proposal insentif raih ki 2018 -...
TRANSCRIPT
PROPOSAL INSENTIF RAIH KI 2018
FORMULASI SEDIAAN GEL OBAT JERAWAT DENGAN BAHAN
AKTIF EKSTRAK KEONG BAKAU (Telescopium telescopium)
Oleh:
1. Prof. Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si (Ketua)
2. Dr. Azrifitria, M.Si, Apt (Anggota)
3. Eka Deskawati, M.Si (Anggota)
4. Fianita Nur Utami, S.Si (Anggota)
5. Siti Restiani, S.Si (Anggota)
6. Annisa Rahma Fatmala (Anggota)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Direktorat Inovasi dan Kewirausahaan IPB
Gd. A.H. Nasoetion Lt. 5, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
Telp./Fax: 0251-8624512, e-mail: [email protected]
TAHUN 2018
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Invensi : FORMULASI SEDIAAN GEL OBAT JERAWAT
DENGAN BAHAN AKTIF EKSTRAK KEONG
BAKAU (Telescopium telescopium)
2. Ketua Pengusul
a. Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si
b. Jenis Kelamin : P
c. Disiplin Ilmu : Teknologi Hasil Perairan
d. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda/IVc
e. Jabatan : Guru Besar
f. Alamat Kantor : Departemen Teknologi Hasil Perairan-FPIK IPB
Jl. Agatis no.1 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
g. Telepon/faks/email : Telp: 0251-8622915 / Fax 0251-8622916 /
h. Alamat Rumah : Jln Mekar Saluyu I No 53 RT 04 RW 16 Cilendek
Barat, Bogor Barat, Jabar
i. Telepon/faks/email : [email protected]/[email protected]
j. Ponsel : 085781393065
3 Jumlah Anggota : 5 orang
a. Nama Anggota I : Dr. Azrifitria, M.Si, Apt
b. Nama Anggota II : Eka Deskawati, M.Si
c. Nama Anggota III : Fianita Nur Utami, S.Si
d. Nama Anggota IV : Siti Restiani, S.Si
e. Nama Anggota V : Annisa Rahma Fatmala
4 Sumber dana penelitian
yang mendukung
a. Skema Penelitian : -
b. Judul Penelitian : -
Bogor, 23 April 2018
Mengesahkan, Ketua Pengusul,
Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan
Dr. Eng. Uju, S.Pi, M.Si Prof. Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si
NIP 197306122000121001 NIP 196507131990022001
Menyetujui,
Pimpinan /Ketua Lembaga
Direktur Inovasi dan Kewirausahaan IPB
Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc.Agr
NIP 196603201990021001
a. Uraian Umum
1. Judul Invensi : FORMULASI SEDIAAN GEL OBAT
JERAWAT DENGAN BAHAN AKTIF
EKSTRAK KEONG BAKAU (Telescopium
telescopium)
2. Ketua Pengusul
a. Nama Lengkap dengan gelar : Prof. Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si
b. Jenis Kelamin : P
c. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda/IVc
d. Jabatan fungsional/struktural : Guru Besar
3 Anggota Pengusul 1
a. Nama Lengkap dengan gelar : Dr. Azrifitria, M.Si, Apt
b. Jenis Kelamin : P
c. Pangkat/Golongan : Penata Tk. I / III d
d. Jabatan fungsional/struktural : Lektor
Anggota Pengusul 2
a. Nama Lengkap dengan gelar : Eka Deskawati, M.Si
b. Jenis Kelamin : P
c. Pangkat/Golongan : -
d. Jabatan fungsional/struktural : -
Anggota Pengusul 3
a. Nama Lengkap dengan gelar : Fianita Nur Utami, S.Si
b. Jenis Kelamin : P
c. Pangkat/Golongan : -
d. Jabatan fungsional/struktural : -
Anggota Pengusul 4
a. Nama Lengkap dengan gelar : Siti Restiani, S.Si
b. Jenis Kelamin : P
c. Pangkat/Golongan : -
d. Jabatan fungsional/struktural : -
Anggota Pengusul 5
a. Nama Lengkap dengan gelar : Annisa Rahma Fatmala
b. Jenis Kelamin : P
c. Pangkat/Golongan : -
d. Jabatan fungsional/struktural : -
4 Bidang Teknologi
(Pilih salah satu)
a. kebutuhan manusia (makanan, pertanian,
kesehatan, dan peralatan rumah tangga)
b. proses fisika (penyatuan, pemecahan,
pembentukan, pencetakan) , alat
transportasi
c. kimia dan bahan metalurgi
d. tekstil dan kertas
e. konstruksi
f. mekanika, pencahayaan, pemanasan,
senjata, bahan peledak
g. fisika dan instrumen
h. elektronik dan kelistrikan
i. lainnya………………..(sebutkan)
5 Jumlah Klaim Invensi : 5 buah
b. Dokumen Proposal Insentif Raih KI
1. Uraian Penelusuran Paten
Berdasarkan penelusuran publikasi dan paten diketahui bahwa ekstrak
keong bakau (Telescopium telescopium), belum pernah dilaporkan dan digunakan
sebagai bahan anti jerawat baik untuk penelitian maupun komersial. Hal ini
menjadi originalitas dan kebaruan bahan yang diusulkan. Permohonan paten
mengenai keong bakau ini di Indonesia hanya digunakan sebagai pakan lobster
dan unggas (S00201608554, P00201304691, S00201704082). Pemanfaatan keong
bakau dalam dunia kesehatan telah dilakukan oleh Kumar et. al. (2008), dimana
ekstrak kelenjar sperma dapat di gunakan untuk menyembuhkan luka pada hewan
percobaan kelinci.
Pada penelusuran melalui internet di situs Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual ditemukan paten yang terkait dengan antijerawat alami yaitu
IDP000041759. Invensi ini mengenai sediaan nanopartikel lipid padat ekstrak
secang yang dibuat menggunakan ekstrak metanol secang yang telah diketahui
memiliki aktivitas antijerawat berdasarkan aktivitas antibakteri terhadap
Propionibacterium acnes, penghambatan aktivitas lipase yang dihasilkan oleh P.
Acnes, dan antioksidan. Metode pembentukan sln yang dibuat menggunakan
metode dispersi pada perbandingan, waktu dan suhu tertentu. Sln yang dihasilkan
memiliki ukuran 400 nm dan memiliki aktivitas yang lebih baik dibandingkan
ekstrak asalnya terutama dalam antibakteri.
Paten lainnya yaitu IDP000050108, invensi paten ini berkaitan dengan
formula krim ekstrak kayu secang. Efektivitas basis sebagai pembawa ekstrak
berpenetrasi dilakukan secara invitro dengan membran cell. Sedangkan untuk
efektivitas ektrak secang sebagai antiacne dilakukan secara in vivo pada kulit
kelinci yang diinduksi P. acne. Hasil uji invitro dari 5 basis semisolid, yang
terbaik adalah bentuk krim dengan bahan pembantu PEG 4000, Stearyl alcohol,
gliserin, natrium lauriel sufat, akuades, metal paraben, butyl hidroksi toluene
dan pewangi. Berdasarkan uji invivo, formula dengan konsentrasi ekstrak secang
l%-4% memberikan efek kesembuhan yang berbeda signifikan dengan kontrol
tanpa perlakuan. Formula dengan konsentrasi ekstrak 1 % adalah yang paling
efisien dan efektif dengan persentase kesembuhan 96% selama 15 hari. Bentuk
fisik sediaan adalah semisolid berwarna kuning orange, tektur halus dan
homogen, aroma wangi, dengan pH pada range 6-6,5 dan viskositas pada kisaran
5000- 6000 cps. Stabilitas sediaan cukup baik selama penyimpanan pada suhu
kamar selama 6 bulan. Hasil uji panelis menunjukkan bahwa Formula krim
esktrak secang 1% cukup aman karena tidak menyebabkan rasa gatal dan
kemerahan. Tingkat kesukaan panelis yang berusia 19-24 tahun untuk aroma
disukai lebih dari 80%. Beberapa paten lainnya mengenai antijerawat di
Indonesia masih dalam proses dan semuanya masih bersumber dari tanaman.
Dibandingkan beberapa paten yang masih dalam proses, aktivitas
antibakteri keong bakau masih lebih baik (nilai konsentrasi hambat minimum
ekstrak sebesar 0,01 mg/mL dan untuk formula ekstrak 0,5 %). Misalnya
permohonan no. P00201304477, ekstrak air daun kersen (Muntingia calabura
Linn.) menunjukkan kemampuan menghambat pertumbuhan ketiga mikroba uji
(Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium
acne) dengan KHM 3%. Untuk pengembangan formula sediaan topikal anti
jerawat dengan bahan aktif ekstrak air daun kersen digunakan konsentrasi 5%.
Permohonan no. P00201000827 yang berhubungan dengan formulasi emulgel
yang mengandung ekstrak kental daun teh hijau. Ekstrak kental daun teh hijau
yang digunakan kadarnya 5%. No permohonan S00201708464 tentang
komposisi pemutih kulit yang mengandung ekstrak etanol rimpang Bangle
(Zingiber purpureum) yang menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes pada 20
µg/ml – 200 µg/ml atau 0,2% - 2%. Sama halnya dengan Indonesia, paten
mengenai ekstrak untuk antijerawat yang ada di dunia sebagian besar masih
berasal dari tanaman dan yang berasal dari laut masih berupa alga atau mikro
alga.
2. Uraian Potensi Komersialisasi
Kebutuhan masyarakat terutama remaja akan obat jerawat dan kosmetika
yang aman dan halal karena menggunakan bahan alami dari laut Indonesia. Gel
perawat kulit ini dapat mengobati jerawat sekaligus melindungi kulit dari radikal
bebas dan sinar matahari.
Sasaran (target pasar) untuk produk gel ini adalah pangsa pasar anak
muda. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 jumlah anak muda usia 10-
29 tahun di Indonesia berjumlah 84.753.891 jiwa atau setara dengan 35% jumlah
penduduk Indonesia (BPS 2010) dan sekitar 80% atau 67.803.113 jiwa mengalami
masalah jerawat. Artinya produk obat jerawat ini sangat potensial untuk
dikembangkan mengingat besarnya pangsa pasar.
Besarnya pangsa pasar didukung juga dengan bahan baku yang melimpah.
Keong bakau sangat melimpah, di ekosistem bakau yang berada disepanjang
pantai Indonesia. Selama ini tidak dimanfaatkan karena hanya dianggap sebagai
hama oleh masyarakat pesisir, sehingga tidak memiliki nilai ekonomi.
Penggunaan keong ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir untuk
selalu menanam dan menjaga hutan bakau.
Obat jerawat yang ada dipasaran sering menimbulkan iritasi dan bekas
hitam karena bahan aktif sebagai antibakterinya berasal dari bahan kimia sintetik,
selain itu tidak melindungi kulit terhadap radikal bebas dan sinar matahari
(UV). Adapun obat jerawat dengan bahan aktif alami memiliki harga yang mahal
dan sebagian besar diimpor dari luar negeri. Gel anti jerawat dari keong bakau ini
dapat menyembuhkan jerawat tanpa meninggalkan bekas hitam, melindungi
kulit dengan menangkap radikal bebas dan melindungi dari sinar matahari, serta
diharapkan harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.
3. Rancangan Dokumen Spesifikasi Permohonan Paten
Deskripsi
FORMULASI SEDIAAN GEL OBAT JERAWAT DENGAN BAHAN AKTIF
EKSTRAK KEONG BAKAU (Telescopium telescopium)
Bidang Teknik Invensi
Invensi ini berhubungan dengan ekstrak air keong bakau (Telescopium
telescopium), proses pembuatan ekstrak, dan formulasi ekstrak sebagai bahan aktif dari
sediaan gel anti jerawat.
Latar Belakang Invensi
Ketersediaan produk farmasi terutama produk kosmetik hingga saat ini banyak
beredar di masyarakat, namun masih banyak produk yang membahayakan kesehatan
pemakainya akibat kandungan bahan di dalamnya. Salah satu bagian tubuh yang paling
sensitif adalah kulit. Kulit sangat mendukung penampilan seseorang sehingga perlu
dirawat dan dijaga kesehatan dan kesegarannya (Wirajayakusuma 1998).
Permasalahan kulit yang hingga saat ini merisaukan remaja dan dewasa adalah
jerawat karena jerawat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.
Widyaningrum et al. (2009) menyatakan hampir 80% remaja dan anak muda usia 11
hingga 30 tahun mengalami masalah jerawat. Jerawat itu sendiri merupakan suatu
penyakit kulit yang ditunjukkan dengan terjadinya pembengkakan (abses) pada
permukaan kulit, dimana kelenjar yang memproduksi minyak tersumbat dan
terkontaminasi oleh bakteri.
Bakteri penyebab infeksi pada jerawat yaitu Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis, bakteri tersebut mendapatkan nutrisi dari minyak yang
terakumulasi di wajah (Wasitaatmadja 2007). Sukkata et al. (2008) menyatakan bahwa
enzim lipase yang dihasilkan dari bakteri akan menguraikan trigliserida menjadi asam
lemak bebas yang dapat menyebabkan inflamasi. Inflamasi tersebut akan menyebabkan
terbentuknya jerawat pada permukaan kulit.
Salah satu bentuk sediaan yang paling sering digunakan dalam pengobatan
jerawat adalah sediaan gel. Kelebihan sediaan gel antara lain yaitu kemampuan
penyebarannya baik, mudah menyerap pada kulit sehingga tidak menyebabkan
penyumbatan pada pori-pori, dan dapat menghidrasi kulit tanpa terasa lengket (Voigt
1994).
Ekstrak keong bakau (Telescopium telescopium) dari laut Indonesia dapat
dijadikan bahan aktif alami dalam pembuatan obat jerawat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sediaan gel ekstrak keong bakau (T. telescopium) dari laut
Indonesia sangat efektif terhadap jerawat dan tidak meninggalkan bekas hitam, bahkan
beberapa panelis dalam 2-5 hari jerawatnya sembuh. Fungsi lain dari gel ini adalah
untuk obat kulit, hal ini dibuktikan dengan ada beberapa panelis yang mencoba
mengaplikasikannya terhadap eksim dan hasilnya pun sangat baik (eksim menjadi
kering). Gel dari keong bakau ini mempunyai sifat yang stabil, dengan pH sesuai
standar SNI, tidak mengandung logam berat Pb, Cd, Hg seperti yang disyaratkan
badan POM, mengandung komponen aktif untuk melindungi kulit dari paparan
sinar matahari dan menangkal radikal bebas (IC50 50,19 ppm).
Berdasarkan penelusuran publikasi dan paten diketahui bahwa ekstrak keong
bakau (Telescopium telescopium), belum pernah dilaporkan dan digunakan sebagai
bahan anti jerawat baik untuk penelitian maupun komersial. Hal ini menjadi originalitas
dan kebaruan bahan yang diusulkan. Permohonan paten mengenai keong bakau ini di
Indonesia hanya digunakan sebagai pakan lobster dan unggas (S00201608554,
P00201304691, S00201704082). Pemanfaatan keong bakau dalam dunia kesehatan
telah dilakukan oleh Kumar et. al. (2008), dimana ekstrak kelenjar sperma dapat di
gunakan untuk menyembuhkan luka pada hewan percobaan kelinci.
Pada penelusuran melalui internet di situs Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual ditemukan paten yang terkait dengan antijerawat alami yaitu IDP000041759.
Invensi ini mengenai sediaan nanopartikel lipid padat ekstrak secang yang dibuat
menggunakan ekstrak metanol secang yang telah diketahui memiliki aktivitas
antijerawat berdasarkan aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes,
penghambatan aktivitas lipase yang dihasilkan oleh P. Acnes, dan antioksidan. Metode
pembentukan sln yang dibuat menggunakan metode dispersi pada perbandingan, waktu
dan suhu tertentu. Sln yang dihasilkan memiliki ukuran 400 nm dan memiliki aktivitas
yang lebih baik dibandingkan ekstrak asalnya terutama dalam antibakteri.
Paten lainnya yaitu IDP000050108, invensi paten ini berkaitan dengan formula
krim ekstrak kayu secang. Efektivitas basis sebagai pembawa ekstrak berpenetrasi
dilakukan secara invitro dengan membran cell. Sedangkan untuk efektivitas ektrak
secang sebagai antiacne dilakukan secara in vivo pada kulit kelinci yang diinduksi P.
acne. Hasil uji invitro dari 5 basis semisolid, yang terbaik adalah bentuk krim dengan
bahan pembantu PEG 4000, Stearyl alcohol, gliserin, natrium lauriel sufat, akuades,
metal paraben, butyl hidroksi toluene dan pewangi. Berdasarkan uji invivo, formula
dengan konsentrasi ekstrak secang l%-4% memberikan efek kesembuhan yang berbeda
signifikan dengan kontrol tanpa perlakuan. Formula dengan konsentrasi ekstrak 1 %
adalah yang paling efisien dan efektif dengan persentase kesembuhan 96% selama 15
hari. Bentuk fisik sediaan adalah semisolid berwarna kuning orange, tektur halus dan
homogen, aroma wangi, dengan pH pada range 6-6,5 dan viskositas pada kisaran 5000-
6000 cps. Stabilitas sediaan cukup baik selama penyimpanan pada suhu kamar selama 6
bulan. Hasil uji panelis menunjukkan bahwa Formula krim esktrak secang 1% cukup
aman karena tidak menyebabkan rasa gatal dan kemerahan. Tingkat kesukaan panelis
yang berusia 19-24 tahun untuk aroma disukai lebih dari 80%. Beberapa paten lainnya
mengenai antijerawat di Indonesia masih dalam proses dan semuanya masih
bersumber dari tanaman.
Dibandingkan beberapa paten yang masih dalam proses, aktivitas antibakteri
keong bakau masih lebih baik (nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak sebesar 0,01
mg/mL dan untuk formula ekstrak 0,5 %). Misalnya permohonan no. P00201304477,
ekstrak air daun kersen (Muntingia calabura Linn.) menunjukkan kemampuan
menghambat pertumbuhan ketiga mikroba uji (Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis dan Propionibacterium acne) dengan KHM 3%. Untuk pengembangan
formula sediaan topikal anti jerawat dengan bahan aktif ekstrak air daun kersen
digunakan konsentrasi 5%. Permohonan no. P00201000827 yang berhubungan dengan
formulasi emulgel yang mengandung ekstrak kental daun teh hijau. Ekstrak kental daun
teh hijau yang digunakan kadarnya 5%. No permohonan S00201708464 tentang
komposisi pemutih kulit yang mengandung ekstrak etanol rimpang Bangle (Zingiber
purpureum) yang menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes pada 20 µg/ml – 200
µg/ml atau 0,2% - 2%. Sama halnya dengan Indonesia, paten mengenai ekstrak untuk
antijerawat yang ada di dunia sebagian besar masih berasal dari tanaman dan yang
berasal dari laut masih berupa alga atau mikro alga.
Uraian Singkat Invensi
Invensi ini berhubungan dengan ekstrak air keong bakau (Telescopium
telescopium), proses pembuatan ekstrak, dan formulasi ekstrak sebagai bahan aktif dari
sediaan gel anti jerawat.
Ekstrak pada invensi ini adalah ekstrak yang dihasilkan dari cacing laut S.
australe secara maserasi dengan pelarut air. Tahapan proses pembuatan ekstrak:
a. Preparasi: pemisahan daging dan jeroan dari cangkang,
pemotongan/pemblenderan bahan yang akan diekstrak berupa daging dan
jeroan keong bakau
b. Maserasi dengan pelarut air selama 24 jam pada suhu kamar, dengan
perbandingan antara bahan: pelarut adalah 1:5 (b/v)
c. Penyaringan untuk memisahkan ampas dengan kertas Whatman 42
d. Pengeringan filtrat dengan vakum evaporator pada suhu 40 oC.
Hasil pengujian ekstrak keong bakau menunjukkan aktivitas antibakteri yang
cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya zona hambat sebesar 9-13 mm, selain
itu uji konsentrasi hambat minimum juga menunjukkan hasil yang negatif sehingga
ekstrak ini sangat potensial dan efektif untuk digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan gel perawat kulit
Formulasi dalam invensi ini dibuat dalam bentuk gel. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Bahan yang digunakan dalam gel ini meliputi ekstrak
keong, Carbopol 940, gliserin, nipagin, nipasol, akuades, TEA, dan parfum.
Uraian Singkat Gambar
Gambar 1. Grafik hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak keong bakau terhadap bakteri
penyebab jerawat : 0,5 mg/sumur, 1 mg/sumur, 2 mg/sumur, 2 mg/sumur
kloramfenikol
Gambar 2. Foto Produk Gel Anti jerawat
Gambar 3. Foto jerawat sebelum dan sesudah memakai gel
Uraian Lengkap Invensi
Permasalahan kulit pada remaja hingga orang dewasa sampai saat ini belum ditemukan
solusinya adalah jerawat. Hingga saat ini obat jerawat yang sudah komersial rata-rata
menggunakan bahan kimia yang berbahaya dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Senyawa aktif yang terdapat pada keong bakau (Telescopium telescopium) dan bakau
(Rhizopora mucronata) dapat menjadi salah satu alternatif bahan baku yang sangat
potensial. Penggunaan bahan baku alami lebih aman dan minim akan resiko
dibandingkan dengan penggunaan bahan sintetis.
a. Hasil Pengujian Logam Berat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak keong bakau sangat potensial
untuk dijadikan bahan baku produk alami, hal ini ditunjukkan dengan rendemen ekstrak
yang cukup tinggi dan tidak mengandung logam berat Pb, Cd, Hg dan As sehingga
aman digunakan sebagai bahan baku pembuatan suatu produk farmasi alami sesuai
syarat dari badan POM. Adapun data penelitian hasil pengujian logam berat disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil analisis logam berat keong bakau (Telescopium telescopium)
Nama Sampel Parameter Hasil Satuan Teknik
analisis
Keong bakau (Telescopium
telescopium)
Pb Ttd* Ppm
AAS Cd Ttd** Ppm
Hg Ttd*** Ppm
As Ttd**** Ppm
Keterangan :
*Ttd = Tidak terdeteksi (LOD = 0,357 ppm)
*Ttd = Tidak terdeteksi (LOD = 0,186 ppm)
*Ttd = Tidak terdeteksi (LOD = 0,002 ppm)
b. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri
Sifat fungsional dari keong bakau ini memiliki fungsi yang sama sebagai
antibakteri dan dapat menggantikan fungsi bahan kimia yang biasa digunakan sebagai
obat jerawat. Hasil pengujian ekstrak keong bakau menunjukkan aktivitas antibakteri
yang cukup kuat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya zona hambat sebesar 9-13 mm,
selain itu uji konsentrasi hambat minimum juga menunjukkan hasil yang negatif
sehingga ekstrak ini sangat potensial dan efektif untuk digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan gel perawat kulit. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak keong bakau
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 menunjukkan bahwa ekstrak keong bakau memiliki aktivitas
antibakteri yang cukup tinggi. Zona hambat yang terbentuk yaitu berkisar antara 10,5-
13 mm untuk bakteri S.aureus dan 9-11,5 mm untuk bakteri S.epidermidis. Zona
hambat tertinggi untuk kedua bakteri dihasilkan oleh sumur yang diisi dengan ekstrak
keong bakau yaitu sebesar 2 mg/20 µL.
Kloramfenikol merupakan salah satu obat golongan antibiotik yang paling
sering digunakan sebagai antibakteri. Kloramfenikol merupakan zat antibakteri murni
(Pelczar dan Chan 2008). Kloramfenikol menurut EFSA (2014) merupakan antibiotik
spektrum luas yang efektif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, serta biasa
digunakan untuk mengobati infeksi pada manusia dan hewan. Hasil penelitian
menunjukkan zona hambat terbesar yaitu 18-20 mm dihasilkan oleh senyawa antibakteri
murni yaitu kloramfenikol yang digunakan sebagai kontrol positif.
Analisis KHM dilakukan untuk mengetahui konsentrasi minimum yang dimiliki
oleh ekstrak keong bakau terhadap bakteri jerawat. Pengamatan KHM terhadap ekstrak
keong bakau dilakukan setiap satu jam sekali selama 24 jam. Metode yang digunakan
dalam pengujian konsentrasi hambat minimum ini adalah metode dilusi cair. Hasil uji
KHM ekstrak keong bakau dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil uji KHM ekstrak keong bakau
Konsentrasi ekstrak (mg/mL) S. aureus S. epidermidis
0,40 - -
0,30 - -
0,20 - -
0,10 - -
0,05
0,01
0
-
-
+
-
-
+ Keterangan : (-) = Jernih (Tidak ada pertumbuhan)
(+) = Keruh (Ada pertumbuhan)
Tabel 2 menunjukkan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak keong
bakau pada jam ke-24 untuk kedua bakteri (S.aureus dan S.epidermidis) yaitu 0,01.
Hasil uji menunjukkan tidak adanya kekeruhan pada masing-masing tabung media cair,
sehingga digunakan konsentrasi 0,01 yang merupakan konsentrasi terkecil. Tabung
media cair yang tidak ditambahkan ekstrak terlihat keruh, hal tersebut menunjukkan
adanya pertumbuhan bakteri. Pengamatan setiap jam menunjukkan aktivitas
penghambatan yang berlangsung selama 24 jam. Nilai KHM dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai KHM yaitu organisme uji, ukuran
inokulum, komposisi media kultur waktu inkubasi dan kondisi inkubasi itu sendiri.
Kondisi inkubasi yang mempengaruhi yaitu suhu, aerasi dan pH (Madigan et al. 2006).
c. Hasil Uji Komponen Aktif
Komponen aktif dari ekstrak keong bakau diketahui dengan melakukan uji
fitokimia. Hasil uji fitokimia menunjukkan terdapat beberapa komponen aktif dalam
sampel ekstrak keong bakau. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa sampel memiliki
senyawa tanin, saponin, fenol hidroquinon, flavonoid dan triterpenoid. Data penelitian
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji fitokimia
Uji Hasil Parameter Dokumentasi
Alkaloid
a. Dragendroff - Tidak terbentuk jingga
b. Meyer - Tidak terbentuk endapan
putih
c. Wagner - Tidak terbentuk endapan
coklat
Tanin ++++ Warna hijau kehitaman
Saponin +++ Busa stabil
Fenol hidroquinon +++ Warna kuning kehijauan
sampai merah
Flavonoid +++ Warna kuning kemerahan
Steroid - Tidak terjadi perubahan
warna
Triterpenoid ++ Lapisan permukaan
berwana kecoklatan
d. Pembuatan dan Pengujian Dermamigo
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ekstrak keong bakau sangat
potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku produk alami gel pelindung kulit.
Formulasi gel yang dibuat berdasarkan pada formula yang telah dibuat oleh Anggraini
et al. (2013). Bahan yang digunakan dalam gel ini meliputi ekstrak keong, Carbopol
940, gliserin, nipagin, nipasol, akuades, TEA, dan parfum. Formulasi gel antijerawat
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Formulasi gel antijerawat dengan ekstrak keong bakau
Bahan Konsentrasi (%)
Ekstrak 0,5
Carbopol 940 1
TEA qs
Parfume 0,1
Gliserin 1
Nipagin 0,18
Nipasol 0,02
Akuades ad 100 Keterangan : qs : Secukupnya
Pengujian efektivitas gel ini dilakukan terhadap 45 orang panelis, dimana 39
orang menyatakan jerawatnya sembuh atau ada penurunan tingkat jerawatnya, dan 6
orang menyatakan tidak merasakan efeknya. Dari yang menyatakan tidak berefek
ternyata jenis jerawatnya adalah jerawat yang keras dan tertutup/jerawat batu, seorang
lagi karena orang tersebut mempunyai kebiasaan menggaruk jerawat secara terus
menerus, sehingga disatu tempat sembuh menular ke tempat lainnya karena tangan
kotor. Bila dibandingkan kontrol positif (obat jerawat komersial). Gel obat jerawat ini
mempunyai efek lebih cepat sembuh (bahkan ada yang sembuh dalam 2 hari) dan bekas
jerawat tidak hitam. Pengujian secara organoleptik, gel ini sangat diterima panelis
karena tampilannya lebih menarik warna putih transparan, tidak membekas. Secara fisik
tidak lengket, dingin dan tidak kaku dikulit seperti tidak menggunakan obat,
Nilai pH produk yang berhubungan langsung dengan kulit wajah harus sesuai
dengan pH penerimaan kulit wajah yaitu sebesar 4,0-5,5 (Priani et al. 2014) dan 4,5-8
(SNI 16-4399-1996). Nilai pH produk yang dihasilkan yaitu berkisar antara 4,49-4,86.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pH gel yang dihasilkan masih sesuai dengan nilai
penerimaan pH kulit dan standar SNI. Selain itu produk ini juga memiliki sifat yang
stabil serta tidak mengandung logam berat Pb, Cd, Hg, dan As seperti yang disayaratkan
badan POM. Hasil pengujian antioksidan produk ini menghasilkan nilai IC50 sebesar
50,19 ppm termasuk mempunyai kandungan antioksidan yang kuat, sehingga
produk ini dapat melindungi kulit dari paparan sinar matahari dan menangkal radikal
bebas.
Klaim
1. Formulasi sediaan gel anti jerawat dari ekstrak keong bakau.
2. Ekstrak keong bakau seperti dinyatakan dalam klaim 1 dilakukan melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Keong bakau dibersihkan, dipreparasi, dan kemudian diblender sampai halus;
b. Bahan tersebut dimaserasi dengan menggunakan pelarut air dengan selama 24
jam pada suhu kamar, dengan perbandingan bahan: pelarut adalah 1:5 (b/v);
b. Melalukan penyaringan untuk memisahkan ampas dengan filtrat menggunakan
kertas whatman no. 42;
c. Filtrat diuapkan dengan vakum evaporator pada suhu 40°C pada tekanan 1
atm;
3. Ekstrak keong bakau yang dihasilkan aman (bebas dari logam berat), merupakan
sumber antibakteri alami dengan nilai konsentrasi hambat minimum bakteri
S.aureus dan S.epidermidis sebesar 0,01 mg/mL, serta memiliki kandungan
komponen aktif berupa tanin, saponin, fenol hidroquinon, flavonoid dan
triterpenoid.
4. Ekstrak yang diperoleh sesuai tahapan yang dijelaskan pada klaim 2 merupakan
sediaan ekstrak yang bisa dibuat sebagai obat anti jerawat
5. Formulasi sediaan gel antijerawat berisi ekstrak seperti yang dijelaskan pada klaim
2 dan bahan lainnya terdiri dari Carbopol 940, gliserin, nipagin, nipasol, akuades,
TEA, dan parfum.
6. Formula pada klem 5 dapat menyembuhkan jerawat, Nilai pH produk sebesar 4,49-
4,86 sesuai yang dengan pH penerimaan kulit wajah, sifat produk stabil, tidak
mengandung logam berat Pb, Cd, Hg, dan As, serta memiliki aktivitas antioksidan
dengan nilai IC50 sebesar 50,19 ppm, sehingga produk ini dapat melindungi kulit
dari paparan sinar matahari dan menangkal radikal bebas.
Abstrak
FORMULASI SEDIAAN GEL OBAT JERAWAT DENGAN BAHAN AKTIF
EKSTRAK KEONG BAKAU (Telescopium telescopium)
Invensi ini berkaitan dengan ekstrak keong bakau Telescopium telescopium
sebagai bahan aktif untuk sediaan gel obat jerawat. Pembuatan ekstrak dimulai
preparasi, maserasi dengan pelarut air selama 24 jam suhu kamar, perbandingan antara
bahan: pelarut adalah 1:5 (b/v), penyaringan dengan kertas Whatman 42, pengeringan
filtrat dengan vakum evaporator suhu 40oC tekanan 1 atm. Ekstrak keong bakau dapat
digunakan sebagai bahan aktif sediaan gel obat jerawat karena mempunyai kemampuan
menghambat bakteri S.aureus dan S.epidermidis dengan nilai konsentrasi hambat
minimum sebesar 0,01 mg/mL. Ekstrak keong bakau juga merupakan antioksidan alami
dengan nilai IC50 sebesar 50,19 ppm. Kandungan komponen aktif berupa tanin,
saponin, fenol hidroquinon, flavonoid dan triterpenoid. Uji toksisitas menunjukkan
bahwa ekstrak ini tidak toksik dan aman. Formulasi sediaan gel antijerawat berisi
ekstrak keong bakau, Carbopol 940, gliserin, nipagin, nipasol, akuades, TEA, dan
parfum. Hasil pengujian menunjukkan Gel dari ekstrak keong bakau dapat
menyembuhkan jerawat. Nilai pH produk sebesar 4,49-4,86 sesuai yang dengan pH
penerimaan kulit wajah, sifat produk stabil, tidak mengandung logam berat Pb, Cd, Hg,
dan As. Produk ini memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 50,19 ppm,
sehingga produk ini dapat melindungi kulit dari paparan sinar matahari dan menangkal
radikal bebas
Gambar-gambar
Gambar 1 Grafik hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak keong bakau terhadap bakteri
penyebab jerawat : 0,5 mg/sumur, 1 mg/sumur, 2 mg/sumur,
2 mg/sumur kloramfenikol
Gambar 2. Foto produk gel obat jerawat keong bakau
Gambar 3. Foto jerawat sebelum dan sesudah memakai gel obat jerawat keong bakau
(2 hari)
0
5
10
15
20
S. Aureus S. Epidermidis
Dia
me
ter
Zon
a H
amb
at
(mm
)