proposal kp pt. tas.pdf

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatau kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan kelestarian sumber daya alam. Oleh karena itu, sumber daya alam perlu dijaga dan diperhatikan untuk kelangsungan hidup manusia kini, maupun untuk generasi yang akan datang. Manusia merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan (ekosistem). Dengan semakin bertambahnya jumlah populasi manusia, kebutuhan hidupnya pun meningkat, akibat terjadinya peningkatan permintaan akan lahan seperti disektor pertanian maupun pertambangan. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Kegiatan reklamasi tidak harus menunggu sampai seluruh kegiatan penambangan berakhir, terutama pada lahan penambangan yang luas. Reklamasi sebaiknya di lakukan secepat mungkin pada lahan bekas penambangan yang telah selesai dieksploitasi, walaupun kegiatan penambangan tersebut secara keseluruhan belum selesai karena masih terdapat deposit bahan tambang yang belum ditambang. Proses penambangan, khususnya pada tambang permukaan, akan menghilangkan semua vegetasi di lokasi yang akan ditambang, seperti pohon, semak-belukar, perakaran tanaman, benih, mikroorganisme, termasuk berpindahnya hewan liar. Proses ini tentunya akan menghilangkan fungsi- fungsi kawasan bervegetasi tersebut, seperti menyediakan berbagai hasil hutan, tempat hidup hewan liar, pangan, dan kawasan penyerap air atau sumber air, dan lain-lain Gautama (1999), mendefinisikan revegetasi sebagai suatu usaha manusia untuk memulihkan lahan kritis di luar kawasan hutan dengan maksud agar lahan tersebut dapat kembali berfungsi secara normal. Parotta (1993)

Upload: danu-tong-ji

Post on 13-Jul-2016

203 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

Page 1: proposal KP PT. TAS.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatau kebutuhan penting

bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan kelestarian sumber daya

alam. Oleh karena itu, sumber daya alam perlu dijaga dan diperhatikan untuk

kelangsungan hidup manusia kini, maupun untuk generasi yang akan datang.

Manusia merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan

(ekosistem). Dengan semakin bertambahnya jumlah populasi manusia,

kebutuhan hidupnya pun meningkat, akibat terjadinya peningkatan permintaan

akan lahan seperti disektor pertanian maupun pertambangan.

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata

kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan,

agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Kegiatan

reklamasi tidak harus menunggu sampai seluruh kegiatan penambangan

berakhir, terutama pada lahan penambangan yang luas. Reklamasi sebaiknya

di lakukan secepat mungkin pada lahan bekas penambangan yang telah selesai

dieksploitasi, walaupun kegiatan penambangan tersebut secara keseluruhan

belum selesai karena masih terdapat deposit bahan tambang yang belum

ditambang.

Proses penambangan, khususnya pada tambang permukaan, akan

menghilangkan semua vegetasi di lokasi yang akan ditambang, seperti pohon,

semak-belukar, perakaran tanaman, benih, mikroorganisme, termasuk

berpindahnya hewan liar. Proses ini tentunya akan menghilangkan fungsi-

fungsi kawasan bervegetasi tersebut, seperti menyediakan berbagai hasil

hutan, tempat hidup hewan liar, pangan, dan kawasan penyerap air atau

sumber air, dan lain-lain

Gautama (1999), mendefinisikan revegetasi sebagai suatu usaha manusia

untuk memulihkan lahan kritis di luar kawasan hutan dengan maksud agar

lahan tersebut dapat kembali berfungsi secara normal. Parotta (1993)

Page 2: proposal KP PT. TAS.pdf

2

menyatakan bahwa reklamasi dengan spesies-spesies pohon dan tumbuhan

bawah yang terpilih dapat memberikan peranan penting dalam mereklamasi.

Reklamasi dengan jenis-jenis lokal dan eksotik yang telah beradaptasi dengan

kondisi tempat tumbuh yang terdegradasi dapat memulihkan kondisi tanah

dengan menstabilkan tanah, penambahan bahan-bahan organik dan produksi

serasah yang dihasilkan sebagai mulsa untuk memperbaiki keseimbangan

siklus hara dalam tanah reklamasi.

Dampak dari kegiatan penambangan ini sangat berdampak negatif

terhadap lingkungan, karena dapat berpengaruh buruk terhadap lingkungan

(ekosistem). Dengan demikian kegiatan revegetasi dilakukan untuk

mengembalikan dan memperbaiki fungsi dan tataguna lahan.

Berdasarkan uraian diatas maka kami mengambil judul kerja praktek

“STUDI TEKNIS REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG”

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dimaksud adalah :

a. Berapa luas lahan yang akan di reklamasi?

b. Bagaimana tahapan-tahapan revegetasi?

c. Apa Jenis-jenis pohon yang digunakan?

1.3. Batasan Masalah

Pada kesempatan ini pelaksanaa kerja praktrek hanya membatasi masalah

studinya pada tahap proses Revegetasi.

1.4. Tujuan

Adapun tujuan kerja praktek yang ingin dicapai adalah :

a. Untuk mengetahui luas wilayah dan lokasi yang akan direklamasi.

b. Untuk mengetahui proses revegetasi.

c. Untuk mengetahui jenis-jenis pohon yang digunakan.

Page 3: proposal KP PT. TAS.pdf

3

1.5. Manfaat Studi

Adapun manfaat studi yang akan di lakukan saat ini yaitu :

1. Sebagai pertimbangan pengetahuan lebih bagi kami mengenai reklamasi

pasca tambang khususnya tahapan revegetasi.

2. Sebagai bahan informasi yang sangat penting bagi masyarakat, bahwa

dunia pertambangan bukanlah faktor yang merusak lingkungan, contohnya

seperti lokasi yang pernah dilakukan proses penambangan akan dilakukan

proses reklamasi agar masyarakat dapat memanfaatkan lokasi tersebut

untuk lahan pertanian, perkebunan dan lain-lain.

3. Sebagai bahan masukan kepada perusahaan, agar bisa merumuskan

langkah-langkah pengembangan agar lahan pasca tambang dapat

dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar, agar bisa menghasilkan nilai

ekonomis kembali bagi masyarakat.

4. Sebagai bahan perbandingan antara studi yang selanjutnya.

Page 4: proposal KP PT. TAS.pdf

4

1.6 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

a. Tempat pelaksanaan

Pelaksanaan kerja praktek ini dilakukan pada area reklamasi lahan

pasca tambang PT. TEKNIK ALUM SERVICE Kecamatan Bungku

pesisir kab. Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

b. Waktu studi

Kegiatan ini rencana akan dilaksanakan selama 1 bulan ( Tabel 1 )

Tabel 1.1 Jadwal Rencana Kegiatan Kerja Praktek

Jenis Kegiatan

Mulai April s/d Mei 2016,

Minggu Ke :

I II III IV

Studi Pustaka

Orientasi Lapangan

Pengambilan Data

Analisa Data

Page 5: proposal KP PT. TAS.pdf

5

BAB II

TINJAUAM UMUM

2.1 Profil Perusahaan

Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan

PT.Teknik Alum Service, berkomitmen untuk mengembangkan potensi bahan

galian nikel di wilayah Sulawesi Tengah khususnya di desa Buleleng. Komitmen

ini disambut baik oleh Pemerintah Kabupaten Morowali dengan menerbitkan

Surat Keputusan Bupati Morowali No. 540.6/SK.001/DESDM/V/2009 Tanggal 5

mei 2009 tentang Persetujuan Revisi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

kepada PT. Teknik Alum Service seluas 1.301 Ha di Wilayah Desa Buleleng dan

Torete Kecamatan Bungku Pesisir Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi

Tengah.

Sumber : PT. Teknik Alum Service

Gambar 2.1 Peta IUP PT. Teknik Alum Service

Page 6: proposal KP PT. TAS.pdf

6

2.2 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Teknik Alum Service ( TAS ) di-dirikan pada tahun 2007 dan melakukan

kegiatan Eksplorasi ( kegiatan drilling / Bor ) di Desa Buleleng dan dilanjutkan di

Desa Torete sampai dengan Tahun 2009 dan kantor PT. TAS beralamat di desa

Buleleng, dan saat itu masih dipimpin oleh Agam Tirto Buwono.

Sebelum Perusahaan PT. TAS melakukan kegiatan Penambangan Ore Nickel

(Bijih Nikel) PT. TAS melakukan sosialisasi publik pada hari senin Tanggal, 22

September 2008 yang bertempat di Desa Buleleng. Pada awal tahun 2010 PT.TAS

melakukan kegiatan penambangan Bijih Nikel di Desa Buleleng sampai dengan

tahun 2012 Bulan Oktober, dan masih dipimpin oleh Bpk. Agam Tirto Buwono.

Pada tahun 2012 Bulan November, PT. TAS kembali melakukan kegiatan di

Lokasi yang sama yaitu di Desa Buleleng dan torete dibawah Pimpinan

Bapak Syarifudin, dan hanya sampai pada Bulan Agustus 2013. Pada tahun 2013

Bulan Agustus , PT. TAS diambil alih oleh Bpk. Joseph Hong selaku pimpinan

PT. TAS sampai dengan sekarang dan kembali melakukan kegiatan penambangan

di Desa Buleleng dan Torete sampai saat ini.

2.3 Lokasi Kesampaian Daerah

Secara administratif lokasi Izin Wilayah Usaha Pertambangan Operasi

Produksi ( WIUP OP ) PT. Teknik Alum Service berada di Desa Buleleng dan

Torete Kecamatan Bungku Pesisir Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi

Tengah. Wilayah izin tersebar dalam beberapa wilayah yang terpisah, luas

totalnya adalah 1.301 Ha.

Untuk mencapai daerah kegiatan Operasi Produksi pada Lokasi penelitian

pada PT. Teknik Alum Service, ada beberapa alternative yang dapat ditempuh

dengan jalur darat yaitu, dari palu dapat ditempuh dengan menggunakan

kendaraan roda 4 menuju ke Bungku selama ± 12 jam. Dari bungku ke lokasi

dapat ditempuh sekitar + 3 jam, dan dari Kolaka ke Kendari + 4 jam kemudian

selama + 5 jam dari Kendari ke Buleleng, dengan kondisi jalan beraspal dan

jalan tanah berbatu, terutama setelah akan memasuki perbatasan antara Provinsi

Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

Page 7: proposal KP PT. TAS.pdf

7

Sumber : Google Earth 2015

Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah

2.4 Penduduk dan Sosial Budaya

Secara umum, penduduk di Wilayah desa Buleleng bermata pencaharian

sebagai petani, nelayan, pedagang, dan pegawai pemerintah. Berbagai macam

suku juga hadir di wilayah ini, baik suku lokal itu sendiri yaitu suku Bungku dan

berbagai suku pendatang yaitu suku Bugis, Jawa, Bali, Tator, Tolaki dan

sebagainya. Kepercayaan atau agama yang dianut penduduk di wilayah ini terdiri

dari Islam, Kristen, Katholik, dan Hindu. Adapun rumah ibadah di wilayah ini

sudah tersebar diberbagai desa. Sedangkan kondisi jalan yang terdapat di wilayah

ini relatif sudah memadai, selama periode triwulan 4 tahun 2014, proyek

pengaspalan jalan sedang dilanjutkan dan sisanya masih berupa jalan berbatu atau

jalan tanah yang diperkeras.

2.5 Geologi Ragional Daerah Penelitian

Ditinjau dari kedudukan regionalnya, daerah IUP Operasi Produksi PT.

Teknik Alum Service secara geolgi termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar

Bungku (S.Supriatna dkk, 1995). Batuan di wilayah penyelidikan secara umum

disusun oleh batuan sedimen dan ultramafik serta terdapat intrusi batuan beku.

Page 8: proposal KP PT. TAS.pdf

8

Kegiatan tektonik di daerah ini diduga berlangsung semenjak Jura, mengakibatkan

batuan yang berumur Pra – Jura, yaitu batuan ultramafik mengalami alih tempat,

perlipataan dan sesar. Proses ini diikuti oleh kegiatan magma yang menghasilkan

terobosan granit, granodiorit dan diorite pada Kapur Akhir. Sejak Paleosen awal

sampai Eosen awal sampai terjadi pengangkatan, erosi dan pendataran

menghasilkan sedimen darat yang luas.

Sumber : PT. Teknik Alum Service

Gambar 2.3 Peta Geologi Lokal PT. Teknik Alum Service

2.5.1 Morfologi

Morfologi daerah penyelidikan yang merupakan perpaduan antara litologi,

Struktur dan proses tahapan yang berlangsung di daerah penyelidikan dapat

dibagi menjadi 2 satuan morfologi, yaitu sebagai berikut :

1. Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang

Satuan morfologi ini terdapat dibagian tengah dari wilayah konsesi

memanjang kearah barat laut – tenggara. Topografi perbukitan bergelombang

sedang dengan ketinggian antara 75 – 150 meter dari permukaan air laut dan

kemiringan lereng antara 10 – 45% ( miring ), Slope cembung, pola pengaliran

agak denritik dengan kerapatan 1,1 – 1,25. Tekstur tanah sedang berwarna coklat

muda dan proses geomorfologi yang berlangsung adalah debris slide, erosi alur –

Page 9: proposal KP PT. TAS.pdf

9

lembah yang menjadikan bentuk lembah seperti huruf ” V ”. Tata guna lahan

berupa hutan produktif, perkebunan liar. Satuan morfologi ini menempati + 45%

dari luas wilayah penyelidikan.

2. Satuan morfologi perbukitan bergelombang kuat

Satuan morfologi ini terdapat di sisi Sebelah Utara – Selatan juga memanjang

kearah barat laut – tenggara, dominan disusun oleh litologi ultramafik pada

sebelah utara dan sedimen pada sebelah selatan, topografi perbukitan

bergelombang kuat ini mempunyai ketinggian + 600 – 800 meter dari permukaan

air laut dan kemiringan lereng curam ( 15 – 30% ) dengan bentuk lembah

cembung, kerapatan 1,1. Tekstur tanah sedang warna coklat tua – coklat muda,

proses geomorfologi berupa debris floe, debris slide, erosi lembah, tata guna lahan

hutan produktif, belukar dan perkebunan. Morfologi ini dikontrol kuat oleh

litologi dan struktur yang berkembang di daerah penyelidikan. Satuan morfologi

ini menempati + 50 % dari luas wilayah penyelidikan.

Sumber : PT. Teknik Alum Service

Gambar 2.4 Morfologi Daerah IUP PT. Teknik Alum Service

2.5.2 Topografi

Page 10: proposal KP PT. TAS.pdf

10

Ditinjau dari peta topografi yang mencakup daerah Buleleng dan sekitarnya,

morfologi wilayah ini didominasi oleh perbukitan yang memanjang berarah relatif

Baratlaut – Tenggara dan Utara – Selatan, yang diduga merupakan lipatan-lipatan

yang dipengaruhi oleh Sesar Matano di sebelah utara dan Sesar Lasolo di bagian

selatannya. Adanya bukit-bukit soliter yang ditemukan, diperkirakan merupakan

bagian dari lipatan-lipatan yang tersesarkan. Pola pengairannya didominasi oleh

pola dendritik dan rektangular. Satuan kelerengannya terbagi atas dataran landai

di sepanjang pantai timur Sulawesi, perbukitan bergelombang lemah – kuat, serta

perbukitan tertajam kuat di sekitar patahan.

Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta

unsur-unsur lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-

lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih

dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan

umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal

ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada

daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih

banyak dari pada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang

intensif.

2.5.3 Litologi dan Stratigrafi

Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur batuan, terdapat 3

kelompok batuan (Simandjuntak, 1983), pada wilayah sulawesi yaitu :

1. Batuan Malihan Kompleks Mekongga

Batuan malihan berderajat rendah (low grade metamorphic) ini merupakan

batuan alas di lengan tenggara Sulawesi. Batuan malihan kompleks Mekongga

ini diperkirakan berumur Permo-Karbon. Dan termasuk kepada batuan

metamorf fasies epidot-amfibolit. Batuan malihan ini terjadi karena adanya

proses burial metamorphism. Batuan penyusunnya berupa sekis mika, sekis

kuarsa, sekis klorit, sekis mika-amfibol, sekis grafit dan genes.

2. Kelompok Batuan Sedimen Mesozoikum

Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan sedimen

Page 11: proposal KP PT. TAS.pdf

11

klastika, yaitu Formasi Meluhu dan sedimen karbonat Formasi Laonti. Keduanya

diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura Awal. Formasi Meluhu

tersusun dari batusabak, filit dan kuarsit, setempat sisipan batugamping hablur.

Formasi Laonti terdiri atas batugamping hablur bersisipan filit di bagian

bawahnya dan setempat sisipan kalsilutit rijangan.

3. Kelompok Mollasa Sulawesi

Pada Neogen tak selaras di atas kedua mendala yang saling bersentuhan itu,

diendapkan Kelompok Molasa Sulawesi. Batuan jenis Molasa yang tertua

di daerah penelitian adalah Formasi Langkowala yang diperkirakan berumur

akhir Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari batupasir konglomerat.

Formasi Langkowala mempunyai Anggota Konglomerat yang keduanya

berhubungan menjemari. Di atasnya menindih secara selaras batuan berumur

Miosen Akhir hingga Pliosen yang terdiri dari Formasi Eemoiko dan

Formasi Boepinang. Formasi Eemoiko dibentuk oleh batugamping koral,

kalkarenit, batupasir gampingan dan napal. Formasi Boepinang terdiri atas

batulempung pasiran, napal pasiran, dan batupasir. Secara tak selaras kedua

formasi ini tertindih oleh Formasi Alangga dan Formasi Buara yang saling

menjemari. Formasi Alangga berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan

batupasir yang belum padat. Formasi Buara dibangun oleh terumbu koral,

setempat terdapat lensa konglomerat dan batupasir yang belum padat. Formasi

ini masih memperlihatkan hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu

pada pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda yaitu endapan sungai,

rawa, dan kolovium.

2.5.4 Struktur Geologi

Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah barat laut – tenggara yang

berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik (Gambar 2.2).

Sesar Palu–Koro memotong Sulawesi bagian barat dan tengah, menerus ke

bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara yang merupakan batas tepi benua

di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu – Koro merupakan sesar mendatar sinistral

dengan pergeseran lebih dari 750 km (Tjia, 1973; Sukamto, 1975), arah gerak

sesuai dengan jalur Sesar Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang

Page 12: proposal KP PT. TAS.pdf

12

terletak di bagian barat dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan

Selatan Sulawesi, menghasilkan lembah sungai sadang dan sungai masupu yang

sistemnya dikontrol oleh sesar mendatar (Hamilton, 1997).

Gambar 2.5 Struktur utama di sulawesi, Hamilton (1997)

2.5.5 Mineralogi Endapan

Secara horisontal penyebaran Ni tergantung dari arah aliran air tanah yang

sangat dipengaruhi oleh bentuk kemiringan lereng (topografi). Air tanah bergerak

dari daerah-daerah yang mempunyai tingkat ketinggian ke arah lereng, yang mana

sebagian besar dari air tanah pembawa Ni, Mg dan Si yang mengalir ke zona

tempat fluktuasi air tanah berlangsung. Pada tempat-tempat yang banyak

mengandung rekahan-rekahan Ni akan terjebak dan terakumulasi di tempat-

tempat yang dalam sesuai dengan rekahan-rekahan yang ada, sedangkan pada

lereng dengan kemiringan landai sampai sedang adalah merupakan tempat

Page 13: proposal KP PT. TAS.pdf

13

pengayaan nikel. Umumnya penjelasan mengenai profil endapan nikel laterit yang

ideal ( Nusantara, 2002 ) dibagi menjadi 4 zona yaitu:

a. Zona Overburden

Sona ini merupakan top soil mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar

nikel yang rendah ( kurang dari 1% ). Zona ini tersusun oleh humus dan limonit.

Mineral penyusunnya adalah goethit, hematit, dan mangan yang mengindikasikan

daerah yang sudah lama tersingkap.

b. Zona Limonit

Sona ini merupakan lapisan kaya besi dari limonit soil yang menyelimuti

seluruh area dengan kadar nikel antara 1% – 2%. Pada zona ini mulai terdapat

pengkayaan mineral ekonomis berupa kromit dan kobalt. Limonit dibedakan

menjadi dua, yaitu red limonite (hematit) dan yellow limonite (goethit). Lapisan

ini memiliki ukuran butir halus (fine grained), berwarna merah-coklat atau

kuning, agak lunak, berkadar air antara 30 % – 40 %, lapisan kaya besi dari tanah

limonit menyelimuti seluruh daerah dengan ketebalan rata-rata 3 – 7 meter.

Lapisan ini tipis pada lereng yang terjal, dan dapat hilang karena erosi. Sebagian

dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite.

c. Zona Saprolit

Sona ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning

kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonit, dengan

kadar nikel yang lebih tinggi (lebih dari 2%) dan ketebalan rata-rata 7 meter.

Campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonit, saprolitic rims, vein dari

endapan garnierit, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat

silica boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonit ke bedrock.

Terkadang terdapat mineral kuarsa yang mengisi rekahan, serta mineral-mineral

primer yang terlapukan membentuk klorit. Garnierit di lapangan biasanya

diidentifikasikan sebagai colloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous

serpentine. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Lapisan ini terdapat

bersama batuan yang keras atau rapuh dan sebagian saprolit. Lapisan ini

merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.

Page 14: proposal KP PT. TAS.pdf

14

d. Sona Bedrock (Batuan Dasar)

Sona ini merupakan bagian terbawah dari profil laterit dengan kadar nikel

yang rendah (kurang dari 1%) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral

ekonomis untuk ditambang. Lapisan ini terdiri atas batuan peridotit yang tidak

atau belum mengalami pelapukan. Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang-kadang

membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika.

Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari

morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian

bawah bukit dengan relief yang landai.

Page 15: proposal KP PT. TAS.pdf

15

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Reklamasi

Reklamasi adalah usaha memperbaiki (memulihkan kembali) lahan yang

rusak agar bisa menjadi daerah bermanfaat dan berdaya guna sebagai akibat

kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan

kemampuan yang mengacu pada penataan lingkungan hidup yang berkelanjutan

agar menjadi seperti keadaan semula, (Tojib Alfiah, Forum RHLBT).

Reklamasi menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

No. 18 Tahun 2008, pasal 1 butir 2 adalah “kegiatan yang bertujuan memperbaiki

atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha

pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukkannya”.

Reklamasi berdasarkan Undang - Undang Minerba No 4 Tahun 2009 pasal 1 ayat

26, “Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha

pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan

dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya”.

Revegetasi sebagai suatu usaha manusia untuk memulihkan lahan kritis di

luar kawasan hutan dengan maksud agar lahan tersebut dapat kembali berfungsi

secara normal. Tahap pertama kegiatan revegetasi lahan bekas tambang harus

ditanami terlebih dahulu dengan tanaman-tanaman pioner cepat tumbuh yang

mampu beradaptasi cepat dengan kondisi lingkungan. Beberapa jenis tanaman

cepat tumbuh yang umum digunakan untuk revegetasi adalah sengon laut

(Albizzia falcata), akasia (Acasia mangium, Acasia crassicarpa), lamtoro

(Leucaena glauca), turi (Sesbania grandiflora), gamal (Gliricidia sepium), dan

sebagainya.

Page 16: proposal KP PT. TAS.pdf

16

3.2. Tahap – tahap reklamasi

Ruang lingkup reklamasi(keputusan menteri kehutanan dan perkebunan

No. 149, tahun 1999)meliputi tahapan kegiatan :

a). Investasi lokasi reklamasi

b). Penetapan lokasi reklamasi

c). Perencanaan reklamasi

1. Penyusunan reklamasi

2. Penyusunan rancangan reklamasi

d). Pelaksanaan reklamasi yang meliputi

1. penyiapan lahan

2. pengaturan bentuk lahan(land scaping)

3. pengadalian erosi dan sedimentasi

4. pengolahan lapisian olah(top soil)

5. revegetasi

6. pemeliharaan

3.3. Dasar Hukum

Upaya pengendalian dampak negatif kegiatan pertambangan terhadap

lingkungan hidup dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan

sebagai berikut :

a. Peraturan - Pemerintah 78 tahun 2010 tentang reklamasi pasca tambang,

(Tajib Alfiah Direktur Eksekutif FORUM RHLBT).

b. Undang - Undang No. 23 tahun 2009 tentang pengendalian dan pengelolaan

lingkungan hidup, (Tajib Alfiah Direktur Eksekutif FORUM RHLBT).

Page 17: proposal KP PT. TAS.pdf

17

c. Permenhut P39/2010 tentang pola umum, kriteria dan standar rehabilitasi

dan reklamasi hutan, (Tajib Alfiah Direktur Eksekutif FORUM RHLBT).

d. Permenhut P4/2011 tentang pedoman reklamasi hutan, (Tajib Alfiah

Direktur Eksekutif FORUM RHLBT).

e. Permenhut P60/2009 tentang pedoman penilaian keberhasilan reklamasi

hutan, (Tajib Alfiah Direktur Eksekutif FORUM RHLBT).

f. Undang - Undang No 4 tahun 2009 tentang Minerba.

g. Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan - Ketentuan

Pokok Pengolahan Lingkungan Hidup.

h. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL).

i. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 121 K/PE/1995 Pasal 1

adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki dan menata lahan yang

terganggu sebagai akibat usaha penambangan umum agar dapat berfungsi

dan berdaya sesuai dengan peruntukannya.

3.4. Perencanaan Reklamasi

Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik, agar

dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki, dalam hal

ini reklamasi harus disesuaikan dengan tata ruang perencanaan reklamasi harus

sudah disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan merupakan

program yang terpadu dalam kegiatan operasi penambangan.

3.4.1. Pemerian Lahan/Tinjauan Dari Kondisi Lahan

Pemerian lahan pertambangan merupakan hal yang terpenting untuk

merencanakan jenis perlakuan dalam kegiatan reklamasi, jenis perlakuan

reklamasi dipengaruhi oleh berbagai faktor utama :

a. Kondisi iklim

b. Geologi

Page 18: proposal KP PT. TAS.pdf

18

c. Jenis tanah

d. Bentuk alam

e. Air permukaan dan air tanah

f. Flora dan fauna

g. Penggunaan lahan

h. Tata ruang dan lain-lain

Untuk lahan data yang dimaksud diperlukan suatu studi lapangan, dari

berbagai faktor tersebut diatas, kondisi iklim terutama curah hujan dan jenis tanah

merupakan faktor yang penting.

3.4.2. Pemetaan

Rencana operasi penambangan yang sudah memperhatikan upaya

reklamasi atau sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam

pelaksanaan kedua kegiatan tersebut, rencana (tahapan pelaksanaan) reklamasi

ditetapkan sesuai dengan kondisi setempat dan rencana kemajuan penambangan,

rencana tahap reklamasi tersebut dilengkapi dengan peta skala 1 : 1000 atau skala

lainnya yang disetujui, disertai gambar-gambar teknis bangunan reklamasi,

selanjutnya peta tersebut dilengkapi dengan peta indeks dengan skala memadai.

Di dalam peta tersebut digambarkan situasi penambangan dan

lingkungan, misalnya kemajuan penambangan, timbunan tanah penutup, timbunan

terak (slag), penyimpanan sementara tanah pucuk, kolam pengendap, kolam

persediaan air, pemukiman, sungai jembatan, jalan, revegetasi, dan sebagainya

serta mencantumkan tanggal situasi/ pembuatannya.

3.4.3. Peralatan Yang Digunakan

Untuk menunjang keberhasilan reklamasi biasanya digunakan peralatan

dan sarana prasarana, antara lain : ”Dump Truck”, Bulldozer, Excavator

(Back Hoe), Sekop, Cangkul. Bangunan pengendali erosi : Susunan karung

pasir, Tanggul, Pagar keliling, Beton pelat baja untuk menghindari kecelakaan

dan lain-lain, adapun peralatan yang digunakan dalam melaksanakan reklamasi

seperti gambar berikut :

Page 19: proposal KP PT. TAS.pdf

19

Gambar 3.1 : Alat Muat (Excavator)

Excavator ini berfungsi untuk memuat material timbunan ke dalam Dump

Truck yang bertujuan untuk meratakan lahan yang akan di revegetasi.

Gambar 3.2 : Alat Angkut (Dump Truck)

Dump Truck ini berfungsi untuk memuat material dari stock file ke lahan

yang akan ditanami.

Page 20: proposal KP PT. TAS.pdf

20

Gambar 3.3 : Alat Gusur ( Bulldozer )

Bulldozer ini berfungsi untuk menggusur/meratakan lahan yang akan

ditanami.

3.4.4. Rencana Desain Reklamasi

Adapun rencana desain yang coba diterapkan adalah reklamasi sistem pot,

pada metode ini dipakai campuran top soil dan pupuk kandang untuk membantu

tanaman tumbuh guna memulihkan tanah disekitarnya. lahan yang akan

dimanfaatkan dibersihkan, lalu digali sesuai ukuran dan jenis pohon yang akan

ditanam. Kemudian ukuran lubang juga mesti disesuaikan dengan jenis tanaman

yang akan ditanam serta jarak tanam yang di inginkan.

Keuntungan dari penggunaan cara tersebut adalah :

1. Tingkat keberhasilan tinggi.

2. Tidak memerlukan banyak tenaga kerja.

3. Proses pengerjaannya relatif mudah dengan biaya yang diperlukan relative

murah.

4. Rekayasa lahan yang sangat efisien dan cocok diterapkan pada lahan-lahan

bekas galian yang sangat miskin hara.

Kekurangan dari penggunaan cara tersebut adalah :

1. Memerlukan tambahan atau bahan media tanam lain untuk mengganti dan

menutup lubang galian lahan kritis tersebut.

Page 21: proposal KP PT. TAS.pdf

21

2. Tampak yang ada tidak mendekati keadaan yang sebenarnya.

Adapun pola desain reklamasi yang direncanakan adalah sebagai mana

gambar berikut :

Gambar 3.4 : Contoh desain reklamasi

3.5. Pelaksanaan Reklamasi

Kegiatan pelaksanaan reklamasi harus segera dimulai sesuai dengan

rencana tahunan pengelolaan lingkungan yang telah disetuju dan harus

sudah selesai pada waktu yang telah ditetapkan, dalam melaksanakan

kegiatan reklamasi perusahaan pertambangan bertanggung jawab sampai

kondisi/zona akhir yang telah disepakati tercapai.

Setiap lokasi penambangan mempunyai kondisi tertentu yang

mempengaruhi pelaksanaan reklamasi, pelaksanaan reklamasi umumnya

merupakan gabungan dari pekerjaan teknik sipil dan teknik vegetasi, pekerjaan

teknik sipil meliputi : pembuatan teras, saluran pembuangan akhir (SPA),

bangunan pengendali lereng, check dam, dan lain-lain yang disesuaikan

dengan kondisi setempat. pekerjaan teknik vegetasi meliputi : pola tanam,

sistem penanaman (monokultur, multiple croping), jenis tanaman yang

disesuaikan kondisi setempat, tanaman penutup dan lain-lain. pelaksanaan

reklamasi lahan meliputi kegiatan sebagai berikut :

Page 22: proposal KP PT. TAS.pdf

22

V = A x T

JP = 𝐴

𝐽𝑇

a. Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang,

pengaturan bentuk tambang (landscaping), pengaturan/penempatan bahan

tambang kadar rendah yang belum dimanfaatkan.

b. Pengendalian erosi dan sedimentasi.

c. Pengelolaan tanah pucuk (top soil).

d. Revegatasi (penanaman kembali) dan pemanfaatan lahan bekas tambang

untuk tujuan lainnya.

Untuk menghitung volume material digunakan persamaan sebagai berikut :

..................... (1)

Dimana :

V : Volume (

A : Luas Lahan Terbongkar

T : Tebal Top Soil (m)

Sedang untuk menentukan jumlah pohon yang akan ditanam dapat

menggunakan perhitungan sebagai berikut :

......................... (2)

Dimana :

JP : Jumlah pohon

A : luas lahan terbongkar (m)

JT : Jarak Tanam (m/pohon)

Sumber : ( Ir. Awang Suwandhi., M.Sc/Diklat perencanaan tambang terbuka

Unisba 30 Agustus – 07 September 2004 )

Mengingat sifat lahannya dan kegiatannya yang memerlukan penjelasan

rinci, maka kegiatan pelaksanaan reklamasi di atas, dalam BAB III ini

juga dijelaskan mengenai pelaksanaan reklamasi khusus, reklamasi pada

infrastruktur dan reklamasi lahan bekas tambang.

Page 23: proposal KP PT. TAS.pdf

23

3.6. Persiapan Lahan

3.6.1. Pengamatan Lahan Bekas Penambangan

Kegiatan ini meliputi :

a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak

digunakan di lahan yang akan direklamasi.

b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan

berbahaya dengan perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan.

c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dll pada tempat khusus.

d. Penutupan lubang bukaan tambang secara aman dan permanen.

e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan

direklamasi.

3.6.2. Pengaturan Bentuk Lahan

Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi setempat

kegiatan ini meliputi :

a. Pengaturan bentuk lereng

- Pengaturan bentuk lereng dimaksud untuk mengurangi kecepata air

limpasan (run off), erosi dan sedimentasi serta longsor.

- Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk berteras–teras.

b. Pengaturan saluran pembuangan air

- Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk

mengatur air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi

kerusakan lahan akibat erosi.

- Jumlah/kerapatan dan bentuk (SPA) tergantung dari bentuk lahan dan

luas areal yang direklamasi.

Page 24: proposal KP PT. TAS.pdf

24

3.7. Revegetasi

Revegetasi meurut keputusan menteri kehutanan dan perkebunan No. 146

tahun 1999 adalah usaha atau kegiatan penanaman kembali pada lahan bekas

tambang.

Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan rancangan

teknis tanaman, persediaan lapangan, pengadaan bibit/persemaian, pelaksanaan

penanaman dan pemeliharaan tanamanan.

1. Penyusunan rancangan teknis tanaman

Penyusunan rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan

revegetasi yang menggambarkan kondisi detail kegiatan revegetasi Yang

mengambarkan kondisi lokasi, jenis tanaman yang ditanam, uraian jenis

pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan

biaya dan tata waktu pelaksanaan kegiatan

2. Persiapan lapangan

Pada umumnya persiapan lapangan meliputi pekerjaan pembersihan

lahan tanah dan kegiatan perbaikan tanah. Kegiatan tersebut sangat

penting agar keberhasilan tanamanan tanaman dapat tercapai.

3. Pengadaan bibit atau persemaian

Bibit yang dibutuhkan untuk revegetasi dapat memenuhi melalui

pembelian bibit siap tanam atau melalui pengadaan bibit.

4. Pelaksanaan penanaman

Tahap pelaksanaan penanaman meliputi pengaturan arah larikan

tanaman, pemasangan ajir, distribusi bibit, pembuatan lubang tanaman

dan penanaman.

5. Pemeliharaan

Tingkat keberhasilan dari suatu metode penanaman akan berkurang bila

tidak dilakukannya pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman

dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman sedemikian rupa

shingga dapat diwujudkan keadaan optimal bagi pertumbuhan tanaman

Page 25: proposal KP PT. TAS.pdf

25

3.8. Jenis Tanaman

Tahap pertama kegiatan revegetasi lahan bekas tambang harus ditanami

terlebih dahulu dengan tanaman-tanaman pioner cepat tumbuh yang mampu

beradaptasi cepat dengan kondisi lingkungan. Beberapa jenis tanaman yang umum

digunakan untuk revegetasi adalah :

- sengon (Albizzia falcata),

- akasia (Acasia mangium, Acasia crassicarpa),

- kayu bitti (Vitex coffasus),

- kayu angin (Casuarina sp.),

- johar (Senna siamea)

Tanaman cepat tumbuh ditanam bersamaan atau segera setelah tanaman

penutup tanah ditanam. Ada beberapa jenis tanaman cepat tumbuh yang ditanam

sebagai pohon pelindung yang melindungi tanaman pokok atau tebing, pematah

angin, mengurangi intensitas cahaya dan suhu, meningkatkan kelembaban udara

dan mempertahankan kelembaban tanah, dan menambah bahan organik. Tanaman

ini berfungsi untuk menciptakan iklim mikro yang cocok untuk ekosistem hutan.

Syarat-syarat tanaman penghijauan atau reklamasi sebagai berikut :

1. Mempunyai fungsi penyelamatan tanah dan air dengan persyaratan

tumbuh yang sesuai dengan keadaan lokasi, baik iklim maupun tanahnya.

2. Mempunyai fungsi mereklamasi tanah.

3. Hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang tidak terlalu lama.

4. Tumbuh cepat & mampu tumbuh pada tanah kurang subur,

5. Tidak mengalami gugur daun pada musim tertentu,

6. Tidak menjadi inang penyakit, tahan akan angin dan mudah dimusnahkan,

7. Mempunyai perakaran yang lebar dan atau dalam,

8. Tanaman harus bisa dimanfaatkan kemudian hari, artinya mempunyai

prospek ekonomi yang baik.

Page 26: proposal KP PT. TAS.pdf

26

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAAN

4.1. Metodologi

Data studi ini dilakukan dengan cara klasifikasi dengan pengamatan

sebagai berikut :

a. Studi Literatur

Studi ini dilakukan dengan cara penelusuran daftar pustaka, meliputi :

- Pengumpulan peta-peta (topografi dan administrasi),

- Penggunaan lahan,

- Kemiringan lereng,

- Ketinggian,

- Iklim,

- Data curah hujan.

b. Studi/Praktek Lapangan

Studi lapangan ini dilakukan dengan pengumpulan data lapangan

meliputi:

- Tindakan konservasi tanah,

- Panjang lereng,

- Vegetasi.

c. Pembahasan hasil

Pemahasan hasil dilakukan dengan pengolahan data yang di

peroleh dilapangan terlebih dahulu, kemudian menganalisis data tersebut

dan membuat laporan hasil kerja praktek.

Page 27: proposal KP PT. TAS.pdf

27

Adapun bagan alir dari studi (gambar 4.1). sebagai berikut:

Bagan Prosedur Kerja Praktek

KERJA PRAKTEK

Studi Literatur

Permen ESDM No.18

Thn 2008

PP No.78 Thn 2010

Ttg Lahan Reklamasi

Observasi dan

Pengumpulan Data

Data

Data Sekunder

Peta IUP PTVI

Peta raklamasi

Pedoman

Reklamasi

berdasarkan

SOP PTVI

Data Primer

Luas wilayah

yang

direklamasi

Jenis Cover

Crop,dll

Jenis tanaman

Jenis

tanah/perlapisan

Pengolahan Data

Pembuatan Laporan

Metode Statistik

Pembahasan

Kesimpulan

Page 28: proposal KP PT. TAS.pdf

28

4.2 Fasilitas Yang Digunakan

Peralatan dan fasilitas yang diperlukan pada saat studi antara lain :

a. Safety

b. Buku lapangan

c. Komputer

d. Kamera digital

e. Alat tulis menulis

f. Akomodasi dan transportasi

g. Dan perlengkapan lain yang menunjang studi

Page 29: proposal KP PT. TAS.pdf

29

BAB V

PENUTUP

Demikian proposal ini disusun sebagai salah satu kerangka acuan dalam

proses pertimbangan bagi pihak PT. TEKNIK ALUM SERVICE (TAS) atas

kebijakan terhadap rencana kami melakuakn kegiatan KERJA PRAKTEK.

Atas perhatian dan kerja sama bapak/ibu kami ucapkan terima kasih

Kolaka, Januari 2016

Danu ariyanto