proposal kti

36
EFEK EKSTRAK DAUN SALAM (EUGENIA POLYANTHA W) TERHADAP PERTUMBUHAN SALMONELLA TYPHI SECARA IN VITRO Usulan Penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah Diajukan oleh Setya Puspa Dewi Aprilyani 01.206.5290 kepada FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Upload: aq-mw

Post on 13-Sep-2015

30 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Proposal KtiProposal KtiProposal KtiProposal KtiProposal KtiProposal KtiProposal KtiProposal Kti

TRANSCRIPT

EFEK EKSTRAK DAUN SALAM (EUGENIA POLYANTHA W) TERHADAP PERTUMBUHAN SALMONELLA TYPHI SECARA IN VITRO

EFEK EKSTRAK DAUN SALAM (EUGENIA POLYANTHA W) TERHADAP PERTUMBUHAN SALMONELLA TYPHI SECARA IN VITROUsulan Penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah

Diajukan olehSetya Puspa Dewi Aprilyani01.206.5290

kepadaFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANGAgustus, 2008

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Infeksi pada usus penyebab terseringnya adalah kuman-kuman yang termasuk di dalam genus Escherichia, Salmonella, shigella, dan Yersinia. Organisme yang berasal dari genus Salmonella adalah agen penyebab bermacam-macam infeksi, mulai dari gastroenteritis yang ringan sampai dengan demam tifoid yang berat disertai bakteremia. Salmonellosis, terutama demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia (Mardiastuti dkk, 1994). Demam tifoid adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Insidensi di Indonesia rata-rata 900.000 kasus/tahun dengan angka kematian > 20.000 dan 91% kasus terjadi pada umur 3-19 tahun. Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam tifoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk (Widodo, 2006). Pada saat ini, dorongan kembali ke alam semakin mengusai masyarakat modern. Obat-obatan sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup serius (Suparno, 2006). Antibiotika mempunyai efek samping terhadap ginjal, hati, ada pula yang mengganggu keseimbangan tubuh. Selain itu, penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten, untuk itu mulailah dicari berbagai macam pengobatan alternatif antara lain memanfaatkan obat tradisional yang telah terstandarisasi (Suparno, 2006). Dewasa ini penelitian tentang tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian terutama dari segi farmakologi maupun fitokimia dari tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat secara empiris. Uji toksikologi juga telah banyak dilakukan untuk mengetahui keamanan tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat (Dalimartha, 2002). Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah daun salam (Eugenia Polyantha W). Daun salam banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai bumbu dapur. Ekstrak daun salam mengandung tannin, flavanoid, minyak asiri dengan sitral dan eugenol di dalamnya. (Kumalaningsih, 2008 )Kromatografi gas menunjukkan minyak asiri dan salam mengandung 28 gas komponen, salah satunya eugenol. Dengan kromatografi lapis tipis disimpulkan bahwa minyak asiri daun salam terdiri dari seskuiterpen lakton yang mengandung fenol. Konsentrasi terkecil minyak asiri yang mampu menghambat pertumbuhan E.Coli adalah 40%, sedangkan terhadap S.aureus sekitar 50% (Retno Sadewi, 1992) Dari uraian di atas sangatlah menarik bagi penulis melakukan penelitian untuk mengetahui efek ekstrak daun salam terhadap pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro dalam berbagai konsentrasi.

1.2. Perumusan MasalahDari berbagai uraian di atas, penulis merumuskan masalah : Adakah efek ekstrak daun salam terhadap pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro?1.3. Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMengetahui efek ekstrak daun salam terhadap pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro.1.3.2. Tujuan KhususMengetahui efek ekstrak daun salam pada konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100% terhadap pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro.1.4.Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat UmumBila terbukti mempunyai khasiat, dapat merupakan suatu informasi alternative pengobatan tradisional, yaitu manfaat daun salam sebagai obat tradisional, khususnya pengobatan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh Salmonella typhi.1.4.2 Manfaat Bagi Perkembangan IlmuDapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai daun salam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Salmonella1.1 Pendahulun Salmonella umumnya bersifat patogen untuk manusia atau hewan bila masuk melalui mulut. Organisme ini ditularkan dari hewan dan produk hewan ke manusia, dan menyebabkan enteritis, infeksi sistemik, dan demam enterik (Jawetz dkk, 2007).1.2 Morfologi dan IdentifikasiKuman berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan gram bersifat negatif Gram, ukuran 1-3,5 m x 0,5-0,8 m, besar koloni rata-rata 2-4 mm, mempunyai flagel peritrikh kecuali Salmonella pullorum dan salmonella gallinarum (Mardiastuti dkk, 1994).Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa. Organisme ini membentuk asam kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa. salmonella biasanya menghasilkan H2S. Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu (misal, hijau brilian, natrium tetrationat, natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enterik lain; oleh karena itu, senyawa-senyawa tersebut berguna untuk inklusi salmonela dari feses pada medium (Jawetz dkk, 2007).

1.3 Variasi Organisme dapat kehilangan antigen H dan dapat menjadi tidak motil. Hilangnya antigen O menimbulkan perubahan bentuk koloni yang halus menjadi kasar. Antigen Vi dapat hilang sebagian atau seluruhnya. Antigen dapat diperoleh (atau hilang) pada proses transduksi (Jawetz dkk, 2007).1.4 Fisiologi Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-410C (suhu pertumbuhan optimum 37,50C) dan pH pertumbuhan 6-8. pada umumnya isolat kuman Salmonella dikenal dengan sifat-sifat: gerak positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNase, fenilalanin deaminase, urease, Voges Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sukrose, laktose, adonitol serta tidak tumbuh dalam larutan Kalium Cianida (KCN) (Mardiastuti dkk, 1994).Sebagian besar isolat salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Pembentukan H2S ini bervariasi, misalnya hanya pada 50% Salmonella choleraesuis dan 10% salmonella enteridis bioserotip A yang menghasilkan H2S. Salmonella typhi hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fementasi glukosa. Pada agar SS, endo, EMB, dan MacConkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak berwarna, pada agar Wilson-Blair koloni kuman berwarna hitam (Mardiastuti dkk, 1994).

1.5 Daya tahanKuman mati pada suhu 560C juga pada keadaan kering. Dalam air bisa tahan selama 4 minggu. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu, tahan terhadap zat warna hijau brillian dan senyawa Natrium tetrationat dan Natrium deoksikholat. Senyawa-senyawa ini menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan di dalam media untuk isolasi kuman Salmonella dari tinja (Mardiastuti dkk, 1994).1.6 Salmonella Typhii. TaksonomiKingdom: BacteriaFilum: ProteobacteriaKelas: Gamma ProteobacteriaOrdo: EnterobacterialesFamili: EnterobacteriaceaeGenus: SalmonellaSpesies: Salmonella typhi (Pelczar dan Chan, 1988).ii. Faktor VirulensiSalmonella typhi menyerang regio ileosekrum, menginvasi dan mematikan sel-sel M. Organisme ini kemudian diambil oleh makrofag di bercak Peyer. Bakteri menghambat fusi fagosom, lisosom. Salmonella bereplikasi di fagosom, mematikan makrofag dan menyebar melalui sistem retikuloendotel, akhirnya mencapai aliran darah dan meninggalkan lesi fokal pada sekitar 10% kasus. Akhirnya, S.typhi di jaringan pembuluh empedu diangkut ke dalam saluran pencernaan (Hawley, 2003). iii. Reservoir dan Penularan Tidak seperti semua spesies salmonella lain, satu-satunya reservoir S.typhi adalah manusia. Penularan adalah fekal-oral. Beberapa orang terus menjadi pembawa (Hawley, 2003). iv. Identifikasi laboratoriumDiagnosis dini dilakukan dengan biakan darah; diagnosis lanjut dapat dilakukan dengan biakan darah, feses, urine, atau uji widal untuk antibodi pasien terhadap antigen O dan H (Hawley, 2003).

2. Salam (Syzygium polyanthum atau Eugenia polyantha, atau E. lucidula, Miq)2.1 Nama LokalGowok, (Sunda), manting (Jawa), kastolam (Kangean), Meselangan, ubar serai (Melayu), Salam (Indonesia, Sunda, Jawa, Madura). (Kumalaningsih,2008)2.2 MorfologiPohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m, berakar tunggang, batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau harum. Bunganya bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat. Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap bumbu dapur, kulit pohonnya dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Perbanyakan dengan biji, cangkok atau stek. .(Kumalaningsih,2008)2.3 Penggunaan Untuk Obat :Bagian yang digunakan adalah daun, kulit batang dan akar. Selain itu kulit batang, akar dan buah juga berkhasiat sebagai obat. Indikasi daun digunakan untuk pengobatan kolesterol tinggi, kencing manis, tekanan darah tinggi (Hipertensi), radang lambung/maag (gastritis), diare dan asam urat. (Dalimartha,2006)2.4 Kandungan kimiaMengandung minyak asiri (sitral, eugenol), tanin dan flavonoid. Tiap 100 g mengandung air 5,436 g, protein 7,613 g, lemak 8,362 g, karbohidrat 74,965 g, serat 26,3 g, ampas 3,624 g. kalsium 834,25 mg, besi 43 mg, magnesium 120 mg, fospor 113,333 mg, kalium 529,2 mg, sodium 22,75 mg, seng 3,7 mg, tembaga 0,416 mg, mangan 8,167 mg, selenium 2,8 g. Vitamin C 46,53 mg, B, folat 180 g, vitamin A 6185 IU. (Kumalaningsih,2008). Dimana kandungan kimia tersebut mempunyai efek:a. Flavanoid Merupakan suatu bahan yang mempunyai struktur fenol dengan satu carbonil group. Senyawa ini telah diketahui disintesis oleh tanaman dalam responnya terhadap antimikroba (Sumarno dkk, 2006).Aktivitas flavanoid kemungkinan disebabkan oleh kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler maupun yang terlarut, serta dapat membentuk kompleks dengan dinding sel. Semakin lipofilik suatu flavanoid, kemampuannya dalam merusak dinding sel dari bakteri akan semakin kuat (Sumarno dkk, 2006). Zat flavanoid mempunyai efek antioksidan alami, anti tumor, anti aterogen (Tjah & Raharja, 2002). b. FenolSebagai desinfektan kuat yang mempunyai efek antibakteri dan antifungi (Tjah & Raharja, 2002). Menurut Lister 1870 fenol merupakan salah satu antiseptikum tertua dengan khasiat bakterisid dan fungisid. Mekanisme kerjanya berdasarkan denaturasi protein sel bakteri, yakni perubahan rumus bangunnya hingga sifat khasnya hilang (Tjah & Raharja, 2003). Kadar 0,01-1% fenol bersifat bakteriostatik, larutan 1,6% bersifat bakterisid, yang dapat mengadakan koagulasi protein (Sjamsudin & Arif, 2005 ).c. Tannin Bahan antibakteri terbanyak yang terdapat pada daun salam adalah golongan tannin, terutama kelompok ellagitannin (sekitar 26%). Senyawa ini mampu menghambat enzim DNA-topoisomerase, dengan dihambatnya aktivitas enzim ini, akan mengakibatkan terhambatnya proses replikasi bakteri (Sumarno dkk, 2006). d. EugenolMempunyai efek antibakteri dengan mekanisme merusak membran sel (Chami dkk, 2005). Aktivitas antibakteri dari daun salam yaitu dengan merusak protoplasma dari bakteri, sehingga terjadi perubahan permeabilitas yang diakibatkan adanya perubahan dari membran lipid (Haraguchi dkk, 1996)

3. Mekanisme Kerja AntimikrobaProtein sel berada dalam bentuk enzim-enzim yang penting dalam pertumbuhan dan pembelahan sel. Hidup suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dalam keadaan alamiahnya. Fungsi enzim akan terganggu jika terjadi perubahan struktur enzim, sehingga pertumbuhan dan perkembangan sel terhambat. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya komponen penting dari dalam sel. Kerusakan pada salah satu komponen tersebut, dapat mengawali perubahan-perubahan yang menuju kematian sel (Honda,2005).Secara umum, kemungkinan situs serangan suatu antimikroba dapat diduga dengan meninjau struktur serta komposisi sel mikroba. Suatu sel hidup yang normal memiliki sejumlah besar enzim yang melangsungkan proses-proses metabolik dan juga protein lainnya, asam nukleat serta senyawa lain. Membran semipermeabel (membran sitoplasma) mempertahankan integritas kandungan seluler, membran tersebut secara selektif mengatur keluar masuknya zat antarsel dengan lingkungan luar. Membran ini juga merupakan situs beberapa reaksi anzim. Dinding sel merupakan pelindung bagi sel selain juga berpartisipasi di dalam proses-proses fisiologi tertentu. Kerusakan pada salah satu dari situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan yang dapat menghambat atau membunuh bakteri (Pelczar dan Chan, 1988).Istilah antibakteri mempunyai dua arti pengertian, yaitu bakterisid dan bakteriostatik. Bakterisid adalah suatu senyawa yang dapat mematikan bakeri sedangkan bakteriostatik adalah suatu senyawa yang menghambat pertumbuhan bakteri tanpa mematikannya (Pelczar dan Chan, 1988). Mekanisme antibakteri menurut Pelczar dan Chan (1988) adalah :1). Kerusakan pada dinding selStruktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk

2). Perubahan permeabilitas selMembran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan lain. Membran memelihara integritas komponen-komponen selular. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.3). Perubahan molekul protein dan asam nukleatHidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversibel (tak dapat balik) komponen-komponen yang vital ini.4). Penghambatan kerja enzimSetiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.

5). Penghambatan sintesis asam nukleat dan proteinDNA, RNA, dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal itu berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.Keadaan-keadaan yang mempengaruhi kerja antimikroba in vitro menurut Pelczar dan Chan (1988) :a. Kemasaman atau kebasaan (pH)Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama di dalam lingkungan basa.b. Konsentrasi atau intensitas zat antimikrobaBila konsentrasi zat lebih tinggi maka sel-sel akan terhambat atau terbunuh lebih cepat.c. Jumlah mikroorganismeBila jumlah populasi mikroorganisme banyak, maka perlakuan harus diberikan lebih lama supaya kita cukup yakin bahwa semua sel tersebut terhambat atau mati.d. SuhuZat kimia merusak mikroorganisme melalui reaksi-rekasi kimiawi dan laju reaksi kimiawi dipercepat dengan meningkatkan suhu.e. Spesies mikroorganismeSpesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda terhadap sarana fisik atau bahan kimia.

f. Adanya bahan organik Adanya bahan organik dapat menurunkan dengan nyata keefektifan zat kimia antimikroba dengan cara mengaktifkan bahan-bahan tersebut dan melindungi mikroorganisme dari zat kimia tersebut.

pHkonsentrasisuhuJumlah MikroorganismeDaun Salam2.5.Kerangka teori

Eugenol Fenol Merusak denaturasimembran protein sel

Pertumbuhan Salmonella typhi

Pertumbuhan Salmonella typhi2.6.Kerangka konsep

Daun Salam

2.7.HipotesaBerdasarkan kerangka teori yang telah disusun maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah adanya efek ekstrak daun salam (eugenia polyantha w) terhadap pertumbuhan Salmonella typhi secara invitro

BAB IIIMETODE PENELITIAN

1. Jenis PenelitianJenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design.

2. Variabel dan Definisi Operasional2.1. Variabel Penelitian2.1.1. Variabel bebasEkstrak daun salam dalam berbagai konsentrasi.2.1.2. Variabel tergantungBakteri Salmonella typhi.2.2. Definisi Operasional 2.2.1. Ekstrak daun salam adalah ekstrak yang didapat dari daun salam dan dibagi dalam berbagai konsentrasi, yaitu 12,5%, 25%, 50%, 75%, 100%. Skala: NumerikSatuan: Prosentase (%)2.2.2. Bakteri Salmonella typhi diketahui dengan terlihat adanya koloni yang berwarna merah metalik pada media SSA (Salmonella-Shigella Agar) dihitung dengan menghitung jumlah koloni.

20Skala : Numerik

3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Analisis Kesehatan 17 Agustus 1945 Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008.

4. Populasi dan Sampel4.1. Populasi Populasi yang digunakan adalah bakteri Salmonella typhi koleksi Laboratorium Mikrobiologi Akademi Analisis Kesehatan 17 Agustus 1945 Semarang.4.2. SampelBakteri Salmonella typhi yang telah distandarisasikan dengan standar MacFarland I.

5. Instrumen dan Bahan Penelitian5.1. Instrumen1) Tabung reaksi2) Beker glass3) Ose4) Lidi kapas steril5) Cawan petri6) Kapas alkohol7) Inkubator 370C8) Pipet 5.2. Bahan Penelitian 1) Strain bakteri Salmonella typhi 2) Ekstrak daun salam dengan berbagai konsentrasi3) Media SSA (Salmonella-Shigella Agar)4) NaCl 0,85% steril5) Aquades steril

6. Cara Penelitian6.1. Sterilisasi alat Semua peralatan yang digunakan, seperti: tabung reaksi, pipet, beker glass, ose, kapas, alat pengaduk, dan alat lainnya disterilkan secara autoclave pada suhu 1210C selama 20 menit.

6.2. Pembuatan Ekstrak Daun Salam 100%Daun salam dipotong kecil-kecil, kemudian dimasukkan ke dalam kertas saring. Lakukan esktraksi kurang lebih 40x floading menggunakan alat ekstraksi soxlet dengan menggunakan etanol sebagai pelarut. Uapkan etanol dari esktrak, kemudian cairan dipekatkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator dengan suhu 400C hingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental ini merupakan larutan induk dengan konsentrasi 100%.6.3. Pembuatan Ekstrak daun salam dalam berbagai KonsentrasiEkstrak daun salam dalam berbagai konsentrasi diperoleh dengan cara mengencerkan ekstrak daun salam 100% yang diperoleh dari hasil ekstraksi daun salam.

N1xV1 = N2 x V2 Pengenceran dengan menggunakan persamaan berikut: Keterangan :N1 = konsentrasi awalV1 = volume awalN2 = konsentrasi akhirV2 = volume akhir6.3.1. Untuk memperoleh ekstrak daun salam 75% sebanyak 10 cc dilakukan pengenceran sebagai berikut :N1 x V1 = N2 x V2100% x V1 = 75% x 10V1 = 7,5 ccKemudian untuk memperoleh volume 10 cc ditambahkan aquades sebanyak 2,5 cc.6.3.2. Untuk memperoleh ekstrak daun salam 50% sebanyak 10 cc dilakukan pengenceran sebagai berikut :N1 x V1 = N2 x V2100% x V1 = 50% x 10V1 = 5 ccKemudian untuk memperoleh volume 10 cc ditambahkan aquades sebanyak 5 cc.6.3.3. Untuk memperoleh ekstrak daun salam 25% sebanyak 10 cc dilakukan pengenceran sebagai berikut :N1 x V1 = N2 x V2100% x V1 = 25% x 10V1 = 2,5 ccKemudian untuk memperoleh volume 10 cc ditambahkan aquades sebanyak 7,5 cc.6.3.4. Untuk memperoleh ekstrak daun salam 12,5% sebanyak 10 cc dilakukan pengenceran sebagai berikut :N1 x V1 = N2 x V2100% x V1 = 12,5% x 10V1 = 1,25 ccKemudian untuk memperoleh volume 10 cc ditambahkan aquades sebanyak 8,75 cc.6.4. Pembuatan atau Persiapan Suspensi Bakteri Salmonella typhi6.5.1. Standar MacFarland I1) Disiapkan tabung reaksi2) Dimasukkan larutan BaCl2 0,1% sebanyak 0,1 ml dan larutan H2SO4 1N sebanyak 9,9 ml. 6.4.2. Bakteri yang digunakan adalah Salmonella typhi1) Membuat suspensi bakteri Slamonella typhi dengan menggunakan NaCl 0,85% steril (NaCl fisiologis).2) Kemudian dibandingkan kekeruhan yang terjadi dengan strandar MacFarland I.

6.5. Cara Kerja6.5.1. Sediakan 7 buah tabung reaksi :1) Tabung I berisi 10 ml ekstrak daun salam konsentrasi 75% ditambah 0,1 ml kultur bakteri.2) Tabung II berisi 10 ml ekstrak daun salam konsentrasi 50% ditambah 0,1 ml kultur bakteri.3) Tabung III berisi 10 ml ekstrak daun salam konsentrasi 25% ditambah 0,1 ml kultur bakteri.4) Tabung IV berisi 10 ml ekstrak daun salam konsentrasi 12,5% ditambah 0,1 ml kultur bakteri.5) Tabung V berisi 10 ml ekstrak daun salam konsentrasi 0,8% ditambah 0,1 ml kultur bakteri.6) Tabung VI sebagai kontrol positif berisi 10 ml ekstrak daun salam 100% ditambah 0,1 ml kultur bakteri.7) Tabung VII sebagai kontrol negatif berisi 10 ml aquades ditambah 0,1 ml kultur bakteri.6.5.2. Amati kekeruhannya6.5.3. Pada masing-masing tabung ambil sebanyak 0,1 ml larutan dengan menggunakan mikropipet (steril) kemudian diisolasi secara goresan pada media SSA.6.5.4. Inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam6.5.5. Amati dan hitung jumlah koloni yang berwarna merah metalik.

7. Analisis Hasil Data yang diperoleh dilihat apakah distribusi data normal atau tidak dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov. Bila didapatkan distribusi data normal dan homogen, maka selanjutnya data dianalisa dengan metode one way anova. Bila data tidak normal atau tidak homogen, maka dilakukan analisa dengan uji statistik non parametrik, yaitu uji Kruskal-Wallis H .

DAFTAR PUSTAKA Chami N., Bennis, S., Aboussekhra, A., 2005, Study of Anticandidal Activity of Carvacrol and Eugenol in vitro and in vivo, Oral Microbiology and Immunology, Blackwell Synergy, 106-111http://www.scielo.br/scielo.php?pid=s1413_86702004000300005&script=sci_arttext. dikutip tgl 28.07.2008

Dalimartha, Setiawan, 2007, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 4, Puspa Sehat, Jakarta, hal.8-12

Haraguchi, H., Kuwata, Y., Inada, K., 1996, Antifungal activity from Alpinia Galangal and The Competition for Incorporation of Unsaturated Fatty acidsin Cell Growth, planta Med, japan,http://www.actahort.org/members/showpdf?booknrarnr=59731#seacr=%22eogenol%2c%20antifungal%22. dikutip tgl 28.07.2008

Hawley, Louise, 2003, Intisari Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi, Hipokrates, Jakarta, hal 74-76

Honda, T., Voravuthikunchai, S.P., Sririrak, T., Limsuwan, S., Supawati, T., Lida, T., 2005, Journal of Health Science, Inhibitory Effects of Active Compounds from Punica granatum Pericaps on Verocytotoxin Production by Enterohemorrhagic Escherichia coli O157 : H7http://jhs.pharm.or.jp.51(5)/51_590.pdf dikutip 26-07-2008

Jawetz, E., Melnick,J.L., Adelberg, E.A., 2007, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23, EGC, Jakarta, hal 260-263

Kumalaningsih, Sri, 10-01-2008, Antioksidan_SODhttp:// Antioksidan_SOD.htm. dikutip tgl 26.07.2008

Mardiastuti, dkk, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi, Staf Pengajar Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal 157, 168-173

Pelczar Jr, M.J., Chan, E.C.S., 1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, Jilid 2, Universitas Indonesia Press, Jakarta, hal 452-458

Rukmana, Rahmat, 2007, Daun Salam, Kanisius, Yogyakarta, hal. 11-15

Sjamsudin, U., Arif, A., 2005, Farmakologi Dan terapi, Edisi 4, Cetakan Ulang, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal.517

Sadewi, R, 1992, Kromatografi Minyak Atsiri Daun Salam, UGM, Yogjakarta, hal. 23

Sumarno, Prihantoro,T., Indra, R., 2006, Efek Antibakteri Ekstrak Kult Buah Delima (Punica granatum) terhadap Shigella Dysentriae secara In Vitro, Jurnal kedokteran brawijaya, Vol. XXII, No.3

Suparno, 25-12-2006, Potensi Agroindustri Tanaman Obat Fitofarmakahttp://www.kaltengpos.com/berita/index.asp?IDKategori=Opini&id=15279 dikutip tgl 28.07.2008

Tjah,T., Raharja,K., 2003, Obat-Obat Penting. Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingannya, Edisi kelima, Cetakan Kedua, Gramedia, Jakarta, hal.233

Tjah,T., Raharja,K., 2002, Tumbuhan Obat, Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Gajah mada, Yogyakarta

Wahyudi, Muhamad, 2004, Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Pertumbuhan Escerichia coli Secara In Vitro, karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedoteran Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

Widodo, Djoko, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Demam Tifoid, Jilid III, Edisi IV, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal.1774