) dan
kemikmatan berafiliasi merupakan salah satu penyebab mengapa
individu membentuk kelompok. Kelompok bisa memberikan dukungan
yang positif kepada individu serta membuat individu merasa memiliki
afiliasi. Hal ini dapat menghindarkan individu dari rasa kesepian.
Misalnya, seorang mahasiswa yang tidak masuk kuliah akan memperoleh
informasi tentang tugas dari teman sekelompoknya.
Dukungan emosional
Kelompok juga bisa memberi dukungan emosional untuk para
anggotanya. Misalnya seorang mahasiswa diputuskan oleh pacarnya akan
dihibur oleh teman-teman sekelompoknya dan bisa sejenak melupakan
masalahnya dengan berjalan-jalan bersama teman-temannya.
Identitas sosial
Keanggotaan individu di dalam kelompok membuat individu
memiliki identitas. Individu tahu siapa dirinya karena ia anggota suatu
kelompok. Kelompok memberikan identitas terbaru bagi individu dengan
memberikan nilai-nilai yang berbeda dengan kelompok lainnya.
5. Manfaat Kelompok Bagi Individu
Kelompok adalah sekumpulan orang yang merasa terikat bersama
dalam unit yang koheren pada beberapa tingkatan (Baron dkk, 2008).
Kelompok merupakan sekumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu. Seseorang bergabung dalam kelompok, tentunya mempunyai
20
maksud tertentu. Seseorang akan bergabung dengan kelompok tertentu jika
kelompok tersebut dirasakan memberikan mamfaat bagi individu tersebut.
Meski kelompok bisa membatasi independensi individu, namun
individu di manapun tetap saja menjadi anggota kelompok tertentu. Ini karena
kelompok memberikan mamfaat bagi individu. Menurut Burn (2004),
kelompok memiliki 3 manfaat, yaitu:
1. Kelompok memenuhi keinginan individu untuk merasa berarti dan
dimiliki. Adanya kelompok membuat individu merasa tidak sendirian, ada
oprang lain yang membutuhkan dan menyayangi.
2. Kelompok sebagai sumber identitas diri. Individu yang tergabung didalam
kelompok bisa mendefinisikan dirinya, ia menggali dirinya sebagai
anggota suatu kelompok, dan bertingkahlaku sesuai norma kelompok itu.
3. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri kita.
Adanya orang lain, dalam hal ini kelompok, bisa memberi kita informasi
tentang banyak hal, termasuk tentang siapa diri kita.Selain itu ada mamfaat
lain yang cukup mendasar yang membuat individu betah dalam
berkelompok, yakni dukungan untuk mencapai tujuan individu. Dengan
berkelompok, individu akan merasa dan mengharapkan bantuan dari
aggota kelompok lainnya, setidaknya dukungan untuk mencapai hal
tersebut.
6. Model Pengembangan Kesadaran Diri
a. Mengembangkan Rasa Aman
Menciptakan lingkungan yang aman dan teratur
Mengurangi kecemasan dan perasaan takut gagal
Memberikan kepercayaan
Memberikan kesempatan untuk memberikan masukan
b. Mengembangkan Jati Diri
Menunjukan sikap dan perilaku peduli
Menciptakan suasana tidak mengadili pihak lain
21
Mengakui kelebihan atau kekuatan
c. Mengembangkan Perasaan Turut Memiliki
d. Mengembangkan Kesadaran akan Tujuan
e. Mengembangkan Kesadaran akan Kemampuan Pribadi
H. DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang diteliti, maka
ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang atau
benda) (Alwi.2005:650).
2. Teman sebaya adalah dua atau lebih individu yang saling berinteraksi secara
langsung, masing-masing peduli satu sama lain.
3. Kesadaran diri adalah Kesadaran diri adalah keadaan dimana bisa
memahami diri sendiri dengan setepat-tepatnya.
4. Harga diri adalah “Personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti
yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya”.
I. METODOLOGI PENELITIAN
a. Metode Penelitian
Menurut Nasir (1988: 51), “metode penelitian merupakan cara utama
yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas
masalah. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif
karena metode ini menitikberatkan pada proses penyusunan dan
pengumpulan data, analisis dan interprestasi data serta memusatkan pada
pemecahan masalah yang sedang berlangsung saat ini.
Nazir (2005:55) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah metode
penelitian untuk membuat gambar mengenai situasi atau kejadian, sehingga
metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.
22
b. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Jati Handap
Kecamatan Mandalajati Kota Bandung. Diharapkan ada perubahan yang terjadi
dari subjek penelitian ini, yaitu siswa kelas VI SDN Jati Handap Kecamatan
Mandalajati Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah 60 orang,
yaitu meningkatnya perkembangan siswa pada pengembangan kesadaran diri
yang dipengaruhi oleh pergaulan sehari-hari dengan teman sebayanya. Selain
itu, diharapkan pula akan ada perhatian lebih dari pihak sekolah tentang
pengembangan kesadaran diri pada siswa SD ini. Penelitian dilaksanakan pada
Bulan Februari sampai dengan Bulan Juli 2013.
c. Teknik Penelitian
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
a. Angket
Angket adalah teknik untuk penelitian yang menggunakan daftar
pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada responden dan
responden menjawab atau mengisi masalah-masalah yang diteliti tentang
pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan kesadaran diri siswa.
b. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi secara langsung dengan responden untuk
mendapat keterangan mengenai mengapa apa yang sedang diteliti yakni
pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan kesadaran diri siswa.
c. Observasi
Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa
(aspek afektif) dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data
dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa.
Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem
penilaian afektif siswa. Obesrvasi dilakukan untuk mengadakan
23
pengamatan terhadap lokasi penelitian disaat anak sedang ada dalam
proses belajar maupun saat istirahat sekolah
d. Studi Pustaka
Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan sumber-sumber yang
berhubungan dengan masalah-maslah yang sedang diteliti.
d. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian sebagaimana
dikemukakan oleh Arikunto (2002:115) bahwa : “ Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian”. Adapun populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah SDN Jati Handap kota Bandung.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat
mewakilinya. Samplenya adalah siswa kelas VI SDN Jati Handap kota
Bandung. Sample penelitian ini diambil secara acak, yang mana semua
anggota populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan
sampel. Dalam penelitian ini jumlah anggota populasi sebanyak 120 siswa.
Adapun penentuan jumlah sample dapat dirumuskan sebagai berikut:
S = 15% +1000-n . (50%-15%)
1000-100
Dimana : S = Jumlah sampel yang diambil
n = Jumlah anggota populasi
jadi S = 15% +1000-n . (50%-15%) = 15% + 880 . (35%)
1000-100 900
S = 15% + 0,978 . (35%) = 15% + 34,23% = 49,23% = 0,4923
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, ukuran
sample yang diambil adalah 49,23% dari jumlah keseluruhan populasi. Maka
jumlah sample penelitian ini adalah 120 x 0,4923 = 59,076 dibulatkan
24
menjadi 60 siswa. Penyebaran anggota sample penelitian yang ditetapkan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
Jumlah Anggota Subjek Penelitian
Sample Populasi Hitungan Subjek Penelitian
Kelas VI SDN Jati Handap I 40 40 x 59 : 120 = 19,6 = 20 20
Kelas VI SDN Jati Handap II 40 40 x 59 : 120 = 19,6 = 20 20
Kelas VI SDN Jati Handap III 40 40 x 59 : 120 = 19,6 = 20 20
120 Siswa 60 Siswa 60 Siswa
e. Analisis Data
Analisis data menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif mencakup penormaan menggunakan skor ideal,
standar deviasi, dan kategorisasi persentase. Sedangkan untuk pendekatan
kualitatif analisis data dilakukan dengan melihat masukan dari judgmen
pakar, uji keterbacaan model program yang dikembangkan termasuk masukan
terhadap alat ukur harga diri siswa SD melalui triangulasi data.
25
J. JADWAL PENELITIAN
Waktu penelitian adalah enam bulan terhitung mulai bulan Februari sampai
dengan Juli 2013. Urutan kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya disajikan pada
tebel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Bulan ke
1 2 3 4 5 6
01. Persiapan
a. Penyusunan, penyerahan dan revisi proposal √
b. Merumusan formula konsep harga diri siswa √
c. Mengembangkan blue print konstruk
instrumen
√
d. Judgement instrumen √
e. Ujicoba instrumen dan revisi √
2. Pelaksaan
a. Mengumpulkan data dari siswa √
b. Melakukan wawancara dan studi
dokumentasi
√
c. Menyusun program √
d. Melakukan validasi pakar dan praktisi
sekaligus merevisi berdasarkan masukan
yang diperoleh
√
3 Penyusunan laporan hasil penelitian √
26
K. DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hasbullah. (1996). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Zuchdi, Darmiyanti. (2008). Humanisasi Pendidikan. Yogyakarta : PT Bumi
Aksara
Marjohan. (2009). School Healing Menyembuhkan Problem Sekolah.
Yogyakarta : PT Pustaka Insan Madani.
Anonim. (2012). Perkembangan Harga Diri. [Online]. Tersedia:
http://www.psychologymania.com/2012/08/perkembangan-harga-
diri.html [Januari 2013]
Anonim. (2012). Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri. [Online]. Tersedia:
http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-
harga-diri.html [Januari 2013]
Anonim. (2012). Manfaat Kelompok Bagi Individu. [Online]. Tersedia:
http://www.psychologymania.com/2012/04/manfaat-kelompok-bagi-
individu.html [Januari 2013]
Anonim. (2012). Pengerian Dukungan Sosial. [Online]. Tersedia:
http://www.psychologymania.com/2012/08/pengertian-dukungan-
sosial.html [Januari 2013]
Anonim. (2012). Alasan Individu Bergabung dalam Kelompok. [Online].
Tersedia: http://www.psychologymania.com/2012/04/alasan-individu-
bergabung-dalam.html [Januari 2013]
Anonim. (2012). .Harga Diri Rendah dan Faktor Penyebabnya. [Online].
Tersedia: http://www.psychologymania.com/2012/04/harga-diri-rendah-
dan-faktor.html [Januari 2013]