proposal - kuningan, kab

47
PROPOSAL KEGIATAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) Melalui Dana APBD Kabupaten Kuningan Tahun 2020 Ditujukan Kepada Yth. BAPAK BUPATI KUNINGAN Di KUNINGAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ( F K U B ) KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Jl. Aria Kamuning no. 87 Kuningan Kode Pos 45511 Hp. 085220032519

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal - Kuningan, Kab

PROPOSAL KEGIATAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB)

Melalui Dana APBD Kabupaten Kuningan

Tahun 2020

Ditujukan Kepada Yth.

BAPAK BUPATI KUNINGAN

Di

KUNINGAN

FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

( F K U B ) KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Jl. Aria Kamuning no. 87 Kuningan Kode Pos 45511 Hp. 085220032519

Page 2: Proposal - Kuningan, Kab

FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

( F K U B ) KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Jl. Aria Kamuning no. 87 Kuningan Kode Pos 45511 Hp. 085220032519 No. : 012/B/FKUB-Kng/IV/2019 Kuningan, April 2019

Lamp. : 1 Bundel Hal : PERMOHONANAN DANA

Kepada

Yth. Bapak Bupati Kuningan

di

Kuningan

Assalamu’alikum Wr. Wb

Salam Sejahtera kami sampaikan, semoga Bapak Bupati dalam keadaan sehat

dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT, serta sukses menjalankan aktifitas sehari-hari.

Amin

Selanjutnya Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Kuningan bersama

ini menyampaikan permohonan dana melalui APBD Kabupaten Kuningan Tahun 2020

kepada Bapak Bupati Kuningan berkaitan dengan kegiatan FKUB Kab. Kuningan.

Sebagai bahan pertimbangan Bapak bersama ini kami lampirkan satu bundel

proposal.

Demikianlah permohonan dana ini kami sampaikan , atas perhatian dan bantuan

Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ketua, Sekretaris,

KH. ACHIDIN NOOR, MA. DANI ABDUL GANI, M.Pd.I

Page 3: Proposal - Kuningan, Kab

PROPOSAL

Kegiatan Kerukunan Umat Beragama FKUB Kabupaten Kuningan

Tahun 2020

A. Dasar Pemikiran

Kerukunan umat beragama merupakan bagian dari kerukunan nasional, ia menjadi inti

dari kedamaian, ketentraman, dan keharmonisan dalam masyarakatarakat. Kerukunan umat

beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling

pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan

kerjasama dalam kehidupan bermasyarakatarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kerukunan

atau keharmonisan hidup beragama tersebut adalah proses dan suasana kehidupan beragama dari

umat dan pemeluk agama yang plural secara serasi dalam kehidupan bangsa, dimana agama-agama

yang berbeda dapat diamalkan oleh pemeluknya tanpa berbenturan satu dengan lainnya.

Hidup rukun dan berselisih di samping sebagai tabiat manusia "sunatullah", juga karena

faktor manusia itu sendiri (human error) yang di antaranya disebabkan oleh adanya keanekaraga man

agama dan budaya, seperti halnya di Indonesia. Di satu sisi berperan sebagai potensi modal dasar

pembangunan, akan tetapi di sisi lain sekaligus juga dapat menjadi penghambat. Terkecuali bila

perbedaan tersebut dikelola dengan baik, maka terciptalah kerukunan hidup dalam masyarakatarakat

yang akan mendukung pembangunan nasional.

Karena itu untuk mewujudkan kerukunan tersebut negara membuat undang-undang dan

peraturan tentang pemeliharaan kerukunan umat beragama. Salah satunya yang sangat signifikan

adalah Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) No. 9 dan No. 8

Tahun 2006 yang mengatur tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah/wakil kepala daerah

Page 4: Proposal - Kuningan, Kab

dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama

(FKUB), dan pendirian rumah ibadat.

Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 29 dinyatakan bahwa negara berdasar atas

Ketuhanan Yang Maha Esa dan menjamin kemerdekaan penduduk untuk memeluk agama dan

menjalankan ibadat sesuai dengan kepercayaannya. Jadi penduduk Indonesia adalah

masyarakatarakat religius yang pasti menganut salah satu diantara agama-agama resmi yang ada di

Indonesia (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan yang terbaru Konghucu) atau beberapa aliran

kepercayaan yang diakui keberadaannya di negara kita. Sedangkan asas kemerdekaan beragama

mengandung makna bahwa kemerdekaan memeluk agama dan beribadah menurut agamanya harus

dikembangkan atas kesadaran adanya perbedaan dalam kehidupan bermasyarakatarakat, sehingga

dapat menerima kenyataan berbeda dengan sikap syukur sebagai realitas obyektif, bukan hanya

memahami dan mengerti tetapi juga sebagai potensi dinamik yang memberikan berbagai

kemungkinan dan harapan akan masa depan yang lebih baik dan bermakna.

Upaya dalam mewujudkan tujuan tersebut, paling tidak melalui implementasi

pemantapan pemahaman/penghayatan ajaran agama, di samping menciptakan pendekatan humanis

kultural dengan memantapkan daya tahan ajaran agama secara efektif dalam perimbangannya

dengan semangat tri kerukunan umat beragama secara bertahap dan terjabarkan dalam kehidupan

berbangsa, bernegara, bermasyarakat dan beragama.

Mengingat perwujudan kerukunan berperan menjamin stabilitas sosial sebagai syarat

mutlak pembangunan, FKUB Kabupaten Kuningan Periode 2012-2017 telah menetapkan agenda

program strategis yang meliputi Pengendalian Konflik, Pencegahan Konflik, Pembinaan Kerukunan

Umat Beragama, dan Pemantapan Kerukunan Umat beragama, dengan mengakomodir pimpinan,

tokoh umat beragama, serta pihak-pihak yang berhubungan dengan program kerukunan umat

beragama di Kabupaten Kuningan.

Landasan Hukum

Page 5: Proposal - Kuningan, Kab

1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila (sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa).

2. Landasan Konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 29 ayat 1.

3. Landasan Strategis, yaitu Ketatapan MPR No.IV tahun 1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan

Negara. Dalam GBHN dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000,

dinyatakan bahwa sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan

beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan

ketaqwaan, penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama dan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, secara bersama-sama makin memperkuat landasan spiritual, moral dan

etika bagi pembangunan nasional...

Landasan Operasional

1. UU No. 1/PNPS/l 965 tentang larangan dan pencegahan penodaan dan penghinaan agama

2. Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI. No.01/Ber/Mdn/1969

tentang pelaksanaan aparat pemerintah yang menjamin ketertiban dan kelancaran pelaksanaan

dan pengembangan ibadah pemeluk agama oleh pemeluknya.

3. SK. Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI. No.01/1979 tentang tata cara pelaksanaan

pensyiaran agama.

4. Surat edaran Menteri Agama RI. No.MA/432.1981 tentang penyelenggaraan peringatan hari

besar keagamaan

5. PBM Menag dan Mendagri Nomor 9/8 Tahun 2006

B. Agenda Kegiatan Strategis FKUB Kuningan

Pengendalian Konflik, Pencegahan Konflik, Pembinaan Kerukunan Umat Beragama, dan

Pemantapan Kerukunan Umat beragama, program kegiatan sebagai berikut:

1. Melengkap i kesekre tar iatan / Kanto r sebaga i pusa t komunikas i dan

pengenda lian kegiatan

2. Konso lidas i Inte rna l lembaga /fo rum

Page 6: Proposal - Kuningan, Kab

3. Menginventarisi data potensi umat beragama

4. Konsolidasi konsep kerukunan dengan unsur Ekskutif / Pemkab dan Legistatif/DPRD

5. Koordinasi rutin dengan PKUB Kemenag RI

6. Sosialisasi dan Dialog konsep kerukunan umat beragama, dengan berbagai segmen antar

umat beragama

7. Studi Banding terhadap FKUB Kabupaten/Kota di Indonesia

8. Pengembangan kegiatan kemitraan / terpadu

9. Dialog problem solving antar umat beragama

10. Kajian dan Pembahasan kegiatan pembangunan rumah ibadat

11. Pengembangan hasanah budaya umat beragama

12. Kegia tan bakti sos ia l

13. Pengembangan kegia tan kader lintas agama

14. Dia log Kerukunan dengan segmen perempuan

15. Kunjungan ke sejumlah dae rah beragam agama

16. Koordinas i strategi kerukunan umat beragama da lam wilayah I II C irebon dan

Provins i Jawa Barat, terka it dengan; fak tor yang menjad i pemicu konflik a tau

menghambat kerukunan umat be ragama antara la in: (1 ). Pend ir ian rumah

ibadah. (2 ). Penyiaran agama. (3). Bantuan lua r neger i. (4). Pe rkawinan beda

agama. (5 ). Perayaan har i besar keagamaan. (6). Penodaan agama. (7 ). Kegia tan

a liran sempa lan.

C. Tema Kegiatan

” Pengembangan Peran FKUB dalam Pembangunan Masyarakat dan Bangsa Indonesia di

Kabupaten Kuningan “

D. Waktu dan Tempat Kegiatan

Januari 2020 s.d. Desember 2020 di Kabupaten Kuningan dan sekitarnya

Page 7: Proposal - Kuningan, Kab

E. Tujuan

1. Umum

a. Terciptanya Kerukunan Umat Beragama dengan mengembangkan toleransi untuk

mewujudkan perdamaian yang harmonis didasarkan atas kesadaran adanya perbedaan

dalam rangka merekatkan kesatuan dan persatuan bangsa.

b. Mensosialisikan program membangun kerukunan umat beragama melalui Program

FKUB.

c. Mendorong dan memfasilitasi terlaksananya proses kedamaian hidup bersama.

2. Khusus

a. Mengkoordinasikan aneka temuan permasalahan umat beragama dari sejumlah stake

holder terkait.

b. Membuka kesempatan kepada perwakilan komunitas umat beragama untuk mendapatkan

pengalaman berinteraksi secara lebih intensif, terbuka dan komunikatif.

c. Terwujudnya proses pembelajaran dalam mengelola kemajemukan sebagai potensi

bersama dalam mengatasi persoalan-persoalan riil di masyarakat.

d. Membangun kerjasama jaringan antar umat beragama

e. Terbukanya wawasan untuk semakin terbuka dan reflektif terhadap perkembangan dan

perubahan sosial di masyarakat.

f. Membuka peluang bermusyawarah dalam menghadapi berbagai persoalan

F. Pelaksana Kegiatan

FKUB Kabupaten Kuningan

G. Peserta Kegiatan

Pimpinan ormas dan tokoh keagamaan, Mahasiswa/Pelajar, organisasi pemuda, Generasi Muda

lintas agama dan para pimp. Lembaga/intansi pemerintah

Page 8: Proposal - Kuningan, Kab

H. Sumber Dana dan Rincian Anggaran Biaya

1. Sumber Dana: Pembkab Kuningan Pada APBD 2020

2. Rincian Anggaran Biaya, terlampir

I. Penutup

Demikian proposal kegiatan ini kami susun. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan

kerjasamanya. Besar harapan kami, kepada semua pihak untuk ikut serta berpartisipasi dalam

kegiatan ini.

Kuningan, April 2019

Ketua, Sekretaris,

KH. ACHIDIN NOOR, MA. DANI ABDUL GANI, M.Pd.I

Page 9: Proposal - Kuningan, Kab

Rincian Anggaran Dana Kegiatan FKUB Kuningan Tahun 2020

NO. JENIS KEGIATAN JUMLAH (RP)

1 Melengkapi sarana kesekretariatan / operasional Kantor (honor petugas, ATK dll.)

10,000,000

2 Menyelenggarakan rapat rutin bulanan dalam

merencanakan dan mengevaluasi kegiatan

10,000,000

3 Konsolidasi konsep kerukunan dengan unsur Eksekutif / Pemkab dan Legistatif/DPRD

10,000,000

4 Sosialisasi dan Dialog konsep kerukunan umat beragama,

dengan berbagai segmen antar umat beragama

10,000,000

5 Studi Banding terhadap FKUB Kabupaten/Kota di Indonesia

15,000,000

6 Dialog problem solving antar umat beragama 10,000,000

7 Pengembangan kegiatan kader lintas agama 10,000,000

8 Dialog Kerukunan dengan segmen perempuan 10,000,000

9 Kunjungan ke sejumlah daerah beragam agama di Kab.

Kuningan

15,000,000

JUMLAH: 100.000.000

Seratus Juta Rupiah

Page 10: Proposal - Kuningan, Kab

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Proposal - Kuningan, Kab

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam

keadaan apapun; b. bahwa setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menurut agamanya;

c. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya itu; d. bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk

melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-pemeluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan, tidak menyalahgunakan atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum;

e. bahwa Pemerintah mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan rukun, lancar, dan tertib;

f. bahwa arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama;

g. bahwa daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi, mempunyai kewajiban . melaksanakan urusan wajib bidang perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang serta kewajiban melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

h. bahwa kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan nasional;

i. bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

j. bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh PemelukPemeluknya untuk pelaksanaannya di daerah otonom, pengaturannya perlu mendasarkan dan menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

k. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j, perlu menetapkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Penetapan Presiden Nomor I Tahun 1965 tentang Penc egahan P eny al ahgunaan dan/atau P enodaan A gama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2726);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 44, Tambahan

Page 12: Proposal - Kuningan, Kab

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3298); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4468);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 24

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3331);

8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;

9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

10. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2005;

11. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan Dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh PemelukPemeluknya;

12. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/BER/MDN-MAG/1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia;

13. Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri;

15. Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan : 1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama

yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RepublikTahun 1945.

Page 13: Proposal - Kuningan, Kab

2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.

3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga.

4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas Keagamaan adalah organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang dibentuk berdasarkan kesamaan agama oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan hukum, dan telah terdaftar di pemerintah daerah setempat serta bukan organisasi sayap partai politik.

5. Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan.

6. Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.

7. Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh umat beragama, ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat.

8. Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut IMB rumah ibadat, adalah izin yang diterbitkan oleh bupati/walikota untuk pembangunan rumah ibadat.

BAB II TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Pasal 2

Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah.

Pasal 3

(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur. (2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh

kepala kantor wilayah departemen agama provinsi.

Pasal 4 (1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewajiban

bupati/walikota. (2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu

oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.

Pasal 5

(1) Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya

kerukunan umat beragama di provinsi; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan

kerukunan umat beragama; c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling

percaya di antara umat beragama; dan d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.

(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil gubernur.

Pasal 6

(1) Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya

kerukunan umat beragama di kabupaten/kota; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam pemeliharaan

kerukunan umat beragama; c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling

percaya di antara umat beragama;

Page 14: Proposal - Kuningan, Kab

d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama;

e. menerbitkan IMB rumah ibadat. (2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d

dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota. (3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah kecamatan

dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan kepada lurah/kepala desa melalui camat.

Pasal 7

(1) Tugas dan kewajiban camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) meliputi: a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya

kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan; b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling

percaya di antara umat beragama; dan c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan keagamaan.

(2) Tugas dan kewajiban lurah/ kepala desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) meliputi a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya

kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling

percaya di antara umat beragama.

BAB III FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Pasal 8

(1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota. (2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat

dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. (3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat konsultatif.

Pasal 9

(1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas: a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai

bahan kebijakan gubernur; dan d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan

yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. (2) FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas :

a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi

sebagai bahan kebijakan bupati/walikota; d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan

yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; dan e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat.

Pasal 10

(1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat. (2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB , kabupaten/kota

paling banyak 17 orang. (3) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di propinsi dan kabupaten/kota.

(4) FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1(satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.

Page 15: Proposal - Kuningan, Kab

Pasal 11 (1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota.

(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :

a. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan

b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.

(3) Keanggotaan Dewan Penasehat FKUB provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh gubernur dengan susunan keanggotaan:

a. Ketua : wakil gubernur;

b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama

provinsi; c. Sekretaris : kepala badan kes atuan bangsa dan politik provinsi; d. Anggota : pimpinan instansi terkait.

(4) Dewan Penasehat FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan: a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota;

b. Wakil Ketua : kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten/kota;

d. Anggota : pimpinan instansi terkait.

Pasal 12

Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB IV

PENDIRIAN RUMAH IBADAT

Pasal 13 (1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh berdasarkan

komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.

(2) Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/ kota atau provinsi.

Pasal 14

(1) Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.

(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi :

a. daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3);

b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa;

c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.

(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan

persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat.

Pasal 15

Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis .

Pasal 16

(1) Permohonan pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diajukan oleh panitia

Page 16: Proposal - Kuningan, Kab

pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadat. (2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak

permohonan pendirian rumah ibadat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 17 Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah ibadat yang telah memiliki IMB yang dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang wilayah.

BAB V

IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG

Pasal 18 (1) Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara harus

mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota dengan memenuhi persyaratan : a. laik fungsi; dan b. pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat.

(2) Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung.

(3) Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. izin tertulis pemilik bangunan; b. rekomendasi tertulis lurah/kepala desa; c. pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan d. pelaporan tertulis kepada kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.

Pasal 19

(1) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan -gedung bukan rumah ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.

(2) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 2 (dua) tahun.

Pasal 20 (1) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

ayat (1) dapat dilimpahkan kepada camat. (2) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.

BAB VI

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 21 (1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah oleh

'-I masyarakat setempat.

(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB kabupaten/kota.

(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak, dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan setempat.

Pasal 22

Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah dalam menyelesaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

Page 17: Proposal - Kuningan, Kab

BAB VII

PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pasal 23 (1) Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen agama provinsi melakukan pengawasan

terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadat.

(2) Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap camat dan lurah/kepala desa serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.

Pasal 24 (1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan

forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

(2) Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan

forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota kepada gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu.

BAB VIII BELANJA

Pasal 25

Belanja pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan kerukunan umat beragama serta pemberdayaan FKUB secara nasional didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 26

(1) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.

(2) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat dikabupaten/kota didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/ kota.

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 27

(1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk paling lambat

1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan. (2) FKUB atau forum sejenis yang sudah dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota disesuaikan

paling lambat 1(satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.

Pasal 28 (1) Izin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebelum

berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah dan tetap berlaku. (2) Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang telah mempunyai IMB untuk rumah ibadat,

diproses sesuai dengan ketentuan IMB sepanjang tidak terjadi pemindahan lokasi. (3) Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan secara permanen dan/atau

Page 18: Proposal - Kuningan, Kab

merniliki nilai sejarah yang belum memiliki IMB untuk rumah ibadat sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini, bupati/walikota membantu memfasilitasi penerbitan IMB untuk rumah ibadat dimaksud.

Pasal 29

Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah wajib disesuaikan dengan Peraturan Bersama ini paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun.

BAB X KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30

Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, ketentuan yang mengatur pendiri an rumah ibadat dalam

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan

Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 31

Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Maret 2006

Page 19: Proposal - Kuningan, Kab
Page 20: Proposal - Kuningan, Kab
Page 21: Proposal - Kuningan, Kab

KTP KETUA FKUB KAB. KUNINGAN

Page 22: Proposal - Kuningan, Kab

KTP SEKRETARIS

Page 23: Proposal - Kuningan, Kab

KTP BENDAHARA FKUB KAB. KUNINGAN

Page 24: Proposal - Kuningan, Kab

NPWP FKUB KAB. KUNINGAN

Page 25: Proposal - Kuningan, Kab

REKENING FKUB. KAB. KUNINGAN

Page 26: Proposal - Kuningan, Kab
Page 27: Proposal - Kuningan, Kab
Page 28: Proposal - Kuningan, Kab
Page 29: Proposal - Kuningan, Kab
Page 30: Proposal - Kuningan, Kab
Page 31: Proposal - Kuningan, Kab
Page 32: Proposal - Kuningan, Kab
Page 33: Proposal - Kuningan, Kab
Page 34: Proposal - Kuningan, Kab

ANGGARAN DASAR

FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

KABUPATEN KUNINGAN

PERIODE 2017-2022

——————————————————————

BAB I

NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 1

Nama

Organisasi Ini bernama Forum Kerukunan Umat Beragama disingkat (FKUB).

Pasal 2

Waktu

FKUB ini didirikan pada tanggal 21 Maret 2006 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3

Kedudukan

1) FKUB berkedudukan di provinsi, kabupaten dan kota di seluruh wilayah Republik

Indonesia

2) FKUB apabila dianggap perlu, dapat dibentuk di tingkat kecamatan.

Pasal 4

Pembentukan

Pembentukan FKUB dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh

pemerintah daerah.

BAB II

ASAS, SIFAT DAN TUJUAN

Pasal 5

Asas

Page 35: Proposal - Kuningan, Kab

Forum Kerukunan Umat Beragama ini berasaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 6

Sifat

1) FKUB bersifat independen;

2) Hubungan FKUB Provinsi dengan FKUB kab/kota bersifat konsultatif dan koordinatif.

Pasal 7

Tujuan

Organisasi ini bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan kerukunan umat beragama

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB III

TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 8

Tugas

1) FKUB Provinsi mempunyai tugas menampung aspirasi, melakukan dialog, dan

menyalurkan aspirasi ormas keagamaan, pemuka agama dan/atau tokoh masyarakat serta

memberikan masukan kepada Gubernur sebagai bahan kebijakan;

2) FKUB Kabupaten/Kota mempunyai tugas menampung aspirasi, melakukan dialog, dan

menyalurkan aspirasi ormas keagamaan, pemuka agama dan/atau tokoh masyarakat serta

memberikan rekomendasi pendirian rumah ibadat kepada Bupati/Walikota sebagai bahan

kebijakan;

3) FKUB Provinsi, Kabupaten/Kota mengadakan pertemuan minimal 3 bulan sekali guna

pertukaran informasi tentang program dan permasalahan-permasalahan yang telah terjadi.

Pasal 9

Fungsi FKUB Provinsi

1) FKUB memberikan saran dan pendapat dalam merumuskan kebijakan pemberdayaan

kerukunan dan kesejahteraan umat beragama kepada Gubernur;

2) Memfasilitasi hubungan kerja antara Pemerintah Daerah dengan majelis-majelis agama;

3) Menyalurkan aspirasi Umat beragama kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah;

Page 36: Proposal - Kuningan, Kab

4) Membantu Pemerintah dalam menyelesaikan perselisihan yang berkaitan dengan

kerukunan Umat beragama;

5) Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan berkaitan dengan kerukunan umat

beragama.

Pasal 10

Fungsi FKUB Kabupaten/Kota

1) FKUB memberikan saran dan pendapat dalam merumuskan kebijakan pemberdayaan

kerukunan dan kesejahteraan umat beragama kepada Bupati/Walikota;

2) Memfasilitasi hubungan kerja antara Pemerintah Daerah dengan majelis-majelis agama;

3) Menyalurkan aspirasi umat beragama kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah;

4) Membantu Pemerintah dalam menyelesaikan perselisihan yang berkaitan dengan

kerukunan Umat beragama;

5) Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadah, dan

memberikan pendapat tertulis untuk izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan

rumah ibadah selama 2 (dua) tahun yang diberikan oleh bupati/walikota;

6) Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan berkaitan dengan kerukunan umat

beragama.

BAB IV

KEANGGOTAAN, MASA BAKTI, PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTIAN

Pasal 11

Keanggotaan

1) Keanggotaan FKUB adalah pemuka-pemuka agama setempat;

2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB

kabupaten/kota paling banyak 17 orang;

3) Anggota FKUB Provinsi maupun Kab/Kota adalah pengurus FKUB;

4) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan

perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu)

orang dari setiap agama yang ada di provinsi dan kabupaten/kota.

5) Tehnis Penghitungan

Page 37: Proposal - Kuningan, Kab

Pasal 12

Masa Bakti Keanggotaan

Masa bakti pengurus FKUB selama 5 (lima) tahun atau sesuai dengan peraturan Gubernur.

Pasal 13

Pemberhentian, Penggantian Keanggotaan

1) Keanggotaan FKUB berakhir karena:

a. Berhalangan tetap/meninggal dunia;

b. Atas permintaan sendiri;

c. Diberhentikan atas rapat anggota;

d. Pindah ke luar daerah.

2) Diberhentikan atas dasar keputusan rapat anggota:

a. Mencalonkan diri menjadi calon legislatif maupun kepala daerah dan wakil kepala

daerah;

b. Melanggar Pedoman Organisasi;

c. Tidak menjalankan tugas organisasi selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut;

d. Melakukan tindak pidana yang telah berkekuatan hukum tetap;

Pasal 14

Penggantian Keanggotaan

1) Penggantian keanggotaan atas usul Majelis Agama yang anggotanya berhenti atau

diberhentikan;

2) Penggantian keanggotaan dapat dilakukan oleh anggota FKUB yang diusulkan dari

pemuka-pemuka agama setempat.

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI, KEPENGURUSAN DAN KESEKRETARIATAN

Pasal 15

Struktur Organisasi

Struktur organisasi FKUB Provinsi, Kab/Kota terdiri dari Dewan Penasehat dan Pengurus

merangkap anggota, serta kesekretariatan.

Page 38: Proposal - Kuningan, Kab

Pasal 16

Dewan Penasehat Provinsi

Dewan penasehat FKUB Provinsi sebagaimana dimaksud pasal 15 ditetapkan oleh gubernur

dengan susunan keanggotaan:

1) Ketua adalah Wakil Gubernur;

2) Wakil Ketua adalah Kanwil Departemen Agama;

3) Sekretaris adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik atau sebutan lainnya

Provinsi;

4) Anggota penasehat adalah Pimpinan Instansi terkait.

Pasal 17

Dewan Penasehat Kab/Kota

Dewan penasehat FKUB kab/kota sebagaimana dimaksud pasal 15 ditetapkan oleh

bupati/walikota dengan susunan keanggotaan:

1) Ketua adalah Wakil Bupati/Wakil Walikota;

2) Wakil Ketua adalah Kepala Kantor Agama Kab/Kota;

3) Sekretaris adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Po litik atau sebutan lainnya

kab/kota;

4) Anggota adalah Pimpinan Instansi terkait.

Pasal 18

Kepengurusan

Pengurus FKUB Provinsi, Kab/Kota terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 2 (dua) orang wakil

ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris dan 1 (satu) orang bendahara

yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.

Pasal 19

Kesekretariatan

1) Sekretariat FKUB terdiri dari seorang kepala dan dibantu staf keuangan dan administrasi

yang diatur berdasarkan Peraturan Gubernur, Bupati/Walikota;

2) Tugas dan tanggung jawab sekretariat ditetapkan dan diatur oleh pengurus FKUB.

Page 39: Proposal - Kuningan, Kab

BAB VI

KEUANGAN

Pasal 20

1) Sumber Pembiayaan FKUB Berasal Dari APBN dan APBD;

2) Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB VII

ASET

Pasal 21

Aset Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) diperoleh dari Pemerintah dan/atau pihak

lain yang sah.

BAB VIII

P E N U T U P

Pasal 22

Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini akan diatur dalam anggaran rumah

tangga dan/atau peraturan organisasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).

Page 40: Proposal - Kuningan, Kab

ANGGARAN RUMAH TANGGA

FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB)

KABUPATEN KUNINGAN

PERIODE 2017-20

——————————————————————————————–

BAB I

KEDUDUKAN

Pasal 1

Apabila dianggap perlu, pemerintah daerah dapat memfasilitasi pembentukan FKUB di

tingkat kecamatan untuk kepentingan harmonisasi dan dinamisasi kerukunan umat beragama.

BAB II

SIFAT

Pasal 2

1) FKUB bersifat independent dan tidak berafiliasi kepada salah satu organisasi sosial politik

manapun;

2) Hubungan FKUB Provinsi dengan FKUB kab/kota bersifat konsultatif dan tidak hierarkis;

3) Hubungan FKUB kab/kota dengan FKUB Kecamatan bersifat hierarkis;

4) FKUB Provinsi dapat bertukar informasi dengan FKUB Provinsi lainnya;

5) FKUB kab/kota dapat bertukar informasi dengan FKUB Kabupaten/Kota di wilayah

Provinsinya.

BAB III

TUGAS

Pasal 3

1) FKUB Provinsi, Kabupaten/Kota bertugas menyusun program kegiatan dalam rangka

pertukaran informasi untuk memberikan masukan kepada Kepala Daerah dalam

merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama dan mengadakan

pertemuan dengan pengurus/anggota FKUB triwulanan (3 bulan) sekali;

2) FKUB Provinsi mempunyai tugas:

Page 41: Proposal - Kuningan, Kab

a. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;

b. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;

c. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi

sebagai bahan kebijakan gubernur;

d. Menginventarisasi permasalahan kehidupan kerukunan umat beragama di tingkat

kabupaten/kota;

e. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang

keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan

masyarakat.

3) FKUB Kabupaten/Kota;

a. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;

b. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;

c. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi

sebagai bahan kebijakan bupati/walikota;

d. Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadah, dan

memberikan pendapat tertulis untuk izin sementara pemanfaatan bangunan gedung

bukan rumah ibadah yang diberikan oleh bupati/walikota;

e. Memberikan pendapat atau saran dalam hal penyelesaian perselisihan pendirian rumah

ibadat kepada bupati/walikota;

f. Menginventarisasi permasalahan kehidupan kerukunan umat beragama di tingkat

kecamatan, dan/atau kelurahan/desa yang tidak memiliki FKUB Kecamatan;

g. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang

keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan

masyarakat.

4) FKUB Kecamatan;

a. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;

b. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;

Page 42: Proposal - Kuningan, Kab

c. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk informasi

sebagai bahan masukan FKUB kab/kota;

d. Memberikan pendapat atau saran dalam hal penyelesaian perselisihan pendirian rumah

ibadat kepada FKUB kab/kota;

e. Menginventarisasi dan melaporkan permasalahan kehidupan kerukunan umat

beragama di tingkat kelurahan dan desa kepada FKUB Kabupaten/kota;

f. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang

keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan

masyarakat.

BAB IV

DEWAN PENASEHAT DAN KESEKRETARIATAN

Pasal 4

Dewan Penasehat

1) Yang dimaksud dengan Dewan Penasehat FKUB ditetapkan berdasarkan peraturan

Gubernur, Bupati/Walikota;

2) Fungsi Dewan Penasehat FKUB Provinsi Kab/Kota adalah memberdayakan FKUB;

3) Dewan Penasehat FKUB Provinsi, Kab/kota sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan

oleh gubernur, bupati/walikota dengan susunan keanggotaan:

a. Ketua adalah Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikota.

b. Wakil Ketua adalah Kanwil Departemen Agama, Kepala Kantor Agama Kab/Kota

c. Sekretaris adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik atau dengan sebutan

lainnya Provinsi, Kab/Kota.

d. Anggota adalah Pimpinan Instansi terkait.

Pasal 5

Kesekretariatan

1) Dewan Penasehat FKUB dalam menjalankan fungsi fasilitasi dan kegiatannya,

menetapkan kesekretariatan FKUB;

Page 43: Proposal - Kuningan, Kab

2) Kesekretariatan berfungsi sebagai penyelenggara kegiatan administrasi dan keuangan

FKUB Provinsi, Kab/Kota;

3) Kesekretariatan FKUB bisa terdiri dari kepala kesekretariatan, staf keuangan dan

administrasi, yang ditetapkan Dewan Penasehat FKUB;

4) Ketentuan dan mekanisme kesekretariatan diatur berdasarkan keputusan Dewan

Penasehat FKUB.

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI, KEPENGURUSAN DAN KEANGGOTAAN

Pasal 6

Struktur Organisasi

1) FKUB merupakan sebuah forum/wadah yang dibentuk untuk menampung seluruh

aspirasi kepentingan umat beragama dan kerukunan umat beragama;

2) FKUB Dalam menjalankan tugasnya difasilitasi sebagaimana pasal 5 ayat (2) dan (4).

Pasal 7

Kepengurusan

1). Dalam menetapkan kepengurusan FKUB Provinsi, Kab/Kota dibentuk formatur

berdasarkan keputusan musyawarah anggota;

2) Pengurus FKUB Provinsi, Kab/Kota dipilih berdasarkan rapat pengurus/anggota;

3) Pengurus FKUB sebagaimana disebutkan pada pasal 18 Anggaran Dasar terdiri dari 1

(satu) orang Ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang

wakil sekretaris yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.

Pasal 8

Keanggotaan

1) Anggota FKUB berasal dari pemuka-pemuka agama setempat;

2) Anggota FKUB Provinsi, berjumlah 21 (dua puluh satu) orang yang dipilih berdasarkan

musyawarah pemuka-pemuka agama setempat;

3) Anggota FKUB Kabupaten/Kota, berjumlah 17 (tujuh belas) orang yang dipilih

berdasarkan musyawarah pemuka-pemuka agama setempat;

Page 44: Proposal - Kuningan, Kab

4) Anggota FKUB Provinsi, Kab/Kota mempunyai hak dipilih dan memilih, sebagai

pengurus FKUB Provinsi, Kab/Kota;

5) Untuk menentukan jumlah anggota FKUB Provinsi, Kab/Kota maka masing-masing

agama diwakili oleh 1 (satu) orang terlebih dahulu sehingga terdapat 6 (enam) orang

mewakili 6 (enam) agama;

6) Untuk menentukan kekurangan sehingga berjumlah 21 (dua puluh satu) untuk provinsi dan

17 (tujuh belas) untuk kab/kota ditetapkan berdasarkan ketentuan pasal 10 ayat (3)

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun

2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam

Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat

Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.

BAB VI

TATA ADMINISTRASI DAN ATRIBUT

Pasal 9

Tata Administrasi

Tata administrasi umum dan keuangan FKUB dan Dewan Penasehat FKUB diatur oleh

peraturan gubernur.

Pasal 10

Atribut

1) Desain Logo, lambang dan bendera FKUB dapat dikonsultasikan kepada Dewan

Penasehat FKUB;

2) Logo atau lambang organisasi FKUB dibuat seragam secara nasional;

BAB VII

Pasal 11

PELAKSANA HARIAN

1) Pelaksana Harian terdiri dari:

a. Ketua dan wakil ketua;

b. Sekretaris dan wakil sekretaris.

Page 45: Proposal - Kuningan, Kab

2) Tugas Pelaksana Harian adalah:

a. Memimpin dan melaksanakan tugas sehari-hari;

b. Menyiapkan bahan-bahan musyawarah dan rapat-rapat;

c. Menyampaikan informasi kepada pemerintah dan umat secara timbal balik serta

mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan pemerintah dan umat;

d. Mengusulkan pemberhentian dan pengangkatan anggota FKUB yang berhenti atau

diberhentikan sebagaimana ditentukan pada pasal 13 ayat 2 (dua).

3) Tugas Unsur Pelaksana Harian adalah:

a. Ketua dan Wakil ketua memimpin kelancaran kegiatan sehari-hari, serta bertanggung

jawab terhadap kinerja FKUB;

b. Sekretaris bertanggung jawab dalam bidang administrasi, dan mengkordinir serta

mengarahkan keskretariatan, dan urusan operasional FKUB;

c. Sekretaris membantu tugas-tugas ketua dan wakil ketua FKUB.

BAB VIII

Pasal 12

MUSYAWARAH, RAPAT-RAPAT DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1) Rapat Kerja bertujuan antara lain:

Menyusun program kerja tahunan;

Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program tahun sebelumnya.

2) Keputusan yang diambil FKUB melalui musyawarah dan mufakat, serta tidak melalui

voting.

BAB IX

PENGELOLAAN PENDANAAN

Pasal 13

Pengelolaan dana Sumber lain yang sah, dapat dipergunakan untuk keperluan sebagai berikut:

a. Pemberdayaan Umat Beragama;

Page 46: Proposal - Kuningan, Kab

b. Bantuan Sosial/Bencana Alam;

c. Pendidikan;

d. Kesehatan;

e. Pembangunan Sektor Riil (Pertanian, Perkebunan, Perternakan, Perikanan, dll);

f. Pengembangan Bantuan Nonformal/Usaha Kecil/Modal Kerja;

g. Dan Lain-Lain Dalam Rangka Ketahanan: Pangan, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Bangsa

Untuk Memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BAB IX

Pasal 14

ASET

1) Aset Forum Kerukunan Umat Beragama yang diperoleh dari Pemerintah maupun pihak

lain yang sah wajib dipelihara;

2) Pemeliharaan kantor beserta inventaris kantor dibiayai oleh Pemerintah dan/atau

Pemerintahan Daerah.

BAB X

PENUTUP

Pasal 15

1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan ditentukan

oleh rapat pengurus/keanggotaan FKUB dan disahkan dalam rapat pleno;

2) Anggaran Rumah Tangga ini disahkan oleh rapat Pleno Rakornas FKUB Provinsi,

Kab/Kota pada tanggal 20 September 2017, di Kuningan.

FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB)

KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

PERIODE 2017/2022

Kuningan, 20 September 2017

Ketua, Sekretaris,

KH. ACHIDIN NOOR, MA. DANI ABDUL GANI, M.Pd.I

Page 47: Proposal - Kuningan, Kab