proposal kp

30
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejaksaan tinggi (Kejati) adalah lembaga kejaksaan yang berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan provinsi. Kejaksaan tinggi merupakan kekuasaan negara khususnya di bidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan fasilitas untuk mendukung kinerja kejaksaan tinggi, maka pemerintah provinsi Sumatera Selatan membangun infrastruktur berupa gedung baru. Daerah yang menjadi sentra pembangungan infrastruktur gedung Kejaksaan Tinggi adalah daerah Jakabaring yang merupakan kawasan pengembangan di kota Palembang. Pembangunan atau pelaksanaan suatu struktur pada umumnya melibatkan berbagai tahap. Urutan aktual mengenai kejadian tertentu sangat bergantung pada besar, ruang lingkup, jenis konstruksi, dan model yang dipilih untuk mengelola suatu proyek. Pembangunan suatu konstruksi, pertama-tama sekali yang dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah) baru kemudian melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pekerjaan struktur yang diantaranya pile cap, tie beam, pelat, balok, kolom dan shearwall mencakup banyak pekerjaan lain, seperti pemasangan

Upload: anon186696465

Post on 07-Aug-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Kp

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejaksaan tinggi (Kejati) adalah lembaga kejaksaan yang berkedudukan di

ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan provinsi.

Kejaksaan tinggi merupakan kekuasaan negara khususnya di bidang penuntutan,

dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat

dipisahkan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan fasilitas untuk

mendukung kinerja kejaksaan tinggi, maka pemerintah provinsi Sumatera Selatan

membangun infrastruktur berupa gedung baru. Daerah yang menjadi sentra

pembangungan infrastruktur gedung Kejaksaan Tinggi adalah daerah Jakabaring

yang merupakan kawasan pengembangan di kota Palembang.

Pembangunan atau pelaksanaan suatu struktur pada umumnya melibatkan

berbagai tahap. Urutan aktual mengenai kejadian tertentu sangat bergantung pada

besar, ruang lingkup, jenis konstruksi, dan model yang dipilih untuk mengelola

suatu proyek. Pembangunan suatu konstruksi, pertama-tama sekali yang

dilaksanakan dan dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur

bawah) baru kemudian melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pekerjaan struktur

yang diantaranya pile cap, tie beam, pelat, balok, kolom dan shearwall mencakup

banyak pekerjaan lain, seperti pemasangan bekisting, pembesian, pengecoran

yang sangat perlu diperhatikan untuk mencapai mutu yang diinginkan.

Salah satu komponen struktur bangunan yang sangat berpengaruh dari

pembangunan suatu gedung adalah balok. Pada saat pembangunan suatu gedung,

balok harus diperhitungkan secara benar, teliti, cermat, dan tidak boleh terjadi

kekeliruan. Apabila sampai terjadi kekeliruan pada saat perhitungan dan

perencanaan, maka bangunan tersebut dikhawatirkan akan roboh karena tidak

dapat menahan beban sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, dalam

merencanakan struktur balok haruslah secara hati-hati dan teliti.

Fokus pembahasan pada laporan kerja praktek ini adalah peninjauan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi balok proyek pembangunan gedung kantor

Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan. Melalui peninjauan pelaksanaan balok

diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan konstruksi balok.

Page 2: Proposal Kp

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya kerja praktek ini adalah untuk mengetahui dan

memahami proses pelaksanaan pekerjaan dan analisa perhitungan konstruksi

balok pada proyek pembangunan gedung kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera

Selatan. Baik tahapan-tahapan pelaksanaan maupun permasalahan yang terjadi di

lapangan.

Tujuan dari kerja praktek adalah :

1. Mengetahui bentuk kondisi sebenarnya pelaksanaan proyek pembangunan

gedung kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan secara langsung,

sehingga dapat mengetahui bagaimana mengaplikasikan ilmu yang

didapat.

2. Untuk mengidentifikasi prosedur pelaksanaan pekerjaan di lapangan

khususnya pelaksanaan pekerjaan balok.

3. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam pelaksanaan

proyek.

4. Menghitung momen lentur maksimal yang dapat ditahan pada masing-

masing balok dikonstruksi ini.

1.3 Metode Pengumpulan Data

Penulisan laporan kerja praktek ini dilakukan dengan studi literatur serta

berdasarkan pada data yang diperoleh dilapangan secara lisan maupun tulisan.

Adapun metode pengambilan data yaitu dengan cara :

1. Melakukan observasi secara langsung ke lokasi proyek pembangunan

gedung.

2. Melakukan konsultasi dan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terlibat

langsung dalam pekerjaan proyek pembangunan gedung.

3. Mempelajari kegiatan di proyek dan gambar-gambar rencana proyek yang

ada.

4. Mempelajari literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

dibahas.

5. Membuat dokumentasi dan meminta data-data yang diperlukan dari pihak

proyek pembangunan gedung Kejati Sumatera Selatan.

Page 3: Proposal Kp

1.4 Ruang Lingkup Penulisan

Pelaksanaan kerja praktek ini berlangsung selama dua bulan, yaitu akhir

bulan September sampai dengan akhir bulan November 2011, pada proyek

pembangunan Gedung Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan di Jakabaring.

Pelaksanaan pembangunan ini memakan waktu yang cukup lama, sehingga tidak

memungkinkan untuk meninjau keseluruhan dari pelaksanaan proyek tersebut.

Permasalahan yang akan dibahas dibatasi hanya mengenai pekerjaan konstruksi

balok yaitu berupa teknis pelaksanaan pekerjaan konstruksi balok beserta analisa

perhitungannya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini dibagi menjadi 5 bagian,

yaitu sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Pada bab ini, dibahas mengenai latar belakang proyek pembangunan

gedung Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan di Jakabaring disertai maksud dan

tujuan, metode pengumpulan data, ruang lingkup penulisan, dan sistematika

penulisan.

Bab II. Gambaran Umum Proyek

Pada bab ini dibahas tentang uraian umum data proyek, pihak-pihak yang

terlibat dalam proyek, struktur organisasi proyek, serta jadwal pelaksanaan

pekerjaan.

Bab III. Dasar Teori

Pada bab ini membahas mengenai landasan teori tentang topik yang akan

ditinjau pada kerja praktek yang diperoleh dari berbagai literatur

Bab IV. Tinjauan Pelaksanaan

Berisi pembahasan mengenai alat, material, dan teknik pelaksanaan

pekerjaan konstruksi balok di lapangan yang diikuti selama masa kerja praktek.

Bab V. Perhitungan dan Pembahasan

Pada bab ini terdapat pembahasan mengenai analisa perhitungan balok

Page 4: Proposal Kp

Bab VI. Penutup

Pada bab ini membahas tentang kesimpulan akhir dari pelaksanaan

pekerjaan proyek yang ditinjau dan saran-saran yang disampaikan penulis.

Page 5: Proposal Kp

II. GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1 Uraian Umum Proyek

Proyek Pembangunan Gedung Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan

dapat dijelaskan dengan keadaan sebagai berikut :

Data-Data Umum Proyek

Nama Pekerjaan : Proyek Pembangunan Gedung Kantor Kejaksaaan

Tinggi Sumatera Selatan Tahap II

Lokasi Proyek : Jl. Gubernur H.A. Bastari Jakabaring Palembang

Pemilik Proyek : Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan

Nilai Kontrak : Rp. 31.535.920.000,-

Sifat Kontrak : Unit Price

Sumber Dana : APBN

Waktu Pelaksanaan : ± 180 hari (27 Juni 2011 – 23 Desember 2011)

Konsultan Pengawas : PT. Deserco Development Services

Konsultan Perencana : PT. Pandu Persada

Kontraktor Pelaksana : PT. Adhi Karya

Data-Data Teknis Proyek

Jumlah Lantai : 10 lantai

Konstruksi : Beton Bertulang

Jenis Pondasi : Tiang Pancang

Mutu Beton : K-300

Mutu Baja : BJTD-40 (fy = 400 MPa)

BJTP-24 (fy = 240 MPa)

Tebal Selimut Beton : 3 cm

Tulangan balok lantai 2 - 8

TIPE UKURAN KETERANGAN

B.1 – B1’ 450 x 900 ASIMETRIS

B.2 – B2’ 300 x 700 ASIMETRIS

B.3 – B3’ 300 x 600 ASIMETRIS

B.4 300 x 600

Page 6: Proposal Kp

B.5 – B5’ 300 x 700 ASIMETRIS

B.6 – B6’ 300 x 600 ASIMETRIS

B.7 – B7’ 300 x 900 ~ 300 x 500 ASIMETRIS

B.8 – B8’ 300 x 700 ~ 300 x 500 ASIMETRIS

B.9 200 x 400

B.10 250 x 800 SPANDREL BEAM

B.11 150 x 500

B.12 450 x 900 ~ 450 x 600

Baja tulangan : D10, D16, D19

Tulangan balok lantai 8A (Aula)

TIPE UKURAN KETERANGAN

B.1 – B1’ 500 x 1000 ASIMETRIS

B.2 500 x 1000

B.3 400 x 800

B.4 – B4’ 300 x 700 ASIMETRIS

B.5 – B5’ 300 x 600 ASIMETRIS

B.6 300 x 600

B.7 300 x 600

B.8 – B8’ 300 x 600 ASIMETRIS

B.9 – B9’ 300 x 600 ASIMETRIS

B.10 250 x 800 SPANDREL BEAM

B.11 150 x 500

B.12 200 x 400

B.13 300 x 600

B.14 300 x 600

B.15 130 x 850

B.16 – B16’ 200 x 500 ~ 200 x 300 ASIMETRIS

B.17 200 x 500

Baja tulangan : D10, D16, D19

Page 7: Proposal Kp

Tulangan balok lantai Ruang Mesin

TIPE UKURAN KETERANGAN

B.1 – B1’ 500 x 1000 ASIMETRIS

B.2 – B2’ 400 x 800 ASIMETRIS

B.3 – B3’ 300 x 600 ASIMETRIS

B.4 300 x 600

B.5 – B5’ 300 x 700 ASIMETRIS

B.6 300 x 600

B.7 300 x 600

B.8 – B8’ 300 x 800 ~ 300 x 500 ASIMETRIS

B.9 – B9’ 300 x 800 ~ 300 x 500 ASIMETRIS

B.10 250 x 800 SPANDREL BEAM

B.11 200 x 500

B.12 200 x 400

B.13 – B13’ 300 x 600 ASIMETRIS

B.14 300 x 600

Baja tulangan : D10, D16, D19

2.2 Syarat-syarat Pelaksanaan Kerja

Gambar-gambar perencanaan pada proyek ini dibuat oleh konsultan

perencana proyek. Setelah perencanaan selesai dikerjakan, maka dapat diketahui

berapa banyak anggaran pengeluaran yang harus dikeluarkan.

2.3. Jadwal Pelaksanaan Proyek

Jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) merupakan suatu acuan

proyek agar tidak terjadi overlapping (menumpuknya pekerjaan dalam suatu

waktu), dan juga menghindari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan suatu proyek.

2.4. Struktur Organisasi

Organisasi proyek adalah gabungan beberapa unsur pelaksanaan pada

suatu proyek yang saling berhubungan erat dalam melakukan kegiatannya. Dalam

berbagai bidang pekerjaan, struktur organisasi merupakan suatu kelengkapan yang

Page 8: Proposal Kp

amat penting, demikian halnya dengan pekerjaan yang berhubungan dengan

pembangunan suatu konstruksi.

Gambar 2.1 Struktur organisasi proyek pembangunan gedung kantor Kejaksaan

Tinggi Sumatera Selatan

2.5. Peta Lokasi Proyek

Gambar 2.2 Lokasi pelaksanaan proyek (disunting dari citra catelit)

Lokasi Proyek

Page 9: Proposal Kp

III. DASAR TEORI

3.1 Pengertian Balok

Menurut Dr. Edward G. Nawy, P.E.(1998), Balok adalah elemen struktur

yang menyalurkan beban-beban tributary dari slab lantai ke kolom penyangga

yang vertikal. Pada umumnya elemen balok dicor secara monolit dengan slab, dan

secara struktural ditulangi di bagian bawah atau di bagian atas. Balok juga

berfungsi sebagai pengekang dari struktur kolom. Dalam perencanaannya, suatu

balok dapat mempunyai bermacam-macam ukuran atau dimensi sesuai dengan

jenis dan besar beban yang akan dipikul oleh balok itu sendiri. Namun dimensi

tersebut harus memiliki efisiensi tinggi agar dapat memenuhi persyaratan yang

telah ditetapkan sebagai standar perhitungan struktur beton di Indonesia saat ini.

Balok dapat menahan kondisi pembebanan yang rumit seperti lentur.

Kombinasi gaya tekan dan gaya tarik disebut lentur dan tegangannya tersebar

tidak merata pada potongan melintang. Elemen - elemen yang berkaitan pada

struktur dihubungkan dengan balok. Kuat hubungan struktural bertambah jika

jaraknya diperbesar. Gaya lentur bertambah jika beban pada balok berlebih

sehingga pada daerah yang bertegangan tinggi terjadi aksi sendi (balok patah dan

terdapat sendi pada titik ini).

Balok akan melentur jika terbuat dari material plastis seperti baja. Serat-

serat balok akan mudah terpisah pada titik sendi jika terbuat dari material getas

(kayu), sehingga ada kemungkinan akan roboh. Gaya lentur akan berlipat dua bila

beban pada balok dinaikan dua kali lipat. Kekuatan balok akan menjadi empat kali

dari semula bila panjang balok dinaikkan dua kali lipat.

3.1.1. Jenis-jenis balok

Balok dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk, susunan tulangannya,

dan teknik pelaksanaannya.

Berdasarkan teknik pelaksanaanya, maka perencanaan dari suatu balok

dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

Page 10: Proposal Kp

a) Balok Persegi

Balok persegi merupakan suatu jenis balok dengan bentuk persegi pada

dua dimensi (sumbu X dan sumbu Y). Pada perencanaannya, balok ini dapat

memiliki dua jenis penulangan yaitu pertama balok dengan penulangan tunggal

dan yang kedua balok dengan penulangan rangkap. Pada suatu komposisi tertentu

balok menahan beban sedemikian hingga regangan mencapai regangan lentur

beton maksimum ( ) mencapai 0,003 sedangkan tegangan tarik baja

tulangan mencapai tegangan luluh maka penampang tersebut mencapai

keseimbangan. Kuat lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya

mekanisme tegangan-tegangan dalam yang timbul didalam balok yang pada

keadaan tertentu diwakili oleh gaya-gaya dalam. Akibat gaya tekan dalam dan

gaya tarik dalam maka membentuk kopel momen tahanan dalam dimana nilai

maksimum disebut sebagai kuat lentur. Berdasarkan bentuk empat persegi

panjang, intensitas tegangan beton tekan rata-rata ditentukan sebesar dan

dianggap bekerja pada daerah tekan dari penampang balok sebesar b dan sedalam

a, yang mana besarnya ditentukan dengan rumus:

………………………(3.1)

dimana, c = jarak serat tekan terluar ke garis netral.

= konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton.

Standar SK SNI T-03-2847-2002 menetapkan nilai diambil 0,85 untuk

MPa, berkurang 0,008 untuk setiap kenaikan 1 MPa kuat beton, dan nilai

tersebut tidak boleh kurang dari 0,65.

b) Balok T

Suatu balok yang apabila pada pelaksanaan dan perencanaannya dihitung

sebagai struktur yang monolit(menyatu) maka balok ini disebut dengan nama

balok T. Balok yang dicetak menjadi satu kesatuan dengan pelat lantai atau atap.

Pelat akan berlaku sebagai lapis sayap (flens) tekan dan balok-balok sebagai

a = β1 c

Page 11: Proposal Kp

badan. Dalam hal ini, pelat berfungsi sebagai flens dari balok T juga harus

direncana dan diperhitungkan tersendiri terhadap lenturan pada arah melintang

terhadap balok-balok pendukungnya. Dengan demikian plat yang berfungsi

sebagai flens tersebut berperilaku sebagai komponen struktur yang bekerja pada

dua arah lenturan yang tegak lurus. Standar SK SNI T-03-2847-2002 pasal 10.10

memberikan pembatasan lebar flens efektif balok T sebagai berikut:

1) Lebar flens efektif sebagai bagian dari sayap balok T yang diperhitungkan

tidak lebih dari seperempat panjang bentang balok, sedangkan lebar efektif bagian

pelat yang menonjol dikedua sisi dari balok tidak lebih dari delapan kali tebal

pelat, dan juga tidak lebih besar dari setengah jarak bersih dengan balok

disebelahnya.

2) Untuk balok yang hanya mempunyai flens pada satu sisi, lebar efektif

bagian pelat yang menonjol yang diperhitungkan tidak lebih besar dari

seperduabelas panjang bentangan balok, atau enam kali tebal plat atau setengah

jarak bersih dengan balok disebelahnya.

3) Untuk balok yang khusus dibentuk sebagai balok T dengan maksud untuk

mendapatkan tambahan luas daerah tekan, ketebalan flens tidak boleh besar dari

setengah lebar badan balok, dan lebar flens total tidak boleh lebih besar dari empat

kali lebar balok.

4) Bila tulangan lentur utama pelat, yang merupakan bagian dari sayap balok

T (terkecuali untuk konstruksi pelat rusuk), dipasang sejajar dengan balok, maka

harus disediakan penulangan di sisi atas pelat yang dipasang tegak lurus terhadap

balok berdasarkan ketentuan berikut :

a. Tulangan transversal tersebut harus direncanakan untuk memikul

beban terfaktor selebar efektif pelat yang di anggap berperilaku sebagai

kantilever. Untuk balok T tunggal, seluruh lebar dan sayap yang

membentang harus diperhitungkan. Untuk balok T lainnya, hanya bagian

pelat selebar efektifnya saja yang perlu diperhitungkan.

b. Tulangan transversal harus dipasang dengan spasi tidak melebihi lima

kali tebal pelat dan juga tidak melebihi 500 mm.

Page 12: Proposal Kp

Persyaratan balok T sama dengan yang diisyaratkan bagi balok persegi

dimana rasio penulangan maksimum tidak boleh lebih besar dari .

Sedangkan nilai rasio minimum ditetapkan:

………………………………(3.2)

Sesuai dengan ketentuan SK SNI T-03-2847-2002 pasal 12.5 ayat 1, rasio

penulangan aktual ditentukan dengan menggunakan lebar badan balok( ) dan

bukannya lebar flens efektif ( ).

3.1.2 Ragam Keruntuhan Balok Tanpa Penulangan Tarik Diagonal

Ragam keruntuhan balok tanpa penulangan tarik diagonal sebagai berikut :

1) Keruntuhan Lentur

Pada daerah yang mangalami keruntuhan lentur, retak terutama terjadi

pada sepertiga tengah bentang , dan tegak lurus terhadap arah tegangan utama.

Retak-retak ini diakibatkan oleh tegangan geser v yang sangat kecil dan tegangan

lentur f yang sangat dominan yang besarnya hampir mendekati tegangan utama

horizontal ft (max).

Gambar 3.1 Keruntuhan Lentur

2) Keruntuhan Tarik Diagonal

Keruntuhan ini dapat terjadi apabila kekuatan balok dalam diagonal tarik

lebih kecil daripada kekuatan lenturnya. Retak-retak mulai terjadi ditengah

bentang, berarah vertikal, yang berupa retak halus, dan diakibatkan oleh lentur.

Page 13: Proposal Kp

Hal ini diikuti dengan rusaknya lekatan antara baja tulangan dengan beton di

sekitarnya, pada perletakan. Maka, tanpa adanya peringatan sebelum runtuh, dua

atau tiga retak diagonal terjadi pada jarak sekitar 1,5d sampai 2d dari muka

perletakan

Gambar 3.2 Keruntuhan Tarik Diagonal

3) Keruntuhan Tekan Geser

Balok-balok yang mengalami keruntuhan demikian mempunyai

perbandingan antara bentang geser dengan tinggi penampang a/d sebesar 1 sampai

2,5 untuk beban terpusat, dan kurang dari 5,0 untuk beban terdistribusi. Seperti

pada tarik diagonal, keruntuhan ini dimulai dengan timbulnya retak-lentur-halus

vertikal ditengah bentang kemudian diikuti dengan retak miring dan menjalar

terus menuju sumbu netral. Pada saat bertemunya retak miring ini dengan tepi

beton yang tertekan, terjadilah keruntuhan yang bersifat getas karena adanya

redistribusi regangan tadi.

Gambar 3.3 Keruntuhan Tekan Geser

Page 14: Proposal Kp

3.1.3 Bentang Teoritis Balok

Pada balok berlaku pula panjang bentang teoritis l harus dianggap sama

dengan bentang bersih L ditambah dengan setengah panjang perletakan yang telah

ditetapkan. Andaikan balok dibuat menyatu dengan kolom-kolom pendukung

maka sesuai dengan SK SNI T 03-2847-2002 Pasal 10.7 ayat 2 untuk bentang

teoritis ditentukan sebagai jarak pusat ke pusat antar pendukung. Bila balok tidak

menyatu pada pendukung yang ada maka menurut SK SNI T 03-2847-2002 Pasal

10.7 ayat 1 untuk bentang teoritis harus ditentukan sebagai bentang bersih L

ditambah dengan tinggi balok.

Gambar 3.4 Bentang Teoritis Balok

3.2 Metode Perencanaan Struktur Beton Bertulang

Ada dua metode yang umum digunakan untuk perencanaan struktur beton

bertulang, yaitu Metode Beban Kerja (Working Stress Design) dan Metode

Kekuatan Batas (Ultimate Strength Design). Metode beban kerja sangat populer

pada masa lampau, yaitu sekitar awal sampai pertengahan abad 19. Penelitian

mengenai metode kekuatan batas mulai banyak dilakukan pada tahun 1950-an.

Sedangkan di Indonesia mulai diperkenalkan metode kekuatan batas pada tahun

1955 dengan peraturan atau pedoman standar yang mengatur perencanaan dan

palaksanaan bangunan beton bertulang yaitu Peraturan Beton Indonesia 1955 (PBI

1955) kemudian PBI 1971.

Page 15: Proposal Kp

Pada Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971), metode kuat batas

diperkenalkan sebagai metode alternatif (masih mengandalkan metode beban

kerja). Kemudian mulai 1991 dengan dikeluarkannya peraturan SK SNI T-15-

1991-03 tentang “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk

Bangunan Gedung” telah mengacu pada kuat batas yang merujuk pada peraturan

perencanaan struktur beton Amerika (ACI 318M-83). Pembaruan tersebut

tentunya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya mengimbangi

pesatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

berkaitan dengan beton ataupun struktur beton bertulang. Sedangkan yang edisi

yang terbaru yaitu SK SNI 03-2847-2002 mengacu pada ketentuan dan

persyaratan dari Uniform Building Code (UBC 1997) untuk pedoman ketahanan

gempa, dan ACI 318-99 dan ACI 318-02 untuk mendesain dan pendetailan

struktur dengan beberapa modifikasi. Menurut Uniform Building Code (UBC

1997) beberapa perubahan sudah mencerminkan hasil observasi perilaku struktur

oleh kejadian gempa Northridge di California pada tahun 1994 dan kejadian

gempa Hyogoken-Nanbu di Kobe Jepang pada tahun 1995.

Dalam laporan ini akan digunakan metode kuat batas sebagai perencanaan

struktur beton bertulang. Karena metode kuat batas (ultimate strength design) di

peraturan SNI T-15-1991-03 dan SK SNI 03-2847-2002 sebagai metode utama

dalam perencanaan struktur beton bertulang, Sedangkan metode beban kerja

(working stress design) sebagai metode alternatif.

Pada perencanaan kuat batas (ultimite strength design). Penampang

struktur direncanakan dengan mempertimbangkan kondisi regangan in-elastis saat

mencapai kondisi batasnya (kondisi struktur yang stabil sesaat sebelum runtuh).

Beban yang menimbulkan kondisi seperti itu disebut beban batas (ultimate).

Untuk mencari beban batas untuk setiap struktur sangat variatif sekali, sehingga

dibuat kesepakatan bahwa beban batas adalah sama dengan kombinasi beban

layan dikalikan faktor beban yang ditentukan.

Dalam menentukan beban batas, aksi redistribusi momen negatif dapat

dimasukkan sebagai hasil dari aksi nonlinear yang ada antara gaya dan deformasi

penampang batang pada pembebanan maksimum, dimana pada kondisi tersebut

Page 16: Proposal Kp

struktur mengalami deformasi akibat pelelehan tulangan maupun terjadi retak-

retak pada bagian beton tarik.

Beberapa alasan digunakannya metode kuat batas (ultimate strength

design) sebagai trend perencanaan struktur beton adalah:

1) Struktur beton bersifat in-elastis saat beban maksimum, sehingga teori

elastis tidak dapat secara akurat menghitung kekuatan batasnya. Untuk

struktur yang direncanakan dengan metode beban kerja (working stress

design) maka faktor beban (beban atas/beban kerja) tidak diketahui dan

dapat bervariasi dari struktur yang lainnya.

2) Faktor keamanan dalam bentuk faktor beban lebih rasional, yaitu faktor

beban rendah untuk struktur dengan pembebanan yang pasti, sedangkan

faktor beban tinggi untuk pembebanan yang fluaktif (berubah-berubah).

3) Kurva tegangan-regangan beton adalah non-linier dan tergantung dari

waktu, misal regangan rangkak (creep) akibat tegangan yang konstan

dapat beberapa kali lipat dari regangan elastis awal. Oleh karena itu nilai

rasio modulus yang digunakan dapat menyimpang dari kondisi

sebenarnya. Regangan rangkak dapat memberikan redistribusi tegangan

yang lumayan besar pada penampang struktur beton, artinya tegangan

sebenarnya yang terjadi pada struktur tersebut bisa berbeda dengan

tegangan yang diambil dalam perencanaan. Contoh, tulangan baja desak

pada kolom beton dapat mencapai leleh selama pembebanan tetap,

meskipun kondisi tersebut tidak terlihat pada saat direncanakan dengan

metode beban kerja yang memakai nilai modular ratio sebelum creep.

Metode perencanaan kuat batas tidak memerlukan rasio modulus.

4) Metode perencanaan kuat batas memanfaatkan kekuatan yang dihasilkan

dari distribusi tegangan yang lebih efisien yang memungkinkan oleh

adanya regangan in-elastis. Sebagai contoh, penggunanaan tulangan desak

pada penampang dengan tulangan ganda dapat menghasilkan momen

kapasitas yang lebih besar karena pada tulangan desaknya dapat

didayagunakan sampai mencapai tegangan leleh pada beban batasnya,

sedangkan dengan teori elastis tambahan tulangan desak tidak terlalu

terpengaruh, karena hanya dicapai tegangan yang rendah pada baja.

Page 17: Proposal Kp

5) Metode perencanaan kuat batas menghasilkan penampang struktur beton

yang lebih efisien jika digunakan tulangan baja mutu tinggi dan tinggi

balok yang rendah dapat digunakan tanpa perlu tulangan desak.

6) Metode perencanaan kuat batas dapat digunakan untuk mengakses

daktilitas struktur di luar batas elastisnya. Hal tersebut penting untuk

memasukkan pengaruh redistribusi momen dalam perencanaan terhadap

beban gravitasi, perencanaan tahan gempa dan perencanaan terhadap

beban ledak (blasting).

3.3 Diagram Alir Perhitungan Balok

Berdasarkan SK SNI 03-2847-2002, perhitungan dalam mencari momen

tahanan pada balok dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Diketahui nilai b, d, d’, As, As’, f’c, fy terlebih dahulu.

2) Tentukan tinggi blok tegangan tekan a dan letak garis netral c.

3) Hitung regangan tulangan tekan dan tarik.

4) Hitung kuat momen tahanan ideal Mr

Adapun langkah-langkah perhitungan mencari momen tahanan pada balok

dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini.

Page 18: Proposal Kp

Sumber : Struktur Beton Bertulang

(Istimawan Dipohusodo)

Tentukan b, h, d, d', As, As', f'c, fy

Cek regangan tulangan tekan:

•Cek regangan tulangan tarik:

Tulangan tarik mencapai luluhTulangan tekan mencapai luluh

Tulangan tarik mencapai luluhTulangan tekan belum luluh

Langkah-langkah:

Langkah-langkah:Hitung nilai c:

•Atau dengan rumus:

, dimana

•Hitung gaya-gaya tekan:

Page 19: Proposal Kp

Berdasarkan

SK SNI T-03-2847-2002

Gambar 3.5 Diagram Alir untuk Menentukan Momen Lentur Balok

Tabel 3.1 Konstanta Perencanaan Tulangan Baja

Tabel 3.2 Luas Penampang Tulangan Baja

Diameter

Batang

(mm)

Luas Penampang (mm2)

Jumlah Batang

1 2 3 4 5 6 7 8 9

6

8

9

10

12

13

14

16

18

19

20

22

25

28

29

32

36

40

50

28,3

50,3

63,6

78,5

113,1

132,7

154,0

201,1

254,5

283,5

314,2

380,1

490,9

615,7

660,5

804,3

1017,9

1256,6

1963,5

56,6

100,6

127,2

157,0

226,2

265,4

308,0

402,2

509,0

567,0

628,4

760,2

981,8

1231,5

1321,0

1608,6

2035,8

2513,3

3927,0

84,9

150,9

190,6

235,6

339,3

398,2

462,0

603,2

763,4

850,5

942,5

1140,4

1472,6

1847,3

1981,6

2412,8

3053,6

3769,9

5890,5

113,1

201,1

254,5

314,2

452,4

630,9

616,0

804,2

957,9

1134,0

1256,6

1520,5

1963,5

2463,0

2642,1

3217,0

4071,5

5026,6

7854,0

141,4

251,4

318,1

392,7

565,5

663,7

770,0

1005,3

1272,4

1417,5

1570,8

1900,7

2454,8

3078,7

3302,6

4021,3

5089,4

6283,2

9817,5

169,6

301,6

381,6

471,2

678,6

796,4

924,0

1206,4

1526,8

1701,0

1885,0

2280,8

2945,2

3694,6

3963,2

4825,5

6107,2

7539,8

11781

197,9

351,9

445,2

549,8

791,7

929,1

1078,0

1407,4

1781,3

1984,5

2199,1

2660,9

3436,1

4310,3

4623,7

5629,8

7125,1

8796,6

13745

226,2

402,2

509,0

628,3

904,8

1061,8

1232,0

1608,5

2035,8

2268,0

2513,3

3041,0

3927,0

4926,0

5284,0

6434,0

8143,0

10053

15708

254,5

452,4

572,6

760,9

1017,9

1194,6

1386,0

1809,5

2290,2

2551,5

2827,4

3421,2

4418,1

5541,7

5944,5

7238,3

9160,9

11309

17672

Sumber: Struktur Beton Bertulang, Gramedia

Page 20: Proposal Kp

IV. RENCANA TINJAUAN PELAKSANAAN

Proyek pembangunan Gedung Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan dimulai

sejak Juni 2011 sampai dengan Desember 2011. Adapun perencanaan pelaksanaan

pekerjaan konstruksi balok antara lain:

4.1. Pekerjaan persiapan pelaksanaan

4.2. Pekerjaan pelaksanaan balok

4.3. Pekerjaan pembesian balok

4.4. Pekerjaan pemasangan framework

4.5. Pekerjaan pengecoran

4.6. Pekerjaan perawatan beton

V. RENCANA PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Rencana perhitungan balok dalam Laporan Kerja Praktek ini yaitu

menghitung momen tahanan menggunakan rumus-rumus secara manual.

Langkah-langkah perhitungan balok antara lain sebagai berikut:

1. Diketahui nilai b, d, d’, As, As’, f’c, fy terlebih dahulu.

2. Tentukan tinggi blok tegangan tekan a dan letak garis netral c.

3. Hitung regangan tulangan tekan dan tarik.

4. Hitung kuat momen tahanan ideal Mr

VI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Tri., Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004.

Ir. Sunggono KH. “ Buku Teknik Sipil”, Penerbit NOVA, Bandung, 1984.

Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Penerbit PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta,1999

Page 21: Proposal Kp

Pedoman Pelaksanaan Kerja Praktek dan Tugas Akhir , Jurusan Teknik

Sipil, Fakultas teknik, Universitas Sriwijaya, 2007.

Badan Standarisasi Nasional, RSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk

Bangunan Gedung.

Kusuma, Ir Gideon H. M. Eng, Dasar – Dasar Perencanaan Beton Bertulang,

Penerbit Erlangga, Ciracas, Jakarta, 1993