proposa

52
A. Judul Penelitian Pengaruh Penerapan Model Connected Terhadap Berpikir Kritis Siswa (Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ciamis Materi Ekosistem) B. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendukung kemajuan suatu negara. Proses pendidikan sangat menentukan lahirnya siswa yang berkompetensi pada suatu bidang tertentu. Pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang bermutu dan dapat diterima di dunia kerja secara luas. Pendidikan dikatakan bermutu jika dapat mengembangkan kemampuan siswa secara menyeluruh, baik penguasaan ilmu pengetahuan (kognisi), kepribadiannya (afeksi) maupun keterampilannya (psikomotorik) secara optimal (Oktamagia, et al. 2013: 25). Kualitas pendidikan secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia. Oleh sebab itu peningkatan kualitas pendidikan harus terus menerus dilakukan, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran 1

Upload: nur-luciana

Post on 03-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

34

A. Judul PenelitianPengaruh Penerapan Model Connected Terhadap Berpikir Kritis Siswa (Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ciamis Materi Ekosistem)

B. Latar BelakangPendidikan merupakan salah satu faktor yang mendukung kemajuan suatu negara. Proses pendidikan sangat menentukan lahirnya siswa yang berkompetensi pada suatu bidang tertentu. Pendidikan yang diharapkan adalah pendidikan yang bermutu dan dapat diterima di dunia kerja secara luas. Pendidikan dikatakan bermutu jika dapat mengembangkan kemampuan siswa secara menyeluruh, baik penguasaan ilmu pengetahuan (kognisi), kepribadiannya (afeksi) maupun keterampilannya (psikomotorik) secara optimal (Oktamagia, et al. 2013: 25).Kualitas pendidikan secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia. Oleh sebab itu peningkatan kualitas pendidikan harus terus menerus dilakukan, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang diselenggarakan mempengaruhi output yang dihasilkan, salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut Norris dan Ennis (dalam Fisher, 2008: 4), berpikir kritis merupakan pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Siswa dituntut untuk dapat menganalisis, mensintesis dan menyimpulkan informasi-informasi yang didapatkan dengan kemampuan berpikir kritisnya, sehingga siswa mampu membedakan antara informasi yang baik dan buruk, serta dapat mengambil keputusan terhadap informasi yang didapatkannya melalui berpikir kritis.Salah satu cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA). Pada pembelajaran sains, siswa diajarkan untuk memperoleh pengetahuan melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan komunikasi untuk menghasilkan suatu penjelasan yang dapat dipercaya (Prayoga, 2013: 2).Kenyataan di sekolah, pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke arah pembiasaan dan peningkatan kecakapan keterampilan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis), tetapi masih menitik beratkan pada hasil belajar kognitif tingkat rendah. Siswa menyerap informasi secara pasif dan kemudian mengingatnya pada saat mengikuti tes (Bassham et al. 2010). Pembelajaran yang seperti ini mengakibatkan siswa tidak memperoleh pengalaman untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Hal ini berdampak pada mutu lulusan pendidikan yang rendah, terutama dalam hal kompetensi sains dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, serta mengakibatkan tidak mampu bersaing dengan bangsa lain PISA (dalam Prayoga 2013).Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 3 Ciamis melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran, menunjukkan proses pembelajaran dan soal-soal evaluasi yang diberikan belum berorientasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga siswa kurang dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa kesulitan menganalisis informasi yang ada, cenderung menerima apa adanya informasi yang disampaikan maupun yang tertulis dalam buku, dan pasif dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari permasalahan yang diajukan guru, serta mengemukakan ide ataupun gagasan penyelesaian masalah.Hal ini berdampak pada hasil belajar IPA siswa yaitu belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah di tetapkan yaitu 76 dan baru sekitar 68% siswa yang telah mencapai KKM. Salah satu upaya dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir dan lebih efisien, serta dapat memadukan konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran lain adalah dengan pembelajaran terpadu.Pendekatan pembelajaran terpadu merupakan salah satu implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan dalam mata pelajaran IPA pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pertama. Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang menggabungkan sejumlah konsep dan sejumlah mata pelajaran yang berbeda dengan harapan pembelajaran lebih bermakna dan merupakan suatu cara untuk mengembangkan keterampilan anak secara serentak. Pembelajaran terpadu selain memadukan berbagai bidang studi, juga memadukan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran, serta memadukan antara teori dan praktek. Salah satu model dari pembelajaran terpadu yang sering digunakan adalah model connected.Menurut Trianto (2010: 39) model connected adalah model integrasi inter bidang studi. Model ini secara langsung menghubungkan atau mengintegrasikan satu kemampuan, konsep, atau keterampilan yang dikembangkan dalam suatu materi yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan, atau kemampuan pada materi atau sub materi lain, dalam satu bidang studi. Model pembelajaran terpadu tipe connected ini memiliki kelebihan dan kekurangan seperti model pembelajaran yang lainnya.Fogarty (dalam Trianto, 2010: 40) mengemukakan beberapa keunggulan pembelajaran terpadu tipe connected antara lain adalah siswa (a) mempunyai gambaran yang luas melalui pengintegrasian ide-ide inter bidang studi; (b) mampu mengembangkan konsep-konsep kunci secara kontinu sehingga terjadi proses internalisasi; (c) mampu mengintegrasikan ide-ide dalam inter bidang studi sehingga memungkinan siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam pemecahan masalah. Kelemahan pembelajaran terpadu tipe connected adalah berbagai bidang studi masih tetap terpisah dan tampak tidak ada hubungan. Pembelajaran terpadu akan membantu siswa mengembangkan konsep yang dipelajarinya dengan cara mengintegrasikan inter bidang studi sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam pembelajaran IPA .Berdasarkan paparan latar belakang, yang menjadi persoalan penting maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Penerapan Model Connected Terhadap Berfikir Kritis Siswa (Studi Quasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ciamis Materi Ekosistem).C. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah adakah pengaruh penerapan model Connected terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA materi ekosistem?D. Tujuan PenelitianBerdasar dari rumusan masalah yang menjadi landasan pelaksanaannya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Connected terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA materi ekosistem.E. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat dari segi teoritis maupun dari segi praktis.1. Manfaat Teoretisa. Dapat memperluas wawasan khususnya bagi guru dalam mengatasi masalah tingkat berpikir kritis peserta didik pada pelajaran IPA.b. Sebagai pengetahuan dan pengalaman yang sangat penting untuk menyetabilkan sikap mental dan spiritual sebagai penyeimbang tuntutan tugasnya yang kompleks, terutama mengajar yang membelajarkan.c. Menjadi sumber rujukan pada penelitian lainnya yang mengangkat masalah yang hampir sama.2. Manfaat Praktisa. Memberikan pengalaman bagi peserta didik dalammengimplementasikan pembelajaran terpadu tipe connected.b. Memberi gambaran bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan berpikir kritis siswa.F. Landasan Teoretis1. Model Pembelajaran TerpaduModel pembelajaran adalah susatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.Menurut Joni, T.R (dalam Trianto, 2010: 56), pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan menjadi peristiwa-peristiwa otentik atau eklporasi topic/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi atau tema/ peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses beberapa mata pelajaran secara serempak.Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakana kepada anak didik. Dikatakan bermakana karena karena dalam pengajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami (Trianto, 2010: 57).Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan).

Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukanMempelajari KI dan KD bidang kajianMemilih/menetapkan tema atau topik pemersatuMemebuat matriks atau hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatuMenyusun RPP IPA terpaduMenyusun silabus pembelajaran IPA terpaduMerumuskan indikator pembelajaran IPA terpaduModel pengembangan pembelajaran IPA Terpadu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran IPA TerpaduAda beberapa model pembelajaran terpadu, yaitu: fragmented model, connected model, nested model, sequenced model, shared model, webbed model, threaded model, integrated model, immersed model dan networked model(Fogarty, 1991: xv)Menurut Prabowa (dalam Trianto, 2010: 39), dari kesepuluh tipe tersebut ada tiga model yang dpandang laying untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (pendidikan dasar). Ketiga model ini adalah keterhubungan (connected), model jaring laba-laba(webbed) dan model keterpaduan (integrated).2. Model ConnectedFogarty (dalam Prabowo, 2000), mengemukakan bahwa, model terhubung (connected) merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemammpuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam satu bidang studi. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif.Menurut Hadisubroto (dalam Trianto, 2010: 40) pembelajaran terpadu tipe connected adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari berikutnya dalam suatu bidang studi.

KD, Indikator, KonsepKD, Indikator, KonsepKD, Indikator, KonsepFISIKABIOLOGIKIMIAModel ini tidak melatih siswa untuk melihat suatufakta dari berbagai sudut pandang, karena dalam model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja. Model ini menghubungkan beberapa materi, atau konsep yang saling berkaitan dalam satu bidang studi. Materi yang terpisah-pisah akan tetapi mempunyai kaitan, dengan sengaja dihubungkan dan dipadukan dalam sebuah topik tertentu (Arsyadet al. 2014).

Gambar 2. Keterkaitan dalam pembelajaran IPA terpadu model connectedAdapun cara menghubungkan materi-materi yang saling terkait tersebut ialah dengan membuat jembatan pengetahuan. Jembatan pengetahuan dapat berupa wacana, berita, diskusi, alat peraga dan lain-lain yang dianggap mampu mengantarkan pemahaman siswa dari materi satu ke materi brikutnya. Materi-materi yang tidak memiliki keterkaitan tidak bisa dipaksakan untuk dihubungkan. Jika dipaksakan, dimungkinkan siswa akan semakin bingung dalam merekonstruksi pengetahuan.Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected (terhubung) menurut Prabowo (2000) sebagai berikut:1. Tahap Perencanaan :a. Menentukan tujuan pembelajaran umum.b. Menentukan tujuan pembelajaran khusus.2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru:a. Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa (materi prasyarat).b. Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa.c. Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan.d. Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan/dibutuhkan.e. Menyampaikan pertanyaan kunci.

3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :a. Pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok.b. Kegiatan proses.c. Kegiatan pencatatan data.d. Diskusi secara klasikal.4. Evaluasi, meliputi :a. Evaluasi proses, berupa :1) Ketepatan hasil pengamatan.2) Ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan.3) Ketepatan siswa saat menganalisis data.b. Evaluasi produk, berupa: penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.c. Evaluasi psikomotor, berupa: kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.Fogarty (dalam Trianto, 2010: 40) mengemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu tipe connected sebagai berikut:

a. KeunggulanBeberapa keunggulan pembelajaran terpadu model connected antara lain:1) Dengan pengintegrasian ide-ide inter bidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang berfokus pada suatu aspek tertentu.2) Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi.3) Mengintegrasikan ide-ide dalam inter bidang studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalm memecahkan masalah.b. KelemahanKelemahan pembelajaran terpadu model connected antara lain:1) Masih kelihatan terpisahnya interbidang studi.2) Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim sehingga isi pelajaran tetap berfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antarbidang studi.3) Dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka usaha untuk mengambangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

3. Kemampuan Berpikir KritisMenurut Norris dan Ennis (dalam Fisher, 2008: 4), berpikir kritis merupakan pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Fisher dan Scriven (2008: 10) mendefinisikan berfikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Menurut Muhfahroyin (2009), berpikir kritis adalah suatu proses yang melibatkan operasi mental seperti deduksi induksi, klasifikasi, evaluasi, dan penalaran.Berfikir kritis sesungguhnya terdiri dari berpikir logik dan berpikir analitik menurut Cotton (dalam Rusyana, 2014: 64). Berpikir logic menggunakan alur berpikir alamiah dan memiliki kelebihan dalam mengendalikan dan menafsirkan atau memperluas alur berpikir alamiah. Unit-unit yang digunakan dalam berpikir logik hampir sama dengan unit yang digunakan dalam berpikir alamiah.Berpikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-ha yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjut yang diakibatkannya Glaser (dalam Fisher, 2008: 3).Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang definisi berpikir kritis di atas, dapat dirumuskan bahwa berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, proses deduksi induksi, atau komunikasi. Ennis (dalam Rusyana, 2014: 112) mengemukakan bahwa indikator-indikator keterampilan berpikir kritis pada prinsipnya tersusun atas lima perilaku mental. Menurut Piaw (dalam Rusyana, 2014: 112) kelima perilaku mental tersebut terdiri atas kemampuan: (1) inferensi, (2) asumsi, (3) deduksi, (4) interpretasi, dan (5) evaluasi argumen. Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis. Instrumen berpikir kritis dapat bertujuan untuk mengukur satu aspek atau lebih dari satu aspek berpikir kritis Ennis (dalam Prayoga, 2013: 11).4. Ekosistema. Pengertian EkosistemEkosistem adalah hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk suatu sistem. Di dalam sebuah ekosistem juga terdapat satuan-satuan makhluk hidup yang meliputi individu, populasi, komunitas dan biosfer. Bagian-bagian satuan makhluk hidup penyusun ekosistem yaitu:1) Individu, yaitu makhluk hidup tunggal. Contohnya seekor kucing, seekor ayam dan sebatang pohon manga.2) Populasi, yaitu sekelompok individu sejenis yang menempati daerah tertentu. Contohnya segerombolan ikan gurami di kolam, sekumpulan bunga mawar di kebun bunga, dan sekelompok orang utan di hutan.3) komunitas, yaitu seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di suatu daerah tertentu. Contohnya komunitas terumbu karang di laut.4) Biosfer, yaitu semua ekosistem yang berada di permukaan bumi.b. Komponen-komponen ekosistem1) Komponen BiotikKomponen biotik adalah seluruh makhluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies yang hidup di tempat yang sama. Komponen biotik terdiri dari: Manusia, hewan dan tumbuhan termasuk komponen biotik yaang terdapat dalam suatu ekosistem. Komponen biotik di bedakan menjadi 3 golongan yaitu: produsen, konsumen dan dekomposer.

a) ProdusenSemua produsen dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga disebut organisme autotrof. Sebagai produsen,tumbuhan hijau menghasilkan makanan (karbohidrat) melalui proses fotosintesis. Makanan di manfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Dengan demikian produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain,yaitu konsumen.b) KonsumenSemua konsumen tidak dapat membuat makanan sendiri di dalam tubuhnya sehingga disebut heterotrof. Mereka mendapatkan zat-zat organik yang telah di bentuk oleh produsen,atau dari konsumen lain yang menjadi mangsanya.Berdasarkan jenis makanannya,konsumen di kelompokkan sebagai berikut :1) Pemakan tumbuhan (herbivor), misalnya kambing, kerbau, kelinci dan sapi.2) Pemakan daging (karnivora), misalnya harimau,burung elang, dan serigala.3) Pemakan tmbuhan dan daging (omnivore), misalnya ayam,itik, dan orang hutan.

c) DekomposerMakhluk hidup yang menguraikan zat-zat organik pada sampah atau makhluk hidup lain yang telah mati. Contohnya adalah bakteri dan jamur2) Komponen AbiotikKomponen abiotik adalah komponen yang tidak hidup. Bagian dari komponen abiotik adalah:a) TanahSifat-sifa fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur, kematangan, dan kemapuan menahan air.b) AirHal-hal penting pada air yang mempengaruri kehidupan makhluk hidup adalah suhu air, kadar mineral air, salinitas, arus air, penguapan dan kedalaman air.c) UdaraUdara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas. Gas itu berbentuk atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen, karbon dioksida dan nitrogen merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan makhluk hidup.d) Cahaya matahariCahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi ini. Namun demikian, penyebara cahaya di bumi belum merata. Oleh karena itu, organisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan kualitas cahayanya berbeda.e) Suhu dan temperatureSetiap makhluk hidup memerlukan suhu optimum untuk kegiatan metabolisme dan perkembangbiakannya.c. Ketergantungan Antar komponen EkosistemMakhluk hidup tidak dapat hidup sendiri di alam dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, dibutuhkan suatu interaksi timbal balik yang juga menjadi dasar dalam ekosistem. Interaksi antar organisme dan lingkungan ini memunculkan saling kebergantungan antar keduanya.1) Antar komponen biotikKebergantungan biotik ini terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya, jika tidak akan menyebabkan salah satu kelompok organisme/makhluk hidup tersebut tidak dapat bertahan hidup. Kebergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui:a) Rantai makanan yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu.Contoh : Tumbuhan menggunakan sinar matahari untuk menghasilkan makanan dalam bentuk gula, dan disimpan dalam dalam biji, batang, dan bagian lainnya ->Tikus makan tumbuhan. Tubuh tikus mengubah sejumlah makanan menjadi energi untuk lari, makan, dan bereproduksi->Ular makan tikus. Tikus merupakan sumber energi untuk ular agar tetap hidup->Burung Elang makan ular. Tubuh elang menggunakan energy yang tersedia dari ular untuk melangsungkan proses kehidupan.b) Jaring-jaring makanan yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Sebagai contoh beruang makan ikan, buah beri, madu dan serangga. Burung hantu makan bermacam-macam hewan pengerat dan ular. Kadang-kadang satu jenis makanan dapat menjadi sumber makanan untuk beberapa organisme yang berbeda. Sebagai contoh rumput dimakan oleh kelinci, lembu, kijang dan kuda. Sebagai akibatnya satu organisme dapat menjadi bagian dari beberapa rantai makanan yang berbeda. Bila rantai-rantai makanan yang berhubungan dikombinasikan atau digabung maka terbentuklah jaring makanan.2) Antar komponen biotik dan abiotikKebergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi. Siklus ini terus mengalir memunculkan suatu perpindahan energi dari komponen-komponennya yang disebut aliran energi. Contoh siklus ini antara lain :a) siklus karbonb) siklus airc) siklus nitrogend) siklus sulfurd. Macam-macam EkosistemSecara umum, ekosistem terbagi maenjadi tiga bagian, yaitu :1) Ekosistem AkuatikEkosistem akuatik adalah jenis ekosistem yang berhubungan dengan air, yang berada pada daerah dengan wilayah air yang luas. Contohnya ekosistem air laut, air tawar, laut dalam, sungai, estuari, dan terumbu karang.2) Ekosistem TerestrialPenentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan. Contoh ekosistem ini antara lain padang rumput, hutan hujan tropis, sabana, gurun, dan hutan gugur.3) Ekosistem BuatanEkosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Contoh ekosistem buatan adalah bendungan, hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus, agroekosistem berupa sawah tadah hujan, sawah irigasi, perkebunan sawit, dan ekosistem pemukiman seperti kota dan desa.e. Fungsi EkosistemEkosistem yang terjaga mempunyai peranan penting bagi kehidupan di alam, seperti:1) Habitat makhluk hidup2) Menjaga aliran energy3) Melaksanakan proses fotosintesis, proses dekomposisi, dan proses daur biogeokimiawi4) Mencegah global warming5) Mencegah kepunahan makhluk hidup tertentu6) Menjaga keseimbangan energi baik antara komponen biotik dengan biotik maupun komponen biotik dengan abiotikG. Kerangka PemikiranPembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut sering kali dalam pembelajaran mendapatkan hambatan. Untuk memenuhi masalah tersebut maka guru memilih model pembelajaran yang cukup bervariasi sehingga diharapkan bisa mengatasi segala masalah yang berada dalam proses pembelajaran.Permasalahan pembelajaran yang muncul diantaranya: (1) Siswa kesulitan menganalisis informasi yang ada, cenderung menerima apa adanya informasi yang disampaikan maupun yang tertulis dalam buku, (2) Pasif dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari permasalahan yang diajukan guru, serta mengemukakan ide ataupun gagasan penyelesaian masalah, (3) Siswa kurang dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam penelitian ini, yang dimaksud model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik Joyce dan Weil (dalam Trianto, 2010: 53).Pengembangan pembelajaran pada mata pelajaran IPA diorientasikan pada pengembangan model pembelajaran terpadu. Salah satu dari model pembelajaran terpadu adalah model connected. Model ini secara langsung menghubungkan atau mengintegrasikan satu kemampuan, konsep, atau keterampilan yang dikembangkan dalam suatu materi yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan, atau kemampuan pada materi atau sub materi lain, dalam satu bidang studi. Dengan mengintegrasi interbidang studi dalam pembelajaran, di harapan pembelajaran lebih bermakna dan merupakan suatu cara untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis anak secara serentak. Model pembelajaran yang seperti ini diharapkan dapat mengatasi segala masalah yang berada dalam proses pembelajaran IPA teruratama dapat meningkat berfikir kritis siswa.Penelitian yang terkait dengan pembelajaran terpadu model connected diantaranya hasil penelitian dari Nurudin Hidayat (2009) menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran IPA terpadu model connected efektif mampu meningkatkan hasil belajar. Penelitian lainnya yang dilakukan Dwi Wahyu Oktamagia, Ahmad Fauzi dan Hidayati (2013) juga menunjukan hasil yang sama yaitu pembelajaran terpadu tipe connected memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar IPA Fisika di kelas VIII pada ranah kognitif dan psikomotor. Pengaruh ini ditandai dengan perolehan nilai hasil belajar, dan keterampilan siswa yang meningkat.Kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti hanya guru yang aktif sedang murid pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran agar proses pembelajaan dapat berlangsung optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut:

Permasalahan dalam pembelajaran:Siswa kurang dapat menganalisis informasi yang ada, dan cenderung menerima apa adanya informasi yang disampaikan maupun yang tertulis dalam buku. Enggan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan ide dari permasalahan yang diajukan guru.Kemampuan berpikir kritis siswa masih rendahBerfikir kritis dapat dikembangkang dengan menggunakan model connectedModel Connected dalam Pembelajaran :Mengintegrasi interbidang studi,sehingga di harapan pembelajaran lebih bermakna dan merupakan suatu cara untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis anak secara serentak.Hasil yang diharapkan :Kemampuan berfikir kritis siswa dapat meningkat.

Gambar 3. Kerangka berpikir penelitianH. HipotesisBerdasarkan tinjauan pustaka, maka hipotesis yang dikemukakan untuk menjawab permasalahan adalah penerapan pembelajaran terpadu model connected berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.I. Metodelogi Penelitian1. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilaksanakan di SMP Negri 3 Ciamis. Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.Waktu Penelitian dilaksanan pada minggu keempat dibulan Maret 2015. Tepatnya dilaksanakan pada jam pelajaran mata pelajaran IPA di kelas VII F. Hal ini sengaja agar tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran di kelas itu.2. Metode dan Desain PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimental. Sedangkan desain quasi eksperimental yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Menurut Sugiyono (2009) yang dimaksuddengan one group pretest-posttest design adalah memebandingkan keadaaan sebelum diberikannya perlakuan dengan hasil setelah diberikan perlakuan, sehingga dapat diketahui hasilnya dengan akurat.

O1 X O 2One group pretest-posttest design dapat digambarkan dalam pola sebagai berikut:

(Sumber: Sugiyono, 2009)Keterangan:O1: Nilai pretestO2: Nilai posttestX: Perlakuan dengan model connected

3. Populasi dan SampelArikunto (2006: 102) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan obyek penelitian. Apabila seorang meneliti semua elemen yang ada di dalam penelitian, maka penelitiannya disebut atau merupakan penelitian populasi. Berdasarkan dari pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Ciamis pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F dan VII G dengan jumlah siswa sebanyak 252 orang.Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Teknik samplingnya menggunakan Cluster random sampling yang akan diambil dalam penelitian ini adalah kelas VII F sebanyak 23 siswa.4. Variabel PenelitianPenelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pmbelajaran terpadu model connected.b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa.5. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh dan mengumpulkan data dari subjek penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes tulis, teknik ini digunakan untuk mengukur kemampuan berfikir kritis siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, dengan instrumennya berupa lembar soal kemampuan berpikir kritis siswa. Soal ini nantinya digunakan untuk soal pre test dan post test. Setelah di uji coba, soal dianalisis untuk mengetahui validitas, daya pembeda, taraf kesukaran dan reliabilitas tes.6. Prosedur PenelitianProsedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap laporan penelitian.1. Tahap persiapan penelitiana) Melakukan observasi untuk mengetahui kondisi sekolah dan proses kegiatan belajar mengajar IPA.b) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).c) Menyusun instrumen penelitian yang berupa soal tes kemampuan berpikir kritis siswa.d) Melakukan uji coba instrumen soal kemampuan berpikir kritis. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah soal layak digunakan sebagai alat pengambilan data atau tidak. Pada penelitian ini obyek uji coba dipilih siswa di luar kelas sampel penelitian, yaitu kelas VII G.e) Melakukan analisis instrumen uji coba butir soal kemampuan berpikir kritis. Soal ini nantinya digunakan untuk soal pre test dan post test. Berdasarkan analisis validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran butir soal dan reliabilitas soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang dinyatakan valid, reliabel, dan mempunyai daya pembeda dengan kriteria cukup, baik, dan sangat baik. Sedangkan untuk tingkat kesukaran butir soal ditentukan komposisi antara soal yang sukar, sedang, dan mudah.2. Tahap Pelaksanaan PenelitianSecara garis besar pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut.a. Guru memberikan pre test kepada siswa untuk memperoleh informasi kemampuan berpikir kritis siswa sebelum pembelajaran. Pelaksanaan pre test dilakukan diluar jam pelajaran.b. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP dengan menggunakan model pembelajaran connected pada materi ekosistem.c. Guru memberikan post test kepada siswa untuk memperoleh informasi kemampuan berpikir kritis siswa sesudah pembelajaran. Pelaksanaan post testdilakukan diluar jam pelajaran.3. Tahap Analisis DataMelakukan analisis data dan pembahasan untuk mengambil kesimpulan yang merupakan jawaban dari hipotesis penelitian.7. Metode Analisis DataDalam rangka analisis data yang telah terkumpul dari hasil pretest dan posttest, analisis data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Uji N-GainUntuk memperoleh selisih antara skor pretest dan posttest maka menggunakan rumus gain ternomalisasi, dengan rumus sebagai berikut:Ngain=

2. Uji NormalitasUntuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak dengan ketentuan:Jika X2 hitung< X2 tabel, maka populasi berdistribusi normal.Jika X2 hitung > X2 tabel, maka populasi tidak berdistribusi normal.a) Jika data tersebut berdistribusi Normal, maka selanjutnya uji Hipotesisnya dengan uji Z, dengan ketentuan jika Zhitung Ztabel, maka hipotesis diterima sedangkan jika Zhitung Ztabel, maka hipotesis ditolak.b) Jika data tersebut bedistribusi tidak normal, maka uji hipotesisnya menggunakan Uji Wilcoxon (Uji Median).3. Analisis Uji Instrumena. Tingkat kesukaranTingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu (Rudyatmi et al. 2011).Rumus mencari TK soal bentuk pilihan ganda adalah (Rudyatmi et al. 2011):

Keterangan: IK = Indeks kesukaran B = Jumlah siswa menjawab benar butir soalJS= Jumlah seluruh siswa peserta tesb. Daya bedaDaya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan untuk mencari daya beda soal pilihan ganda (Arikunto, 2009: 226):

Keterangan: D: jumlah peserta tes Ja: banyaknya peserta kelompok atas Jb: banyaknya peserta kelompok bawahBa:banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benarBb: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benarproporsi peserta kelompok atas yang menjawab benarproporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar(Arikunto, 2009: 23). Kriteria daya beda soal untuk pilihan ganda adalah: D = 0,00-0,20 : jelek

D = 0,21-0,40 : cukup

D = 0,41-0,70 : baik

D = 0,71-1,00 : sangat baik

c. ValiditasPada penelitian ini yang diukur dalam analisis adalah validitas item. Validitas item dihitung dengan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2009: 92). sebagai berikut. rxyKeterangan :rxy : koefisien korelasi antara skor item dengan skor total

N : jumlah peserta

X : jumlah skor item

Y : jumlah skor total

XY : jumlah perkalian skor item dengan skor total

X2: jumlah kuadrat skor item

Y2 : jumlah kuadrat

Kemudian hasil rxy dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan = 5%, jika rxy> rtabel maka butir soal valid (Arikunto 2009).d. ReliabilitasReliabilitas menunjukkan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu tes dapat dikatakan reliabel (dapat dipercaya) jika memberikan hasil yang tetap apabila digunakan berkali-kali (Arikunto, 2009: 100).Instrumen bentuk pilihan ganda, reliabilitasnya di uji dengan menggunakan rumus K-R 20 (Arikunto, 2009: 115):

Keterangan :r11: reliabilitas instrumentn: banyaknya butir soalp: proporsi subjek yang menjawab item dengan benarq: proporsi subjek yang menjawab item dengan salahpq: jumlah hasil perkalian p dan qS : standar deviasi dari tes

Kemudian hasil r11 dikonsultasikan dengan rtabel dengan = 5%, jika r11> rtabel maka instrumen reliabel.Kriteria pengujian realibilitas tes yaitu setelah didapatkan harga r11, kemudian dibandingkan dengan r product moment pada tabel, jika rhitung> rtabel, maka item yang diujikan tersebut reliabel.

J. Jadwal Kegiatan PenelitianJadwal rencana kerja penelitian selama 6 bulan yang berlangsung dari bulan Desember 2014 sampai Mei 2015. Adapun jenis kegiatannya adalah sebagai berikut:Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Daftar Pustaka

Arifin Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam. On line athttp://dualmode.kemenag.go.id/file/dokumen/34Evaluasi Pembelajaran.pdf[6 Februari 2015]

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, J., dkk. (2014). Model-Model Pembelajaran Tematik (Terpadu) Dan StrategiPengembangannya. On line at http://cintailmu76.wordpress.com/2014/04/14/model-model-pembelajaran-tematik-terpadu-dan-strategi-pengembangannya[10 Februari 2015]

Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Hidayat, Nurudin. (2009). Connected Dalam Pengembangan Pembelajaran Terpadu Model Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.(Jurnal Inovasi Kurikulum). Thn.4 Vol. 1 No: 4. ISSN: 1829-6750.

Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran konstruktivik. Jurnal Pendidikan & Pembelajaran 16 (1): 88-93.

Oktamagia, D. W., Fauzi, A. Dan Hidayati. (2013 ). Pengaruh Pembelajaran Terpadu Tipe Connected Terhadap Hasil Belajar Ipa Fisika Pada Materi Cahaya Dan Alat Optik Di Kelas Viii Smp N 1 Sungai Tarab. Pillar Of Physics Education, Vol. 2: 25 32.

Prayoga, Zumisa Nudia. (2013). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Materi Pengelolaan Lingkungan dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains (Skripsi). Semarang : UNS.

Rudyatmi E & A Rusilowati. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Semarang: FMIPA UNNES.

Rusyana, Adun. (2014). Keterampilan Berpikir. Yogyakarta: Ombak Dua.

Sugiono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

1