proposal indra

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia berada di wilayah tropis yang menjadikan kondisinya cocok sebagai tempat tumbuh berbagai macam flora, termasuk buah-buahan. Banyak buah-buahan asli Indonesia yang memiliki manfaat kesehatan yang baik, salah satunya adalah buah duwet. Duwet (Syzygium cumini) merupakan salah satu buah lokal Indonesia. Buah duwet memiliki rasa sepat masam dan berwarna ungu jika telah matang. Buah duwet dikenal dengan berbagai sebutan seperti jamblang, juwet, jambu keling, jambolan, atau java plum. Buah duwet termasuk dalam buah buni (bacca) mempunyai dinding buah terdiri dari dua lapisan, yakni lapisan luar (eksokarp atau epikarp) yang tipis dan lapisan dalam (endokarp) yang tebal, lunak dan berair (BPPT 2005). Warna ungu pada buah duwet yang telah masak ini berasal dari antosianin. Antosianin merupakan pigmen warna ungu yang banyak terdapat pada buah dan sayur. Antosianin pada buah atau sayur dapat muncul dalam warna merah, ungu, atau biru, tergantung kondisi keasaman (pH). Antosianin merupakan salah satu sub kelas flavonoid yang penting bagi tanaman. Senyawa ini menarik perhatian serangga sehingga membantu tanaman dalam proses penyerbukan. Antosianin juga mampu melindungi jaringan tanaman dari photoinhibition dan oksidasi yang diakibatkan oleh proses fotosintesis (Einbond 2003). Antosianin juga dapat berperan sebagai sumber antioksidan. Antioksidan dari antosianin ini, menurut Lestario et. al. 1

Upload: tiatami

Post on 02-Dec-2015

307 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Indra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia berada di wilayah tropis yang menjadikan kondisinya cocok sebagai

tempat tumbuh berbagai macam flora, termasuk buah-buahan. Banyak buah-buahan asli

Indonesia yang memiliki manfaat kesehatan yang baik, salah satunya adalah buah duwet.

Duwet (Syzygium cumini) merupakan salah satu buah lokal Indonesia. Buah duwet

memiliki rasa sepat masam dan berwarna ungu jika telah matang. Buah duwet dikenal

dengan berbagai sebutan seperti jamblang, juwet, jambu keling, jambolan, atau java plum.

Buah duwet termasuk dalam buah buni (bacca) mempunyai dinding buah terdiri dari dua

lapisan, yakni lapisan luar (eksokarp atau epikarp) yang tipis dan lapisan dalam (endokarp)

yang tebal, lunak dan berair (BPPT 2005).

Warna ungu pada buah duwet yang telah masak ini berasal dari antosianin.

Antosianin merupakan pigmen warna ungu yang banyak terdapat pada buah dan sayur.

Antosianin pada buah atau sayur dapat muncul dalam warna merah, ungu, atau biru,

tergantung kondisi keasaman (pH). Antosianin merupakan salah satu sub kelas flavonoid

yang penting bagi tanaman. Senyawa ini menarik perhatian serangga sehingga membantu

tanaman dalam proses penyerbukan. Antosianin juga mampu melindungi jaringan tanaman

dari photoinhibition dan oksidasi yang diakibatkan oleh proses fotosintesis (Einbond

2003). Antosianin juga dapat berperan sebagai sumber antioksidan. Antioksidan dari

antosianin ini, menurut Lestario et. al. (2003), relatif lebih aman dibandingkan dengan

antioksidan sintetis yang memungkinkan promosi karsinogenesis, karena buah ini sudah

lama biasa dikonsumsi namun tidak ada laporan mengenai efek samping yang ditimbulkan.

Buah duwet memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena kandungan antosianin

alaminya. hampir sama dengan BHT (Butylated hidroksitoluen), antioksidan sintetik yang

umum digunakan (Lestario et. al. 2003). Kandungan antioksidan yang tinggi ini membuat

buah duwet bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (2005) menyebutkan beberapa manfaat

kesehatan yang dapat diberikan buah duwet, baik daging buah maupun biji buahnya.

Daging buah duwet bermanfaat dalam membantu pengobatan berbagai gangguan

kesehatan, seperti kencing manis, batuk kronis, asma, nyeri lambung, dan diare. Sedangkan

biji buah duwet dapat bermanfaat untuk mengurangi beberapa masalah kesehatan, seperti

kencing manis, diare, disentri, gangguan pencernaan seperti kembung, nyeri lambung, atau

1

Page 2: Proposal Indra

2

kram perut, dan pembesaran limpa. Tidak hanya daging buah dan bijinya yang memiliki

manfaat kesehatan, di Brazil, baik buah, daun, dan kulit kayu tanaman duwet digunakan

dalam perawatan diabetes, disentri, dan diare (Migliato et al. 2009)

Maka dari itu, sangatlah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

kandungan antioksidan pada Syzigium cumini tersebut. Penelitian inipun perlu dilakukan

perbandingan dengan buah lain yang mempunyai kandungan antioksidan yang cukup

tinggi, salah satunya ialah buah Manilkara zapota (L.) van Royen yang sering menjadi

perbincangan masyarakat karena kandungan antioksidan dari buah tersebut cukup tinggi.

Sawo adalah buah yang bernutrisi dan kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk segar.

Serbat, milk shake dan es krim bisa dibuat dari daging buah sawo yang masih segar,

sedangkan lateks yang didapat dari kulit kayu sawo, selama ini digunakan sebagai bahan

utama pembuatan permen karet. Selain itu, sawo jugabisa digunakan sebagai bahan

makanan olahan seperti selai, sirup, atau difermentasi menjadi anggur atau cuka (Balerdi et

al. 2005).

Salah satu varietas sawo di Indonesia adalah Sukatali, sesuai dengan nama desa di

Sumedang tempat tanaman ini banyak tumbuh. Sawo asli desa Sukatali memiliki sejumlah

keistimewaan, antara lain rasanya sangat manis dan tidak mudah busuk. Selain itu, sawo

ini terasa tidak lembek jika ditekan sehingga membuat konsumen sering terkecoh karena

menyangka buah sawo masih mentah.Sawo Sukatali memiliki kandungan gizi yang tinggi.

Kandungan protein,lemak,kalsium, fosfor, zat besi dan vitamin C buah ini dinilai lebih

tinggi dibandingkan apel. Pemeliharaan tanaman sawo khas desa Sukatali ini tidak begitu

rumit, hanya diberi pupuk kandang dan rajin disiangi, pohon sawo akan berbuah

lebat.Penggunaan pestisida juga dihindari,sehingga sawo ini bebas dari bahan kimia.

1.2 Identifikasi Masalah

Syzigium cumini diketahui mampu mengobati penyebab luka diabetes yang lama

sembuhnya dan menjaga kadar kolesterol darah tetap normal (Anonim 2010), mengobati

asma, diare, dan nyeri lambung (BPPT 2005). juga hal yang sering diperbincangkan oleh

masyarakat tentang buah jamblang dan sawo karena memiliki kandungan antioksidan

yang cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji

antioksidan pada kedua buah tersebut.

Page 3: Proposal Indra

3

1.3 Pembatasan Masalah

1. Seberapa tinggikah potensi antioksidan yang terdapat pada buah jamblang

(Syzigium cumini) dan Sawo (Manilkara zapota (L). van Royen) yang diuji

dengan metode DPPH?

2. Manakah konsentrasi sampel yang mampu meredam radikal DPPH ataupun

spektrofotometri?

3. Senyawa antioksidan apa yang terdapat pada buah jamblang (Syzigium cumini)

dan sawo (Manilkara zapota (L). Van Royen) yang dapat diidentifikasi dengan

KCKT/ HPLC?

1.4 Kerangka Pemikiran

Penelitian dimulai dengan pengeringan buah jamblang (Syzigium cumini) dan sawo

(Manilkara zapota (L). Van Royen), kemudian dilanjutkan dengan penggilingan dan

ekstraksi dengan ethanol 70%,etil asetat dan heksan.Ekstrak kental syzigium cumini

dipersiapkan dengan variasi 5ppm, 10ppm, 25ppm, 50ppm dan 100ppm. kemudian

dilanjutkan dengan uji antioksidan dengan mereaksikan ekstrak terhadap radikal DPPH

yang memberikan perubahan warna ungu ke warna kuning pengujian dilakukan duplo

/absorbansi duwet pada panjang gelombang 515nm kemudian pengujian dilanjutkan

dengan HPLC untuk faktor pendukung.

1.5 Hipotesis

1. Pada konsentrasi berapa ekstrak buah jamblang (Syzigium cumini) dan sawo

(Manilkara zapota (L). Van Royen) dapat memberikan aktivitas antioksidan?

2. Apakah buah jamblang (Syzigium cumini) dan sawo (Manilkara zapota (L).

Van Royen) memiliki kandungan Flavonoid, triterpenoid/ steroid, saponin dan

alkaloid?

3. Manakah diantara dua buah tersebut yang memiliki kandungan antioksidan

yang lebih tinggi?

1.6 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan jamblang

(syzigium cumini) dan sawo (Manilkara zapota (L). Van Royen). dan senyawa apa saja

yang mungkin menunjukan reaksi positif sebagai antioksidan pada sampel jamblang

(Syzigium cumini) dan sawo (Manilkara zapota (L). Van Royen).

Page 4: Proposal Indra

4

1.7 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini akan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai potensi

syzigium cumini sebagai antioksidan yang akan berguna untuk kesehatan manusia.

Page 5: Proposal Indra

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Syzigium cumini 1.1.1 Klasifikasi Syzigium cumini

Gambar 1.Buah jamblang (Syzigium cumini) (BPPT,2005)

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Myrtales

Famili: Myrtaceae

Genus: Syzygium

Spesies: S. cumini

2.1.2 Deskripsi Syzigium cumini

Buah duwet dikenal dengan beberapa nama, di Indonesia, seperti Juwet, Jambu

keling, Jamblang, dan Jambolan. Di India, duwet dikenal dengan Jambool dan di Amerika

dikenal sebagai Java plum. Buah duwet berbentuk lonjong sampai bulat telur, sering agak

bengkok. Ukuran buah berkisar antara 1 hingga 5 cm, dengan kulit buah tipis, licin, dan

mengkilap. Warna buah yang telah matang adalah merah tua sampai ungu kehitaman,

kadang-kadang putih. Duwet sering tumbuh dalam gerombolan besar. Daging buah

berwarna putih, kuning kelabu, sampai agak merah ungu dan hampir tak berbau. Buah

duwet memiliki banyak sari buah dengan rasa sepat masam sampai masam manis.Bentuk

biji lonjong dan dapat berukuran sampai 3,5 cm (BPPT 2005). Buah duwet berwarna hijau

5

Page 6: Proposal Indra

6

sebelum masak. Warna hijau kemudian berubah menjadi merah, hingga pada akhirnya

menjadi ungu sampai hitam pada saat buah benar-benar masak.

2.1.3 Kandungan Syzigium cumini

Buah duwet memiliki berbagai manfaat kesehatan karena aktivitas antioksidan yang

tinggi. Sifat antioksidan buah berasal dari antosianin yang menyebabkan warna ungu pada

buah ini. Penelitian yang dilakukan oleh Sari et. al. (2009) menunjukkan bahwa dalam 100

gram buah duwet segar mengandung 6161 miligram antosianin (3430mg/100g kulit buah

kering). Kandungan gizi dalam setiap 100 gram buah duwet, ditampilkan dalam Tabel 1.

Table 1 Kandungan gizi 100 gram buah duwet masak (BPPT, 2005)

Zat giziKandungan gizi

Satuan Jumlah

Energy Kkal 60,00

Karbohidrat Gram 15,56

Protein Gram 0,72

Lemak Gram 0,23

Air Gram 83,13

Vitamin A IU 3,00

Vitamin B2 Mg 0,26

Vitamin C Mg 14,30

Kalsium Mg 19,00

Zat besi Mg 0,19

Fosfor Mg 17,00

Magnesium Mg 15,00

Kalium Mg 79,00

Natrium Mg 14,00

Buah duwet, menurut BPPT (2005), selain mengandung zat gizi seperti yang

digambarkan di Tabel 1, mengandung minyak atsiri, fenol (methylxanthoxylin), alkaloid

(jambosine), asam organik, triterpenoid, resin yang berwarna merah tua mengandung asam

elagat dan tannin.

Kadar antosianin pada buah duwet dipengaruhi tingkat kematangan buah. Lestario et.

al. (2003) meneliti kandungan antosianin pada buah duwet yang dibagi dalam tujuh tingkat

kematangan, mulai buah berwarna hijau, hingga buah berwarna hitam. Kandungan

antosianin pada beberapa tingkat kematangan, menurut penelitian Lestario et. al. (2003)

Page 7: Proposal Indra

7

2.1.4 Manfaat Syzigium cumini

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (2005) menyebutkan beberapa manfaat

kesehatan yang dapat diberikan buah duwet, baik daging buah maupun biji buahnya.

Daging buah duwet bermanfaat dalam membantu pengobatan berbagai gangguan

kesehatan, seperti kencing manis, batuk kronis, asma, nyeri lambung, dan diare. Sedangkan

biji buah duwet dapat bermanfaat untuk mengurangi beberapa masalah kesehatan, seperti

kencing manis, diare, disentri, gangguan pencernaan seperti kembung, nyeri lambung, atau

kram perut, dan pembesaran limpa. Tidak hanya daging buah dan bijinya yang memiliki

manfaat kesehatan, di Brazil, baik buah, daun, dan kulit kayu tanaman duwet digunakan

dalam perawatan diabetes, disentri, dan diare (Migliato et al. 2009).

2.2 Manilkara zapota (L.) van Royen

2.2.1 Klasifikasi Manilkara zapota (L.) van Royen

Gambar 2. Buah Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) (BAPENAS, 2005)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Ebenales

Famili : Sapotaceae

Genus : Manilkara

Spesies : Manilkara zapota (L.) van Royen

Page 8: Proposal Indra

8

2.2.3 Deskripsi Manilkara zapota (L.) van Royen

Sawo atau biasa dikenal dengan nama sapodilla (Amerika Serikat), chiku (India),

chicozapote (Meksiko), kauki (Asia Tenggara), sapote (Cuba), dan banyak nama

lainnya.Nama botani Manilkara dan Achras biasa digunakan dan tidak ada persetujuan

diantara ahli botani dan hortikultura mengenai nama yang tepat.

Sapota (zapota) atau sapote (zapote) biasa digunakan sebagai nama spesies.(Gilly,

1943) dalam (Mickelbart, 1996) pada tulisannya membahas masalah kebingungan

penamaan ini. Rupanya, nama Achras yang diberikan oleh Linnaeus, berdasarkan gambar

dan deskripsi dari ahli botani bernama Plumier. Akan tetapi, tanaman yang dideskrispsikan

oleh Plumier adalah bukan sapodilla, yang mengakibatkan salah penamaan. Gilly

menyarankan Manilkara zapotilla (Jacq.), tetapi tetap saja nomenclature dari spesies ini

masih membingungkan. Menurut (BAPPENAS, 2005), sawo adalah tanaman buah yang

berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Meksiko dan Hindia Barat. Tanaman sawo di

Indonesia telah lama dikenal dan banyak ditanam mulai dari dataran rendah sampai tempat

dengan ketinggian 1200 m diatas permukaan laut, seperti di Jawa dan Madura. Kerabat

dekat sawo dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Sawo Liar atau Sawo Hutan

Kerabat dekat sawo liar diantaranya adalah sawo kecik dan sawo tanjung.

Sawo kecik atau sawo jawa (Manilkara kauki L. Dubard.) dimanfaatkan sebagai

tanaman hias atau tanaman peneduh halaman. Tinggi pohon mencapai 15 – 20 meter,

merimbun dan tahan kekeringan. Kayu pohonnya sangat bagus untuk dibuat ukiran

dan harganya mahal. Sawo tanjung (Minusops elingi) memiliki buah kecil-kecil

berwarna kuning keungu-unguan, jarang dimakan, sering digunakan sebagai tanaman

hias atau tanaman pelindung di pinggir-pinggir jalan.

2) Sawo Budidaya

Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Sawo Manilas

Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya tebal banyak

mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompoksawo manila

antara lain adalah : sawo kulon, sawo betawi, sawo karatsawo malaysia,

sawo maja dan sawo alkesa.

Page 9: Proposal Indra

9

b. Sawo Apel

Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bula telur mirip

buah apel, berukuran kecil sampai agak besar dan bergetahbanyak.

Termasuk dalam kelompok sawo apel adalah : sawo apel kelapa sawo apel

lilin dan sawo duren.

Analisa sawo dari Meksiko Selatan dan komposisinya per 100 gram porsyang bisa

dimakan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2. Analisa sawo dari Meksiko Selatan

Pengukuran Nilai

Kadar air 69.0 – 75,7%

Ascorbic acid 8.9 – 41.4mg/100g

Total asam 0.09 – 0.15%

pH 5.0 -5.3

Total padatan terlarut 17.4 – 23.70 Brix

Karbohidratglukosafruktosasukrosa

5.84 - 9.23%4.47 - 7.13%1.48 - 8.75%

Total gula 11.14 – 20.43%

Starch (kanji) 2.98 – 6.40%

Tannin 3.16 - 6.45%

Sumber : Morton 1987

2.2.4 Manfaat Manilkara zapota (L.) van Royen

Manfaat tanaman sawo adalah sebagai makanan buah segar atau bahan makan olahan

seperti es krim, selai, sirup atau difermentasi menjadi minumananggur atau cuka. Selain

itu, manfaat lain tanaman sawo dalam kehidupanmanusia adalah :

1. Tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis.

2. Tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga.

3. Penghasil buah bergizi tinggi yang dapat dijual di dalam atau luar negeri.

4. Penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet.

5. Penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan rumah tangga

(BAPPENAS, 2005)

Page 10: Proposal Indra

10

2.2.5 Komposisi Manilkara zapota (L.) van Royen untuk setiap 100 gram

Menurut (Leung dan Flores, 1961) (Wenkam, 1990) dalam (Nakasone dan Paull,

1998) komposisi sawo untuk setiap 100 gram porsi yang bisa dimakan disajikan dalam

tabel berikut :

Tabel 3. Komposisi sawo per 100 gram porsi yang bisa dimakan (edible portion)

Proksimat Mineral Vitamin

Energi (kJ)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat(g)

Serat (g)

Abu (g)

Kadar air (g)

393

0.5

1.1

23

1.6

0.4

75

Kalsium (mg)

Fosfor (mg)

Besi (mg)

24

10

1

Thiamine (mg)

Riboflavin (mg)

Niacin (mg)

Vitamin C (mg)

Vitamin A (IU)

0.01

0.01

0.02

15

10

Sumber : Leung dan Flores (1961); Wenkam (1990), dalam Nakasone dan Paull (1998).

2.3 Radikal Bebas

1.1.2 Pengertian Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil,

sangat efektif untuk memperoleh pasangan elektronnya sehingga mengakibatkan reaksi

berantai yang akan menghasilkan radikal bebas baru yang berpotensi merusak

jaringan(Muhilal,2001).radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh (endogen)dan dari

luar tubuh (eksogen).radikal bebas dapat berasal dari tubuh terbentuk melalui beberapa

mekanisme yaitu autooksidasi dan fosforilasi oksidatif (Halliwel dan Gutteridge,

1989).Ferdias (1996) menyatakan bahwa reaksi autooksidasi di dalam tubuh terjadi antara

lipid dan oksigen.reaksi ini berlangsung tiga tahap yaitu:

1. Inisiasi

Merupakan reaksi dimana radikal-radikal bebas terbentuk Hiperperoksida

(ROOH) dapat terbentuk melalui berbagai proses termasuk reaksi singlet

oksigen dengan lipid tidak jenuh atau oksidasi asam lemak tidak jenuh

dikatalisis dengan enzim lipooksigenase.

Page 11: Proposal Indra

11

Contoh : ROOH ROO• + H•

ROOH RO• + •OH

2ROOH RO+H2O+ROO

2. Propagasi

Merupakan reaksi dimana radikal-radikal bebas diubah menjadi radikal-radikal

lain.radikal lipid yang terbentuk pada reaksi inisiasi dapat mengalami reaksi

propagasi melalui pemecahan satu atom hydrogen atau melalui reaksi

oksigenasi dengan molekul oksigen.

Contoh : R• + O2 ROO•

ROO• + R1H ROOH + R1

3. Terminasi

Yaitu reaksi dimana terjadi penggabungan dua radikal dan membentuk produk-

produk stabil

Contoh : ROO• + R1OO ROOR1 + O2

RO• + R1 ROR1

Selain melalui mekanisme autooksidasi,dalam tubuh radikal bebas juga terbentuk

melalui proses reduksi molekul oksigen dalam rangkaian transport electron dalam

mitokondria atau dalam proses lain yang terjadi secara acak dari berbagai proses kimiawi

dalam tubuh.radikal bebas yang terdapat dalam tubuh adalah radikal turunan oksigen atau

oksi-radikal dan sering disebut senyawa oksigen reaktif (ROS).

1.1.3 Pembentukan Radikal bebas

Radikal bebas secara umum dapat terbentuk melalui absorpsi radiasi (ionisasi

uv,radiasi sinar tampak,radiasi panas)atau melalui reaksi redoks.pengaruh radiasi akan

menghasilkan berbagai macam radikal bebas yang kompleks,terutama radikal hydrogen

(H),radikal hidroksil (-OH)dan electron yang siap berinteraksi dengan biomolekul –

biomolekul lain yang berdekatan.

1.1.4 Dampak Negatif Radikal Bebas

Target utama dari serangan senyawa radikal bebas,antara lain :

a. Kerusakan membrane sel

Komponen terpenting membrane sel adalah fosfolipid,glikolipid,protein dan

kolesterol.dua komponen utama mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang

Page 12: Proposal Indra

12

sangat rentan terhadap serangan radikal bebas.terutama radikal hidroksil.radikal

hidroksil dapat menimbulkan reaksi berantai yang dikenal dengan nama

peroksidasi lipid.akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak

menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel,antara lain aldehida

seperti malondiahelhida (MDA),4-hidroksinonenal serta berbagai hidrokarbon

seperti etena (C2H4)dan pentane (C5H12).semuanya dapat mengakibatkan

kerusakan membrane sel yang parah dan membahayakan kehidupan sel (Wijaya.

1996).

b. Kerusakan protein

Radikal bebas dapat merusak protein karena dapat bereaksi dengan asam amino

penyusun protein.diantara asam amino penyusun protein yang paling rawan

adalah sistein.sistein mengandung gugus sulfidril (SH)yang paling rentan terhadap

serangan radikal bebas.

R-SH + OH• R-S• +H2O

2R-S• R-SS-R

Pembentukan ikatan disulfide menimbulkan ikatan intramolekul dan antarmolekul

protein,sehingga protein tersebut kehilangan fisiologisnya.

c. Kerusakan DNA

Radikal bebas merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan

DNA.kerusakan ini mengakibatkan terjadinya mutasi sel dan menimbulkan

penyakit kanker (Halliwel dan Gutteridge,1990).

d. Auto imun

Merupakan pembentukan antibody terhadap sel tubuh sendiri.adanya antibody

terhadap sel tubuh akan mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh.(Halliwel dan

Gutteridge,1990)

e. Penuaan dini

Kerusakan jaringan oleh radikal bebas terjadi secara terus menerus,perlahan-lahan

tetapi pasti.Hal ini disebabkan karena proses pemusnahan radikal bebas dalam

tubuh tidak dapat terjadi secara sempurna.jaringan yang rusak ini akan

mengakibatkan terjadinya proses penuaan(Halliwel dan Gutteridge,1990)

f. Aterosklerosis

Oksidasi LDL merupakan tahap awal terjadinya aterosklorosis serangan radikal

hidroksil pada poli unsaturated fatty acid (PUFA) yang terdapat pada permukaan

Page 13: Proposal Indra

13

LDL mengawali terjadinya reaksi peroksidasi lipid.reaksi ini menyebabkan

modifikasi oksidatif PUFA dan degradasi apolipoprotein B.reaksi tersebut akan

menghasilkan epitope pada apolilpoprotein B.yang menyebabkan LDL

teroksidasi,dapat dikenal dan ditangkap oleh reseptor scavenger pada

makrofag,yang pada akhirnya akan terakumulasi menjadi sel busa pada intima

dinding pembuluh darah (Wijaya, 1996).

1.2 Antioksidan

1.2.1 Definisi Antioksidan

Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, tubuh manusia tidak dapat menghindari

paparan radikal bebas atau oksidan yang membahayakan kesehatan. Radikal bebas

merupakan atom atau molekul dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.

Komponen-komponen reaktif dan produknya ini terbentuk melalui berbagai proses

fisiologis dan biokimia seperti respirasi mitokondria, aktifasi fagosit, maupun aktivitas

oksidasi oleh enzim (Basu et. al.1999).

Radikal bebas derivat oksigen dan prooksidan lain memiliki peranan penting dalam

pembentukan komponen esensial dan aktivasi biologis dari komponen-komponen penting.

Namun, di saat bersamaan, radikal bebas bersifat toksik dan dapat menyebabkan kerusakan

sel melalui oksidasi lipid, protein dan DNA. Selain itu, fungsi sel imun juga dapat

terganggu dengan adanya aktivitas radikal bebas. Salah satu zat yang memperkecil bahaya

dari radikal bebas adalah antioksidan. Antioksidan mengganggu produksi radikal bebas

atau membantu inaktivasi radikal bebas saat terbentuk (Basu et. al. 1999).

Antioksidan dipercaya mampu menangkal oksidasi dari radikal bebas yang dapat

merusak komponen sel (Webb 2007) dan menyebabkan penyakit-penyakit degeneratif

(MacDougall et. al. 2002), seperti penyakit jantung koroner, kanker, diabetes, katarak, dan

arthritis. Barus (2007) juga menyebutkan peran 8 positif lain dari antioksidan untuk

membantu sistem pertahanan tubuh bila ada unsur pencetus penyakit memasuki dan

menyerang tubuh.

Berbagai jenis protein dan enzim yang disintesis dalam tubuh dapat memiliki fungsi

antioksidan (Basu et. al. 1999). Begitu pula dengan beberapa jenis vitamin dan mineral,

seperti vitamin C, vitamin E, dan selenium, memiliki fungsi antioksidan atau merupakan

bagian yang penting dari sebuah sistem antioksidan. Beberapa antioksidan lain tidak

dinyatakan sebagai zat gizi esensial. Namun, sekarang disadari bahwa zat-zat gizi yang

Page 14: Proposal Indra

14

awalnya bukan merupakan zat gizi esensial namun memiliki aktivitas antioksidan dapat

berperan dalam menjaga kesehatan yang optimal dengan menurunkan tingkat oksidasi dari

radikal bebas. Beberapa antioksidan potensial pada makanan tidak dinyatakan sebagai zat

gizi esensial. Senyawa tersebut antara lain karotenoid, flavonoid, fenol, dan polifenol

(Webb 2007).

Senyawa-senyawa yang memberikan sifat antioksidan dapat digunakan secara

terpisah. Namun, sering kali senyawa-senyawa ini digunakan secara bersamaan untuk

memberikan perlindungan yang optimal (MacDougall et. al. 2002). Namun demikian,

belum ada batasan yang pasti asupan harian senyawa antioksidan untuk mencegah

timbulnya penyakit (Basu et. al. 1999).

1.2.2 Antioksidan Alami

Menurut Patt dan Hudson (1990) senyawa –senyawa alami yang umumnya

mempunyai efek antioksidan adalah fenol dan polifenol,serta yang paling umum adalah

flavonoid (flavonol, isoflavon, flavon, katekin, dan flavonon), turunan asam sinamat,

kumarin, tokoferol, dan asam organic polifungsi. golongan senyawa fenolik adalah

komponen bioaktif yang terdapat secara luas pada tanaman.istilah fenolik atau polifenol

dapat didefinisikan secara kimia sebagai suatu senyawa yang memiliki cincin aromatic

mengandung satu atau lebih substitusi OH termasuk turunan fungsional (ester,metal

eter,glikosida).antioksidan alami terutama berfungsi sebagai anti oksidan primer yaitu

sebagai akseptor radikal bebas dan pemecah rantai.senyawa-senyawa fenolik volatile

seperti eugenol,isoeugenol,timol dan sebagainya memiliki aktivitas antioksidan yang

cukup tinggi namun memiliki bau yang terlalu kuat sehingga kegunaannya terbatas sebagai

bahan tambahan pangan sementara itu beberapa jenis antioksidan alami yang lain juga

memiliki beberapa kelemahan.

1.2.3 Metode Analisis Antioksidan

Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk menganalisis daya antioksidan suatu

zat,antara lain :

1. Metode Ruch (Ruch,1989)

Antioksidan akan memusnahkan hydrogen peroksida,serapan diukur pada panjang

gelombang 230nm

2. Metode Iodometri (Lovaas,1992)

Page 15: Proposal Indra

15

Antioksidan akan menurunkan jumlah hidroperoksida yang akan mengoksidasi I-

menjadi I2,I-akan membentuk kompleks I3 yang berwarna kuning,serapan diukur

pada panjang gelombang 360 nm.

3. Metode DPPH (Yen,1995)

Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui donasi atom

hydrogen dan menyebabkan perubahan warna kuning,serapan diukur pada

panjang gelombang 515nm.

4. Metode Oyaizu (Yen, 1995)

Antioksidan akan mereduksi K3Fe(CN)6 yang dalam suasana asam akan

membentuk kompleks Fe4(Fe(CN)6)3yang berwarna biru serapan diukur pada

panjang gelombang 700nm.

5. Metode tiosianat (Yen, 1996)

Antioksidan menurunkan jumlah hidroperoksida yang akan mengoksidasi FeCl2

menjadi FeCl3 yang akan membentuk kompleks berwarna merah dengan asam

tiosianat.serapan diukur pada panjang gelombang 500nm.

1.3 Ekstraksi

1.3.1 Definisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian atau penarikan zat yang diinginkan dari

suatu bahan dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan kelarutan zat yang ingin

diperoleh (Harborne, 1987).Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dalam hal ini dari simplisia nabati menggunakan pelarut yang

sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan(DEPKES

RI,2000)

Ekstraksi dibagi menjadi dua,yaitu ekstraksi padat –cair dan ekstraksi cair-cair

tahapan dalam proses pembuatan ekstrak adalah sebagai berikut (DEPKES RI,2000) :

a. Pembuatan bentuk simplisia,makin halus bentuk simplisia proses ekstraksi makin

efektif –efisien,namun makin halus serbuk maka makin sulit secara teknologi

peralatan untuk tahapan filtrasi .

b. Pemilihan cairan pelarut,factor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan

pelarut adalah selektifitas, kemudahan proses dan bekerja dengan cairan tersebut,

ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan.

Page 16: Proposal Indra

16

c. Separasi dan pemurnian,tujuan dari pemanfaatan ini adalah menghilangkan

(memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa

berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki,sehingga diperoleh

ekstrak yang lebih murni.

d. Pemekatan atau penguapan (evaporasi) adalah peningkatan jumlah parsial solut

(senyawa terlarut) secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kondisi yang

kering, massa kering-rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan.

e. Rendemen adalah perbandingan berat antara ekstrak yang diperoleh dengan

simplisia awal

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi dalam dua kelompok

besar berdasarkan temperature yang digunakan :

1. Cara dingin terdiri dari :

a. Maserasi yaitu proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruang (DEPKES

RI,2000).proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam

karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding

dan membrane sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel

sehingga metabolit sekunder yang ada pada sitoplasma akan terlarut dalam

pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama

perendaman yang dilakukan.

b. Perkolasi,yaitu ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan

(Depkes RI,2000).efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk

senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan

(Darwis, 2000).

2. Cara panas,terdiri dari (Depkes RI,2000)

a. Refluks,yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya,selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin

balik.

b. Soxhlet yaitu ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan

jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik proses ini

sangat baik untuk senyawa yang tahan dengan pemanasan.

Page 17: Proposal Indra

17

c. Digesti yaitu proses maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu)pada

temperature yang lebih tinggi dari pada suhu ruangan,yang secara umum

dilakukan pada temperature 45-50 celcius

d. Infus yaitu ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air (bejana

infus tercelup.

2.6 Kromatrografi Cair Kinerja Tinggi

Dalam KCKT fase gerak yang digunakan adalah cairan sebagai akibatnya fasa gerak

sukar mengalir dalam kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus zat padat. Oleh karena

itu, supaya fase ferak dapat melewati kolom secara cepat maka dibutuhkan pompa yang

bertekanan tinggi.

Prinsip Kerja KCKT adalah dengan bantuan pompa,fase gerak cair yang diairkan

melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukan kedalam aliran fase gerak dengan cara

penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran.karena

perbedaan kekuatan interaksi solut-solut terhadap fasa diam maka terjadilah pemisahan.

Komponen yang lemah interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom terlebih

dahulu.

Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor

kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Jumlah peak dalam kromatrogram

menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak, menyatakan konsentrasi komponen

dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem KCKT dan

mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran KCKT.

Gambar 3. Diagram Skematik sistem KCKT

Page 18: Proposal Indra

18

2.6.1 Keunggulan KCKT Dapat menganalisis senyawa organik yang terurai (labil) pada

suhu tinggi karena KCKT dilakukan pada suhu kamar

a. Dapat menganalisis cupilikan yang berasal dari senyawa-senyawa anorganik

b. Dapat menganalisis cuplikan yang memiliki berat molekul tinggi atau titik

didihnya sangat tinggi seperti polimer

2.6.2 Peralatan KCKT

Persiapan peralatan KCKT meliputi persiapan fase gerak,pompa, injektor,kolom dan

detektor.

a. Fasa Gerak

Fasa gerak untuk KCKT berupa cairan. Sebelum fase gerak dialirkan kedalam

sistem KCKT udara yang mungkin didalamnya dapat dihilangkan dengan cara

digassing terutama apabila digunakan fase gerak air atau pelarut organik yang

polar.

b. Pompa

Untuk KCKT digunakan peralatan yang khusus, digunakan pompa untuk

mengalirkan fase gerak kedalam kolom. Perlatan yang digunakan sebagai pompa

dalam sistem KCKT memiliki beberapa persyaratan:

1. Menghasilkan tekanan hingga 6000 psi

2. Keluaran yang bebeas denyut

3. Kecepatan alir dalam kisaran 0,1 – 10 ml/menit

4. Tahan terhadap korosi

c. Injektor

Injektor adalah tempat memasukan contoh yang akan diuji kedalam sistem

peralatan kromatrografi. Periksalah kondisi injektor sebelum digunakan.ciri

injektor yang baik yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Dapat memasukan zat kedalam kolom secara kuantitatif

2. Memiliki keberulangan yang tinggi

3. Mudah digunakan

d. Kolom

Kolom yang akan digunakan harus dipilih sedemikian rupa agar pemisahan

contoh yang diuji sempurna. Kolom KCKT dibuat dari bahan tabung stainless

stell,walaupun untuk tekanan dibawah 600 psi kolom kaca dapat

Page 19: Proposal Indra

19

digunakan.penyambungan kolom harus dilakukan secara hati-hati agar tidak

terjadi kebocoran.tujuan mengunakan pompa pada kromatrografi cairan kinerja

tinggi adalah untuk mendorong fase gerak masuk kedalam kolom.

2.6.3 Jenis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

a. Kromatrografi Adsorbsi

Kromatografi adsorbsi sangat cocok untuk pemisahan senyawa-senyawa

yang bersifat agak polar. Partikel-partikel silika atau alumina biasanya

digunakan sebagi adsorben. Jenis kromatrografi ini menggunakan fasa gerak

non polar seperti hekasana dan disebut juga kromatrografi fasa normal.

b. Kromatrografi Partisi

Kromatrogarfi partisi sangat cock untuk pemisahan senyawa-senyawa

non polar jenis kromatrografi ini disebut dengan kromatrografi fasa terbalik

karena fasa geraknya lebih polar daripada fasa diam. Salah satu kendala

kromatrografi ini adalah keterbatasan selektivitas sebagai ketidak campuran

kedua fasa. Karena keterbatasan ini maka kromatrografi partisi tidak digunakan

lagi sebagai teknik analisis rutin.

c. Kromatrografi Fasa Terikat

Kromatografi fasa terikat merupakan teknik KCKT yang paling penting

dan paling banyak digunakan saat ini. Dalam hal penerapan kromatrografi fasa

terikat dan kromatrografi partisi memiliki persamaan.

d. Kromatrografi Penukar Ion

Kromatografi penukar ion merupakan teknik pemisahan campuran ion-

ion atau molekul-molekul yang dapat diionkan. Ion-ion bersaing dengan ion-

ion fasa gerak untuk memperebutkan tempat berikatan dengan fasa diam. Dasar

pemisahan kromatrografi ini berasal dari perbedaan afinitas senyawa

bermuatan terhadap permukaan penukar ion.

e. Kromatrografi Ekslusi Ukuran

Ukuran molekul merupakan kriteria utama dalam pemisahan dengan

kromatrografi ekslusi ukuran. Pemisahan terjadi karena solut-solut berdifusi

masuk dan keluar pori-pori paking kolom. Teknik ini berguna untuk

mengkarakterisasi distribusi berat molekul polimer, pemurnian cuplikan

Page 20: Proposal Indra

20

biologis dan pemisahan senyawa-senyawa dengan berat molekul 2000 atau

lebih.

2.6.4 Teknik Elusi

Ada dua teknik elusi dalam KCKT :

1. Teknik Elusi Isokratik

Teknik pemisahan yang tidak melakukan perubahan fase gerak selam proses

pemisahan.

2. Teknik Elusi Gradien

Teknik pemisahan yang melakukan perubahan fase gerak baik pH dan

kepolaran. Efek dari elusi gradien adalah mempersingkat waktu retensi dari

senyawa- senyawa yang tertahan kuat pada kolom

Elusi gradien dapat beberapa keuntungan :

a. Total waktu analisis dapat dierduksi

b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campouran bertambah

c. Ketajaman puncak bertambah

d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada puncak

2.7 Spektrofotometri UV/Visible

Spektrofotometri adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnetik oleh zat pada

panjang gelombang tertentu mendekati monokromatik.molekul dapat menyerap cahaya

elektromagenetik jika frekuensi cahaya sama dengan getaran molekul tersebut.spektrum

absorbsi daerah ultraviolet adalah 190-380 nm sedangkan daerah cahaya tampak adalah

380-780 nm.alat spektrofotometri pada dasarnya terdiri dari :

a. Sumber Cahaya

Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran

radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk

daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar

dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola

lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (λ ) adalah 350 – 2200 nm. Di bawah

kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfram itu tidak memadai untuk spektrofotometer

dan harus digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim adalah lampu tabung tidak

bermuatan (discas) hidrogen (atau deuterium) 175 ke 375 atau 400 nm.

Page 21: Proposal Indra

21

Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah

ultraviolet. Kebaikan lampu wolfarm adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak

bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Sumber cahaya untuk spektrofotometer

inframerah, sekitar 2 ke 15 µm menggunakan pemijar Nernst (Nernst glower).

b. Monokromator

Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya

polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu

(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).

c. Kuvet

Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat

contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Kuvet harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :

Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.

Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.

Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.

Mempunyai bentuk (design) yang sederhana.

Kuvet biasanya terbuat dari kwarsa, plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk

tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah

UV dipakai kuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan kuvet dari kaca tidak dapat

dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk

pengukuran di daerah sinar tampak (visible).

d. Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada

berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik

yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk

atau angka digital. Syarat-syarat ideal sebuah detektor :

Kepekaan yang tinggi

Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.

Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.

Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

Page 22: Proposal Indra

22

2.8 Metode Peredaman DPPH

Gambar 4. Struktur DPPH (Hapsah, 2010)

Penggunaan DPPH dalam menguji aktivitas antioksidan menjadi popular kerena

sederhana, mudah, cepat, dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel.DPPH

merupakan senyawa radikal bebas yang stabil, berbentuk prisma besar berwarna ungu

gelap, mudah larut dalam methanol dan etanol (Windolz, 1993).

Aktivitas antioksidan dari bahan yang diuji dinyatakan aktif bila menghambat

radikal bebas lebih dari 80%, dan dinyatakan sedang bila keaktifan menghambatnya sekitar

50-80%, dan dinyatakan tidak aktif jika menghambat kurang dari 50% (Majeed, 1995).

Prinsip uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan pereaksi DPPH adalah

mereaksikan antioksidan yang terdapat di dalam sampel dengan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil

yang berwarna ungu menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna kuning dan lebih

stabil (Yen dan Chen, 1995).

(Gambar 5.Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH (Magdalena, 2005).

*N-N(C6H5)2

+

↑↓

NO2

NO2NO2

NO2 NO2

NO2

O

O=C

C = C

OH

HC-C-CH2OH

H

1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) As. Askorbat (Vit-C)

OH OH

Page 23: Proposal Indra

23

HN-N(C6H5)2

+

2.9 Skrining Fitokimia

A. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.pada

umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau

lebih atom nitrogen,biasanya sebagai bagian dari system siklik.alkaloid sering kali

beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai sifat fisiologi yang

menonjol ,jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.alkaloid biasanya

tidak berwarna,sering kali bersifat optis aktif,kebanyakan berbentuk kristal tetapi

hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina)pada suhu kamar.

B. Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik.yaitu

skualena.senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit,kebanyakan berupa

alcohol,aldehid,atau asam karboksilat.triterpenoid adalah senyawa tidak

berwarna,berbentuk kristal,sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optic.yang

umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan kimianya.uji yang banyak

digunakan ialah reaksi Lieberman – Burchard (anhidrida asetat H2SO4-P)yanf

dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau dan biru.senyawa

ini terkenal dengan rasa kepahitannya,contohnya limonin,suatu senyawa pahitv yang

larut dalam lemak dan terdapat dalam buah jeruk (Citrus).

C. Saponin

NO2NO2

NO2

O

O=C

C C

OH

HC-C-CH2OH

H

O O

1,1-difenil-2-pikrilhidrazin dihidroaskorbat

Page 24: Proposal Indra

24

Merupakan pembentukan busa sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu

memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti akan adanya saponin.Bila dalam

tumbuhan terdapat banyak saponin akan sukar untuk memekatkan ekstrak alcohol –

air dengan baik,walaupun digunakan penguap putar.karenanya,uji saponin yang

sederhana ialah dengan mengocok ekstrak alcohol – air dari tumbuhan dalam tabung

reaksi dan diperhatikan apakah ada terbentuk busa tahan lama pada permukaan

cairan.

D. Flavonoid

Semua flavonoid,menurut strukturnya,merupakan turunan senyawa induk

flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula,dan semuanya

mempunyai sifat yang sama.dikenal sepuluh kelas flavonoid diantaranya

antosianidin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon dan

auron, flavon dan isoflavon . Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam

air yang dapat diekstraksi dengan ethanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air

setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi (Harbourne, 1987).

2.10 Penetapan Kadar Air Simplisia

Sebagian besar bahan yang ada dialam ini berupa senyawa hidrat atau mengandung

air dalam bentuk terserap,karena itu penetapan kadar air penting untuk memenuhi standar

farmakope edisi keempat ada tiga metoda yang digunakan untuk menetapkan kadar air

yaitu :

a. Metode Titrimetri

Prinsipnya berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan larutan

anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi

dengan ion hidrogen.

b. Metode Azeotropi

Metoda ini menggunakan alat destilasi (alat kelembahan toluene).

c. Metoda Gravimetri

Metoda ini digunakan hanya untuk bahan obat yang berasal dari tanaman

pengeringan menggunakan oven pada suhu 105 derajat celcius selam 5 jam,dan

ditimbang lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai

perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%

(Depkes,1995)

Page 25: Proposal Indra

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 hingga Juli 2013. Penelitian

dilaksanakan di Laboratorium Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi-Bogor, Laboratorium

Virologi LIPI Cibinong-Bogor, dan Laboratorium STTIF (Sekolah Tinggi Teknologi

Industri dan Farmasi) Bogor

3.2 Bahan

Bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah buah jamblang (Syzigium

cumini) yang di dapat dari daerah Dramaga Kabupaten Bogor – Jawa Barat dan dan sawo

(Manilkara zapota (L). Van Royen) yang didapat dari daerah Ciawi kabupaten Bogor –

Jawa Barat, bahan kimia yang dipergunakan diantaranya ethanol 70% teknis, isopropanol,

potassium klorida, sodium asetat, HCl, H2O2, dan DPPH 1 nm.

3.3 Alat

Alat yang dipergunakan diantaranya, grinder, alat-alat gelas, neraca waring blender,

pengering beku, stirrer, sentrifuse, penyaring vakum, rotary vakum evaporator, vortek,

waterbath, Ph meter, lampu UV, thermometer, mikropipet, spektrofotometer dan HPLC

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Penetapan Kadar Air

Masing-masing 100 gram buah dan serbuk kering jamblang (syzigium cumini) dan

dan sawo (Manilkara zapota (L). Van Royen) ditimbang seksama dalam wadah yang telah

ditara,kemudian dikeringkan pada suhu 650C selama 2 hari, dan ditimbang.pengeringan

dilanjutkan dan ditimbang pada jarak waktu 1 jam sampai perbedaan antara dua

penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 8% kadar air dihitung dalam sampel dengan

menggunakan rumus (Depkes RI, 1995)

% kadar air = Bobot awal – Bobot akhir x 100%

Bobot awal

25

Page 26: Proposal Indra

26

3.4.2 Ekstraksi

Bagian buah dari jamblang (syzigium cumini) dan dan sawo (Manilkara zapota (L).

Van Royen) diambil bagian yang baik,setelah itu dicuci bersih lalu dirajang,dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan pada suhu 200C-300C hingga kering sempurna dan digiling

dengan grinder.hasil penggilingan kemudian diayak dengan pengayak ukuran mesh

60.sampel buah syzigium cumini ditimbang 100gr dan direndam dalam masing-masing

pelarut (Etanol 70%,heksan,dan etil asetat)dengan volume 500ml selama 1 x 24

jam ,perendaman dilakukan dengan 5 kali penambahan pelarut pada setiap masing-masing

sampel lalu disaring kemudian masing-masing maserat dipekatkan dengan menggunakan

evaporator dan dihitung rendemen yang didapat dengan rumus :

% Rendemen = Bobot ekstrak x 100%

Bobot awal

3.4.3 Pembuatan Larutan

1. Pembuatan larutan induk sampel

Ditimbang 100 mg sampel ekstrak kental buah jamblang (syzigium cumini) dan

dan sawo (Manilkara zapota (L). Van Royen) dilarutkan dalam 5 ml methanol p,a

sehingga didapat larutan induk dengan konsentrasi 1000 µg/ml

2. Pembuatan larutan uji

Dipipet dari larutan induk sampel sebanyak masing-masing 25µl,250µl,dan 500µl

(larutan I) untuk mendapatkan konsentrasi 5 ppm,10 ppm,25 ppm,50 ppm,dan 100

ppm (dibuat duplo)

3. Pembuatan larutan induk standar

Ditimbang serbuk vitamin C 5mg dan dilarutkan dalam 5 ml methanol p.a

sehingga didapat konsentrasi 1000µg/ml

4. Pembuatan larutan standar

Dipipet dari larutan induk sebanyak masing-masing 15µl,30µl,dan 45µl (larutan

II) untuk mendapatkan konsentrasi 3 ppm,6 ppm,dan 9 ppm (dibuat duplo)

5. Pembuatan larutan DPPH 1 mM

Ditimbang 19,75 mg DPPH dan dilarutkan dalam 50 ml methanol p,a

6. Pembuatan larutan blanko

Dipipet 1 ml DPPH 1 mM dan dilarutkan dalam 5 ml methanol p,a (dibuat duplo)

Page 27: Proposal Indra

27

3.4.4 Pengukuran Larutan Standar KCKT / HPLC

Timbang seksama 100 mg standar ekstrak jamblang Syzigium cumini dan sawo

Manilkara zapota (L.) van Royen ( setara dengan 50 mg Syzigium cumini dan Manilkara

zapota (L.) van Royen ), masukan kedalam labu ukur 100 ml, Tambahkan ± 40 ml pelarut

dan sonikasi hingga larut, Encerkan dengan pelarut hingga tanda batas, kocok hingga

homogen, Pipet 5 ml larutan, masukan kedalam labu ukur 50 ml dan encerkan dengan

pelarut hingga tanda batas, kocok hingga homogen, Saring larutan dengan saringan,

membran filter 0.22µm, Suntikan 20 µm kedalam kromatogaf KCKT

3.4.5 Pengukuran Larutan Sampel

Timbang seksama suspensi setara 5 mg ekstrak Syzigium cumini dan Manilkara zapota

(L.) van Royen, masukan kedalam labu ukur 100 ml, Tambahkan ± 40 ml pelarut dan

sonikasi selama 10 menit, Encerkan dengan pelarut hingga tanda batas, kocok hingga

homogen, Saring larutan dengan kertas saring Whatman, Saring larutan dengan saringan

membran filter 0.22µm, Suntikan 20 µm ke dalam kromatogafi KCKT.

3.4.6 Perhitungan

Keterangan:

Aspl = Serapan Puncak Larutan U

Astd = Serapan Puncak Larutan Baku

Cstd = Konsentrasi Larutan Baku (mg/ml)

0.05 x (potensi baku kerja Metoclopramide HCl / 100)

FP = Faktor Pengenceran (100)

Bj = Berat jenis sampel (g)

Wspl = Berat Sampel (g)

Label Claim = 5mg/5ml

3.4.7 Skrining Fitokimia

1. Uji alkaloid

Masing – masing ekstrak buah jamblang diambil sedikit dan dilarutkan dengan

pelarut asalnya,setelah itu dimasukan kedalam tiga tabung reaksi.kemudian

kedalam masing-masing tabung ditambahkan HCl 2N,tabung 1 ditambahkan asam

Page 28: Proposal Indra

28

encer sebanyak 0,5%.tabung II ditambahkan tiga tetes pereaksi dragendorf.bila

terdapat endapan jingga maka positif mengandung alkaloid,pada tabung ke III

ditambahkan tiga tetes pereaksi meyer.bila terdapat endapan kuning maka positif

mengandung senyawa alkaloid.

2. Uji saponin

Masing-masing ekstrak buah jamblang diambil sedikit kemudian dilarutkan

dengan pelarut asalnya dan saring dengan kertas saring kemudian masing-masing

sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi,ditambahkan 10 ml air panas,lalu

dinginkan,setelah dingin kocok kuat-kuat hingga menimbulkan busa,setelah itu

tambahkan satu tetes HCl 2N,bila busa tidak hilang sampel positif mengandung

saponin.

3. Uji triterpenoid dan steroid

Masing-masing sampel di ambil sedikit dan dilarutkan dengan pelarutnya dan

masukan kedalam masing-masing lempeng tetes tambahkan 1 ml asam asetat

anhidrat, 2ml H2SO4,jika terbentuk cincin hijau atau warna hijau maka positif

mengandung senyawa triterpenoid,sedangkan bila terbentuk cincin biru atau

warna biru maka positif mengandung steroid.

4. Uji flavonoid

Masing-masing sampel diambil sedikit dan larutkan dengan pelarut

asalnya,setelah itu dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambhakan

serbuk Mg dan lima tetes HCl pekat,bila terjadi warna merah jingga atau merah

ungu maka positif mengandung senyawa flavonoid

3.4.8 Uji aktivitas antioksidan

1 ml larutan DPPH 1 mM ditambahkan ke dalam msing-masing larutan sampel

(larutan I) dan 5 ml methanol ,p.a sehingga didapat konsentrasi 5 ppm,10

ppm,25ppm,dan 100 ppm.tambahkan pula 1 ml DPPH 1 mM kedalam larutan standar

(larutan II) sehingga didapat konsentrasi 3 ppm, 6 ppm,dan 9 ppm.kemudian tutup

mulut tabung dengan alumunium foil.semua larutan diinkubasi dalam waterbath pada

suhu 370C selama 30 menit.lalu diukur serapan blanko,standar dan sampel dengan

spektrofotometer visible dengan λ = 515 nm dan dihitung % hambatan antara serapan

DPPH dan sampel dengan rumus :

% Hambatan = Serapan Blanko – Serapan Sampel x 100%

Page 29: Proposal Indra

29

Serapan Blank

Page 30: Proposal Indra

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan

Obat dan Makanan.

Anonim, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Direktorat Jendral

POM.

Anonim. 2010. Segudang Khasiat Duwet Cegah Kolesterol Hingga Obati

Diabetes.www.suaramedia.com (1 maret 2011).

Anonimous.2011.Larutan.Diambildari,http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/

larutan .html. (08 Oktober 2011, Pukul 20.40)

Anonimous. 2011.Metoclopramide. Diambil dari http://www.dechacare.com/Metoclo

pramide- Hcl-P759 html (07 Oktober 2011, Pukul 19.30)

Anonimous. 2011. Solutiones. Diambil dari http://farmasiabis.blogspot.com/2011/04

/Solutiones-larutan.html.

Barus P. 2009. Pemanfaatan Bahan Pengawet dan Antioksidan Alami pada industry Bahan

Makanan. Disampaikan pada pidato pengukuhan jabatan guru besar universitas

Sumatera Utara.

Basu K T. Temple N J. Garg M L. 1999.Antioxidant in Human Health and

Disease.Wallingford : CAB International Publishing.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 2005. Tanaman obat

Indonesia.www.iptek.net.id/ind/pd/tanobat (7Maret 2011).

BAPPENAS. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2005. Teknologi Tepat Guna Warintek – Menteri Negara Riset dan Teknologi. Ttg-Budidaya Pertanian Sawo. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2& id=170. [1 Maret 2008].

Darwis, D. 2000.Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam

Hayati – Workshop Pengembangan Sumber Daya Alam Manusia Dalam Bidang

Organik Bahan Alam Hayati.Padang : Fakultas MIPA Universitas Andalas.

Einbond L S et al. 2004. Anthocyanin Antioxidant from Edible Fruits. Food Chemistry 103

: 935 – 943.

Farmakope Indonesia Edisi IV. 1995. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

30

Page 31: Proposal Indra

31

Ferdias, D. 1996. Antioksidan non – gizi bahan pangan penangkal senyawa

radikal.Makalah disajikan dalam seminar senyawa radikal dan system

pangan.Reaksi Biomolekuler, Dampak Terhadap Kesehatan dan

Penangkalan.Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi Kedutaan Besar

Perancis,Jakarta.

Halliwel B. And JMC,Gutteridge. 1990.Free Radical in Biology and Medicine.Claderon

Press. Oxford.Hlm 412-438.

Harbourne, J.B 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan (Padmawinata K.,penerjemah).Bandung : ITB. Hlm 21-24,1535 – 1536.

Lestario L N. Suparmo. Raharjo S. Tranggono. 2003. Perubahan Aktivitas Antioksidan,

Kadar Antosianin dan Polifenol pada Beberapa Tingkat Kematangan Buah Duwet

(Syzigium cumini). Agritech J 25 (4):169-172.

Lovaas, E., A. 1992. Sensitive Spectrofhotometric Methode for Lipid Hydroperokside

Determination.JAOCS : 69, 777-778.

Macmilan H. F. 1991. Tropical Planting and Gardening 6 edition. Kuala lumpur: Malayan

Nature Society

MacDougall D B et.al,2002. Colour in Food. Boca Raton:CRC Press.

33Miglaito K F et all,2009. Total polyphenols from Syzigium cumini (L). Skeels Fruit

Extract. Brazilian J Pharmaceutical Science 45: 121 - 126

Muhilal, 2001. Peranan Suplementasi Antioksidan Terhadap Kesehatan.Makalah disajikan

dalam Seminar Nasional dan Lokakarya Pemahaman dan Konsep Radikal Bebas dan

Peranan Antioksidan dalam meningkatkan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010.

Bandung : Pusat Penelitian Universitas Padjajaran

Mickelbart, M.V. 1996. Sapodilla: A Potential Crop for Subtropical Climates. p.439-446. In: J.Janick (ed.), Progress in new crops. ASHS Press, Alexandria,VA. http://www.hort.purdue.edu/newcrop/proceedings1996/V3-439.html. [21 Februari 2008]

. Morton, J. 1987. Sapodilla. p. 393–398. In: Fruits of warm climates. Julia F. Morton,

Miami, FL. http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton / sapodilla.html. [21 Februari 2008].

Nakasone, H.Y., Paull, R.E. 1998. Tropical Fruits. CAB International,Wallington.

Pratt, D. E, dan B.J.F. Hudson. 1990. Natural Antioksidant Not Exploited

Commercialy.Didalam : Hudson B.J.F (ed).Food Antioksidant .Hlm 171-

192.Elseiver Applied Science, New York.

Page 32: Proposal Indra

32

Sari P.Wijaya C H. Sajuthi D. Supratman U. 2009. Identifikasi Antosianin Buah Duwet

(Syzigium cumini) Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi – Diode –Array

Detection. http://jurnal –itp.net/index.php/files/article/249 (17 maret 2011)

Syarifudin Muhammad. 2010. Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) Di PT

Promedrahardjo Farmasi Industri Parungkuda-Sukabumi :Sukabumi. Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Industri Sekolah Analis Kimia Bogor.

Webb G P . 2007.Dietary Supplements and Functional Foods. Oxford : Blackwell

Publishing Ltd.

Wijaya, A. 1996. Radikal Bebas dan Parameter Status Antioksidant. Forum Diagnostikum

I.Hlm. 1 – 11.

Yen, G.C., and H.Y Chen, 1995.Antioksidant Activity of various tea ekstracts in Relation

to Their Antimutagenicity. Vol 43. American Chemical Society, USA : 27 – 32.

Page 33: Proposal Indra

33

LAMPIRAN 1

BAGAN PENELITIAN

Buah Syzigium cumini dan Manilkara zapota (L). Van Royen

100 gr

Penetapan kadar air 5 gr buah Syzigium cumini dan Manilkara

zapota (L). Van Royen

Maserasi(Etanol 70%,Etil asetat,Heksan)

Maserat

Etanol 70%

Etil asetatHeksan

Evaporasi

Ekstrak kental

Rendemen

Etil Asetat HeksanEtanol 70%

Skrining FitokimiaUji aktivitas antioksidan

Spektrofotometriλ = 515 nm

KCKT/HPLC

Alkaloid Saponin Flavonoid Terpenoid & sterodi

Dikeringkan t=200C-300C,selama 5 hari

Digiling sampai ukuran mesh 60