proposal kkn karang widoronewbanget sekali oh yeah
DESCRIPTION
SOSIALTRANSCRIPT
USULAN
PROGRAM KARYA NYATA MAHASISWA
PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN KELOMPOK LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DUSUN KARANG AMPEL DESA KARANG WIDORO
SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEJADIAN KOMPLIKASI HIPERTENSI
OLEH :
KETUA : JOAN FEBRIAN R ( 0610710069 )
ANGGOTA : JOHAN SETIAWAN ( 0610710070 )
KADEK AYU ATRIE S ( 0610710071 )
LIEMENA HAROLD A ( 0610710074 )
EPHORA CHRISTINA ( 0610713026 )
FITRI INDAH SARI ( 0610713033 )
THARISHINEE A/P K ( 0610714030 )
LAILUL NADZIROH ( 0610720022 )
LINDA WIEKE N ( 0610720023 )
EMYR REISHA I ( 0610730019 )
ERINA SARTIKA ( 0610730020 )
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MEI 2010
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Kegiatan : Pembinaan dan Pemberdayaan Kelompok Lansia
dengan Hipertensi Dusun Karang Ampel Desa Karang
Widoro sebagai Upaya Pencegahan Kejadian
Komplikasi Hipertensi
Ketua Pelaksana : Joan Febrian R
NIM : 0610710069
Jurusan / Lab : Pendidikan Dokter / Ilmu Kesehatan Masyarakat
No Telp / HP : 081703177417
Anggota Pelaksana
1. Johan Setiawan 6. Tharishinee A/P K
2. Kadek Ayu Atrie S 7. Lailul Nadziroh
3. Liemena Harold A 8. Linda Wieke N
4. Ephora Chritina W 9. Emyr Reisha Isaura
5. Fitri Indah Sari 10. Erine Sartika
Lokasi Kegiatan : Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro
Lama Kegiatan : 10 hari
Malang, 11 Mei 2010
Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pelaksana
Ns . Kumboyono, S. Kep, M. Kep, Sp. Kom Joan Febrian Ristanto
NIP 1975022 2200112 1 002 NIM 0610710069
Menyetujui,
Ketua PKNM
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
d r. A. Chusnul Chuluq Ar , MPH
NIP 1951101 9198002 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Desa Karang Widoro adalah salah satu desa di Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang yang terletak pada ketinggian ± 600 meter dari permukaan laut, suhu
relatifnya berkisar antara 21-270C. Luas wilayah Desa Karang Widoro adalah
4.971 Ha. Jarak Desa Karang Widoro dengan Kecamatan Dau sekitar 9 km dan
jarak desa dengan Kota Malang sekitar 7 km sedangkan jarak desa dengan
Propinsi Jawa Timur sekitar 100 km. Desa Karang Widoro terdiri dari 3 RW atau
dusun dan 34 RT. RT 01-06 terletak di Karang Tengah (RW 01), RT 07-17
terletak di Karang Ampel (RW 02), RT 18-27 terletak di perkampungan Ndoro
(RW 03), dan RT 28-34 di perumahan Ndoro (RW 03).
Secara umum lahan di Desa Karangwidoro digunakan untuk pemukiman,
pertanian, perkebunan, dan peternakan. Tetapi, untuk luas penggunaan lahan di
Desa Karangwidoro belum bisa diketahui secara pasti, karena data belum
terdokumentasi. Lahan untuk pemukiman terbagi menjadi dua area yaitu area
perumahan di Dusun Ndoro terdiri dari empat perumahan, yaitu Tidar Villa
Estate, Graha Laksana Tidar, Citra Mas, dan Mutiara Citra Mas serta area
perkampungan yang tersebar di tiga dusun yaitu Dusun Karang Tengah, Dusun
Karang Ampel, dan sebagian Dusun Ndoro.
Masyarakat Karang Widoro sebagian besar mempunyai mata pencaharian
sebagai buruh tani. Komoditas pertanian, perkebunan, peternakan, dan industri
makanan serta kerajinan desa Karang Widoro. Komoditas tersebut meliputi
jagung, kacang tanah, kubis, sapi, kambing, ayam, tempe, tahu, tebu, jeruk, dan
mebel. Masyarakat Karang Widoro sebagian besar menganut agama Islam
sehingga kegiatan seperti tahlil dan istighosah rutin diadakan di desa ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan desa dan tokoh masyarakat,
diketahui bahwa angka kejadian hipertensi cukup tinggi berdasarkan tingginya
jumlah Lansia yang datang ke polindes dengan hipertensi. Berdasarkan
pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner pada Lansia
dengan hipertensi di Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro, didapatkan
resiko kejadian komplikasi hipertensi yang cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan
oleh karena kurangnya kebiasaan berolahraga dan berekreasi, kurangnya
kesadaran Lansia untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin, tingginya
kebiasaan minum kopi dan makan makanan berminyak serta merokok.
Berdasarkan data tersebut didapatkan juga bahwa fasilitas kesehatan yang
ada di Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro masih kurang memadai. Selain
itu, program-program yang diperuntukan bagi Lansia dan informasi mengenai
kesehatan Lansia yang tersedia juga masih sangat kurang. Hal-hal inilah yang
menyebabkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki Lansia mengenai masalah
kesehatan terutama mengenai hipertensi.
Kedua masalah tersebut dijadikan acuan untuk menentukan program-
program sebagai upaya pencegahan hipertensi. Namun, prioritas masalah yang
paling mungkin untuk diintervensi melalui kegiatan PKNM ini adalah faktor-
faktor yang meningkatkan resiko komplikasi hipertensi pada Lansia. Sedangkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
hipertensi pada Lansia membutuhkan kerja sama yang baik dengan pelayanan
kesehatan setempat dan pemerintah.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana membina dan memberdayakan kelompok Lansia dengan
hipertensi sebagai upaya pencegahan kejadian komplikasi di Dusun Karang
Ampel Desa Karang Widoro?
1.3 Tujuan Kegiatan
Membina dan memberdayakan kelompok Lansia dengan hipertensi
sebagai upaya pencegahan kejadian komplikasi di Dusun Karang Ampel Desa
Karang Widoro.
1.4 Manfaat Kegiatan
Menambah pengetahuan dan informasi tentang hipertensi sehingga
Lansia mengetahui cara yang tepat untuk mencegah komplikasi
hipertensi dan menurunkan angka kejadian hipertensi.
Memberdayakan Lansia dengan hipertensi sehingga mampu
mencegah kejadian komplikasi dengan memanfaatkan teknologi tepat
guna dan ekonomis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberikan
gejala yang akan berlanjut untuk suatu organ seperti stroke (untuk otak), penyakit
jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan left ventricle hypertrophy
(untuk otot jantung). Hipertensi adalah penyebab utama stroke yang menyebabkan
angka kematian yang tinggi (Bustan, 1997).
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu – satunya tanda pada
hipertensi primer. Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul
dapat berbeda – beda. Kadang – kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala
dan baru timbul gejala setelah timbul komplikasi pada organ target seperti pada
ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing dan
migren dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak
jarang yang tanpa gejala (Suyono, 2001).
2.2 Klasifikasi Hipertensi
2.2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee VI / JNC VI
(1997)
JNC VI mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah sistolik 140
mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang
dalam pengobatan antihipertensi.
Tabel 2.1
Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih
Kategori Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 < 80 Normal < 130 < 85 Normal-tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99 Derajat 2 160 – 179 100 - 109 Derajat 3 ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistolik terisolosi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 140
mmHg atau lebih dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg. Peninggian tekanan
sistolik tanpa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik disebut hipertensi sistolik
atau hipertensi terisolasi (isolated systolic hypertension). Hipertensi terisolasi
umumnya dijumpai pada usia lanjut. Jika keadaan ini dijumpai pada masa
adolesen atau dewasa muda lebih banyak dihubungkan dengan sirkulasi
hiperkinetik.
Dikatakan hipertensi jika pengukuran dilakukan dua kali atau lebih
kunjungan yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau
lebih kunjungan setiap kunjungan, diastolik 90 mmHg atau lebih atau sistolik 140
mmHg atau lebih. Pengukuran yang pertama kali belum dapat memastikan adanya
hipertensi akan tetapi dapat merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih
lanjut (Suyono, 2001).
2.2.2 Klasifikasi menurut WHO
Menurut WHO (World Health Organization), organisasi kesehatan dunia
di bawah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), klasifikasi tekanan darah tinggi
sebagai berikut:
1) Tekanan darah normal, yakni jika sistolik kurang atau sama dengan 90
mmHg,
2) Tekanan darah perbatasan, yakni sistolik 141-149 dan diastolik 91-94
mmHg.
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni jika sistolik lebih besar atau
sama dngan 95 mmHg.
2.2.3 Klasifikasi menurut Principles of Geriatrics Medicine and Gerontology
(1999)
Menurut Principles of Geriatrics Medicine and Gerontology (1999),
tekanan darah normal pada kelompok lanjut usia (Lansia) didefinisikan sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah normal pada Lansia
Usia Pria WanitaSistolik Diastolik Sistolik Diastolik
50-60 tahun 133-140 83-84 136-144 83-8560-70 tahun 140-143 81-84 144-158 81-8370-80 tahun 143 80-81 155-158 80-8180-90 tahun 143 78-80 149-155 80
2.3 Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi memiliki 3 tujuan utama antara lain :
1) Mengidentifikasi penyebab hipertensi
2) Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler
3) Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler
Data untuk melakukan diagnosis tersebut diperoleh dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
(Suyono, 2001).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan yaitu :
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam eksresi Na, peningkatan
Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polistemia.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
freokromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain (Mansjoer, 2001).
2.4 Patogenesis
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Berbagai
faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi
tekanan darah. Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan
darah dipengaruhi juga oleh tekanan atrium kanan. Oleh karena tekanan atrium
kanan mendeteksi nol, nilai tersebut tidak punya banyak pengaruh.
Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem
yang bereaksi dengan cepat misalnya refleks kardiovaskular melalui sistem saraf,
refleks kemoreseptor, respons iskemia susunan saraf pusat dan refleks yang
berasal dari atrium, arteri pulmonalis dan otot polos.
Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstial yang
dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sistem kontrol yang
bereaksi kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ terutama ginjal.
Pengendalian tekanan darah dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti
oleh sistem yang bereaksi kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem yang poten
dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam
jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh
yang melibatkan berbagai organ.
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, soft drink dan cokelat adalah stimulant
ringan. Zat ini dapat mengatasi kelelahan, meningkatkan konsentrasi dan
mengembirakan suasana hati. Tetapi kalau minum terlalu banyak dan ini gampang
sekali terjadi kafein membuat orang gampang kaget, tangan gemetar dan
kemungkinan tekanan darah juga akan meningkat. Kafein didalam 2-3 cangkir
kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg
dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai
hipertensi. Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai
tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka tidak
mengkonsumsi sama sekali. Pada orang yang tidak minum kopi secara teratur atau
minum kopi melebihi biasanya, kafein dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah secara tajam tapi hanya untuk sementara.
Merokok berkaitan dengan risiko yang meningkat untuk hipertensi. Rokok
dapat meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah jantung koroner, sehingga
jantung bekerja lebih keras (Sustrani, 2004).
Nikotin dalam tembakau yang sering mengakibatkan meningkatnya tekanan
darah. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh
darah amat kecil diantara paru-paru dan diedarkan kealiran darah. Hanya dalam
beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin).
Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua
batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolikakan meningkat 10
mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah
berhenti menghisap rokok. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada
pada level tinggi sepanjang hari. Zat-zat kimia yang diserap dari asap rokok dapat
mempengaruhi dinding dalam arteri sehingga lebih peka terhadap terhadap
penupukan lemak yang mengandung kolesterol (plak) yang menyebabkan arteri
menjadi lebih sempit (Sheps, 2005).
2.5 Faktor Resiko Hipertensi
2.5.1 Faktor Keturunan / Gen
Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seseorang dari
orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25 %
kemungkinan mendapatkannya pula. Jika seseorang dari orang tua kita
mempunyai hipertensi maka kemungkinan kita mendapatka penyakit tersebut 60
%. Penelitian terhadap penderita hipertensi dikalangan orang kembar dan anggota
keluarga yang sama menunjukkan bahwa pada kasus – kasus tertentu ada
komponen keturunan yang berperan (Sheps, 2005). Peran faktor genetik terhadap
hipertensi primer dibuktikan engan berbagai fakta yang di jumpai. Adanya bukti
bahwa kejadian hipertensi banyak dijumpai pada pasien kembar monozigot
daripada heterozigot, jika salah satu diantaranya menderita hipertensi, menyokong
pendapat bahwa faktor genetik mempunyai pengaruh terhadap timbulnya
hipertensi (Suyono, 2001).
2.5.2 Faktor Usia
Dengan bertambahnya umur, risiko mendapat hipertensi pun meningkat.
Meski penyakit hipertensi bisa terjadi disegala usia, namun paling sering dijumpai
pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Ini sering disebabkan oleh perubahan
alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon (Sheps, 2005).
2.5.3 Suku / Ras
Orang hitam di Amerika mempunyai prognosis lebih jelek dibanding
orang kulit putih (Bustan, 1997).
2.5.4 Faktor Jenis Kelamin
Di antara dewasa muda dan paruh baya, lebih banyak lelaki yang
menderita hipertensi. Setelah umur 55 tahun, ketika sebagian wanita
mengalami menoupause hipertensi menjadi lebih sering dijumpai pada wanita
(Sheps, 2005).
2.5.5 Stres
Stres menurut Pandji Anoraga (2001:108) merupakan suatu tanggapan
seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan
dilingkungan yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Gejala stres yang tidak teratasi menimbulkan gejala antara lain :
1. Gejala badaniah (fisik) : gangguan pola tidur, pusing, mual, muntah,
diare, sakit maag, mudah kaget dan menurunnya nafsu makan.
2. Gejala emosional : pelupa, sukar konsentrasi, sukar mengambil
keputusan, cemas, was-was, murung, khawatir, mudah marah dan
pandangan putus asa.
3. Gejala sosial : makin banyak merokok/minum/makan dan menarik
diri dari pergaulan.
2.5.6 Asupan Garam Berlebih
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah dijumpai pada suku bangsa dengan
asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari tiga gram tiap hari
menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan garam
antara 5 – 15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 – 20 %.
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah (Suyono, 2001).
2.5.7 Berat Badan Berlebih (Obesitas)
Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan faktor risiko lainnya dan
menimbulkan bahaya kesehatan yang serius. Ini adalah faktor penting dan
sekaligus satu-satunya faktor yang dikenal dan yang paling dapat dihindari, yang
berkontribusi pada perkembangan tekanan darah tinggi. Ini ditunjukan jelas oleh
penelitian Framingham, yang menunjukan bahwa orang yang berat badannya 20%
diatas normal memiliki risiko 3 kai lebih besar terkena tekanan darah tinggi
dibandingkan mereka yang berat badannya normal. Walaupun risiko hipertensi
meningkat dengan jumlah berat badan yang berlebihan, turunnya berat badan
dapat menurunkan tekanan bahkan menormalkannya (Wolff, 2007).
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur
pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks masa tubuh (IMT) untuk
menentukan berat badan berlebih pada orang dewasa. IMT merupakan indikator
yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat
badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi
digunakan IMT atau indeks Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram (kg)
dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2) (Sudoyo, 2006).
Tabel 2.3
Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan
IMT menurut WHO
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang < 18,5 Kisaran normal 18,5 – 24,9 Berat badan lebih > 25 Pra-Obes 25,0 – 29,9 Obes tingkat I 30,0 – 34,9 Obes tingkat II 35,0 – 39,9 Obes tingkat III > 40
2.5.8 Kebiasaan Merokok
Nikotin dalam tembakaulah penyebab meningkatnya tekanan darah segera
setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin
diserap dalam pembuluh-pembuluh darah amat kecil dalam paru-paru dan
diedarkan kealiran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempit
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang tinggi (Sheps, 2005).
Satu diantara tiga penderita hipertensi adalah perokok. Menderita
hipertensi saja sudah memaparkan kita pada risiko lebih tinggi terhadap serangan
jantung dan stroke. Apalagi bila selain menderita hipertensi juga perokok maka
risiko untuk mendapatkan penyakit kardiovaskuler menjadi 2-3 kali lipat. Setelah
merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan
meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30
menit setelah berhenti menghisap rokok. Namun pada perokok berat tekanan
darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari (Sheps, 2005).
2.5.9 Kebiasaan Minum Kopi
Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang mengkonsumsi kafein
(kopi) secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih
tinggi dibandingkan dengan kalau mereka tidak mengonsumsi sama sekali. Pada
orang yang minum kopi melebihi biasanya, kafein dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah secara tajam (Sheps, 2005).
Tingkat Aman Konsumsi Kopi (Kafein)
Secara umum konsumsi kafein yang aman kurang dari 300 mg setiap hari.
Ini setara dengan :
1) 3-4 cangkir kopi giling
2) 5 cangkir kopi instant
3) 5 cangkir teh
4) 6 minum berkola
5) 10 tablet pereda rasa nyeri
Konsumsi kafein umumnya digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Penggunaan rendah bila konsumsi kurang dari 200 mg per hari
2) Penggunaan sedang dengan konsumsi 200-400 mg per hari
3) Penggunaan tinggi bila konsumsi kafein lebih dari 400 mg per hari.
(Sianturi,2003).
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, soft drink dan cokelat adalah
stimulant ringan. Zat ini dapat mengatasi kelelahan, meningkatkan konsentrasi
dan mengembirakan suasana hati. Tetapi kalau minum terlalu banyak dan ini
gampang sekali terjadi kafein membuat orang gampang kaget, tangan gemetar dan
kemungkinan tekanan darah juga akan meningkat. Kafein didalam 2-3 cangkir
kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg
dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai
hipertensi. Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai
tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka tidak
mengkonsumsi sama sekali (Sheps, 2005). Kebiasaan mengkonsumsi kopi dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko terkena penyakit
jantung (Hull, 1996).
2.5.10 Kebiasaan Minum Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan yang didefinisikan sebagai meminum 2
’ounce’ atau lebih alkohol per hari, telah ditemukan disertai dengan prevalensi
hipertensi dan kematian kardiovaskuler yang lebih tinggi (Kannel, 1975; Dyer
dkk., 1977). Konsumsi lebih sedang, rata – rata 1 ’ounce’ sehari, ditemukan
berhubungan dengan TD lebih rendah daripada yang tidak minum atau minum
lebih banyak (Harburg dkk., 1980). konsumsi alkohol sedang melindungi orang
dari risiko dan kematian kardiovaskuler (Kaplan, 1994). Alkohol juga
dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat akan cenderung
hipertensi (Suyono, 2001).
2.5.11 Kurangnya Aktifitas Fisik (Olah Raga)
Aktifitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah sebab
membuat jantung lebih kuat. Jantung mampu memompa lebih banyak darah
dengan hanya dengan sedikit usaha. Makin ringan kerja jantung untuk memompa
darah makin sedikit beban tekanan darah pada arteri.
Aktifitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5-
10 mmHg. Jika baru berisiko hipertensi, penurunan sebesar itu sudah cukup untuk
mencegah jangan sampai kondisi itu semakin berkembang. Jika sudah menderita
hipertensi, aktifitas fisik mungkin dapat membantu sehingga tak perlu
menggunakan obat penurun tekanan darah.
Selain membantu mengendalikan tekanan darah, aktivitas fisik yang
teratur juga mengurangi risiko serangan jantung, kolesterol tinggi, osteoporosis
dan beberapa jenis kanker. Setelah berolahraga, tekanan darah untuk sementara
akan rendah. Karena itu untuk memperoleh gambaran yang tepat, kalau ingin
memantau tekanan darah sendiri, lakukan pengukuran tekanan darah sebelum
mulai berolahraga, jangan sesudahnya (Sheps, 2005).
2.5.12 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih
(Almatsier,2003). Unsur gizi sering diakibatkan oleh defisiensi zat gizi dan
beberapa toksin yang dihasilkan oleh beberapa bahan makanan, disamping
diakibatkan oleh kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu. Penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu seperti penyakit
jantung atau hipertensi yang disebabkan oleh kelebihan lemak atau kolesterol
(Supariasa, 2002).
Tabel 2.3Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri
STATUS GIZI
Ambang Batas Baku Untuk Keadaan Gizi Berdasarkan Indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB Gizi Baik > 80 % > 85 % > 90 % > 85 % > 85 % Gizi Kurang 61–80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85% Gizi Buruk ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 80 % ≤ 70 % ≤ 75 % (Sumber : Puslitbang Gizi. 1980. Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi. Bogor)
2.6 Penyakit Lain Penyebab Hipertensi
2.6.1 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar
lemak darah. Keadaan ini bisa memicu dan mempercepat proses perusakan
dinding arteri sehingga meningkatkan risiko terjadinya pembentukan plak dalam
arteri (aterosklerosis) sehingga menyebabkan arteri menyempit dan sulit
mengembang. Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah (Noer, 2000).
2.6.2 Diabetes Mellitus
Kadar gula dalam darah yang berlebihan akan merusak organ dan jaringan
serta meningkatkan viskositas darah sehingga mempermudah terjadinya
aterosklerosis, penyakit ginjal dan penyakit arteria koronaria, dimana semua
penyakit ini mempengaruhi tekanan darah (Sheps, 2005).
2.6.3 Gagal Jantung
Merupakan keadaan dimana otot jantung rusak atau melemah. Hal ini
disebabkan adanya iskemik otot jantung sehingga menyebabkan jantung harus
bekerja lebih berat untuk memompa darah. Hipertensi yang tidak terkendali
menuntut jantung yang lemah untuk bekerja lebih keras melalui peningkatan
tahanan arteri (Sheps, 2005).
2.7 Komplikasi Hipertensi
2.7.1 Stroke
Stroke disebut juga serangan otak, merupakan sejenis cidera otak yang
disebabkan tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah dalam otak sehingga
pasokan darah ke otak terganggu. Secara umum stroke dibedakan menjadi dua
jenis yaitu :
2.7.1.1 Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah jenis yang paling sering terjadi, meliputi 70-80 %
dari semua kejadian stroke. Stroke iskemik biasanya mengenai bagian otak yang
disebut serebrum, yaitu bagian yang mengatur gerakan, bahasa dan rasa.
Stroke ini disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah akibat
menumpuknya plak dalam arteri. Plak ini membuat permukaan dalam arteri
menjadi kasar, sehingga terjadi pusaran aliran darah disekitar plak yang
merangsang terjadinya pembentukan gumpalan darah. Lebih dari separo stroke
iskemik disebabkan oleh gumpalan darah yang lokasinya menetap (trombotik) dan
terbentuk dalam arteri-arteri dan jaringan otak.
Bentuk lain stroke iskemik yang jarang terjadi adalah bila sebagian kecil
dari gumpalan darah terlepas dari dinding arteri lalu terbawa aliran darah dari
pembuluh arteri yang lebih besar ke arteri yang lebih kecil di dalam otak.
Gumpalan darah yang terjadi di bilik jantung juga dapat terlepas. Jika gumpalan
yang ikut aliran darah (embolik) tersangkut dalam arteri yang kecil dan
menghambat alran darah ke sebagian otak, maka akan terjadi stroke.
Kadang-kadang berkurangnya pasokan darah ke otak hanya terjadi
sebentar, kurang dari 24 jam. Ini disebut Transient Ischemic Attack (TIA) atau
stroke ringan. TIA merupakan peringatan kemungkinan terjadinya stroke yang
akan datang (Sheps,2005).
2.7.1.2 Stroke Hemoragis
Stroke hemoragis terjadi bila ada pembuluh darah yang bocor atau pecah
dalam otak. Darah yang mengalir keluar dari pembuluhnya itu menggenangi
jaringan otak disekitarnya sehingga merusak jaringan tersebut. Namun sel-sel otak
yang jauh dari lokasi kebocoran ataupun robekan itu juga ikut rusak karena
kekurangan darah. Salah satu penyebab stroke hemoragis adalah aneurisma.
Robekan kecil pada arteri otak juga dapat menyebabkan darah merembes keluar.
Dengan semakin majunya deteksi dini dan pengobatan hipertensi selama
40 tahun terakhir, jumlah kejadian stroke telah banyak sekali berkurang. Jika
tekanan darah diturunkan dengan pengobatan yang tepat maka resiko terserang
stroke pada diri kita akan turun nyata yaitu sekitar 40% dalam kurun waktu antara
2-5 tahun. Bahkan bila TIA atau stroke (Sheps, 2005).
2.7.2 Gagal Ginjal
Ginjal mengatur keseimbangan mineral, derajat asam dan air dalam
darah. Ginjal juga menghasilkan zat-zat kimia yang mengontrol ukuran pembuluh
darah dan fungsinya. Jika pembuluh darah dalam ginjal mengalami aterosklerosis
karena tekanan darah yang terlalu tinggi, maka aliran darah ke nefron akan
menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa dari dalam
darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi. Hipertensi dan diabetes
merupakan penyebab utama gagal ginjal. Sebagian fungsi ginjal adalah membantu
mengontrol tekanan darah dengan mengatur jumlah air dan natrium dalam darah.
Karena itu kerusakan ginjal dapat memperparah hipertensi. Kerusakan ginjal
dapat menimbulkan kerusak berantai yang akhirnya mengakibatkan kenaikan
tekanan darah dan secara bertahap mengurangi kemampuan ginjal dalam
membuang zat-zat sisa dari dalam darah.
2.7.3 Ensefalopati
Ensefalopati hipertensi adalah suatu keadaan yang berprognosis buruk bila
tidak ditangani segera. Manifestasi klinik ensefalopati meliputi :
1. Hipertensi berat
2. Sakit kepala berat dan umum
3. Disfungsi neurologik (gangguan kesadaran ringan, disorientasi, koma
dapat diikuti kematian dan kejang fokal atau umum)
4. Gangguan virus sampai buta
5. Papiledema.
Ada beberapa kelainan neurologik yang harus dibedakan dengan
ensefalopati hipertensi. Salah satu ciri yang khas dari ensefalopati hipertensi
adalah kepulihan yang terjadi cepat 1 sampai 12 jam, bila tekanan darah
dikendalikan baik (Tarigan,1996).
2.7.4 Komplikasi pada Mata
Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata,
bahkan bisa menyebabkan kebutaan. Kadang-kadang pemeriksaan mata yang
sederhana dapat ditemukan adanya hipertensi. Bila mata disinari cahaya maka
pembuluh – pembuluh darah halus dibagian belakang mata (retina) akan terlihat.
Pada hipertensi tahap awal arteri – arteri kecil ini dapat menebal dan sempit. Pada
akhirnya pembuluh – pembuluh darah akan membentuk sumbatan yang menekan
vena sekitarnya dan mengganggu aliran darah dalam vena.
Hipertensi dapat juga menyebabkan pembuluh darah halus dalam retina
robek dan darah serta cairan merembes ke jaringan sekitarnya.
Pada keadaan berat, saraf yang membawa sinyal – sinyal dari mata ke otak
(saraf optik) akan mulai membengkak. Ini bisa menyebabkan kebutaan.
Kerusakan pada retina dapat dihindari dengan pengendalian hipertensi (Sheps,
2005).
2.8 Pencegahan Hipertensi
Ada beberapa hal yang dapat diikuti bagi pencegahan hipertensi. Salah
satunya ialah perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup adalah penting bagi
kelompok yang mempunyai faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah
seperti usia, riwayat keluarga dan ras. Konsumsi garam (sodium) harus kurang
dari 2300 mg per hari, yang bersamaan dengan kira-kira satu sendok teh. Diet
rendah sodium dapat mengurangkan kenaikkan tekanan darah. (Whelton dkk,
2002)
Selain itu, aktivitas fisik adalah salah satu langkah penting dalam
pencegahan hipertensi. Senam yang meningkatkan denyut jantung dapat
mencegah hipertensi. Aktivitas moderat (berjalan, membuat pekerjaan rumah)
sekurang-kurangnya 30 menit per hari cukup untuk meningkatkan denyut jantung
seseorang. Pakar menyarankan aktivitas moderat sekurang-kurangnya untuk 2 ½
jam per minggu. (Whelton dkk, 2002).
Konsumsi diet yang mengutamakan makanan rendah lemak misalnya
buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, bijian, produk susu rendah lemak adalah
salah satu modifikasi diet penting dalam pencegahan hipertensi. Selain itu,
konsumsi kalium dan kalsium dari diet dalam jumlah yang cukup menunjukkan
faktor penting dalam usaha pencegahan hipertensi. Jumlah rekomendasi kalsium
per hari pada orang yang berusia 50 tahun ke atas adalah 1,200 mg. Kebanyakkan
sayuran, buah – buahan dan ikan adalah sumber kalium yang baik. Manakala,
sumber kalsium bisa didapatkan dari produk susu rendah lemak. (Whelton dkk,
2002).
Tekanan darah meningkat dengan peningkatan berat badan. Obesitas
meningkatkan risiko hypertensi. Maka, berat badan yang sehat iaitu BMI 18.5 –
24.9 dapat mencegah hipertensi. (Whelton dkk, 2002). Insiden hipertensi
meningkat bagi mereka yang merokok 15 batang rokok atau lebih per hari.
Sebatang rokok dapat meningkatkan tekanan darah sebanyak 5 – 10 mm Hg.
Penghentian merokok juga penting dalam langkah pencegahan hipertensi. (Larsen,
2010).
Penelitian menunjukkan konsumsi kafein dari 5 cawan kopi setiap hari
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada Lansia yang mempunyai
hipertensi. Kafein ialah stimulan yang meningkatkan aktivitas sistem saraf pusat
justru meningkatkan konstriksi pembuluh darah. Ini menunjukkan bahawa
pengurangan konsumsi kopi dapat mengurangkan angka kasus hipertensi. (Weber,
2007)
Pengurangan stres dan manajemen stres yang baik dapat membantu dalam
mengurangkan tekanan darah. Manajemen stres yang baik adalah dengan
mengenal tanda – tanda stres secara dini, mencari punca dari stres tersebut dan
mengatasinya secara efektif dan efisien. Jika stres tidak dapat diatasi, maka cara
yang terbaik adalah menghadapinya dengan tenang melalui teknik – teknik
relaksasi misalnya senam pernafasan, pergerakan fisik dan meditasi. (Whelton
dkk, 2002).
Suplementasi vitamin C (asam askorbik) dan minyak ikan dapat
menurunkan tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahawa radikal bebas
memainkan peran penting dalam hipertensi. Kadar plasma asam askorbik yang
tinggi dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 5 mm Hg.
Selain itu, minyak ikan yang mengandungi omega – 3 asam lemak tak jenuh
ganda, eicosapentaenoic dan asam docosahexaenoic bisa menurunkan tekanan
darah. Suplementasi minyak ikan sebanyak 7.7 – 9 gram per hari dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 4 mm Hg dan tekanan darah
diastolik sebanyak 3 mm Hg pada hipertensi. (Larsen, 2010). Memeriksa tekanan
darah secara rutin dapat mendeteksi hipertensi secara dini dan manajemennya bisa
melalui modifikasi diet dan gaya hidup tanpa obat – obatan hipertensi. (Whelton
dkk, 2002).
BAB III
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada 30 Lansia yang
mengalami hipertensi di Dusun Karang Ampel, didapatkan masalah yang terjadi
yaitu kurangnya kebiasaan berolahraga (60%), kurangnya kebiasaan berekreasi
(80%), kurangnya kesadaran melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin (80%),
kebiasaan minum kopi (80%) dan makan makanan berminyak (80%), kebiasaan
merokok (60%), kurangnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (67%),
kurangnya program pelayanan kesehatan untuk Lansia (80%), kurangnya sumber
informasi kesehatan untuk Lansia (80%). Berdasarkan masalah-masalah tersebut
diatas, ditemukan 2 diagnosis komunitas yaitu :
1. Resiko tingginya kejadian komplikasi pada Lansia dengan hipertensi di
Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro.
2. Kurangnya pengetahuan mengenai hipertensi pada Lansia dengan
hipertensi di Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro.
Penentuan prioritas diagnosis komunitas ditentukan dengan menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness dan Growth). Prioritas diagnosis komunitas
pada Lansia dengan hipertensi di Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro
dirumuskan dalam seperti Tabel 3.1 dibawah :
Tabel 3.1 Prioritas Diagnosis Komunitas pada Lansia dengan Hipertensi
NO MASALAH U S G TOTAL1 Resiko tingginya kejadian komplikasi pada
Lansia dengan hipertensi di Dusun Karang
Ampel Desa Karang Widoro.
1 1 1 3
2 Kurangnya pengetahuan mengenai
hipertensi pada Lansia dengan hipertensi di
Dusun Karang Ampel Desa Karang Widoro.
0 0 0 0
Berdasarkan hasil USG, didapatkan prioritas diagnosis komunitas yakni
resiko tingginya kejadian komplikasi pada Lansia dengan hipertensi di Dusun
Karang Ampel Desa Karang Widoro. Oleh karena itu, akan dilakukan intervensi
berupa penyuluhan, senam Lansia, demo memasak dan pemberian vitamin.
Melalui penyuluhan, Lansia dapat diberi informasi mengenai hipertensi,
komplikasi dan cara pencegahannya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
Lansia. Senam Lansia dan demo masak dilakukan dengan tujuan agar Lansia
dapat mengetahui dan mampu untuk menjalankan gaya hidup yang sehat untuk
mencegah resiko komplikasi hipertensi. Hubungan antara proses perjalanan
penyakit sampai komplikasi hipertensi dan intervensinya dapat digambarkan
dengan diagram di bawah ini.
Keterangan:
: Proses penyakit
: Intervensi
Kurangnya Pengetahuan mengenai Hipertensi
Kebiasaan merokok
Kebiasaan minum kopi dan makan makanan berminyak
Kurangnya olah raga
Kurangnya kesadaran pemeriksaan tekanan darah rutin
Tekanan darah yang tinggi tidak dapat dideteksi secara dini
Beban kerja jantung meningkat
Stimulan (kafein) menyebabkan vasokonstriksi
Senam Lansia
Nikotin pencetus epinefrin vasokontriksi
Demo masak
Tensi & konsultasi gratis
Penyuluhan
Resiko Tinggi Komplikasi Hipertensi
BAB IV
METODE KEGIATAN
4.1 Waktu Kegiatan
Kegiatan PKNM secara keseluruhan dilaksanakan mulai tanggal 9 April
2010 sampai tanggal 8 Juni 2010. Kegiatan di lapangan dilaksanakan mulai
tanggal 7 Mei 2010 sampai 29 Mei 2010.
4.2 Lokasi Kegiatan
Kegiatan penyuluhan akan dilakukan di tiga tempat, yaitu :
1. Musholla Dusun Karang Ampel.
2. Balai Desa Karang Widoro.
4.3 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan adalah Lansia dengan hipertensi Dusun Karang Ampel
Desa Karang Widoro.
4.4 Metode yang Digunakan
No. Waktu Lokasi Sasaran Kegiatan Metode Media
1 5 Mei
2010
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Peserta
Tahlilan
Kelompok
2
Pemeriksaan
Tekanan Darah
dan Konsultasi
Gratis
Pemeriksaan
tekanan
darah
Konsultasi
Tensimeter
Stetoskop
2 7 Mei
2010
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Peserta
Tahlilan
Kelompok
2
Penyuluhan
Mengenai
Hipertensi
Presentasi
Sesi Tanya
Jawab
LCD
3 7 Mei
2010
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Peserta
Tahlilan
Kelompok
3
Pemeriksaan
Tekanan Darah
dan Konsultasi
Gratis
Pemeriksaan
tekanan
darah
Konsultasi
Tensimeter
Stetoskop
4 13 Mei Musholla Peserta Pemeriksaan Pemeriksaan Tensimeter
2010 Dusun
Karang
Ampel
Tahlilan
Kelompok
1
Tekanan Darah
dan Konsultasi
Gratis
tekanan
darah
Konsultasi
Stetoskop
5 14 Mei
2010
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Peserta
Tahlilan
Kelompok
2
Demo Senam
Lansia
Pembagian Vitamin
Demonstrasi LCD
6 14 Mei
2010
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Peserta
Tahlilan
Kelompok
3
Penyuluhan
Mengenai
Hipertensi
Presentasi
Sesi Tanya
Jawab
LCD
7 20 Mei
2010
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Peserta
Tahlilan
Kelompok
1
Penyuluhan
Mengenai
Hipertensi
Presentasi
Sesi Tanya
Jawab
LCD
8 21 Mei
2010
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Peserta
Tahlilan
Kelompok
3
Demo Senam
Lansia
Pembagian Vitamin
Demonstrasi LCD
9 23 Mei
2010
Balai
Desa
Karang
Widoro
Lansia
Dusun
Karang
Ampel
Desa
Karang
Widoro
Demo Masak
Makanan Sehat
Rendah Garam
dan Rendah
Lemak
Demonstrasi Alat dan
bahan
memasak
10 27 Mei
2010
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Peserta
Tahlilan
Kelompok
1
Demo Senam
Lansia
Pembagian Vitamin
Demonstrasi LCD
BAB V
RANCANGAN EVALUASI
No Intervensi Target Monitoring Evaluasi
1. Pemeriksaan Tekanan Darah dan Konsultasi Gratis
Mendeteksi tekanan darah yang tinggi pada Lansia
Kriteria Tekanan Darah tinggi pada Lansia
Antusias Lansia, keikutsertaan Lansia di kegiatan
2. Penyuluhan
Mengenai Hipertensi
Peningkatan
pengetahuan dan
pemahaman Lansia
tentang hipertensi
Tanya jawab
sebelum dan
sesudah
penyuluhan
Kemampuan
Lansia untuk
menjawab
pertanyaan
3. Demo Masak
Makanan Sehat
Rendah Garam dan
Rendah Lemak
Lansia mampu untuk
memasak makan yang
sehat rendah garam dan
lemak
Perwakilan 2 orang
perwakilan
Lansia mampu
mempraktekkan
demo masak
dengan benar
4. Demo Senam Lansia
Pembagian Vitamin
Lansia mampu
mempraktekkan senam
Lansia dengan benar
Perwakilan 2 orang
perwakilan
Lansia mampu
mempraktekkan
senam Lansia
dengan benar
BAB VI
JADUAL PELAKSANAAN
Tgl Waktu Sasaran Tempat Kegiatan
5 Mei
2010
16.00-
17.30
Peserta
Tahlilan
Kelompok
2
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Pemeriksaan Tekanan Darah dan
Konsultasi
Menjelaskan Tujuan Kegiatan
Memeriksa Tekanan Darah
Konsultasi Mengenai Hipertensi
7 Mei
2010
16.00-
17.30
Peserta
Tahlilan
Kelompok
2
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Penyuluhan Mengenai Hipertensi
Menjelaskan Faktor Resiko
Hipertensi dan Komplikasinya
Menjelaskan Upaya Pencegahan
Hipertensi
Sesi Tanya Jawab
7 Mei
2010
16.00-
17.30
Peserta
Tahlilan
Kelompok
3
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Pemeriksaan Tekanan Darah dan
Konsultasi
Menjelaskan Tujuan Kegiatan
Memeriksa Tekanan Darah
Konsultasi Mengenai Hipertensi
13 Mei
2010
19.00-
20.30
Peserta
Tahlilan
Kelompok
1
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Pemeriksaan Tekanan Darah dan
Konsultasi
Menjelaskan Tujuan Kegiatan
Memeriksa Tekanan Darah
Konsultasi Mengenai Hipertensi
14 Mei
2010
16.00-
17.30
Peserta
Tahlilan
Kelompok
2
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Demo Senam Lansia
Menunjukkan Gerakan Sederhana
dan Mudah
Menjelaskan Pentingnya
Berolahraga
Pembagian Vitamin
Menjelaskan Kegunaan Vitamin
yang Diberikan dalam
Mengurangi Tekanan Darah
14 Mei
2010
16.00-
17.30
Peserta
Tahlilan
Kelompok
3
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Penyuluhan Mengenai Hipertensi
Menjelaskan Faktor Resiko
Hipertensi dan Komplikasinya
Menjelaskan Upaya Pencegahan
Hipertensi
Sesi Tanya Jawab
20 Mei
2010
19.00-
20.30
Peserta
Tahlilan
Kelompok
1
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Penyuluhan Mengenai Hipertensi
Menjelaskan Faktor Resiko
Hipertensi dan Komplikasinya
Menjelaskan Upaya Pencegahan
Hipertensi
Sesi Tanya Jawab
21 Mei
2010
16.00-
17.30
Peserta
Tahlilan
Kelompok
3
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Demo Senam Lansia
Menunjukkan Gerakan Sederhana
dan Mudah
Menjelaskan Pentingnya
Berolahraga
Pembagian Vitamin
Menjelaskan Kegunaan Vitamin
yang Diberikan dalam
Mengurangi Tekanan Darah
23 Mei
2010
10.00-
selesai
Lansia
Dusun
Karang
Ampel
Desa
Karang
Widoro
Balai
Desa
Karang
Widoro
Demo Masak
Menunjukkan Cara Memasak
Makanan Sehat Rendah Garam
dan Rendah Lemak
Menjelaskan Kandungan Gizi dari
Makanan
Menjelaskan Pentingnya Makan
Makanan Sehat Rendah Garam
dan Rendah Lemak
27 Mei
2010
19.00-
20.30
Peserta
Tahlilan
Kelompok
1
Musholla
Dusun
Karang
Ampel
Demo Senam Lansia
Menunjukkan Gerakan Sederhana
dan Mudah
Menjelaskan Pentingnya
Berolahraga
Pembagian Vitamin
Menjelaskan Kegunaan Vitamin
yang Diberikan dalam
Mengurangi Tekanan Darah
BAB VII
RENCANA ANGGARAN BIAYA
1. Biaya fotokopi Rp 50.000,00
2. Snack untuk acara penyuluhan Rp 100.000,00
3. Bahan memasak untuk acara demo masak Rp 50.000,00
4. Biaya pembelian vitamin Rp 250.000,00
5. Biaya lain-lain Rp 200.000,00 +
TOTAL Rp 650.000,00
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bustan, M. N. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Craig, W. 2007. Does Caffeine Increase Blood Pressure? http://highbloodpressure.about.com/od/prevention/a/caffeine.htm. Diakses pada 6 Mei 2010.
Guyton, A. C & Hall, J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology (11th ed). Philadelphia: Elsevier Saunders. Hlm 287.
Sianturi, G. 2003. Cara Tepat Minum Kopi Dan Teh. http://www.gizinet/cgi-bin/berita/fullnews.cgi . Diakses pada 1 Mei 2010.
Larsen, H. R. 2010. Treatment of Hypertension http://www.yourhealthbase.com/hypertension.html. Diakses pada 6 Mei 2010.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.
Noer, H.M.Sjaifoellah.2000. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sheps, S. G. 2005. Hipertensi. Terjemahan Meita Tjandrasa. Jakarta: PT Intisari Mediatama.
Suyono, Slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Tarigan, T. J. E. 1996. Kumpulan Makalah Temu Nasional Dokter PTT. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Whelton, P. K. 2002. Primary Prevention of Hypertension. http://www.nhlbi.nih.gov/health/prof/heart/hbp/pphbp.pdf. Diakses pada 6 Mei 2010.