promkes klmpk 4 (12 juni)

Upload: arsita-kusumaningrum

Post on 22-Jul-2015

102 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan bathin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumberdaya manusia. Hanya dengan sumberdaya yang sehat akan lebih produktif danmeningkatkan daya saing bangsa. Menurut HL. Blum, derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan maupun perkotaan yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dibidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi. Di daerah pedesaan terutama dengan masyarakat berpenghasilan rendah, penyakit yang penularannya berkaitan dengan air dan lingkungan terutama penyakit diare masih endemis dan masih merupakan masalah kesehatan. Di daerah tersebut sebagian besar rumah tangga belum mempunyai akses penggunaan air bersih dan sanitasi, karena belum semua rumah dilengkapi sarana. Perilaku hidup bersih dan sehat belum membudaya pada masyarakat pedesaan karena kurang pengertian dan kesadaran pentingnya terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (healthy life style). Masyarakat masih menempatkan prioritas pada pembangunan sarana air bersih daripada pembangunan sarana sanitasi dan program kesehatan, padahal pembangunan sarana air bersih tanpa disertai pembangunan sarana sanitasi dan kesehatan, kurang memberikan dampak terhadap peningkatan derajad kesehatan. Promosi kesehatan atau sering disebut perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ialah merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penularan penyakit dalam rangka peningkatan derajad kesehatan, melalui pengadopsian perubahan

perilaku oleh masyarakat secara meluas (www.rumah tangga.cilacapkab.go.id, 2010). Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare merupakan sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Penyebab diare diantaranya infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum; Infeksi berbagai macam virus; alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu); parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor. Intinya bisa terjadi diare karena salah satu faktor pendorongnya yaitu masyarakat tidak menerapkan Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga tidak mengherankan apabila didaerah pedesaan sering terjadi kasus Diare atau bahkan KLB, seperti di Desa Pamijen. Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Desa Pamijen berada di wilayah Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Mersi Kecamatan Purwokerto Timur, sebelah timur dengan Desa Kedondong, sebelah selatan dengan Desa Sokaraja Kulon dan barat dengan Desa Berkoh Kecamatan Purwokerto Timur. Desa pamijen berjarak 2 km dari pusat Kecamatan Sokaraja dan 5 km dari pusat Kabupaten Banyumas. Luas wilayah keseluruhan adalah 104,200 Ha dengan pemanfaatan untuk lahan pertanian sekitar 57,94 Ha sedangkan 46,26 Ha lainya digunakan untuk pemukiman, jalan, sarana dan prasarana lainnya. Desa Pamijen terdiri dari 4 RW yang terbagi dalam 18 RT. Jumlah penduduk sampai Februari 2010 sebanyak 3.363 jiwa, penduduk laki-laki sebanyak 1.679 jiwa dan perempuan sebanyak 1.684 jiwa. Mayoritas tingkat pendidikan masyarakatnya hanya sampai Sekolah Dasar (40%). Sebagian besar penduduk Desa Pamijen berada dalam status ekonomi menengah ke bawah (85%). Mata pencaharian kepala keluarga penduduk Desa Pamijen paling banyak adalah sebagai buruh tani sebanyak 209 jiwa, kemudian berurutan sebagai petani sebanyak 191 jiwa,

wiraswasta sebanyak 175 jiwa, karyawan sebanyak 103 jiwa, penyedia jasa sebanyak 75 jiwa, tukang sebanyak 32 dan sebagai pensiunan sebanyak 29 jiwa (Buku Profil Monografi Desa Pamijen, 2009). Sarana Kesehatan di Desa Pamijen diantaranya adalah Polindes yang dikelola seorang bidan desa, 5 Posyandu balita dengan 25 orang kader dan 7 Posyandu lansia dengan 35 orang kader. Tenaga kesehatan di Desa Pamijen diantaranya ada 6 orang dokter namun hanya 1 dokter yang membuka praktek, 3 orang bidan yang semua membuka praktek dan 1 mantri kesehatan (Buku Profil Kesehatan Desa Pamijen, 2009). Pada bulan Oktober 2009 terjadi KLB Diare di Desa Pamijen. Tercatat dalam rentang waktu tanggal 16 hingga 23 Oktober 2009 sebanyak 6 orang meninggal karena Diare dan sebanyak 112 orang lainya yang tercatat di RSUD Margono Sukarjo dan Puskesmas Sokaraja dirawat karena Diare. KLB Diare tersebut cukup menimbulkaan kepanikan masyarakat dan Dinas Kesehatan Kabupaten, Departemen Kesehatan Propinsi hingga Pusat. Dari investigasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan yang berkoordinasi dengan tim peneliti dari AKL Baturaden diketahui bahwa kejadian KLB diare di Desa Pamijen disebabkan terkontaminasinya sumber air penduduk oleh bakteri E.coli sebagai indikator utama tercemarnya sumber air oleh tinja (PKD Desa Pamijen, 2009). B. Jenis Kegiatan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih Sehat C. Tema Kegiatan PHBS Sebagai Upaya Mencegah Diare D. Tujuan Kegiatan 1. Umum a. Menggerakan masyarakat untuk mencegah penyakit diare. b. Upaya untuk mencegah kejadian KLB diare c. Memberikan informasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

2. Khusus a. Mengaplikasikan ilmu meneganai Promosi Kesehatan. b. Membantu Dinas Kesehatan dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat mewujudkan keluarga sehat. E. Sasaran Kegiatan Dikaitkan dengan kasus diare ataupun KLB Diare yang telah terjadi di desa Pamijen, yang biasanya terkena diare adalah balita, anak-anak, dan orang dewasa maka ibu-ibu rumah tangga di jadikan sasaran dari kegiatan ini. Para ibu rumah tangga merupakan orang yang paling dekat dengan semua anggota keluarga dan biasa memantau serta mengurusi semua keperluan keluarga meliputi personal hiegiene dari semua anggota keluarga dan kebersihan dalam penyajian makanan ataupun makanan itu sendiri. F. Bentuk Kegiatan 1. Pemberian informasi melalui penyuluhan Pemberian informasi melalui penyuluhan berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan keluarga di desa Pamijen sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian dari kasus diare.2. Diskusi (Focus Group Discussion).

Focus Group Discussion (FGD) merupakan bentuk penelitian kualitatif di mana sekelompok orang yang bertanya tentang sikap mereka terhadap produk, layanan, konsep, iklan, ide, atau kemasan. Pertanyaan diminta dalam grup pengaturan interaktif dimana peserta bebas untuk berbicara dengan anggota kelompok lainnya (http://luzmaninteristi.blogspot.com, 2008). Tujuan FGD adalah untuk memperoleh suatu pengertian yang mendalam kedalam pemahaman peserta dan perspektif pada topik yang diteliti. Biasanya FGD digunakan oleh praktisi periklanan dan pemasaran untuk memperoleh hasil yang baik. Dalam dunia pemasaran, FGD dipandang sebagai alat penting untuk mendapatkan umpan balik mengenai

produk-produk

baru,

serta

berbagai

topik.

Secara

khusus,

FGD

memungkinkan perusahaan yang ingin mengembangkan, paket, nama, atau tes pasar produk baru, mendiskusikan, melihat, dan / atau menguji produk baru sebelum dibuat tersedia untuk umum. Hal ini dapat memberikan informasi berharga tentang potensi pasar terhadap produk. FGD pada kegiatan penyuluhan ini dilakukan setelah kegiatan penyuluhan selesai kemudian diambil sampel dari semua ibu rumah tangga yang mengikuti kegiatan penyuluhan. Diambil 9 orang sampel dari 18 RT dengan metode cluster random sampling dari peserta penyuluhan yang hadir kemudian setelah kegiatan penyuluhan selesai, 9 orang yang menjadi sampel dijadikan sebagai kader dengan harapan dapat meneruskan tujuan dari kegiatan penyuluhan. Sehingga proses dari kegiatan penyuluhan PHBS sebagai upaya mencegah diare dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan. G. Waktu dan Tempat Kegiatan Waktu : Jumat-Sabtu, tanggal 21-22 Mei 2010 Tempat : Balai Desa Pamijen

H. Susunan Kegiatan Terlampir I. Anggaran Kegiatan Terlampir J. Kemitraan Kegiatan ini bersifat nonprofit sehingga membutuhkan kerjasama mutualisme dengan harapan instansi pemerintah yang terkait dengan kegiatan ini bersedia bekerjasama untuk mensukseskan kegiatan ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat (www.pamsimas.org). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PUBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). (www.dinkesjatengprov.go.id) Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena Diare. Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.

Risiko terbesar diare adalah dehidrasi. Jika kita diare, kita dapat hilang lima liter air setiap hari. Bersama dengan air ini, kita juga menghilangkan zat mineral (elektrolit) yang penting untuk fungsi tubuh normal. Elektrolit utama adalah natrium dan kalium.Dehidrasi berat dapat menyebabkan tubuh menjadi syok (kejut) dan dapat mematikan. Dehidrasi adalah lebih berat untuk balita dan anak dibandingkan orang dewasa. Siapa pun yang diare harus minum banyak cairan bening, misalnya teh, kaldu ayam, atau air soda. Ini lebih baik daripada air saja, yang tidak mengembalikan zat mineral. Kita juga dapat minum cairan elektrolit (oralit) yang dapat dibeli tanpa resep di apotek (www.spiritia.or.id). Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu: 1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit. 2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu. 3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll. 4. Pemanis buatan Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus. Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organismeorganisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar (www.medicastore.com).

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Materi Penyuluhan Diare atau mencret adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Tanda-tanda kekurangan cairan (Dehidrasi) adalah kesadaran menurun atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat, tidak lagi buang air kecil. Dapat diketahui juga penyebab diare adalah infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum, infeksi berbagai macam virus, alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu), parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor. Tindakan yang dapat dilakukan bila seseorang telah terkena dehidrasi antara lain: 1. Larutan oralit atau larutan gula garam, atau 2. Cairan dari bahan makanan seperti sup, air tajin, dan minuman yoghurt (susu asam), atau 3. Air putih masak 4. Bila anak berusia kurang dari 6 bulan dan masih diberi ASI, teruskan pemberian ASI. 5. Bila tidak ada perubahan segera bawa ke puskesmas terdekat. Cara membuat larutan gula garam: 1. Gula 1 sendok teh penuh 2. Garam sendok teh 3. Air masak 1 gelas (atau air teh 1 gelas) 4. Campuran bahan-bahan tersebut diaduk sampai benar-benar larut. Pencegahan Diare: 1. Cucilah tangan dengan sabun sampai bersih sebelum makan dan mengolah makanan. 2. Cucilah tangan dengan sabun setelah buang air besar. 3. Rebuslah air minum sampai mendidih

4. Biasakan buang air besar di jamban (kakus) 5. Simpanlah makanan di dalam almari atau ditutup agar terhindar dari lalat 6. Berikan ASI pada bayi sampai usia 2 tahun B. Menyaksikan Film Edukasi Film edukasi yang disaksikan bersama peserta penyuluhan yang berjumlah 25 orang adalah berjudul Rumah Sehat Rumah Berjamban dengan tema Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang lebih menyoroti pada personal hiegiene dan kesehatan keluarganya. Tujuan menyaksikan film edukasi yang bertema PHBS adalah menambah pengetahuan peserta penyuluhan tentang PHBS dan pentingnya menerapkan PHBS dalam kehidupn sehari-hari. Ringkasan film yang berjudul Rumah Sehat Rumah Berjamban adalah dimulai dari percapakapan 3 orang ibu rumah tangga yaitu bu surjo, bu Udin, dan bu Parmin yang sednag mrncuci di kali. Mereka sedang membicarakan tetengga barunya yang baru pindah yang tidak biasa melakukan segala sesuatu di kali, seperti mencuci, mandi, mengambil air untuk minum, dan buang air besar tentunya. Ininya perilaku tetangga baru mereka itu kebalikan kebiasan mereka yang segala aktivitas biasa dilakukan di kali. Nama tetangga baru mereka adalah Bu Joko. Sampai pada akhirnya, sesudahnya mereka bertiga mencuci di kali dan membahas tentang perilaku bu joko yang memiliki jamban di rumahnya, akhirnya mereka memutuskan utuk ke rumah bu Joko dan menanyakan langsung alasan keluarga bu Joko mempunyai Jamban. Bu Joko pun memberikan pengertian kepada mereka tentang pentingnya memiliki jamban di rumah sehingga terbiasa menerapkan PHBS pada kehidupan seharihari. Anaknya Pak Udin yang bernama Tata mengajak bermain Nita anaknya Bu joko dan Pak Joko untuk pergi bermain ke kali. Tetapi karena Nita biasa di didik oleh kedua orang tuanya Hidup bersih dan Sehat sesampainya di kali dia tidak ikut berenang, hanya Tata yang berenang di kali. Padahal sebelumnya ayahnya sendiri Pak Udin melakukan buang air besar di kali tersebut. Tata saking senangnya sampai minum air kali dan dia memberikan contoh pada

Nita agar Nita mengikuti apa yang dia perbuat, tapi Nita tidak tergoda. Besoknya Tata terkena diare, dan Pak Udin dan Bu Udin di karenakan khawatir yang bercampur dengan kebingungan melihat Tata meringis kesakitan, akhirnya mengajak Tata terlebih dahulu ke rumah keluarga Bu Joko utuk menanyakan terlebih dahulu baiknya Tata di bawa kemana. Setelah berkonsultasi dengan keluarga Pak Joko akhirnya Tata di putuskan untuk di bawa ke Puskesmas terdekat, dan dokter mendiagnosis bahwa Tata positif terkena diare. Dokter memberikan beberapa anjuran setelah mendengar keluhan dan kebiasaan yang di ceritakan oleh kedua orang tua Tata, termasuk anjuran kepada keluarga Pak Udin untuk membuat Jamban. Mendengar beberapa pengertian dan masukan dokter serta melihat keadaan Tata yang sakit diare, akhirnya keluarga Pak Udin memutuskan untuk membuat jamban. Pak Udin membeli bahan-bahan untuk membuat jamban ditemanin oleh Pak Joko. Semenjak hari itu keluarga Pak Udin jadi memiliki jamban yang bersih dan sehat serta tidak membiasakan pergi ke kali lagi. Semua peserta penyuluhan yang menyaksikan film edukasi ini diharapkan mampu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari-hari. Peserta yang hadir pada acara penyuluhan, diharapkan mampu mensosialisasikan apa yang mereka dapat pada acara penyuluhan ke masyarakat lainnya yang tidak hadir mengikuti penyuluhan sehingga bisa menekan angka kasus diare di desa Pamijen agar tidak tinggi angka kasusnya seperti yang terjadi pada bulan Oktober tahun 2009 bahwa 112 orang tercatat dirawat di RSUD Margono Sukarjo dan Puskesmas Sokaraja serta 6 orang meninggal dunia. Film edukasi Rumah Sehat Rumah Berjamban memberikan pengertian kepada kita khususnya peserta penyuluhan akan pentingnya memiliki jamban di rumah agar bisa di pisahkan yang mana tempat (saluran) untuk membuang kotoran manusia yang di sebut septiteng, dan yang mana saluran air untuk bekas cucian baju kotor, air kotor bekas mandi. Septiteng yang baik jaraknya dari rumah minimal 10 meter dan dibuat dengan semen lalu ditembok serta tertutup. Diharapkan dengan melihat film edukasi ini, peserta penyuluhan lebih memahami pentingnya jamban dalam kehidupan sehari-hari, dan bagi

keluarga yang belum memiliki jamban agar tegerak untuk segara membuat jamban yang bersih dan sehat. Meningkatkan personal hiegiene dan kesehatan keluarga sehingga kasus diare seperti yang dialami oleh pemeran utama (Tata) di film edukasi ini bisa di hindari dan bisa di cegah sedini mungkin. C. Simulasi Cuci Tangan Tangan kita adalah bagian dari tubuh kita yang sangat sering menyebarkan infeksi. Tangan terkena kuman waktu kita menyentuh daerah tubuh kita, tubuh orang lain, hewan, atau permukaan yang tercemar. Walaupun kulit yang utuh akan melindungi kita dari infeksi langsung, kuman tersebut dapat masuk ke tubuh kita waktu kita menyentuh mata, hidung atau mulut. Cuci tangan merupakan salah satu tindakan yang mudah dan murah untuk mencegah penyebaran penyakit. Tangan kita sendiri justru seingkali menjadi perantara dari berbagai bakteri untuk masuk ke dalam tubuh kita. Agar memperoleh hasil yang maksimal, sebaiknya mengetahui bagaimana teknik mencuci tangan yang benar. Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular yang terdapat pada negara-negara kaya (maju). Mencuci tangan dengan sabun adalah praktek mencuci tangan yang paling umum dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan dengan sabun diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai kuman, namun pada prakteknya perilaku ini dilakukan karena banyak hal diantaranya, meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi wangi (id.wikipedia.org). Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit-penyakit menular seperti diare, ISPA dan Flu Burung, bahkan disarankan untuk mencegah

penularanbvirus H1N1. Banyak pihak telah memperkenalkan perilaku ini sebagai intervensi kesehatan yang mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Berbagai survei di lapangan menunjukkan menurunnya angka ketidakhadiran anak karena sakit yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut di atas, setelah diintervensi dengan CTPS. Namun demikian, konsekuensinya terhadap kesehatan belum sepenuhnya dipahami masyarakat secara luas, dan praktiknya pun masih belum banyak dite-rapkan dalam kehidupan sehari-hari (www.trisakti.ac.id). Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir. Sedangkan langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut :

Keterangan :1.

Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.

2. Ambil

sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Akan lebih baik

bila sabun mengandung antiseptik.3. 4.

Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari.5. Telapak

tangan tangan menggosok punggung tangan kiri (atau

sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.6. Letakkan

punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan

saling mengunci.7. Usapkan

berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.8. Gosok

telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan

gerakan kedepan, kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.9. Pegang

gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.10. 11.

Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunkan kran, Mengeringkan dengan tissue lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan menggunakan mesin pengering tangan yang umum ada di mal. Karena mesin pengering tangan yang dipakai secara umum menampung banyak bakteri yang dapat menularkan ke orang lain. Mencuci tangan umumnya dilakukan saat sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah memegang daging mentah, sebelum dan setelah menyentuh orang sakit, sesudah menggunakan kamar mandi, setelah batuk atau bersin atau membuang ingus, setelah mengganti popok atau pembalut, sebelum dan setelah mengobati luka, setelah membersihkan atau membuang sampah, setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan. Kebiasaan baik mencuci tangan ini sebaiknya harus di terapkan kepada anak-anak yang masih kecil. Seorang anak senang sekali mempelajari dan menyentuh segala sesuatu tanpa tahu apakah benda tersebut kotor atau tidak. Lalu memasukkan

tutup kran dengan tissue.

tangannya ke dalam mulut atau memakan makanan tanpa mencuci tangan. Akibatnya sang anak dapat menderita penyakit. Menurut penelitian, penyakit pembunuh anak nomor 1 di Indonesia adalah karena diare, padahal hal ini dapat dicegah dengan mengajarkan anak untuk mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan dapat dibentuk melalui pendidikan. Sekolah, guru dan orangtua dapat mengajarkan banyak hal positif tentang manfaat cuci tangan. Disamping itu, kebiasaan mencuci tangan merupakan cerminan hidup sehat yang membawa dampak baik bagi kesehatan setiapa keluarga. Cuci tangan bertujuan untuk menghilangkan hama atau bakteri yang menenpel pada telapak tangan setelah melakukan aktifitas sehari-hari. Cuci tangan tak cukup dengan air. Membutuhkan sabun yang mengandung antiseptik serta mengupayakan membasuh tangan dengan keadaan air yang mengalir. Diperlukan sistematika dalam kegiatan cuci tangan. Ada standar khusus mengenai kegiatan cuci tangan yang benar. Setiap akan mencuci tangan pastikan seluruh bagian yang terpencil disela-sela pergelangan jari harus turut diperhatiakan. Kadang ada proses cuci tangan dilakukan begitu saja tanpa memperhatikan bagian-bagian jari. Bibit penyakit yang masih tertinggal inilah yang berpotensi membuat seseorang terkena diare karena tidak tertutup kemungkinan kuman tersebut ikut terbawa saat hendak makan. Jadi, bagi setiap orangtua hendaknya menerapkan kebiasaan mencuci tangan secara rutin kepada anak-anaknya. Ingatkan jika mereka lupa melakukannya apalagi setelah anak selesai bermain ditempat kotor. Hidup sehat bisa anda lakukan mulai dari hal kecil (www.borneotribune.com). Desa Pamijen merupakan salah satu desa yang dalam beberapa waktu lalu mengalami wabah diare. Penyuluhan yang dilakukan mendapat respon baik dari ibu-ibu peserta penyuluhan. Kegiatan penyuluhan yang salah satunya memperagakan cara cuci tangan mengunakan sabun yang benar mendapat antusias dan perhatian dari peserta penyuluhan. Setelah selesai memperagakan demo cuci tangan kemudian salah satu dari peserta penyuluhan ikut memperagakan bagaimana cuci tangn yang benar agar dapat di contoh oleh peserta penyuluhan yang lain. Cuci tangan merupakan salah satu cara untuk mencegah diare. Biasakan diri dan keluarga Anda untuk

mencuci tangan sekarang juga. Mengingat pentingnya cuci tangan, maka setiap tangga 15 Oktober dicanangkan sebagai Hari Cuci Tangan Sedunia. D. Tanda- tanda dehidrasi Kegiatan penyuluhan di desa Pamijen menjelaskan pula tentang tandatanda dehidrasi dan fasenya sehingga masyarakat dapat mendeteksi secara dini terjadinya diare. Adapun tanda- tanda dehidrasi, yaitu :1.

Kurangnya cairan dalam tubuh yang dapat diketahui dengan

berbagai gejala yang terjadi, misalnya tubuh merasakan haus yang tak dapat ditahan, jarang sekali buang air kecil. Cepat merasa pusing apabila sedang berada di tempat gelap atau remang- remang, pusing yang luar biasa ketika sedang berdiri agak lama, kepala seperti berkunang ketika berdiri secara tiba- tiba, dan mulut yang sangat kering meskipun banyak memproduksi air liur. 2. 3. Lendir terlihat kering dan berwarna buram. Jika dicubit kulit tangan sulit kembali seperti semula akibat

elastisitas pada kulit tubuhnya berkurang. Biasanya kulit tangan akan kembali seperti semula jika dicubit karena masih memiliki elastisitas yang cukup. 4. Seseorang yang menderita dehidrasi umumnya terlihat mudah marah akibat emosi yang tidak stabil, mudah merasa lelah jika semula sangat aktif, wajah terlihat pucat dan mulut selalu terasa kering dan lengket. Pada anak atau balita, fase dehidrasi dapat diketahui sebagai berikut : 1. Fase Dehidrasi Ringan Berat Badan (BB) anak turun < 5% dari BB awal, anak terus- menerus rewel karena kehausan, kencing sedikit ( 2 detik) terutama pada bagian perut sehingga kulit kehilangan elastisitas.

3. Fase Dehidrasi Berat Berat Badan (BB) anak turun >10% dari BB awal. Tanda- tanda pada dehidrasi ringan dan sedang dapat terjadi, keadaan umumnya buruk sehingga dapat menyebabkan pingsan (tidak sadar), merancau, kejang, nafas cepat dan dalam ()pernafasan kussmaul). Jika nafasnya cepat, pembuluh darah biasanya kolaps sehingga akan sulit sekali memasukkan infuse/ cairan untuk rehidrasi. Informasi yang diberikan sangat bermanfaat bagi peserta penyuluhan. Peserta penyuluhan sangat interaktif dan antusias. Hal ini ditunjukkan dengan adanya respon positif dari peserta penyuluhan yaitu memperhatikan dengan seksama, mencatat materi yang diberikan, dan menanyakan beberapa hal yang tidak mereka ketahui. Pemberian informasi mengenai tanda- tanda dehidrasi dan fasenya dilakukan oleh 2 oarang mahasiswa sebagai fasilitator. Penyampaian materi dilakukan oleh 1 orang dan 1 orang lagi mempraktekkan tanda- tanda dehidrasi. Hal ini dilakukan agar peserta penyuluhan dapat memahami, mengetahui dan mengenal tanda- tanda dehidrasi pada umumnya dan fasefase dehidrasi pada anak atau balita pada khususnya. Penjelasan mengenai tanda- tanda dehidrasi dan fase dehidrasi diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk mencegah penyakit diare. Jika masyarakat mengenali tanda-tanda dehidrasi, maka masyarakat dapat mendeteksi dini terjadinya diare agar tidak semakin parah karena diare dapat menyebabkan kematian. Selain itu, diharapkan pula masyarakat di desa Pamijen dengan perwakilan peserta penyuluhan yaitu ibu- ibu rumah tangga di RT RW dapat mensosialisasikan informasi kepada ibu- ibu lainnya yang tidak mengikuti penyuluhan dan penduduk di desa Pamijen dapat mengaplikasikan informasi yang diberikan dengan merubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat supaya KLB yang terjadi di bulan Oktober tahun 2009 tidak terulang kembali. Peristiwa KLB yang terjadi di bulan Oktober tahun 2009 tentang kasus diare dapat menjadikan pelajaran bagi penduduk di desa Pamijen pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya. Masyarakat dapat mengetahui arti penting PHBS dalam kehidupan sehari- hari. E. Lomba Pembuatan Larutan Gula Garam Kegiatan dalam penyuluhan juga terdapat lomba membuat larutan gula garam yang diikuti oleh para ibu rumah tangga yaitu 1. Alat dan Bahan a) Air matang b) Gula pasir c) Garam halus (agar mudah larut) d) Sendok teh e) Stopwatch 2. Kriteria Penilaian Penilaian dalam lomba membuat larutan gula garam ini adalah sebagai berikut : a) Waktu b) Ketepatan dalam hal ini adalah tepat dalam takaran baik gula pasir maupun garamnya, dan larut tidaknya larutan gula garam yang dibuat. 3. Pelaksanaan a) Pembagian kelompokb) Jumlah ibu-ibu PKK yang hadir sejumlah 25 orang dan dibagi menjadi

4 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 6 sampai 7 orang.c) Masing-masing kelompok yang sudah dibagi kemudian dibagikan

segelas air, sendok, satu bungkus gula pasir dan satu bungkus garam. Sebelumnya salah satu dari panitia sudah menyiapkan stopwatch yang digunakan untuk mencatat waktu dalam pelaksanaan lomba ini. Panitia memberikan waktu selama 1 menit bagi setiap kelompok untuk membuat larutan gula garam. Panitia yang lain sebanyak 4 orang bertugas melihat dan memperhatikan proses pembuatan larutan gula garam setiap kelompok yang tujuannya untuk menilai ketepatan dalam membuat larutan gula garam tersebut.

d) Setelah 1 menit dan semua kelompok menghentikan aktivitas dan panitia berunding serta memutuskan kelompok yang tercepat dan juga tepat dalam pembuatan larutan gula garam. Panitia memutuskan kelompok 2 yang memenuhi kriteria dan mendapatkan kenangkenangan dari panitia. 4. Tujuan a) Memberikan informasi/contoh tentang pembuatan larutan gula garam yang baik. b) Memberikan alternatif sedehana dalam mengatasi dehidrasi akibat diare. c) Melatih keterampilan ibu-ibu PKK dalam membuat larutan gula garam. d) Mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu-ibu PKK terhadap pembuatan larutan gula garam. F. Peragaan cara membuat larutan gula garam yang baik dan benar Peragaan ini dilakukan oleh 2 orang panitia dan sesuai dengan tahapan/prosedur yang tepat. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam pembuatan larutan gula garam yang baik menurut beberapa sumber : a. Alat dan Bahan 1) Pertama kita harus menyediakan gula pasir sebanyak satu sendok teh, tidak lebih tidak kurang agar larutan yang akan dibuat bisa maksimal. 2) Kedua yaitu garam dapur kalau bias yang halus agar dapat larut dengan mudah, takaran yang diperlukan sebanyak seperempat sendok teh. 3) Ketiga adalah air masak atau air the yang masih hangat namun tidak selagi mendidih. Takarannya sebanyak satu gelas atau sekitar 200 ml. 4) Keempat adalah gelas kaca yang berukuran normal dan sendok teh. b. Cara membuat larutan gula garam : 1) Pertama sebelum kita membuat, tangan dicuci sampai bersih agar tidak ada kuman penyakit yang menyebar.

2) Kedua air masak atau air teh tersebut dituangkan ke dalam gelas sebanyak satu gelas penuh. 3) Ketiga gula pasir serta garam dapur dimasukkan sesuai dengan takaran yang telah ditentukan ke dalam gelas tersebut. 4) Keempat yaitu gelas tersebut diaduk sampai gula dan garamnya benar-benar larut dalam air.5) Setelah selesai bisa langsung diminumkan kepada orang yang

sedang mengalami dehidrasi akibat diare. Larutan gula garam direkomendasikan sebagai pengganti larutan oralit. Selain itu larutan ini sangat dianjurkan bagi mereka yang mengalami diare karena dapat mengurangi dampak diare atau dehidrasi karena larutan ini dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang itu. Beberapa saran dalam pemberian larutan gula garam yaitu untuk anak yang berusia dibawah dua tahun diberikan hingga gelas saja, untuk anak yang berusia dua tahun keatas diberikan hingga 1 gelas, sedangkan juka anak yang sudah besar atau dewasa dianjurkan untuk minum larutan gula garam sebanyak-banyaknya. Demikian adalah penjelasan mengenai tahapan-tahapan pembuatan larutan gula garam yang baik dan benar. Ini diperlukan karena kadang-kadang masih banyak orang yang membuat larutan gula garam tidak sesuai dengan tahap-tahap yang dianjurkan sehingga hasilnya tidak maksimal. Selain itu juga harus memberikan larutan ini sesuai dengan kelompok umur tertentu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (http://g-sehat.blogspot.com, 2009). G. Hasil Diskusi Kelompok (Focus Group Discussion) Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan untuk penyamaan persepsi mengenai hasil penyuluhan yang telah dilaksanakan dan masalah yang terkait dengan materi yang disampaikan ketika penyuluhan, sehingga dengan adanya penyamaan persepsi pada peserta yang mengikuti FGD lebih mengerti dan memahami tujuan diadakannya penyuluhan. Peserta FGD adalah di pilih 5 orang dari peserta penyuluhan yang paling aktif dan interaktif ketika penyuluhan berlangsung yang didampingi oleh 3 orang mahasiswa sebagai fasilitator. Peserta yang mengikuti FGD atas kesepakatan mahasiswa

(fasilitator) dalam proses penyuluhan di pilih dan di percaya sebagai kader untuk mensosialisasikan hasil dari kegiatan penyuluhan. Sehingga proses dari kegiatan penyuluhan PHBS sebagai upaya mencegah diare dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan sekalipun mahasiswa tidak harus selalu tiap bulan rutin memberikan penyuluhan di desa Pamijen. Peserta FGD yang dipercaya menjadi kader oleh fasilitator di beri media penunjang berupa film edukasi yang berkaitan dengan PHBS, leaflet, dan poster agar bisa disosialisasikan ke masyarakat lainnya di desa Pamijen yang tidak mengikuti penyuluhan. Adapun hasil FGD tersebut adalah : a. Pentingnya PHBS dalam kehdupan sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk mencegah diare b. Faktor yang berpengaruh yang menyebabkan diare adalah lingkungan c. Pentingnya menggunakan air bersih d. Pertolongan pertama untuk kasus diare adalah dengan oralit e. Bawa ke puskesmas terdekat atau ke dokter bila diarenya tidak sembuh dengan prtolongan pertama

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Kegiatan penyuluhan yang dilakukan di desa Pamijen diantaranya : a. Pemberian materi mengenai pencegahan diare b. Menyaksikan film edukasi c. Simulasi cuci tangan d. Games membuat larutan gula garam e. Pengenalan lebih lanjut mengenai tanda-tanda dehidrasi f. Peragaan cara membuat larutan gula garam yang baik dan benar g. Diskusi Kelompok Terarah Peserta penyuluhan dihadiri oleh 25 orang ibu-ibu rumah tangga Peserta penyuluhan antusias ketika penyuluhan berlangsung, hal ini terbukti dari peserta yang bertanya mengenai materi penyuluhan sejumlah 6 orang dan ketika penyuluhan berlangsung merekainteraktif Ketika diadakan FGD, peserta memahami hasil dari penyuluhan dan bisa menyamakan persepsi dengan mahasiswa sebagai fasilitator

B. Saran

Masyarakat khususnya masyarakat desa Pamijen harus membiasakan dan mengaplikasikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya mencegah penyakit diare dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu dari personal hiegienenya, kesehatan keluarganya, dan lingkungan. Antara lain cuci tangan yang baik dan benar serta pemakaian air bersih sebagai usaha pencegahan diare. Mengingat bahwa faktor lingkungan juga berpengaruh dalam menyebabkan penyakit diare, maka lingkungan dianjurkan harus selalu dijaga kebersihannya.

Lampiran 1 ANGGARAN A. PEMASUKAN No 1. 2. Kampus Total B. PENGELUARAN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pengeluaran Poster 2xRp.33.000 Konsumsi 40x @Rp.3000 CDR 6x @Rp.5000 Gula dan garam ATK hadiah Jumlah uang Rp. 66.000,00 Rp. 120.000,00 Rp. 30.000,00 Rp. 8.500,00 Pemasukan Anggota @Rp.16.500x9 Jumlah uang Rp. 148.500,00 Rp. 200.000,00 Rp. 348.500,00

Rp. 34.200,00 Rp. 5.600,00

7. 8.

Casing CD 6x@1450 Sewa LCD Total

Rp.

8.700,00

Rp. 75.000,00 Rp. 348.000,00

Lampiran 2

Susunan Kegiatan No. 1. 2. Waktu 14.30 15.30 15.30 15.35 3. 4. 5. 6. 7. 15.35 16.00 16.00 16.20 16.20 16.35 16.35 16.55 16.55 17.00 Nama Kegiatan Persiapan acara Sambutan Ketua Kelompok Nonton film edukasi Simulasi dan demo pembuatan oralit Games Diskusi kelompok Penutupan dan evaluasi Keterangan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2009. Cuci Tangan Anda dengan Benar. http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/228mencuci-tangan-anda-dengan-benar.html. Di akses tanggal 09 Juni 2010.

________. 2009. Mencuci Tangan Dengan Sabun. www.wikipedia.org. Di akses tanggal 09 Juni 2010.

Http://g-sehat.blogspot.com/2009/12/cara-membuat-larutan-gula-garam.html. 2009. diakses tanggal 7 Juni 2010. Panduan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. www.trisakti.ac.id/faltl/files/Panduan%20HCTPS_isi.pdf. Di tanggal 09 Juni 2010. 2009. akses

Siswanto,

Iwan. 2009. Harga Sebuah Cuci Tangan. www.borneotribune.com/pdf/keluarga.../harga-sebuah-cuci-tangan.pdf. Di akses tanggal 09 Juni 2010.

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN TEMA

PHBS SEBAGAI UPAYA MENCEGAH DIARE Purwokerto, 15 Mei 2010

oleh Kelompok 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nenden Dwi Yuliani G1B007012 Musaropah G1B007034 Heni Linda Famela G1B007046 Aryo Ginanjar G1B007060 Wagiman G1B007082 Fitra Riskita G1B007086 Iega Vici Yuniarsih G1B007099 Arsita Kusumaningrum G1B007108 Ryan Aditiya L1A006114

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PURWOKERTO 2010