proposal judul fix.docx

37
A. Judul Penelitian Peningkatan Pembelajaran Sifat-Sifat Cahaya Melalui Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas V Sdn 1 Balandongan Parakansalak Sukabumi. B. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sifat-sifat cahaya merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Sifat - sifat cahaya penting untuk dipahami oleh siswa karena berkaitan erat dengan kehidupan siswa yaitu cahaya menyebabkan manusia dapat melihat benda yang ada disekitarnya. Menurut Pendapat Al-Kindi (http://fisikaoptik.blogspot.com/2013/03/teori-cahaya- parti.html) “penglihatan ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat”. Benda yang menghasilkan cahaya disebut sumber cahaya dan terbagi menjadi sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan. Cahaya memiliki sifat- sifat tertentu, yaitu cahaya dapat merambat lurus cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dibiaskan dan cahaya dapat diuraikan. Banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sifat - sifat cahaya. Pembelajaran sifat-sifat cahaya hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan kemampuan berfikir pada siswa. 1

Upload: alby-alyubi

Post on 14-Nov-2015

64 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

10

A. Judul PenelitianPeningkatan Pembelajaran Sifat-Sifat Cahaya Melalui Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas V Sdn 1 Balandongan Parakansalak Sukabumi.

B. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sifat-sifat cahaya merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Sifat - sifat cahaya penting untuk dipahami oleh siswa karena berkaitan erat dengan kehidupan siswa yaitu cahaya menyebabkan manusia dapat melihat benda yang ada disekitarnya. Menurut Pendapat Al-Kindi (http://fisikaoptik.blogspot.com/2013/03/teori-cahaya-parti.html) penglihatan ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat. Benda yang menghasilkan cahaya disebut sumber cahaya dan terbagi menjadi sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan. Cahaya memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu cahaya dapat merambat lurus cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dibiaskan dan cahaya dapat diuraikan. Banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sifat - sifat cahaya. Pembelajaran sifat-sifat cahaya hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan kemampuan berfikir pada siswa. Siswa SD lebih mudah mengingat apa yang pernah dialaminya dibandingkan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penjelasan saja. hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang di kemukakan oleh Jean Piaget (dalam Trianto, 2014:72), bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya, pandangan konstuktivisme tentang pendidikan sejalalan dengan Ki Hadjar Dewanatara (dalam Uyoh Sadulloh, 2007:3) Mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 Paragraf 3 menyatakan: Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu maka pembelajaran sifat-sifat cahaya harus melibatkan keaktifan peserta didik secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada peserta didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Lain halnya dengan pembelajaran yang berlangsung di Kelas V SDN Balandongan, peneliti menemukan beberapa kendala yang dialami selama kegiatan belajar mengajar yaitu : 1. Proses belajar mengajar di SDN 1 Balandongan masih berpusat pada guru (teacher centered). Kegiatan pembelajaran sifat-sifat cahaya masih dilakukan secara konvensional, dengan guru lebih banyak menerangkan materi pembelajaran dan peserta didik hanya berperan sebagai penyimak tanpa dilibatkan aktif dalam pembelajaran. dengan demikian pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkanknya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari2. Jumlah siswa di kelas V SDN 1 Balandongan melebihi batas maksimal yang telah ditetapkan yaitu terdapat 50 siswa yang terdiri dari 23 laki-laki dan 27 perempuan, hal ini meneyebabkan peserta didik merasa kurang perhatian dan keseriusan selama mengikuti pembelajaran yang belangsung. 3. Data hasil Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran Kelas V periode Januari Desember 2014 pada kompetensi pedagogik masih rendah yaitu dengan nilai rata-rata 3 (tiga) dari jumlah maksimal yang harus diperoleh yaitu 4 (empat). Beberapa kendala tersebut menyebabkan 28 siswa dinyatakan tuntas dan dapat memahami materi pembelajaran sifat-sifat cahaya dan 22 siswa memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntansan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu sebesar 65, maka dapat disimpulkan 56 % siswa yang telah mencapai dan memahami pembelajaran materi sifat-sifat cahaya dan 44% siswa yang belum mencapai KKM. Dari pemaparan diatas, menunjukan bahwa terdapat korelasi antara rendahnya hasil belajar dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Model belajar yang digunakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran kurang tepat dengan pembelajaran materi sifat-sifat cahaya. Maka dari itu guru harus lebih selektif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Menurut Joyce & Weil yang disitir Rahman (2011;7) Mendefinisikan model pembelajaran (model of teaching) adalah suatu perencanaan yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya. Oleh karena itu peneliti memilih model Discovery Learning sebagai upaya peningkatan pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya. Model Discovery Learning (Penemuan Terbimbing) adalah salah satu model pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik untuk terbiasa menemukan, mencari, dan mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Model pembelajaran ini mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan peserta didik belajar secara aktif dan mandiri. Kegiatan pembelajaran menekankan agar peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep yang harus ia kuasai. Model Discovery Learning akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher oriented) ke dalam pembelaran berpusat pada murid (student oriented).Berkaitan dengan paparan diatas ada beberapa hasil penelitian yang relevan yakni : 1. Titin Oktaviani Pamungkas. (2009) Penerapan discovery learning pada mata pelajaran akuntansi untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa akuntansi keuangan (studi kasus pada siswa kelas X AK SMK Shalahuddin Malang).http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=39957 diakses pada tanggal 14 Maret 2015.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I motivasi belajar siswa sebesar 47% dengan kategori kurang dan mengalami peningkatkan menjadi sebesar 96% dengan kategori baik pada siklus II. Sedangkan pada prestasi belajar juga mengalami peningkatkan, sebelum diberikan tindakan skor rata-rata hasil belajar sebesar 51,87% dengan ketuntasan belajar 74,56% pada siklus II meningkat lagi dengan skor rata-rata 81,28% dengan ketuntasan belajar sebesar 93,53%.2. Rismayani (2013) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/405 diakses pada tanggal 12 Maret 2015. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar siklus I ke siklus II sebesar 9,2%. Peningkatan ketuntasan klasikal siklus I ke siklus II sebesar 33,4%. Merujuk dari beberapa temuan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan model Discovery Learning, peneliti merasa tertarik untuk menggunakan model tersebut dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya. Maka dari itu peneliti mengambil judul peneltian Peningkatan Pembelajaran Sifat-Sifat Cahaya Melalui Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas V SDN 1 Balandongan Parakansalak Sukabumi.

C. Batasan dan Rumusan MasalahAgar penelitian mengarah pada inti masalah yang sesungguhnya maka peneliti membatasi masalah yaitu peningkatan pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model discovery learning pada siswa Kelas V SDN 1 Balandongan Parakansalak Sukabumi.Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti merumuskan masalah utama dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:1. Apakah ada peningkatan perhatian siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dari siklus 1 ke siklus 2 ? 1. Apakah ada peningkatan keseriusan siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dari siklus 1 ke siklus 2? 1. Apakah ada peningkatan kerjasama siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dari siklus 1 ke siklus 2 ? 1. Apakah ada peningkatan keaktifan siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dari siklus 1 ke siklus 21. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dari siklus 1 ke siklus 2?

D. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.1. Tujuan Umum Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui Model Discovery Learning pada siswa kelas V SDN 1 Balandongan. 2. Tujuan Khusus Tujuan penelitian ini ingin memperoleh deskripsi tentang hal-hal sebagai berikut :a. Ingin memperoleh gambaran tentang perhatian siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya melalui model Discovery Learning. b. Ingin memperoleh gambaran tentang keseriusan siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya melalui model Discovery Learning. c. Ingin memperoleh gambaran tentang kejasama siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya melalui model Discovery Learning.d. Ingin memperoleh gambaran tentang keaktifan siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya melalui model Discovery Learning. e. Ingin memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa Kelas V SDN 1 Balandongan pada pembelajaran sifat - sifat cahaya melalui model Discovery Learning.

E. Manfaat PenelitianAdapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Manfaat teoritisMelalui kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu model pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran sifat - sifat cahaya yang nantinya dapat dijadikan sebagai refrensi bagi peneliti dan para pendidik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta didik1) Meningkatkan perhatian dan keseriusan siswa dalam pembelajaran materi sifat-sifat cahaya.2) Mendorong peserta didik lebih aktif, kreatif, dan berani mengungkapkan pendapat. 3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi sifat-sifat cahaya.4) Mendapatkan pengajaran yang nyata (konkrit) yaitu tidak hanya sekedar konsep melainkan proses suatu kejadian atau pengalaman nyata.5) Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran.b. Bagi guru1) Meningkatnya kemampuan guru dalam mengatasi kendala pembelajaran sifat-sifat cahaya. 2) Dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk melakukan proses belajar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.3) Melatih keprofesionalan seorang guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

c. Bagi sekolah1) Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi.2) Sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara intensif dan menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya pada kualitas sekolah.

F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian tindakan kelas ini, maka penulis mendefinisikan secara operasional istilah yang terdapat dalam judul ini. 1. Model Discovery LearningModel Discovery Learning (Penemuan Terbimbing)adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik agar secara aktif mengolah dan menemukan data atau informasi yang telah direkayasa oleh guru sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar utuh dan bermakna. 2. Pembelajaran sifat-sifat cahayaPembelajaran terjadi karena ada proses interaksi antara guru dengan peserta didik. Pembelajaran sifat-sifat cahaya merupakan pembelajaran yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari dan dapat diamati oleh indra manusia, sifat-sifat cahaya adalah ciri khas yang dimiliki cahaya yaitu cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, dan cahaya dapat dibiaskan. pembelajaran sifat-sifat cahaya merupakan sebuah konsep yang dapat diperoleh melalui metode dan sikap ilmiah. Untuk melihat sejauh mana peningkatan pembelajaran konsep yang telah dilaksanakan, dilakukan dengan pengamatan aktivitas peserta didik dan pendidik selama proses pembelajaran berlangsung, dan tes tertulis maupun lisan secara individual dalam bentuk pre test post test. Hasil pengamatan pre test dan post test nantinya akan dianalisi untuk melihat sejauh mana peningkatan yang terjadi dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya, dan hasilnya dinyatakan secara deskriptif kualitatif.

G. Anggapan DasarAnggapan dasar penelitian ini adalah : 1) Pembelajaran materi sifat-sifat cahaya yang diajarkan di SDN 1 Balandongan adalah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. 2) Guru masih menggunakan model konvensional dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya 3) Penelitian Tindakan Kelas Menjadi alternative peningkatan proses dan hasil pembelajaran materi sifat-sifat cahaya 4) Model discovery learning dianggap efektif dalam pembelajaran materi sifat-sifat cahaya

H. Hipotesis Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono dalam https://gultomhans.wordpress.com/2013/06/10/hipotesis-penelitian-2/, diakses pada tanggal 02 April 2015 bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan dapat dirumuskan yaitu Ada peningkatan proses dan hasil pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model discovery learning pada siswa kelas V SDN 1 Balandongan.

I. Kajian Teori 1. Pengertian Pembelajaran Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. lingkungan akademik seperti di lingkungan sekolah, pelajar, siswa dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing) Oemar Hamalik (2011;27). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Proses penyampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu. Istilah mengajar bergeser pada istilah pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran dikutip dari www.academia.edu/7330523/Pengertian_Proses_Pembelajaran tanggal 12 Maret 2015. Istilah "pembelajaran" merupakan terjemahan dari kata instruction, Menurut Gagne, Briggs, dan vager dalam M. Sobry Sutikno (2014;11) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah peserta didik mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Peserta didik diposisikan sebagai subyek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar peserta didik dituntut beraktivitas secara penuh. Dengan demikian, jika dalam istilah "mengajar" atau teaching menempatkan guru sebagai "pemeran utama" dalam memberikan informasi, maka dalam instruction guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, mengatur berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari peserta didik.

2. Karakteristik Pembelajaran IPA (Sifat-Sifat Cahaya)a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sain yang semula berasa dari Bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari kata dalam Bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. Wahyana (dalam Trianto, 2014;136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, didalam perut bumi dan diluar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati, Kardi & Nur dalam Tiranto (2014;136). Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau sains merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenaranya melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah seperti observasi, eksperimen serta menuntu sikap ilmiah yaitu rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan seagai prosedur. Marsetia Donosepoetro dalam Trianto (2014;137), sebagai proses diartikan semua kegiata ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru, sebagai produk diartikan sebagai hasil proses berupa pengetahuan yang diajarkan di sekolah atau diluar sekolah, sebagai prosedur dimaksudkan metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

c. Tujuan Pembelajaran IPAPembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termaktu dalam taksonomi Bloom (dalam Trianto 2014;142) bahwa : Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada dialam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Disamping hal itu Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi. Didalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karena ciri-ciri tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD dalam Kurikulum KTSP menurut Depdiknas, 2006 (dalam Mulyasa, 2010;111) secara terperinci adalah:1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya.2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Dengan demikian semakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar IPA hanya menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut. Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2014;143)

3. Model Discovery Learning Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner dalam Kemendikbud (2014;30) Discovery Learning can be defined as the learning that take place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah sera pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Budiningsih dalam Kemendikbud (2014;30). Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang principal pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangakan inkuiry masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan didalam masalah itu melalui proses penelitian. Dari teori belajar Bruner, intinya perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaksi, dan orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan atau diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Model Discovery Learning (Penemuan Terbimbing)adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik agar secara aktif mengolah dan menemukan data atau informasi yang telah direkayasa oleh guru sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. 1. Kelebihan model Discovery LearningDalam penggunaan model Discovery Learning ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka model ini memiliki kelebihan sebagai berikut: Model ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa. Model ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja atau sebagai fasilitator, membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar.a. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Discovery LearningLangkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning adalah sebagai berikut:1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).3) Data collection (pengumpulan data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.4) Data processing (pengolahan data). Data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.5) Verification (pentahkikan/pembuktian). Bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu. Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

J. Metode Dan Teknik Penelitian 1. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas. Menurut John Elliot dalam Burhan Elfanani (2012;12) PTK ialah kajian tentang situasi social dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan didalamnya. Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukanan Antara evaluasi diri dari perkembangan professional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Arikunto dalam Ekawarna (2013;5) bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaanPenelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru wali kelas V SDN 1 Balandongan. Peneliti berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat.

2. Model Penelitian Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembankan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart dalam Ekawarna (2013;20), Penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Alur penelitian adaptasi Model Kemmis & Taggart dapat disajikan pada gambar berikut :Observasi AwalRumusan MasalahPerencanaanPelaksanaan Refleksi 1ObservasiPerencanaanPelaksanaanRefleksi 2ObservasiKesimpulan

Observasi AwalRumusan MasalahPerencanaanPerencanaanRefleksi 1ObservasiPerencanaanPerencanaanRefleksi 2ObservasiKesimpulan

Gambar 1 : Model Action Research Kemmis & Taggart

Dalam pelaksanaannya penilitian secara rinci terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:1. PerencanaanDalam penelitian tindakan kelas tahapan yang pertama perencanaan, pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan beberapa hal diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen penelitian, media pembelajaran, bahan ajar, dan aspek-aspek lain yang sekiranya diperlukan.2. PelaksanaanTahap pelaksanaan adalah kegiatan menerapkan perencanaan yang telah dibuat, peneliti harus mentaati apa yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.3. ObservasiDalam tahap observasi yang melakukannya adalah pengamat, kegiatan ini berlangsung bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Tahapan ini adalah mengamati bagaimana proses pelaksanaan berlangsung, serta mengetahui dampakapakah yang dihasilkan dari proses pelaksanaan.4. RefleksiTahapan refleksi ini adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa saja yang terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya, apabila proses siklus sudah selesai maka tahapan ini bisa dijadikan tahapan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan kegiatan.

3. Teknik Penelitian 3.1 Teknik Pengumpulan Data Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas yaitu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran sifat-sifat cahaya maka teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah :a. Observasi Digunakan untuk mendapatkan data proses pembelajaran yaitu aktivitas peserta didik dan pendidik selama kegiatan belajar mengajar dikelas, dan dokumentasi pembelajaran yang diambil oleh observer yang kemudian dianalisis secara deskriptif.

b. Tes Digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik selama kegiatan pembelajaran. teknik pengumpulan data dengan tes ini dimaksudkan untuk menilai hasil belajar yang berkaitan dengan ranah kognitif, karena setelah peserta didik selesai mengikuti suatu pembelajaran, maka peserta didik akan di berikan tes untuk mengetahui hasil yang menunjukan sejauh mana keberhasilan guru dalam menyampaikan materic. Dokumentasi Teknik dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen arsip, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen sehubungan penelitian harus sesuai dengan fokus masalah penelitian dan tujuan.

3.2 Teknik Pengolahan Data Ada beberapa teknik pengolahan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :1. Memeriksa hasil pretest dan posttest 2. Memberi skor hasil penialaian 3. Tabulasi Data, data yang sudah diberikan nilai kemudian dilaporkan dalam bentuk table4. Analisis Data, data sudah ditabulasikan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

4. Instrumen PenelitianBerikut uraian instrument yang digunakan dalam penelitian :a. Tes Instrument ini digunakan untuk memperoleh data mengenai pemahaman peserta didik. Instrument ini berupa tes uraian yang mengukur pemahaman peserta didik terhadap materi berdasarkan indikator pemahaman yang telah ditentukan. Dimana dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pre test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta didik tentang materi sifat-sifat cahaya dan post test untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman yang didapatkan peserta didik setelah diberikan treatment. b. Lembar ObservasiInstrumen yang digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas guru dan peserta didik selama kegiatan belajar mengajar di kelas dengan penerapan Model Discovery Learning. c. DokumentasiTeknik dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen arsip, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Dokumen sehubungan penelitian harus sesuai dengan fokus masalah penelitian dan tujuan. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah dokumentasi dalam bentuk foto dan video selama pembelajaran berlangsung.

K. Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1) Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 1 Balandongan yang berjumlah 50 peserta didik terdiri dari 23 laki-laki dan 27 perempuan.2) Lokasi PenelitianLokasi penelitian ini adalah SDN 1 Balandongan yang beralamat di Jl. Parakansalak Km. 6 Kec. Parakansalak Kabupaten Sukabumi

L. Sistematika PenulisanHasil penelitian tindakan kelas ini akan dilaporkan dalam bentuk skripsi. Skripsi yang dimaksud terdiri dari 5 bab.BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional.BAB I=[pKajian Teori. Dalam bab ini berisi tentang pengertian 1) Pembelajaran 2) Pembelajaran IPA sifat-sifat cahaya ( yang di dalamnya membahas: pengertian IPA, hakikat IPA dan tujuan pembelajaran IPA. c) Model Discovery Learning yang didalamnya membahas mengenai pengertian model discovery learning, kelebihannya dan langkah-langkah pelaksanaan model tersebut,BAB IIIMetode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode penelitian, model penelitian, lokasi dan waktu, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian dan analisis dan interpretasi dataBAB IVHasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini diurakan tentang penerapan Model Discovery Learning, penyajian data, analisis data tentang penerapan Model Discovery Learning dalam meningkatkan pembelajaran sifat-sifat cahaya di SD kelas V.BAB V Simpulan dan Rekomendasi. Dalam bab ini berisikan tentang simpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi yang merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian yang ditemukan.

M. Jadwal PenelitianWaktu penelitian adalah empat bulan terhitung mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2015. Urutan kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya disajikan pada berikut.NoKagiatanWaktu Pelaksanaan

MaretAprilMeiJuni

1234123412341234

1Menyusun Proposal

2Seminar Proposal

3Perbaikan proposal

4Menntukeun Pembimbing

5Bimbingan BAB 1

6Bimbingan BAB 2

7Bimbingan BAB 3

8Bimbingan BAB 4

9Bimbingan BAB 5

10Ujian Sidang Skripsi

Tabel 1 : Jadwal Penelitian

N. DAFTAR PUSTAKA

Ekawarna, 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta selatan : Referensi (GP Press Group)Elfanani, Burhan. 2012. Panduan Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta : AraskaFathurrohman, Pupuh., & M. Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: PT. Retika Aditama Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah.html (10 Maret 2015) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat pengembangan profesi pendidik BPSDMPK Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja RosdakaryaMuksinin. 2013. Teori Cahaya. Diambil dari http://fisikaoptik.blogspot.com/2013/03/teori-cahaya-parti.html (7 Maret 2014)Pamungkas, Titin Oktaviani. 2009 Penerapan discovery learning pada mata pelajaran akuntansi untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa akuntansi keuangan (studi kasus pada siswa kelas X AK SMK Shalahuddin Malang). http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=39957 (14 Maret 2015).Rahman. 2011. Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Bandung : Alqa Print Rismayani (2013) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/405 (12 Maret 2015). Sadulloh, Uyoh., Bambang Robandi dan Agus Muharam. 2007. Pedagogik. Bumisiliwangi : Cipta Utama. Sutikno, M. Sobry. 2014. Metode & Model-Model Pembelajaran. Lombok : Holistica Lombok Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Impelementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Bumi AksaraWinarti, Wiwik., Joko Winarto., dan Widha Sunarno. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

1