proposal kp hess fix

34
Laboratorium Geofisika Gedung G.404 Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) JL. Arif Rahman Hakim Sukolilo Surabaya 60111- Indonesia PROPOSAL KERJA PRAKTEK JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PROPOSAL KERJA PRAKTEK Labolatorium Geofisika Gedung G.404 Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arif Rahman Hakim Sukolilo Surabaya 60111 – Indonesia Phone : +31 5914696 Fax : +31 5914696 http : www.geophysics.its.ac.id BAB I PENDAHULUAN Seiring meningkatnya jumlah penduduk di dunia pada tahun 2009 yang di perkirakan mencapai 6,75 milyar, maka kebutuhan akan energi mengalami kenaikan pula. Hal ini merupakan pangsa pasar potensial bagi industri minyak bumi karena sampai pada saat ini suplay sumber energi masih di dominasi oleh minyak bumi, walaupun telah ada sumber energi lain seperti bioenergy maupun greenenergy. LATAR BELAKANG

Upload: adii-piyo-piyo

Post on 17-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Book 2 Riley-Hobson-Bence - Mathematical Methods for Physics and Engineering 3ed

TRANSCRIPT

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PAGE

PROPOSAL KERJA PRAKTEKJURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Labolatorium GeofisikaGedung G.404 Jurusan Fisika FMIPA

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arif Rahman Hakim Sukolilo Surabaya 60111 Indonesia

Phone : +31 5914696Fax : +31 5914696http : www.geophysics.its.ac.idBAB IPENDAHULUAN

Seiring meningkatnya jumlah penduduk di dunia pada tahun 2009 yang di perkirakan mencapai 6,75 milyar, maka kebutuhan akan energi mengalami kenaikan pula. Hal ini merupakan pangsa pasar potensial bagi industri minyak bumi karena sampai pada saat ini suplay sumber energi masih di dominasi oleh minyak bumi, walaupun telah ada sumber energi lain seperti bioenergy maupun greenenergy.

Untuk dapat mencukupi kebutuhan energi, maka dibutuhkan peningkatan produksi minyak bumi yang sesuai dengan kebutuhan pasar serta penemuan-penemuan sumber minyak baru. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan teknologi yang sesuai dan juga sumber daya manusia yang profesional.

Seorang sumber daya manusia yang profesional haruslah tau tentang pengetahuan dalam bidangnya dan seorang mahasiswa agar nantinya dapat menjadi sumberdaya manusia yang professional maka dia harus terus mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia kerja yang sesungguhnya. Salah satu cara yang dapat digunakan agar seorang mahasiswa tetap mengetahui ilmu-ilmu yang terbarukan di dunia kerja adalah kerja praktek.

Pada saat ini kerja praktek masih sangat di butukan. Hal ini karena ilmu-ilmu yang didapat di lapangan belum tentu sama dengan yang diterima di bangku kuliah sehingga ilmu yang diperoleh dari kerja praktek sangat berguna sekali bagi mahasiswa., selain itu ilmu yang diperoleh dari kerja praktek dapat digunakan sebagai masukan dalam pembelajaran oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Selain itu kerja praktek juga merupakan salah satu partisipasi industry dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, yang nantinya turut andil dalam pencatakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing diera globalisasi.

Kerja praktek di HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd. ini memiliki dua tujuan utama, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Umum :

1. Terciptanya hubungan yang sinergis antara perguruan tinggi dengan perusahaan, perguruan tinggi sebagai pencetak SDM dan perusahaan sebagai pengguna sumberdaya manusia.2. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia usaha dalam memberikan kontribusinya pada pendidikanl.

3. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami aplikasi ilmunya di dunia industri.

4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh.

5. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang lebih berwawasan bagi mahasiswa.

Tujuan Khusus.1. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai persyaratan akademis di Jurusan Fisika ITS.

2. Mengenal lebih jauh tentang teknologi yang sesuai dengan bidang yang dipelajari di Jurusan Fisika ITS Program Studi Geofisika.

Kegiatan kerja praktek ini akan memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh perguruan tinggi (dalam hal ini adalah ITS khusunya bagi Prodi Geofisika ITS), oleh perusahaan yang telah berkenan menyediakan tempat untuk pelaksanaan kerja praktek (dalam hal ini adalah HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd, dan oleh mahasiswa praktikan selaku pelaksana kerja praktek.1. Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri di Indonesia maupun proses dan teknologi yang terkini, dan dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan.2. Bagi Perusahaan

Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktik dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan perusahaan di masa yang akan datang.3. Bagi Praktikan

Praktikan dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kenyataan yang ada dalam dunia industri sehingga nantinya dapat diharapkan untuk mampu menerapkan ilmu yang telah di dapat dalam bidang industri. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Korelasi adalah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Korelasi digunakan untuk keperluan rekonstruksi geologi bawah permukaan (pembuatan penampang dan peta bawah permukaan). Menurut Koesoemadinata (1981), dikenal dua metode korelasi yaitu : metode organik dan metode anorganik. Hal penting yang perlu dilakukan sebelum melakukan korelasi adalah memilih bidang datum. Bidang datum ini akan dipakai untuk menggantung seluruh penampang sumur yang ada di daerah penelitian (Tearpock dan Bischke, 1991). Bidang datum tersebut harus merupakan suatu bidang yang kita yakini kebenarannya serta dijumpai di setiap sumur dan mudah dikenali dari bentuk konfigurasi lognya.

Sebagian besar pekerjaan korelasi pada industri minyak dan gas bumi menggunakan data dari log mekanik. Tipe-tipe log yang biasa digunakan antara lain log penafsir litologi (log SP dan Log Gamma Ray) yang dikombinasikan dengan log resistivitas atau log porositas (densitas, netron dan sonik). Pemilihan tipe log tergantung pada kondisi geologi daerah yang bersangkutan. Informasi bawah permukaan yang dihasilkan dari korelasi log antara lain berupa : top dan bottom lapisan, kedalaman dan ukuran sesar, litologi, kedalaman dan ketebalan zona hydrocarbon.

Petrofisika merupakan ilmu yang mempelajari batuan dengan memanfaatkan prinsip-prinsip dasar fisika. Dalam mempelajari batuan, ada 3 aspek fisis yang penting untuk dipelajari sebagai dasar melakukan analisa, antara lain : porositas, permeabilitas, dan saturasi.

2.2.1 Porositas ()

Porositas merupakan ratio perbandingan volume ruang pori terhadap volume total batuan. Secara umum didefinisikan sebagai :

dengan : Vp = volume ruang kosong

Vs = volume yang terisi oleh zat padat (solid matter)

Vt = volume total batuan

Ada beberapa macam tinjauan tentang porositas menurut Serra (1984), antara lain:

Porositas Total adalah perbandingan ruang kosong (pori, retakan, rekahan) dengan volume total batuan. Porositas total meliputi porositas primer dan porositas sekunder. Porositas primer ditunjukkan sebagai ruang yang dibentuk oleh hubungan antar butir materi penyusun, sedangkan porositas sekunder terbentuk akibat adanya proses mekanik dan kimiawi (Harsono, A., 1997).

Porositas Bersambungan (interconnected porosity), adalah bagian dari ruang yang bersambungan didalam batuan.

Porositas potensial (potential porosity), adalah bagian dari porositas Bersambungan yang berasosiasi dengan ukuran pori yang ditinjau berdasarkan kemampuan pori untuk mengalirkan fluida didalamnya.

Porositas Efektif (effective porosity), adalah porositas yang dapat dilalui oleh fluida bebas.

2.2.2 Permeabilitas (k)Permeabilitas merupakan kemampuan batuan dalam mengalirkan fluida melalui pori batuan. Henry Darcy (1856) mendefinisikan hubungan dasar suatu aliran yang mengalir secara laminer melalui pori batuan :

dengan adalah volume flow density, adalah viskositas fluida, adalah perubahan tekanan. Permeabilitas dinyatakan dengan satuan Darcy. Satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas dari fluida sebesar satu centimeter kubik per detik dengan dengan kekentalan sebesar satu centipoises mengalir dalam tabung berpenampang sebesar satu centimeter persegi di bawah gradient tekanan satu atmosfer per centimeter persegi (Adi Harsono, 1997). Dalam kenyataannya satuan satu Darcy terlalu besar, sehingga digunakan satuan yang lebih kecil yaitu milidarcy (mD). Berbeda dengan porositas, permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butiran batuan. Sedimen butiran besar dengan pori-pori besar mempunyai permeabilitas tinggi, sedangkan batuan berbutir halus dengan pori-pori kecil akan mempunyai permeabilitas rendah.

Permeabilitas dapat ditentukan berdasarkan beberapa metode, salah satunya adalah metode porositas dan saturasi air sisa. Saturasi air sisa adalah nilai saturasi air yang tertinggal karena tegangan permukaan butiran, kontak butiran dan di dalam celah-celah yang sangat kecil. Dalam formasi yang basah air selalu terdapat sejumlah air yang terikat oleh gaya kapiler antar pori. Tidak ada hubungan yang pasti antara permeabilitas dan porositas. Rumus hubungan antara kedua parameter itu umumnya adalah empiris, dijabarkan pada kondisi dan situasi tertentu.

Suatu hubungan empiris yang lebih umum diusulkan oleh Wyllie dan Rose yang melibatkan parameter air sisa (Swirr).

Beberapa ahli kemudian mencoba menjabarkan rumus Wyllie dan Rose teresbut kedalam suatu persamaan yang dapat diterapkan pada hasil rekaman log sumur, salah satunya adalah Rumus Tixier :

Dimana : K = Permeabilitas (mD)

Swirr = Saturasi air sisa, didapat dari hasil percobaan

( = Porositas batuan

2.2.3 Saturasi Air (Sw)

Saturasi air atau kejenuhan air merupakan bagian dari ruang pori yang terisi oleh air. Apabila terisi hydrocarbon maka disebut saturasi hydrocarbon. Hydrocarbon mengisi ruang pori batuan berawal dari batuan yang mula-mula terisi air dan selang masa perubahan geologi, minyak dan gas yang terbentuk di tempat lain berpindah ke formasi batuan yang berpori, menggantikan air pada ruang yang lebih besar (Harsono, A., 1997).

Selama pemboran berlangsung digunakan drilling mud (lumpur pengeboran) yang menyebabkan terjadinya invasi pada lubang bor. Dengan adanya infiltrasi lumpur pada saat dilakukannya pemboran kedalam lapisan permeable pada suatu sumur, maka dalam batuan akan terbentuk tiga zona infiltrasi, seperti :

Flushed zone

transition zone

uninvaded zone

Flushed zoneMerupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor serta terisi oleh air filtrat lumpur yang mendesak kandungan semula ( gas, minyak, ataupun air asin / tawar ). Meskipun dengan mungkin saja tidak seluruh kandungan semula terdesak kedalam zona yang lebih dalam. Transition zone

Zona infiltrasi yang lebih dalam, ditempati oleh campuran air filtrat lumpur oleh kandungan semula terisi nya.

Uninvaded zone

Zona infiltrasi ynag terletak paling jauh dengan lubang bor, serta seluruh pori batuan terisi oleh kandungan semula, tidak terpengaruh adanya infiltrasi air filtrat lumpur.

Log adalah suatu grafik kedalaman atau waktu dari satu set data yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan didalam sebuah sumur. Untuk dapat melakukan interpretasi log dengan baik harus dipahami sifat sifat kurva dari setiap jenis log serta kondisi kondisi yang berpengaruh terhadap bentuk kurva yang bersangkutan. Dengan demikian, kesimpulan yang dihasilkan diharapkan tidak jauh dari kondisi sebenarnya. Berikut ini adalah macam macam wireline log yang biasa digunakan dalam evaluasi suatu formasi :

A. Log Spontaneous Potential (SP)

Log SP merupakan rekaman beda potensial formasi. Tools SP mengukur beda potensial antara sebuah elektroda yang ditempatkan di permukaan tanah dengan suatu elektroda yang bergerak dalam lubang sumur. Tools SP beroperasi berdasarkan arus listrik, maka lumpur pengeboran yang digunakan harus bersifat konduktif. Dalam evaluasi formasi Log Sp biasa digunakan dalam untuk :

1. Mengidentifikasi zona permeable

2. Mendeterminasikan nilai Rw

3. Mengidentifikasi sistem pengendapan

4. Menghitung volume lempung

Resolusi vertikal dari Log SP dipengaruhi oleh ketajaman bentuk batas antar formasi tersebut. Batas transisi kurva SP yang makin gradual menunjukkan resolusi vertikal yang buruk.

B. Log Gamma Ray (GR)

Prinsip log GR adalah perekaman sifat radioaktif alami bumi. Radioaktivitas GR berasal dari 3 (tiga) unsur radioaktif utama yang ada di dalam batuan, yaitu Uranium-U, Thorium-T dan Potassium-K, yang secara kontinyu memancarkan GR dalam bentuk pulsa-pulsa energi radiasi tinggi. Sinar gamma ray ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah dari pulsa yang tercatat persatuan waktu. Sedangkan alat GR spektroskopi NGT mampu memisahkan ketiga unsur radioaktif tersebut (Adi Harsono, 1997).

Kegunaan Log GR, antara lain :

1. Evaluasi kandungan serpih (Vsh)

2. Menetukan lapisan permeabel.

3. Evaluasi biji mineral yang radioaktif.

4. Evaluasi lapisan mineral yang tidak radioaktif.

5. Korelasi log pada sumur selubung.

6. Korelasi antar sumur.

C. Log Resistivitas

Nilai Rt diperlukan untuk menyelesaikan persamaan kejenuhan. Alat khusus yang dirancang untuk mencari Rt terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu log induksi dan log elektroda (Adi Harsono, 1997). Yang umum dikenal sebagai log Rt adalah LLD, LLS, ILD, ELM dan SFL.

Penelitian kali ini penulis menggunakan log resistivitas dengan jenis log elektroda, yaitu :

Lateral log

Lateralog didesain untuk mengukur Rt, karena log ini dicatat pada sumur yang diisi salt water base muds maka penentuan Rt tidak begitu dipengaruhi oleh invasi.

Microspherically Focused Log ( MSFL )

MSFL merupakan log elektroda tipe bantalan yang terfokuskan, digunakan untuk mengukur Rxo (tahanan pada flushed zone ).

Microlateral Log ( MLL ) dan Proximity Log ( PL )

MLL dan PL merupakan log elektroda tipe bantalan terfokuskan yang didesain untuk mengukur Rxo. MLL hanya bisa bekerja dalam sumur yang diisi salt water base muds, sedangkan PL dapat digunakan pada fresh water base muds.

D. Log Densitas

Alat lito-densitas atau Litho-Density Tool (LDT) merupakan perkembangan baru dari alat FDC (Formation Density Compensated Tool) yang dapat mengukur sifat batuan lain yang disebut photoelectric absorption indeks-Pe.

LDT menggunakan prinsip kerja Compton Scatering. Pada kejadian hamburan Compton, foton sinar gamma bertumbukan dengan elektron dari atom di dalam batuan, foton akan kehilangan tenaga karena proses tumbukan dan dihamburkan ke arah yang tidak sama dengan arah foton awal, sedangkan tenaga foton yang hilang sebetulnya diserap oleh elektron sehingga elektron dapat melepaskan diri dari ikatan atom menjadi elektron bebas (Adi Harsono, 1997).

Aplikasi log densitas antara lain :

1. Identifikasi batuan secara kuantitatif.

2. Evaluasi tambahan mengenai kandungan lempung.

3. Mengenai adanya mineral berat di dalam Formasi.

4. Deteksi rekahan dengan batuan lumpur barite.

5. Menentukan porositas.

6. Identifikasi adanya kandungan gas.

7. Menderteminasi densitas hydrocarbon.

E. Log Neutron

Log neutron termasuk juga alat porositas dan pada prinsipnya untuk menentukan formasi yang porous dan penentuan porositas. Alat ini disebut alat neutron terkompensasi (Compensated Neutron Tool) atau disingkat dengan CNT.

Tanggapan alat neutron terutama mencerminkan banyaknya atom hidrogen di dalam formasi. Karena minyak dan air mempunyai jumlah hidrogen (per unit volume) yang hampir sama, neutron akan memberikan tanggapan porositas fluida dalam formasi bersih. Tetapi neutron tidak dapat membedakan atom hidrogen bebas dengan atom hidrogen yang secara kimia terikat pada mineral batuan, sehingga tanggapan alat neutron pada formasi lempung yang banyak mengandung atom hidrogen dalam susunan molekulnya berakibat seolah-olah porositasnya lebih tinggi (Adi Harsono, 1997).

F. Log Sonik

Merupakan suatu log porositas yang mengukur interval waktu lewat dari suatu gelombang suatu suara kompresional untuk melalui satu feet formasi. Biasanya log sonic menunjukkan tingkat kompaksi dari suatu lapisan batuan.

Log Sonik merupakan log akustik yang digunakan untuk mengetahui interval waktu transit yang dilambangkan dengan (t. Merekam cepat rambat gelombang suara melalui batuan. Batuan yang padat&keras (densitas tinggi) memiliki kecepatan rambat gelombang suara yang lebih tinggi dibanding batuan yang porous & densitas rendah. Log ini digunakan untuk mengukur kapasitas suatu formasi dalam menghantarkan gelombang suara kompresional untuk melalui satu feet formasi. Secara geologi kapasitas formasi tersebut dapat dipengaruhi oleh variasi litologi, tekstur batuan dan juga porositas batuan.

Prinsip penggunaan secara kuantitatif log ini adalah untuk evaluasi porositas yang terisi oleh fluida, selain itu penggabungan log sonik dengan log densitas dapat menghasilkan log akustik impedan yang merupakan langkah pertama dalam pembuatan suatu synthetic seismic trace, penggunaan log sonik secara kualitatif dapat membantu identifikasi litologi, batuan induk, rekahan, kompaksi normal dan overpressure. Identifikasi litologi pada umumnya akan mempunyai transit time kecil pada batuan karbonat, transit time menengah pada batupasir dan batulempung, dan transit time besar pada litologi batulempung dan batubara. Kualitas baik dan buruk data log ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lubang bor.

Sehingga dalam aplikasinya log ini dapat digunakan untuk:

1. Menentukan porositas.

2. Identifikasi litologi : penggabungan log sonik, netron, dan densitas dalam cross plot M N (A/K) atau M/D.3. Pembuatan synthetic seismic trace.

Evaluasi data wireline log secara kuantitatif dengan mengamati bentuk defleksi kurva menggunakan rumus perhitungan. Dengan metode ini dapat ditentukan porositas batuan, permeabilitas batuan, saturasi air maupun kandungan shale dalam reservoar. Parameter yang dihitung dalam analisa ini berupa : Porositas ((), Permeabilitas (K), Saturasi air (Sw), Resistivity Water (Rw),

2.5.1 Porositas

Porositas suatu medium adalah bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh benda padat (Adi Harsono, 1997).

Penentuan harga porositas pada lapisan reservoar menggunakan gabungan harga porositas dari dua kurva yang berbeda, yaitu porositas densitas ((D) yang merupakan hasil perhitungan dari kurva RHOB dan porositas neutron ((N) yang dibaca dari kurva NPHI.

Kurva RHOB yang mengukur berat jenis matriks batuan reservoar biasanya dikalibrasikan pada berat jenis matriks batuan (batugamping = 2.71 dan batupasir = 2.65) serta diukur pada lumpur pemboran yang digunakan dalam pemboran ((f). Setelah itu kurva ini baru bisa menunjukkan harga porositas, melalui rumus :

Dimana : (D = porositas densitas

(ma = densitas matriks batuan,

batupasir 2.65; batugamping 2.71

(b = densitas bulk batuan, dari pembacaan kurva log

RHOB

(f = densitas cairan lumpur pemboran, dibaca dari

kepala logPendekatan harga porositas batuan dilakukan melalui gabungan antara porositas densitas dan porositas neutron dengan menggunakan persamaan :

Sedangkan kurva NPHI langsung menunjukkan harga porositas neutron ((N) dari batuan reservoar dalam persen, yang biasanya dalam skala matrik batu gamping.

2.5.2 Volume Shale (Vshale)

Perhitungan volume shale (Lempung) dapat diperoleh dari log GR. Sehingga untuk lapisan yang mempunyai sisipan berupa lanau maupun serpih menggunakan persamaan :

Dimana :

GRlog : nilaiGR pada lapisan tersebut

GRmax : nilai GR paling maksimum, sama dengan shale

base line

GRmin : nilai GR saat defleksi paling minimum

2.5.3 Resistivitas Air (Rw)

Tahanan jenis (resistivity) merupakan hambatan yang diberikan oleh suatu benda yang panjang dan penampangnya satu satuan luas (Adi Harsono, 1997). Satuan tahanan jenis adalah Ohm, dalam analisa log dikenal beberapa jenis resistivitas yaitu ;

a. Rw (Resistivitas air formasi)

Resistivitas air formasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode diantaranya :

Metode rasio resistivitas

Keuntungan dari metode ini adalah cara yang dipergunakan tidak tergantung pada porositas batuan. Penjabaran metode rasio resistivitas dapat didapatkan dari rumus Archie, yang kemudian akan diperoleh persamaan saturasi air (Sw) sebagai fungsi dari rasio resistivitas daerah rembesan dan daerah asal.

Dimana : Rw = Resistivitas air formasi (ohm)

Rmf = Resistivitas lumpur pemboran (ohm)

Rt = Resistivitas batuan (ohm)

Rxo = Resistivitas air filtrat (ohm)

Pendekatan resistivitas dalam (Rwa)

Pada kasus Rw tidak konstan, metode-metode diatas tidak memberikan hasil yang pasti sehingga dianjurkan untuk menggunakan metode gambar silang/pendekatan Rwa, dengan ketentuan :

Dimana : Rt = Resistivitas batuan

F = Faktor formasi, dari porositas neutron-

density

Rw dari sumber lain

Selain menggunakan data log, nilai Rw dapat diperoleh dari beberapa sumber lainnya, antar lain :

Dari buku katalog Rw

Dari nilai Rw yang diketahui dalam suatu wilayah

Dari contoh pengukuran resistivitas yang mewakili

Dari contoh analisis kimia yang mewakili

2.5.4 Saturasi Air Formasi (Sw)

Saturasi atau kejenuhan air formasi adalah rasio dari volume pori yang terisi oleh air dengan volume porositas total (Adi Harsono, 1997). Tujuan menentukan saturasi air adalah untuk menentukan zona yang mengandung hydrocarbon. Jika air merupakan satu-satunya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan, maka nilai Sw = 1. Tetapi apabila pori-pori batuan mengandung fluida hydrocarbon maka nilai Sw < 1.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam menentukan saturasi air formasi, diantaranya adalah rumus Archie , dual water, indonesia, simendaux.

Rumus archie biasa digunakan untuk mengevaluasi formasi bersih atau volume serpih dalam lapisan tersebut kurang dari 30%, untuk Formasi kotor dapat digunakan rumus indonesia, ataupun dual water dan simendaux.Rumus Archie :

Dimana :

Sw = Saturasi air formasi

a = Turtuosity, didapatkan dari data core, nilai defaultnya a = 1

( = Porositas Batuan

Rw = Resistivitas air formasi

Rt = Resistivitas formasi, dibaca dari kurva resistivity

Cutting merupakan serbuk bor berupa hancuran dari batuan yang ditembus oleh mata bor (bit), serbuk bor ini diangkat dari dasar lubang bor kepermukaan oleh gerakan lumpur pemboran yang digunakan untuk mengebor pada waktu kegiatan pemboran berlangsung. Serbuk bor ini kemudian diperiksa oleh Geologist atau Wellsite Geologist yang sedang bertugas di lokasi pengeboran tersebut, sehingga kita tahu batuan atau formasi apa yang sudah ditembus oleh mata bor tersebut.

Tabel 2.1. Contoh data diskripsi cutting.BAB IIIMETODOLOGI

Kerja praktek ini direncanakan akan dilaksanakan di HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd. Waktu pelaksanaan yang direncanakan adalah bulan Juli 2012. Dan waktu pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal dari HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd, sedangkan rencana alokasi waktu selengkapnya direncanakan sebagaimana tertulis di bagian lain proposal ini.

Alokasi waktu yang akan dilaksanakan selama kerja praktek ini direncanakan selama satu bulan dan diatur sebagai berikut :

NoAktifitasMinggu

IIIIIIIV

1Studi Literatur

2Penyusunan Alokasi Tugas Kerja Praktek

3Pengerjaan Kerja Praktek

4Penulisan Laporan Kerja Praktek

Peserta kerja praktek adalah mahasiswa Program studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA-ITS Surabaya sebagai berikut :

1.Nama: M. ABIED LUTFI N.

Nrp.: 1108 100 0312. Nama : A. FAZA NABEEL

Nrp. : 1108 100 059

Demikian proposal ini disampaikan sebagai usulan kerja praktek di HESS (INDONESIA-PANGKAH) Ltd, semoga dapat menjadi pertimbangan dan dapat digunakan sebaik-baiknya. Besar harapan kami agar dapat melaksanakan kerja praktek sesuai dengan yang diharapkan.

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Surabaya, 20 Februari 2012Peserta

M Abied Lutfi N.NRP. 1108 100 031Peserta

A.Faza Nabeel

NRP. 1108 100 059

Mengetahui,

Ketua Jurusan Fisika FMIPA

ITS Surabaya

Dr. Yono Hadi Pramono, M.Eng

NIP. 19690904 199203.1.003Menyetujui,Pembimbing,Dr. Ayi Syaeful Bahri, S.Si, M.T

NIP. 19690906 199702.1.001

LATAR BELAKANG

TUJUAN

MANFAAT KERJA PRAKTEK

2.1 KORELASI

2.2 PRINSIP DASAR FISIKA BATUAN

(2.1)

(2.2)

EMBED Equation.3

(2.3)

EMBED Equation.3

(2.4)

2.3 PENGARUH PENGEBORAN TERHADAP FORMASI

Gambar 2.5. Invasion Profile, Chart GEN-3

2.4 WIRELINE LOG

2.5 EVALUASI DATA WIRELINE LOG SECARA KUANTITATIF

(2.5)

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

(2.6)

EMBED Equation.3

(2.7)

EMBED Equation.3

(2.8)

EMBED Equation.3

(2.9)

EMBED Equation.3

(2.10)

2.6 DATA CUTTING

Waktu dan Tempat Kerja Praktek

Peserta

Penutup

Surabaya, 25 Maret 2006

Benny Nugroho Ardhiansyah

NRP. 1103 100 003

PAGE

_1311368832.unknown

_1311368834.unknown

_1311368836.unknown

_1311368839.unknown

_1311370244.unknown

_1311368837.unknown

_1311368835.unknown

_1311368833.unknown

_1311368830.unknown

_1311368831.unknown

_1311368829.unknown