proposal edit

52
BAB I PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan terlepas dari kontaminasi berbagai polusi, seperti asap rokok, polutan radiasi, pestisida, bahan-bahan kimia beracun, asap kendaraan bermotor dan berbagai bahan makanan, kesemuanya ini merupakan produsen dari radikal bebas. Radikal bebas ini sangat berbahaya terutama terhadap kesehatan, karena sifatnya yang sangat tidak stabil. Ketidakstabilan disebabkan oleh karena adanya atom yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron tunggal ini selalu berusaha untuk mencari pasangan elektron dari molekul lain sehingga sifatnya reaktif. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara produk radikal bebas dengan netralisasi oleh suatu sistem anti oksidan tubuh. Jika jumlah radikal bebas melebihi kemampuan tubuh menetralisasinya maka dapat menyebabkan stress 1

Upload: sarimulyani

Post on 30-Dec-2015

72 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Edit

BAB I

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan terlepas dari kontaminasi

berbagai polusi, seperti asap rokok, polutan radiasi, pestisida, bahan-bahan kimia

beracun, asap kendaraan bermotor dan berbagai bahan makanan, kesemuanya ini

merupakan produsen dari radikal bebas. Radikal bebas ini sangat berbahaya

terutama terhadap kesehatan, karena sifatnya yang sangat tidak stabil.

Ketidakstabilan disebabkan oleh karena adanya atom yang memiliki satu atau

lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron tunggal ini selalu berusaha untuk

mencari pasangan elektron dari molekul lain sehingga sifatnya reaktif. Dalam

keadaan normal terdapat keseimbangan antara produk radikal bebas dengan

netralisasi oleh suatu sistem anti oksidan tubuh. Jika jumlah radikal bebas

melebihi kemampuan tubuh menetralisasinya maka dapat menyebabkan stress

oksidatif yang dapat memicu pengrusakan molekul makro pembentuk sel seperti,

karbohidrat, lemak dan deoksiribose nucleic acid (DNA), akibatnya sel menjadi

rusak dan menyebabkan penyakit degeneratif seperti katarak dan kanker (Anonim,

2008).

Untuk mencegah timbulnya penyakit ini asupan antioksidan dari luar

sangat dibutuhkan. Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisir radikal bebas

sehingga elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron dari

antioksidan sehingga radikal menjadi stabil. Antioksidan merupakan senyawa

yang mampu menghambat oksidasi dari molekul lain. Tubuh kita tidak

1

Page 2: Proposal Edit

mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang berlebihan, sehingga jika terjadi

paparan radikal yang berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen.

Namun dengan adanya kekhawatiran terhadap efek samping dari antioksidan

sintetik sehingga antioksidan alami menjadi alternatif yang terpilih (Sunarni et al.,

2007).

Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang

disebabkan species oksigen reaktif, mampu menghambat penyakit degeneratif,

serta mampu menghambat peroksidasi lipid pada makanan. Beberapa tahun

terakhir terjadi peningkatan minat untuk mendapatkan antioksidan alami. Studi

menunjukkan senyawa fenolik seperti flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan

penangkap radikal superoksida (Cos et al., 2001; Gulcin et al., 2004).

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenol alam dan telah

diketahui memiliki aktifitas sebagai antioksidan, sehingga flavonoid termasuk

salah satu antioksidan alami. Antioksidan berpotensi dalam mencegah

pembentukan radikal bebas dengan cara menangkap dan mengikat radikal bebas

tersebut (Okawa et al; 2001).

Salah satu kelompok tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

sebagai makanan adalah genus Garcinia atau manggis-manggisan. Banyak species

dari genus Garcinia ini mengandung senyawa dengan aktivitas biologis yang

sangat menarik, diantaranya sebagai anti asma, diare, disentri, penurun panas, obat

batuk dan obat setelah melahirkan, amandel, penyakit kulit (Tjahjaningtyas,

2011).

Diantara species dari genus Garcinia yang memiliki aktivitas antioksidan

adalah Garcinia mangostana Linn yang dikenal dengan nama manggis yang

2

Page 3: Proposal Edit

dijumpai tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan

hasil penelitian, tumbuhan ini mengandung senyawa golongan xanthon yang

memiliki banyak aktivitas seperti antimikroba, antioksidan, anti tumor dan

sitotoksik serta anti malaria.

Setidaknya ada 40 jenis xanthon yang tedapat pada kulit buah manggis,

diantaranya adalah mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostenon B,

trafezifolixanthone, tovophylin B, alpha mangostin, beta mangostin, garcinon B,

mangostanol, Flavonoid, epikatekin, garciniafuran, mangoxanthone dan gartanin.

Sebuah riset membuktikan, xanthone dikulit manggis terbentuk sejak buah

berumur satu bulan setelah bunga mekar. Pada umur satu bulan, kadar xanthone

dikulit manggis sebesar 14,67 mg/g, kadar xanthone pada buah umur dua bulan

sebesar 16,21 mg/g, umur tiga bulan 15,74 mg/g, dan umur empat bulan 15,68

mg/g. Kadar xanthone justru lebih meningkat jika buah disimpan hingga empat

minggu setelah dipetik mencapai 34,36 mg/g (Mardiana, 2011).

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan penetapan kadar

flavonoid total dan uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kulit buah muda

dan matang Garcinia mangostana Linn dengan menggunakan metoda

Spektrofotometri UV-Vis.

2.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

Apakah pengaruh perbedaan asam dalam proses ekstraksi terhadap

kadar alkaloid total dari daun bandotan.

3

Page 4: Proposal Edit

2.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh perbedaan asam dalam proses ekstraksi

terhadap alkaloid total daun bandotan.

2.4. Hipotesa Penelitian

H0 : Ekstrak kulit manggis yang diuji tidak mempunyai aktivitas

antioksidan dan tidak memiliki perbedaan kandungan flavonoid total.

H1 : Ekstrak kulit manggis yang diuji mempunyai aktivitas antioksidan dan

memiliki perbedaan kandungan flavonoid total.

2.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah apabila tujuan penelitian tercapai, maka hasil

penelitian akan bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan

menyusun standarisasi mutu obat bahan alam.

4

Page 5: Proposal Edit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Biologi Bandotan ( Ageratum conyzoides, L. )

2.1.1. Klasifikasi

Klasifikasi dari tanaman manggis adalah sebagai berikut (Rukmana,

2003):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Guttifernales

Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana Linn

2.1.2. Morfologi

Merupakan pohon besar, bergetah, memiliki daun ellip yang mengkilap,

bunga tunggal berwarna merah muda dan bulat dengan kelopak yang tebal dan

kuat pada dasar (Rukmana,2003). Manggis merupakan salah satu tanaman buah

tropika yang pertumbuhannya paling lambat, tetapi umurnya juga paling panjang.

Tanaman yang berasal dari biji umumnya membutuhkan 10 – 15 tahun untuk

mulai berbuah. Tingginya mencapai 10 – 25 meter dengan ukuran sedang serta

5

Page 6: Proposal Edit

tajuk yang rindang berbentuk piramida. Diameter batang 25 – 35 cm dan kulit

batang kayu biasanya berwarna cokelat gelap atau hampir hitam, kasar dan

cenderung mengkelupas. Letak daun berhadapan, merupakan daun sederhana

dengan tangkai daun pendek yang berhubungan dengan tunas, panjang tangkai

daun 1,5 – 2 cm dengan helaian daun berbentuk bulat telur, bulat panjang atau elip

dengan panjang 15 – 25 cm x lebar 7 – 13 cm mengkilap, tebal dan kaku, ujung

daun meruncing (acuminate) dan licin (glabrous). Bunganya bersifat uniseksual

dioecious (berumah dua), Bunga memiliki empat sepal dan empat petal dengan

tangkai bunga pendek dan tebal berwarna merah kekuning-kuningan, Buah

berbentuk bulat atau agak pipih dan relatif kecil dengan diameter 3,5-8 cm

(Qosim, 2009).

2.1.3. Sejarah dan Penyebaran

Manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara,

yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini

menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka,

Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Tanaman manggis merupakan

tanaman asli asia tenggara khususnya Indonesia (Akao et al., 2008).

2.1.4. Penggunaan

Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak kulit manggis mempunyai

aktivitas melawan sel kanker meliputi breast, liver, dan leukemia. Selain itu, juga

digunakan untuk antihistamin, antiinflamasi, menekan sistem saraf pusat, dan

tekanan darah (Heyne,1987).

6

Page 7: Proposal Edit

2.1.5. Kandungan Kimia

Daging buah mengandung Karbohidrat (14%) terutama gula invert dan

sukrosa, asam sitrat (0,5%), pectin dan tannin (7-14%). Kulit kayu, kulit buah dan

lateks kering menghasilkan xanton (gambar 1), α mangostin, β-mangostin, dan γ-

mangostin, garsinon, flavonoid dan tanin (Pradipta, et al; 2006).

Gambar 1. Struktur Kimia Xanton

2.2. Tinjauan Kimia

2.2.1. Alkaloid

Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol alam yang merupakan

golongan metabolit sekunder yang merata pada tumbuhan. Flavonoid

mengandung atom karbon dalam cincin dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi

C6-C3-C6 yaitu dua cincin fenil yang terikat pada rantai karbon propana yang dapat

atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1998).

Struktur umum dari flavonoid adalah sebagai berikut:

Gambar 2 : Struktur umum flavonoid

7

Page 8: Proposal Edit

Modifikasi lain dari struktur menghasilkan penambahan atau pengurangan

gugus hidroksil, metilasi gugus OH atau inti flavonoid, iso prenasi gugus OH atau

inti flavonoid, dimerisasi (pembentukan biflavonoid). Glikosilasi gugus OH

(pembentukan flavonoid-O-glikosida) atau inti flavonoid (pembentukan

flavonoid-C-glikosida). Berdasarkan tingkat oksidasi rantai propan flavonoid

dapat dibedakan atas beberapa golongan antara lain yaitu flavon, flavonol,

flavanon, isoflavon, kalkon, dihidroksi kalkon, auron, antosianidin, katekin,

flavan 3,4-ddiol (leukuantosianidin).

2.2.1.1. Monografi Flavonoid

Flavonoid merupakan suatu senyawa polar karena adanya sejumlah gugus

hidroksil bebas sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti metanol, etanol,

butanol, aseton, dimetil sulfoksida, dimetil formamida dan air. Adanya gula yang

terikat pada flavonoid menyebabkan flavonoid ini lebih mudah larut dalam air dan

dengan demikian campuran pelarut polar diatas dengan air merupakan pelarut

yang baik untuk glikosida. Sebaliknya aglikon yang kurang polar seperti

isoflavon, flavonon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah

larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform. Aglikon ini adalah suatu polifenol,

karena itu mempunyai sifat seperti senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut

dalam basa (Harborne J B, 1987).

2.2.2. Identifikasi Flavonoid

Sebanyak ± 4 gram sampel dipotong halus dan didihkan dalam 25 mL

etanol, saring selagi panas. Filtrat yang didapat di uapkan sampai setengahnya,

kemudian tambahkan asam klorida pekat 1 mL dan serbuk logam Mg. Adanya

8

Page 9: Proposal Edit

flavonoid ditandai dengan timbulnya warna orange sampai merah (Simes et al.,

1959).

2.2.3. Penetapan Kadar Flavonoid

Sebanyak 0,5 mL ekstrak ditambahkan 1,5 mL metanol, 0,1 mL

aluminium klorida 10 %, 0,1 mL natrium asetat 1M, dan 2,8 mL air suling,

selanjutnya larutan dihomogenkan. Biarkan selama 30 menit diukur serapan pada

panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis.

2.2.4. Isolasi Flavonoid

Isolasi dilakukan terlebih dahulu dengan mencuci dan merajang kulit

manggis, ditimbang lalu diekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan maserasi,

perkolasi dan sokletasi. Menggunakan pelarut yang sesuai dengan kepolaran

flavonoid yang akan dianalisis. Selanjutnya ekstrak dipekatkan sampai volume

sepertiganya. Ekstraksi ini dibebaskan dari senyawa-senyawa non polar dengan

memakai n-heksan dan etanol untuk menarik senyawa-senyawa polar. Ekstrak

yang mengandung flavonoid difraksinasi dengan pelarut yang cocok kemudian

dipekatkan dengan dengan menggunakan Rotary evaporator. Pemisahan

flavonoid dengan jumlah besar dipisahkan dengan menggunakan kromatografi

kolom (Harborne J B, 1987).

2.2.5. Bioaktifitas Flavonoid

Flavonoid merupakan komponen umum yang terdapat dalam makanan

manusia. Pemasukan flavonoid melalui makanan berasal dari sayur-sayuran,

buah-buahan, biji-bijian dan sumber makanan lain. Konsumsi flavonoid ini pasti

memberikan bioaktifitas didalam tubuh manusia.

9

Page 10: Proposal Edit

Telah diketahui bermacam-macam bioaktifitas flavonoid antara lain

sebagai anti hipertensi, anti tumor, hepatoprotektor dan anti diabetes (Arkara,

2007).

Kuersetin sebagai salah satu flavonoid akan banyak dijumpai, dapat

mencegah kanker dengan manghambat sintesa DNA dan RNA sel, sistim transpor

laktat, pertumbuhan dan proliferasi sel tumor secara in-vitro terutama terhadap

kanker. Disamping itu kuersetin juga dapat digunakan sebagai alternatif

pencegahan diabetes melitus dengan menghambat kerja enzim aldosa reduktase

dalam pembentukan sorbitol (Karimah, 1991 ; Sajuthi)

Flavonoid lain yang dilaporkan yang mempunyai aktifitas anti kanker di

antaranya katekin, rutin, hesperedin dan kaemferol. Flavonoid sebagai anti kanker

diduga ia dapat bersifat sebagai antioksidan.

Mekanisme flavonoid sebagai antioksidan diduga karena ia dapat

mengikat radikal bebas yang dapat merangsang sel normal menjadi ganas.

Flavonoid dapat menghambat sintesis RNA dan DNA pada sel kanker sehingga

dapat menghambat pertumbuhan dan poliferasi sel kanker.

2.2.6. Sifat Fisika dan Kimia Flavonoid

Flavonoid merupakan amorf yang berwarna kuning atau kekuningan.

Umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol,

aseton, dimetilsulfoksida, air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada gugus

aglikon menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air, sebaliknya aglikon

bersifat kurang polar seperti isoflafon, flavanan dan flavon serta flavonol yang

termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam eter dan klorofom (Markham,

1988). Flavonoid jika berkontak dengan oksigen maka akan terurai.

10

Page 11: Proposal Edit

Golongan flavonoid akan menunjukkan warna kuning, sedangkan khalkon

dan auron menunjukkan perubahan warna dari kuning menjadi merah. Reaksi

flavonoid dengan FeCl3 memberikan warna hijau sampai kehitaman, tetapi reaksi

ini tidak dapat menunjukkan golongan flavonoid.

2.2.7. Biosintesa Flavonoid

Kerangka dasar flavonoid yang terdiri dari 15 atom karbon berasal dari

dua jalur sikimat dan jalur asetat malonat (jalur poliketida) biosintesa dimulai

dengan kondensasi asam 4-hidroksisinamat dan triketida membentuk khalkon.

Reaksi ini dikatalis oleh enzim khalkon isomerase, khalkon mengalami siklisasi

membentuk dasar flavanon. Pola oksigenasi yang berbeda pada cincin aromatis

diperoleh dari jalur poliketida dan jalur sikimat.

2.2.8. Penggolongan Flavonoid

1. Aglikon flavonoid

Ada beberapa jenis aglikon flavonoid seperti kalkon, flavonon,

dihidrokalkon, flavon, flavonol, auron, isoflavon, dihidroflavonol, retenoid

dan antisianidin. Kalkon dan auron mempunyai struktur dengan cincin

yang terbuka dan diberi penomoran yang berbeda dengan flavonoid

lainnya. Kalkon dan auron sedikit ditemui dialam seperti halnya flavonon,

leuko antosianin. Sedangkan flavonoid yang banyak ditemui di alam

adalah flavonol, flavon dan antosianidin. Flavonon diperoleh dari reduksi

flavon dan dihidroksiflavonol dari reduksi flavonol (Markham, 1988).

11

Page 12: Proposal Edit

2. Flavonoid O-glikosida

Flavonoid biasanya terdapat dalam bentuk O-glikosida, dimana satu

gugus hidroksil flavonoid atau lebih berikatan dengan gugus hidroksil dari

gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam. Gugus hidroksil

pada setiap inti flavonoid dapat diglikosilasi, tapi pada kenyataannya

gugus hidroksil pada tempat tertentu lebih mudah terglikolisasi

dibandingkan dengan tempat lain, seperti pada posisi 7-OH pada flavon,

isoflavon dan dihidroflavon. Pengaruh glikolisasi tersebut menyebabkan

flavonoid menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air

(Markham, 1988).

Gula yang paling umum pada flavonoid O-glikosida adalah glukosa,

galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa. Disakarida juga sering

didapatkan pada flavonoid seperti gentibiosa, soforosa, rutinosa,

neohesperisida, kadang-kadang trisakarida bahkan tetrasakarida

(Markham, 1988).

3. Flavonoid C-glikosida

Flavonoid C-glikosida merupakan flavonoid dengan struktur yang khas,

dimana ikatan antara gula dengan aglikon adalah ikatan karbon-karbon.

Jenis aglikon flavonoid yang dijumpai sangat terbatas. Yang umum

dijumpai adalah flavon C-glikosida. Jenis gula yang terikat adalah glukosa,

galaktosa, ramnosa, xilosa dan arabinosa. Ikatan C-glikosida lebih tahan

asam dibandingkan ikatan flavonoid O-glikosida (Harborne, 1976;

Markham, 1988).

12

Page 13: Proposal Edit

4. Flavonoid sulfat

Flavonoid sulfat termasuk flavonoid yang mudah larut dalam air,

senyawa ini mengandung satu atau lebih ion sulfat yang terikat pada

hidroksi fenol atau gula. Senyawa ini sebenarnya bisulfat karena terdapat

sebagai garam kalium yaitu O-SO3KS. Banyak yang berupa glikosida

bisulfat pada bagian hidroksi fenol mana saja yang masih bebas atau pada

gula (Markham, 1988).

5. Biflavonoid

Biflavonoid merupakan flavonoid dimer. Flavonoid yang biasanya

terikat adalah flavon dan flavonon yang secara biosintesis mempunyai pola

oksigenasi yang sederhana pada 5,7,4 atau kadang-kadang 5,7,3,4 dan

ikatan antar flavonoid berupa ikatan karbon-karbon atau ikatan eter.

Monomer flavonoid yang tergabung menjadi flavonoid dapat berjenis

sama atau berbeda dan letak ikatannya berbeda. Sifat fisika dan kimianya

menyerupai sifat monoflavonoid pembentuknya. Senyawa ini jarang

ditemukan dalam bentuk glikosida dan penyebarannya terbatas terutama

pada Gymnospermae (Harborne, 1987).

6. Aglikon Flavonoid Yang Optik Aktif

Flavonoid ini mempunyai atom karbon asimetrik sehingga

menunjukkan keaktifan optik. Yang termasuk golongan flavonoid ini

adalah flavonon, dihidroflavonol, katekin, pterokarpan, dan beberapa

biflavonoid (Markham, 1988).

13

Page 14: Proposal Edit

2.3. Antioksidan (Fessenden, 1997)

Senyawa antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi

oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Senyawa ini dapat menyumbangkan

elektronnya pada radikal bebas sehingga radikal bebas akan menjadi senyawa

yang stabil.

Tubuh manusia juga memproduksi senyawa antioksidan yang disebut anti

oksidan enzimatis, seperti :

a. Superoksida dismutase (SOD), enzim ini mengkatalis dismutasi O2-

menjadi H2O2.

b. Katalase mendegradasi H2O2 menjadi H2O + 1/2 O2.

c. Glutation peroksidase mengkatalis reduksi H2O2 dengan menggunakan

glutation tereduksi.

2.3.1. Pembagian antioksidan

Anti oksidan dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan mekanisme

kerjanya yakni (Winarsi, H., 2007 ; Harliansyah) :

1. Antioksidan primer

Anti oksidan primer ini bekerja untuk mencegah pembentukan

senyawa radikal bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada

menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal

bebas ini sempat bereaksi. Contoh antioksidan ini adalah enzim

peroksida dismutase (SOD), glutation peroksidase, peroksidase/katalase

dan glutation.

14

Page 15: Proposal Edit

2. Antioksidan sekunder

Antioksidan ini berfungsi menangkap senyawa radikal bebas serta

mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder yaitu

vitamin E, vitamin C, beta karoten asam urat, bilirubin dan albumin.

3. Antioksidan tersier

Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan

yang disebabkan radikal bebas. Contohnya adalah enzim metionin

sulfoksidan reduktase yang memperbaiki DNA pada inti sel.

2.3.2. Metoda pengujian Aktivitas Antioksidan (Arjuna, 2004)

Metode uji aktivitas antioksidan secara in vitro dilakukan dengan cara:

1. Metode yang menggunakan reaksi kimia

Metode yang digunakan sangat bervariasi, tetapi berdasarkan prinsip

yang sama. Radikal bebas secara in vitro, misalnya dengan mengoksidasi

dopamin, sisten xantin / xantin oksidase, atau dengan menggunakan sinar

ultraviolet. Sistem-sistem ini dapat membentuk anion superoksida atau

hidrogen peroksida yang dapat mengalami reaksi rantai dengan adanya

ion metal. Senyawa-senyawa seperti ABTS (2,2-azinobis (3-

etilbenzothiazolin-6-sulfonat)). Feri thiosianat, DPPH (1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil) dapat menghasilkan radikal secara terkontrol. Reaksi

antara radikal bebas dengan antioksidan kemudian diukur dengan

berbagai cara berdasarkan teknik spektrofotometri.

2. Metode yang menggunakan material biologis

15

Page 16: Proposal Edit

Teknik berdasarkan kultur seluler dari berbagai sel ini telah banyak

digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan. Keuntungan teknik ini

adalah karena lebih mendekati proses yang terjadi secara in-vivo. Pada

dasarnya sel merupakan media biologis yang bersifat komplek dan dapat

memetabolisme komponen yang diuji. Pengujian aktivitas antioksidan

menggunakan hewan percobaan dan dapat dilakukan dengan cara:

Mengukur viabilitas seluler dengan cara menghitung dengan

mikroskop. Senyawa-senyawa oksigen reaktif umumnya

menurunkan viabilitas seluler, sebaliknya senyawa antioksidan

mengembalikan viabilitas normal.

Analisa laktodehidrogenase (LDH) intraseluler, LDH merupakan

ciri viabilitas seluler.

2.4. Radikal bebas DPPH (Molyneux, 2004)

Radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazl) merupakan radikal yang

stabil pada suhu kamar karena adanya delokalisasi elektron pada molekul

sehingga elektron pada molekul ini tidak terdimerasi seperti kebanyakan radikal

bebas lain. Jika larutan DPPH dicampur dengan sampel yang bisa mendonorkan

elektron, maka DPPH akan tereduksi sehingga warnanya berubah menjadi violet

menjadi kuning sampai bening. Ini disebabkan karena terjadi pengurapan serapan

DPPH secara stoikiometri sesuai dengan jumlah elektron yang ditangkap.

Pengamatan reduksi DPPH dapat diamati pada panjang gelombang 517 nm yang

merupakan panjang gelombang maksimum DPPH.

16

Page 17: Proposal Edit

Gambar 3 : Rumus struktur DPPH

BM : 394,3 gram/mol

Pemerian : serbuk, warna violet

Kelarutan : mudah larut dalam metanol

Penyimpanan : dalam freezer, suhu dibawah 0’C

2.5. Spektrofotometer UV-Visible (Dachriyanus,2004; Fessenden,1999)

Spektrofotometer UV-Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar

ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan

elektron pada kulit terluar ketingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-

Visibel biasanya digunakan untuk menentukan jenis kromofor, Ikatan rangkap

terkonjugasi dan ausokrom dari suatu senyawa organik, menjelaskan informasi

dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum dari suatu senyawa serta

mampu menganalisa senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan

hukum Lambert-Beer. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400

nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm.

Hukum Lambert-beer adalah hubungan linearitas antara absorben dengan

konsentrasi larutan analit.

17

Page 18: Proposal Edit

1 2 3 4 5

Bagan bagian Spektrofotometer UV-Visibel :

Keterangan:

1. Sumber cahaya

Untuk mendapatkan pengukuran absorban yang cocok, sumber cahaya

hendaknya menghasilkan sinar dengan kekuatan yang cukup kontinu dan merata

pada panjang gelombang yang dikehendaki dan stabil selama waktu yang

diperlukan.

2. Monokromator

Digunakan untuk menghamburkan cahaya ke dalam panjang gelombang unsur-

unsurnya, yang diseleksi lebih lanjut dengan celah. Monokromator berotasi

sehingga rentang panjang gelombang dilewatkan melalui sampel.

3. Kuvet

Kuvet atau bejana tempat larutan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat

meneruskan sinar yang digunakan dan dinding sel yang akan ditentukan harus

tegak lurus terhadap cahaya yang masuk, kuvet digunakan untuk sinar tampak

yang biasanya terbuat dari kaca atau plastik, sedangkan ultraviolet digunakan

kuarsa.

4. Detektor

Detektor yaitu suatu alat yang dapat merubah energi sinar menjadi listrik

dengan menyerap energi foton sinar yang jatuh dirubah menjadi besaran yang

dapat diukur.

18

Page 19: Proposal Edit

5. Alat Baca (Rekorder)

Rekorder adalah suatu alat untuk membaca isyarat dari detektor. Untuk

menganalisa kimia secara spektrofotometri pengaruh berkurangnya intensitas

sinar yang disebabkan oleh pemantulan pada dinding kuvet dapat dihilangkan

dengan pemakaian sel pembanding yang disebut blanko.

2.5.1 Cara kerja spektrofotometer UV-Visibel (Clifford, et al 1982)

1. Sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju monokromator.

2. Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui blanko dan sampel

dengan sebuah cermin berotasi.

3. Kedua cahaya lalu bergantian merubah arah karena pemantulan dari cermin

yang berotasi secara kontinu

4. Detektor menerima cahaya dari blanko dan sampel secara bergantian secara

berulang-ulang.

5. Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke digital dan dibandingkan

antara sampel dan blanko, perhitungan dilakukan dengan komputer yang

sudah terprogram.

19

Page 20: Proposal Edit

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan di Laboratorium Kopertis

Wilayah X.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelsitian ini adalah rotary evaporator,

spektrofotometer UV-Vis, timbangan analitik, botol maserasi, labu ukur dengan

berbagai ukuran, gelas ukur dengan berbagai ukuran, beker glass, erlenmeyer,

cawan penguap, kaca arloji, pipet mikro, pipet gondok, batang pengaduk, tabung

reaksi, corong, plat tetes, spatel, gegep, kertas saring Whatman No. 41 dan pipet

tetes.

3.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah muda

dan matang dari Garcinia mangostana Linn, etenol 70%, metanol, kuersetin,

klorofom, kloroform amoniak, asam sulfat, serbuk logam, norit, aluminium

klorida, natrium asetat, AICI3 10% dan DPPH dan aquadest.

20

Page 21: Proposal Edit

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit dari buah muda

dan buah matang Garcinia Mangostana Linn yang diambil didaerah Lubuk

Alung Pariaman, Sumatera Barat.

3.3.2. Pembuatan reagen

1. Larutan Aluminium Klorida 10%

Sebanyak 1g aluminium klorida dilarutkan didalam labu ukur 10 mL

sampai tanda batas.

2. Larutan Natrium Asetat 1M

Sebanyak 0,91 g Natrium asetat dilarutkan di dalam labu ukur 10 mL

ditambahkan aquadest sampai tanda batas dan aduk.

3. Larutan Kuersetin

Sebanyak 0,125 g kuersetin dilarutkan dengan metanol dalam labu

ukur 25 mL sampai tanda batas.

4. Larutan DPPH 35 µg/mL (Markham, 1988)

Sebanyak 10 mg DPPH dilarutkan dengan metanol dalam labu ukur

100 mL sampai tanda batas. Pipet sebanyak 17,5 mL dan masukkan ke

dalam labu ukur 50 mL dan tambahkan metanol hingga tanda batas.

3.3.3. Pembuatan Ekstrak Sampel

Sampel terlebih dahulu dipisahkan dari daging buah dan dikupas kulit

bagian luar nya lalu dicuci dengan air bersih dan diiris tipis-tipis, kemudian

sampel dikering anginkan selama empat hari dan dihaluskan dengan mesin

penghalus, sampel yang sudah kering dan dihaluskan ditimbang sebanyak 50

21

Page 22: Proposal Edit

gram. Kemudian serbuk sampel tersebut diekstrak dengan menggunakan etanol

70% secukupnya selama 2 x 24 jam sebanyak tiga kali pengulangan lalu maserat

disaring dan filtrat dikentalkan dengan Rotary evaporator sehingga diperoleh

ekstrak kental total. Masing-masing ekstrak kental tersebut dilarutkan dalam labu

ukur 25 ml dengan campuran metanol air (1:1) kemudian dipipet beberapa ml lalu

ditentukan kandungan flavonoid total dan aktivitas antioksidannya.

3.3.4. Karakterisasi Simplisia Sampel Kulit Buah Garcinia mangostana

Linn

Sampel yang diperoleh dikarakterisasi dengan beberapa parameter yang

meliputi pemeriksaan organoleptis, penetapan susut pengeringan dan kadar abu.

1. Pemeriksaan Organoleptis

Dengan menggunakan panca indera untuk uji bentuk, warna, bau dan

rasa dari sampel kulit muda dan matang Garcinia mangostana Linn.

2. Penetapan Susut Pengeringan

Ekstrak kental ditimbang 1 g dimasukan kedalam kurs porselen yang

sebelumnya telah dipanaskan suhu 105˚Cselama 30 menit dan telah

ditara. Kemudian dimasukan dalam oven pada suhu 105˚C selama 2 jam,

lalu didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang hingga bobot

tetap. Dihitung susut pengeringan dengan rumus :

Susut pengeringan=(B−A )−(C−A)

(B−A )x 100 %

Keterangan : A = Berat kurs kosong

B = berat krus + ekstrak sebelum pengeringan

C = berat kurs + ekstrak setelah pengeringan

22

Page 23: Proposal Edit

3.3.5. Uji Kandungan Kimia Ekstrak Etanol Buah Garcinia mangostana

Linn

Pemerisaan kandungan kimia metabolit sekunder dilakukan terhadap

ekstrak kental etanol kulit buah Garcinia mangostana Linn, dimana terhadap 50

mg ekstrak sampel ditambahkan 10 mL air suling dan kloroform (1:1) kemudian

dikocok kuat dan dibiarkan beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan

air digunakan untuk pengujian kandungan senyawa flavonoid, fenolik dan

saponin. Sedangkan lapisan kloroform digunakan untuk pemeriksaan kandungan

senyawa alkaloid terpenoid dan steroid.

1. Pemeriksaan alkaloid

Sebanyak 1 mL lapisan kloroform ditambahkan 1 mL kloroform

amoniak 0,05 N dan 1 mL asam sulfat 2N, selanjutnya dikocok perlahan

dan dibiarkan memisah. Lapisan asam dipipet dan dipindahkan kedalam

tabung reaksi lain, kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi mayer.

Reaksi positif ditandai dengan adanya kabut putih hingga gumpalan putih

(Culvenor et al, 1963).

2. Pemeriksaan Fenolik

Sebanyak 1-2 tetes lapisan air diteteskan pada plat tetes, kemudian

ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Terbentuknya

warna biru menandakan adanya kandungan senyawa fenol (Simes et al,

1959).

2. Pemeriksaan Flavonoid

Sebanyak 1-2 tetes lapisan air diteteskan pada plat tetes, kemudian

ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk logam

23

Page 24: Proposal Edit

Mg. Timbulnya warna orange sampai merah menandakan adanya

flavonoid (Simes et al., 1959).

3. Pemeriksaan steroid dan terpenoid

Sebagian lapisan kloroform disaring dengan menggunakan pipet yang

berisi norit (arang aktif), tampung dalam plat tetes sebanyak 2-3 tetes dan

biarkan mengering. Setelah kering tambahkan 2 tetes asam asetat

anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermen-Bouchard).

Terpenoid akan memberikan warna merah, sedangkan steroid akan

memberikan warna hijau atau biru (Simes et al., 1959).

4. Pemeriksaan Saponin

Sebagian lapisan air dimasukkan kedalam tabung reaksi, selanjutnya

dikocok kuat. Terbentuknya busa yang permanen (±15 menit), ini

menunjukkan adanya saponin (Simes et al., 1958).

3.3.6. Penentuan Kadar Flavonoid Total

1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kuersetin

Dibuat larutan standar kuersetin dengan konsentrasi 100 µg/mL

dengan cara memipet 2 mL larutan kuersetin (5mg/mL) lalu diencerkan

dengan campuran metanol dan air suling (1:1) dalam labu ukur 100 mL

sampai tanda batas.

Larutan standar 100 µg/mL dipipet 0,5 masukkan kedalam vial lalu

dicampur dengan 1,5 mL metanol, selanjutnya tambahkan 0,1 mL larutan

aluminium klorida 10%, 0,1 mL larutan natrium asetat 1M dan 2,8 mL

aquadest, lalu dihomogenkan. Diamkan selama 30 menit, kemudian ukur

24

Page 25: Proposal Edit

serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm dengan menggunakan

Spektrofotometer UV-Vis.

2. Penentuan Kurva Kalibrasi Kuersetin

Dari larutan induk kuersetin (5mg/mL) dipipet sebanyak 0,1 ; 0,2 ; 0,3

; 0,4 ; 0,5 dan 0,6 mL kemudian diencerkan dengan campuran metanol

dan air suling (1:1) dalam labu ukur 25 mL sampai tanda batas sehingga

didapatkan seri konsentrasi kuersetin 20, 40, 60, 80 dan 120 µg/mL.

Masing-masing konsentrasi larutan dipipet 0,5 mL masukkan kedalam

vial lalu tambahkan 1,5 mL metanol, selanjutnya tambahkan 0,1 mL

aluminium klorida 10%, 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL aquadest.

Larutan ini dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit, kemudian

diukur serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum dengan

menggunakan Spektrofotometer UV-Visible. Lalu buat kurva kalibrasi

sehingga persamaan regresi liniernya dapat dihitung.

3. Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol Kulit Buah

Garcinia mangostana Linn (Poumorad et al., 2006)

Dibuat larutan ekstrak sampel dengan konsentrasi 5mg/ml dengan cara

melarutkan 0,125g ekstrak kental sampel dalam campuran metanol dan

air suling (1:1) dalam labu ukur 25 mL sampai tanda batas. Dipipet 0,5

mL ekstrak sampel dan masukkan kedalam vial lalu dicampur dengan 1,5

mL metanol, selanjutnya ditambahkan 0,1 mL larutan aluminium klorida

10% dan 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL aquadest. Larutan

dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit, kemudian diukur

25

Page 26: Proposal Edit

serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan menggunakan

Spektrofotometer UV-Vis.

3.3.7. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Muda

dan Matang Garcinia Mangostana Linn (Mosquera et al, 2007).

1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

Dipipet sebanyak 4 mL larutan DPPH 35µg/mL yang baru dibuat,

masukkan kedalam vial dan tambahkan dengan 2 mL campuran metanol

dan air suling (1:1). Larutan dihomogenkan dan dibiarkan selama 30

menit ditempat yang gelap. Serapan larutan diukur dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-800 nm.

2. Penentuan IC50 Larutan Kuersetin

Dibuat larutan pembending kuersetin dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan

5 µg/mL dengan cara memipet 1 mL larutan induk kuersetin (5mg/mL)

yang kemudian diencerkan dengan campuran metanol dan air suling (1:1)

dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas sehingga didapatkan larutan

kuersetin dengan konsentrasi 50µg/mL. Dari larutan ini masing-masing

dipipet sebanyak 1, 2, 3, 4 dan 5 mL, masukkan kedalam labu ukur 50

mL dan diencerkan lagi dengan campuran metanol dan aquadest (1:1)

hingga tanda batas sehingga didapatkan dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan

5µg/mL.

Dipipet sebanyak 2 mL masing-masingnya lalu dimasukkan kedalam

vial, tambahkan 4 mL larutan DPPH 35 µg/mL. Campuran

dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit ditempat yang gelap.

26

Page 27: Proposal Edit

Kemudian diukur serapan larutan dengan menggunakan Spektrofotometri

UV-Vis pada panjang gelombang maksimum.

Dari nilai absorban sampel dan kontrol, kemudian dihitung %

inhibisi dengan menggunakan rumus:

%inhibisi = absorban kontrol – absorban sampel x 100%absorban kontrol

Keterangan :

Absorban kontrol : serapan larutan radikal DPPH 35µg/mL pada

panjang gelombang 518 nm.

Absorban sampel : serapan larutan ekstrak etanol kulit buah Garcinia

Mangostana Linn (sampel) ditambah larutan DPPH 35 µg/mL dikurangi

dengan serapan sampel tanpa DPPH pada panjang gelombang

maksimum.

Dari data % inhibisi dengan konsentrasi larutan pembanding kuersetin

tersebut dapat dibuat kurva aktivitas antioksidan sehingga dapat

diperoleh persamaan regresi linier. IC50 kuersetin adalah konsentrasi

larutan pembanding yang memberikan inhibisi sebesar 50% yang dapat

dihitung menggunakan regresi linier yang telah diperoleh.

3. Pemeriksaan IC50 Ekstrak Etanol Buah Muda dan Matang

Garcinia Mangostana Linn.

Dibuat larutan sampel dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50

µg/mL. Masing-masing seri konsentrasi larutan sampel dipipet sebanyak

2 mL lalu dimasukkan kedalam vial, tambahkan 4 mL larutan DPPH 35

27

Page 28: Proposal Edit

µg/mL. Campuran dihomogenkan dan didiamkan ditempat yang gelap

selama 30 menit. Serapan larutan diukur dengan spektrofotometer UV-

Vis pada panjang gelombang maksimum. Kemudian dihitung % inhibisi

dengan menggunakan rumus seperti pada larutan pembanding kuersetin

diatas.

Dari data % inhibisi dengan konsentrasi larutan sampel tersebut dapat

dibuat kurva aktivitas antioksidan sehingga dapat diperoleh persamaan

regresi liniernya. IC50 larutan sampel adalah konsentrasi larutan sampel

yang memberikan inhibisi sebesar 50% yang dapat dihitung

menggunakan persamaan regresi linier yang telah diperoleh.

28

Page 29: Proposal Edit

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Antioksidan dan Radikal Bebas. http:// Pengobatan. Word Press. Com .2007/04/24/ antioksidan-dan-radikal-bebas, diakses 16 April 2008.

Arjuna, P., 2004, Antioxidant Activity, Medalion Laboratories Analithycal Progress, Vol. 19, No.2 page 1-4.

Arkara, N. 2007. Daya hepatoprotektor ekstrak buah jambu biji, buni dan wortel pada mencit yang diinduksi dengan carbontetrachlorida. Universitas Padjajaran. Bandung.

Cos, P., Callome, M., Sindambiwe, J.B., Bruyne, T.D., Cimanga, K., Pieters, L., Vlietinck, A.J., and Berghe, D.V., 2001, Cytotoxicity and Lipid Peroxidation-Inhibiting Activity of Flavonoids, Planta Med, 67. 515-519.

Creswell, Clifford J., Runguist, Olaf A., Campbell, Malcom, M, 1982, Analisis Spektrum Senyawa Organik, Edisi ke-2, Penerbit ITB: Bandung.

Culvenor, C. C. J. And J. S. Fitzgerald, 1963, A Field Methods for Alkaloids Screening of plants, J. Pharm. Sci., 52.

Dachriyanus. 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi, cetakan pertama, Andalas University Press, Trianda Anugrah Pratama, Padang.

Fessenden, F. 1999, Kimia Organik. Edisi III Jilid 1, Erlangga , Jakarta.

Fessenden, R. J. Dan Fessenden, J. S., 1982, Kimia Organik, alih bahasa oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gulcin, I., Uguz, M.T., Oktay, M., Beydemir, S., and Kufrevioglu, O.I., 2004, Evaluation of the Antioxidant and Antimicrobial Activities of Clary sage (Salvia sclarea L), Turki. Agric. For., 28: 25-33.

Harborne, J.B., 1987, Metoda Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,terbitan ke-2, alih bahasa oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung.

Harliansyah, “Mengunyah Halia Menya Penyakit:, Paksi Jurnal, Fakultas Perubatan, Universiti Kebangsaan Malaysia, Selanor Darus Ehsan, Malaysia.

Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia III, Penerjemah : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Yayasan Sarana Wahajaya, Jakarta, pp 1385-1386.

29

Page 30: Proposal Edit

Karimah. 1991, Inhibitor Aldosa Reduktase Trend Baru Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus, Buletin Pharos, 2.

Mardiana, L., 2011, Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis, Penebar Swadaya, Jakarta.

Markham, K.R., 1998, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, alih bahasa oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung.

Molynneux, K.R., 2004, The use of the stable free radical diphenylpicryl-hidrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity, J. Sci technol., Vol. 26 (2): 211-210.

Okawa, M., J. Kinjo, T. Nohara and M. Ono, 2001, Modification Method DPPH (1,1-diphnyl-2-picrylhydrazyl) radical scavenging activity of flavonoids obtained from some medical plants, Biol. Pharm. Bull., Vol. 24 (10), 1202-1205.

Poumorad, F., S. J. Hosseinimehr dan N. Shahabimajd, 2006, antioxidant activity, phenol and flavonoid content of some selecteral Iranian medical plants, African Journal of Biotechnology, Vol. 5(11),pp. 1142-1145.

Pradipta, I.S., Nikodemus, T.W., dan Susilawati, Y, 2006, Isolasi dan identifikasi Senyawa Golongan Xanthon dari Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.), Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran, Bandung.

Qosim, Ali Warid, 2009, Manggis (Garcinia Mangostana L.), Diakses 29 Agustus 2010.

Rukmana, Rahmat, 2003. Bibit Manggis Kanisius, Yogyakarta.

Sajuthi, Dondin. Ekstraksi, Fraksinasi, Karakterisasi dan Uji Hayati In-vitri Senyawa Bioaktif Daun Dewa (Gynura pseudochina (Lour)DC)Sebagai Anti Kanker, Tahap II. Buletin Kimia : 75-79.

Simes, J. J. H., J. G. Tracy, L. J. Web and W. J. Dunston, 1959, an Australian Phytichem Common Wealth Scientific and Industrial Research Organization, Australia, Melbourne, Bulletin no. 281, 5-9.

Sunarni, T., S. Pramono dan R. Asmah, 2007, Flavonoid Antioksidan Penangkap Radikal dari daun Kepel (Stelechocarpus burahol (BL) Hook f. dan Th). Majalah Farmasi Indonesia 18 (3), 111-116, Solo.

Tjahjanigtyas, 2011. Manggis Ratu Buah Kaya Mamfaat. surabaya

Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Kasinius, Yogyakarta.

30

Page 31: Proposal Edit

Yukiro Akao, Yoshito Nakagawa dan Yoshinori Nozawa, 2008, Anti Cancer Effects of Xanthones from Pericarps of Mangosteen, int. J. Mol. Sci 9 : 355-370.

31

Page 32: Proposal Edit

Lampiran 1 : Skema Kerja Ekstraksi Sampel

50 gram sampel kering

- kulit yang telah diserbuk

- direndam dengan 250 mL etanol 70% selama 2 x 24 jam, sambil sekali-kali diaduk

- saring dengan kertas saring whatman No.41

- ulangi sampai filtrate sampai tidak berwarna

Filtrat

- ketiga filtrat digabungkan

Filtrat diuapkan dengan rotary evaporator suhu 40oC

Ekstrak kental

- ekstrak kental ditimbang

- dilarutkan dengan

metanol:air (1:1) dalam

labu ukur 50 mL

Larutan ekstrak

Gambar 4 : Skema Kerja Ekstraksi Sampel

32

Penentuan kadar flavonoid total

Page 33: Proposal Edit

Lampiran 2 : Skema kerja Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Kuersetin Dalam Methanol:air

2 ml larutan kuersetin (5mg/mL)

- tambahkan metanol:air

(1:1) dalam labu ukur 100

mL

Larutan kuersetin konsentrasi 100µg/mL

0,5 ml larutan kuersetin (100µg/mL)

- tambahkan 1,5 mL metanol

- tambahkan 0,1 mL larutan

aluminium klorida 10%

- tambahkan 0,1 mL natrium

asetat 1M

- diamkan selama 30 menit

Ukur serapan pada panjang gelombang 200-800 nm dengan

spektrofotometri UV-Visibel

Gambar 5 : Skema Kerja Penentuan Panjang gelombang Maksimum

Kuersetin Dalam Methanol:air

33

Page 34: Proposal Edit

Lampiran 3 : Skema Kerja Penentuan Kadar Flavonoid Total

0,5 mL larutan ekstrak

- tambahkan 1,5 mL metanol

- tambahkan 0,1 mL larutan

aluminium klorida 10%

- tambahkan 0,1 mL natrium

asetat 1 M

- tambahkan 2,8 mL air

suling

- diamkan selama 30 menit

Ukur serapan dengan spektrofotometri UV-Visibel pada panjang

gelombang maksimum

Gambar 6 : Skema Kerja Penentuan Kadar Flavonoid Total

34

Page 35: Proposal Edit

Lampiran 4. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metoda DPPH

2 mL larutan ekstrak Sampel

- Ditambahkan 4 mL larutan

DPPH 35 µg/mL

- Diamkan selama 30 menit

ditempat gelap

Ukur Serapan dengan Spektrofotometri UV-Vis

Pada Panjang Gelombang maksimum

Gambar 7: Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metoda DPPH

35